BAB I PENDAHULUAN. park dan garden. Definisi park menurut Merriam-Webster Dictionary 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. park dan garden. Definisi park menurut Merriam-Webster Dictionary 1"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Taman menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan kebun yang ditanami dengan bunga-bunga, selain itu juga dapat diartikan sebagai tempat yang menyenangkan. Kata taman dalam bahasa Inggris mengacu pada kata park dan garden. Definisi park menurut Merriam-Webster Dictionary 1 adalah suatu area yang berada di dalam kota yang berfungsi sebagai penghias untuk menambah keindahan kota. Kata park juga berfungsi untuk sarana rekreasi dan hiburan. Definisi garden menurut Merriam-Webster Dictionary adalah suatu area yang digunakan untuk budidaya tumbuhan, buah-buahan, bunga, atau sayuran. Menurut definisi di atas, kata park lebih tepat digunakan dalam penelitian ini. Taman dapat diartikan sebagai suatu ruang terbuka hijau yang di dalamnya terdapat unsur tumbuhan, air, dengan unsur bangunan sebagai unsur pendukung. Unsur-unsur tersebut menciptakan keindahan dan menjadikan taman sebagai tempat yang menyenangkan. Taman dapat difungsikan sebagai tempat hiburan/rekreasi maupun hanya sebagai suatu ruang terbuka untuk memperindah kota. Taman dapat mencerminkan keadaan masa lalu yang berkaitan dengan konsepsi keselarasan antara lingkungan alam dengan manusia, dan hal inilah yang dikaji dalam bidang keilmuan arkeologi (Aziz, 1994: 26; Widiastuti, 2005: 2). 1

2 2 Keberadaan taman di Nusantara dapat dilacak sejak masa Hindu-Buddha 2. Informasi mengenai adanya taman pada masa tersebut didapatkan dari relief dan data tertulis, seperti prasasti dan naskah kasusasteraan. Informasi dari prasasti, contohnya adalah Prasasti Bandar Batu Bapahat yang menyebutkan keberadaan sebuah taman yang dibangun oleh Raja Adityawarman M di dekat Suruaso (Casparis, 1990: 40-49; Widiastuti, 2005:3). Prasasti Talang Tuwo 684 M menyebutkan keberadaan taman pada masa Kerajaan Sriwijaya, Taman Sri Ksetra dibangun oleh Raja Jayanasa (Kartakusuma, 1992: 186; Widiastuti, 2005: 3). Unsur taman pada masa Hindu-Buddha juga dapat diketahui dari beberapa naskah kesusasteraan seperti Kidung Sudhamala, Kitab Sri Tanjung, Kakawin Sotasoma, dan Naskah Nagarakertagama. Kidung Sudhamala 3 menyebutkan unsur-unsur taman berupa tumbuhan, kolam, serta bangunan yang mengelilingi kolam. Kitab Sri Tanjung 4 menyebutkan unsur taman yaitu tumbuhan, air, binatang, dan paviliun. Kakawin Sotasoma 5 menyebutkan unsur taman yaitu tumbuhan, danau, gapura, dan paviliun. Naskah Nagarakertagama 6 menyebutkan unsur taman yaitu tumbuhan, tempat pemandian, dan bangunan. Sebagaimana unsur dari taman-taman tersebut maka fungsi taman yang disebutkan dalam Kidung Sudhamala adalah untuk bersenang-senang dan untuk kegiatan keagamaan (bersemedi/bertapa). Fungsi taman dalam Kitab Sri Tanjung disebutkan sebagai tempat pertapaan dan bersenang-senang. Fungsi taman dalam Kakawin Sotasoma adalah sebagai tempat untuk bertemu dengan tamu kerajaan,

3 3 sedangkan fungsi taman dari Naskah Nagarakertagama ini adalah sebagai tempat untuk beristirahat dan bersenang-senang (Widiastuti, 2005:23-32). Memasuki masa Islam 7 atau ketika Islam mempengaruhi kehidupan di Nusantara ini, peninggalan taman di Nusantara pada masa Islam dapat diketahui dari naskah kuno maupun tinggalan arkeologis yang masih ada seperti Taman Tasikardi, Taman Sunyaragi, dan Taman Sari. Dua naskah kuno seperti, Babad Momana dan Babad Tanah Jawi menjelaskan keberadaan taman-taman pada masa Islam. Babad Tanah Jawi menjelaskan tentang pembuatan salah satu komponen dari taman yaitu segaran yang dibuat di sebelah barat daya Keraton Kartasura. Babad Tanah Jawi menyebutkan bahwa Susuhunan Mangkurat II memerintahkan untuk membuat segaran di barat daya keraton yang dikerjakan secara gotong-royong oleh penduduk Kartasura wilayah pesisir dan mancanegara. Segaran tersebut setelah selesai diisi oleh beberapa ekor buaya, sedangkan Babad Momana menyebutkan bahwa pada tahun 1666 Jimakir (1742 TU) pembuatan segaran di Kartasura selesai (Adrisijanti, 2000: 98). Taman Tasikardi di Banten adalah taman yang berada di sekitar danau Tasikardi terletak sekitar 1,5 km di barat daya Keraton Surosowan (Djajadiningrat, 1983: 56; Adrisijanti, 2000: ). Danau tersebut terletak di selatan jambangan yang sering dikunjungi Ibunda Sultan Abumufakir. Taman Sunyaragi dibangun oleh Sultan Ageng Tirtayasa tahun M. Unsur yang ada pada taman berupa kolam pemandian, pesanggrahan, danau, dan jembatan. Taman Sunyaragi di Cirebon yang sering disebut Gua Sunyaragi, terletak di Kelurahan Sunyaragi, Kecamatan Cirebon Selatan. Kira-kira letaknya

