BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Satpol PP Kabupaten Lamongan Sejarah Terbentuknya Satuan Polisi Pamong Praja Polisi Pamong Praja didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 1950 moto Praja Wibawa, untuk mewadahi sebagian ketugasan pemerintah daerah. Sebenarnya ketugasan ini telah dilaksanakan pemerintah sejak zaman kolonial. Sebelum menjadi Satuan Polisi Pamong Praja setelah proklamasi kemerdekaan dimana diawali dengan kondisi yang tidak stabil dan mengancam NKRI, dibentuklah Detasemen Polisi sebagai Penjaga Keamanan Kapanewon di Yogjakarta sesuai dengan Surat Perintah Jawatan Praja di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat. Pada tanggal 10 November 1948, lembaga ini berubah menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja. Di Jawa dan Madura Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk tanggal 3 Maret Inilah awal mula terbentuknya Satpol PP. dan oleh sebab itu, setiap tanggal 3 Maret ditetapkan sebagai Hari Jadi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan diperingati setiap tahun. Pada Tahun 19, dimulai pembentukan Kesatuan Polisi Pamong Praja di luar Jawa dan Madura, dengan dukungan para petinggi militer /Angkatan Perang. 42

2 43 Tahun 1962 namanya berubah menjadi Kesatuan Pagar Baya untuk membedakan dari korps Kepolisian Negara seperti dimaksud dalam UU No 13/1961 tentang Pokok-pokok Kepolisian. Tahun 1963 berubah nama lagi menjadi Kesatuan Pagar Praja. Istilah Satpol PP mulai terkenal sejak pemberlakuan UU No 5/1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Pada Pasal 86 (1) disebutkan, Satpol PP merupakan perangkat wilayah yang melaksanakan tugas dekonsentrasi. Saat ini UU 5/1974 tidak berlaku lagi, digantikan UU No 22/1999 dan direvisi menjadi UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Pasal 148 UU 32/2004 disebutkan, Polisi Pamong Praja adalah perangkat pemerintah daerah dengan tugas pokok menegakkan perda, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat sebagai pelaksanaan tugas desentralisasi Tugas Pokok dan Fungsi Satpol PP 1. Tugas Membantu Kepala daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang Keamanan dan Ketertiban serta menegakkan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. 2. Fungsi a. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di daerah;

3 44 b. Pelaksanaan pengawasan terhadap Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati; c. Pelaksanaan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum sesuai program, pedoman dan petunjuk teknis; d. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati dengan Aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan atau aparatur lainnya dalam rangka pelaksanaan penindakan, penyidikan dan penuntutan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati; e. Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan mentaati Peraturan Daerah dan Keputusan Bupati; f. Pelaksanaan pengembangan kemampuan organisasi meliputi pembinaan personil, administrasi umum, ketatalaksanaan, sarana dan prasarana satuan kerja Satuan Polisi Pamong Praja; g. Penyusunan pelaporan dan evaluasi pelaksanaan tugas; Visi Dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan 1. Visi Satuan Polisi Pamong Praja Visi adalah suatu gambaran jauh ke depan, kemana instansi hendak dibawa. Gambaran ke depan tersebut dibangun melalui proses refleksi dan

4 45 proyeksi yang digali dari nilai-nilai luhur yang dianut oleh seluruh komponen stakeholder. Berawal dari cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan didukung peran serta seluruh elemen instansi, masukan-masukan dari stakeholders, dan dengan memperhatikan nilai nilai yang dianut dan nilai lingkungan yang mempengaruhi maka dirumuskan visi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Pasuruan sebagai berikut : Tegaknya Peraturan Daerah dan Keputusan Bupati Serta Terwujudnya Partisipasi Aktif dan Kreatif Masyarakat Menuju Tatanan Kehidupan Yang Tentram dan Tertib, Berdaya Saing, Adil, Sejahtera dan Berkelanjutan Pemahaman atas pernyataan visi di tersebut mengandung makna terciptanya masyarakat Kabupaten Lamongan yang aman, tentram dan dinamis. Secara filosofis visi tersebut dapat dijelaskan melalui makna yang terkandung di dalamnya, yaitu : a. Tatanan kehidupan yang tentram dan tertib; bermakna Satuan Polisi Pamong Praja sebagai penegak perda yang tangguh, unggul dan terdepan dengan manajemen yang profesional dan memanfaatkan segala potensi dan sumber daya manusia sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang aktif dan kreatif. b. Berdaya Saing; bermakna Satuan Polisi Pamong Praja Mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai tambah uuntuk mencapai keunggulan

5 46 kompetitif yang di miliki dengan membangun tatanan kehidupan yang tentram, aman dan tertib. c. Adil ; bermakna bahwa pembangunan di laksanakan dengan seimbang dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat berlandaskan penerapan norma dan hukum. d. Sejahtera; Bermakna bahwa pembangunan di tujukan bagi sebesarbesarnya untuk kemakmuran dan pemenuhan hak/ dan pelayanan dasar serta perwujutan masyarakat eriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. e. Berkelanjutan; Bermakna bahwa Pembangunan di laksanakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat tanpa mengorbankan pemenuuhan kebutuhan generasi masa depan. 2. Misi Satuan Polisi Pamong Praja Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dirumuskan dengan mengacu / berdasarkan pada visi, tugas pokok dan fungsi Dinas serta misi Pemerintah Kabupaten Lamongan nomor 14 Tahun 2008 yang berbunyi Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas pokok membantu Kepala Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati. Pernyataan misi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut :

6 47 a. Memantapkan Kedudukan dan kapasitas kelembagaan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. b. Meningkatkan Sumber Daya Manusia Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. c. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Penunjang bagi pelaksanaan tugas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan.. d. Mendorong terwujudnya Ketentraman dana Ketertiban umum serta penegakan Pereturan Daerah dan Keputusan Bupati yang kondusif bagi penyelenggaraan Pemerintahan dan pembagunan Daerah. e. Melaksanakan Penyidikan dan Penindakan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah dan Keputusan Bupati. f. Meningkatkan Profesionalisme pelayanan publik dan Good Governance guna menopang daya tahan keamanan ketertiban masyarakat yang kondusif serta menjaga kehidupan bernegara yang demokratis Struktur Organisasi Satpol PP Kabupaten Lamongan 1. Kepala Tata Usaha Tugas: Sekretariat dipimpin oleh seorang Tata Usaha yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Satuan di bidang pengelolaan Ketata Usahaaan. Fungsi:

7 48 a. Pelaksanaan koordinasi dalam penyusunan rencana dan program kerja di Satuan; b. Pelaksanaan tugas administrasi umum dan administrasi kepegawaian, perlengkapan, keuangan, kearsipan dan kerumahtanggaan; c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan. 2. Kepala Penyidikan Dan Penindakan Tugas: Seksi Penyidikan dan Penindakan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi bidang penegakkan Peraturan Daerah dibidang penyidikan dan penindakan. Fungsi : a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan bimbingan teknis penyidikan dan penindakan; b. Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan penyidikan dan penindakan; c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan penyidikan dan penindakan. 3. Kepala Pengendalian Dan Operasional Tugas: Bidang Pengendalian dan Operasional dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Satuan di bidang pengendalian dan operasional. Fungsi :

8 49 a. Perumusan kebijakan dan bimbingan teknis di bidang pengendalian dan operasional; b. Pelaksanaan dan pengkoordinasian kegiatan di bidang pengendalian dan operasional; c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan. 4. Kepala Pengembangan Kapasitas Tugas: Pengembangan Kapasitas dipimpin oleh seorang kepala pengembangan Kapasitas yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Satuan di bidang Pengembangan Kapasitas. Fungsi: a. Pelaksanaan koordinasi dalam penyusunan rencana dan program kerja di Satuan; b. Pelaksanaan tugas administrasi umum dan administrasi kepegawaian, perlengkapan, keuangan, kearsipan dan kerumahtanggaan; c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan. Adapun bentuk struktur organisasi Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Lamongan dapat digambarkan sebagai berikut : Polisi Pamong Praja kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut :

9 50 Kepala Satpol PP Kelompok Jabatan Fungsional Sekretaris Sub Bag Umum Sub Bag Keuangan Sub Bag Program Bidang Operasi dan Pengamanan Bidang Pembinaan Umum & Kesamaptaan Bidang Perlindungan Masyarakat & Linmas Seksi Opeasi Penyidikan & Penindaan Seksi Keamanan Seksi Pembinaan Umum Seksi Kesamaptaan Seksi Kesiagaan Seksi Penanggulangan Bencana Unit Pelaksana Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan Gambar 4.1 Model Struktur Organisasi Satpol PP Kabupaten Lamongan Data Anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan. Manusia merupakan sumber daya yang sangat berperan dalam mencapai keberhasilan suatu organisasi. Oleh karena itu aspek manusia ini harus selalu diperhatikan. Kesuksesan Satpol PP Kabupaten Lamongan. Sebagai proses pelaksanaan administrasi dan kegiatan pembelajaran, data anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan berdasar jenis kelamin, secara jelas seperti tersaji dalam table berikut ini :

10 51 Tabel 4.1 Data Anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan Berdasar Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase 1 2 Laki-laki Perempuan ,88% 3,13% Jumlah % Sumber : Buku Profil Satpol PP Kabupaten Lamongan Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan terdiri dari pegawai laki-laki sebanyak 224 orang atau sebesar 6,88% dan pegawai wanita sebanyak 7 orang pegawai atau sebesar 3,13%. Data selanjutnya adalah data pegawai berdasar supervisi : Tabel 4.2 Data Anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan Berdasar Tingkat Pendidikan No. Jenjang Pendidikan Jumlah Prosentase SMP SMA Sarjana (S1) Pascasarjana ,25% 62,05% 32,59% - Jumlah % Sumber : Buku Profil Satpol PP Kabupaten Lamongan Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan bedasarkan ketenagaan diketahui yang mempunyai pendidikan terakhir SMP sebanyak 14 orang atau sebesar 6,25%, pendidikan SMA sebanyak 139 orang atau sebesar 62,05%. Sedangkan yang berpendidikan terakhir Sarjana sebanyak 73 orang atau sebesar 32,59%. Data selanjutnya adalah akan disajikan tentang data pegawai yang berstatus pegawai negeri berdasar usia, untuk lebih jelasnya seperti tersaji dalam tabel berikut ini :

11 52 Tabel 4.3 Data Anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan Berdasar Golongan Usia Pegawai No. Golongan Usia Jumlah Prosentase < 29 tahun tahun tahun > 50 tahun ,61% 22,77% 27,68% 37,95% Jumlah % Sumber : Buku Profil Satpol PP Kabupaten Lamongan Berdasarkan data dalam tabel 4.3 di atas bahwa anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan yang berusia < 29 tahun sebanyak 26 orang atau sebesar 11,61%, pegawai yang berusia tahun sebanyak 51 orang atau sebesar 22,77%, dan pegawai yang berusia tahun sebanyak 62 orang atau sebesar 27,68%. Sedangkan yang berusia di atas 50 tahun sebanyak 85 orang atau sebesar 37,95% Analisis Hasil Penelitian Identifikasi Responden Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data primer, peneliti menyebarkan kuesioner sebanyak sesuai dengan besarnya sampel penelitian. Adapun data responden berdasar jenis kelamin dapat tersaji seperti dalam tabel 4.4 berikut ini Tabel 4.4 Data Responden Berdasar Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Prosentase (%) 1 2 Laki-laki Perempuan ,67% 3,33% Jumlah 100% Sumber :Data Primer (Diolah Mei 2014

12 53 Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa dari responden terdapat sebanyak 58 orang atau sebesar 96,67% adalah responden laki-laki, sebanyak 2 orang atau sebesar 3,33% adalah responden perempuan. Adapun data responden berdasar jenjang pendidikan seperti tersaji dalam tabel 4.5 berikut ini : Tabel 4.5 Data Responden Berdasar Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi Prosentase 4 6,67% 38 63,33% 18 30% 1. SMP 2. SMA 3. S1 Jumlah 100% Sumber : Lampiran 3 (Diolah Mei 2014) Dilihat dari tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa responden penelitian yang merupakan anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan yang berpendidikan SMP yang mencapai 6,67% sedangkan yang berpendidikan SMA sebesar 63,33% sedangkan yang berpendidikan S1 terdapat sebesar 30%. Untuk selanjutnya adalah data komposisi pegawai berdasar usia pada saat dilakukan penelitian, untuk lebih jelasnya seperti yang tersaji dalam tabel 4.6 berikut ini : Tabel 4.6 Data Responden Berdasar Usia No. Golongan Usia Jumlah Prosentase < 29 tahun tahun tahun > 50 tahun ,33% 26,67% 48,33% 16,67% Jumlah 100% Sumber : Buku Profil Satpol PP Kabupaten Lamongan

13 54 Berdasarkan data dalam tabel 4.6 di atas bahwa responden yang berusia < 29 tahun sebanyak 5 orang atau sebesar 8,33%, pegawai yang berusia tahun sebanyak 16 orang atau sebesar 26,67%, dan pegawai yang berusia tahun sebanyak 29 orang atau sebesar 48,33%. Sedangkan yang berusia di atas 50 tahun sebanyak 10 orang atau sebesar 16,67% Uji Validitas Instrumen Penelitian Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya. atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya instrumen tersebut. Pengukuran validitas pada instrumen ini dilakukan dengan korelasi product moment antara skor butir dengan skor skalanya. Koefisien korelasi dapat dianggap memuaskan jika melebihi (Azwar : 2003 : 1). Hasil pengukuran validitas instrument penelitian diperoleh hasil r hitung (Pearson Corelation) seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini : Tabel 4.7 Nilai Uji Validitas Instrumen Penelitian Pearson Variabel Indikator Variabel Corelation 1. Pertumbuhan dan pengembangan Kualitas 2. Partisipasi kehidupan 3. Sistem imbalan yang inovatif kerja (X 1 ) 4. Lingkungan kerja Pemberian 1. Gaji atau upah 0.588

14 55 kompensasi (X 2 ) Kinerja (Y) 2. Insentif 3. Asuransi kesehatan & jiwa 4. Liburan dari perusahaan 5. Program pensiun & tunjangan 6. Kepuasan pada pekerjaan 7. Lingkungan Psikologis 1. Proses kerja 2. Waktu melaksanakan pekerjaan 3. Jumlah kesalahan 4. Pemberian Pelayanan kerja 5. Ketepatan & kualitas kerja 6. Tingkat kemampuan 7. Kemampuan menganalisis data 8. Kemampuan mengevaluasi hasil Sumber : Lampiran 3 (Diolah Mei 2014) 0, ,551 0,592 0, Berdasarkan tabel 4.7 di atas. menunjukkan bahwa nilai r hitung (koefisien korelasi) lebih besar dari 0.30 dan nilai p value (signifikansi) lebih kecil dari Dengan demikian bahwa instrument penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel dapat dikatakan valid Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan bilamana suatu alat ukur dipakai dua kali atau lebih. maka untuk mengukur gejala yang sama akan menghasilkan pengukuran yang diperoleh relatif konsisten. dengan kata lain reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi. yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya. Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Pada penelitian ini digunakan uji

15 56 reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach. Jika koefisien Cranbach alpha sebesar 0.6 atau lebih. maka instrument penelitian tersebut dapat dikatakan reliable (Hadi. 2009). Hasil pengukuran uji reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut : No Tabel 4.8 Nilai Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Penelitian Kualitas kehidupan kerja (X 1 ) Motivasi Berpestasi (X 2 ) Kinerja (Y) Sumber : Lampiran 4 (Diolah Mei 2014) Nilai Alpha Cronbach 0,8370 0,8770 0,8287 Berdasar tabel di atas nilai Alpha Cronbach dari masing-masing variabel lebih dari 0.6 sehingga dapat dikatakan bahwa semua item-item dalam kuesioner penelitian tersebut adalah reliable (andal) Diskripsi Frekuensi Skor Indikator Variabel Penelitian Untuk mengetahui baik tidaknya kondisi varibel penelitian. dengan didasarkan pada nilai rata-rata mean yang kemudian di lakukan standarisasi pengkategorian dengan mengacu pada indicator rentang pengukuran nilai yang dikemukakan oleh Sugyono (2002). Apabilai nilai rata-rata berada pada rentang nilai : < 2.00 Termasuk dalam kategori Tidak Baik Termasuk dalam kategori Cukup Baik Termasuk dalam kategori Baik > 4.01 Termasuk dalam kategori Sangat Baik Dengan mengacu pada tolok ukur tersebut. maka hasil distribusi frekuensi skor indikator variabel penelitian seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini :

16 57 1. Distribusi Frekuensi Skor Indikator Kualitas kerja (X 1 ) Kualitas kehidupan kerja merupakan suatu bentuk filsafat yang diterapkan oleh manajemen dalam mengelola organisasi pada umumnya dan sumberdaya manusia pada khususnya. Sebagai filsafat, kualitas kerja merupakan cara pandang manajemen tentang manusia, pekerja dan organisasi. Untuk mengukur indikator kualitas kerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan, maka kepada orang responden disampaikan dengan indiaktor pengukuran variabel yang terdiri dari : a. Pertumbuhan dan pengembangan b. Partisipasi c. Sistem imbalan yang inovatif d. Lingkungan kerja Diperoleh didistribusikan berdasar alternatif jawaban responden diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.7 Deskripsi Indikator Variabel Kualitas kerja (X 1 ) Indikator Variabel 1. Pertumbuhan dan pengembangan 2. Partisipasi 3. Sistem imbalan yang inovatif 4. Lingkungan kerja Skor Indikator A B C d e Skor Mean Jumlah ,1396 Proentase 5,42 34,58 41,25 11,67 7, Rata-rata Mean 3,0349 Sumber : Lampiran 5 (Diolah Mei 2014)

