TAUFIK RACHMAN Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRACT

Transkripsi

1 PENGARUH BIAYA PENGERJAAN KEMBALI PRODUK CACAT (REWORK COST) DAN HARGA POKOK PRODUKSI TERHADAP LABA KOTOR PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada CV. Deden Batik Tasikmalaya) TAUFIK RACHMAN trachmantaufik009@gmail.com Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRACT This research objective to know (1) rework cost, cost goods manufactured, and gross profit of company, (2) influence of rework cost to cost of goods manufactured, (3) the influence of rework cost and cost of goods manufactured in simulate to gross profit of company, (4) the influence of rework cost and cost of goods manufactured in partial to gross profit of company, Method applied in this research is analytical descriptive method with case study approach. Technique of data collecting by through primary data that is data obtained directly from data source where this research executed in CV. Deden Batik Tasikmalaya and secondary data that is data obtained from literatur and the bibliography are relationship with problem which will be checked. Used by analyzer is Path Analysis. Result of research indicate that: (1) rework cost, cost goods manufactured, and gross profit have increased and decreased each year (2) rework cost had an effect significant on to cost of goods manufactured, (3) rework cost and cost of goods manufactured in simulate had an effect significant on to gross profit of company, (4) rework cost and cost of goods manufactured in partial had an effect significant on to gross profit of company. Keyword: Defective goods, Cost Of Goods Manufactured, Gross Profit Of Company.

2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) biaya pengerjaan kembali produk cacat, harga pokok produksi, dan laba kotor perusahaan, (2) pengaruh biaya pengerjaan kembali produk cacat terhadap harga pokok produksi perusahaan, (3) pengaruh biaya pengerjaan kembali produk cacat dan harga pokok produksi secara simultan terhadap laba kotor perusahaan, (4) pengaruh biaya pengerjaan kembali produk cacat dan harga pokok produksi secara parsial terhadap laba kotor perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data dimana penelitian ini dilaksanakan, di PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur dan buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti. Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) biaya pengerjaan kembali produk cacat, harga pokok produksi, dan laba kotor mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya (2) biaya pengerjaan kembali produk cacat berpengaruh terhadap harga pokok produksi, (3) biaya pengerjaan kembali produk cacat dan harga pokok produksi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor perusahaan, (4) biaya pengerjaan kembali produk cacat dan harga pokok produksi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba kotor perusahaan. Kata kunci: produk cacat, harga pokok produksi dan laba kotor.

3 PENDAHULUAN Dalam era perdagangan setiap perusahaan mengalami persaingan yang ketat dengan produsen lain di seluruh dunia. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing menuntut setiap produsen mampu menciptakan produk sesuai dengan kebutuhan pasar dan memenuhi kebutuhan konsumen. Persaingan yang ketat tersebut meningkatkan pengawasan perusahaan terhadap kualiatas suatu produk, Dalam setiap proses produksi atau pengolahan produk suatu perusahaan cenderung menghasilkan produk cacat. Masalah produk cacat dan rusak adalah masalah yang sangat penting didalam perusahaan. Pengaruh produk cacat tersebut terhadap mutu produk yang dihasilkan akan membawa pengaruh buruk terhadap tujuan utama perusahaan yaitu untuk memperoleh laba. Dengan adanya produk rusak dan cacat maka perusahaan mengalami kerugian dalam proses produksi, hal itu disebabkan karena produk ini tidak layak untuk dijual dengan harga yang telah ditentukan perusahaan, oleh karena itu diperlukan pemahaman atas perlakuan akuntansi yang tepat dan disesuaikan dengan kondisi suatu perusahaan. Produk cacat (defective goods) dapat timbul karena kesalahan pada bahan baku, tenaga kerja, atau mesin-mesin. Bagi perusahaan dengan adanya hasil produk cacat (defective goods) merupakan kerugian pada bagian produksi karena akan mengurangi unit pengiriman produk yang harus dicapai dan juga hasil produk yang telah direncanakan sebelumnya. Namun produk cacat (defective goods) tersebut dapat diolah kembali dalam satu tahap atau lebih dan dapat dijadikan produk standar yang dapat dijual dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali (rework cost) untuk memperbaikinya. Seperti yang diungkapkan oleh Euis Rosidah (2013:30) bahwa produk cacat (defective goods) adalah produk yang tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan,

4 produk cacat secara ekonomis dapat diperbaiki menjadi produk baik dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali. Dalam biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) terdapat dua perlakuan yaitu: (1) Biaya pengerjaan kembali produk cacat dapat dibebankan sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan, jika produk cacat bukan merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses produksi, (2) biaya pengerjaan kembali produk cacat dapat dibebankan kedalam elemen biaya overhead pabrik (didebitkan dalam rekening BOP-S), jika produk cacat merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses pengerjaan produksi. Produk cacat (defective goods) termasuk kepada produk gagal tetapi kegagalannya termasuk kepada kegagalan internal karena produk gagal ini tidak memenuhi standar dan kegagalannya diketahui sebelum produk dijual. Kegagalan internal ini terjadi selama proses produksi, seperti sisa bahan baku, produk cacat, biaya pengerjaan kembali, dan terhentinya produksi karena kerusakan mesin atau kehabisan bahan baku. Sedangkan kegagalan eksternal terjadi setelah produk dijual, meliputi biaya untuk memperbaiki dan mengganti produk yang rusak selama masa garansi, biaya unutuk menangani keluhan pelanggan, dan biaya hilangnya penjualan akibat ketidakpuasan pelanggan. Jika selama proses produksi ditemukan produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak bisa diperbaiki menjadi produk jadi. Biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) akan menaikan harga pokok produksi tetapi produk cacat tersebut juga dapat dijual dengan harga jual barang yang sesuai dengan harga yang ditentukan perusahaan, maka akan berpengaruh terhadap laba kotor perusahaan karena dengan terjual produk cacat tersebut akan mengurangi kerugian yang akan dialami perusahaan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengidentifikasikan masalah yang timbul dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost), harga pokok produksi dan laba kotor perusahaan CV. Deden Batik Tasikmalaya.

5 2. Bagaimana pengaruh biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost), terhadap harga pokok produksi perusahaan CV. Deden Batik Tasikmalaya. 3. Bagaimana biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost), harga pokok produksi secara parsial terhadap laba kotor perusahaan CV. Deden Batik Tasikmalaya. 4. Bagaimana biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost), harga pokok produksi secara simultan terhadap laba kotor perusahaan CV. Deden Batik Tasikmalaya. Dari masalah yang telah diidentifikasikan di atas yang merupakan dasar pembahasan penelitian ini, maka tujuan dilakukannya penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost), harga pokok produksi, dan laba kotor perusahaan pada CV. Deden Batik Tasikmalaya. 2. Untuk mengetahui pengaruh biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) terhadap harga pokok produksi perusahaan pada CV. Deden Batik Tasikmalaya. 3. Untuk mengetahui biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) dan harga pokok produksi secara simultan terhadap laba kotor perusahaan pada CV. Deden Batik Tasikmalaya. 4. Untuk mengetahui biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) dan harga pokok produksi secara parsial terhadap laba kotor perusahaan pada CV. Deden Batik Tasikmalaya. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus.

6 OPERASIONAL VARIABEL Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yaitu Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat (Rework Cost) (X1) dan Harga Pokok Produksi (X2). Satu variabel dependen yaitu Laba Kotor (Y) Operasionalisasi Variabel No Variabel Definisi Variabel Indikator Skala 1 Biaya Biaya yang dikeluarkan untuk - Jumlah biaya tenaga Rasio Pengerjaan memperbaiki kesalahan (rework kerja dan biaya kembali produk cost) produk agar memenuhi overhead pabrik cacat (X 1 ) spesifikasi produk yang yang dipakai untuk ditentukan. pengerjaan kembali 2 Harga Pokok Produksi (X 2 ) (Vincent Gaspers, 2007:17) Harga pokok produksi memperhitungkan semua unsurunsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Biaya-biaya ini terdiri dari bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. (Mulyadi, 2005:17) 3 Laba Kotor (Y) Selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan (Soemarso, SR 2009 : 234) produk cacat - Biaya Bahan Baku - Biaya Tenaga Kerja Langsung - Biaya Overhead Pabrik - Pendapatan Penjualan atau penjualan bersih - Harga pokok penjualan Rasio Rasio TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik-tenik pengumpulan data yang digunakan penulis di dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Penelitian Lapangan ( Field Research) Yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian secara langsung guna memperoleh data primer yang diperlukan dalam kaitannya dengan penelitian. Sedangkan teknik pengumpulan data primer adalah sebagai berikut : a. Observasi Pengumpulan data primer dengan cara pengamatan langsung terhadap objek secara teliti dan sistematik mengenai aktivitas yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

7 b. Studi dokumentasi Studi dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2013:240). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data yang berupa dokumentasi dari kinerja keuangan di CV. Deden Batik Tasikmalaya. c. Wawancara Wawancara merupakan data primer yang diperoleh dengan cara peninjauan langsung terhadap suatu objek penelitian dan hasil wawancara dengan pihak tersebut juga diperoleh hasil pengumpulan dokumendokumen yang berhubungan dengan topik suatu penelitian.teknik komunikasi langsung dengan pihak yang bersangkutan dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan yang diperlukan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap langsung ataupun lewat telekomunikasi. Wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunaan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunaan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2008:140). 2. Penelitian Kepustakaan (Library Recearch) Yaitu penelitian yang digunakan untuk memperolah data sekunder guna mendukung data-data primer yang diperoleh selama penelitian dengan cara membaca dan mempelajari literatur-literatur atau sumber-sumber bacaan lainnya yang mempunyai kaitannya dengan masalah yang diteliti. Data sekunder ini diperoleh dari buku-buku serta referensi-referensi lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian. Pengumpulan data melalui data primer dan data sekunder ini dimaksud untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian serta untuk diperolehnya informasi dengan tingakat realibilitas dan validitas memadai.

8 TEKNIK ANALISIS DATA Menururt Sugiyono (2013: 244) analisis data adalah proses mencari dan menyususun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain secara sistematis sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Path Analysis. Imam Ghozali (2011:249) mengemukakan analisis jalur (path analysis) merupakan perluasan dari analisis regres linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antara variabel (model casual) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat (X 1 ), Harga Pokok Produksi (X 2 ), terhadap Laba Kotor (Y). RANCANGAN ANALISIS Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis jalur (Path Analysis). Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel terikat. Hubungan antar variabel tersebut adalah : X Y X ρy ε ε Struktur Path Analysis

9 Keterangan : X 1 X 2 Y ε = Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat = Harga Pokok Produksi = Laba Kotor = Faktor lain yang tidak diteliti = Koefisien korelasi variabel X 1 dengan variabel X 2 = Koefisien jalur antara variabel X 1 terhadap variabel Y = Koefisien jalur antara variabel X 2 terhadap variabel Y = Koefisien jalur 2 terhadap variabel X 2 = Koefisien jalur 2 terhadap variabel Y PROSEDUR PENGUJIAN HIPOTESIS 1. Penetapan Hipotesis Operasional Pada penetapan hipotesis, hipotesis yang akan diuji dimaksudkan untuk melihat ada tidaknya pengaruh antara variabel-variabel penelitian, hipotesis yang digunakan adalah: a. Secara korelasional Ho : ρ X2X 1 = 0 Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat tidak berpengaruh terhadap Harga Pokok Produksi. Ha : ρ X2X 0 Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat 1 b. Secara parsial Ho : Ha : Ho : berpengaruh terhadap Harga Pokok Produksi. ρ YX 1 = 0 Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat secara parsial tidak berpengaruh terhadap Laba Kotor. ρ YX 1 0 Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat secara parsial berpengaruh terhadap Laba Kotor. ρ YX 2 = 0 Harga Pokok Produksi secara parsial tidak berpengaruh terhadap Laba Kotor.

10 Ha : b. Secara simultan Ho : Ha : ρ YX 1 = ρ YX 1 = ρ YX 2 0 Harga Pokok Produksi secara parsial berpengaruh terhadap Laba Kotor. ρ YX 2 = 0 Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat dan Harga Pokok Produksi secara simultan tidak berpengaruh terhadap Laba Kotor. ρyx 2 0 Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat dan Harga 2. Penetapan tingkat signifikansi Pokok Produksi secara simultan berpengaruh terhadap Laba Kotor. Tingkat signifikansi (α = 0,05) yang menunjukan kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan mempunyai kemungkinan 95% atau toleransi kekeliruan 5%. 3. Uji Signifikan Secara parsial menggunakan uji T Secara simultan menggunakan uji F 4. Kaidah Keputusan Kriteria pengujian ditetapkan dengan membandingkan nilai rs hitung dan rs tabel dengan tingkat signifikan (α = 0,05), dapat dirumuskan sebagai berikut: Secara parsial: Terima Ho jika - t α t hitung t α Tolak Ho jika - t α > t hitung atau t hitung > t α Secara simultan: Tolak Ho jika F hitung > F tabel dan terima Ho jika F hitung F tabel 5. Penarikan Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis, penulis akan menganalisa secara kuantitatif dan hasil analisa tersebut kemudian menarik kesimpulan, apakah hipotesis yang telah ditetapkan itu diterima atau ditolak.

11 PEMBAHASAN Jumlah biaya pengerjaan kembali produk cacat (Rework Cost) mengalamii peningkatan atau penurunan setiap semasternya, peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2014 semester I, hal ini disebabkan bahan baku kurang bagus dan tingkat persaingan meningkat, sedangkan jumlah biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) terjadi penurunan pada 2015 semseter I dikarenakan sedikitnya produk cacat yang dihasilkan. Jumlah harga pokok produksi mengalami peningkatan atau penurunan setiap semasternya, peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2012 semester I, hal ini disebabkan terdapat penambahan produksi dan banyak terjadi produk cacat, sedangkan jumlah harga pokok produksi terjadi penurunan pada 2015 semseter II dikarenakan menurunnya produk cacat yang dihasilkan. Jumlah laba kotor mengalami peningkatan atau penurunan setiap semasternya, peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2014 semester I, hal ini disebabkan terjadinya peningkatan penjualan, sedangkan jumlah laba kotor terjadi penurunan pada 2014 semseter II dikarenakan permintaan pasar menurun dan terjadinya peningkatan produk cacat. Pengaruh Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat (Rework Cost) Terhadap Harga Pokok Produksi pada CV. Deden Batik Tasikmalaya Dari hasil perhitungan software SPSS versi 17.0 (Tabel Model Summary : Lampiran 2) diperoleh data mengenai R (koefisien korelasi) dan R Square/R 2 (koefisien determinasi). Nilai R menunjukan besarnya hubungan atau korelasi antara biaya pengerjaan kembali produk cacat terhadap harga pokok produksi. Berdasarkan tabel tersebut diperoleh rx 1 x 2 sebesar 0,930 dengan kategori keeratan hubungan yang sangat kuat karena berada diantara 0,800-1,000. Sedangkan koefisien determinasi atau R 2 menunjukan besarnya pengaruh biaya pengerjaan kembali produk cacat terhadap harga pokok produksi. sebesar 0,838 atau 83,8% artinya bahwa 83,8% variabilitas dari variabel X 2 (harga pokok produksi) diperediksi atau dijeaskan oleh variabel bebas X 1 (biaya pengerjaan kembali produk cacat) sebesar 83,8%. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa berapapun

12 jumlah biaya pengerjaan kembali produk cacat yang dimiliki oleh CV. Deden Batik Tasikmalaya akan berdampak bagi perubahan harga pokok produksi yang dimiliki oleh CV. Deden Batik Tasikmalaya. Sedangkan faktor residu sebesar 0,162 atau 16,2% yang diduga disebabkan dari faktor lain yang tidak diteliti, faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Pokok Produksi adalah Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, Biaya Overhead Pabrik. Faktor lain yang berpengaruh tetapi tidak diteliti adalah Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, Biaya Overhead Pabrik hal ini sesuai dengan pendapat Tia Rustiana Dewi (2013). Berdasarkan perhitungan software SPSS (Tabel Coefficients a : Lampiran 3) diperoleh nilai t hitung sebesar 6,439 sedangkan t tabel dimana α = 5% yaitu nilai t tabel t ½ α df (n-k-1)=7 diperoleh nilai t tabel sebesar 2,365 (Lampiran halaman 103) sehingga t hitung (7,146) > t tabel (2,365) atau jika dibandingkan dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 5%. Karena t hitung > t tabel dan nilai sig 0,000 lebih kecil dari α = 5%, maka dari hasil pengujian tersebut mengandung makna bahwa berdasarkan kaidah keputusan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat keyakinan 95% hipotesis alternative diterima artinya biaya pengerjaan kembali berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga pokok produksi. Pengaruh Secara Parsial Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat (Rework Cost) Terhadap Laba kotor pada CV. Deden Batik Tasikmalaya. Berdasarkan hasil perhitungan software SPSS versi 17.0 (Tabel Coefficients a : (lampiran halaman 102) untuk analisis jalur diperoleh koefisien beta (β) atau koefisien standar (standardized coefficients) untuk variabel X 1 (biaya pengerjaan kembali produk cacat) terhadap Y (laba kotor) sebesar -0,845, dimana menunjukan bahwa setiap kenaikan biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) sebesar Rp.1 dengan asumsi X 2 (harga pokok produksi) Tetap (konstan) maka akan menurunkan laba kotor yang didapat oleh perusahaan sebesar -0,845. Biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) berpengaruh negatif sebesar terhadap laba kotor, artinya jika biaya pengerjaan kembali

13 produk cacat (rework cost) naik, maka laba kotor yang didapat perusahaan akan menurun. Sedangkan nilai koefisien determinasi (correlation partial: (lampiran halaman 102) sebesar -0,807 2 = atau 65,1% yang artinya bahwa 65,1% variabelitas dan variabel laba kotor (Y) dipengaruhi oleh Biaya pengerjaan kembali produk cacat (X 1 ). Sisanya 34,9% yang diduga pengaruh dari faktor lain yang tidak diteliti yaitu pendapatan penjualan dan harga pokok penjualan. Dari hasil perhitungan software SPSS dengan kriteria tolak Ho jika -t½ α > t hitung atau t hitung > t½ α, maka dengan koefisien beta (β) = -0,845 diperoleh nilai t hitung sebesar -2,659 sedangkan t tabel t ½ α df (n-k-1)=7 diperoleh nilai t tabel sebesar 2,365 (lampiran halaman 103) sehingga t hitung (-2,659) < t tabel (2,365) atau jika dibandingkan dengan signifikansi 0,003 lebih kecil dari α = 5%. Karena t hitung < t tabel dan nilai sig 0,003 lebih kecil dari α = 5%, maka dari hasil pengujian tersebut mengandung makna bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat keyakinan 95% hipotesis alternative diterima artinya bahwa secara parsial pengerjaan kembali produk cacat berpengaruh negatif dan signifikan terhadap laba kotor. Pengaruh Secara Parsial Harga Pokok Produksi Terhadap Laba Kotor pada CV. Deden Batik Tasikmalaya. Berdasarkan hasil perhitungan software SPSS versi 17.0 (Tabel Coefficients a : lampiran halaman 102) untuk analisis jalur diperoleh koefisien beta (β) atau koefisien standar (standardized coefficients) untuk variabel X 2 (harga pokok produksi) terhadap Y (laba kotor) sebesar -0,717, dimana menunjukan bahwa setiap kenaikan harga pokok produksi sebesar Rp.1 dengan asumsi X 1 (biaya pengerjaan kembai produk cacat) tetap (konstan), maka akan menurunkan laba kotor yang didapat oleh perusahaan sebesar -0,717, harga pokok produksi berpengaruf negatif sebesar -0,717 terhadap laba kotor, artinya jika harga pokok produksi naik, maka laba kotor yang didapat perusahaan akan menurun. diperoleh nilai koefisien determinasi (correlation partial: (lampiran halaman 102) sebesar -0,695 2 = atau 48,3% yang artinya bahwa 48,3% variabelitas dan variabel laba kotor (Y) dipengaruhi harga pokok produksi (X 2 ).

14 dan sisanya 51,7% yang diduga pengaruh dari faktor lain yang tidak diteliti yaitu pendapatan penjualan dan harga pokok penjualan. Dari hasil perhitungan software SPSS dengan kriteria tolak Ho jika -t½ α > t hitung atau t hitung > t½ α, maka dengan koefisien beta (β) = -0,717 diperoleh nilai t hitung sebesar -2,498 sedangkan t tabel t ½ α df (n-k-1)=7 diperoleh nilai t tabel sebesar 2,365 (lampiran halaman 100) sehingga t hitung (-2,498) < t tabel (2,365) atau jika dibandingkan dengan signifikansi 0,001 lebih kecil dari α = 5%. Karena t hitung > t tabel dan nilai sig 0,001 lebih kecil dari α = 5%, maka dari hasil pengujian tersebut mengandung makna bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat keyakinan 95% hipotesis alternative diterima artinya bahwa secara parsial harga pokok produksi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap laba kotor. Pengaruh Secara Simultan Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat (Rework Cost) dan Harga Pokok Produksi Terhadap Laba Kotor pada CV. Deden Batik Tasikmalaya Pengaruh secara simultan dapat diketahui dari pengolahan data SPSS versi Dari hasil perhitungan pada tabel model summary (lampiran halaman 102) diperoleh nilai R antara variabel X 1 dan X 2 terhadap Y sebesar -0,927, dimana menunjukan bahwa setiap kenaikan biaya pengerjaan kembali produk cacat dan harga pokok produksi sebesar Rp.1 maka akan menurunkan laba kotor yang didapat oleh perusahaan sebesar -0,927, biaya pengerjaan kembali dan harga pokok produksi berpengaruf negatif sebesar -0,927 terhadap laba kotor, artinya jika biaya pengerjaan kembali dan harga pokok produksi naik, maka laba kotor yang didapat perusahaan akan menurun. dimana menunjukan bahwa setiap Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat dan harga pokok produksi akan menurunkan laba kotor yang didapat oleh perusahaan. Sedangkan nilai koefisien determinasi (R Square/R 2 ) sebesar 0,859 atau 85,9%, hal ini dapat diartikan variabilitas dari laba kotor dapat diprediksi dan dijelaskan oleh biaya pengerjaan kembali Produk cacat (rework cost) dan Harga Pokok Produksi mempunyai pengaruh sebesar 85,9% dan sisanya 0,141 atau 14,1% yang diduga pengaruh dari faktor lain yang tidak diteliti, faktor-faktor yang

15 mempengaruhi laba kotor adalah Harga Pokok Penjualan dan pendapatan penjualan. Faktor lain yang berpengaruh tetapi tidak diteliti adalah pendapatan penjualan dan harga pokok penjualan, hal ini sesuai dengan pendapat Tia Rustiana Dewi (2013). Berdasarkan hasil perhitungan software SPSS versi 17.0 (Tabel ANOVA a : lampiran halaman 101) diperoleh nilai F hitung sebesar 28,757. Dimana kriteria penolakan Ho jika F hitung > F tabel dengan taraf signifikan α = 5% maka dari tabel distribusi F-Snedecor diperoleh F;k; (n-k-1) = = 7 adalah sebesar 4,74 (Lampiran halaman 104) sehingga F hitung (28,757) > F tabel (4,74) atau jika dibandingkan dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari α = 5%. Karena F hitung > F tabel dan nilai sig 0,000 lebih kecil dari α = 5%, maka dari hasil pengujian tersebut mengandung makna bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat keyakinan 95% hipotesis alternative diterima artinya biaya pengerjaan kembali Produk cacat (rework cost) (X 1 ) dan Harga Pokok Produksi (X 2 ) pada CV. Deden Batik Tasikmalaya secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor (Y). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilalakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari CV. Deden Batik Tasikmalaya mengenai pengaruh biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) dan harga pokok produksi terhadap laba kotor dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Besarnya Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat (Rework Cost), Harga Pokok produksi, dan Laba Kotor selama lima tahun 10 semester pada CV. Deden Batik Tasikmalaya. a. Jumlah biaya pengerjaan kembali produk cacat (Rework Cost) mengalamii peningkatan atau penurunan setiap semasternya, peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2014 semester I, hal ini disebabkan bahan baku kurang bagus dan tingkat persaingan meningkat, sedangkan jumlah biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) terjadi penurunan pada 2015 semseter I dikarenakan sedikitnya produk cacat yang dihasilkan.

16 b. Jumlah harga pokok produksi mengalami peningkatan atau penurunan setiap semasternya, peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2012 semester I, hal ini disebabkan terdapat penambahan produksi dan banyak terjadi produk cacat, sedangkan jumlah harga pokok produksi terjadi penurunan pada 2015 semseter II dikarenakan menurunnya produk cacat yang dihasilkan. c. Jumlah laba kotor mengalami peningkatan atau penurunan setiap semasternya, peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2014 semester I, hal ini disebabkan terjadinya peningkatan penjualan, sedangkan jumlah laba kotor terjadi penurunan pada 2014 semseter II dikarenakan permintaan pasar menurun dan terjadinya peningkatan produk cacat. 2. Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat (Rework Cost) berpengaruh signifikan terhadap harga pokok produksi. Hal tersebut menunjukan dengan dikeluarkannya biaya pengerjaan kembali terhadap produk cacat maka akan meningkatkan harga pokok produksi. 3. Pengaruh secara parsial dan simultan Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat (Rework Cost) dan Harga Pokok Produksi Terhadap Laba Kotor pada CV. Deden Batik Tasikmalaya. a. Biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap laba kotor. b. Harga pokok produksi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba kotor. c. Biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) dan Harga pokok produksi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor. SARAN Dari hasil analisis pada kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi CV. Deden Batik Tasikmalaya Berdasarkan hasil pembahasan dan penilitian dapat ditarik kesimpulan, saran yang diberikan kepada CV. Deden Batik Tasikmalaya dilihat dari kolerasi yang sangat kuat antara biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) dengan harga pokok produksi, disarankan dimulai dari awal proses perencanaan harus dilakukan dengan cermat dan pada saat proses

17 produksi harus dilakukan dengan baik dengan melakukan pengecekan rutin dan juga pengawasan baik guna menghindari terjadinya resiko pada produk yang dihasilkan, pengecekan rutin dibagian Quality Control agar produk yang siap dipasarkan tidak terdapat produk cacat, meningkatkan kualitas produk pada bahan baku agar meminimalisir jumlah produk cacat. 2. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian pada CV Deden Batik Tasikmalaya ini menunjukan bahwa Biaya Pengerjaan Kembali Produk cacat (Rework Cost) dan Harga Pokok Produksi berpengaruh signifikan terhadap Laba Kotor. Untuk para peneliti lain yang ingin malakukan penelitian dengan melakukan variabel yang sama disarankan menambahkan variabel yang baru sehingga dapat dilihat hasil apakah hasil yang didapat dapat sama atau berbeda, dan dapat mengetahui kendala-kendala atau kemungkinan lain yang menyebabkan terhadap penetapan harga pokok produksi dan laba kotor perusahaan, sehingga dapat menjadi perbandingan.