4 4 sekitar 3 km di sebelah barat daya Keraton Kasepuhan. Taman Sunyaragi berupa sebuah kompleks yang terdiri atas gunung-gunung buatan yang ditutup dengan batu karang dibagian luarnya, kolam buatan dengan saluran-saluran airnya, pulaupulau buatan, gapura, bangsal dan anjungan (Adrisijanti, 2000: ). Taman Sari di Yogyakarta yang berfungsi sebagai pesanggrahan dan pertahanan. Taman ini dibangun atas perintah Sultan Hamengku Buwana I. Pada masa-masa Kerajaan Mataram Islam, kebiasaan membangun taman sebagai pelengkap keraton sangat melekat pada raja-rajanya dan sudah menjadi tradisi (Adrisijanti, 2000: ). Di Keraton Kasunanan Surakarta sendiri terdapat taman yang berfungsi sebagai tempat meditasi. Taman tersebut adalah Argapura yang dibangun tahun 1911 dengan bentuk seperti bukit yang ditengahnya terdapat bangunan bernama Ngendrayana (Setiawan, 2000: ). Taman sering disebut juga dengan pesanggrahan. Pesanggrahan berasal dari bahasa Jawa yaitu dari kata sanggrah yang berarti tempat tinggal (untuk singgah sementara waktu). Darmodipuro (1993) mengatakan bahwa pesanggrahan merupakan rumah untuk menginap para bangsawan yang sedang menjalankan tugas memeriksa keadaan di luar keraton. Pesanggrahan juga dapat berarti tempat untuk beristirahat dan bersenang-senang bagi raja beserta keluarga (Darmodipuro, 1993: 9-12; Rochimah, 2013: 2). Pesanggrahan ini bersifat pribadi dikarenakan hanya untuk raja dan keluarganya. Pesanggrahan juga dapat dikatakan bentuk lain dari taman. Keraton Kasunanan pada masa PB VII, memiliki pesanggrahan di Klaten yaitu pesanggrahan Tegalgondo. Pada masa PB IX terdapat pesanggrahan Langgenharjo, dan pesanggrahan mulai banyak didirikan pada masa PB X yaitu

5 5 pesanggrahan Purwodadi di Laweyan (Solo), pesanggrahan Paras/ Pracimoharjo di Boyolali, pesanggrahan Ngeksipurna (Pengging) di Boyolali. Memasuki masa selanjutnya, masa Kolonial yaitu sejak kehadiran bangsa Eropa sampai dengan berakhirnya pendudukan Jepang di Indonesia, taman menjadi unsur yang keberadaannya menjadi perhatian pemerintah Kolonial. Hal ini dikarenakan pemerintah Kolonial Hindia-Belanda memberikan perhatian terhadap pranata pembangunan kota terutama pada masalah kesehatan, lingkungan, estetika, keamanan serta taman sebagai bagian dari keberadaan kota (Wiryomartono, 1995: 19-20). Apabila pada masa sebelumnya taman lebih dikenal sebagai taman kerajaan, maka pada masa Kolonial ini taman berkembang dan lebih dikenal sebagai taman kota untuk masyarakat. Beberapa peninggalan taman masa Kolonial ada di beberapa kota di Indonesia seperti, Surabaya, Malang, dan Bandung. Beberapa taman yang ada di Surabaya sampai tahun 1900-an antara lain: (1) Kroesen Park, taman ini didirikan kurang lebih tahun 1890-an. Taman Kroesen Park ini terletak di depan rumah dinas Residen Surabaya (sekarang gedung Grahadi Jl. Pemuda Surabaya); (2) Scheepmakers Park, taman ini dulunya bernama Taman Embong Macan dan sekarang bernama Taman AIS. Suryani Nasution. Taman ini dibangun kurang lebih tahun Taman ini dibangun untuk menghidupkan suasana perumahan di Palmenlaan (sekarang Jl. Panglima Sudirman); (3) Willemsplein, taman ini sekarang bernama Taman Jayengrono. Taman ini terletak di dekat kantor Residen Surabaya; (4) Simpangsche Tuin, taman ini terkenal dengan nama Taman

