PROFIL PERILAKU SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMK N 1 PAINAN
|
|
- Sukarno Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 PROFIL PERILAKU SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMK N 1 PAINAN Afrima Utami 1, Helma 2, Yasrial Chandra 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat afrimautami04@gmail.com ABSTRACT The background of this research is there are various misbehaviors of student s such as fighting, truant, being brashness and etc. The purpose of this research to know about student s social behavior in SMK N 1 Painan which focused to: 1) being honor and respect to people rights 2) being obey to the rules and norm in group 3) be mature in doing social interaction 4) understanding the others. This research used qualitative descriptive research which describe about event, facts, and phenomena related to student s social interaction at school. Its was chosen student s and counselor as the informants. The instrument that used in this research is interview. The data was analized by date reduction, display and conclusion. The research fainding its showed that the student s social interaction is not fully capable in 1)being honor and respect to people s rights 2) being obey to the rules and norm in group 3) be mature in doing social interaction 4) understanding the others. It can be suggested to the family and related parties of students, especially the parents to more paying attention of their children growth, and reminding, caring and affecting through their children. Keywords: Student s, social behavior PENDAHULUAN Pendidikan merupakan wahana pokok dan sebagai kunci utama bagi pengembangan sumber daya manusia yaitu untuk meningkatkan kualitas diri sebagai individu yang memiliki kemampuan, kepribadian dan keterampilan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Pendidikan juga bertujuan untuk membantu peserta didik mencapai perkembangan yang optimal dalam semua dimensi kehidupannya. Prayitno dan Amti (2013: 25) menerangkan bahwa Pengembangan manusia seutuhnya hendaklah mencapai pribadi-pribadi yang kemandiriannya matang, kemampuan sosial menyejukkan, kesosialan yang tinggi, keimanan dan kelakuan yang mendalam.
2 2 Menurut Yusuf dan Nurihsan (2006: 185) Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spritual, intelektual, emosional, maupun sosial". Namun dilain sisi problema peserta didik yang sering terjadi yaitu mengenai problema perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan. Dalam hal ini masa usia sekolah disebut juga masa kehausan sosial, ini ditandai dengan tumbuhnya keinginan bergaul dan diterima oleh anggota kelompoknya. Penolakan dari kelompok mereka dapat menimbulkan frustasi dan terisolasi bahkan merusak diri. Problem itu juga sering muncul pada dimensi moralitas dan keagamaan karena pada saat ini mereka sangat rentan kehilangan identitas. Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya dengan masyarakat. Sosialisasi pada awalnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap kehidupan sosial, yaitu bagaimana seseorang hidup di dalam kelompoknya, baik dalam kelompok primer (keluarga) maupun kelompok sekunder (masyarakat). Menurut Ali dan Muhammad(2011:85) Hubungan sosial individu berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia sekitarnya. Dalam perkembangannya setiap individu ingin tahu bagaimanakah cara melakukan hubugan secara baik dan aman dengan dunia sekitarnya, baik yang bersifat fisik maupun sosial. Hubungan sosial ini mula-mula dimulai dari lingkungan rumah sendiri kemudian dilanjukan kepada lingkungan yang lebih luas lagi ke lingkungan sekolah, dan dilanjutkan kepada lingkungan yang luas lagi yaitu tempat berkumpulnya teman sebaya. Dalam hal ini kehadiran di sekolah merupakan perluasan lingkungan sosialisasinya dan sekaligus merupakan faktor lingkungan baru yang sangat
