BAB II KAJIAN PUSTAKA. dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa depan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa depan."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Museum Museum adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan dan kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa depan. Sejak tahun 1977, setiap tanggal 18 Mei diperingati sebagai Hari Museum Internasional. Pengertian museum dalam Direktorat Museum (2008, 15) yaitu: Sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan pengembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. Definisi menurut ICOM (International Council of Museum / Organisasi Permuseuman Internasional dibawah UNESCO ) museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan untuk memamerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Magetsari (2009, 8) berpendapat bahwa koleksi museum dipandang sebagai representasi dari identitas dan akar budaya, sehingga ahli museologi harus terlebih 9

2 10 dahulu mengungkapkan identitas, akar budaya, dan makna koleksi. Pendapat lain dalam ICOM code ethics for museum juga menyatakan bahwa: museum collections reflect the cultural and natural heritage of the communities from which they have been derived. As such, they have a character beyond that of ordinary property, which may include strong affinities with national, regional, local, ethnic, religious or political identity. It is important therefore that museum policy is responsive to this situation (ICOM, 2006: 9). Pendapat tersebut mengemukakan bahwa museum merupakan cerminan budaya yang memiliki karakter dan kekhasan tersendiri, koleksi museum mencerminkan warisan budaya dan alam masyarakat dari mana mereka berasal, yang mungkin termasuk afinitas yang kuat dengan identitas nasional, regional, lokal, etnis, agama atau politik. Koleksi museum menurut ICOM juga harus merefleksikan warisan budaya dan alam suatu komunitas yang dilayaninya. Koleksi tersebut dapat memperkuat identitas nasional, regional, lokal, etnik, religi, dan politik. Ali Akbar (2010) memberikan definisi tentang museum yaitu tempat menyimpan koleksi baik alam maupun budaya dan aktivitas yang bertujuan untuk dapat dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat umum, maka terkandung makna pemanfaatan museum dapat digunakan untuk aktivitas penelitian yang dilakukan di museum, baik terhadap koleksi benda museum, pengunjungnya, masyarakat di sekitar museum, maupun terhadap aktivitas pengelolaannya yang meliputi organisasi, kepemimpinan, sarana dan prasarana, pameran, dan lainnya. Lebih lanjut Ali Akbar menjelaskan bahwa museum dapat berupa ruangan, anjungan, keraton, istana, benteng, kompleks makam, rumah adat, rumah pribadi, tempat bersejarah, monument, laboratorium pusat atau unit atau tempat apapun sepanjang pengelola menyebutnya sebagai museum. Tempat-tempat tersebut dapat saja berbadan hukum ataupun tidak dan dapat saja dikelola oleh pemerintah, ataupun perusahaan, perorangan, organisasi resmi, perkumpulan mandiri, dan lainnya.

3 11 Pendapat tersebut jelas menyatakan bahwa museum suatu tempat dimana koleksi budaya milik manusia dari suatu masa dan wilayah disimpan, dipamerkan dan dirawat keberadaannya untuk berbagai kepentingan aktivitas masyarakat seperti pendidikan, rekreasi dan kesenangan semata, ditambahkan dengan aktivitas penelitian baik yang dilakukan oleh intern museum sendiri maupun masyakarat khususnya pengunjung yang datang untuk penelitian. Museum mempunyai peranan yang cukup penting dalam rangka kegiatan kerjasama kebudayaan. Untuk menangani berbagai hal mengenai museum, maka didirikanlah ICOM (International Council Of Museum) yang antara lain bertujuan: 1. Membantu museum-museum. 2. Menyelenggarakan kerjasama antar museum dan antar-anggota profesi permuseuman. 3. Mendorong pentingnya peranan museum dan profesi permuseuman dalam tiap paguyuban hidup dan memajukan pengetahuan dan saling pengertian antar bangsa yang makin luas. ICOM telah merumuskan definisi atau batasan museum sebagai suatu lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. Adapun batasan museum: 1. Museum merupakan badan tetap, tidak mencari keuntungan dan harus terbuka untuk umum. 2. Museum merupakan lembaga yang melayani masyarakat untük kepentingan perkembangannya. 3. Museum memperoleh atau menghimpun barang-barang pembuktian tentang manusia dan lingkungannya.

4 12 4. Museum memelihara dan mengawetkan koleksinya untuk digunakan sebagai sarana komunikasi dengan pengunjung. 5. Kegiatan-kegiatan museum di belakang layar dan kegiatan yang kelihatan oleh umum, seperti hasil penerbitan, pameran, ceramah dan peragaan kesemuanya itu adalah untuk studi, pendidikan dan kesenangan Fungsi Museum Fungsi museum dalam musyawarah umum ke-11 (11th General Assembley International Council of Museum) pada tanggal 14 Juni 1974 di Denmark, dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya. 2. Dokumentasi dan penelitian ilmiah. 3. Konservasi dan preservasi. 4. Penyebaran dan perataan ilmu untuk umum. 5. Pengenalan dan penghayatan kesenian. 6. Pengenalan kebudayaan antar-daerah dan antar-bangsa. 7. Visualisai warisan alam dan budaya. 8. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia. 9. Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Tugas Museum Museum sebuah lembaga yang memamerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Adapun tugas yang dijalankan oleh sebuah museum, yakni: 1. Pengumpulan atau penggandaan Tidak semua benda dapat dimasukkan ke dalam koleksi museum, hanyalah benda-benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu, yakni: a. Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika. b. Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal, tipe, gaya dan sebagainya. c. Harus dapat dianggap sebagai dokumen. 2. Pemeliharaan Tugas pemeliharaan ada 2 aspek, yakni:

5 13 a. Aspek Teknis Benda-benda materi koleksi harus dipelihara dan diawetkan serta dipertahankan tetap awet dan tercegah dari kemungkinan kerusakan. b. Aspek Administrasi Benda-benda materi koleksi harus mempunyai keterangan tertulis yang menjadikan benda-benda koleksi tersebut bersifat monumental. 3. Konservasi Merupakan usaha pemeliharaan, perawatan, perbaikan, pencegahan dan penjagaan benda-benda koleksi dari penyebab kerusakan. 4. Penelitian Bentuk penelitian ada 2 macam, yakni: a. Penelitian Intern Penelitian yang dilakukan oleh kurator untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan museum yang bersangkutan. b. Penelitian Ekstern Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari luar, seperti mahasiswa, pelajar, umum dan laian-lain untuk kepentingan karya ilmiah, skripsi, dan lain-lain. 5. Pendidikan Kegiatan disini lebih ditekankan pada pengenalan benda-benda materi koleksi yang dipamerkan: a. Pendidikan Formal Berupa seminar-seminar, diskusi, ceramah dan sebagainya. b. Pendidikan Non formal Berupa kegiatan pameran, pemutaran film, slide, dan lain-lain. 6. Rekreasi Sifat pameran yang mengandung arti untuk dinikmati dan dihayati, yang merupakan kegiatan rekreasi segar, tidak diperlukan konsentrasi yang akan menimbulkan keletihan dan kebosanan. 2.2 Preservasi (Perawatan) Koleksi Tercetak Museum tidak berhenti sekadar menjadi situs preservasi, tetapi harus menjadi pusat transformasi kebudayaan. Benda-benda di dalam museum terus-menerus harus dikaji sebagai artefak yang mengontekskan masa lalu dengan masa kini. Dalam

6 14 konteks kebudayaan, Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) merupakan tempat menyimpan informasi mengenai serangga bukan saja dari disiplin ilmu dasar biologi tetapi juga dari sudut pandang budaya melalui pemaknaan baru. Menurut Magetsari (2009: 8) koleksi diperlakukan sebagai representasi dari identitas, dari akar budaya atau mengandung makna-makna lain. Museum tidak hanya melestarikan kemudian memamerkan koleksinya, namun berubah menjadi bagaimana koleksi itu dapat bermakna bagi masyarakat, bagaimana koleksi itu dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat, bagaimana koleksi itu dapat memberi identitas masyarakat, dan bagaimana masyarakat dapat menemukan kembali akar budayanya. Jadi koleksi museum mengabadikan serta melestarikan sejarah yang terkandung di setiap unitnya yang harus dijaga dan dirawat agar tidak berkurang nilai estetika dan nilai historisnya. Menurut Darmono (2001: 71) preservasi mencakup unsur-unsur pengelolaan dan keuangan, termasuk cara menyimpan dan alat-alat bantunya, tingkat dan kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan, kebijaksanaan, teknik dan metode yang diterapkan untuk melestarikan bahan-bahan pustaka dan arsip serta informasi yang dikandungnya. Dari batasan tersebut kegiatan preservasi mencakup kegiatan yang lebih luas termasuk aspek keputusan dan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tertentu yang berkaitan dengan pelestarian. Preservasi merupakan bagian dari konservasi, preservasi merupakan perawatan yang dilakukan terhadap setiap koleksi tercetak (buku) yang berkelanjutan sehingga koleksi tercetak (buku) terpelihara (konservasi). Sedangkan preservasi menurut IFLA (International Federation of Library Association) mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka,keuangan, ketenagaan, metode dan teknik serta penyimpanannya. Jadi preservasi dilakukan agar

7 15 koleksi tercetak (buku) tidak mengalami kerusakan, mengingat bahan pustaka yang harganya mahal agar dapat digunakan lebih lama dan menjangkau lebih banyak pembaca bahan pustaka. Jadi yang dimaksud dengan preservasi dari beberapa uraian diatas yaitu kegiatan ataupun tindakan-tindakan yang dilakukan untuk merawat buku-buku agar tidak mengalami kerusakan serta mencegah kerusakan dengan alat bantu, teknik serta metode sehingga buku dapat digunakan untuk waktu yang lebih lama. Indikator dari preservasi yaitu perawatan yang dilakukan terhadap koleksi tercetak. 2.3 Konservasi (Pelestarian/Pemeliharaan) Koleksi Tercetak Museum dalam kaitanya dengan warisan budaya adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa (Pasal 1. (1). PP. No. 19 Tahun 1995). Namun museum dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan kebudayaan pada umumnya mempunyai arti yang sangat luas. Koleksi museum merupakan bahan atau obyek penelitian ilmiah. Konservasi secara umum diartikan dengan pelestarian, namun dalam khasanahnya sangat banyak pengertian yang ada dan berbeda pula implikasinya. Konservasi merupakan suatu upaya memelihara, melindungi, dan melestarikan hasil karya. (Sutarno, 2008, p. 108). Kata konservasi mengandung pengertian suatu kegiatan pemeliharaan sesuatu secara teratur, untuk mencegah terjadinya kerusakan dan pemusnahan, dengan cara

8 16 pengawetan (Balai Pustaka, 2000:589). Sedangkan menurut Darmono (2001:71) konservasi merupakan kebijaksanaan dan cara tertentu yang dipakai untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran, termasuk metode dan teknik yang diterapkan oleh petugas teknis. Menurut Adishakti (2007) istilah ini biasanya digunakan para arsitek mengacu pada piagam dari International Council of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981, piagam ini lebih dikenal dengan Burra Charter. Dalam Burra Charter konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang dirumuskan pada Piagam tersebut, yaitu konsep proses pengolahan suatu tempat atau ruang ataupun obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik. Jadi yang dimaksud dengan konservasi (pelestarian/pemeliharaan) dari uraian diatas yaitu pelestarian yang didapatkan dari proses perawatan koleksi sehingga koleksi terhindar kerusakan dan kehancuran sehingga nilai informasi didalamnya terlindungi. Indikator dari konservasi yaitu pelestarian/pemeliharaan yang dilakukan terhadap koleksi tercetak. 2.4 Fungsi Preservasi dan Konservasi Koleksi Tercetak (Buku) Tugas pemeliharaan, perawatan, dan pelestarian koleksi tercetak (buku) bukanlah tugas yang mudah. Sejak zaman dahulu pusat informasi seperti perpustakaan lembaga informasi dan museum telah berusaha untuk mencegah dan mengatasi kerusakan koleksi tercetak (buku) yang disebabkan oleh faktor alam, serangga, dan manusia.

9 17 Manusia sebagai pemustaka juga turut andil sebagai faktor perusak koleksi tercetak (buku), maka perlu perhatian khusus bagi pengelola agar pemustaka tidak lagi menjadi perusak koleksi tercetak (buku) dan harus diberdayakan sebagai pihak yang ikut serta dalam pemeliharaan koleksi tercetak (buku). Menurut Martoatmodjo kegiatan pemeliharaan bahan pustaka memiliki beberapa fungsi antara lain: 1. Fungsi Melindungi Bahan pustaka dilindungi dari serangga dan binatang kecil tidak akan dmenyentuh dokumen. Manusia tidak akan salah dalam menangani dan memakai bahan pustaka. Jamur tidak akan sempat tumbuh, dan sinar matahari serta kelembaban udara di perpustakaan akan mudah dikontrol. 2. Fungsi Pengawetan Dengan dirawat baik-baik, bahan pustaka menjadi awet, bisa lebih lama dipakai, dan diharapkan lebih banyak pembaca dapat menggunakan bahan pustaka tersebut. 3. Fungsi Kesehatan Dengan pelestarian yang baik dan bahan pustaka menjadi bersih, bebas dari debu, jamur, binatang perusak, sumber dan sarang dari berbagai penyakit, sehingga pemakai maupun pustakawan menjadi tetap sehat. Pembaca lebih bergairah membaca dan memakai perpustakaan. 4. Fungsi Pendidikan Pemakai perpustakaan dan pustakawan sendiri harus belajar bagaimana memakai dan merawat dokumen. Mereka harus menjaga disiplin, tidak membawa makanan dan minuman kedalam perpustakaan, tidak mengotori bahan pustaka maupun ruangan. Mendidik pemakai serta pustakawan untuk berdisiplin tinggi dan menghargai kebersihan. 5. Fungsi Kesabaran Merawat bahan pustaka ibarat merawat bayi atau orang tua, jadi harus sabar. Bagaimana kita bisa menambal buku berlubang, membersihkan kotoran binatang kecil dan tahi kutu buku dengan baik kalau kita tidak sabar. Menghilangkan noda dari bahan pustaka memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi.

10 18 6. Fungsi Sosial Pelestarian tidak bisa dikerjakan oleh seorang diri. Pustakawan harus mengikutsertakan pembaca untuk tetap merawat bahan pustaka dan perpustakaan, demi kepentingan dan keawetan bahan pustaka. 7. Fungsi Ekonomi Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi lebih awet. Keuangan dapat dihemat. Banyak aspek ekonomi lain yang berhubungan dengan pelestarian bahan pustaka. 8. Fungsi Keindahan Dengan pelestarian yang baik, penataan bahan pustaka yang rapi, perpustakaan tampak menjadi makin indah, sehinggan menambah daya tarik kepada pembacanya. 2.5 Tujuan Preservasi dan Konservasi Koleksi Tercetak (Buku) Menurut Martoatmodjo dalam buku Pelestarian Bahan Pustaka dijelaskan tujuan dari preservasi dan konservasi yaitu: 1. Menyelamatkan nilai informasi dokumen, dengan cara melakukan pembatasan-pembatasan layanan, seperti kunjungan dan referensi 2. Menyelamatkan fisik dokumen, melakukan laminasi : suatu tindakan dengan cara memberikan perlindungan pembungkusan dengan kertas/plastik khusus di setiap halaman dokumen. 3. Mengatasi kendala kekurangan ruang, Sudah menyiapkan ruang-ruang untuk pelestarian dokumen, yang didalam ruangan tersebut sudah disiapkan lemari lemari yang terbuat dari besi dan dibungkus plastik. 4. Mempercepat perolehan informasi, setiap dokumen siap di layankan kepada setiap pengguna dengan kondisi yang baik. 2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Koleksi Tercetak (Buku) Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kerusakan koleksi. Menurut Razak (1996, 9) bahan pustaka mudah mengalami kerusakan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Sebagian besar bahan pustaka koleksi perpustakaan merupakan bahan tercetak yang umumnya terbuat dari kertas. Bahan dari kertas ini dapat mengalami kerusakan, baik karena faktor eksternal maupun

11 19 internal. Faktor eksternal yang dapat merusak bahan pustaka antara lain jamur, serangga, binatang pengerat, zat kimia bahkan manusia dan lain-lain. Sedangkan faktor internal yang merusak bahan pustaka adalah zat asam yang terkandung dalam kertas, dengan adanya zat asam ini kertas dapat rusak dari dalam, yaitu akibat sisasisa zat kimia pada saat pembuatan kertas. Ada dua faktor penyebab bahan pustaka mudah mengalami kerusakan menurut Razak (1996, 9) yaitu faktor internal dan faktor eksternal tersebut, sebagai berikut: Faktor Internal Kerusakan yang terjadi pada bahan buku sendiri, yakni pada kertas, tinta cetak, perekat, dan pengawet perekat yang tidak baik kualitasnya, dan pada benang penjilidan yang tidak serasi dengan sampul. Kerusakan pada bahan perpustakaan nonbuku seperti kaset, disket, piringan hitam, CD ROM, dan pustaka renik juga disebabkan oleh kualitas bahannya yang tidak baik atau tidak cocok. Pemrosesan bahan non-buku yang kurang baik menyebabkan mudah tercemari oleh jasad renik sehingga bahan non-buku mudah rusak Faktor Eskternal Faktor eksternal yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor luar dari buku, dapat dibagi dalam faktor lingkungan, faktor manusia, dan bencana alam.

12 Faktor Lingkungan Faktor lingkungan adalah faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan koleksi yang disebabkan oleh pengaruh dari lingkungan disekitarnya, antara lain: 1. Kerusakan oleh Cahaya Cahaya adalah suatu bentuk energi elektromagnetik yang berasal dari radiasi cahaya matahari dan lampu listrik. Cahaya dapat berakibat buruk pada buku jika tidak sesuai dengan standar. Gelombang cahaya mendorong dekomposisi kimiawi bahan-bahan organik, terutama cahaya ultraviolet (UV) dengan gelombang yang lebih tinggi yang bersifat sangat merusak. Dalam ruang baca bahan langka tingkat cahaya yang menyinari bahan pustaka harus rendah tetapi masih tetap nyaman untuk kegiatan membaca.selain itu cahaya matahari langsung juga harus dihindari. 2. Kerusakan oleh Suhu dan Kelembaban Udara Sebenarnya kekuatan kertas tidak akan berkurang oleh perubahan suhu yang tidak begitu ekstrim seperti yang terjadi di Indonesia,asalkan kandungan air dalam kertas itu rendah. Suhu udara di Indonesia berkisar antara derajat celcius, perbedaan suhu udara antara siang dan malam hari tidak terlalu besar. Masalahnya timbul karena Indonesia merupakan negara tropis, yang kelembaban udaranya relatif tinggi pada musim hujan. Jika udara lembab, maka kandungan air dalam kertas akan bertambah karena kertas bersifat

13 21 higroskopis. Perubahan suhu pada saat kertas mengandung banyak air inilah yang menyebabkan struktur kertas menjadi lemah. Hubungan antara suhu dan kelembaban udara sangat erat sekali, sebab bila suhu udara berubah, maka kelembaban udarapun turut berubah. Jika suhu udara naik, kelembaban udara akan turun, dan air yang ada dalam kertas dilepas, sehingga kertas menjadi kering dan volumenya menyusut. Pada saat inilah terjadi ketegangan karena molekul-molekul selulosa saling tarikmenarik pada proses penyusutan ini. 3. Kerusakan oleh Debu Menurut Martoatmodjo (1993, 44) Debu merupakan salah satu partikelpartikel kecil yang terdapat dalam udara. Partikel-partikel debu yang ada diudara ini dapat menyebabkan polusi udara dan juga membahayakan kehidupan manusia. Selain dampak tersebut debu juga berdampak negatif terhadap buku. Debu-debu tersebut dapat masuk ke ruang perpustakaan dan museum melalui jendela, pintu, lubang angin ruangan, maupun celah-celah kecil. Apabila debu melekat pada kertas, maka akan terjadi reaksi kimia yang meningkatkan tingkat keasaman pada kertas. Akibatnya kertas menjadi rapuh dan cepat rusak. Disamping itu apabila keadaan ruang museum lembab, debu, yang bercampur dengan air lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku dan merupakan makanan bagi serangga-serangga.

14 22 4. Kerusakan oleh Serangga dan Binatang Pengerat Mahkluk hidup seperti mikroorganisme (jamur), insek dan binatang pengerat merupakan musuh utama kertas pada naskah kuno. Mahklukmahkluk ini terutama memilih kertas sebagai tempat hidup karena pada kertas tersedia makanan untuk kelangsungan hidup. Berikut adalah beberapa serangga dan binatang pengerat tersebut, antara lain: a. Jamur ( Fungi ) b. Kecoa c. Kutu Buku d. Tikus Faktor Manusia Manusia merupakan penyebab kerusakan benda benda koleksi naskah kuno di museum, baik disengaja maupun tidak. Faktor yang tidak disengaja dalam hal ini, dapat terjadi karena cara pengambilan dan membawa benda koleksi yang salah. Hal ini, disebabkan karena yangbersangkutan kurang mengerti arti dan fungsi benda koleksi. Sehingga dengan perlakuan yang salah, mengakibatkan benda koleksi setelah sampai di tempat tujuan mengalami kerusakan. Misalnya. Benda koleksi retak, tidak utuh, pecah, berjamur, ada yang hilang. Faktor manusia akibat kesengajaan, hal ini dilakukan karena sengaja merusak dan mengambil obyek-obyek museum untuk kepentingan pribadi Faktor Bencana Alam Bencana alam seperti kebanjiran, gempa bumi, kehujanan, kebakaran,kerusuhan, dan kesalahan dalam penanganan seperti salah meletakkan

15 23 buku, selama dalam pelaksanaan konservasi dan restorasi merupakan sebab-sebab kerusakan yang sangat merugikan. Kerusakan yang terjadi karena kebanjiran dan kehujanan akan menimbulkan noda oleh pertumbuhan jamur dan kotoran yang terdapat dalam air. Noda yang timbul oleh jamur sangat sukar di hilangkan karena jamur berakar disela-sela kertas. Kebakaran dapat memusnahkan kertas dalam waktu yang sangat singkat, Oleh sebab itu kita harus menjaga agar kebakaran jangan sampai terjadi. 2.7 Usaha Memperbaiki Koleksi yang Rusak Untuk memperbaiki koleksi bahan pustaka yang rusak diperlukan suatu usaha atau tindakan perbaikan, usaha tersebut diantaranya sebagai berikut: 1. Pembersihan terhadap noda Noda yang terjadi pada kertas selain memeberikan kesan kotor, juga dapat menimbulkan karat dan zat asam yang dapat membuat tumbuhnya jamur pada bahan pustaka. Pembersihan yang akan dilakukan tergantung pada jenis noda atau kotoran dan keadaan bahan. 2. Fumigasi Fumigasi berasal dari kata fumigation atau to fumigati yang artinya mengasapi atau mengasap. Perpustakaan Nasioanal RI, (1995: 75) bahwa fumigasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengasapi bahan pustaka dengan menggunakan uap atau gas peracun membasmi serangga atau jamur yang menyerang bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Bahan yang digunakan untuk membunuh serangga dan jamur disebut fumigant yang dapat berbentuk padat, cair atau gas. Pada

16 24 pelaksanaanya fumigant akan menjadi uap atau gas pada tekanan dan suhu kamar tertentu. Dalam mengadakan fumigasi pustakawan harus memperhitungkan jumlah bahan yang akan difumigasi dan luas ruang yang diperlukan. Dengan memperhatikan ruang yang ada maka dipilih pula fumigant yang akan dipergunakan, jenis-jenis fumigant, jumlah yang diperlukan serta lama fumigasi. Petugas juga harus memperhatikan bahaya dari pemakai zat-zat kimia untuk fumigasi. Tidak satu pun bahan kimia dapat dipakai tanpa alat pengaman, atau tanpa supervisi oleh orang yang berpengalaman dalam bidang ini. 3. Menghilangkan keasaman pada kertas (Deasidifikasi) Menurut Martoatmodjo (2012) deasidifikasi adalah kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan cara menghentikan proses keasaman yang terdapat pada kertas. Keasaman yang terkandung dalam kertas menyebabkan kertas itu cepat lapuk, terutama kalau kena polusi. Bahan pembuat kertas merupakan bahan organik yang mudah bersenyawa dengan udara luar. Agar pengaruh udara tersebut tidak berlanjut, maka bahan pustaka perlu dilaminasi. Agar laminasi efektif, sebelum dikerjakan bahan pustaka dihilangkan atau diturunkan tingkat keasamannya. Ada dua cara menghilangkan keasaman pada bahan pustaka, yaitu cara kering dan cara basah. Sebelum ditentukan cara yang mana yang tepat, maka perlu diukur tingkat keasaman pada dokumen. Tinta yang dipergunakan untuk menulis bahan pustaka sangat menentukan apakah bahan pustaka akan dihilangkan keasamannya secara basah, atau secara

17 25 kering. Kalau tinta bahan pustaka luntur, maka cara keringlah yang paling cocok. Kalau menggunakan cara basah, harus diperhatikan cara pengeringan bahan pustaka yang ternyata cukup sukar dan harus hati-hati. Kalau hanya sekedar mengurangi tingkat keasaman kertas dan tidak akan dilaminasi, kiranya cara kering lebih aman, sebab tidak ada kekhawatiran bahan pustaka robek. Cara kering ini dapat diulang setiap enam bulan, sampai bahan pustaka dimaksud sudah kurang keasamannya dan dijamin lebih awet. 4. Laminasi Laminasi adalah suatu proses pelapisan dua permukaan kertas dengan bahan penguat. Laminasi maksudnya adalah menutupi satu lembar di antara dua lembar bahan penguat, Perpustakaan Nasional RI (1995: 93). Laminasi dapat dilakukan dengan cara manual yakni alaminasi dengan tangan dan laminasi dengan modern dengan menggunakan mesin, dimana bahan laminasi sudah di desain dalam bentuk siap pakai. Proses ini menggunakan untuk melestarikan bahan pustaka yang sudah rusak dan akan lebih parah bila dipergunakan lagi, misalnya bahan yang sudah tua, sobek atau rapuh, dan bersifat asam. Sebelum pekerjaan laminasi dilaksanakan, hendaknya bahan sudah mengalami perawatan. Perpustakaan Nasional RI, (1992: 35 ) misalnya: a. Telah difumigasi b. Telah dihilangkan nodanya c. Telah dihilangkan asam yang terkandung didalamnya Manuskripsi, dokumen, naskah yang kuno terutama kertas-kertasnya yang sudah lapuk sehingga mudah hancur, dapat di awetkan dengan cara menyemprotkan

18 26 bahan kimia atau laminasi. Karena proses panas (dari mesin), laminasi akan melindungi dokumen. Cara ini banyak digunakan di Indonesia terutama perlindungan dokumen berharga. Cara lain yang digunakan dalam penanganan bahan pustaka pada laminasi dapat dilakukan dengan pelepasan atau penyemprotan bahan pustaka dengan bahan kimia. Sedangkan laminasi sederhana yang dilakukan secara manual dilakukan dengan cara membentangkan kertas tissue sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan, kemudian diatasnya digelar selembar acetat foil dengan dimensi ukuran yang sama. Lalu diatasnya dihamparkan bahan pustaka yang rusak. Kemudian dipasang lagi kertas tissue dengan ukuran lebih besar daripada halaman yang rusak. Kemudian di ulas dengan cairan acetat pada semua halaman dan dibolak-balik dengan bantuan kapas atau kuas. Persenyawaan cairan aceton menyebabkan acetat foil bersenyawa dengan kertas tissue, baik diatas maupun dihalaman yang rusak, lalu kertas tissue digunting. 5. Enkapsulasi Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan menempatkan lembaran bahan kertas diantara dua film plastik polyster untuk menghindari kerusakan fisik karena sering dipegang atau melindungi kertas dari debu dan pollutant. Pada umumnya kertas yang akan di enkapsulasi adalah lembaran naskah kuno, peta, bahan cetakan atau poster yang sudah rapuh, plastik yang digunakan sebagai bahan pelindung. Sebelum pelaksanaan enkapsulasi, kertas harus bersih, kering, dan dideasidifiaksi untuk menetralkan asam yang terdapat pada kertas.

19 27 6. Konservasi Koleksi Audio Visual Kerusakan suatu film nitrat dapat diperkirakan sebelumnya melalui test kimia dan fisika, misalnya dengan test pelapukan. Dengan test ini dapat disimpulkan berapa tahun film nitrat akan bertahan lama. Daya tahan suatu film juga tergantung dari kondisi penyimpanan dan mutu kerja saat prossing. Dalam merawat koleksi audio visual ini harus disesuaikan dengan temperatur dengan kelembapan udara sehingga bahan pustaka yang berbentuk audio visual dapat bertahan selama mungkin. 2.8 Usaha Pencegahan Kerusakan Koleksi Pencegahan oleh faktor lingkungan yang terdiri dari cahaya, suhu dan kelembaban, debu serta serangga dan jamur dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: Faktor lingkungan 1. Pencegahan kerusakan oleh Cahaya Menurut Mastini Hardjoprakoso (1992, 16), ada beberapa cara mencegah kerusakan karena pengaruh cahaya, antara lain: a. Memperkecil intensitas cahaya yang digunakan dalam gudang dan ruang baca. Intensitas cahaya yang diizinkan untuk kertas adalah 50 lux. b. Memperpendek waktu pencahayaan. c. Menghilangkan radiasi sinar ultra violet yang menimbulkan reaksi foto kimia pada kertas dari sumber cahaya. Kandungn ultra violet yang diizinkan untuk kertas adalah 75 m watt/lumen. Ada macam cahaya yang digunakan untuk menerangi ruangan, yaitu: cahaya alam (cahaya matahari) yang masuk lewat jendela atau atap dan cahaya buatan (lampu listrik). Cahaya ini dapat digunakan langsung, diburamkan, dipantulkan atau disaring.

20 28 Cahaya matahari yang masuk lewat jendela baik yang lansung atau yang dipantulkan oleh benda lain mengandung radiasi ultra violet. Oleh sebab itu cahaya yang masuk lewat jendela ini harus disaring atau dipantulkan terlebih dahulu dengan bahan yang dapat menyerap uultra violet agar koleksi terhindar dari kerusakan. Untuk melindung kertas dari radiasi sinar ultra violet ini, tindakan yang harus diambil adalah memasang filter pada kaca jendela dengan lembaran plastik plexy glass type UF-3 atau UV filtering polyster film yang bias ditempelkan pada kaca jendela. Plexy glass yang tipis bias digunakan sebagai filter untuk menyaring ultra violet dari cahaya lampu listrik (dalam vitrin atau langit-langit ruangan), sedangkan yang tebal bias dipasang pada kaca jendela. 2. Pencegahan kerusakan oleh suhu dan kelembaban udara Banyak koleksi museum yang mengalami kerusakan yang disebabkan oleh suhu dan kelembaban udara. Untuk mencegah kerusakan yang lebih parah perlu dilakukan cara-cara pencegahan. Menurut Dureau dan Clement(1990, 9) Kondisi yang sesuai untuk ruangan penyimpana koleksi berkisar antara 16 C sampai 21 C dan untuk kelembaban berkisar antara 40-60% RH. Kondisi yang stabil untuk jangka panjang merupakan pertimbangan penting lainnya. Kondisi lingkungan yang disarankan untuk pemyimpanan jangka panjang bahan pustaka harus dipandang sebagai tujuan yang dikehendaki, tetapi tidak perlu kaku sifatnya.

21 29 Menurut Mastini Hardjoprakoso (1992, 18), untuk mengurangi kelembaban udara dalam ruangan penyimpanan dapat menggunakan alat dehumidifier. Alat ini dapat menyerap uap air dari udara. Dalam menggunakan alat ini, ruangan harus selalu tertutup dan dehumidifier harus dipasang diluar ruangan karena alat ini mengeluarkan panas yang berbahaya bagi kertas. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur dan kelembaban udara adalah: thermohygrometer, psychrometer, thermohygraph, sling psychrometer atau whirling psycrometer. 3. Pencegahan kerusakan oleh Debu Menurut Razak (1992, 38) banyak yang dapat dilakukan untuk mengurangi permasalahan debu jika pengatur udara tidak dapat disediakan yaitu dengan cara: menjamin supaya pintu dan jendela tertutup rapat, menggunakan pita perekat pada pintu dan jendela, menggunakan jendela berengsel daripada jendela sorong karena jendela ini tidak pernah bebas dari debu. Debu dan kotoran yang tidak meresap kedalam naskah dapat dihilangkan dengan metode kering. Alat-alat yang digunakan untuk melakukan cara ini adalah sikat halus, kuas, spon, vacuum cleaner, sedangkan untuk kotoran yang sukar dibersihkan dengan alat-alat tersebut dapat dibersihkan dengan menggunakan penghapus karet. 4. Pencegahan Serangga dan Jamur Dureau dan Clement (1990, 24) menyatakan, unsur-unsur biologis (jamur, serangga, binatang pengerat, dan sebagainya) dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada koleksi naskah. Untuk mengatasi permasalahan ini perlu dilakukan usaha pencegahan serta pembasmian unsur-unsur biologis tersebut dengan berbagai bahan kimia. Penggunaan bahan kimia tersebut perlu dijaga

22 30 dengan benar agar bahan kimia tersebut tidak menyebabkan keruskan pada buku itu sendiri dan cukup aman untuk digunakan serta tidak membahayakan manusia. Lingkungan yang lembab, gelap, sirkulasi udara kurang merupakan lingkungan yang ideal bagi serangga, untuk itu suhu dan kelembaban udara harus benar-benar dimonitor Faktor Manusia Pencegahan kerusakan koleksi di museum juga perlu disosialisasikan kepada manusia sebagai pengelola, pengguna maupun pencari informasi. Perlindungan terhadap koleksi museum merupakan tanggung jawab dari petugas pengelola di museum, namun petugas juga sering lalai sehingga dapat menimbulkan kerusakan koleksi. Selain itu penyebab kerusakan lainnya disebabkan oleh pengunaan yang ceroboh oleh para pengguna koleksi naskah. Untuk mencegah kerusakan-kerusakan ini dapat ditempuh dengan cara memberikan pemahaman kepada pengguna dan petugas pengelola sendiri tentang pentingnya koleksi yang telah di himpun didalam museum tersebut. Menurut Mastini Hardjoprakoso (1992, 15) untuk melindungi koleksi dari pencurian maka perlu diambil langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pemasangan alarm sistem, terutama untuk menghindari pencurian pada jam-jam kantor. 2. Perlu pemeriksaan identitas pemakai jasa 3. Perlu dipasang pengumuman bahwa pengunjung dilarang membawa tas, mantel, payung kedalam ruangan. Bila perlu diadakan pemeriksaan pada pengunjung yang keluar dari ruangan. 4. Pengecekan pada bahan pustaka yang ada dalam ruangan penyimpanan untuk mengetahui lebih dini adanya koleksi yang hilang.

23 Faktor Bencana Alam Banyak kemungkinan yang terjadi sehingga koleksi di museum terancam keamanan fisik dan nilai informasi yang terkandung didalamnya. Terutama bencana alam. Untuk itu perlu dilakukan pencegahan atas kerusakan koleksi yang di akibatkan oleh bencana alam yaitu : 1. Pencegahan kerusakan oleh Api Menurut Mastini Hardjoprakoso (1992, 16) Untuk mencegah kerusakankerusakan yang lebih parah lagi perlu adanya suatu tindakan preventif seperti: a. Memasang smoke detektor pada tiap ruangan dalam ruang penyimpanan. b. Instalansi listrik harus diperiksa secara awal. c. Dilarang keras merokok dalam ruangan. d. Alat pemadam api harus dipasang ditempat-tempat yang mudah dijangkau. 2. Pencegahan Kerusakan oleh Air Air dapat merusak bahan pustaka seperti halnya api. Air dapat berasal dari reservoir pemadam kebakaran, pipa yang bocor, atap yang bocor, kebanjiran, dan lain-lain. Untuk menghindari kerusakan karena air,maka sebelum memasukan bahan pustaka ke dalam suatu ruangan, harus dilakukan penyempurnaan sebagai berikut: a. Memperbaiki atap yang bocor. b. Tidak boleh ada sambungan pipa air pada tembok bangunan karena pada sambungan pipa ini ada kemungkinan terjadinya kebocoran yang menyebabkan terjadinya kelembaban di dalam gedung.

24 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang pernah dilakukan mengenai preservasi dan konservasi yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, sehingga beberapa poin penting dari hasil penelitian sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Penelitian oleh Penelitian oleh Ni Putu Wahyu (2008) yang meneliti tentang Preservasi Naskah Lontar di Perpustakaan Universitas Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi kondisi fisik dari naskah dan memaparkan kegiatan preservasi naskah lontar di perpustakaan Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan preservasi naskah lontar di Perpustakaan Universitas Indonesia terhambat karena adanya beberapa kendala yaitu kurangnya sumber daya manusia di ruang naskah, anggaran, dan fasilitas serta masalah teknis, seperti belum adanya kebijakan dan standar operasional prosedur kerja. Penelitian yang dilakukan saat ini oleh peneliti adalah Evaluasi Preservasi dan Konservasi Koleksi Bahan pustaka di Museum Pusaka Karo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses kegiatan preservasi dan konservasi yang dilakukan oleh Museum Pusaka Karo terhadap koleksi yang terdapat di museum tersebut sehingga dapat digunakan dan dinikmati oleh setiap pengunjung museum. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Subjek dari penelitian ini adalah preservasi dan konservasi dan objek yang diteliti adalah koleksi tercetak (buku) yang dimiliki oleh Museum Pusaka Karo.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 75 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perpustakaan BPHN merupakan perpustakaan khusus dalam bidang hukum. Namun, keberadaannya sebagai sebuah lembaga pembinaan hukum nasional dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II PEMELIHARAAN BAHAN PUSTAKA. karena itu pemeliharaan bahan pustaka sangat diperlukan untuk menunjang fungsi

BAB II PEMELIHARAAN BAHAN PUSTAKA. karena itu pemeliharaan bahan pustaka sangat diperlukan untuk menunjang fungsi BAB II PEMELIHARAAN BAHAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemeliharaan Bahan Pustaka Bahan pustaka pada umumnya terbuat dari kertas baik dalam bentuk buku, surat kabar, majalah dan bahan cetak lainnya. Semua koleksi

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI. Perpustakaan merupakan sumber belajar yang amat

PEMELIHARAAN BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI. Perpustakaan merupakan sumber belajar yang amat PEMELIHARAAN BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI A. Pendahuluan Perpustakaan merupakan sumber belajar yang amat penting dan wajib dimiliki oleh semua perguruan tinggi untuk mendorong proses

Lebih terperinci

PERANAN ARSIPARIS DALAM PRESERVASI ARSIP Rusidi

PERANAN ARSIPARIS DALAM PRESERVASI ARSIP Rusidi PERANAN ARSIPARIS DALAM PRESERVASI ARSIP Rusidi I. PENDAHULUAN Arsip sangat penting sehingga dikatakan sebagai minyak pelumas organisasi. Pada saat dinamis arsip adalah salah satu data yang berfungsi sebagai

Lebih terperinci

Pengembangan Koleksi Modul 9 By: Yuni Nurjanah Pengembangan Koleksi Modul 9. By Yuni Nurjanah

Pengembangan Koleksi Modul 9 By: Yuni Nurjanah Pengembangan Koleksi Modul 9. By Yuni Nurjanah Pengembangan Koleksi Modul 9 By: Yuni Nurjanah 2010 Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaan, sehingga harus dilestarikan mengingat nilainya yang mahal. Bahan pustaka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konservasi dan Preservasi Kata konservasi dan preservasi yang biasa diterjemahkan dengan kata pelestarian berasal dari bahasa inggris yaitu : conservation dan preservation.

Lebih terperinci

By: Yuni Nurjanah 2010

By: Yuni Nurjanah 2010 By: Yuni Nurjanah 2010 Pelestarian, Macam Sifat Bahan Pustaka, dan Latar Belakang Sejarahnya Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaan, sehingga harus dilestarikan

Lebih terperinci

RANCANGAN AKTIVITAS TUTORIAL (RAT)

RANCANGAN AKTIVITAS TUTORIAL (RAT) RANCANGAN AKTIVITAS TUTORIAL (RAT) Mata Kuliah : PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Kode / SKS : PUST2137 / 3 SKS Nama Tutor : Yuni Nurjanah, S.S. Deskripsi Singkat Kompetensi Umum : Mata kuliah ini membahas tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di lingkungan kampus atau lingkungan universitas. Menurut Sulistyo-Basuki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konservasi dan Preservasi Perpustakaan yang merupakan sumber informasi, bertugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan pustaka untuk dapat dimanfaatkan oleh

Lebih terperinci

A. Latar Belakang dan Permasalahan

A. Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Informasi telah menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap organisasi, baik itu organisasi pemerintahan maupun swasta. Keseluruhan aktivitas yang terdapat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Bab 4 ini, akan diuraikan hasil penelitian yang telah dijalankan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Bab 4 ini, akan diuraikan hasil penelitian yang telah dijalankan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Bab 4 ini, akan diuraikan hasil penelitian yang telah dijalankan selama kurang lebih satu bulan (1 April - 31 April 2008). Uraian ini dimaksudkan untuk mendapat gambaran

Lebih terperinci

SATUAN ACARA TUTORIAL (SAT)

SATUAN ACARA TUTORIAL (SAT) SATUAN ACARA TUTORIAL (SAT) Tutorial ke : 1 Kode / Nama Mata Kuliah : PUST2137 SKS : 3 SKS Nama Tutor : Yuni Nurjanah, S.S. Kompetensi Umum Kompetensi Khusus : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10. Bahan Ajar 10. Metode penanganan koleksi permuseuman)

PERTEMUAN 10. Bahan Ajar 10. Metode penanganan koleksi permuseuman) PERTEMUAN 10 Bahan Ajar 10. Metode penanganan koleksi permuseuman) A. Pendahuluan Mengelola atau penanganan museum adalah tugas pokok seorang kepala museum. Dari uraian modul-modul terdahulu, kita sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelestarian Bahan pustaka merupakan satu dari beberapa unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaan selain gedung atau ruangan, peralatan atau perabot, tenaga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya

BAB I PENDAHULUAN. (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menulis dan mencatat peristiwa-peristiwa yang dianggap penting (bersejarah) ternyata telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dimulai sejak adanya peradaban

Lebih terperinci

PERAWATAN BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN SEKOLAH

PERAWATAN BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN SEKOLAH PERAWATAN BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN SEKOLAH Tidak sedikit guru pustakawan pada saat ini sibuk dengan urusan automasi perpustakaan, teknologi informasi, pengadaan dan pengolahan bahan pustaka, layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aria Wirata Utama, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aria Wirata Utama, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perpustakaan adalah sebuah ruang yang di dalamnya terdapat sumber informasi dan pengetahuan. Sumber-sumber informasi dan pengetahuan yang berada di perpustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan merupakan salah satu pengelola informasi yang. bertugas mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan merawat koleksi

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan merupakan salah satu pengelola informasi yang. bertugas mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan merawat koleksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perpustakaan merupakan salah satu pengelola informasi yang bertugas mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan merawat koleksi untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna

Lebih terperinci

PENJILIDAN PETA, SLIDE, FOTOKOPI, DAN TINTA

PENJILIDAN PETA, SLIDE, FOTOKOPI, DAN TINTA PENJILIDAN PETA, SLIDE, FOTOKOPI, DAN TINTA 1 PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA MODUL 5 DAN 6 BY YUNI NURJANAH 1. Pengertian dan tujuan 2. Mengenal bahan jilidan 3. Menyiapkan penjilidan 4. Jenis-jenis penjilidan

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Arsip Istilah arsip dalam bahasa Belanda disebut Archief, sedang dalam bahasa Inggris disebut Archieve, kata ini berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata Arche

Lebih terperinci

UPT PERPUSTAKAhb! PADA PERPUSTAKAAN UNP FAKTOR PENYEBAB MEWUSAIMAN BAHAN PUSTAKA. Makalah : LIDA DJAMAWIM, S Di susun ole!

UPT PERPUSTAKAhb! PADA PERPUSTAKAAN UNP FAKTOR PENYEBAB MEWUSAIMAN BAHAN PUSTAKA. Makalah : LIDA DJAMAWIM, S Di susun ole! ~ - Makalah : FAKTOR PENYEBAB MEWUSAIMAN BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN UNP FAFFTI;P RNYC'BAB KERUSA~~~~V.. I -.'. i i -.-_.- BAWN FUCTAkA PAOA ~~I~cTA~A~N. cr-y-...~z.:--: =----.- -.. -._.x.ai".-- E

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Perbaikan Arsip Kartografik telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada tanggal Februari 2010 Plt. DEPUTI BIDANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Pengertian Perpustakaan Dalam bahasa inggris perpustakaan dikenal dengan istilah library. Istilah ini berasal dari kata latin yaitu liber atau libri artinya buku. Pengertian

Lebih terperinci

NIASTr~ PRESERV ASI ARSIP ST A TIS INSTRUKSI KERJA UNIVERSITAS AIRLANGGA. Dr. M. Hadi Sl'(ubhan, SH.,M.H.,CN SISTEM MANAJEMEN MUTU

NIASTr~ PRESERV ASI ARSIP ST A TIS INSTRUKSI KERJA UNIVERSITAS AIRLANGGA. Dr. M. Hadi Sl'(ubhan, SH.,M.H.,CN SISTEM MANAJEMEN MUTU NIASTr~ I;..kl..... :..., r 002 INSTRUKSI KERJA PRESERV ASI ARSIP ST A TIS SISTEM MANAJEMEN MUTU AIRLANGGA INTEGRATED MANA GEMENT SYSTEM (AIMS) UNIVERSITAS AIRLANGGA Revisi ke 0 Tanggal Revisi - Tanggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1. Definisi Pelestarian Pelestarian dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata lestari, yang artinya adalah tetap selama-lamanya tidak berubah. Kemudian dalam penggunaan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN ARSIP DI KANTOR PENGADILAN TINGGI PADANG

PEMELIHARAAN ARSIP DI KANTOR PENGADILAN TINGGI PADANG PEMELIHARAAN ARSIP DI KANTOR PENGADILAN TINGGI PADANG Febdia Najaf 1, Bakhtaruddin Nst 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang email: Dhya.chaem@yahoo.com

Lebih terperinci

Lampiran 1: Bentuk Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA KEGIATAN PERAWATAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

Lampiran 1: Bentuk Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA KEGIATAN PERAWATAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN Lampiran 1: Bentuk edoman Wawancara EDOMAN WAWANCARA KEGIATAN ERAWATAN ERUSTAKAAN UNIVERSITAS HKB NOMMENSEN MEDAN Kode : K Informan : Kepala erpustakaan Universitas HKB Nommensen Medan ertanyaan : Kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. ini berasal dari bahasa Inggris yaitu preservation. Menurut Sudarsono (2006, 14)

BAB II KAJIAN TEORITIS. ini berasal dari bahasa Inggris yaitu preservation. Menurut Sudarsono (2006, 14) BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Pelestarian Bahan Pustaka 2.1.1 Pelestarian Bahan Pustaka Istilah preservasi sudah tidak asing lagi di dalam dunia perpustakaan. Kata ini berasal dari bahasa Inggris yaitu

Lebih terperinci

PRESERVASI DAN KONSERVASI PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN PROKLAMATOR BUNG HATTA

PRESERVASI DAN KONSERVASI PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN PROKLAMATOR BUNG HATTA PRESERVASI DAN KONSERVASI PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN PROKLAMATOR BUNG HATTA Ade Darma Putra 1, Marlini 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang email: adharma82@yahoo.com

Lebih terperinci

PERALATAN & PERLENGKAPAN DALAM KEARSIPAN OLEH: PANDIT ISBIANTI, M.PD.

PERALATAN & PERLENGKAPAN DALAM KEARSIPAN OLEH: PANDIT ISBIANTI, M.PD. PERALATAN & PERLENGKAPAN DALAM KEARSIPAN OLEH: PANDIT ISBIANTI, M.PD. Mengapa perlatan perlu digunakan dalam manajemen kearsipan? KRITERIA PEMILIHAN PERALATAN (1) (1) BENTUK ALAMI ARSIP YANG AKAN DISIMPAN

Lebih terperinci

Gray Literature, dan Pengawasan Bibliografi

Gray Literature, dan Pengawasan Bibliografi Dokumen Nontekstual, Tekstual, Gray Literature, dan Pengawasan Bibliografi Dasar-Dasar Dokumentasi : Modul 2 by Yuni Nurjanah Page 1 I. Dokumen Nontekstual, Tekstual, Gray Literature, dan Pengawasan Bibliografi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA NI NYOMAN ERNA CAHYANI 1) 1) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA Email: cahyani_ernaa@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Arsip BAB II TINJAUAN TEORITIS Kearsipan merupakan salah satu macam pekerjaan kantor atau tata usaha yang banyak dilakukan oleh setiap badan usaha pemerintah maupun swasta. Kearsipan menyangkut

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG STANDAR PENYIMPANAN FISIK ARSIP

KEPUTUSAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG STANDAR PENYIMPANAN FISIK ARSIP KEPUTUSAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG STANDAR PENYIMPANAN FISIK ARSIP ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR ISI KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi dari penelitian yang berjudul Hubungan

Lebih terperinci

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 195) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN

Lebih terperinci

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) Refrigeration, Ventilation and Air-conditioning RVAC Air-conditioning Pengolahan udara Menyediakan udara dingin Membuat udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Permasalahan. kegiatan yang sering disebut sebagai arsip. Arsip dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Permasalahan. kegiatan yang sering disebut sebagai arsip. Arsip dapat diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Berdirinya suatu instansi selalu diikuti dengan adanya suatu perencanaan. Perencanaan instansi terus berkembang pesat mengikuti perkembangan zaman dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB (ANALISA METODE PENGUKURAN MANUAL DAN METODE LUX-METER) PENULIS : HAJAR SUWANTORO, ST. NIP. 132 30 6868 DEPARTEMEN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai pelestarian koleksi buku langka di Perpustakaan Departemen Pekerjaan Umum. Isi bab ini

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN setujui. Substansi Prosedur Tetap tentang Perbaikan Arsip Konvensional telah saya Disetujui di Jakarta pada tanggal Februari 2010 Plt. DEPUTI BIDANG

Lebih terperinci

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 128 TAHUN 2003 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 128 TAHUN 2003 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 128 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN ARSIP VITAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

TIPOLOGI MUSEUM, fachrimuhammadabror A. Definisi Museum

TIPOLOGI MUSEUM, fachrimuhammadabror A. Definisi Museum TIPOLOGI MUSEUM, fachrimuhammadabror A. Definisi Museum Museum berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan

Lebih terperinci

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN ARSIP

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN ARSIP PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN ARSIP Oleh Rusidi I. PENDAHULUAN Salah satu usaha untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Arsip. Universitas Sumatera Utara

2.1 Pengertian Arsip. Universitas Sumatera Utara 2.1 Pengertian Arsip Arsip merupakan salah satu macam pekerjaan kantor atau pekerjaan tatausaha, yang banyak dilakukan oleh setiap badan usaha, baik badan usaha pemerintahan maupun badan usaha swasta.

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas, ada masalah-masalah terkait kenyamanan yang akan dibahas dalam laporan ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas, ada masalah-masalah terkait kenyamanan yang akan dibahas dalam laporan ini yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Pada kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari sebuah aktivitas yaitu makan. Makan adalah sebuah aktivitas manusia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA DI MUSEUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA DI MUSEUM Menimbang: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA DI MUSEUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 22

Lebih terperinci

Sunglasses kesehatan mata

Sunglasses kesehatan mata Sunglasses kesehatan mata Sunglasses atau Kacamata Hitam sudah menjadi barang kebutuhan seharihari, terutama di daerah-daerah tropis seperti Indonesia. Entah untuk digunakan saat sedang berjalan di siang

Lebih terperinci

PERAWATAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PERAWATAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG PERAWATAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG Mardio Salman 1, Marlini 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang Email: mardiosalman@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar (Tema) 4.1.1. Pengertian Arsitektur Kontemporer Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arsitektur memiliki dua pengertian yaitu: seni dan ilmu merancang serta

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan. Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara bahan makanan kering dan basah serta mencatat serta pelaporannya. Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima harus

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Pasal 86 UU No.13 Th.2003 1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan

Lebih terperinci

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGAWETAN KAYU Eko Sri Haryanto, M.Sn PENGERTIAN Pengeringan kayu adalah suatu proses pengeluaran air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III PELAKSANAAN MAGANG BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada Kantor Pusat Perum BULOG selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 01 sampai dengan

Lebih terperinci

International Quality Waterproofing

International Quality Waterproofing International Quality Waterproofing Hidup di negara tropis, kita dihadapkan pada cuaca yang cukup ekstrim yang datang silih berganti, yaitu panas matahari yang terik dan curah hujan yang tinggi. Menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta adalah kota yang sedang mengalami perkembangan pada sektor perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun dimana-mana. Akan

Lebih terperinci

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/ 2011 M

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/ 2011 M PELESTARIAN KOLEKSI BUKU LANGKA DI PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan yang dilakukan untuk melestarikan dan merawat Benda Cagar

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan yang dilakukan untuk melestarikan dan merawat Benda Cagar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Benda Cagar Budaya merupakan benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :. b.. CONTOH FORMULIR RM.. PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN. Nama rumah makan/restoran :.. Alamat :... NamaPengusaha/penanggungjawab :.. Jumlah karyawan :... orang. Jumlah penjamah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA DI MUSEUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA DI MUSEUM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA DI MUSEUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 22

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN. Pengurusan dan pengendalian surat adalah kegiatan-kegiatan mencatat

BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN. Pengurusan dan pengendalian surat adalah kegiatan-kegiatan mencatat 1 BAB IV ANALISIS PRAKTEK KERJA LAPANGAN 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan 4.1.1. Tahap-Tahap Kearsipan Dalam melaksanakan tugas pekerjaan suatu instansi khususnya bagian yang menangani kearsipan harus

Lebih terperinci

BALAI BESAR BIOTEKNOLOGI DAN GENETIKA Transparent and Translucent]

BALAI BESAR BIOTEKNOLOGI DAN GENETIKA Transparent and Translucent] BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK II.1 Gambaran Umum Proyek Judul Proyek : Balai Besar Bioteknologi dan Genetika Tema : Transparant and Translucent Lokasi : Jl. Tentara Pelajar 3A Bogor Luas Lahan : 5,7 Ha KDB

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengambil keputusan. Di dalam sebuah organisasi, arsip sangatlah penting

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengambil keputusan. Di dalam sebuah organisasi, arsip sangatlah penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsip dapat dikatakan sebagai jantung dari sebuah organisasi. Arsip tercipta secara terus menerus selama organisasi itu masih hidup dan dapat menjadi acuan untuk

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA

PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA ISSN: 2354-9629 PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA Andi Ibrahim Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Alauddin Kampus 2 UIN Alauddin Jl. Sultan Alauddin No. 36 Samata, Gowa e-mail : andiibe88@yahoo.co.id

Lebih terperinci

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 Rizka Firdausi Pertiwi, S.T., M.T. Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan Kelompok rumah

Lebih terperinci

Upaya Penanganan Kayu Secara Tradisional Studi Kasus: Tradisi Masyarakat Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah

Upaya Penanganan Kayu Secara Tradisional Studi Kasus: Tradisi Masyarakat Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah Upaya Penanganan Kayu Secara Tradisional Studi Kasus: Tradisi Masyarakat Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah A. Pengantar Tinggalan Cagar Budaya berbahan kayu sangat banyak tersebar di wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA DI MUSEUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA DI MUSEUM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA DI MUSEUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 22

Lebih terperinci

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL Syahrizal & Johny Custer Teknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau djalls@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA Menimbang : DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA 1. Bahwa penanggulangan kebakaran

Lebih terperinci

LEMBAR KONDISI TEKSTIL Form. LKT-Tekstil/MNI/2014

LEMBAR KONDISI TEKSTIL Form. LKT-Tekstil/MNI/2014 LEMBAR KONDISI TEKSTIL Form. LKT-Tekstil/MNI/2014 No No. Inv. Nama Benda Asal Benda Ukuran Kondisi Ruang : / Laci : BAHAN PEMBENTUK BENDA LOGAM Benang Logam Benang Emas Benang Perak Percik Logam Prada

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan Cut Putroe Yuliana Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Perpustakaan sebagai tempat untuk belajar membutuhkan intensitas

Lebih terperinci

Physical Security and Biometrics. Abdul Aziz

Physical Security and Biometrics. Abdul Aziz and Biometrics Abdul Aziz Email : abdulazizprakasa@ymail.com Definisi: Tindakan atau cara yang dilakukan untuk mencegah atau menanggulangi dan menjaga hardware, program, jaringan dan data dari bahaya fisik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan Keamanan dan Kerahasiaan DRM. Gambar 3.1. Kerangka Konsep

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan Keamanan dan Kerahasiaan DRM. Gambar 3.1. Kerangka Konsep 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Faktor Ektrinsik 1. Aspek fisik 2. Faktor Biologis 3. Faktor kimiawi Aspek Kerahasiaan DRM Pelaksanaan Keamanan dan Kerahasiaan DRM Mutu Pelayanan Gambar

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Perpustakaan Perguruan Tinggi mempunyai peran penting di dalam sebuah universitas. Perpustakaan di perguruan tinggi menyimpan berbagai macam koleksi, seperti buku, jurnal, laporan tahunan serta layanan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.666, 2015 ANRI. Arsip. Bencana. Penyelamatan. Perlindungan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENYELAMATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kearsipan 2.1.1 Pengertian kearsipan Menurut The Liang Gie (2000:118) arsip adalah suatu kumpulan warkat yang disimpan secara sistematis, karena mempunyai suatu kegunaan agar

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Bangunan IV.1.1 Organisasi Ruang Berdasarkan hasil studi banding, wawancara, dan studi persyaratan ruang dan karakteristik kegiatan di dalamnya, hubungan fasilitas dapat dilihat

Lebih terperinci

PELESTARIAN DAN PERAWATAN KOLEKSI DI PERUSTAKAAN UMUM KOTA SOLOK

PELESTARIAN DAN PERAWATAN KOLEKSI DI PERUSTAKAAN UMUM KOTA SOLOK PELESTARIAN DAN PERAWATAN KOLEKSI DI PERUSTAKAAN UMUM KOTA SOLOK Lisa Engla Kade Cita 1, Marlini 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang email: kadecitalisaengla@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN KAMPUS LP3I GAJAH MADA SUMATERA UTARA 3.1 Sejarah Perpustakaan Kampus Politeknik LP3I Gajah Mada Sumatera Utara Berdirinya Perpustakaan Kampus Politeknik LP3I I Gajah

Lebih terperinci

PROGRAM PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN IAIN IMAM BONJOL PADANG. Amhar Pustakawan UIN Imam Bonjol Padang

PROGRAM PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN IAIN IMAM BONJOL PADANG. Amhar   Pustakawan UIN Imam Bonjol Padang PROGRAM PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN IAIN IMAM BONJOL PADANG Amhar e-mail : amharmalik@gmail.com Pustakawan UIN Imam Bonjol Padang Abstrak : Program pelestarian bahan pustaka di Perpustakaan

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Rewinding Arsip Rekaman Suara Menggunakan Tape Player telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada tanggal Februari

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

Perubahan zat. Perubahan zat

Perubahan zat. Perubahan zat Perubahan zat Perubahan zat A Sifat Zat 1. Sifat fisika Zat memiliki ciri khas masing-masing. Kawat tembaga dapat kamu bengkokkan dengan mudah, sedangkan sebatang besi sulit dibengkokkan. Ciri khas suatu

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen LAMPIRAN Lampiran. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen. Kapan anda datang untuk makan di restoran ini? Jawab:....... Produk apa yang biasanya Anda beli? Jawab:....... Selama makan di restoran ini apakah

Lebih terperinci