6 6 Simpang yang didirikan pada tahun 1860; (4) Stadstuin, taman ini merupakan taman kota dengan halaman yang cukup luas (Handinoto, 1996: 81-86). Beberapa taman di Kota Malang pada masa Kolonial antara lain: Taman Gajayana, Taman Slamet, Taman Merbabu, dan yang paling besar Smeroe Park dengan latar belakang pemandangan alam Gunung Kawi (Kurniawan, 2006: 103). Beberapa taman di Kota Bandung tahun antara lain: (1) Pieter Sijthoff Park (nama sekarang Taman Merdeka), taman ini terletak di pusat kota dan dibuat pada tahun 1885; (2) Insulinde Park (nama sekarang Taman Lalu-Lintas), taman ini terletak di lingkungan kantor militer dan sekolah. Taman Insulinde Park ini dibuat tahun 1925; (3) Molukken Park (nama sekarang Taman Maluku), taman ini berada di kawasan yang dikelilingi oleh lapangan olahraga dan permukiman milik Belanda. Taman Molukken Park ini dibuat tahun 1919; (4) Jubileum Park (nama sekarang Tamansari). Taman ini dibuat tahun Taman Jubileum Park ini merupakan kebun botani yang pada tahun 1933 di bagian selatan taman berubah fungsi menjadi kebun binatang; 5) Ijzerman Park (nama sekarang Taman Ganesha). Taman ini berdekatan dengan permukiman Belanda dan dibuat tahun 1919 (Prayudi, 2010: 7). Arsitektur pertamanan (lanskap) dan perencanaan kota di Indonesia yang otentik dapat dilihat di Surakarta (Solo), Yogyakarta, dan Kota Gede. Ketiga kota ini merupakan bekas dari Keraton Mataram Islam sehingga memiliki struktur kota yang sama. Kota-kota tersebut merupakan aset bangsa sebagai salah satu dan awal mulanya penelitian arsitektur kota, perencanaan kota dan sejarah taman kota di

7 7 Indonesia baik perencanaannya (planning) maupun perancangannya (design) (Basuki,1996: 160; Setiawan, 2000: 2). Kota Surakarta sejak tahun 1870 sampai kedatangan Jepang 1942 berkembang dengan dihuni oleh berbagai etnik dan bergaya hidup Indis. Pada masa ini Kota Surakarta memiliki tiga pemerintahan yaitu Kasunanan, Mangkunegaran, dan pemerintahan Kolonial. Sebagian besar wilayah kekuasaan Kasunanan terletak di sebelah selatan kota yang biasa disebut dengan kidulan (kidul=selatan). Pemerintahan Kasunanan ini memiliki wilayah kekuasaan paling luas di antara dua pemerintahan yang lain di Surakarta. Pemerintahan Mangkunegaran terletak di sebelah utara Keraton Kasunanan, oleh karena itu disebut dengan loran (lor=utara). Wilayah kekuasaan Mangkunegaran hanya seperlima dari Kota Surakarta di mana Jalan Slamet Riyadi sekarang merupakan batas kedua wilayah kekuasaan tersebut. Pemerintah Kolonial mencakup wilayah kekuasaan terkecil yaitu hanya berlokasi di sekitar Benteng Vastenburg (Savitri, 2015: ). Taman di Kota Surakarta dibagi menjadi dua, yaitu taman kerajaan dan taman kota. Taman kerajaan merupakan taman yang berada di dalam istana maupun taman dalam bentuk pesanggrahan yang berada di luar istana. Taman kota merupakan taman yang dibangun sebagai tempat untuk hiburan masyarakat maupun hanya sebagai ruang terbuka untuk memperindah kota. Kedua jenis taman tersebut merupakan elemen pembentuk keindahan kota. Beberapa taman di Kota Surakarta awal abad ke-20 adalah Taman Sriwedari, Taman Balekambang, Villapark, Taman Tirtonadi/Taman Partimah dan

8 8 Taman Satwa Jurug. Taman Tirtonadi/Taman Partimah sekarang telah beralih fungsi menjadi Terminal Tirtonadi, sedangkan Taman Satwa Jurug merupakan taman yang dibangun pada masa PB X ( ). Taman Satwa Jurug telah mengalami perubahan bentuk saat ini karena renovasi total yang dilakukan oleh PT. Bengawan Permai pada tahun Renovasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke taman ini (Nugraha, 2013: 39). Pada perkembangannya PT. Bengawan Permai tidak mampu lagi mengelola satwa titipan dari Taman Sriwedari hingga akhirnya tahun 1986 pengelolaannya diserahkan kembali kepada pemerintah Kota Surakarta. Taman Sriwedari, Taman Balekambang, dan Villapark masih dapat dilihat keberadaanya dan oleh karena itu menjadi objek penelitian dalam skripsi ini. Taman Sriwedari atau Kebon Rojo (kebun milik Raja) terletak di bagian selatan Kota Surakarta, Taman Balekambang terletak di bagian utara Kota Surakarta dan Villapark terletak di barat laut Kota Surakarta. Saat ini baik Taman Sriwedari, Taman Balekambang maupun Villapark sudah mengalami revitalisasi pada beberapa unsur bangunannya. Taman Sriwedari dan Taman Balekambang hingga saat ini masih tetap menjadi tempat hiburan bagi masyarakat Surakarta. Secara lanskap, taman-taman tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda meskipun dibangun pada masa yang sama. Taman-taman di Surakarta pada awal abad ke-20 ini menarik untuk diteliti karena merupakan salah satu elemen fisik kota yaitu bagian dari kota secara fisik yang dibutuhkan Kota Surakarta pada masa Kolonial. Elemen perkembangan pembangunan kota dapat