3 3 menantang atau bahkan mencemaskan dirinya. Para guru dan teman-teman sekelas membentuk suatu sistem yang kemudian menjadi semacam lingkungan norma bagi dirinya. Menurut Ali dan Muhammad ( 2011:96) menyatakan: Ada empat tahap proses penyesuaian diri yang harus dilalui oleh anak selama membangun hubungan sosialnya, yaitu: a) anak dituntut agar tidak merugikan orang lain serta menghargai dan menghormati hak orang lain, b) anak dididik mentaati peraturanperaturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, c) anak dituntut untuk lebih dewasa di dalam melakukan interaksi sosial berdasarkan asas saling memberi dan menerima, d) anak dituntut untu memahami orang lain. Keempat tahap proses penyesuaikan diri berlangsung dari proses yang sederhana ke proses yang semakin kompleks dan semakin menuntut penguasaan sistem respons yang lebih kompleks pula. Keadaan emosi dan psikologis individu yang belum stabil juga akan mempengaruhi hubungan sosialnya. Ada dua kemungkinan yang ditempuh oleh individu ketika berhadapan dengan nilai-nilai sosial tertentu yaitu menyesuaikan diri dengan nila-nilai tertentu atau tetap pada pendirian dengan segala akibatnya. Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada saat penulis melakukan Praktik Lapangan Bimbingan Konseling Sekolah (PLBK) di SMK N 1 Painan selama bulan Agustus 2016, terdapat peserta didik yang sering mengabaikan dan melanggar peraturan-peraturan sekolah maupun norma-norma yang berlaku di dalam kehidupan bersosial seperti sering di panggil keruang BK karena terlibat perkelahian, bolos sekolah, sering terlambat dan keluyuran pada saat proses belajar mengajar berlangsung, tidak menghargai dan menghormati guru maupun temannya. Kemudian berdasarkan hasil wawancara bersama koordinator BK pada tanggal 5 September 2016 maka diperoleh hasil bahwasannya hampir setiap hari guru BK menyelesaikan masalah siswa atau memanggil siswa
4 4 yang berkenaan dengan pelanggaran baik cara berpakaian, kedisiplinan, etika bicara, perkelahian antar geng kemudian berkaitan dengan mata pelajaran atau pun tugas-tugas sekolah. Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul Profil Perilaku Sosial Peserta Didik di SMK N 1 Painan). METODE PENELITIAN jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang menghasilkan kata-kata tertulis maupun lisan dengan orang yang diamati. Dalam penelitian ini yang diungkap oleh peneliti adalah deskripsi mengenai perilaku sosial peserta didik di SMK N 1 Painan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Juli sampai 07 Agustus SMK N 1 Painan di jadikan lokasi penelitian meningat bahwa peneliti menemukan banyaknya permasalahan yang ditemukan terkait dengan perilaku sosial peserta didik. Informan kunci dari penelitian ini yaitu 2 orang peserta didik, informan tambahan yaitu peserta didik dan guru BK. Instrumen penelitian ini adalah wawancara, teknik yang digunakan dalam pengelolaan data melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran perilaku sosial peserta didik yang mengalami di SMK N 1 Painan dilihat dari kemampuan menghargai dan menghormati hak orang lain, mentaati peraturanperaturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, dewasa dalam melakukan interaksi sosial berdasarkan asas saling memberi dan menerima dan kemampuan memahami orang lain. 1. Menghargai dan menghormati hak orang lain Berdasarkan hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan diketahui bahwa profil perilaku sosial peserta didik yang mengalami disfungsi keluarga dapat disimpulkan bahwa A maupun B belum sepenuhnya
5 5 mampu menghargai dan menghormati hak orang lain, karena dari jawaban-jawaban yang diberikan terlihat, yaitu: 1) mudah tersinggung dan cepat emosian, 2) mendongkol apabila ditegur, 3) tidak menghargai pendapat orang lain, 4) susah diberi nasehat. Menurut Lestari (2012: ) menjelaskan bahwa keluarga merupakan tempat utama bagi anak dalam menjalani proses tumbuh dan berkembang. Relasi orang tua-anak yang berkualitas memiliki peran penting dalam mencapai keberhasilan proses sosialisasi yang dijalankan orang tua. Kualitas relasi orang tua-anak tersebut dapat diketahui dari beberapa hal, yakni: a. Kredibilitas orang tua. Anak yang memandang orang tuanya sebagai figur yang kredibel, dalam arti dapat dipercaya karena perkataannya sesuai dengan tindakannya dan memberikan keteladanan dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari membuat anak mau mendengarkan nasehatnasehat yang disampaikan orang tua. b. Keterbukaan dalam berkomunikasi. Suasana komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak juga mendukung keberhasilan proses sosialis asi. Keterbukaan tersebut dapat diwujudkan dengan membengun pola komunikasi timbal balik (dua arah) dalam keluarga. c. Berorientasi pada kebutuhan anak dari pada kebutuhan orang tua. Tanpa disadari memaksakan kehendak berarti juga mengambil hak anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya. d. Kepercayaan pada anak. Memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan merupakan salah satu wujud
6 6 dari kepercayaan orang tua pada anak. Pengakuan terhadap eksistensi penting bagi anak agar terbangun perasaan berharga pada dirinya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan tempat utama bagi anak dalam menjalani proses tumbuh dan berkembang, dalam keluarga anak akan belajar bagaimana cara penanaman nilai-nilai sosial yang akan membentuk perilaku sosial pada anak, namun keluarga yang orang tuannya memberikan teladan tetapi tidak memiliki hubungan yang dekat dengan anak maka perilaku yang dicontohkannya tersebut tidak akan ditiru oleh anak. Tetapi peneladanan anak pada orang tua terjadi pada keluarga yang orang tuanya memiliki kedekatan secara psikologis dengan anak. 2. Mentaati peraturan-peraturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok Berdasarkan hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan diketahui bahwa profil perilaku sosial peserta didik di SMK N 1 Painan dapat disimpulkan bahwa A maupun B belum sepenuhnya mampu mentaati peraturan-peraturan dan menyesuaikan diri dengan normanorma kelompok, karena dari jawaban-jawaban yang diberikan terlihat bahwa, yaitu: 1) bolos sekolah, 2) meribut di dalam kelas, 3) marah apabila diberi sanksi, 4) suka berbicara kasar dengan teman. Makmum 2003 (Agung 2015: 63) menjelaskan bahwa perilaku sosial individu dilihat dari kecendrungan peranan (role disposition) dapat dikatakan memadai, manakala menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal sebagai berikut: a. Yakin akan kemampuannya dalam bergaul secara emosional. b. Memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya. c. Mampu memimpin teman-teman dalam kelompok. d. Tidak mudah terpengaruh oleh orang lain dalam bergaul.
7 7 Sebaliknya perilaku sosial individu dikatakan kurang atau tidak memadai manakala menunjukkan ciri-ciri respon interpersonal sebagai berikut: a. Kurang mampu bergaul secara sosial. b. Mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain. c. Pasif dalam mengelolah kelompok. d. Tergantung pada orang lain bila akan melakukan suatu tindakan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bentukbentuk bentuk-bentuk perilaku sosial merupakan hasil tiruan dan adaptasi dari pengaruh kejadian masa lampau. 3. Dewasa dalam melakukan interaksi sosial berdasarkan asas saling memberi dan menerima Berdasarkan hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan diketahui bahwa profil perilaku sosial peserta didik di SMK N 1 Painan dapat disimpulkan bahwa A maupun B belum sepenuhnya mampu dewasa dalam melakukan interaksi sosial berdasarkan asas saling memberi dan menerima, karena dari jawaban-jawaban yang diberikan terlihat bahwa, yaitu: 1) marah ketika tidak dengan orang lain, 2) netral dalam berteman, 3) enggan untuk menolong 4) memilih diam ketika ada masalah. Selanjutnya Shaw 1976 (Ali dan Muhammad 2011: 88) membedakan interaksi menjadi 3 yaitu: 1. Interaksi verbal terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-alat artikulasi. Prosesnya terjadi dalam bentuk saling tukar percakapan satu sama lain. 2. Interaksi fisik terjadi menakala dua orang melakukan kontak dengan menggunakan bahasabahasa tubuh, misalnya ekspresi wajah, posisi tubuh, gerak-gerik tubuh, dan kontak mata. 3. Interaksi emosional terjadi manakala individu melakukan kontak satu sama lain dengan
8 8 melakukan curahan perasaan, misalnya mengeluarkan air mata sebagai tanda sedih, atau bahkan terlalu bahagia. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang terlibat di dalamnya memainkan perannya secara aktif, interaksi yang baik maka akan menimbulkan hubungan yang baik juga, dan dalam hal ini kondisi keluargalah yang merupakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan sosialisasi anak, dimana proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. 4. Kemampuan memahami orang lain Berdasarkan hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan diketahui bahwa profil perilaku sosial peserta didik di SMK N 1 Painan dapat disimpulkan bahwa A maupun B belum sepenuhnya mampu memahami orang lain, karena dari jawabanjawaban yang diberikan terlihat bahwa, yaitu: 1) acuh tak acuh, 2) Tidak peka dengan teman di sekitarnya. Menurut Saefullah (2012: ) menyatakan bahwa dalam perkembangan menuju kematangan sosial, individu mewujudkan dalam bentuk interaksi sosial diantaranya sebagai berikut : a. Pembangkangan (negativisme) atau bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. b. Agresi (agresion). Perilaku menyerang balik secara fisik (non verbal) ataupun kata-kata (verbal). Ageresi merupakan bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhinya kebutuhan atau keinginannya).
9 9 c. Berselisih (bertengkar). Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku orang lain. d. Menggoda (teasting). Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (katakata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya. e. Persaingan (rivaly). Keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorang oleh orang lain. f. Kerja sama (cooperation). Sikap bekerja sama dengan orang lain. g. Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior). Tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap ngebos. Wujud dari sikap ini adalah memaksa, meminta, menyuruh, mengancam, dan sebagainya. h. Mementingkan diri sendiri (selffishness). Sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya. i. Simpati (sympati). Sikap emosioal yang mendorong individu untuk menaruh perhatian pada orang lain yang mendekati atau bekerja sama dengan dirinya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa keberfungsian keluarga merupakan faktor utama dalam membentuk kepribadian serta perilaku sosial bagi anak. Selain itu keluarga juga merupakan sumber kasih sayang serta tempat perlindungan bagi anak, sikap pembangkang, agresif, berselisih, menggoda, persaingan, kerja sama, tingkah laku berkuasa, mementingkan diri sendiri, dan simpati bisa muncul tergantung bagaimana KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai Profil Perilaku Peserta Didik (Studi Deskrptif terhadap Peserta Didik yang Mengalami Disfungsi Keluarga Di SMK NN 1 Painan) Kabupaten Pesisir Selatan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
10 10 1. Profil perilaku sosial peserta didik dapat dikatan belum sepenuhnya mampu menghargai dan menghormati hak orang lain, karena dari jawaban-jawaban yang diberikan terlihat bahwa perilaku sosial peserta didik menampilkan sikap yaitu: 1) mudah tersinggung dan cepat emosian, 2) mendongkol apabila ditegur, 3) tidak menghargai pendapat orang lain, 4) susah diberi nasehat. 2. Profil perilaku sosial peserta didik dapat dikatakan belum sepenuhnya mampu mentaati peraturanperaturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, karena dari jawaban-jawaban yang diberikan terlihat bahwa perilaku sosial peserta didik menampilkan sikap yaitu: 1) bolos sekolah, 2) meribut di dalam kelas, 3) marah apabila diberi sanksi, 4) suka berbicara kasar dengan teman. 3. Profil perilaku sosial peserta didik dapat dikatakan belum sepenuhnya mampu dewasa dalam melakukan interaksi sosial berdasarkan asas saling memberi dan menerima, karena dari jawaban-jawaban yang diberikan terlihat bahwa perilaku sosial peserta didik menampilkan sikap yaitu: 1) marah ketika tidak dengan orang lain, 2) netral dalam berteman, 3) enggan untuk menolong, 4) memilih diam ketika ada masalah. 4. Profil perilaku sosial peserta didik dapat dikatan belum sepenuhnya mampu memahami orang lain, karena dari jawaban-jawaban yang diberikan terlihat bahwa perilaku sosial peserta didik yang mengalami disfungsi keluarga menampilkan sikap yaitu: 1) acuh tak acuh, 2) Tidak peka dengan teman di sekitarnya. DAFTAR PUSTAKA Abdul, Agus Rahman Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik.. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada. Lestari, Sri Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
11 11 Makmum, Abin Syamsuddin Psikologi Kependidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Prayitno, dan Erman Amti Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Saefullah Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung. CV Pustaka Setia. Yusuf, Syamsu L.N dan Juntika Nurishan Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Yusuf, Syamsu L.N dan Nani M Sugandhi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rajawali Pers.
PERKEMBANGAN SOSIAL PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL 3/22/2012
PERKEMBANGAN SOSIAL PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai
Lebih terperinciASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL
ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL I. PENGERTIAN DAN PROSES SOSIALISASI Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1990). Tuntutan sosial pada perilaku
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL FERA ARDANTI. Z NPM. 10060140 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
Lebih terperinciHambatan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok di SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman
Hambatan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok di SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman Oleh: Peninas Saputri Student Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera
Lebih terperinciFAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK DAN UPAYA GURU BK DALAM MENGATASINYA (Studi terhadap Peserta Didik di SMA Negeri 1 Kota Solok)
FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK DAN UPAYA GURU BK DALAM MENGATASINYA (Studi terhadap Peserta Didik di SMA Negeri 1 Kota Solok) E-JURNAL RIA PERMATA SARI NIM: 10060246 PROGRAM STUDI BIMBINGAN
Lebih terperinciPROFIL PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA TERISOLASI DALAM MEMBINA HUBUNGAN SOSIAL KELAS XI SMA NEGERI 12 PADANG. Oleh: Yulia Ningsih Lovita
PROFIL PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA TERISOLASI DALAM MEMBINA HUBUNGAN SOSIAL KELAS XI SMA NEGERI 12 PADANG Oleh: Yulia Ningsih Lovita Azrul Said Yusnetti Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup diri pribadi tidak dapat melakukan sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Terdapat ikatan saling ketergantungan
Lebih terperinciPEMAHAMAN DAN PEMANFAATAN HIMPUNAN DATA DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK N I KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN
PEMAHAMAN DAN PEMANFAATAN HIMPUNAN DATA DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK N I KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Fauzil Husnah Mahasiswa Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP
Lebih terperinciPROFIL PERILAKU SOSIAL REMAJA DI RT 02 / RW 04 KELURAHAN LAMBUNG BUKIT KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL
PROFIL PERILAKU SOSIAL REMAJA DI RT 02 / RW 04 KELURAHAN LAMBUNG BUKIT KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL Oleh : TRI MULYATI. M 10060129 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN
Lebih terperinciOleh: Eldawati. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK
1 Kendala yang Dialami oleh Guru Bimbingan dan Konseling dalam Menyalurkan Bakat Peserta Didik melalui Layanan Penempatan dan Penyaluran di SMP Negeri 2 Bayang Oleh: Eldawati Mahasiswa Bimbingan dan Konseling,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup
Lebih terperinciPROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) ABSTRACT
PROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) Radhita Syam Prima Mutiara 1, Helma 2, Joni Adison 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan
Lebih terperinciPROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL
PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA DI KAMPUNG BARU KELURAHAN INDARUNG KECAMATAN LUBUK KILANGAN PADANG SUMATERA BARAT JURNAL
PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA DI KAMPUNG BARU KELURAHAN INDARUNG KECAMATAN LUBUK KILANGAN PADANG SUMATERA BARAT JURNAL Oleh: RAHMI FRATIWI NIM. 09060108 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciFAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL
FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL GINA ANDRIA SARI NPM: 10060236 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciJURNAL PENELITIAN. Oleh : SOTRIADI NPM:
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MEMINIMALISIR PESERTA DIDIK YANG KURANG BERMINAT DALAM BELAJAR DI KELAS XI SMA NEGERI 2 BAYANG KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL PENELITIAN Oleh : SOTRIADI
Lebih terperinciEMOSI NEGATIF SISWA KELAS XI SMAN 1 SUNGAI LIMAU
Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima 19/02/2013 Direvisi 26/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 EMOSI NEGATIF
Lebih terperinciPERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI DI SMK NEGERI 4 PADANG
PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI DI SMK NEGERI 4 PADANG Oleh: Endrawati * Fitria Kasih** Rahma Wira Nita**
Lebih terperinciGURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA DIAN ANDALAS PADANG JURNAL
PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KEBERADAAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA DIAN ANDALAS PADANG JURNAL CICI FITRIA NPM: 10060152 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Remaja adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dan insan pembangunan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dan insan pembangunan nasional. Keterlibatan remaja sebagai generasi penerus berperan
Lebih terperinciPROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DI SMK NEGERI 5 PADANG. (Studi Deskriptif Kuantitatif di Kelas XI SMK Negeri 5 Padang) Oleh:
PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DI SMK NEGERI 5 PADANG. (Studi Deskriptif Kuantitatif di Kelas XI SMK Negeri 5 Padang) Oleh: Robi Nofendra Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah
Lebih terperinciUPAYA GURU BK DALAM MENGEMBANGKAN HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DIKLAT DI SMA NEGERI 5 PADANG Oleh:
1 UPAYA GURU BK DALAM MENGEMBANGKAN HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DIKLAT DI SMA NEGERI 5 PADANG Oleh: Elvia Erviana * Yarmis Syukur** Rahma Wira Nita ** Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Tinggi
Lebih terperinciBAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan seorang manusia berjalan secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut
Lebih terperinciPROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK DI SMP SEMEN PADANG JURNAL. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)
PROFIL KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK DI SMP SEMEN PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) APRIYUS WENDRA NPM: 10060054 PROGRAM STUDI BIMBINGAN
Lebih terperinciOleh: Cici Fitri Rahayu* Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT
PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBANTU PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI (Studi di SMK Negeri 4 Padang) Oleh: Cici Fitri Rahayu*
Lebih terperinciUPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL. Gusri Defriani NPM :
UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL Gusri Defriani NPM : 10060220 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA
Lebih terperinciFAKTOR PENYEBAB EMOSI NEGATIF PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN DI TAMPAT DURIAN KELURAHAN KORONG GADANG KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG ABSTRACT
1 FAKTOR PENYEBAB EMOSI NEGATIF PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN DI TAMPAT DURIAN KELURAHAN KORONG GADANG KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG Ritis Pupita Sari 1, Rahma Wira Nita 2, Yasrial Chandra 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciDefinisi keluarga broken home menurut Gerungan (2009:199) adalah:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi seorang anak, keluarga merupakan kelompok sosial pertama dan terutama yang dikenalnya. Pada pendidikan keluarga seorang anak tumbuh dan berkembang. Sumaatmadja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA
1 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA Angelia 1, Suheni 2, Mori Dianto 2 1 Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatra
Lebih terperinciMENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ida Nur Kristianti Kata Kunci : Empati, Layanan Bimbingan
Lebih terperinciPELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN
PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN Oleh : SYUKRI MARZUKI NPM: 11060269 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN
Lebih terperinciPROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL
PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL Oleh : MARDIANSYAH NIM. 11060308 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN
Lebih terperinciKOMUNIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN TEMAN SEBAYA DI SMK NEGERI 4 PADANG By:
1 1 KOMUNIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN TEMAN SEBAYA DI SMK NEGERI 4 PADANG By: * Student ** lectures Meri Handayani * Ahmad Zaini, S.Ag, M.Pd ** Citra Imelda Usman,M.Pd.,Kons ** Program Bimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk
Lebih terperinciPROFIL TINGKAH LAKU AGRESI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL
PROFIL TINGKAH LAKU AGRESI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL Oleh: ANNISA CITRA FADILLAH NIM. 09060082 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal membantu dalam
Lebih terperinciPROFIL KECEMASAN PESERTA DIDIK DALAM MERENCANAKAN ARAH KARIR PADA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG ARTIKEL E JURNAL DORA VISIA NPM:
PROFIL KECEMASAN PESERTA DIDIK DALAM MERENCANAKAN ARAH KARIR PADA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG ARTIKEL E JURNAL DORA VISIA NPM: 10060076 PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN
Lebih terperinciPERAN GURU BK DALAM MEMBANTU PESERTA DIDIK MENENTUKAN JURUSAN KE PERGURUAN TINGGI DI KELAS XII SMAN 2 KOTA PADANG PANJANG
PERAN GURU BK DALAM MEMBANTU PESERTA DIDIK MENENTUKAN JURUSAN KE PERGURUAN TINGGI DI KELAS XII SMAN 2 KOTA PADANG PANJANG Refki Linaldi 1, Fitria Kasih 2, Yasrial Chandra 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan
Lebih terperinciPENGARUH PERKEMBANGAN SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF) DI SMP N 1 PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT
PENGARUH PERKEMBANGAN SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF) DI SMP N 1 PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT Yuli Yelda 1, Ismarianti 2, Septya Suarja 2 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja
Lebih terperinciPeni Putri Ninda Sari * Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd., Kons ** Yasrial Chandra, M.Pd **
1 2 PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG PENERAPAN AZAS KERAHASIAAN OLEH GURU BK DALAM PELAKSANAAN KONSELING PERORANGAN (Studi di Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Linggo Sari Baganti) By: * Student ** lectures Peni
Lebih terperinciKENDALA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI DI SMA NEGERI 7 KERINCI
1 KENDALA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI DI SMA NEGERI 7 KERINCI Elin Purwani 1, Rahma Wira Nita 2, Monalisa 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya masa remaja dianggap sebagai masa yang paling sulit dalam tahap perkembangan individu. Para psikolog selama ini memberi label masa remaja sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa
Lebih terperinciKERJASAMA GURU BK DAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT E JURNAL
KERJASAMA GURU BK DAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT E JURNAL WILDA GUSRITA NPM : 10060188 PROGRAM STUDI BIMBINGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan
Lebih terperinciFAKTOR PENYEBAB PESERTA DIDIK TERLIBAT TAWURAN ANTAR PELAJAR DI SMK NEGERI 1 PADANG. Oleh : Rahayu Yulmianti. Gusneli
FAKTOR PENYEBAB PESERTA DIDIK TERLIBAT TAWURAN ANTAR PELAJAR DI SMK NEGERI 1 PADANG Oleh : Rahayu Yulmianti Gusneli Mahasiswa Bimbingan dan Konseling 08/B STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT The purpose
Lebih terperinciPERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR DI SMP N 5 PARIAMAN
Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima08/02/2013 Direvisi20/02/2013 Dipublikasikan 25/02/2013 PERSEPSI SISWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran
Lebih terperinciFAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK JURNAL
FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK JURNAL YOLA MARDILA NPM. 10060157 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologis. Manusia mengalami perkembangan sejak bayi, masa kanak- kanak,
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini
1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam
Lebih terperinciKONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL. Oleh:
KONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL Oleh: YELLA AGUSTI NINGSIH NPM. 12070112 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciPELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL
0 PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL LAURA SUKMAWATI NPM: 11060152 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH
Lebih terperinciEFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN
EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN Silvia Afdalina 1, Rahma Wira Nita 2, Rici Kardo 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan
Lebih terperinciBENTUK KOMUNIKASI IBU DENGAN ANAK TUNA GRAHITA DI KELURAHAN BINUANG KAMPUNG DALAM KECAMATAN PAUH KOTA PADANG ABSTRACT
1 BENTUK KOMUNIKASI IBU DENGAN ANAK TUNA GRAHITA DI KELURAHAN BINUANG KAMPUNG DALAM KECAMATAN PAUH KOTA PADANG Servi Yona Pratiwi 1,Ahmad Zaini 2,Septya Suarja 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Lebih terperinciKeyword: Social Support, Counselor School, Deaf Students
1 DUKUNGAN SOSIAL GURU BK PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU DI SMK NEGERI 6 PADANG Okta Wilda 1, Rahma Wira Nita 2, Triyono 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat,
Lebih terperinciPROFIL PEMANFAATAN WAKTU UNTUK BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 2 MUARA BUNGO
1 PROFIL PEMANFAATAN WAKTU UNTUK BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 2 MUARA BUNGO Oleh: Khairunniza Finata * Dra. Suheni, M.Pd.** Mori Dianto, M.Pd.** Program Studi Bimbingan STKIP PGRI Sumatera Barat
Lebih terperinciFAKTOR PENDORONG INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DENGAN GURU MATA PELAJARAN DI SMA NEGERI 2 SOLOK SELATAN JURNAL PENELITIAN
FAKTOR PENDORONG INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DENGAN GURU MATA PELAJARAN DI SMA NEGERI 2 SOLOK SELATAN JURNAL PENELITIAN Oleh: GENDRI ZATION NPM: 11060079 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH
Lebih terperinciPEMENUHAN KEBUTUHAN PENGHARGAAN PADA MASA REMAJA (Studi terhadap Peserta Didik di Kelas X SMA Negeri 1 Kinali Pasaman Barat) ARTIKEL ILMIAH
PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGHARGAAN PADA MASA REMAJA (Studi terhadap Peserta Didik di Kelas X SMA Negeri 1 Kinali Pasaman Barat) ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciKESIAPAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SEKOLAH
KESIAPAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SEKOLAH (Studi pada Mahasiswa yang Telah Melaksanakan PPLBK Kependidikan dan PPLBK Sekolah Angkatan 2011 STKIP PGRI Sumatera Barat)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
5 2.1 Pengertian Perilaku BAB II KAJIAN TEORITIS Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya interaksi antara individu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan konseling yang dahulu dikenal dengan nama Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian tak terpisahkan dari sebuah sistem pendidikan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tak akan terlepas dari kodratnya, yaitu manusia sebagai makhluk sosial, yang mana ia harus hidup berdampingan dengan manusia lainnya dan sepanjang hidupnya
Lebih terperinciPENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP ETIKA PERGAULAN PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BASA AMPEK BALAI PESISIR SELATAN ABSTRACT
PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP ETIKA PERGAULAN PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BASA AMPEK BALAI PESISIR SELATAN Yola Suci Amanda¹, Ahmad Zaini², Besti Nora Dwi Putri² ¹Mahasiswa Program Studi Bimbingan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI
PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Titing Rohayati 1 ABSTRAK Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciPeran Guru BK dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Tinggal Kelas di SMA Negeri 2 Solok Selatan. By:
1 1 Peran Guru BK dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Tinggal Kelas di SMA Negeri 2 Solok Selatan By: Wiza Pitri Yeni* Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd. Kons** Septya Suarja, M.Pd ** *Student
Lebih terperinciPERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 12 PADANG
PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 12 PADANG ARTIKEL E JURNAL YULLY HASMI YELVI NPM:10060026 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBy: Silvi Ayuningsih. *Student. Student of Guidance and Counseling program, STKIP PGRI West Sumatera ABSTRACK
KESULITAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MENERAPKAN TEKNIK MENDENGARKAN, MEMAHAMI, DAN MERESPON (3M) DALAM LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SMK N 9 PADANG By: *Student Silvi Ayuningsih Student of Guidance
Lebih terperinciPENERAPAN KONSELING KELOMPOK BAGI SISWA YANG BERPERILAKU NEGATIF DALAM PENYESUAIAN DIRI DENGAN LINGKUNGAN KELAS 5 SDN 09 NGRINGO, JATEN, KARANGANYAR
PENERAPAN KONSELING KELOMPOK BAGI SISWA YANG BERPERILAKU NEGATIF DALAM PENYESUAIAN DIRI DENGAN LINGKUNGAN KELAS 5 SDN 09 NGRINGO, JATEN, KARANGANYAR Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program
Lebih terperinciKeywords: Assertive Behavior, Interaction, Passive Attitude of Aggressive Attitude
1 DAMPAK PERILAKU TIDAK ASSERTIVE PESERTA DIDIK DALAM BERINTERAKSI DI KELAS X SMA NEGERI 1 PASAMAN Tia Ayu Putri Aulia 1, Rahma Wira Nita 2, Septya Suarja 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
Lebih terperinciFAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL
FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata
Lebih terperinciMODEL PENGEMBANGAN RASA TANGGUNG JAWAB PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS XI DAN XII MAN 2 SOLOK SELATAN
1 MODEL PENGEMBANGAN RASA TANGGUNG JAWAB PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS XI DAN XII MAN 2 SOLOK SELATAN Yulia Nanda Pratama 1, Ahmad Zaini 2, Fuaddillah Putra 2 1 Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciPROFIL INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL ULFI SAPUTRA NPM:
PROFIL INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL ULFI SAPUTRA NPM:11060324 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak yang sehat dan memiliki tumbuh kembang yang baik merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Anak merupakan berkah yang sangat
Lebih terperinciHALAMAN PERSETUJUAN JURNAL
HALAMAN PERSETUJUAN JURNAL FAKTOR PENYEBAB MENURUNNYA HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN Nama : Refmaliana NPM : 12020012
Lebih terperinciOleh : Novita Sari. Fitria Kasih Rahma wira Nita. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
TEKNIK-TEKNIK YANG DIGUNAKAN OLEH GURU PEMBIMBING DALAM MEMBANTU MENGATASI MASALAH PRIBADI PESERTA DIDIK BROKEN HOME MELALUI KONSELING PERORANGAN DI SMA NEGERI 11 PADANG Oleh : Novita Sari Fitria Kasih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat pada setiap manuasia,
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat pada setiap manuasia, saat ini perkembangan zaman menuntut kita untuk lebih memperhatikan perkembangan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 MUDALREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL
HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 MUDALREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial tertentu. Proses komunikasi antar pribadilah yang dapat menumbuhkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial setiap individu akan selalu berkeinginan untuk berbicara, saling tukar-menukar pendapat dan informasi ataupun saling berbagi pengalaman dengan
Lebih terperinciPERAN ORANG TUA DALAM MENGATASI PERILAKU MEROKOK REMAJA DI JORONG RAMBAHAN NAGARI TANJUNG BETUNG KABUPATEN PASAMAN JURNAL
PERAN ORANG TUA DALAM MENGATASI PERILAKU MEROKOK REMAJA DI JORONG RAMBAHAN NAGARI TANJUNG BETUNG KABUPATEN PASAMAN JURNAL Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Pendidikan (Strata S1)
Lebih terperinciPROFIL KEPRIBADIAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN BUNGO PASANG TABING PADANG Oleh:
PROFIL KEPRIBADIAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN BUNGO PASANG TABING PADANG Oleh: Novrisa Putria Gusti Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK This research was motivated by
Lebih terperinciKENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd
KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani prosesproses perkembangan jiwanya,
Lebih terperinciDalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar terhadap kehidupan remaja baik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai
Lebih terperinci