BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
|
|
- Harjanti Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal keberadaannya, seluruh manusia di muka bumi ini memerlukan suatu tempat untuk bernaung maupun berlindung, baik yang bersifat tetap maupun sementara. Pada zaman dahulu, sekalipun cara berpikir manusia masih sangat primitif, manusia sudah berupaya memiliki suatu tempat tinggal. Kala itu mereka tinggal di gua-gua atau tempat apapun yang dapat mereka gunakan untuk bernaung, melindungi diri dari cuaca panas dan hujan serta dari ancaman binatang buas. Sebenarnya tempat apapun yang dapat digunakan untuk bernaung dan berlindung bagi manusia dapat dikatakan sebagai tempat tinggal. Akan tetapi, tempat tersebut sudah seharusnya memenuhi kriteria-kiteria tertentu sebagai tempat tinggal yang layak. Tempat tinggal atau dapat pula dikatakan sebagai hunian ada banyak macamnya. Jenis tempat tinggal yang paling umum diantara sekian banyak adalah rumah. Tempat tinggal, yang dalam konteks ini adalah rumah, merupakan salah satu jenis kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh semua orang disamping sandang dan pangan. Rumah merupakan suatu tempat dimana seseorang, keluarga, atau sekelompok orang tinggal atau menghabiskan banyak waktu mereka, atau dimana seseorang merasa aman dan nyaman. Fungsi rumah tinggal tidak hanya sekedar untuk berlindung dari segala gangguan alam dan iklim, akan tetapi juga untuk berkarya dan mengembangkan kreativitas serta profesi. Oleh karena itu, sebenarnya makna dan fungsi sebuah rumah tinggal sangatlah kompleks. Rumah telah mengalami berbagai perkembangan seiring dengan kemajuan zaman, baik dari segi fisik maupun dari segi penambahan fungsi. Jika pada awalnya hanya sebagai tempat berlindung, kini lebih dari itu. Misalnya saja, ada rumah yang juga difungsikan sebagai kantor, sebagai toko, atau yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas tertentu sebagai penunjang aktivitas ataupun kegemaran tertentu dari penghuninya. Semua hal tersebut pada akhirnya kembali kepada kepentingan pemiliknya. Secara umum, rumah 1
2 dapat mencerminkan tingkatan sosial-ekonomi pemiliknya di masyarakat. Namun, pada dasarnya tempat tinggal atau rumah diciptakan untuk mempermudah manusia serta menunjang kepentingan manusia untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Berpijak dari fenomena tersebut, maka peran akan perencanaan dan perancangan sebuah rumah tinggal memegang peranan yang sangat penting untuk membuat agar rumah tinggal yang dibangun bisa betul-betul sesuai dengan fungsi dan kebutuhan, aktifitas serta kemampuan penghuninya. Rumah sebagai bagian penting dalam kehidupan manusia yang selalu berubah, senantiasa ikut berubah sesuai dengan masanya. Dulu, ketika arsitektur Klasik sedang dalam masa keemasannya, semua bangunan termasuk rumah tinggal nyaris seragam, memperlihatkan ciri-ciri fisik yang kental dengan nuansa Klasik. Akhir-akhir ini, ketika gaya minimalis sedang marak di mana-mana, tidak terkecuali di Indonesia, sejumlah besar bangunan maupun rumah tinggal, terutama di kota-kota besar dibangun dengan gaya minimalis pula. Hal ini menunjukkan bahwa dalam perkembangannya, rumah pun memiliki suatu tren sesuai dengan zamannya. Kata tren merujuk kepada sesuatu yang sedang populer. Jika sesuatu sudah disebut sebagai sebuah tren, maka yang tidak mengikuti tren tersebut dianggap ketinggalan zaman. Kemudian, jika mendapat sambutan baik, tren tersebut akan meluas mulai dari golongan masyarakat tertentu hingga lingkup yang lebih besar dan selanjutnya akan menjadi bagian dari sebuah gaya hidup. Uraian di atas menunjukkan bahwa saat ini, minimalis dalam kaitannya dengan hunian tidak hanya sekedar menjadi bagian dari desain dan arsitektur, namun telah berkembang menjadi sebuah tren di tengah-tengah masyarakat, khususnya masyarakat urban golongan menengah ke atas. Ditinjau dari segi desain, desain minimalis merupakan suatu upaya penyederhanaan desain yang berorientasi kepada fungsi atau pembatasan terhadap hal-hal yang tidak perlu. Desain minimalis memiliki tiga konsep utama sebagai dasarnya, yaitu geometri, kesederhanaan dan kejujuran. Semua konsep tersebut merujuk kepada hal-hal yang dasar dalam setiap aspeknya. 2
3 Apabila desain minimalis merujuk kepada hal-hal yang dasar, maka sudah pasti tidak akan dijumpai bentuk-bentuk dengan detil yang rumit maupun finishing material yang berlebihan dalam aplikasi desain ini. Artinya, penerapan desain minimalis dapat meminimalisir penggunaan material serta bahan-bahan lainnya, namun dengan tetap mempertahankan kualitasnya. Upaya pembatasan terhadap jumlah dan komposisi benda dalam suatu ruangan sebagai implementasi desain minimalis harus diimbangi dengan peningkatan kualitas ruang dan kualitas material agar tetap bisa menghadirkan nilai keindahan yang besar dari suatu kesederhanaan dan menjaga agar kekosongan dalam minimalis tidak menjemukan. Namun di Indonesia, pada banyak kasus yang terjadi justru anggaran menjadi semakin mahal akibat tingginya harga material yang berkualitas. Selain itu, lagi-lagi produsen produkproduk minimalis mengutamakan tujuan pada keuntungan semata, mengingat tren ini cenderung menjadi mode di kalangan menengah ke atas. Penelitian ini mencoba mengkaji tentang implementasi hunian minimalis dengan studi kasus hunian minimalis di kota Bandung yang akan dikaitkan dengan konsistensi terhadap konsep minimalis serta penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi geografis kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Cikal bakal Minimalisme berawal dari sebuah gerakan avant garde di bidang seni pada abad XIX, berupa munculnya modernisme radikal dalam kehidupan seni. Dalam modernisme radikal tersebut terdapat berbagai aliran seperti Kubisme, Fauvisme, Eksitensialisme, dan lain-lain. Pada masa ini pula timbul aliran seni Futurisme di Italia, Blue Rider di Jerman, dan kelompok De Stijl di Belanda. Minimalisme pertama kali diaplikasikan pada pergerakan artistik yang berkembang pada akhir tahun 60-an di Amerika Serikat sebagai bentuk reaksi melawan subjektivitas aliran Abstrak-Ekspresionisme dan menentang sifat masyarakat saat itu yang haus akan 3
4 visual/tampilan. Karena alasan tersebut, karya-karya seni kaum minimalis diminimalisir dalam warna, nilai, bentuk, garis, dan tekstur. Gerakan seni avant garde ini berusaha lepas dari bentuk dan gaya masa lampau dan terus merambah hingga ke wilayah arsitektur, yang kemudian memunculkan gaya arsitektur Internasional Modern atau The International Style. Ciri khas arsitektur The International Style adalah tabu terhadap ornamen. Berlawanan dengan arsitektur Klasik yang mendewakan kerumitan ornamen. Konsep bangunan "bersih" tersebut kemudian melahirkan aliran Purisme atau Rasionalisme yang menonjolkan kesederhanaan, berupa komposisi bidang, balok, dan kubus. Aliran-aliran baru dalam arsitektur ini, seperti Purisme, Rasionalisme, Kubisme, dan Fungsionalisme, nyaris tidak bisa dibedakan dari segi fisik. Semua aliran mengacu pada pandangan bahwa sisi yang satu dengan sisi lain pada bangunan tidak saling terlepas, tetapi seluruhnya merupakan suatu kesatuan bentuk. Minimalisme yang ada sekarang merupakan akumulasi dari semua konsep arsitektur Minimalis yang pernah ada sebelumnya. Ide-ide yang serupa dengan pemikiran Minimalisme juga telah muncul pada era Modernisme tahun 1950-an yang dipelopori oleh Mies van de Rohe. Pada masa itu, seusai Perang Dunia II, banyak kota yang mengalami kehancuran dan butuh waktu cepat untuk membangun kembali gedung-gedung. Maka dengan memanfaatkan material yang bisa diproduksi massal dan dengan anggaran yang minim, para arsitek membangun kembali kota dengan menekankan aspek fungsional seraya mengorbankan estetika. Mereka membuang detail-detail yang tidak jelas fungsinya, baik pada pintu, jendela, tiang, maupun elemen lain. Mereka juga memangkas ornamen seperti ukiran dan pahatan. Minimalisme itu sendiri dapat didefinisikan sebagai sebuah upaya pengurangan unsur hingga jumlah terkecil yang masih mungkin dihadirkan atau sebuah upaya untuk menghadirkan hal-hal yang penting saja. Jika ditilik dari sudut pandang desain, desain minimalis dapat diartikan sebagai suatu rancangan sederhana dengan orientasi bentuk primer dan eliminasi unsur ornamen sehingga menghasilkan suatu keadaan yang murni. Desain minimalis menekankan hal-hal yang bersifat esensial dan fungsional. Bentuk- 4
5 bentuk geometris elementer tanpa ornamen, kejujuran material serta pilihan warna yang memberi kesan lengang seperti putih, abu-abu muda, atau pastel menjadi ciri-cirinya. Saat ini, hunian minimalis tidak hanya sebatas bagian dari desain dan arsitektur, tetapi telah berkembang menjadi suatu tren di kalangan masyarakat urban. Jika semula gerakan ideologisnya berusaha untuk memberontak terhadap arsitektur Klasik, maka saat ini menjadi lebih berorientasi kepada gaya. Minimalisme menghadirkan sesuatu yang murni, dingin, halus, dan segar, sehingga dapat membuat perasaan menjadi rileks dan tenang. Di Indonesia, kondisi ini kontras dengan situasi dan kondisi masyarakat perkotaan yang hidup dengan tingkat stress yang tinggi. Maka sangat masuk akal jika kemudian hunian minimalis menjadi sebuah pilihan menarik bagi masyarakat urban. Gaya minimalis begitu mudah diterima oleh hampir seluruh kalangan karena desainnya yang simpel, rapi, dan apa adanya, selain karena dianggap sejalan dengan pola hidup masyarakat urban yang serba cepat dan praktis. Fenomena ini menunjukkan bahwa Minimalisme telah berkembang menjadi sebuah tren di kalangan urban yang berarti juga telah memiliki sebuah prestise tersendiri. Sebuah desain diciptakan untuk menunjang kehidupan manusia agar lebih baik. Sedangkan terwujudnya kenyamanan penghuni adalah hal terpenting yang ingin dicapai dari sebuah rumah tinggal. Rumah tinggal minimalis yang saat ini sedang marak di kotakota besar di Indonesia, termasuk kota Bandung diharapkan bukan hanya menjadi tren semata, namun dapat memenuhi faktor fungsional, keamanan dan kenyamanan dari segi desain. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah Mengkaji apakah implementasi hunian minimalis di kota Bandung telah sesuai dengan konsep Minimalisme serta bagaimanakah implementasi desain minimalis diterapkan pada hunian terkait dengan kondisi geografis kota Bandung 5
6 1.3 Lingkup Kajian Gaya minimalis yang berasal dari negara Barat mulai marak di kota Bandung pada beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari bermunculannya bangunan-bangunan bergaya minimalis, tidak terkecuali rumah tinggal. Lingkup kajian penelitian ini adalah sejumlah rumah tinggal dengan arsitektur dan desain minimalis, karena penerapan visualisasi desain selalu terkait antara ruang interior dengan eksteriornya. Lingkup kajian ini akan dibatasi oleh : Pembahasan desain minimalis sebagian besar berkisar pada sisi interiornya, dan sebagian kecil pada sisi eksteriornya karena berhubungan dengan penerapan desain terhadap bentuk fisik bangunan. Objek penelitian adalah dua buah rumah tinggal minimalis yang berlokasi di Bandung Utara dan dua buah rumah tinggal minimalis yang berlokasi di Bandung Selatan. Permasalahan penghuni sebagai pengguna dikaitkan dengan aktivitas dan kebutuhan ruang, serta pemahaman penghuni terhadap konsep Minimalisme. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, diantaranya adalah : Untuk mengetahui latar belakang penggunaan gaya minimalis pada sejumlah rumah tinggal di kota Bandung. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi desain minimalis yang diwujudkan pada hunian minimalis di kota Bandung dikaitkan dengan lokasi yang berbeda-beda. Untuk mengetahui kesesuaian konsep Minimalisme dengan implementasinya pada rumah tinggal di kota Bandung, melalui suatu kajian desain hunian minimalis. 6
7 1.5 Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat untuk : Menambah wawasan ilmu mengenai konsep Minimalisme dalam konteks desain interior yang diterapkan pada rumah tinggal Menambah data dan informasi dalam kegiatan perancangan, terutama untuk perancangan interior minimalis pada rumah tinggal Mendukung bidang keilmuan lain yang berhubungan dengan desain interior rumah tinggal minimalis. Menumbuhkan penelitian tentang hal yang sama dalam kadar yang lebih detail, khususnya kaitan antara konsep, tren, implementasi, serta kesesuaiannya baik yang berkaitan dengan arsitektur maupun interior di dalam rumah tinggal. 1.6 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian merupakan suatu alur berpikir serta prosedur yang akan digunakan sebagai panduan dalam membahas pemasalahan yang sedang diteliti. Berikut ini adalah skema kerangka penelitian mengenai Kajian Desain Hunian Bercitra Minimalis. 7
8 Skema Kerangka Penelitian : 8
9 Berdasarkan skema kerangka penelitian di atas, maka pada penelitian ini, penulis : Mengkaji latar belakang penggunaan gaya minimalis pada sejumlah hunian di kota Bandung. Mengkaji implementasi desain minimalis pada sejumlah rumah tinggal di kota Bandung. Mengkaji kesesuaian konsep Minimalis dengan implementasinya pada sejumlah rumah tinggal di kota Bandung, sebagai sebuah studi kasus. 1.7 Metode Penelitian 1. Pada penelitian ini, cara meneliti yang digunakan merupakan penggabungan antara teori dan observasi lapangan. 2. Cara penulisan penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, artinya mengkaji suatu keadaan atau fenomena secara urut dan lengkap, tanpa melakukan suatu eksperimen tertentu, disertai dengan melakukan analisa terhadap data-data yang telah diperoleh. 3. Cara memilih kasus hunian minimalis untuk tinjauan studi kasus adalah dengan memilih secara acak (random sampling) pada lokasi yang telah ditentukan sesuai dengan lingkup kajian penelitian. 4. Cara untuk memperoleh data pada penelitian ini menggunakan beberapa teknik, yaitu : Interview, melakukan kegiatan wawancara kepada salah seorang dosen desain interior serta pihak-pihak yang terkait dengan objek penelitian yaitu penghuni, untuk mencari informasi terhadap keadaan yang aktual di lapangan mengenai kondisi rumah tinggal. Observasi, yaitu melakukan pengamatan lapangan secara langsung untuk melihat keadaan yang asli, dengan cara pengambilan visualisasi (foto/sketsa) dan peninjauan langsung terhadap ruang interior dan eksterior pada sejumlah rumah tinggal minimalis di kota Bandung yang dijadikan objek penelitian. Studi literatur, yaitu mencari landasan-landasan teori yang berkaitan dengan topik penelitian, seperti data mengenai minimalisme secara umum, teori-teori 9
10 mengenai konsep minimalisme, serta teori minimalisme dalam konteks desain dan penerapannya pada interior. Kuisioner (angket), memberikan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian kepada sejumlah masyarakat umum dan penghuni hunian minimalis di kota Bandung untuk mengetahui pengetahuan dan tingkat pemahaman mereka terhadap konsep minimalisme. 1.8 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab, yaitu : BAB I PENDAHULUAN Bagian ini berisi tentang latar belakang masalah dilakukannya penelitian, identifikasi masalah dan rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan penjelasan mengenai sistematika penulisan penelitian. BAB II DESAIN MINIMALIS PADA RUMAH TINGGAL DALAM KONTEKS ARSITEKTUR DAN INTERIOR Bab ini membahas tentang pemikiran dasar yang diperoleh dari studi literatur yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu mengenai teori konsep minimalis dalam arsitektur dan interior, teori rumah tinggal dalam arsitektur dan interior, serta teori rumah tinggal dalam kaitannya dengan penghuni. BAB III TINJAUAN DESAIN HUNIAN BERCITRA MINIMALIS DI KOTA BANDUNG Bab ini berisi tentang tinjauan desain hunian minimalis dengan studi kasus dua buah rumah tinggal bercitra minimalis di kawasan Bandung Utara dan dua buah rumah tinggal berkonsep minimalis di kawasan Bandung Selatan yang dibuat berdasarkan studi lapangan dan studi literatur. Pemilihan lokasi sampel yang berbeda bertujuan agar terlihat letak perbedaannya dalam penerapan desain minimalis pada dua kondisi wilayah yang berbeda. Pada bab ini dikemukakan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang berhubungan langsung dengan studi kasus. 10
11 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN HUNIAN BERCITRA MINIMALIS DI KOTA BANDUNG Bab ini berisi analisa-analisa dan pembahasan-pembahasan dari data-data yang diperoleh selama penelitian, yaitu mengenai kesesuaian konsep desain minimalis dengan implementasinya pada rumah tinggal serta sejauh mana implementasi konsep desain minimalis tersebut diwujudkan pada hunian berkonsep minimalis di kota Bandung. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran-saran dalam penelitian ini, sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang hasil penelitian, serta saran-saran bagi perkembangan perancangan interior, khususnya desain interior minimalis pada rumah tinggal. 11
7.4 Avant Garde Avant Garde buka suatu aliran dalam seni lukis, melainkan gaya yang berkembang dalam dunia fashion serta bergerak ke desain grafis
7.4 Avant Garde Avant Garde buka suatu aliran dalam seni lukis, melainkan gaya yang berkembang dalam dunia fashion serta bergerak ke desain grafis Avant Garde dalam bahasa Perancis berarti "garda terdepan"
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti aspek ekonomi, religi, seni, filsafat, dan termasuk juga
Lebih terperinciTEORI UMUM DAN KONSEP RUANG DALAM. A. Teori Perancangan Ruang Dalam.
A. Teori Perancangan Ruang Dalam. TEORI UMUM DAN KONSEP RUANG DALAM Perancangan ruang dalam atau yang lebih populer disebut dengan desain interior adalah suatu proses menata sebuah ruang dalam baik dari
Lebih terperinciINTERIOR Konsep interior kontemporer (Materi pertemuan 9 )
INTERIOR Konsep interior kontemporer (Materi pertemuan 9 ) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Interior Kontemporer Gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Olahraga dapat menjadi batu loncatan sebagai pemersatu bangsa, daerah dan negara lainnya, baik di dalam skala nasional maupun internasional. Dalam setiap skala, negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Cepat atau lambat, Kota Semarang akan menjadi salah satu kota metropolis di Indonesia, jika mengingat perdagangan dan perekonomian global yang sudah berjalan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Dunia fesyen merupakan salah satu gaya hidup manusia dan tidak dipungkiri menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. Pertumbuhan masyarakat modern bersamaan
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Ide Perancangan Desain Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda, kebiasaan-kebiasaan ini secara tidak langsung menjadi acuan dalam memilih furnitur yang ada di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seni menyediakan bentuk-bentuk yang sangat penting bagi manusia untuk mengekspresikan diri. Seni Musik memberikan kesempatan kepada manusia untuk mengekspresikan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masakan Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan tradisi yang berasal dari kepulauan Nusantara yang terdiri dari sekitar 6.000 pulau dan memegang peran penting
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah adalah suatu wadah tempat kita berteduh dari teriknya matahari dan hujan. Rumah terbuat dari bahan material yang disusun secara teratur dan dihiasi dengan
Lebih terperinciMemahami Gagasan Primitive Future
Memahami Gagasan Primitive Future Bagi Sou Fujimoto, seorang arsitek muda Jepang, alam selalu hadir dan menjadi bagian dari lingkungan dimana kita berpijak. Manusia membuat segala sesuatu untuk mempermudah,
Lebih terperinciBAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA 3.1 Alasan Pemilihan Tema Rencana pengembangan suatu bangunan atau suatu site, tentu tidak akan dengan begitu saja merubah secara keseluruhan baik fisik bangunan atau keadaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saja. Seiring dengan kemajuan jaman, pakaian berkembang kegunaannya. Pakaian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakaian sejak jaman dulu dikenal sebagai usaha untuk melindungi diri dari pengaruh iklim dan cuaca. Pada masa itu, pakaian hanya sekedar menutup tubuh saja. Seiring
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan
Lebih terperinciBANGUNAN BALAI KOTA SURABYA
SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA Diajukan oleh : LUTHFI HARDIANSYAH 0951010022 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2012 Balai Kota Surabaya
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia prasejarah maupun saat ini memerlukan tempat tinggal. Manusia prasejarah mencari dan membuat tempat untuk berlindung yang umumnya berpindah-pindah / nomaden
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Pos Indonesia yang selanjutnya disebut Kantor Pos merupakan badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang layanan sarana komunikasi seperti mengirimkan
Lebih terperinciKementerian Pendidikan Nasional merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. salah satu langkah yang di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Proyek Menurut catatan sejarah umat manusia yang sempat terungkap tentang keberadaan dan perkembangan perpustakaan menunjukkan bahwa perpustakaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan memasak timbul karena adanya kebutuhan manusia yang tidak bisa lepas akan makanan. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow menjelaskan bahwa makhluk hidup
Lebih terperinciESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR
ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Modernitas berbagai segi kehidupan menuntut manusia lebih aktif serta produktif. Manusia sebagai subjek utama yang mengambil peran utama dari berbagai perubahan, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Pada negara yang sedang berkembang, salah satunya adalah negara Indonesia, kehidupan masyarakat akan mengalami perkembangan ke arah struktur dan sistem masyarakat yang
Lebih terperinciEGYPTIAN ARCHITECTURE
EGYPTIAN ARCHITECTURE - terdapat pada daerah iklim yang panas kering - material tanah liat atau bebatuan lokal dengan warna asli materialnya. - Monumen dengan gaya arsitektur ini cenderung terdiri dari
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN
BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN V.1 Konsep Perancangan Interior V.1..1 Konsep Desain Perancangan interior untuk Interior Design Department of Binus University ini memiliki tema Dynamic
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ARSITEKTUR II
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Neo Vernacular Architecture (Materi pertemuan 8) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Arsitektur
Lebih terperinciGALERI ARSITEKTUR JAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GALERI ARSITEKTUR JAKARTA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik oleh : RACHADIAN HADIWIBOWO L2B 005 194
Lebih terperinci1.4 Metodologi Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior Seni dan desain (art and design) dipandang sebagai dua elemen menyatu yang tidak terpisahkan. Tiap perkembangan seni selalu diikuti oleh visualisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fashion dan wanita merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sejak zaman dahulu pakaian termasuk kebutuhan utama bagi manusia yang digunakan untuk melindungi tubuh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan Ibukota Negara yang berkembang pesat dan menjadi pusat dari segala macam aktifitas. Jakarta merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi ini bukanlah sekedar lembaga kursus biasa, tapi adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi ini bukanlah sekedar lembaga kursus biasa, tapi adalah sebuah pembelajaran musik yang memfokuskan diri pada gaya musik kontemporer. Ilmu-ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Furniture adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kini pola kehidupan manusia terlebih masyarakat kota besar atau masyarakat urban semakin modern, serba cepat, serba instan, sistematis, dan mekanis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persoalan utama yang dihadapi kota-kota besar di Pulau Jawa akibat pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi adalah masalah transportasi, masalah transportasi
Lebih terperinciSEJARAH SENI RUPA TOPIK 7 SENI RUPA MODERN ABSTRAK, KONSTRUKTIFISME, ART NOUVEAU, AVANT GARDE, DESTIJL, ART DECO, BAUHAUS
SEJARAH SENI RUPA TOPIK 7 SENI RUPA MODERN ABSTRAK, KONSTRUKTIFISME, ART NOUVEAU, AVANT GARDE, DESTIJL, ART DECO, BAUHAUS TUJUAN INSTRUKSIONAL MATERI PERKULIAHAN BUKU REFERENSI QUIZ LINLS KE INTERNET TUJUAN
Lebih terperinciILMU, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ARSITEKTUR. PENGANTAR ARSITEKTUR Minggu ke - 3
ILMU, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ARSITEKTUR PENGANTAR ARSITEKTUR Minggu ke - 3 ILMU, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ARSITEKTUR Hingga kini masih banyak ragam pandangan yang berbeda-beda tentang arsitektur. Keragaman
Lebih terperinciPET AND FLOWER HOUSE DI BANDUNG UTARA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PET AND FLOWER HOUSE DI BANDUNG UTARA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : ARIEL ITVATIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja praktik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja praktik Pengaruh perkembangan era globalisasi yang semakin pesat membuat mahasiswa dituntut untuk bisa memahami banyak hal dengan mengikuti perkembangan teknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi gaya hidup di kota-kota besar memaksa orang untuk bekerja lebih keras. Beban pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Art deco adalah sebuah gerakan desain yang populer dari 1920 hingga 1939, yang mempengaruhi seni dekoratif seperti arsitektur, desain interior, dan desain industri,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kalangan masyarakat kelas menengah berkembang dengan pesat di Indonesia. Pertumbuhan ini merupakan dampak dari meningkatnya jumlah masyarakat usia produktif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dari jaman dahulu komunikasi merupakan salah satu aktifitas yang terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya komunikasi dapat memberikan suatu informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN APARTEMEN DI SEMARANG 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semarang termasuk dalam sepuluh peringkat kota metropolitan terbesar di Indonesia dan merupakan ibu kota Jawa Tengah yang didominasi oleh bangunan- bangunan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Sejak zaman purba, manusia sudah mulai menghias benda-benda yang mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk membuat suatu benda agar nampak
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Masjid merupakan tempat peribadatan umat muslim yang dapat kita temukan di mana-mana di seluruh dunia. Masjid selain sebgai tempat peribadatan juga telah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kotagede adalah kawasan yang terletak sekitar 10 kilometer tenggara dari Kota Yogyakarta adalah sentra kerajinan perak yang pernah mengalami masa kejayaannya pada era
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Deskripsi Proyek Judul : Topik : Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara Ekspresionisme Tema : Pengolahan Bentuk Kampus yang Ekspresif dalam Menaungi Kegiatan
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Dalam pemilihan material yang akan digunakan untuk membuat sebuah rak, perlu memperhatikan juga unsur kelestarian bagi lingkungan. Penggunaan kayu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan
Lebih terperinciEclectisme. Department of Architecture UNTAG Semarang
? Eclectisme Eklektisisme adalah tren dalam arsitektur yang terdiri dari unsur-unsur pencampuran dari gaya yang berbeda dan era sejarah seni dan arsitektur. Hal ini memanifestasikan dirinya di Barat antara
Lebih terperinciRumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar
Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya
Lebih terperinciTEORI DAN KONSEP PERANCANGAN RUANG DALAM
TEORI DAN KONSEP PERANCANGAN RUANG DALAM A. DEFINISI PERANCANGAN RUANG DALAM/ DESAIN INTERIOR Desain interior atau perancangan ruang dalam merupakan ilmu yang mempelajari tentang menata, merencanakan dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
160 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarlan pemaparan dari Bab II, III, dan IV, penelitian ini bermuara pada kesimpulan, yaitu: Pertama, konsep dasar arsitektur postmodernisme adalah membangkitkan kembali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini kata modern merupakan kata yang tidak asing lagi didengar, terutama dalam dunia arsitektur. Hal ini yang kemudian memunculkan sebuah arsitektur yang disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibu kota negara yang terus berkembang mengalami permasalahan dalam hal penyediaan hunian yang layak bagi warga masyarakatnya. Menurut data kependudukan,
Lebih terperinciTOWNHOUSE Sebagai Pengembangan Perumahan Grand Tembalang Regency Di Semarang
LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TOWNHOUSE Sebagai Pengembangan Perumahan Grand Tembalang Regency Di Semarang Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih luas dari sekedar sumber nutrisi. Terkait dengan kepercayaan, status, prestise, kesetiakawanan
Lebih terperinci1 C I T Y H O T E L D I H A R B O U R B A Y B A T A M F e r i t W i b o w o BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel merupakan salah satu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, yang disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan berikut makanan
Lebih terperinciSHOPPING MALL DALAM BENTENG VASTENBURG DI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SHOPPING MALL DALAM BENTENG VASTENBURG DI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA
BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA 3.1 Tema dan Penggayaan Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia merupakan sebuah sarana yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciKOMPLEK STADION SEPAKBOLA DI JEPARA
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR KOMPLEK STADION SEPAKBOLA DI JEPARA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : LULUT ANDI
Lebih terperinciArchitecture. Home Diary #008 / 2015
Architecture 82 A View of White Teks : Widya Prawira Foto : Bambang Purwanto Sejurus mata memandang, palette putih mendominasi dalam kesederhanaan desain yang elegan, warm dan mewah. K lasik adalah abadi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah Negara dengan latar belakang budaya yang majemuk. mulai dari kehidupan masyarakat, sampai pada kehidupan budayanya. Terutama pada budaya keseniannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam budaya dan tradisi Indonesia membuat banyaknya kerajinan tradisional di Indonesia. Contohnya yang saat ini lagi disukai masyarakat Indonesia yaitu kerajinan
Lebih terperinciCozy Urban Loft SEBIDANG DINDING ABU- Tekstur alami kayu dipadu dengan semen menghasilkan suasana nyaman dalam sentuhan modern di hunian ini.
APARTEMEN LU: 140 m² Cozy Urban Loft Tekstur alami kayu dipadu dengan semen menghasilkan suasana nyaman dalam sentuhan modern di hunian ini. TEKS FRANSISCA WUNGU PRASASTI FOTO ADELINE KRISANTI DESAIN INTERIOR
Lebih terperinciPERANCANGAN INTERIOR MUSEUM TEH DI BOGOR BAB I PENDAHULUAN
PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM TEH DI BOGOR BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, serta meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat, menuntut manusia
Lebih terperinciKARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG
KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG Efrina Amalia Ridwan, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend
Lebih terperincidiakui keberadaannya didunia. bahkan ditahun 1984 Indonesia pernah mencapai swasembada tanaman hias yang cukup tinggi. Namun akibat kebijakan
B A B. I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Selama ini Indonesia dikenal sebagai negara penghasil tanaman hias yang diakui keberadaannya didunia. bahkan ditahun 1984 Indonesia pernah mencapai swasembada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini tempat kebugaran dan perawatan menjadi kebutuhan masyarakat kota Bandung pada umumnya. Khususnya kalangan remaja, eksekutif muda, dan dewasa yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu Universitas terkemuka di Indonesia serta termasuk ke dalam lima besar Universitas terbaik seindonesia, terletak di provinsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Interior Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu maupun kelompok di tempat dan waktu tertentu, biasanya memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam kebudayaan yang terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke. Kebudayaan tersebut tertuang dalam berbagai bentuk, salah satunya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu kehidupan, bentuk materi maupun non-materi mengalami sebuah siklus perubahan yang natural terjadi dalam segala aspek kehidupan yang mencakup mulai dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan Art Development Center di Banda Aceh sudah menjadi hal yang penting untuk dibahas. Terutama saat Tsunami membumihanguskan berbagai fasilitas yang ada, namun
Lebih terperinciPENDAHULUAN Introduction to Architecture
PENDAHULUAN Dalam mendefinisikan arsitektur, memang bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Sudah banyak buku yang membahas mengenai topik tersebut dan sudah banyak pula perdebatan yang dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. A Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I. A Latar Belakang Masalah Pola kehidupan masyarakat kota besar /urban semakin modern, serba cepat, serba instan, sistematis, dan mekanis. Hal- hal itu memaksa masyarakat modern harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan musik sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Semarang dan sekitarnya seiring dengan perkembangan media audio (radio dan televisi) yang dapat diterima
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ARSITEKTUR I Pengertian Perkembangan Arsitektur (Materi pertemuan 1 dan 2)
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR I Pengertian Perkembangan Arsitektur (Materi pertemuan 1 dan 2) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
Lebih terperinciArchitecture. Modern Aesthetic. Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto. Home Diary #009 / 2015
Architecture Modern Aesthetic in Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto 86 Kolaborasi gaya neoklasik dengan elemen yang mengusung aspek kekinian, menjadi kekuatan desain rumah ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaha Muhammad Hadid merupakan arsitek wanita yang bertempat tinggal di London. Ia adalah arsitek terkenal yang telah mencapai puncak karier karena menciptakan banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya Indonesia memiliki kekayaan budaya yang berlimpah dan beragam. Namun dengan kekayaan budaya yang Indonesia miliki ternyata tidak memberikan bukti nyata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Perkembangan zaman menjadi salah satu faktor munculnya teknologi baru dalam segala bidang. Beberapa teknologi dibuat karena adanya
Lebih terperincimemiliki lokalitas kuat, yaitu kedekatannya dengan alam dan arsitektur asli Amerika (antara lain rumah pertanian, padang rumput dan memori peradaban
2 memiliki lokalitas kuat, yaitu kedekatannya dengan alam dan arsitektur asli Amerika (antara lain rumah pertanian, padang rumput dan memori peradaban suku Indian) dan hidup dalam masa transisional menuju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serasi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2008, p.37) ditinggalkan baik oleh wanita maupun pria. Wanita maupun pria di
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kecantikan adalah: anggapan untuk suatu objek yang molek dan lainnya tampak serasi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2008, p.37) Kecantikan juga mulai menjadi
Lebih terperinciGigih Juangdita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain yang memberikan pelayanan atau fasilitas pada kegiatan hidup manusia. Membuat desain mebel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang kehidupan masyarakatnya akan berkembang kesistem masyarakat modern dan demokratis khususnya di ibu kota indonesia. Masyarakat
Lebih terperinciBab 4 KONSEP PERENCANAAN DESAIN
Bab 4 KONSEP PERENCANAAN DESAIN 4.1. Konsep Desain 4.1.1 Kerangka Konsep Desain Gambar 4.1 Kerangka Konsep Sumber : Analisa Pribadi 4.1.2 Tema Tema yang di gunakan dalam perancangan ini adalah bee (lebah).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dapat merubah pola hidup manusia maupun nilainilai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dapat merubah pola hidup manusia maupun nilainilai suatu budaya. Seseorang dapat dengan mudah memperoleh sesuatu yang ada dipikirannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi tidak terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari, baik itu dilakukan secara hubungan sadar maupun tidak sadar, sebagai contoh menggunakan indera manusia
Lebih terperinciPERAN MEBEL SEBAGAI KOMPONEN INTERIOR
638 PERAN MEBEL SEBAGAI KOMPONEN INTERIOR PERAN MEBEL SEBAGAI KOMPONEN INTERIOR Heru Pradana Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain InterStudi Jl. Kapten Tendean No. 2 Kebayoran Baru Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang begitu pesat, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Dengan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang begitu pesat, maka kebutuhan akan bangunan sebagai tempat usaha dan hunian akan semakin meningkat. Akan tetapi karena lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perancangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Di berbagai bidang, suatu penelitian yang berkaitan dengan suatu rancangan produk atau proses, kualitas menjadi hal yang sangat diperhitungkan. Kualitas
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang kaya akan warisan budaya. Bali menjadi salah satu destinasi wisata penting yang dimiliki Indonesia. Selain dapat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah susun bisa menjadi alternatif yang baik bagi penggunaan lahan di Jakarta dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada kenyataannya, Jakarta memiliki banyak hunian kumuh yang berjejalan dan tak teratur. Hunian kumuh horisontal ini membuat Jakarta banyak kehilangan lahan yang seharusnya
Lebih terperinci