9 9 memberikan penjelasan mengenai fungsi dan latar belakang pembangunan dari masing-masing taman. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang menarik untuk dikaji adalah 1. Apa fungsi dan latar belakang pembangunan Taman Sriwedari, Taman Balekambang, dan Villapark di Kota Surakarta awal abad ke-20? 2. Bagaimana peran ketiga taman tersebut terhadap perkembangan Kota Surakarta pada masa Kolonial? I.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada aspek ruang/wilayah dan aspek waktu yang disesuaikan dengan konteks bahasan penelitian. Batasan ruang/wilayah dan waktu pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Wilayah Wilayah penelitian adalah Taman Sriwedari, Taman Balekambang, dan Villapark meliputi unsur-unsur yang terdapat pada masing-masing taman, baik itu unsur air, unsur tumbuhan, unsur binatang, maupun unsur bangunan. 2. Waktu Batasan waktu penelitian di sini adalah awal abad ke-20, ketika Surakarta dikuasai oleh tiga pemerintahan/penguasa yang sedang berkuasa saat itu, penguasa Kasunanan, penguasa Mangkunegaran, dan pemerintahan Belanda. PB

10 10 X berkuasa tahun dari 1893 sampai Selama masa pemerintahan PB X, Keraton Kasunanan menuju ke arah kejayaan dan keemasan. Pembaharuan banyak dilakukan baik dalam pembangunan kompleks keraton maupun prasarana dan sarana kota. Surakarta selain dibawah kekuasaan Kasunanan juga di bawah kekuasaan Mangkunegaran yang pada saat itu dipimpin oleh Mangkunegara ke-vii ( ). Pada saat dipimpin oleh Mangkunegara ke-vii industri Mangkunegaran berkembang cukup pesat, pemerintahan Belanda memiliki wewenang mengontrol kekuasaan Sunan, sehingga berpengaruh juga terhadap perkembangan pembangunan Kota Surakarta. Alasan lain peneliti memilih awal abad ke-20 adalah karena pada masa tersebut Kota Surakarta sedang mengalami perkembangan pembangunan prasarana dan sarana kota, tak terkecuali dengan pembangunan ketiga taman sebagai wujud dari perkembangan tersebut. I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diajukan maka tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui fungsi dan latar belakang pembangunan Taman Sriwedari, Taman Balekambang, dan Villapark. Tujuan selanjutnya untuk mengetahui peran Taman Sriwedari, Taman Balekambang, dan Villapark terhadap perkembangan Kota Surakarta awal abad ke-20. Fungsi yang dimaksudkan pada penelitian ini merupakan kegunaan masing-masing taman, sedangkan peran yang dimaksud adalah manfaat yang diharapkan dari adanya taman-taman yang berkedudukan sebagai elemen fisik bagi Kota Surakarta. Pada akhirnya penelitian

11 11 ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu khususnya perkembangan kota. I.5 Tinjauan Pustaka Taman Sriwedari, Taman Balekambang, dan Villapark sebelumnya pernah diteliti oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai bukti pentingnya ketiga taman tersebut di Kota Surakarta. Beberapa penelitian mengenai Taman Sriwedari dan Taman Balekambang yang berkaitan dengan konservasi dan revitalisasi, dilakukan dalam bidang keilmuan arsitektur oleh Putranto (2007), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul skripsi Revitalisasi Taman Balekambang Surakarta sebagai Kawasan Pagelaran Seni Pertunjukan. Hasil penelitian ini berupa rekomendasi untuk Taman Balekambang sebagai Kawasan Pagelaran Seni Pertunjukan. Laporan tugas akhir Yulianto (2007), Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret dengan judul Pengembangan Taman Sriwedari sebagai Wisata Budaya di Solo. Tugas akhir Arifianto (2014), Universitas Diponegoro Semarang dengan judul Redesain Taman Sriwedari sebagai Pusat Konvensi dan Pameran di Kota Surakarta. Penelitian dari bidang keilmuan teknik arsitektur oleh Sakti (2009), Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul Taman Sriwedari sebagai Green Heritage Plaza. Hasil penelitian-penelitian tersebut berupa rekomendasi pengembangan Taman Sriwedari maupun Taman Balekambang saat ini dan dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis untuk mengetahui potensi lebih lanjut dari taman-taman tersebut.

12 12 Prayudi (2010), Universitas Gadjah Mada dalam skripsinya yang berjudul Fungsi dan Latar Belakang Penempatan Taman Kolonial di Kota Bandung Tahun membahas mengenai taman-taman kolonial yang ada di Kota Bandung. Prayudi (2010) mendiskripsikan berbagai tipe-tipe taman pada masa Kolonial yang dikenal oleh masyarakat di Hindia Belanda. Taman-taman tersebut biasanya terletak dalam suatu kawasan kota tempat masyarakat Eropa bermukim. Skripsi mengenai taman kolonial ini dapat dijadikan data pembanding dan penunjang sebagai informasi mengenai konsep dan fungsi taman pada masa Kolonial dengan kawasan Villapark, Surakarta. Skripsi berkaitan dengan Villapark ditulis dengan pendekatan sejarah oleh Asih (2009), mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Skripsinya yang berjudul Karya Arsitektur Thomas Karsten di Surakarta ini, membahas peranan Thomas Karsten di Surakarta serta karya-karyanya di Surakarta. Skripsi tersebut mendeskripsikan kawasan Villapark, Banjarsari Surakarta sebagai salah satu karya Thomas Karsten. Skripsi ini dapat digunakan untuk menunjang penelitian mengenai kawasan Villapark, Banjarsari Surakarta sebagaimana yang juga dibahas dalam penelitian ini. I.6 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan penalaran induktif. Pendekatan kualitatif yaitu berusaha memahami suatu fakta dari perolehan gambaran data arkeologi berupa Taman Sriwedari, Taman Balekambang, dan Villapark melalui konteks yang diteliti lewat observasi atau pengamatan keadaan sekarang untuk memahami aspek kehidupan masa lalu ditunjang dengan data

13 13 sekunder berdasarkan latar belakang waktu, lanskap dan konteks sosial budaya terbatas pada waktu tertentu di masa lalu (batasan waktu). Penalaran induktif merupakan suatu cara penelitian yang bermula dari tahap berdasarkan pengamatan fakta-fakta atau gejala-gejala yang bersifat khusus sampai dengan tahap penyimpulan untuk mendapatkan pemecahan masalah yang bersifat umum (Sukendar, 1999: 20). Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan berbagai informasi yang dapat dikaitkan dengan Taman Sriwedari, Taman Balekambang, dan Villapark. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data pokok dan data penunjang. Data pokok merupakan data langsung maupun tidak langsung namun dijadikan bahan utama dalam penelitian ini. Data pokok dalam penelitian ini diperoleh dengan observasi yaitu pengamatan langsung tinggalan arkeologi (Pusat Penelitian dan Perkembangan Arkeologi Nasional, 2008: 22). Tinggalan arkeologis yang diamati secara langsung dalam penelitian ini adalah Taman Sriwedari, Taman Balekambang, dan Villapark. Pengamatan secara langsung di ketiga taman tersebut untuk memperoleh data arkeologi dalam konteksnya yang berhubungan dengan fungsi dan keletakan atau lokasi. Selain mengamati langsung ketiga taman, pengamatan dilakukan juga terhadap bangunan sekitar taman yang sejaman dan memiliki hubungan atau berkaitan dengan taman secara langsung. Objek penelitian didokumentasikan menggunakan alat perekam

14 14 visual. Data pokok lain, selain diperoleh dengan observasi juga diperoleh dengan mengamati peta kuno, gambar atau foto taman masa sekarang maupun dulu. Data penunjang dalam penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka baik itu dari arsip, literatur, artikel, jurnal, naskah, buku, maupun laporan yang berkaitan dengan Taman Sriwedari, Taman Balekambang, dan Villapark dalam tata ruang Kota Surakarta baik pada konteks masa lalu maupun saat ini. Data penunjang ini digunakan untuk memperkuat data pokok dalam proses analisis Pengolahan Data Tahap kedua adalah pengolahan data. Tahap ini dilakukan dengan mendeskripsikan data pokok dan data penunjang yang telah terkumpul ke dalam bentuk tulisan. Pada tahap ini penulis mendeskripsikan sejarah umum Kota Surakarta, gambaran umum Taman Sriwedari, Taman Balekambang, dan Villapark Tahap Analisis Data Pada tahap ketiga ini adalah tahap data yang telah dideskripsikan pada tahap sebelumnya kemudian dianalisis. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kontekstual dan analisis deskriptif-historis. Analisis kontekstual ini berguna untuk menentukan fungsi pembangunan taman-taman di Surakarta awal abad ke-20, melalui konteks lokasi dan bangunan di sekitar taman yang semasa. Analisis deskriptif-historis yaitu prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau data historis berupa semua data tertulis yang berkaitan dengan ketiga taman sebagai data penunjang. Data penunjang tersebut

15 15 digunakan untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarang dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan taman sebagai objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Analisis ini tidak hanya untuk mengungkapkan dari sudut kepentingan kesejarahannya saja, akan tetapi untuk memahami berbagai aspek kehidupan masa lalu pada batas waktu tertentu yaitu awal abad ke Sintesis Tahap sintesis ini merupakan tahap menggabungkan hasil analisis yang telah dilakukan serta melakukan interpretasi dengan menggunakan konsep dan teori yang berkaitan dengan topik penelitian seperti mengenai taman maupun kota. Hasil interpretasi tersebut merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian yang diajukan. Oleh karena itu hasil dari sintesis adalah peran taman terhadap perkembangan Kota Surakarta awal abad ke Kesimpulan Penelitian ini akan ditutup dengan penarikan kesimpulan. Kesimpulan merupakan tahapan terakhir yang dilakukan dengan menyimpulkan hal-hal yang telah dibahas pada tahap sebelumnya. Kesimpulan pada penelitian ini adalah fungsi Taman Sriwedari dan Taman Balekambang sebagai taman hiburan untuk masyarakat, sedangkan Villapark berfungsi sebagai kota taman. Latar belakang pembangunan ketiga taman tersebut dipengaruhi oleh faktor sosial-ekonomi dan politik. Peran taman terhadap perkembangan Kota Surakarta awal abad ke-20

16 16 adalah sebagai elemen pembentuk keindahan, sebagai hutan kota, dan sebagai pelengkap kebutuhan masyarakat akan sarana hiburan.

17 17 BAGAN ALIR PENELITIAN Perumusan Masalah Pengumpulan Data Data Pokok Data Penunjang Observasi Peta dan foto masa lalu maupun saat ini yang berkaitan dengan ketiga taman. Studi Pustaka Objek Penelitian: Taman Sriwedari, Taman Balekambang dan Villapark. Data Historis antara lain: arsip, literatur, naskah, artikel, jurnal, buku, maupun laporan yang berkaitan dengan Taman Sriwedari, Balekambang, dan Villapark. Analisis Kontekstual Analisis masing-masing taman, berkaitan dengan lokasi dan bangunan di sekitarnya yang semasa. Analisis Deskriptif-Historis Sintesis dan Interpretasi: Fungsi, latar belakang, dan peran taman terhadap perkembangan Kota Surakarta awal abad ke- 20. Kesimpulan

18 18 CATATAN BAB I 1 Dikutip dari 2 Masa Hindu-Buddha/klasik merupakan suatu peradaban yang sudah mulai dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha dari India. 3 Kidung Sudhamala merupakan salah satu naskah kesusasteraan dari periode Hindu-Buddha di Jawa Timur yang tidak berangka tahun. Kidung Sudhamala mengisahkan cerita tentang Dewi Uma yang dikutuk oleh Batara Guru, akibat berkhianat terhadap suaminya. 4 Kitab Sri Tanjung merupakan salah satu naskah kasusasteraan periode Hindu- Buddha yang merupakan kelanjutan dari Kidung Sudhamala. Kitab ini menceritakan kisah tentang pasangan Sidapaksa dan Sri Tanjung. 5 Kakawin Sutasoma merupakan salah satu naskah kasusasteraan karya Empu Tantular pada masa pemerintahan Hayam Wuruk ( M). 6 Naskah Negarakertagama merupakan salah satu naskah kesusasteraan hasil karangan Empu Prapanca pada tahun 1287 Saka/1365 M. Naskah ini mengisahkan tentang Raja Hayam Wuruk sebagai penguasa Majapahit. 7 Pengaruh Islam di Nusantara dimulai sekitar abad ke-13 yang kini melahirkan populasi masyarakat Islam besar di Indonesia, dengan mayoritas penduduk Indonesia adalah Islam. Ketika komunitas muslim datang, Nusantara sudah tumbuh permukiman sekelas kota. Dengan begitu permukiman masa Islam memperlihatkan perkembangan yang pesat dengan perkembangan kota dilengkapi dengan infrastruktur yang lebih maju (Pusat Penelitian dan Perkembangan Arkeologi Nasional, 2010: ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama sebagai tempat bernaung. Pada tahap selanjutnya, bangunan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama sebagai tempat bernaung. Pada tahap selanjutnya, bangunan berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya, manusia mendirikan bangunan untuk memenuhi fungsi utama sebagai tempat bernaung. Pada tahap selanjutnya, bangunan berfungsi melindungi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat. Komponen-komponen pendukung kota dapat dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat. Komponen-komponen pendukung kota dapat dibuktikan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo merupakan sebuah kota yang memiliki fasilitas publik untuk mendukung berjalannya proses pemerintahan dan aktivitas masyarakat.

Lebih terperinci

87 Universitas Indonesia

87 Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Kepurbakalaan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa merupakan perpaduan dari kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal atau kebudayaan lama yaitu kebudayaan Hindu-Buddha. Perpaduan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian judul DP3A Revitalisasi Kompleks Kavallerie Sebagai Hotel Heritage di Pura Mangkunegaran Surakarta yang mempunyai arti sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Pengertian judul : MUSEUM MUSIK TRADISONAL JAWA TENGAH DI BENTENG VASTENBURG SURAKARTA adalah sebagai berikut : Museum : Gedung yang digunakan sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA

REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1-3 Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Gambar 3.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1-3 Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Gambar 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Solo telah banyak mengalami bencana ruang kota dalam sejarah perkembangannya. Setidaknya ada tiga peristiwa tragedi besar yang tercatat dalam sejarah kotanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal. dan sebagainya (Wikipedia, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal. dan sebagainya (Wikipedia, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pusat : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal dan sebagainya (Wikipedia, 2015). Informasi : Sekumpulan data/ fakta yang diorganisasi atau

Lebih terperinci

PENATAAN ULANG TAMAN REKREASI BUDAYA SRIWEDARI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

PENATAAN ULANG TAMAN REKREASI BUDAYA SRIWEDARI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN ULANG TAMAN REKREASI BUDAYA SRIWEDARI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islamic : Islamic (bahasa Inggris) yang artinya berhubungan dengan Islam (Echols & Shadily, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. Islamic : Islamic (bahasa Inggris) yang artinya berhubungan dengan Islam (Echols & Shadily, 2006) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Penulis menyusun laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) dengan judul Solo Islamic Park, agar dapat lebih memahami judul tersebut, maka diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Indonesia sebagai negara berkembang terus menerus berusaha untuk meningkatkan hasil yang maksimal di segala bidang pembangunan, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: Pencarian bahan melalui buku, artikel, dan literatur dari

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo :

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul Proyek Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Bengawan Solo Tree House Resort (Pengembangan Urban Forest III Surakarta). Untuk mengetahui

Lebih terperinci

dipengaruhi oleh faktor-faktor peninggalan sejarah. Dari Peninggalan sejarah yang berbentuk fisik tampak adanya pengaruh kuat yang dominan pada

dipengaruhi oleh faktor-faktor peninggalan sejarah. Dari Peninggalan sejarah yang berbentuk fisik tampak adanya pengaruh kuat yang dominan pada Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang to 1.1.1 Umum Berbagai langkah kebijaksanaan pemerintah daerah Surakarta telah dilakukan dalam mengembangkan tempat kepariwisataan terhadap daerahdaerah yang

Lebih terperinci

BAB VI INFRASTRUKTUR

BAB VI INFRASTRUKTUR BAB VI INFRASTRUKTUR Sarana dan prasarana fisik dasar yang baik dapat menjadi bagian penting dalam pembangunan sektor lainnya. Ketersediaan dengan kualitas yang baik tentunya dapat mendorong dan memperlancar

Lebih terperinci

Tugas akhir ismail yakub BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Tugas akhir ismail yakub BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 96 34D D52 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Tinjauan umum Surakarta Dalam strategi pengembangan nasional maupun kebijaksanaan Pemerintah Daerah Tingkat Jawa Tengah, kota Surakarta telah ditetapkan sebagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA Penelitian tentang kampung kota dari pakar teknik arsitektur pada umumnya lebih banyak yang mengupas masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan pariwisata sebagai generator pertumbuhan ekonomi telah diketahui oleh insan pariwisata, sehingga harapan sektor pariwisata sebagai andalan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan CAGAR BUDAYA Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Boyolali, 29 Maret 2017 1 April 2017 Daftar

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,

Lebih terperinci

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Surakarta atau sering disebut dengan nama kota Solo adalah suatu kota yang saat ini sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas kota dengan berbagai strategi. Dan

Lebih terperinci

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM AKULTURASI : menerima unsur baru tapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya jadi budaya campuran ASIMILASI : pernggabungan kebudayaan lokal dan unsur baru tapi

Lebih terperinci

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Arkeologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari budaya masa lalu melalui peninggalan-peninggalan kebendaan, dengan tujuan untuk merekonstruksi aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) ini berjudul Ambarawa Heritage Resort Hotel. Untuk mengetahui maksud dari judul dengan lebih jelas maka perlu diuraikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Perumusan Masalah 1. Latar belakang dan pertanyaan penelitian Berkembangnya arsitektur jaman kolonial Belanda seiring dengan dibangunnya pemukiman bagi orang-orang eropa yang tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : ADIB SURYAWAN ADHIATMA L2D 000 394 JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana

Lebih terperinci

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh: STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR Oleh: WINARSIH L2D 099 461 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa yang besar. Kesenian wayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR

WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR CITY HOTEL DI BENTENG VASTENBURG SURABAYA

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR CITY HOTEL DI BENTENG VASTENBURG SURABAYA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR CITY HOTEL DI BENTENG VASTENBURG SURABAYA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH : Wiwit

Lebih terperinci

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA ISTANO BASA PAGARUYUNG

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA ISTANO BASA PAGARUYUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berwisata merupakan salah satu kebutuhan manusia yang terkadang perlu dipenuhi. Dengan berwisata diharapkan akan memberikan suasana baru sebagai penyegar pikiran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau yang sering disebut Taman Jurug adalah obyek wisata yang terletak di tepian sungai Bengawan Solo dengan luas lahan 13.9 Ha, memiliki

Lebih terperinci

GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN

GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. To live in the future, one must first understand their history by. anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia

BAB I PENDAHULUAN. To live in the future, one must first understand their history by. anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG To live in the future, one must first understand their history by anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia mempelajari benda-benda dari masa lalu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan panjang sejarah terbentuknya kota Jakarta dimulai dari sebuah area kecil yang kini disebut daerah jembatan gantung kota intan. Dahulu lokasi tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pariwisata telah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia pada umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu. Pariwisata adalah

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama matakuliah Kode/SKS Status mata kuliah Deskripsi Singkat : ARKEOLOGI HINDU-BUDDHA : BDP 1107/ 2 SKS : Wajib : Pengenalan tinggalan arkeologi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN GUA SUNYARAGI SEBAGAI TAMAN WISATA BUDAYA DI CIREBON

PENGEMBANGAN KAWASAN GUA SUNYARAGI SEBAGAI TAMAN WISATA BUDAYA DI CIREBON LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) PENGEMBANGAN KAWASAN GUA SUNYARAGI SEBAGAI TAMAN WISATA BUDAYA DI CIREBON Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK dan TARI KONTEMPORER di. SURAKARTA dengan PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO

BAB I PENDAHULUAN. GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK dan TARI KONTEMPORER di. SURAKARTA dengan PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK dan TARI KONTEMPORER di SURAKARTA dengan PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULER B. PEMAHAMAN Gedung pertunjukkan merupakan sebuah bangunan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berlakunya Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, memiliki implikasi yang sangat luas dan menyeluruh dalam kebijaksanaan dan pengelolaan daerah. Wilayah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan hal penting dalam berbangsa karena sejarah adalah bagian dari kehidupan yang dapat dijadikan sebuah pelajaran untuk menjadi bangsa yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanpa terasa Bandung sudah memasuki usianya yang lebih dari 200 tahun. Sebuah perjalanan yang sangat panjang dari wilayah yang sebelumnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Rekreasi Area Car Free Day Solo (Penekanan pada Aktivitas Kuliner)

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Rekreasi Area Car Free Day Solo (Penekanan pada Aktivitas Kuliner) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pusat Rekreasi Area Car Free Day Solo (Penekanan pada Aktivitas Kuliner) Pusat Rekreasi Area Car Free : Suatu bentuk kesatuan koordinasi yang merupakan induk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Wedding Center di Surakarta dengan mengadopsi gaya arsitektur Bangsal Pracimayasa Pura Mangkunegaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Wedding Center di Surakarta dengan mengadopsi gaya arsitektur Bangsal Pracimayasa Pura Mangkunegaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk memahami maksud dari judul Wedding Center di Surakarta dengan mengadopsi gaya arsitektur Bangsal Pracimayasa Pura Mangkunegaran, maka perlu diuraikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kawasan yang memiliki m nilai arti kesejarahan ataupun aupun nilai seni

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kawasan yang memiliki m nilai arti kesejarahan ataupun aupun nilai seni BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangunan dan kawasan yang memiliki m nilai arti kesejarahan ataupun aupun nilai seni arsitektur, pada dasarnya harus dilihat sebagai obyek cagar budaya. Obyek cagar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Diskripsi Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka setiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan perkotaan dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah The Prambanan Garden Hotel. Untuk dapat mengetahui pengertian judul di atas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XV, Pengging tercatat dalam Babad Jaka Tingkir 1. sebagai daerah Pajang-Pengging. Berdasarkan cakupan wilayahnya, daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XV, Pengging tercatat dalam Babad Jaka Tingkir 1. sebagai daerah Pajang-Pengging. Berdasarkan cakupan wilayahnya, daerah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada abad XV, Pengging tercatat dalam Babad Jaka Tingkir 1 disebut sebagai daerah Pajang-Pengging. Berdasarkan cakupan wilayahnya, daerah tersebut terletak di lereng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat kaya akan peninggalan kebudayaan pada jaman Hindu Budha. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam objek wisata, seperti pulau-pulau dengan pemandangan pantai yang indah, pegunungan, dan keindahan baharinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia pariwisata merupakan sektor andalan penerimaan devisa negara bagi kegiatan ekonomi dan kegiatan sektor lain yang terkait. Oleh karena itu pariwisata perlu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Surakarta merupakan pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi Jawa Tengah, mempunyai peran yang strategis bagi pengembangan wilayah di Propinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Hotel memiliki beberapa klasifikasi tergantung dari sudut pandang tertentu. Hotel wisata yang menjadi judul penulisan ini sebenarnya berasal dari istilah tourist

Lebih terperinci

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Surakarta yang sering juga disebut dengan kota Solo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Surakarta yang sering juga disebut dengan kota Solo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta yang sering juga disebut dengan kota Solo merupakan salah satu kota yang mempunyai potensi bisnis yang sangat besar. Ditambah lagi dengan dijadikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...x. DAFTAR LAMPIRAN...xii. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..1

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...x. DAFTAR LAMPIRAN...xii. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..1 DAFTAR ISI ABSTRAK...i KATA PENGANTAR...iii UCAPAN TERIMAKASIH...iv DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN...xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..1 B. Identifikasi Masalah..6

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1. Letak Administrasi Kota Surakarta Kota Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah dan dibatasi oleh empat Kabupaten di sekitarnya, yaitu Sukoharjo, Karanganyar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Butterfly : Bahasa Inggris: Kupu-kupu Kupu-kupu merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera atau serangga bersayap sisik (lepis: sisik dan ptero:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan Rossler, 1995). Lanskap budaya pada beberapa negara di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Wisatawan Yogyakarta. Tahun Wisatawan Lokal Wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Wisatawan Yogyakarta. Tahun Wisatawan Lokal Wisatawan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Budaya lokal suatu daerah dapat mengangkat citra serta identitas daerah tersebut ke tingkat yang lebih tinggi yaitu ke tingkat nasional maupun internasional.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah keberadaan kota Surakarta tidak bisa terlepas adanya keraton Surakarta yang secara proses tidak dapat terlepas pula dari kerajaan pendahulunya yakni

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang mempelajari peristiwa pada masa lampau untuk kemudian diaplikasikan pada masa kini bahkan diproyeksikan untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. LATARBELAKANG

PENDAHULUAN 1.1. LATARBELAKANG PENDAHULUAN 1.1. LATARBELAKANG Olahraga merupakan,suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot otot tubuh. Kegiatan ini dalam perkembangannya dapat

Lebih terperinci

MENGANGKAT NILAI-NILAI PLURALISME DALAM NEGARAKERTAGAMA DI SITUS TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO

MENGANGKAT NILAI-NILAI PLURALISME DALAM NEGARAKERTAGAMA DI SITUS TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO MENGANGKAT NILAI-NILAI PLURALISME DALAM NEGARAKERTAGAMA DI SITUS TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO Tri Niswansari, Suwarno Winarno, Yuniastuti Universitas Negeri Malang E-mail: niswansari_tri@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

FASILITAS SOSIAL INFRASTRUKTUR KEBUDAYAAN DAN REKREASI 6

FASILITAS SOSIAL INFRASTRUKTUR KEBUDAYAAN DAN REKREASI 6 MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) FASILITAS SOSIAL INFRASTRUKTUR KEBUDAYAAN DAN REKREASI 6 Oleh : Dr.Ir.Rimadewi Supriharjo,MIP Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP-ITS 1 BUDAYA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci