Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN DATA 2.1 Data Literatur Tinjauan Umum Peraturan Perundang Undangan Peraturan Menteri Pembangunan Tata Kota DKI Jakarta A. Tentang Pembangunan Tata Kota Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan Dokumen RTBL adalah dokumen yang memuat materi pokok RTBL sebagai hasil proses identifikasi, perencanaan dan perancangan suatu lingkungan/kawasan, termasuk di dalamnya adalah identifikasi dan apresiasi konteks lingkungan, program peran masyarakat dan pengelolaan serta pemanfaatan aset properti kawasan. 3. Penataan bangunan dan lingkungan adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan bangunan dan lingkungan/ kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang dan 6 Peraturan Perundang - Undangan Kementerian Pembangunan No.45 Tahun

2 pengendalian bangunan gedung dan lingkungan secara optimal, yang terdiri atas proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.45 Tahun 2005 A. Tentang Pelayanan Dan Sarana Pemungutan Pasal 2 (1) Jenis pelayanan Planetarium terdiri dari : a. pertunjukan Planetarium ; dan b. pertunjukan multimedia. (2) Pelayanan Planetarium sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipungut retribusi dengan menggunakan dokumen yang dipersamakan berupa karcis. (3) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada huruf a yang kegiatannya berupa observasi melalui peneropongan tidak dipungut retribusi. 7 7 Peraturan Perundang - Undangan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta 11

3 2.1.2 Tinjauan Data Umum Planetarium Pengertian Planetarium Planetarium adalah gedung teater untuk memperagakan simulasi susunan bintang dan benda-benda langit. Atap gedung biasanya berbentuk kubah setengah lingkaran. Di planetarium, penonton bisa belajar mengenai pergerakan benda-benda langit di malam hari dari berbagai tempat di bumi dan sejarah alam semesta. Planetarium berbeda dari. Kubah planetarium tidak bisa dibuka untuk meneropong bintang. Di dalam ruang pertunjukan terdapat sumber gambar berupa proyektor planetarium yang umumnya diletakkan di tengah ruangan. Proyektor dapat memperagakan pergerakan benda-benda langit sesuai dengan waktu dan lokasi. 8 Pertunjukan berlangsung dengan narasi yang diiringi musik. Kursi memiliki sandaran bisa direbahkan agar penonton bisa melihat ke layar di bagian dalam langit-langit kubah. Layar berbentuk setengah bola, dan biasanya disusun dari panel aluminum. Materi pertunjukan bisa berbeda-beda bergantung kepada judul pertunjukan dan jadwal. Gambar 2.1 Left: The first Zeiss planetarium, 1923; Right: The Spitz A-1 planetarium Sumber:

4 Sejarah dan Perkembangan Planetarium Planetarium mulanya adalah alat peraga mekanik untuk memperlihatkan pergerakan benda - benda langit seperti bintang, planet, Bulan, dan matahari. Hingga abad ke-19, planetarium berarti alat peraga mekanik yang disebut o rrery. Proyektor planetarium yang pertama dibuat pada tahun 1919 berdasarkan ide Walther Bauersfeld dari Carl Zeiss. Pada bulan Agustus 1923, proyektor pertama yang diberi nama Model I dipasang di pabrik Carl Zeiss di Jena. Bauersfeld untuk pertama kali mengadakan pertunjukan di depan publik dengan proyektor tersebut di Deutsches Museum, München, 21 Oktober Deutsches Museum menjadi planetarium pertama di dunia setelah proyektor dipasang secara permanen pada bulan Mei Di awal Perang Dunia II, proyektor dibongkar dan disembunyikan. Setelah Deutsches Museum yang hancur akibat Perang Dunia II dibangun kembali, proyektor Model I kembali dipasang pada 7 Mei Sejarah dibuatnya sebuah Planetarium dimulai sejak abat ke 17, yakni seorang bangsawan bernama Frederick III of Holstein Gottorp memesan sebuah Globe Khusus kepada Adam Olearius dan disempurnakan oleh Andreas Bösch. Kurang lebih 10 tahun pembuatan, yakni dari tahun 1654 sampai 1664 pembuata globe pesanan itu dibuat, hingga rampung dan diberi nama dengan sebutan GlobeofGottorf. 13

5 Globe ini merupakan cikal bakal Planetarium pertama didunia, dimana bagian utama dari Globe atau Planetarium ini adalah bulatan cengkung terbuat dari tembaga dengan diameter sekitar 3,1 Meter yang ditaruh diatas. Ilustrasi mengenai rasi bintang terlukis di permukaan bulatan tersebut. Untuk bintangnya, digunakan bulatan kecil dan tembaga yang dilapisi emas. Cahaya dari lampu minyak yang ditaruh di tengah akan membuat bintang bintang bersinar. Kabarnya Planetarium pertama ini sekarang berada di Museum Kunstkammer St.Petersburg Rusia, akan tetapi yang dipamerkan ini merupakan Replika dari Globe of Gottorf yang asli, hal ini disebabkan planetarium tersebut hangus terbakar pada tahun 1717 dikarenakan perang Great Northern. Lalu Ratu Elizabeth dari Rusia membuat replikanya, sempat replika Globe of Gottorf tersebut di sita oleh Jerman dan disimpan di Dutch Admiralty hingga berakhirnya perang Dunia II, yakni pada tahun 1947 planetarium tersebut di kembalikan kerusia. Gambar 2.2 Globe of Gottorf Sumber: Wikipedia, 23 September

6 Sedangkan di abat ke 18, yakni di tahun 1744, telah dibuat Planetarium Mekanika bernama Eise Eisinga s Planetarium di kota Franeker Friesland Belanda oleh seorang Astronom Amatir asal Belanda bernama Eise Jeltes Eisinga. Planetarium yang sering disebut dengan sebutan orrey ini dibangun dari tahun 1774 sampai tahun 1781 dan mendapatkan pengakuan dan pujian dari Raja William I dan Pangeran Frederik dari kerajaan Belanda, hingga akhirnya pada tahun 1818 Planetarium atau orrey tersebut diserahkan ke kerajaan Belanda. Sementara di abat ke 19, yakni ditahun 1912, seorang Geografiwan bernama Wallace Walter Atwood membuat Globe dengan memlubangi Globe-nya dengan 692 lubang, hal ini beliau lakukan untuk membuat simulasi bintang-bintang berdasarkan magnitudo kecil sedangkan untuk mensimulasikan matahari didalam globe ini dipasang sebuah bola lampu bergerak. Globe ini diberinama dengan sebutan Atwood Globe. Sekarang ini dipamerkan di Planetarium Chicago, USA. Dari ketiga Globe diatas merupakan cikal bakal sebuah Planetarium sebagai alat peraga mekanik untuk memperlihatkan pergerakan benda-benda langit seperti bintang, planet, Bulan, dan matahari. Hingga pada awal abat ke 20, Planetarium mulai berintergrasi dari jenis Mekanik menjadi Jenis Modern yakni dengan menggunakan teknologi

7 Fungsi Planetarium Fungsi dari planetarium untuk memperagakan simulasi susunan bintang dan benda-benda langi, penonton bisa belajar mengenai pergerakan benda-benda langit di malam hari dari berbagai tempat di bumi dan sejarah alam semesta. Menurut Gioabi Fashar fungsi dari planetarium sendiri adalah : 1. Planetarium Sebagai Wahana Edukasi Planetarium merupakan sarana wisata pendidikan yang dapat menambah wawasan yang sangat luas kepada pengunjung khususnya bidang ilmu pengetahuan astronomi, karena pertunjukan planetarium yang sering disebut juga Teater Bintang menyajikan berbagai macam peristiwa alam jagat raya. Di dalam teater ini ini pengunjung diajak mengembara ke berbagai tempat di jagad raya yang sangat luas dan menakjubkan, sehingga pengunjung dapat memahami konsepsi tentang alam semesta dan sekaligus memahami akan kebesaran Sang Maha Pencipta. Dalam sebuah planetarium digital dapat juga menampilkan berbagai jenis pertunjukan baru dalam format multimedia, dengan pertunjukan audiovisual yang sangat menarik dalam balutan khasanah astronomi. Pada jenis pertunjukan ini menghadirkan hal-hal yang berkaitan dengan alam semesta yang manusia tinggali. Selain pertunjukan simulasi langit ataupun multimedia, pada beberapa planetarium juga kadang terdapat sarana prasarana observasi bendabenda langit untuk menyaksikan fenomena atau kejadian-kejadian alam lainnya. 2. Planetarium sebagai Sarana Hiburan Planetarium merupakan alternatif sarana hiburan bagi masyarakat umum, hal ini ditandai dengan menjadikan planetarium sebagai salah satu alternatif tempat rekreasi keluarga. Selain berperan sebagai wahana edukasi, planetarium juga berperan sebagai wahana 16

8 rekreasi untuk para orang tua ke pada anak maupun pada anak didiknya (murid). Planetarium juga masuk dalam program pariwisata setiap negara, guna membantu devisa negara, walaupun ruang lingkupnya masih kecil. Kadang juga Planetarium dijadikan sarana hiburan musik orchestra yang mempunyai latarbelakang pemandangan simulasi benda-benda langit sebagai latarnya. 3. Sebagai Tempat Penelititian atau Pengamatan berperan sebagai lembaga ilmiah yang bukan hanya menjadi tempat berpikir dan bekerja para astronom profesional, tetapi juga merupakan tempat bagi masyarakat untuk mengenal dan menghargai sains. Dalam terminologi ekonomi modern, berperan sebagai public good. Dalam perjalanan penelitiannya, seringkali sebuah melahirkan berbagai macam temuan baru di dunia astronomi secara khususnya, dan dalam ilmu pengetahuan secara umum Jenis Planetarium Jenis jenis planetarium memang berbeda beda karena planetarium adalah tempat pertunjukan yang dimana di beberapa negara memiliki planetarium sendiri, dengan kapasitas untuk pengunjung dan ruang pameran yang berbeda beda, yaitu : 1. Planetarium Khusus Planetarium khusus adalah planetarium yang hanya digunakan untuk tujuan edukasi maupun penelitian semata. Seperti minsalnya pada sekolah - sekolah umum, universitas maupun pada sekolah latihan militer (angkatan udara dan angkatan laut). Contoh :

9 Planetarium Eugenides Foundation merupakan organisasi nonprofit yang berdedikasi dalam promosi edukasi sains di Yunani. Hayden Planetarium terletak di Museum of Natural History Newyork, Amerika. 2.Planetarium Umum Planetarium umum adalah planetarium yang terbuka bagi masyarakat umum, tujuannya mendidik dan menghibur baik secara informatif maupun secara ekspresif. Biasanya pertunjukan dan program acaranya menarik serta fasilitas penunjangnya kelengkapanya. Planetarium tipe ini dapat dibedakan lagi menjadi : Planetarium formal, yaitu planetarium yang memiliki pengelolaan tersendiri walaupun bergabung dengan fasilitas lain tapi hubungannya saling menunjang. Planetarium pelengkap, merupakan bagian dari science centre atau museum yang berfungsi untuk menggairahkan pengunjung. Contoh : Planetarium Jakarta Planetarium Angkatan Laut Surabaya Planetarium Jagad Raya Tenggarong Di Kalimantan Timur Fasilitas Planetarium Fasilitas Planetarium adalah: 1. Ruang pertunjukan Ruang pertunjukan merupakan salah satu fasilitas di Planetarium yang menggunakan sebuah kubah setengah lingkaran sebagai layar. Jadi penonton bukannya melihat layar ke depan seperti bioskop, melainkan ke atas. Jadi disekeliling ruangan ada ratusan layar yang 18

10 dihubungkan menjadi satu dan di tengah ruangan, kira-kira di titik fokus atap kubah, terdapat bolah proyektor dengan lensa yaitu proyektor, yang nanti akan memantulkan gambar ke layar-layar tersebut. Bentuk proyektor ini sekilas mirip bola lampu disko, namun bedanya proyektor ini menembakkan gambar-gambar ke atas kubah sehingga membentuk tampilan gambar seperti 3 dimensi Kursinya berjumlah banyak dan bisa direbahkan hingga nyaris terlentang, sehingga penonton dapat mengambil posisi senyaman mungkin ketika pertunjukan berlangsung. Mulai tahun 1933 telah mempunyai fasilitas pertunjukan alternatif yaitu slide-show yang menggunakan fasilitas multimedia. Animasi dinamika alam semesta ditampilkan dengan suasana mirip bioskop. Namun untuk masa mendatang bukan hanya slide-show saja, melainkan digabung dengan video film, laser disk, dan CD-ROM.. 2. Ruang Pameran Gambar dan model miniatur adalah alat yang dapat digunakan untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai benda-benda langit. Jarak pemisah yang amat jauh dan pengaruh angkasa dan keterbatasan mata membuat kita tak tahu banyak tentang sifat-sifat benda langit yang sebenarnya. Oleh karena itu gambar-gambar yang dipotret atau dideteksi oleh peralatan astronomi, baik yang dilakukan di Bumi maupun yang berada diangkasa dan ruang angkasa, besar manfaatnya untuk kita ketahui ciri-ciri yang tampak didalamnya. Model miniatur dapat membantu menjelaskan rupa, bentuk dan dimensi benda-benda yang ditirukan. 19

11 3. Peralatan Planetarium Proyektor planetarium di produksi dalam beberapa jenis, masing -masing mempunyai kekuatan fokus tertentu yang akan mempengaruhi besaran kubah layar. Jenis jenis proyektor : 1. Jenis kecil, digunakan untuk besar layar dengan diameter 6m, 8m, dengan kapasitas 30-90orang. 2. Jenis sedang, digunakan untuk besar layar dengan diameter 12.5m, 15m, dengan kapasitas orang. 3. Jenis besar, digunakan untuk besar layar dengan diameter 20m 23m, 25m, degan kapasitas orang. Besar kubah layar mempengaruhi besar kapasitas penonton yang dapat ditampung,walaupun hal ini juga di pengaruhi oleh susunan kursi dan pemilihan sistem lantai (datar atau miring). Dalam perencanaan Planetarium ini dipakai proyektor jenis besar dengan pertimbangan memakai kapasitas yang besar, sehingga masih cukup untuk menampung kenaikan jumlah penonton. Peralatan: 1. Proyektor utama.instrumen proyektor utama terdiri dari sistem lensa,lampu berdaya besar dan motor penggerak yang dirancang untuk menempatkan posisi bintang, planet, matahari, bulan secara presisi pada layar kubah. Proyektor ini terletak dibawah dan tidak terhalang. Persyaratan teknis proyektor: Harus disimpan dalam ruang bebas debu. Maka ruang perlu dikondisikan. Kelembapan tidak boleh lebuh dari70% Suhu berkisar 150C 300C 20

12 2. Proyektor pembantu.letaknya dapat ditempatkan di sekitar proyektor utama. proyektor ini terdiri dari : 1. Proyektor shooting star 2. Proyektor efek pelangi 3. Proyektor komet 4. Proyektor panorama proyektor meteor 5. Proyekyor slide 6. Proyektor efek 3. Peralatan omnimax Pada prinsipnya serupa proyektor film biasa, tetapi ukuran film lebih besar yaitu : 70mm dengan lensa khusus. Posisi film yang diputar adalah secara horizontal, karena itu di perlukan tempat khusus untuk film tersebut sehingga ukuran ruang proyektor menjadi jauh lebih besar. Persyaratan teknis ruang proyektor : a. Ruang bebas debu dan getaran b. Kelembapan 50% c. Suhu ruang 20c d. Perlu fasilitas air dan udara untuk pendingin 21

13 2.1.3 Tinjauan Data Khusus Gaya Modern Pengertian Gaya Modern Kata modern berasal dari kata latin Modo yang berarti barusan. Sejarah penggunaan kata modern dapat ditarik dalam sejarah sejak tahun 1127, seorang kepala biarawan, Sugger, merekonstruksi Bassilica St. Denis di Paris. Hasil rekonstruksinya adalah sesuatu yang baru. Sugger akhirnya memberikan istilah gaya itu dengan Opus Modernum yang berarti sebuah karya yang baru. (Sumber : Aditya Arief, Tinjauan Desain:1999 hal 49). Kata modern dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sikap dan cara berfikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan jaman. Modernisme dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti gerakan yang bertujuan menafsirkan kembali doktrin tradisional. Menyesuaikan dengan aliran-aliran modern dalam filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan Sejarah Gaya Modern Gerakan Modern pada awalnya muncul di Inggris pada abad ke- 18. Ketika ditemukannya mesin uap oleh James Watt. Sejak penemuan tersebut terjadi perubahan atau pergantian dari tenaga manusia menjadi tenaga mesin, penggantian tenaga makhluk hidup dengan benda mati sampai dengan tercetusnya Revolusi Industri. Tapi ada juga kelompok yang tidak menyukai dampak dari Revolusi Industri tersebut, beberapa diantaranya adalah gerakan Art and Craft Movement dan Art Nouveau yang inti dari gerakan mereka adalah berusaha menghidupkan kembali keterampilan tangan manusia dalam seni dan kriya. Pada awal masa seni rupa Modern, muncul beberapa aliran, diantaranya adalah Kubisme ( ), Ekspressionisme ( Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1989:589 22

14 1906), Futurisme (1909), Konstruktivisme ( ), Surrealisme (1924), Dadaisme ( ), dan De Stijll ( ). Kata Modern pertama kali diperkenalkan pada masa Revolusi Industri di Eropa, terutama di jerman. Pandangan ini karena pemberontakan terhadap unsur klasik & eklektik pada abad 19. Ditandai dengan gerakan Bauhauss di Stuttgart yang memelopori kepercayaan terhadap penggunaan fungsi & material secara tepat & efisien. Sejak saat itu pandangan modern bukan hanya sekedar gaya, melainkan bagian dari gaya hidup. Perkembangan gaya modern di Indonesia dimulai semenjak tahun Masa orde baru, bisa dikatakan adalah saat berkembangnya modernisasi Indonesia di segala bidang, termasuk bidang arsitektur. Modernisme di Indonesia ditandai dengan mulai dibangunnya berbagai gedung-gedung tinggi, sarana transportasi, dan pusat perbelanjaan. Contoh bangunan modern yang masih ada hingga sekarang anatara lain : wisma nusantara, Ratu plaza, Gedung bumiputera di jalan Sudirman dan lainnya. Ciri-ciri yang dapat diidentifikasi antara lain dari penggunaan bidang kaca yang lebar, bentuk geometris pada fasad bangunan, eksposed struktur, penampilan natural bahan bangunan. 12 A. Periode I ( ) Pada periode ini, munculnya gerakan modern dipicu oleh perang dunia pertama (1917-selesai). Terjadi pandangan radikal yang mulai meluas di seluruh Eropa, salah satunya adalah pandangan mengenai konsepsi ruang. Penganut awal mula gerakan ini adalah kelompok De Stijl dari Belanda, kelompok November Gruppe, dan lain-lain. Pada periode satu ini terbentuk dan berdiri CIAM (Conggres Internationaux d Architecture Moderne) tahun 1928, hasil kongres ini, bahwa 12 Adityawan Arief, Tinjauan Desain, 1999 dan Sumalyo Yulianto, Arsitektur Modern akhir abad XIX dan abad XX,

15 arsitektur modern adalah pernyataan jiwa dari suatu masa, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sosial ekonomi yang ditimbulkan zaman mesin pada waktu itu, yaitu dengan mencari keharmonisan dari elemen-elemen Modern serta mengembalikan arsitektur pada bidang sebenarnya. Tokoh-tokoh yang menonjol pada periode I, yaitu : a) Frank Lloyd Wright (Amerika Serikat) Menurut Frank Lloyd Wright setiap permasalahan arsitektur pemecahannya selalu berhubungan dengan alam atau lingkungan, iklim, topografi, dan bahan bangunan. Gaya arsitektur Wright disebut organic; estetika dan konstruksi sama pentingnya, lahir dan tumbuh dari situasi secara alami. b) Walter Gropius (Jerman dan Amerika Serikat) Falsafah tentang arsitektur adalah keahlian (kepandaian dan seni) yang dipadu dengan kemajuan teknik (bahan dan stuktur). c) Ludwig Mies van der Rohe (Jerman dan Amerika Serikat) Interior modern harus : Teratur (bentuk segi empat atau balok) dan simetris Fungsional Harmonis dengan exterior (melalui dinding kaca), hingga mendramatisir interior yang rasional dengan exterior yang organik Netral penggunaannya Eksterior tidak mencerminkan fungsi Rangka bangunan kaku dengan dinding pengisi dibuat indah Bahan-bahan buatan pabrik Mencerminkan keindahan mesin, memperhatikan detail. d) Le Corbusier (Perancis) Falsafah tentang arsitektur adalah menciptakan perasaan aman, keramahtamahan, kebahagiaan, serta kesatuan yang harmonis dari bentuk-bentuk yang ada di bumi dan hubungannya dengan skala manusia. 24

16 B. Periode II ( ) Pada periode ini, bangunan secara keseluruhan dapat dikatakan memiliki karakter gaya Internasional, hanya masing-masing daerah mempunyai tipe tersendiri yang dititik beratkan dengan penggunaan bahan-bahan setempat, tanpa menyembunyikan kekurangannya.hasil karya arsitektur periode II pada dasarnya merupakan perpaduan keahlian, perkembangan teknologi dan industri serta seni dengan paham kedaerahan. Tokoh yang menonjol pada periode II ini seperti Alvar Aalto (Finlandia) dia merupakan seorang arsitek yang sangat memperhatikan keadaan lingkungan dan menghargai tradisi. Tokoh kedua adalah Arne Jacobsen (Denmark) ciri khasnya adalah bentukbentuk tradisional yang digabung menjadi bentuk modern. Ketiga adalah Oscar Niemeyer (Brazilia) ciri khasnya menggunakan banyak detail arsitektur asli Brazilia, memperhatikan keadaan alam dan lingkungan. C. Periode III ( ) Pada periode ini telah terjadi perang dunia kedua ( ) yang telah banyak menimbulkan kerusakan. Prinsip perencanaan didasarkan pada kebutuhan, fungsi yang dipadu dengan hasil penemuan teknik serta keindahan mesin; menginginkan kesatuan antara manusia dengan lingkungan. Pada masa ini timbul aliran Ekletisisme. Khas pada bangunan periode ini adalah bangunan berlantai banyak (Vertikalisme) dengan bentangan-bentang lebar, dan banyak menggunakan kaca pada eksteriornya, didorong juga oleh perkembangan teknologi waktu itu. Selain itu perancangan arsitektur landscape mulai dikembangkan. Pada periode ini penggunaan bahan, fungsi, sistem pencahayaan, bentuk massa serta landscape dipengaruhi oleh keadaan iklim, topografi dan sifat kenasionalan. Dalam periode ini pula, timbul dua aliran yaitu Brutalisme dan Formalisme. 25

17 Ciri khas pada bangunan masa ini: a) Penggunaan bidang-bidang kaca yang lebar b) Penggunaan dinding penyekat yang diproduksi secara industri c) Permukaan bangunan mulai agak kasar, menjurus kearah Brutalisme d) Sistem lantai yang menggunakan sistem cantilever dengan tujuan ruang menjadi lebih luas Ciri - Ciri Gaya Modern Formalisme, menampilkan bentuk sesederhana mungkin, kejujuran bahan, warna formal, berorientasi pada bisnis. Pragmatisme, menampilkan kepraktisan dalam konstruksi, bahan, warna, & fungsi. Fungsionalisme, menampilkan bentuk harus mempunyai fungsi (form follow function). Universitalisme, menampilkan suatu ukuran kebenaran & keindahan ukuran-ukuran yg ada di masyarakat modern barat (International Style). Form Follow Function, setiap bentuk harus ada fungsinya (fungsional & rasional). Simplicity. Less is more. Membuang ornament Membuang gaya dan teknik tadisional. Penekanan pada konsep keseragaman (uniformility) 13 Persepsi bentuk dan konsep Arsitektur, Eppi P, dkk, Fakultas Teknik Universitas Indonesia,

18 2.1.4 Tinjauan Data Khusus Futuristik Pengertian Futuristik Futuristik merupakan trend fashion yang berarti trend masa depan. Namun trend fashion futuristic sudah menjadi suatu style yang baru dan memberikan pengaruh pada setiap rancangan yang ada. Saat ini fashion futuristic style diibaratkan seperti suatu yang lebih dari sebuah desain modern. Desain futuristic style dapat terjadi dengan adanya permainan pola pola geometris. Memainkan komposisi dari bentuk-bentuk geometri menjadi suatu komposisi yang dapat terlihat beda dari desain-desain saat ini. Futuristik mempunyai arti yang bersifat mengarah atau menuju ke masa depan. futuristic pada bangunan berarti mengesankan bahwa bagunan itu berorientasi ke masa depan atau bangunan itu selalu mengikuti perkembangan jaman yang ditunjukkan melalui ekspresi bangunan. 14 Gaya interior futuristik, tidak harus tampil kaku, dingin dengan garis-garis lurus dan tegas. Gaya ini juga dapat pula menerapkan dasar rancangan melalui bentuk geometris, seperti bentuk lengkung,lingkaran dan bentuk lainnya yang asimetris serta desain yang unik,simple dan berorientasi pada masa depan.bentuk seperti ini akhirnya menajadi bagian dalam desain futuristic. Fleksibilitas dan kapabilitas bangunan adalah salah satu aspek futuristic, Fleksibilitas dan kapabilitas sendiri adalah kemampuan bangunan untuk melayani dan mengikuti perkembangan tuntutandan persyaratan pada interior itu sendiri

19 Sejarah Futuristik Arsitektur Futuristik atau futurisme dimulai pada awal abad ke 20 dengan bentuk bangunan yang ditandai oleh anti -historicism dan garis panjang mendatar, kecepatan, emosi dan urgensi yang artistik dan gaya ini dimulai pada Italia dan berlangsung pada tahun 1909 sampai Gaya ini dihidupkan oleh penyair itu Filippo Tommaso Marinetti, dan dia bekerja pada tokoh arsitektur terkemuka seperti arsitek Antonio Sant'Elia dan seniman Umberto Boccioni, Giacomo Balla, Fortunato Depero, Enrico Prampolini. pendukung bangunan futuristik menyarankan kecepatan, teori pengaruh energi dan ekpresi yang kuat, di dalam usahanya untuk membuat zaman arsitektur yang modern. 15 Setelah permulaannya, Futurism telah menjadi suatu kata yang]lebih umum untuk mengangkat kecenderungan yang luas dalam disain modern yang sangat ingin menciptakan arsitektur dengan gaya masa depan ataupun sedikitnya gaya yang akan datang 10 tahun ke masa depan. Futurism modern sebagian besar mulai dengan gaya desain pada mobil ataupun kereta pada tahun 1950 di California. Futurism adalah bukanlah suatu gaya tetapi suatu pendekatan terbuka ke arsitektur, dan telah ditafsirkan kembali oleh generasi arsitek yang berbeda dari beberapa dekade, tetapi pada umumnya ditandai dengan membentuk ketajaman, bentuk dinamis, kontras kuat dan penggunaan material yang berguna Ciri - Ciri Futuristik Ciri ciri dari futuristik adalah: Satu gaya Internasional atau tanpa gaya (seragam),merupakan suatu arsitektur yang dapat menembus budaya dan geografis. Berupa khayalan, idealis

20 Bentuk tertentu, fungsional,bentuk mengikuti fungsi, sehingga bentuk menjadi monoton karena tidak diolah. Less is more,semakin sederhana merupakan suatu nilai tambah terhadap arsitektur tersebut. Ornamen adalah suatu kejahatan sehingga perlu ditolak,penambahan ornamen dianggap suatu hal yang tidak efisien. Karena dianggap tidak memiliki fungsi, hal ini disebabkan karena dibutuhkan kecepatan dalam membangun setelah berakhirnya perang dunia II. Singular(tunggal), Arsitektur modern tidak memiliki suatu ciri individu dari arsitek, sehingga tidak dapat dibedakan antara arsitek yang satu dengan yang lainnya (seragam). Nihilism, Penekanan perancangan pada space, maka desain menjadi polos, simple, bidang-bidang kaca lebar. Tidak ada apa apanya kecuali geometri dan bahan aslinya. Kejujuran bahan,jenis bahan/material yang digunakan diekspos secara polos, ditampilkan apa adanya. Tidak ditutup-tutupi atau dikamuflase sedemikian rupa hingga hilang karakter aslinya. Terutama bahan yang digunakan adalah beton, baja dan kaca. Material-material tersebut dimunculkan apa adanya untuk merefleksikan karakternya yang murni, karakter tertentu yang khas yang memang menjadi kekuatan dari jenis material tersebut. Memberi sentuhan plastis seperti membungkus bahan dengan bahan lain adalah upaya yang tidak dibenarkan karena dinilai mengaburkan, menghancurkan kekuatan asli yang dimiliki oleh bahan tersebut., Misal : 1. Beton untuk menampilkan kesan berat, massif, dingin. 2. Baja untuk kesan kokoh, kuat, industrialis. 3. Kaca untuk kesan ringan, transparan, melayang. 29

21 2.2 Data Hasil Studi Banding Lapangan Planetarium Di Indonesia Pengertian Planetarium Jakarta Planetarium indonesia salah satunya di Jakarta adalah satu dari tiga wahana simulasi langit di Indonesia selain di Kutai, Kalimantan Timur, dan Surabaya, Jawa Timur. Planetarium tertua ini letaknya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Planetarium Jakarta merupakan sarana wisata pendidikan yang dapat menyajikan pertunjukan / peragaan simulasi perbintangan atau benda-benda langit. Pengunjung diajak mengembara di jagat raya untuk memahami konsepsi tentang alam semesta melalui acara demi acara. Planetarium Jakarta berdiri tahun 1964 diprakarsai Presiden Soekarno dan diserahkan ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Di tempat ini juga tersedia ruang pameran benda- benda angkasa yang menyuguhkan berbagai foto serta keterangan lengkap dari berbagai bentuk galaksi, teori-teori pembentukan galaksi disertai pengenalan tokoh-tokoh di balik munculnya teori. 16 Di ruang pameran ini, ada juga pajangan baju antariksa yang digunakan mengarungi angkasa, termasuk mendarat di bulan. Beberapa peralatan lain untuk pengamatan antariksa turut dipamerkan. Selain pertunjukan Teater Bintang dan multimedia / citra ganda, Planetarium Jakarta juga menyediakan sarana prasarana observasi benda-benda langit melalui peneropongan secara langsung, untuk menyaksikan fenomena / kejadian-kejadian alam lainnya, seperti gerhana bulan, gerhana matahari, komet dan lain-lain. 16 Planetarium Jakarta 30

22 Sejarah Planetarium Jakarta Planetarium Indonesia ada di Jakarta dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia mulai tahun 1964, atas gagasan Presiden Soekarno dengan harapan agar bangsa Indonesia sedikit demi sedikit mengenal berbagai macam benda langit dan berbagai peristiwa di luar angkasa. Selain dana dari pemerintah, Planetarium Jakarta ini juga didanai oleh Gabungan Koperasi Batik Indonesia. Pada tahun 1968, gedung beserta peralatan planetarium berhasil diselesaikan. Pada tanggal 10 November pada tahun yang sama, Planetarium Jakarta diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin bersamaan dengan diresmikannya Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki. Pertunjukan Planetarium mulai dibuka untuk umum pada tanggal 1 Maret 1969, menggunakan proyektor Universal buatan perusahaan Carl Zeiss, Jerman. Tanggal 1 Maret itu kemudian dijadikan hari ulang tahun Planetarium. Pada tahun 1984, Pemerintah DKI Jakarta membentuk Organisasi Penyelenggara Tugas dan Fungsi Planetarium sebagai pengganti status awal Proyek Planetarium menjadi Badan Pengelola Planetarium Jakarta. Kepala Badan Pengelola mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas-tugasnya langsung kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Perubahan status ini tertuang dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 2209 Tahun Pada tahun 1996, Badan Pengelola Planetarium Jakarta melakukan renovasi gedung sekaligus pemutakhiran peralatan pertunjukan dengan mengganti proyektor utama dengan yang lebih canggih dan dikontrol sepenuhnya oleh program komputer. Proyektor Universal diganti dengan Proyektor Universarium Model VIII, bahan 31

23 layar kubah diganti dengan yang baru dan garis tengahnya dikurangi dari 23 meter menjadi 22 meter. Lantainya ditinggikan dan dibuat bertingkat. Seluruh kursi dibuat menghadap ke arah Selatan dan jumlahnya dikurangi dari 500 ke 320 kursi. Pada tahun 2002, Badan Pengelola Planetarium Jakarta mengalami perubahan status dari organisasi nonstruktural menjadi organisasi struktural berupa Unit Pelaksana Teknis di bawah Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Provinsi DKI Jakarta. Perubahan status ini tertuang dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 118 Tahun Data Fisik Planetarium Jakarta Foto-foto Bangunan Eksterior Planetarium di indonesia 1. Planetarium Jakarta Gambar 2.3 Gedung Planetarium Jakarta tampak depan & papan penunjuk arah Sumber: Pribadi 17 Jakarta 32

24 Sistem Kerja Planetarium Indonesia 1. Sistem Operasi Planetarium Planetarium dengan proyektor diletakkan di tengah dan system loudspeaker berada di sekekliling ruangan. Sumber cahaya infrared dan system kamera mendeteksi cahaya yang dipantulkan dari penonton. Gambar diproses oleh system Cinematrix, yang mengirimkan informasi kepada prosesor grafis SGI. SGI bertugas mengirim data melalui MIDI kepada Sistem Interaktif Audio. Dan lagi, planetarium mengperasikan sebuah system multimedia independen dengan system grafis vector (Digistar) dan banyak audio, video dan peralatan proyeksi slide yang dikendalikan dengan komputer. 18 Jadwal Pertunjukan: ROMBONGAN Selasa - Kamis : 09.30, 11.00, dan Jum'at : dan Harga Tiket Masuk Pelajar dan Mahasiswa Rp ;-/perorang. Bukan Pelajar, mahasiswa Rp ;-/perorang PERORANGAN/UMUM Selasa - Jum'at : Sabtu - Minggu : 10.00, 11.30, dan Harga Tiket Masuk : Anak-anak Rp. 3, ; Dewasa Rp.7,000.00; 18 Planetarium Jakarta 33

25 Berdasarkan pelaku kegiatan (pengguna), maka kegiatan yang dilakukan adalah : 1. Kegiatan pengunjung, aktifitas yang dilakukan pengunjung adalah : Melihat pertunjukan Melihat benda koleksi Melakukan penelitian atau observasi langsung Menghadiri seminar atau acara khusus lainnya Mencari referensi Mengikuti kelas khusus untuk pelajar dan mahasiswa maupun tenaga kerja Gambar 2.4 Ulugh Beg di Samarkand Sumber: Melakukan kegiatan permainan interaktif Bagan 2.1 Sistem Aktifitas Pengunjung Di Planetarium Sumber: Planetarium Ovservatorium di Indonesia 34

26 2. Kegiatan pengelola, aktifitas yang dilakukan pengelola adalah : Penyusunan material pameran dan display-nya Persiapan peralatan dan tempat sebelum kegiatan pertunjukan Melakukan penelitian dan pengamatan dengan peralatan yang ada Memberikan informasi dan kuliah singkat tentang astronomi Melakukan kegiatan administrasi (pemasaran, pemesanan tempat, akuntabilitas dan lain sebagainya) Melakukan kegiatan penunjang seperti mengelola Café, Perpustakan, Warung Internet, Wartel, dan Toko Souvenir. 3. Kegiatan service, kegiatan yang dilakukan bagian service adalah: Membersihakan setiap ruangan Melakukan pembersihan dan perawatan terhadap material pameran Melakukan pembersihan dan perawatan terhadap alat-alat khusus Memperbaiki peralatan yang rusak Mengurus loading gudang dan pantry Mengurus utilitas bangunan Fasilitas Planetarium Jakarta 1. Fasilitas multimedia / citra ganda Salah satu pertunjukan audiovisual yang sangat menarik dengan menggunakan media slide dipadu dengan media lainnya seperti audiotape. Citra atau gambar diproyeksikan pada layar datar, seperti layar bioskop pada umumnya. Gambar itu berasal dari media slide, pita audio. Pertunjukan citra ganda pada mulanya masih menyuguhkan pengetahuan astronomi dan selanjutnya akan diperluas pada pengetahuan sesungguhnya suatu pengetahuan dapat disuguhkan dengan cara menarik dan padat, sehingga manfaatnya sangat baik 35

27 untuk membantu proses belajar-mengajar. Ini berarti suatu bentuk lain dari media edutainment yang dapat kita ciptakan. 2. Planetarium/ teater bintang Berkapasitas sekitar 330 kursi, penonton dapat melihat peragaan/simulasi langit baik langit siang maupun malam hari. Wajah langit tiruan ini diproyeksikan ke kubah setengah bola bergaris tengah 22 meter di atas penonton melalui proyektor Universarium Model VIII. Planetarium Jakarta mengadakan acara-acara pertunjukan untuk rombongan murid sekolah dan juga untuk masyarakat umum. Acaraacara untuk murid sekolah dipersiapkan oleh staf planetarium dengan isi meliputi masalah-masalah pokok pelajaran Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa dan disesuaikan dengan kurikulum sekolah mereka. Astronomi, fisika, meteorologi dan geografi adalah pokok-pokok pelajaran ynag harus diberikan kepada murid sekolah untuk memahami Bumi dan ruang jagat raya. Planetarium memiliki peranan yang sangat penting dalam pencapaian pemahaman ini, karena mempunyai kemampuan memvisualisasikan kejadian-kejadian di langit, yang tidak mungkin dikerjakan oleh guru di ruang kelas. Bahan-bahan pokok untuk tingkat Sekolah Dasar dan untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama hampir sama meliputi: Pengenalan benda-benda langit malam gerak harian benda langit perubahan fase bulan gerhana matahari dan gerhana bulan gerak semu matahari dan planet-planet Bumi sebagai planet 36

28 matahari tatasurya penerbangan ke angkasa luar bintang galaksi bimasakti dan galaksi lainnya 3. Ruang pameran alam ruangan ini disajikan materi dalam ujud lukisan, photo, miniatur benda langit, wahana antariksa, dsb. Gambar dan model miniatur adalah alat yang dapat digunakan untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai benda-benda langit. Jarak pemisah yang amat jauh dan pengaruh angkasa dan keterbatasan mata membuat kita tak tahu banyak tentang sifat-sifat benda langit yang sebenarnya. Oleh karena itu gambar-gambar yang dipotret atau dideteksi oleh peralatan astronomi, baik yang dilakukan di Bumi maupun yang berada diangkasa dan ruang angkasa, besar manfaatnya untuk kita ketahui ciri-ciri yang tampak didalamnya. Model miniatur dapat membantu menjelaskan rupa, bentuk dan dimensi benda-benda yang ditirukan. 4. Perpustakaan Dengan terdapatnya materi yang tentunya berkaitan erat dengan masalah astronomi. Keberadaan perpustakaan yang menghimpun bahan- bahan tertulis mengenai astronomi yang telah dirilis sejak planetarium mulai dibuka. Perpustakaan ini sebuah fasilitas yang mutlak diperlukan karena sebagian besar bahan acuan untuk menyusun programa berasal dari isi perpustakaan yang terdapat lebih dari buah buku, majalah dan bentuk penerbitan lainnya sebagai 37

29 koleksi perpustakaan. Jumlah itu akan terus bertambah melalui langganan majalah dan pembelian buku-buku terbitan baru. 5. Ruang peragaan Biasa disebut ruang pertunjukan, semula berkapasitas 500 kursi yang ditempatkan melingkar menghadap proyektor ditengahtengahnya. Pada wkatu digunakan ruangan ini tertutup rapat dan udara didalamnya diatur dengan sistem sirkulasi dari luar dan memakai mesin pendingin. 6. Fasilitas Kelas Untuk menjalin interaksi lebih aktif antara pengunjung dan staf dalam penyebarluasan astronomi secara populer. Fasilitas kelas ini pula yang memungkinkan planetarium menyelenggarakan kegiatan lain seperti seminar dan penataran astronomi. 7. Observatorium Terdapat 3 teleskop yang memungkinkan mengadakan kegiatan pengamatan benda langit sebagai fungsinya. Baik dalam bentuk penelitian (observasi ilmiah skala kecil), kegiatan khusus untuk masyarakat umum/awam (peneropongan umum), maupun gabungan keduanya sebagai partisipasi aktif untuk memupuk minat masyarakat. Dalam hal ini, fungsi Planetarium & adalah sebagai tempat wisata pendidikan teropong bintang (edutainment : pendidikan dan hiburan). Jadwal peneropongan untuk pengunjung (peneropong umum) disusun dengan jadwal mempertimbangkan kondisi cuaca. Dalam 1 tahun Planetarium mengadakan kegiatan ini sebanyak 36 kali pada bulan-bulan tertentu apabila cuaca memungkinkan dan tidak memungut biaya. Juga tidak menutup kemungkinan mengadakan 38

30 kegiatan ini di luar jadwal yang biasa karena ada peristiwa astronomis, khususnya dalam bidang pengamatan benda-benda langit. Gedung observatorium yang atapnya berbentuk kubah merupakan cirinya yang khas, lebih didasari oleh persyaratan teknis, yakni agar dapat diputar ke berbagai arah dan menimbulkan hambatan yang kecil terhadap tiupan angin serta sirkulasi udara di atas teropong bintang tidak terlalu acara Planetarium Jagad Raya Tenggarong Sejarah Planetraium Jagad Raya Tenggarong Gambar 2.5 Planetarium Jagad Raya Tenggarong Sumber : Planetarium, tempat dimana kita bisa menyaksikan susunan tata surya dan alam semesta ternyata tidak hanya ada di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Di kota Tenggarong, Kutai Kartanegara, terdapat planetarium dengan peralatan yang tidak kalah canggih. Planetarium merupakan teater bintang atau alam semesta. Disebut demikian karena planetarium memperlihatkan isi alam semesta dan susunan tata surya. Planetarium Tenggarong dibangun sejak tahun 2000 dan diresmikan tanggal 16 April 2003 oleh Wakil Presiden saat itu Hamzah Haz. Oleh Bupati Kutai Kartanegara 39

31 Syaukani HR, planetarium ini kemudian diberi nama Planetarium Jagat Raya Tenggarong. Planetarium Jagad Raya terletak di Jalan Pangeran Diponegoro, di sebelah kiri bangunan Museum Mulawarman. Tempat ini merupakan sarana wisata ilmu pengetahuan untuk menikmati keindahan alam semesta berupa bintang-bintang, planet dan segala sesuatu di angkasa luar. Planetarium Angkatan laut di surabaya yang berfungsi sebagai sarana pendidikan astronomi bagi publik. Planetarium ini merupakan tempat Teater Bintang atau teater alam, karena dapat memperlihatkan isi alam semesta serta susunannya. Planetarium Tenggarong dibangun menggunakan dana anggaran pembangunan daerah Kutai Kartenegara senilai 18 miliar. Didalam planetarium ini terdapat alat peraga berupa proyektor Skymaster ZKP 3 buatan Jerman dan dilengkapi lebih dari 100 lensa untuk memproyeksikan berbagai bentuk benda langit Kesimpulan Banyakanya fasilitas dan kebutuhan ruang yang di butuhkan planetarium itu sendiri karena Dalam mendesain interior sebuah planetarium dengan konsep tertentu seperti konsep luar angkasa dibutuhkan ketelitan khusus dalam membuat bentuk - bentuk furniture hingga layout ruang dan warna atau pemilihan material. Oleh karena itu di butuhkan studi perbandingan untuk mendesain interior planetarium agar ruang lingkup dan fasilitas dapat dilengkapi dengan adanya kelebihan kelebihan di dalam mendesain. 40

BAB IV ANALISIS PROYEK

BAB IV ANALISIS PROYEK 33 BAB IV ANALISIS PROYEK IV.1 Data Umum Proyek Nama Proyek : Perumahan Jenis Proyek : Rumah Tinggal Lokasi Proyek : Kemang Utara 2B ( Jakarta Selatan ) Pemilik : Swasta Citra Image : Modern American Program

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS PERANCANGAN INTERIOR STUDIO APARTEMEN CENTRO CITY DAAN MOGOT JAKARTA BARAT

BAB III TINJAUAN KHUSUS PERANCANGAN INTERIOR STUDIO APARTEMEN CENTRO CITY DAAN MOGOT JAKARTA BARAT BAB III TINJAUAN KHUSUS PERANCANGAN INTERIOR STUDIO APARTEMEN CENTRO CITY DAAN MOGOT JAKARTA BARAT Gambar 3.1 (www.agoda.com/centro-city-serive-apartement/hotel/jakarta-id.html) III.1.Data Umum Proyek

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain :

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data dan Literatur Sumber-sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : 1. Literatur : buku, majalah, artikel

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN PLANETARIUM TIM JAKARTA

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN PLANETARIUM TIM JAKARTA LAPORAN HASIL KUNJUNGAN PLANETARIUM TIM JAKARTA MITOLOGI YUNANI Oleh: Rizqa Ridina 0906642790 Kelas B Sastra Prancis FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 BAB

Lebih terperinci

Arsitektur Futuristik

Arsitektur Futuristik Arsitektur Futuristik Pengertian Arsitektur Futuristik Futuristik merupakan suatu paham kebebasan dalam mengungkapkan atau mengekspresikan ide atau gagasan ke dalam suatu bentuk tampilan yang tidak biasa,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN DATA KHUSUS

BAB III TINJAUAN DATA KHUSUS 18 BAB III TINJAUAN DATA KHUSUS Gambar 3.1. Lokasi Proyek III.1. Data Umum Proyek Nama Proyek: PT. ELCO POWER SYSTEM Jenis Proyek: Kantor Lokasi Proyek: Jl. KH. Hasyim Ashari Kavling DPR Blok C Nomer 284-285,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data-data yang diperoleh dalam bab ini didapat melalui beberapa metode seperti yang dijabarkan sebagai berikut : 1. Data Sumatif : Berasal dari survey dan artikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Astronomi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan murni yang melibatkan pengamatan dan penjelasan tentang kejadian yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya.

Lebih terperinci

Tahap ini merupakan tahap kesepakatan antara pihak owner dengan kontraktor. Kesepakatan tersebut diikat oleh surat perjanjian yang di atur dalam dokum

Tahap ini merupakan tahap kesepakatan antara pihak owner dengan kontraktor. Kesepakatan tersebut diikat oleh surat perjanjian yang di atur dalam dokum BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1. JENIS PROYEK Gambar 3.1 Rumah Adityo Lenteng Agung (Sumber : Pribadi) Bangunan rumah Adityo merupakan sebuah bangunan yang memiliki konsep American Modern 1 bangunan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang. Pesatnya laju pembangunan di Indonesia menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu manusia memiliki beragam pertanyaan mengenal langit, antariksa, planet, bintang dan galaksi. Ketertarikan manusia terhadap pergerakan benda-benda langit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mengalami kemajuan pesat sejak Perang Dunia ke 2. Salah satu bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang mengalami kemajuan

Lebih terperinci

PLANETARIUM SEMARANG TA 118 BAB I PENDAHULUAN

PLANETARIUM SEMARANG TA 118 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astronomi sebenarnya sudah dikenal luas oleh manusia sejak masa sebelum masehi, namun dalam perkembanganya astronomi menjadi ilmu pengetahuan yang hanya diketahui dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL

PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL Judul laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang dipilih ialah Solo Baru Planetarium Education Center. Untuk mengetahui pengertian dan definisi dari judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PLANETARIUM SEMARANG Bentara Alam Gumilang / L2B LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. PLANETARIUM SEMARANG Bentara Alam Gumilang / L2B LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang memiliki cukup banyak fasilitas pendidikan. Dari taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia telah mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dengan sangat pesat. Penemuan-penemuan teknologi baru terus berkembang dari masa ke masa demi kesejahteraan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL PLANETARIUM JAKARTA

PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL PLANETARIUM JAKARTA PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL PLANETARIUM JAKARTA Mochamad Rifqi Fairus Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak Planetarium Jakarta merupakan tempat wisata dibidang astronomi, Planetarium

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Latar Belakang Pemilihan Tema Arsitektur Futuristik atau futurisme dimulai pada awal abad ke 20 dengan bentuk bangunan yang ditandai oleh anti -historicism dan garis panjang

Lebih terperinci

PLANETARIUM DI BALI 6

PLANETARIUM DI BALI 6 PLANETARIUM Dalam bab ini dijabarkan mengenai teori planetarium, kajian terhadap proyek yang sejenis, serta spesifikasi umum Planetarium. 2.1 Planetarium Berikut dijabarkan mengenai teori tentang planetarium,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PLANETARIUM DI YOGYAKARTA LANGGAM CUBISME SEBAGAI TITIK TOLAK DALAM PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL Gedung Auditorium Musik Bandung ini merupakan fasilitas yang diperuntukkan kepada kaum remaja di Bandung. Kaum remaja yang senang berekspresi menjadi pertimbangan dalam pencarian

Lebih terperinci

7.4 Avant Garde Avant Garde buka suatu aliran dalam seni lukis, melainkan gaya yang berkembang dalam dunia fashion serta bergerak ke desain grafis

7.4 Avant Garde Avant Garde buka suatu aliran dalam seni lukis, melainkan gaya yang berkembang dalam dunia fashion serta bergerak ke desain grafis 7.4 Avant Garde Avant Garde buka suatu aliran dalam seni lukis, melainkan gaya yang berkembang dalam dunia fashion serta bergerak ke desain grafis Avant Garde dalam bahasa Perancis berarti "garda terdepan"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal keberadaannya, seluruh manusia di muka bumi ini memerlukan suatu tempat untuk bernaung maupun berlindung, baik yang bersifat tetap maupun sementara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana dan Penguji II.

KATA PENGANTAR. Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana dan Penguji II. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Landasan Konseptual untuk Seminar Tugas Akhir dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan BAB V KONSEP PERANCANGAN Gambar 1 Bagan Pemikiran Umum Konsep Sumber : Pemikiran Penulis Kegiatan yang ada di dalam Planetarium secara umum dapat dibagi menjadi 3 aktivitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI KARYA DESAIN Oleh Debby Tiara Nauli Siregar 1211874023 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 DESAIN INTERIOR JURUSAN DESAIN FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Mari Menjelajah Mars, Fakta Paling Top - Alam Semesta,

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Mari Menjelajah Mars, Fakta Paling Top - Alam Semesta, 5 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Data dan Literatur Sumber data: - Kepustakaan : - Buku : Mari Menjelajah Mars, Fakta Paling Top - Alam Semesta, Jagat Raya - Rahasia Tata Surya - Artikel web : http://www.google.com/mars/

Lebih terperinci

EGYPTIAN ARCHITECTURE

EGYPTIAN ARCHITECTURE EGYPTIAN ARCHITECTURE - terdapat pada daerah iklim yang panas kering - material tanah liat atau bebatuan lokal dengan warna asli materialnya. - Monumen dengan gaya arsitektur ini cenderung terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah : Arsitektur Moderen dan Pasca Moderen Kode Mata Kuliah : AR 35214

Nama Mata Kuliah : Arsitektur Moderen dan Pasca Moderen Kode Mata Kuliah : AR 35214 LAMPIRAN PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENINJAUAN KURIKULUM UNIKOM GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) SILABI SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARN (GBPP) I. IDENTITAS MATA

Lebih terperinci

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni rupa merupakan cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan ujung tombak bagi kemajuan perekonomian negara. Pariwisata juga bertanggung jawab untuk membawa citra bangsa ke dunia Internasional. Semakin tinggi

Lebih terperinci

PLANETARIUM BANDUNG LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER II TAHUN 2007/2008

PLANETARIUM BANDUNG LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER II TAHUN 2007/2008 PLANETARIUM BANDUNG LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER II TAHUN 2007/2008 Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Oleh Ni Made Suksmayani 15203059 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK II.1 Tinjauan Umum Proyek II.1.1 Tinjauan Proyek Judul : Pusat Pendidikan Budaya Betawi Tema : Arsitektur Betawi Lokasi : Jalan Bulungan Raya, Jakarta Selatan Luas Lahan : ±

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Perkembangan Desain Komunikasi Visual di Dunia Pada awalnya, media desain grafis hanya terbatas pada media cetak dwi matra. Namun, seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam budaya dan tradisi Indonesia membuat banyaknya kerajinan tradisional di Indonesia. Contohnya yang saat ini lagi disukai masyarakat Indonesia yaitu kerajinan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and BAB 3 METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and Exhibition Center di Kota Batu ini menggunakan penelitian dengan metode analisis dan sintesis. Metode tersebut

Lebih terperinci

SEJARAH DESAIN. Evaluasi Materi Modul 1 s.d 7. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

SEJARAH DESAIN. Evaluasi Materi Modul 1 s.d 7. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk SEJARAH DESAIN Modul ke: Evaluasi Materi Modul 1 s.d 7 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstrak Berbagai Gaya Desain di dunia berkembang

Lebih terperinci

MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER

MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER Oleh : Tony Sugiarto, Bambang Adji Murtomo, Bambang Suprijadi Perempuan merupakan sosok yang selalu menjadi sorotan di masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur. BAB I PENDAHULUAN I.1. Deskripsi Proyek Judul : Topik : Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara Ekspresionisme Tema : Pengolahan Bentuk Kampus yang Ekspresif dalam Menaungi Kegiatan

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam buku Penghargaan Konservasi Bangunan Cagar Budaya karya Dr.Dibyo Hartono tahun 2104, sejarah sebuah kota adalah sejarah kehidupan manusia yang tercermin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Interior Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu maupun kelompok di tempat dan waktu tertentu, biasanya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD)

BAB IV: KONSEP Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD) BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 4.1.1. Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD) Pada tahun 1993 Peter Calthorpe menawarkan sebuah sistem mengenai Konsep Transit Oriented Development ( TOD

Lebih terperinci

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Asmat adalah suku terbesar di Irian Jaya yang terkenal dengan seni pahatan kayunya. Uniknya, ketika mereka membuat ukiran tersebut, mereka tidak membuat sketsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Kabupaten Pati terletak di daerah pantai Utara Pulau Jawa dan di bagian Timur dari Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan segi letaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Galeri Nasional Indonesia (GNI) merupakan salah satu lembaga kebudayaan berupa museum khusus dan pusat kegiatan seni rupa, sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Gaya dan Tema Perancangan Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya modern etnik. Pemilihan gaya modern etnik berdasarkan

Lebih terperinci

PUSAT PAMERAN DAN KONVENSI DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR FUTURISTIK

PUSAT PAMERAN DAN KONVENSI DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR FUTURISTIK PUSAT PAMERAN DAN KONVENSI DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR FUTURISTIK Tegar Adhityatma 1, Musyawaroh 2, Amin Sumadyo 3 Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta 1,2,3

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul dan Pengertian Judul 1. Judul Jakarta Integrated Urban Farm 2. Pengertian Judul Jakarta merupakan ibu kota Indonesia, daerah ini dinamakan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Art deco adalah sebuah gerakan desain yang populer dari 1920 hingga 1939, yang mempengaruhi seni dekoratif seperti arsitektur, desain interior, dan desain industri,

Lebih terperinci

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah : BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Pengertian Tema Pengertian Ekspresi, adalah : Ungkapan tentang rasa, pikiran, gagasan, cita-cita, fantasi, dan lain-lain. Ekspresi merupakan tanggapan atau rangsangan atas

Lebih terperinci

Menilik Sisi Lain Ibukota di Kota Tua Fatahillah

Menilik Sisi Lain Ibukota di Kota Tua Fatahillah Menilik Sisi Lain Ibukota di Kota Tua Fatahillah Wajah Jakarta sering digambarkan dengan ratusan gedung tinggi yang menjulang di tengah kota, hutan modern yang riuh dengan gedung perkantoran dan pemukiman.

Lebih terperinci

BAB III. Sport Hall/Ekspresi Struktur TINJAUAN KHUSUS. Laporan Skripsi dan Tugas Akhir. Pengertian Tema

BAB III. Sport Hall/Ekspresi Struktur TINJAUAN KHUSUS. Laporan Skripsi dan Tugas Akhir. Pengertian Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Pengertian Tema Pemilihan tema Ekspresi Struktur dalam penulisan skripsi ini berdasarkan kebutuhan akan sebuah bangunan yang mempunyai bentangan yang lebar sehingga membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi. PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV Konsep dan Tema Perancangan

BAB IV Konsep dan Tema Perancangan BAB IV Konsep dan Tema Perancangan 4.1 Konsep Hybrid Setelah dipaparkan secara singkat diatas mengenai penggabungan dua unsur antara tradisional dan modern, pada bagian ini akan dibahas lebih dalam lagi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN BAB 5 HASIL RANCANGAN 6. Desain Bangunan Desain bangunan pertunjukan seni ini memiliki bentuk kotak masif untuk efisiensi bentuk bangunan dan ruang bangunan. Bentuk bangunan yang berbentuk kotak masif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN 7 BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN A. Pengertian Judul 1. Gorontalo Menunjukan sebuah nama lokasi/daerah yaitu Provinsi Gorontalo merupakan hasil pemekaran dari provinsi sebelumnya Provinsi Sulawesi Utara.

Lebih terperinci

BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik. ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan

BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik. ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan BAB IV Konsep Perancangan Museum Mobil Klasik 4.1 Tema Tema yang diambil dalam perancangan Museum Mobil Klasik ini adalah Vintage Industrial. Tema ini terdiri dari kata Vintage dan Industrial. Vintage

Lebih terperinci

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I. BAB I. GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. Pendahuluan BATU PUTIH. GALERI SENI UKIR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a. Kelayakan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis berada di pesisir pantai

Lebih terperinci

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai BAB V KONSEP DESAIN 5.1 Konsep Citra Konsep merupakan solusi dari permasalahan desain yang ada. Oleh karena itu, dalam pembuatan konsep harus mempertimbangkan mengenai simbolisasi, kebutuhan pengguna,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Penjelasan konsep dibagi menjadi dua bagian yaitu: A. Konsep Tapak yang meliputi: a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi b. Sirkulasi e. Orientasi c. Lingkungan f. Skyline

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Ide Perancangan Desain Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda, kebiasaan-kebiasaan ini secara tidak langsung menjadi acuan dalam memilih furnitur yang ada di dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di BAB 3 METODA PERANCANGAN Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu ini secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut: 3.1 Ide Perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Judul. 2. Pengertian Judul COMPUTER CENTRE

BAB I PENDAHULUAN. 1. Judul. 2. Pengertian Judul COMPUTER CENTRE BAB I PENDAHULUAN 1. Judul Perencanaan dan Perancangan Computer Centre sebagai pusat perdagangan, promosi, informasi, jasa pelayanan dan hiburan di Kartasura dengan Desain Arsitektur High Tech. 2. Pengertian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan BAB III TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab III, Tinjauan Pustaka, penulis akan menerangkan tentang penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan dengan pembuatan design 3D interior

Lebih terperinci

INTERIOR Konsep interior kontemporer (Materi pertemuan 9 )

INTERIOR Konsep interior kontemporer (Materi pertemuan 9 ) INTERIOR Konsep interior kontemporer (Materi pertemuan 9 ) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Interior Kontemporer Gaya

Lebih terperinci

SEJARAH DESAIN. Gaya Desain Bauhaus Modul IX. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

SEJARAH DESAIN. Gaya Desain Bauhaus Modul IX. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk SEJARAH DESAIN Modul ke: Gaya Desain Bauhaus Modul IX Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstract Gaya desain Bauhaus muncul sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta adalah kota yang sedang mengalami perkembangan pada sektor perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun dimana-mana. Akan

Lebih terperinci

BAB 4. Analisa. Berdasarkan studi banding dan studi literatur, dapat disimpulkan beberapa bagian fungsional seperti berikut:

BAB 4. Analisa. Berdasarkan studi banding dan studi literatur, dapat disimpulkan beberapa bagian fungsional seperti berikut: BAB 4 Analisa 4.1 Analisa Fungsional Berdasarkan studi banding dan studi literatur, dapat disimpulkan beberapa bagian fungsional seti berikut: 1. Fungsi pameran Yaitu fungsi kegiatan yang memtunjukan/memlihatkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA 5.1 Konsep Ruang dan Bangunan Permasalahan dalam perencanaan dan perancangan Galeri Seni Lukis Modern di Yogyakarta adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Informasi yang dibutuhkan manusia begitu banyak dan tidak dapat dipisahkan dari keseharian kehidupan. Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak semua masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ludruk merupakan sebuah drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelar di panggung. Pertunjukan kesenian yang berasal dari Jombang

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1 Tema Interior Konsep desain pada perancangan fasilitas Pusat Pengembangan Kreativitas Anak ini menggunakan pendekatan terhadap konsep fungsi dan citra. Fasilitas ini mengambil

Lebih terperinci

CAD LANJUTAN MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI

CAD LANJUTAN MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI CAD LANJUTAN MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI DOSEN: - HERU SUBIYANTORO, ST. Penyusun : Yan ardi anugrah (0851010056) Satrio budi (0851010081) Chris Andistya (0851010086) UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah sebuah negara yang dikenal dengan keanekaragaman tradisi dan kebudayaan, salah satu keragaman yang dimiliki oleh Indonesia adalah tradisi pembuatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA Diajukan oleh : LUTHFI HARDIANSYAH 0951010022 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2012 Balai Kota Surabaya

Lebih terperinci

PEMUGARAN FACULTY HOUSE WISMA KERKHOVEN, LEMBANG

PEMUGARAN FACULTY HOUSE WISMA KERKHOVEN, LEMBANG PEMUGARAN FACULTY HOUSE WISMA KERKHOVEN, LEMBANG Nama kota kecil Lembang di utara kota Bandung, mungkin tidak asing bagi pembaca majalah ini. Di kota Lembang yang berhawa sejuk ini terdapat sebuah fasilitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia 5.1.1. Gaya Perancangan Gaya arsitektur yang dipakai pada bangunan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia ini direncanakan

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Definisi Planetarium dan Observatorim Planetarium adalah gedung teater untuk memperagakan simulasi susunan bintang dan benda-benda langit. Atap gedung biasanya

Lebih terperinci

Kementerian Pendidikan Nasional merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. salah satu langkah yang di

Kementerian Pendidikan Nasional merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. salah satu langkah yang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Proyek Menurut catatan sejarah umat manusia yang sempat terungkap tentang keberadaan dan perkembangan perpustakaan menunjukkan bahwa perpustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permainan tradisional merupakan permainan yang diciptakan oleh leluhur kita, mereka membuat permainan dari benda benda atau tumbuhan yang terdapat di alam sekitar.

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik. BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 4.1.1. Arsitektur Bioklimatik Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Pengertian Ruang Ruang mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara psikologis emosional

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan BAB III TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab III, Tinjauan Pustaka, penulis akan menerangkan tentang penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan dengan pembuatan design 3D interior

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu Universitas terkemuka di Indonesia serta termasuk ke dalam lima besar Universitas terbaik seindonesia, terletak di provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

PENERAPAN MATERIAL FINISHING INTERIOR KAFÉ DI TEMBALANG, SEMARANG

PENERAPAN MATERIAL FINISHING INTERIOR KAFÉ DI TEMBALANG, SEMARANG Available online through http://ejournal.undip.ac.id/index.php/modul Penerapan Material Finishing Interior Kafé Di Tembalang, Semarang PENERAPAN MATERIAL FINISHING INTERIOR KAFÉ DI TEMBALANG, SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Pesatnya perkembangan zaman kearah yang lebih modern dan diikuti dengan perkembangan teknologi serta ilmu pengetahuan, kian menuntut masyarakat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Olahraga dapat menjadi batu loncatan sebagai pemersatu bangsa, daerah dan negara lainnya, baik di dalam skala nasional maupun internasional. Dalam setiap skala, negara-negara

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur

Lebih terperinci