17 58 Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor indikator variabel dalam tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa dari orang responden yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang sesuai dengan indikator pengukuran variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ) didapat bahwa untuk responden yang memilih alternatif jawaban (a) ada sebesar 5,42%. responden dengan alternatif jawaban (b) terdapat sebesar 34,58%. kemudian untuk alternatif jawaban (c) adalah sebesar 41,25% dan responden yang memilih alternatif jawaban (d) sebesar 11,67% sedangkan untuk alternatif jawaban (e) terhdapat sebesar 7,08%. Kemudian untuk mengetahui sejauh mana kualitas kehidupan kerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. yaitu didasarkan atas nilai rata-rata mean. hasil rata-rata nilai mean yang didapat yaitu sebesar 3,0349 (3,03). rata-rata nilai tersebut termasuk dalam tolok ukur rentang nila antara yang berarti termasuk dalam kategori baik. Berdasar hasil cros cek terhadap tolok ukur tersebut. maka dapat diketahui bahwa kualitas kehidupan kerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik. 2. Distribusi Frekuensi Skor Indikator Pemberian kompensasi (X 2 ) Keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan bekerja di organisasi dalam bentuk uang atau lainnya, yang dapat berupa gaji, upah, bonus insentif, dan tunjangan lainnya seperti tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, uang makan, uang cuti dan lain-lain. Untuk mengukur pemberian kompensasi pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja

18 59 Kabupaten Lamongan. kepada orang terdiri dari 1Orang Sekretaris 3 Orang Kabid 3 Orang Kasubag 6 Orang Kasi 47 Orang Staf responden disampaikan beberapa pertanyan mengenai : a. Kompensasi Finansial 1) Kompensasi Langsung a) Gaji atau upah b) Insentif 2) Kompensasi Tidak Langsung a) Asuransi kesehatan dan jiwa, b) Liburan yang ditanggung perusahaan, c) Program pensiun dan tunjangan lainnya. b. Kompensasi Non Finansial 1) Kepuasan yang diperoleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri 2) Lingkungan psikologis dan/atau fisik dimana orang itu bekerja Hasil distribusi frekuensi skor indicator pengukuran variabel pemberian kompensasi seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini : Tabel 4.8 Deskripsi Indikator Variabel Pemberian kompensasi (X 2 ) Indikator Variabel Skor Indikator Skor Mean Gaji atau upah 2. Insentif 3. Asuransi kesehatan & jiwa 4. Liburan dari perusahaan 5. Program pensiun & tunjangan 6. Kepuasan pada pekerjaan 7. Lingkungan Psikologis Jumlah ,233 Proentase 9, ,14 13,57 4, Rata-rata Mean 3,319 Sumber : Lampiran 5 (Diolah Mei 2014)

19 Berdasarkan data distribusi frekuensi skor jawaban respon terhadap pertanyaan-pertanyaan indikator variabel penelitian dalam tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa dari orang responden didapat bahwa untuk responden yang memilih alternatif jawaban (a) ada sebesar 9,76%, responden dengan alternatif jawaban (b) terdapat 35%, kemudian untuk alternatif jawaban (c) adalah sebesar 37,14% dan responden yang memilih alternatif jawaban (d) sebesar 13,57% sedangkan yang memilih alternatif jawaban (e) terdapat sebesar 4,52% responden. Kemudian untuk mengetahui kondisi pemberian kompensasi pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan didasarkan pada besarnya nilai rata-rata mean dan hasil perhitungan diperoleh rata-rata nilai mean yaitu sebesar 3,319 (3,32) dan nilai tersebut apabila dimasukkan dalam rentang pengukuran bahwa nilai tersebut termasuk dalam rentang nila antara yang berarti termasuk dalam kategori cukup baik. Berdasar hasil tersebut maka pemberian kompensasi pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik. 3. Distribusi Frekuensi Skor Indikator Kinerja (Y) Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai denagn moral maupun etika. Untuk mengetahui Kinerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

20 61 Lamongan, dalam penelitian ini, bahwa Kinerja diukur melalui beberapa indikator, yang terdiri dari : a. Aspek kuantitatif dengan indikator terdiri dari : 1) Proses kerja dan kondisi pekerjaan, 2) Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan, 3) Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan, dan 4) Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja b. Aspek kualitatif dengan indikator : 1) Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan, 2) Tingkat kemampuan dalam bekerja, 3) Kemampuan menganalisis data/informasi, kemampuan / kegagalan menggunakan mesin/peralatan, dan 4) Kemampuan mengevaluasi (keluhan / keberatan konsumen / masyarakat) Hasil skor kuesioner penelitian diperoleh distribusi frekuensi jawaban responden seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini : Tabel 4.9 Deskripsi Indikator Variabel Kinerja (Y) Skor Indikator Indikator Variabel a b c d e Proses kerja 2. Waktu melaksanakan pekerjaan 3. Jumlah kesalahan 4. Pemberian Pelayanan kerja 5. Ketepatan & kualitas kerja 6. Tingkat kemampuan 7. Kemampuan menganalisis data 8. Kemampuan mengevaluasi hasil Skor Mean Jumlah ,3834 Proentase 4,79 32,71 42, Rata-rata Mean 3,2933 Sumber : Lampiran 5 (Diolah Mei 2014)

21 62 Hasil distribusi dalam tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa dari orang responden yang memberikan jawaban/jawaban atas pernyataanpernyataan yang sesuai dengan indikator pengukuran variabel Kinerja Anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan didapat bahwa untuk responden yang memilih alternatif jawaban (a) ada sebesar 4,79%, responden dengan alternatif jawaban (b) terdapat sebesar 32,71%, kemudian untuk alternatif jawaban (c) adalah sebesar 42,5% dan responden yang memilih alternatif jawaban (d) sebesar 15% dan untuk alternative jawaban (e) dipilih oleh 5% responden. Sedangkan berdasar rata-rata nilai mean yang didapat yaitu sebesar 3,2933 (3,29) dan nilai tersebut apabila dimasukkan dalam rentang pengukuran bahwa nilai tersebut termasuk dalam rentang nila antara yang berarti termasuk dalam kategori cukup baik. Berdasar hasil tersebut maka Kinerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik Analisis Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui pengaruh kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan serta untuk menguji dan membuktikan kebenaran atas hipotesis penelitian yang diajukan, maka hal tersebut dapat diketahui dengan cara melakukan penganalisaan data dengan analisis regresi linier berganda. Proses penghitungan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan sotfware statistik SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for Windows Version.

22 63 berikut ini : Berdasar analisis data, maka diperoleh suatu hasil seperti tersaji dalam tabel Tabel 4.12 Tabulasi Nilai Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Model Unstandardized Standardized Coefficients (B) Coefficients (Beta) t hitung Sig. α (konstanta) β 1 β 2 6,643 0,540 0,709-0,527 0,388-4,619 3,240-0,000 0,003 Koefisien Korelasi (R) : 0,845 F hitung : 13,912 Koefisien Determinasi (R Square) : 0,713 Sig. : 0,000 Adjusted R square : 0,709 Sumber : Lampiran 6 (Diolah Mei 2014) Sesuai dengan model analisis yang digunakan, yaitu regresi linier berganda, maka dapat dilakukan analisis dengan rumus umum : Y = α + β 1.X 1 + β 2.X 2 + e = 6, ,540.X 1 + 0,709.X 2 Nilai-nilai koefisien regresi linier berganda dari persamaan di atas dapat diuraikan pengertian sebagai berikut : 1. α (konstanta) = 6,643, hal tersebut menunjukkan bahwa jika nilai dari variabel pengaruh kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) sebesar 6,643, maka nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan juga sebesar 6,643, yang berarti tidak ada perubahan nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan tanpa adanya perubahan nilai daripengaruh kualitas kehidupan kerja dan

23 64 pemberian kompensasi terhadap Kinerja yang terdiri dari kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ). 2. β 1 = 0,540, hal tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan nilai variabel kualitas kehidupan kerja(x 1 ) sebesar 0,540 dengan anggapan nilai dari variabel-variabel yang lain dalam kondisi tetap, maka nilai tersebut akan mengakibatkan perubahan dengan arah yang sama terhadap nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,540 atau untuk setiap peningkatan nilai variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ) sebesar satu satuan, maka nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan juga akan mengalami kenaikan sebesar 0,540. Begitu pula sebaliknya, bahwa setiap penurunan nilai variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ) sebesar satu satuan akan menurunkan nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0, β 2 = 0,709, hal tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan nilai variabel pemberian kompensasi(x 2 ) sebesar 0,709 dengan anggapan nilai dari variabelvariabel yang lain dalam kondisi tetap, akan mengakibatkan perubahan dengan arah yang sama terhadap nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,709 atau untuk setiap peningkatan nilai variabel pemberian kompensasi(x 2 ) sebesar 0,709, maka nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan juga akan mengalami kenaikan sebesar 0,709. Begitu pula sebaliknya, bahwa setiap penurunan nilai variabel pemberian kompensasi (X 2 ) sebesar satu satuan akan

24 65 menurunkan nilai Kinerja (Y) di SD lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0, Nilai Koefisien Determinasi (R square) Variabel Penelitian Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dari variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) terhadap Kinerja (Y) anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat diketahui pada nilai R- squared yakni sebesar 0,713. Ini mengandung arti bahwa variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ),mampu menjelaskan perubahan tingkat pada Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,713 atau 71,3%. Sedangkan sisanya sebesar 28,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan Pengujian Hipotesis Hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan baik bersama-sama maupun secara persial antara variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ), terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dibuktikan dengan menggunakan analisis

25 66 regresi linier berganda. Berikut hasil dan uraian dari pengujian hipotesis pertama ini. 1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Pengujian ini digunakan untuk mengetahui secara parsial pengaruh kualitas kehidupan kerja dan pemberian kompensasi terhadap Kinerja yang terdiri dari kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ), terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Adapun kriteria pengujian yang digunakan apabila : a. Jika nilai signifikan masing-msaing variabel lebih kecil dari nilai (0,05), maka hipotesis diterima yang artinya secara parsial ada pengaruh kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. b. Jika nilai signifikan masing-msaing variabel lebih besar dari nilai (0,05), maka hipotesis ditolak, yang artinya secara parsial tidak ada pengaruh antara dimensi kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Dengan ketentuan yang penerimaan dan penolakan pengujian hipotesis secara parsial, maka berdasar hasil pengujian hipotesis yang terdapat dalam tabel 4.12, maka diperoleh hasil hipotesis sebagai berikut : a. Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi dari variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ) adalah sebesar 0,000. Nilai tersebut apabila

26 67 dibandingkan dengan nilai derajat kebebasan yang digunakan atau nilai sebesar 0,05 maka nilai signifikansi yang didapat lebih kecil dari nilai tersebut (0,000 < 0,05). Hasil pengujian tersebut memberikan asumsi bahwa secara parsial variabel kualitas kehidupan kerja(x 1 ) berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan yang berarti pula hipetesis penelitian yang diajukan dapat diterima atau dapat dibuktikan kebenarannya. b. Pengujian hipotesis secara parsial untuk variabel pemberian kompensasi (X 2 ) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,003 dan nilai terebut apabila dikaji dengan nilai derajat kebebasan atau nilai sebesar 0,05 nilainya lebih kecil (0,003 < 0,05). Mengingat nilai signifikasni variabel pemberian kompensasi (X 2 ) lebih kecil dari nilai (0,05), maka hipotesis penelitian yang menyatakan secara parsial variabel pemberian kompensasi (X 2 ) berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Dengan demikian hipotesis dapat diterima dan terbukti kebenarannya. 2. Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F) Pengujian ini digunakan untuk mengetahui secara simultan pengaruh kualitas kehidupan kerja dan pemberian kompensasi terhadap Kinerja yang terdiri dari kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Adapun kriteria pengujian apabila :

27 68 a. Jika nilai signifikan lebih kecil dari nilai (0,05), maka hipotesis diterima yang artinya secara simultan ada pengaruh faktor kualitas kehidupan kerja (X 1 ), danpemberian kompensasi (X 2 )terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. b. Jika nilai signifikan lebih besar dari nilai (0,05), maka hipotesis ditolak, yang artinya secara simultan tidak ada pengaruh antara kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 )terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Berdasar hasil pengujian hipotesis secara simultan diperoleh besarnya nilai signifikansi untuk F hitung pada Anova adalah sebesar 0,000. Nilai yang didapat tersebut lebih kecil dari nilai (0,05). Dengan demikian bahwa variabel pengaruh kualitas kehidupan kerja dan pemberian kompensasi terhadap Kinerja yang terdiri dari kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian terhadap Kinerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dengan beberapap indikator pengukuran variabel diperoleh bahwa sebagian sesar responden memilih alternatif jawaban (c) dengan pernyataanpernyataan yang dijadikan sebagai indikator pengukuran Kinerja yang mencapai prosentse sebesar 42,5%. Sedangkan untuk mengetahui seberapa baik Kinerja

28 69 Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan ditunjukkan oleh besarnya nilai rata-rata mean yang didapatkan. Kemudian untuk mengetahui sejauh mana Kinerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan yaitu didasarkan atas nilai rata-rata mean. hasil rata-rata nilai mean yang didapat yaitu sebesar 3,2933 (3,29) dan nilai tersebut apabila dimasukkan dalam rentang pengukuran bahwa nilai tersebut termasuk dalam rentang nila antara yang berarti termasuk dalam kategori cukup baik. Berdasar hasil tersebut maka Kinerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik. Berdasar hasil distribusi skor alternatif jawaban responden untuk indikator pengukuran variabel kualitas kehidupan kerja termasuk dalam kategori baik dengan pencapaian prosentase untuk alternatif jawaban (c) dengan pernyataan yang disampaikan yaitu sebesar 41,25%, sedangkan untuk mengukur dan mengtahui tentang kualitas kehidupan kerja ditunjukkan oleh rata-rata nilai mean variabel yang didapat yaitu sebesar Kemudian untuk mengetahui sejauh mana kualitas kehidupan kerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. yaitu didasarkan atas nilai rata-rata mean. hasil rata-rata nilai mean yang didapat yaitu sebesar 3,0349 (3,03). rata-rata nilai tersebut termasuk dalam tolok ukur rentang nila antara yang berarti termasuk dalam kategori baik. Berdasar hasil cros cek terhadap tolok ukur tersebut. maka dapat diketahui bahwa kualitas kehidupan kerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik. Berdasar hasil tersebut maka Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

29 70 Lamongan dapat dikatakan baik. Sedangkan hasil koefisien regresi untuk variabel kualitas kehidupan kerja terhadap Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,540. Besarnya nilai koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan bahwa pengaruh variabel kualitas kehidupan kerja pegawai terhadap kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan ada pengaruh positif, yang artinya setiap terjadi kenaikan satu unit skor kualitas kehidupan kerja pegawai, maka akan diikuti dengan meningkatnya Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,540 pada konstanta 6,643. Berdasar hasil distribusi skor alternatif jawaban responden untuk indikator pengukuran variabel pemberian kompensasi termasuk dalam kategori baik dengan pencapaian prosentase untuk alternatif jawaban (c) dengan pernyataan yang disampaikan yaitu sebesar 37,14%, sedangkan untuk mengukur dan mengtahui tentang pemberian kompensasi ditunjukkan oleh rata-rata nilai mean variabel yang didapat yaitu sebesar Kemudian untuk mengetahui sejauh mana pemberian kompensasi di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. yaitu didasarkan atas nilai rata-rata mean. hasil rata-rata nilai mean yang didapat yaitu sebesar 3,319 (3,32) dan nilai tersebut apabila dimasukkan dalam rentang pengukuran bahwa nilai tersebut termasuk dalam rentang nila antara yang berarti termasuk dalam kategori baik. Berdasar hasil tersebut maka pemberian kompensasi pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik. Berdasar hasil tersebut maka Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja

30 71 Kabupaten Lamongan dapat dikatakan baik. Sedangkan hasil koefisien regresi untuk variabel pemberian kompensasi terhadap Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,709. Besarnya nilai koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan bahwa pengaruh variabel pemberian kompensasi pegawai terhadap kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan ada pengaruh positif, yang artinya setiap terjadi kenaikan satu unit skor pemberian kompensasi pegawai, maka akan diikuti dengan meningkatnya Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,709 pada konstanta 6,643. Hasil analisis tentang seberapa besar pengaruh kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan ditunjukkan melalui uji R-squared pada analisis koefisien determinasi berganda. Hasil nilai R-squared yakni sebesar 0,713. Ini mengandung arti bahwa variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ),mampu menjelaskan perubahan tingkat pada Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,713 atau 71,3%. Sedangkan sisanya sebesar 28,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan.

31 72 Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi dari variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ) adalah sebesar 0,003. Dan untuk variabel pemberian kompensasi (X 2 ) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,003 dan nilai terebut apabila dikaji dengan nilai derajat kebebasan atau nilai sebesar 0,05 nilainya lebih kecil (0,003 < 0,05). Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan secara parsial variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Dengan demikian hipotesis dapat diterima dan terbukti kebenarannya. Sedangkan hasil pengujian hipotesis secara simultan diperoleh besarnya nilai signifikansi untuk F hitung pada Anova adalah sebesar 0,000. Nilai yang didapat tersebut lebih kecil dari nilai (0,05). Dengan demikian bahwa variabel pengaruh kualitas kehidupan kerja dan pemberian kompensasi terhadap Kinerja yang terdiri dari kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Tugas Pokok dan Fungsi Satpol PP Perjalanan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Mojokerto diawali sebagai sub bagian pada Bagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian penjelasan (Explanatory Research). Explanatory research adalah penelitian yang berusaha menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Kota Pekanbaru Pekanbaru merupakan Ibukota Provinsi Riau dengan luas wilayah sekitar 632,26 Km² dan jumlah penduduk sekitar 850.000 jiwa dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA Lokasi Kecamatan /Wilayah

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA Lokasi Kecamatan /Wilayah BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum Kondisi Wilayah dan Potensi Sumber Daya di Kecamatan Benowo 4.1.1.1 Lokasi Kecamatan /Wilayah Kecamatan Benowo secara geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah dan Perkembangan Satpol PP Kabupaten Rembang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah dan Perkembangan Satpol PP Kabupaten Rembang BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah dan Perkembangan Satpol PP Kabupaten Rembang Satuan Polisi Pamong Praja atau disingkat dengan Satpol PP adalah perangkat Pemerintah Daerah dalam

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Obyek Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Butik Kharisma Indonesia yang berlokasi di Jalan Gajahmada No. 134, Semarang. Obyek penelitian ini adalah karyawan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 104 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 104 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 104 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini dianalisis dengan statistik deskriptif dan statistik parametrik. Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan item-item

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN WAY KANAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Satuan Polisi Pamong Praja Keberadaan Polisi Pamong Praja dimulai pada era Kolonial sejak VOC menduduki Batavia di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penetian 4.1.1 Sejarah Dinas KOPEGTEL GORONTALO( Koperai pegawai telkom Gorontalo ) didirikan pada tanggal 10 juli 1986 dan disyahkan Badan Hukum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti harus menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

Lebih terperinci

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 Ayat ( 3) Peraturan Daerah

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 Ayat ( 3) Peraturan Daerah 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PONOROGO

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PONOROGO PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PONOROGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan dan diperoleh melalui menyebar kuesioner secara langsung kepada

Lebih terperinci

TENTANG ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, 1 PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINANANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA YANG DIBENTUK DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERSENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis kuantitatif. Penelitian kuantitatif yakni suatu metode dalam penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Dari 12 KPP Pratama yang ada di wilayah Jakarta Selatan, hanya 4 KPP yang bersedia untuk mengisi kuesioner. Data kuesioner yang berhasil

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI

WALIKOTA BUKITTINGGI s WALIKOTA BUKITTINGGI PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR : 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATPOL PP

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATPOL PP TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATPOL PP Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bandung Dibentuk melalui peraturan daerah Kabupaten Bandung Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Organisasi Satuan Polisi Pamong

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Organisasi Tata Kerja Sekretariat Kabupaten Kutai Timur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Organisasi Tata Kerja Sekretariat Kabupaten Kutai Timur BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.. Keadaan Geografis 4.. Keadaan Demografis 4.. Organisasi Tata Kerja Sekretariat Kabupaten Kutai Timur 4..4 Keadaan Kepegawaian Sekretariat

Lebih terperinci

PROFIL SATPOL PP KABUPATEN BINTAN TAHUN kerja daerah yang memiliki tipe A, yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan

PROFIL SATPOL PP KABUPATEN BINTAN TAHUN kerja daerah yang memiliki tipe A, yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan PROFIL SATPOL PP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014 A. Gambaran Umum. Satuan Pamong Praja Kabupaten Bintan sebagai satuan perangkat kerja daerah yang memiliki tipe A, yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan

Lebih terperinci

BAB V DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. analisis kuantitaif data penelitian. Identitas responden meliputi jenis kelamin,

BAB V DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. analisis kuantitaif data penelitian. Identitas responden meliputi jenis kelamin, 51 BAB V DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan deskripsi tentang deskripsi responden dan analisis kuantitaif data penelitian. Identitas responden meliputi jenis kelamin,

Lebih terperinci

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO: 4 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 4 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif yang bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 112 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 112 TAHUN 2016 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 112 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 19 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS SATUAN POLISI

Lebih terperinci

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI BALI PENDAHULUAN

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI BALI PENDAHULUAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI BALI PENDAHULUAN KATA PENGANTAR Dalam rangka mengantisipasi perkembangan dan dinamika kegiatan masyarakat seirama dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah,

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, - 1 - PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV. Analisa Hasil Penelitian. (karyawan yang bekerja di Kantor Cabang PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

BAB IV. Analisa Hasil Penelitian. (karyawan yang bekerja di Kantor Cabang PT Bank Mandiri (Persero) Tbk BAB IV Analisa Hasil Penelitian 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden (karyawan yang bekerja di Kantor Cabang PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Online shop atau Toko online adalah sebuah toko yang menjual barang-barang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Online shop atau Toko online adalah sebuah toko yang menjual barang-barang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian 1. Gambaran Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah produk fashion pada online shop. Online shop atau Toko online

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : bahwa dengan telah disahkan Peraturan

Lebih terperinci

3. Keterangan : 4. r = koefisien korelasi X= skor pertanyaan 5. N= jumlah observasi/responden Y= skor total b). Uji Reliabilitas

3. Keterangan : 4. r = koefisien korelasi X= skor pertanyaan 5. N= jumlah observasi/responden Y= skor total b). Uji Reliabilitas Pembangunan dalam sektor pertanian merupakan manifestasi akuntabilitas pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana Margono (2003:14) mengemukakan bahwa pertanian memiliki posisi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Bab ini akan menyajikan data data yang telah peneliti dapatkan dari para responden. Data tersebut kemudian diolah dengan bantuan program SPSS 15.0 for Windows. Hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 31 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai demografi responden penelitian. Data demografi tersebut antara lain

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAMBI

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI Menimbang :

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 53 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 53 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 53 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dr.Tjitrowardojo Purworejo didirikan pertama kali pada tahun 1915 dengan nama Zenden.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dr.Tjitrowardojo Purworejo didirikan pertama kali pada tahun 1915 dengan nama Zenden. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan RSUD Saras Husada Purworejo terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 6 Kelurahan Doplang, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, Propinsi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. uji instrumen penelitian, analisis data dan pembahasan. Statistik deskriptif data,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. uji instrumen penelitian, analisis data dan pembahasan. Statistik deskriptif data, BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab V akan membahas statistik deskriptif data, gambaran umum responden, uji instrumen penelitian, analisis data dan pembahasan. Statistik deskriptif data, gambaran umum responden,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Instansi 4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi (RSUD) Kabupaten Bogor pada awalnya merupakan Puskesmas dengan tempat perawatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (remaja). Instagram sekarang banyak sekali bermunculan akun-akun yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (remaja). Instagram sekarang banyak sekali bermunculan akun-akun yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian 1. Gambaran Obyek Penelitian Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instagram. Instagram kini menjadi market place

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Thalabul Khair

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Thalabul Khair 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Thalabul Khair Pendidikan merupakan upaya pembentukan karakter yang dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa Satuan Polisi Pamong

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUN MERANTI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 43 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.. Penyajian Data 4... Gambran Umum Butik Moshaict Surabaya Moshaict adalah butik pakaian muslim yang berada di bilangan Raden Saleh 55, Jakarta Pusat, dimiliki oleh

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. VISI DAN MISI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA 1. Pernyataan Visi Visi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana suatu organisasi harus dibawa

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BANGGAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BANGGAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BANGGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA A KERJA POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KONAWE UTARA

BUPATI KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA A KERJA POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KONAWE UTARA BUPATI KONAWE UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA A KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KONAWE UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. diperoleh dari kuesioner diolah menggunakan program SSPS 19 dengan kriteria

BAB IV HASIL PENELITIAN. diperoleh dari kuesioner diolah menggunakan program SSPS 19 dengan kriteria BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Uji Validitas Hasil perhitungan uji validitas menggunakan data 86 responden dan data yang diperoleh dari kuesioner diolah menggunakan program SSPS 19 dengan kriteria penentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 4 2013 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR UNSUR ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TAPIN

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR UNSUR ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TAPIN BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR UNSUR ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI TAPIN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA GORONTALO

PEMERINTAH KOTA GORONTALO PEMERINTAH KOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bernama M. Ng. Dwidjosewojo - Sekretaris Persatuan Guru-guru Hindia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bernama M. Ng. Dwidjosewojo - Sekretaris Persatuan Guru-guru Hindia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penetian 4.1.1 Sejarah Perusahaan AJB Bumiputera 1912 berdiri atas prakarsa seorang guru sederhana bernama M. Ng. Dwidjosewojo - Sekretaris Persatuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES LEMBARAN DAERAH NO. 9 TAHUN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES LEMBARAN DAERAH NO. 9 TAHUN 2011 PEMERINTAH KABUPATEN BREBES LEMBARAN DAERAH NO. 9 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN JEPARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG 1958 PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, INSPEKTORAT DAN LEMBAGA TEKNIS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN. Berikut ini diringkas pengiriman dan penerimaan kuesioner : Tabel 4.1. Rincian pengiriman Pengembalian Kuesioner

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN. Berikut ini diringkas pengiriman dan penerimaan kuesioner : Tabel 4.1. Rincian pengiriman Pengembalian Kuesioner BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan data yang telah disebar kepada pelanggan Alfamart dengan total 100 kuesioner yang diberikan langsung kepada para pelanggan Alfamart.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Gula Kebon Agung Malang, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Gula Kebon Agung Malang, yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Gula Kebon Agung Malang, yang bergerak dalam bidang industri gula. Perusahaan ini terletak di Kecamatan Pakisaji Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perusahaan didirikan pada tanggal 20 Maret 1958 di Jakarta. Ruang lingkup

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perusahaan didirikan pada tanggal 20 Maret 1958 di Jakarta. Ruang lingkup BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian PT Maskapai Asuransi Raya (selanjutnya disebut PT Asuransi Raya atau Perusahaan didirikan pada tanggal 20 Maret 1958 di Jakarta.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY 4.1.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Dinas Pendidikan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SIDOARJO

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 41 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 41 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Kecil dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara RI Tahun 1956 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1091) ; 3.

Kecil dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara RI Tahun 1956 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1091) ; 3. WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No Jabatan Tugas :

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No Jabatan Tugas : URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No 1. Kepala Satuan Memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Responden dalam dalam penelitian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SEMARANG DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BURU

PEMERINTAH KABUPATEN BURU PEMERINTAH KABUPATEN BURU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN BURU DENGAN

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 22, Biro Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 41 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2014 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2014 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2014 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SEMARANG DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2005 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA KANTOR KESATUAN BANGSA, PERLINDUNGAN MASYARAKAT DAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Profil Responden 4.1.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN. buah. Dari 105 kuesioner yang dikirimkan kepada seluruh

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN. buah. Dari 105 kuesioner yang dikirimkan kepada seluruh BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang merupakan bentuk integrasi dari instansi kantor wilayah departemen Koperasi

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN: WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 198 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan. Ampel yang berlokasi di di Jl. A.Yani 117 Surabaya.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan. Ampel yang berlokasi di di Jl. A.Yani 117 Surabaya. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Responden Penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Responden Penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner 48 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Penelitian Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada 34 responden, yang merupakan pengguna produk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari penyebaran kuesioner pada konsumen.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari penyebaran kuesioner pada konsumen. 56 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden 1. Tempat dan Waktu Penelitian Pada bab ini, penulis melakukan analisis secara keseluruhan mengenai pengaruh citra merek dan kepercayaan merek

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 70 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1. Karakteristik Responden Penelitian Jumlah responden dalam penelitian ini 130 orang guru dari lima sekolah, yaitu SMA Negeri 57 Jakarta,

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO 1 PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 13 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci