HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK ANAK SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI LEBIH DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN BOGOR PRATIWI RAHMA AYU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK ANAK SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI LEBIH DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN BOGOR PRATIWI RAHMA AYU"

Transkripsi

1 HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK ANAK SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI LEBIH DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN BOGOR PRATIWI RAHMA AYU DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 213

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Anak Sekolah dengan Status Gizi Lebih di Daerah Perkotaan dan Perdesaan Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 213 Pratiwi Rahma Ayu NIM I *Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

4 ABSTRAK PRATIWI RAHMA AYU. Hubungan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Anak Sekolah Dasar dengan Status Gizi Lebih di Daerah Perkotaan dan Perdesaan Bogor. Dibimbing oleh FAIZAL ANWAR dan SRI ANNA MARLIYATI. Prevalensi obesitas terus meningkat termasuk pada masa anak-anak, tidak hanya di perkotaan (1.4%) tetapi juga di perdesaan (8.1%). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik anak sekolah dasar dengan status gizi lebih di daerah perkotaan dan perdesaan Bogor. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional. Contoh merupakan 6 anak kelas 4 dan 5 di SDN Polisi 5 dan SDN Babakan Dramaga 4 yang mempunyai status gizi overweight dan obes, serta dalam keadaan sehat. Data yang diambil antara lain karakteristik anak dan keluarga, pola konsumsi serta aktivitas fisik. Rata-rata z-score (IMT/U), asupan energi, protein dan lemak di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, sedangkan asupan karbohidrat di perkotaan lebih kecil dibandingkan perdesaan. Sebagian besar aktivitas fisik di perkotaan dan perdesaan dalam kategori ringan. Pendapatan keluarga, umur orang tua serta besar uang saku anak di perkotaan lebih tinggi secara nyata dibandingkan di perdesaan (p<.5). Terdapat hubungan signifikan antara status gizi ibu (p=.4, r=.266), asupan energi (p=., r=.55), protein (p=.3, r=.381), dan lemak (p=.1, r=.426) dengan status gizi lebih pada anak. Kata kunci: pola konsumsi, aktivitas fisik, status gizi lebih. ABSTRACT PRATIWI RAHMA AYU. Pattern of Food Consumption and Physical Activity of Overweight and Obese Elementary School children in Urban and Rural Areas of Bogor. Supervised by FAIZAL ANWAR and SRI ANNA MARLIYATI. The prevalence of obesity continues to increase, including in childhood, not only in urban areas (1.4%) but also in rural areas (8.1%). The purpose of this research was to analyze the relationship between the pattern of food consumption and physical activity of elementary school children with overweight and obese status in urban and rural areas of Bogor. The research was conducted by applying a cross sectional study design. Subjects consist of 6 elementary school children of 4 th and 5 th graders in SDN Polisi 5 and SDN Babakan Dramaga 4, that had overweight and obese status, and in good health. Data was collected include child and family characteristics, patterns of consumption and physical activity. The average z-score (BMI/A), energy intake, protein intake and fat intake was higher in urban areas than in rural areas, whereas intake of carbohydrates was lower in urban than rural. The majority of physical activity in urban areas and rural were in the mild category. Family income, age of parents and children allowance of urban area were higher significantly (p<.5) than rural area. There were a significant correlation between maternal nutritional status (p=.4, r=.266), energy intake (p=., r=.55), protein intake (p=.3, r=.381), and fat intake (p=.1, r=.426) with overweight and obese status of children. Key word : consumption patterns, physical activity, overweight and obese

5 RINGKASAN PRATIWI RAHMA AYU. Hubungan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Anak Sekolah dengan Status Gizi Lebih di Daerah Perkotaan dan Perdesaan Bogor. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Faizal Anwar, MS dan Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis hubungan pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik anak sekolah dengan status gizi lebih di daerah perkotaan dan perdesaan Bogor. Tujuan khusus yaitu (1) Mengidentifikasi karakteristik keluarga dan anak sekolah dasar di perkotaan dan perdesaan Bogor, (2) Mengkaji kebiasaan makan, kebiasaan sarapan, konsumsi pangan dan aktivitas fisik anak sekolah dasar di perkotaan dan perdesaan Bogor, dan (3) Menganalisis hubungan karakteristik anak sekolah dasar, keluarga, kebiasaan makan, kebiasaan sarapan, konsumsi pangan dan aktivitas fisik anak sekolah dengan status gizi lebih. Desain studi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 213 bertempat di SDN Polisi 5 untuk perwakilan daerah perkotaan dan SDN Babakan Dramga 4 untuk daerah perdesaan. Contoh dalam penelitian ini yiatu anak kelas 4 dan 5 yang memenuhi kriteria inklusi yaitu anak usia 8-12 tahun, memiliki status gizi overweight dan obes (indeks z-score>+1), dalam keadaan sehat, bersedia mengikuti penelitian. Jumlah sampel yaitu 6 anak yang terdiri dari 3 anak dari perkotaan dan 3 anak dari perdesaan. Rata-rata umur anak di perkotaan 1.7 tahun dan anak di perdesaan 1.8 tahun. Sebagian besar anak berumur 11 tahun dengan persentase 66.6% di perkotaan dan 43.3% di perdesaan. Jumlah anak perkotaan yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 5% dan perempuan 5%, sedangkan di perdesaan jumlah lakilaki 46.7% dan perempuan 53.3%. Rata-rata uang saku anak di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan yaitu Rp dan Rp Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara umur anak di perkotaan dan perdesaan (p>.5), tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara besar uang saku anak di perkotaan dan perdesaan (p<.5). Rata-rata umur ayah dan ibu di perkotaan yaitu 45.8 dan 42 tahun sedangkan di perdesaan yaitu 4.6 dan 37.2 tahun. Tidak terdapat perbedaan antara umur ayah dan ibu di perkotaan dan perdesaan (p>.5). Sebagian besar pendidikan ayah dan ibu di perkotaan yaitu tamat perguruan tinggi, sedangkan di perdesaan yaitu tamat SMA. Sebagian besar pekerjaan ayah di perkotaan sebagai pegawai swasta (43.3%), sedangkan di perdesaan sebagai wiraswasta (4%). Baik di perkotaan dan perdesaan ibu tidak bekerja. Pendapatan keluarga perkotaan lebih besar dibandingkan perdesaan. Rata-rata pendapatan keluarga di perkotaan yaitu Rp dan di perdesaan yaitu Rp Terdapat perbedaan signifikan antara pendapatan orang tua anak di perkotaan dan perdesaan (<.5). Sebagian besar status gizi ayah di perkotaan masuk dalam kategori kegemukan (5%), sedangkan di perdesaan normal (56.7%). Status gizi ibu di perkotaan dan perdesaan sama-sama masuk dalam kategori normal yaitu 46.7% dan 48.3%. Tidak ada perbedaan antara IMT orang tua contoh di perkotaan dan perdesaan (p>.5).

6 Sebagian besar di perkotaan dan perdesaan makan 3 kali dalam sehari yaitu sama-sama 7%. Baik di perkotaan dan perdesaan sebagian besar contoh selalu sarapan yaitu 6% di perkotaan dan 66.7% di perdesaan. Terdapat 2% anak tidak terbiasa sarapan baik di perkotaan maupun perdesaan. Nasi merupakan jenis makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh anak di kedua SD. Pangan hewani yang paling banyak dikonsumsi yaitu daging ayam, telur dan ikan segar, sedangkan pangan nabati yang paling sering dikonsumsi yaitu tahu dan tempe. Sayur yang paling sering dikonsumsi oleh anak di perdesaan dan perkotaan yaitu bayam dan kangkung. Buah yang paling sering dikonsumsi pada kedua SD yaitu jeruk dan pisang. Frekuensi konsumsi susu sebagian besar yaitu <3 kali/minggu. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi konsumsi pangan di daerah perkotaan dan perdesaan (p>.5). Asupan rata-rata energi contoh di perkotaan yaitu 216±395 kkal/kap/hari sedangkan di perdesaan lebih kecil (194±352 kkal/kap/hari). Asupan rata-rata protein protein perkotaan yaitu 55.2±14.1 g/kap/hari dan di perdesaan 51.±13.2 g/kap/hari. Untuk asupan lemak di perkotaan sebesar 72.2±16.2 g/kap/hari dan perdesaan sebesar 67.2±19.3 g/kap/hari. Rata-rata asupan karbohidrat di perkotaan lebih kecil dibandingkan dengan perdesaan yaitu berturut-turut 339.±128. g/kap/hari dan 358.±169.6 g/kap/hari. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat di perkotaan dan perdesaan (p>.5). Rata-rata nilai PAL anak yaitu 1.41±.15 dengan kisaran antara 1.21 sampai Di perkotaan rata-rata nilai PAL yaitu 1.42±.16, dengan nilai PAL tertinggi 1.8 dan terendah Rata-rata nilai PAL di perdesaan lebih rendah dibandingkan dengan perkotaan yaitu 1.4±.14, dengan kisaran nilai PAL antara 1.26 sampai Aktivitas fisik contoh diukur berdasarkan PAL. Sebagian besar PAL contoh masuk dalam kategori ringan, yaitu 86.7% di perkotaan dan 96.7% di perdesaan. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik anak SD di daerah perkotaan dan perdesaan (p>.5). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p<.5) antara besar uang saku anak dengan status gizi lebih. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>.5) antara pendapatan keluarga dan status gizi ayah dengan status gizi lebih, tetapi terdapat hubungan yang signifikan (p<.5) antara status gizi ibu dengan status gizi lebih pada anak. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan (p>.5) yang signifikan antara frekuensi makan dan kebiasaan sarapan dengan status gizi lebih. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p<.5) antara asupan energi, protein dan lemak dengan status gizi lebih pada anak, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat dengan status gizi lebih. Berdasarkan uji korelasi Spearman tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>.5) antara aktivitas fisik dengan status gizi lebih.

7 HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK ANAK SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI LEBIH DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN BOGOR PRATIWI RAHMA AYU Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 213

8

9 Judul Hubungan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Anak Sekolah dengan Status Gizi Lebih di Daerah Perkotaan dan Perdesaan Bogor Nama Pratiwi Rahma Ayu NRP Disetujui oleh Prof.Dr.Ir. Faizal Anwar, MS Pembimbing I Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS Pembimbing II Tanggal Lulus: o 7 OCT 213

10 Judul Nama NIM : Hubungan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Anak Sekolah dengan Status Gizi Lebih di Daerah Perkotaan dan Perdesaan Bogor : Pratiwi Rahma Ayu : I Disetujui oleh Prof. Dr. Ir. Faizal Anwar, MS Pembimbing I Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Ir. Budi Setiawan, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia menghadapi masalah gizi terutama gizi kurang pada anak-anak, tetapi di sisi lain dihadapkan dengan adanya masalah gizi lebih yang terjadi pada masyarakat termasuk pada anak usia sekolah. Berbagai data menunjukan kecenderungan prevalensi obes yang terus meningkat setiap tahunnya baik di negara maju maupun negara berkembang (Akhmadi 29). Obesitas adalah keadaan dimana terdapat penimbunan kelebihan lemak di tubuh yang berlebihan pada seseorang. Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis (Jahari 24). Obesitas pada masa anak dapat meningkatkan kejadian diabetes mellitus (DM) tipe 2. Selain itu juga berisiko untuk menjadi obesitas pada saat dewasa dan berpotensi mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa serta penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain. Obesitas pada anak usia 6-7 tahun juga dapat menurunkan tingkat kecerdasan karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun dan cenderung malas akibat kelebihan berat badan (Sjarif 24). Berdasarkan data hasil laporan World Health Organization (WHO) prevalensi kelebihan berat badan dan obes tahun 198 sampai 25 di kalangan anak-anak usia sekolah telah mengalami peningkatan hampir disetiap negara (Wang 26). Prevalensi berat badan lebih dan obes anak di dunia pada tahun 199 yaitu sebesar 4.2% meningkat menjadi 6.7% pada tahun 21. Di Afrika prevalensi berat badan lebih dan obes pada anak tahun 21 yaitu 8.5% (Onis et al. 21). Penelitian di Cina, kurang lebih 1% anak sekolah mengalami obesitas, sedangkan di Jepang prevalensi obes pada anak umur 6-14 tahun berkisar antara 5 sampai 11% (Rosita et al. 211). Prevalensi berat badan lebih di Indonesia pada anak laki-laki usia 6-14 tahun sebesar 9.5% dan perempuan 6.4% (Riskesdas 27). Hasil RISKESDAS tahun 21 menunjukan prevalensi overweight dan obesitas pada anak sekolah (6-12 tahun) sebesar 9.2%. Sejak tahun 197 hingga 21, kejadian obesitas meningkat dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun dan usia tahun, bahkan meningkat tiga kali lipat pada usia 6-11 tahun (Mexitalia et al. 25). Dewasa ini obesitas mengalami pergeseran, awalnya obesitas cenderung dikaitkan dengan masyarakat perkotaan namun sekarang obesitas juga dialami oleh masyarakat perdesaan. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 27 prevalensi berat badan lebih anak perempuan diperkotaan lebih tinggi (1.6%) dibandingkan daerah perdesaan (8.8%), begitu pula untuk anak laki-laki di daerah perkotaan lebih tinggi (7.1%) dibandingkan daerah perdesaan (6.%). Pada data RISKESDAS 21 prevalensi berat badan lebih di daerah perkotaan juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan yaitu 1.4% dan 8.1%. Hasil yang sama ditunjukan pada survey di 36 negara berkembang menyebutkan obesitas banyak terjadi di daerah urban (51%) daripada di daerah rural (38%) (Mendez et al. 25).

12 2 Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa pola konsumsi pangan berpengaruh pada kejadian obes. Aktivitas fisik yang kurang juga terbukti berbeda signifikan antara anak obesitas dan anak tidak obesitas (Suryaputra dan Nadhiroh 212). Dengan berbagai pertimbangan yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik pada anak sekolah dengan status gizi lebih di daerah perkotaan dan perdesaan Bogor. Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik anak sekolah dengan status gizi lebih di daerah perkotaan dan perdesaan Bogor. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga dan anak sekolah dengan status gizi lebih di daerah perkotaan dan perdesaan Bogor 2. Mengkaji frekuensi makan dan kebiasaan sarapan anak sekolah dengan status gizi lebih di daerah perkotaan dan perdesaan Bogor 3. Mengkaji konsumsi pangan anak sekolah dengan status gizi lebih di daerah perkotaan dan perdesaan Bogor 4. Mengkaji aktifitas fisik anak sekolah dengan status gizi lebih di daerah perkotaan dan perdesaan Bogor 5. Menganalisis hubungan antara frekuensi makan, kebiasaan sarapan, konsumsi pangan dan aktivitas fisik anak sekolah dengan status gizi lebih di daerah perkotaan dan perdesaan Bogor Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian Hubungan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Anak Sekolah dengan Status Gizi Lebih di Daerah Perkotaan dan Perdesaan Bogor yaitu diharapkan dapat menyediakan masukan bagi institusi pendidikan yang bersangkutan terutama siswa, guru dan orang tua mengenai keterkaitan antara pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik pada anak sekolah dengan kejadian obesitas. Dengan demikian dapat dijadikan pertimbangan bagi orang tua, pendidik serta pengambil kebijakan dalam upaya membimbing dan meningkatkan keberhasilan belajar siswa Sekolah Dasar.

13 3 KERANGKA PEMIKIRAN Obesitas kini dinyatakan oleh World Health Organization (WHO) sebagai epidemik global, serta menjadi suatu masalah kesehatan yang harus ditangani karena prevalensi yang terus meningkat setiap tahun baik di perkotaan maupun perdesaan. Penelitian membuktikan bahwa pola konsumsi pangan berpengaruh terhadap kejadian obesitas (Suryaputra dan Nadhiroh 212). Kegemukan atau obesitas dapat terjadi karena adanya keseimbangan energi yang positif. Keseimbangan energi positif ini disebabkan oleh pemasukan energi melalui konsumsi pangan yang lebih besar dibandingkan pengguanaan energi untuk aktivitas fisik. Pola konsumsi pangan meliputi frekuensi makan, kebiasaan sarapan dan konsumsi pangan dapat mempengaruhi asupan energi yang masuk. Sehingga jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik maka dapat menyebabkan penumpukan energi yang kemungkinan terjadi kegemukan (Suryaalamsyah 29). Asupan energi dan zat gizi lain dipengaruhi oleh karakteristik anak itu sendiri antara lain umur, jenis kelamin dan besar uang saku. Selain karakteristik anak, karakteristik orang tua misalnya umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan juga dapat mempengaruhi jumlah konsumsi pangan pada anak. Karakteristik orang tua atau keluarga juga dapat mempengaruhi pada karakteristik anak. Aktivitas fisik merupakan salah satu penentu penting dalam peningkatan berat badan, karena kondisi yang inaktif dapat menimbulkan kejadian gizi lebih. Obesitas lebih berpotensi pada orang dengan aktivitas fisik ringan (Saraswati 212). Faktor keturunan berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan energi. Bila kedua orang tua tidak gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 9%. Bila salah satu orang tua gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 41-51%, sedangkan apabila kedua orang tua gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk sebesar 66-8%. Karakteristik anak: Umur Jenis kelamin Besar uang saku Karakteristik keluarga: Umur orang tua Pekerjaan orang tua Pendapatan keluarga Pendidikan orang tua BB dan TB Pola konsumsi pangan Aktivitas fisik Status gizi lebih (overweight dan obesitas) Genetik Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan pola konsumsi pangan dan aktivitas fisik anak sekolah dengan status gizi lebih di perkotaan dan perdesaan Bogor

14 4 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian ini yaitu cross sectional. Penelitian dilakukan di satu Sekolah Dasar (SD) daerah perkotaan dan satu Sekolah Dasar (SD) daerah perdesaan, yaitu SDN Polisi 5 untuk mewakili perkotaan Bogor dan SDN Babakan Dramaga 4 mewakili perdesaan Bogor. Pemilihan SD dilakukan secara purposive dengan pertimbangan peluang untuk memperoleh anak obes cukup banyak dengan melakukan survey terhadap beberapa SD sebelum menentukan tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 213. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Contoh adalah siswa kelas 4 dan 5 di SDN Polisi 5 dan SDN Babakan Dramaga 4 yang memenuhi kriteria inklusi. Pemilihan anak kelas 4 dan 5 dilakukan dengan pertimbangan bahwa anak kelas 4 dan 5 sudah dapat diajak berkomunikasi dengan baik, mengerti tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner, relatif lancar membaca dan menulis sehingga pengisian food record tidak bermasalah. Sementara kelas 6 tidak diijinkan mengikuti penelitian karena sedang dalam persiapan ujian nasional. Kriteria inklusi contoh yaitu: 1) Usia 8-12 tahun, 2) memiliki status gizi overweight (z-score +1 SD sampai +2 SD) dan obes (z-score +2 SD) berdasarkan indikator IMT/U, 3) dalam keadaan sehat, 4) bersedia mengikuti penelitian. Penentuan jumlah contoh minimal yang diambil berdasarkan perhitungan rumus cross sectional (estimasi proporsi) menurut Dahlan (21) yaitu : / Keterangan : n = jumlah sampel / = tingkat kepercayaan 95% (1.96) p = prevalensi berat lebih Jawa Barat 8.5% (Riskesdas 21) q = 1-p d = toleransi estimasi 1% Berdasarkan perhitungan didapatkan hasil jumlah minimal contoh adalah sebesar 29.8 dan dibulatkan menjadi 3. Proses penarikan contoh di kedua SD dapat dilihat pada Gambar 2.

15 5 Perkotaan (SDN Polisi 5) Perdesaan (SDN Babakan Dramaga 4) Kelas 4 & 5 (N =11) Kelas 4 & 5 (N =24) Overweight dan Obes (N= 4) Screening Kriteria inklusi Overweight dan Obes (N= 44) 38 contoh 35 contoh Data tidak lengkap 3 contoh 33 anak Acak 3 contoh 3 contoh Gambar 2 Proses penarikan contoh Sebelum penarikan contoh, peneliti melakukan screening terlebih dahulu pada seluruh anak kelas 4 dan 5 di kedua SD. Didapatkan 4 anak dari 11 anak (39.6%) yang mempunyai status gizi lebih (overweight dan obes) pada SDN Polisi 5. Di SDN Babakan Dramaga 4 jumlah kelas 4 dan 5 adalah sebanyak 24 anak dan ditemukan 44 anak (21.5%) yang mempunyai status gizi lebih. Dari anak yang mempunyai status gizi lebih tersebut diambil anak yang memenuhi kriteria inklusi yaitu 38 contoh dari SDN Polisi 5 dan 35 contoh dari SDN Babakan Dramaga 4. Setelah dilakukan penelitian, terdapat 8 contoh dari SDN Polisi 5 dan 2 contoh dari SDN Babakan Dramaga 4 yang mempunyai data tidak lengkap (data karakteristik orang tua dan food record). Pada SDN Polisi 5 lebih banyak contoh yang memiliki data tidak lengkap dikarenakan pada saat penelitian bertepatan dengan class meeting sehingga terdapat beberapa anak yang tidak masuk. Untuk menyamakan jumlah contoh di kedua SD maka contoh yang diambil yaitu sebanyak 3 contoh di SDN Polisi 5 dan 3 contoh. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, besar uang saku), data karakteristik keluarga (umur orang tua, status gizi orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua), data status gizi, pola konsumsi pangan (frekuensi makan, kebiasaan sarapan, konsumsi pangan), dan aktivitas fisik contoh. Adapun data sekunder meliputi gambaran umum sekolah, jumlah kelas, jumlah siswa, jumlah guru dan fasilitas sekolah.

16 6 Pengumpulan data karakteristik contoh meliputi umur, jenis kelamin dan besar uang saku dilakukan dengan pengamatan langsung serta wawancara menggunakan alat bantu kuesioner. Data berat badan diperoleh dari pengukuran langsung dibantu dengan alat timbangan injak (bukan digital) kapasitas 13 kg dengan ketelitian.5 kg dan tinggi badan menggunakan alat microtoise kapasitas 2 cm ketelitian.1 cm. Data karakteristik keluarga diperoleh dari pengisian kuesioner oleh ibu atau orang tua contoh yang dikirim melalui contoh setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti. Data status gizi contoh diukur berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) yang ditentukan dengan perbandingan berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m 2 ) berdasarkan umur masing-masing contoh menggunakan software WHO Anthroplus 27. Data pola konsumsi pangan meliputi frekuensi makan, kebiasaan sarapan dan frekuensi pangan diperoleh dengan wawancara langsung oleh peneliti menggunakan kuesioner dan Food Frequencies Questionaires (FFQ). Data asupan pangan diperoleh dengan pengisian kuesioner food record 2x24 jam pada hari sekolah dan hari libur yang diisi oleh contoh setelah mendapat penjelasan dari peneliti. Data aktivitas fisik diperoleh menggunakan kuesioner recall 2x24jam pada hari sekolah dan hari libur dengan wawancara menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh peneliti. Kuesioner karakteristik keluarga yang digunakan merujuk pada Pramudita (211) dan dimodifikasi dengan menambahkan beberapa variabel oleh peneliti. Keadaan umum sekolah diperoleh dengan melihat laporan tahunan sekolah. Jenis variabel serta alat dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Variabel, jenis data dan alat serta cara pengumpulan data No Variabel Jenis Data Alat dan Cara pengumpulan data 1 Karakteristik contoh - Umur, jenis kelamin, jumlah uang saku - Berat badan Data primer - Tinggi badan 2 Karakteristik keluarga - Umur orang tua - Pekerjaan orang tua - Pendidikan orang tua - Pendapatan keluarga - Status gizi orang tua 3 Pola konsumsi pangan - Kebiasaan makan - Kebiasaan sarapan - Konsumsi pangan Data primer - Kuesioner dengan cara wawancara - timbangan injak dengan pengukuran langsung - microtoise dengan pengukuran langsung Kuesioner dengan cara pengisian langsung oleh orang tua contoh - Kuesioner dengan wawancara Data primer - FFQ dengan wawancara - Food Record dengan pengisian langsung oleh contoh 4 Aktivitas fisik Data primer Recall dengan wawancara langsung 5 Keadaan umum sekolah Data sekunder Laporan taunan sekolah dengan wawancara pada pihak sekolah

17 7 Pengolahan dan Analisis Data Proses pengolahan meliputi editing, coding, entry, cleaning dan analisis. Proses editing adalah pemeriksaan seluruh kuesioner setelah data terkumpul. Proses coding yaitu pemberian angka atau kode sehingga memudahkan dalam memasukan data ke komputer. Entry adalah memasukan data jawaban kuesioner sesuai kode yang telah ditentukan untuk masing-masing variabel sehingga menjadi satu data dasar. Cleaning adalah melakukan pengecekan kembali terhadap isian data. Data tinggi badan dan berat badan orang tua digunakan untuk mengetahui status gizi orang tua berdasarkan IMT. Hasil yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan Depkes (24) menjadi underweight (IMT 18,5), normal (IMT: ), overweight (IMT: ), obes (IMT>3). Pendidikan orang tua dikelompokan berdasarkan pendidikan terakhir orang tua meliputi tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat Perguruan Tinggi. Pendapatan keluarga yaitu besarnya penghasilan keluarga baik dari ayah, ibu maupun anggota keluarga lainnya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dikelompokkan menjadi rendah, cukup, tinggi dan sangat tinggi. Data status gizi contoh diperoleh dengan menggunakan indeks massa tubuh berdasarkan umur (IMT/U) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 27. Pengkategorian variable dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian No Variabel Kategori Acuan 1. Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan Rendah : < Rp 4.5 Uang saku 2. Sedang : Rp 4.6 Rp 14.9 (Rupiah/hari) 3. Tinggi : > Rp Umur Orang Tua tahun tahun WNPG Pendidikan orang tua - Ayah - Ibu Pekerjaan orang tua - Ayah - Ibu Penghasilan keluarga (Rupiah/bulan) 3. 5 tahun 1. Tidak tamat SD/Sederajat 2. Tamat SD/Sederajat 3. Tamat SMP/Sederajat 4. Tamat SMA/Sederajat 5. Tamat Perguruan Tinggi/Sederajat 1. Tidak bekerja 2. PNS 3. ABRI/POLRI 4. Pegawai Swasta 5. Wiraswasta 6. Petani/ nelayan/ Buruh 7. Lainnya,. 1. Rendah : < Cukup : Tinggi : Sangat tinggi : > 4.. Depkes 21 Depkes 21 BPS 21

18 8 Tabel 2 Jenis Variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian No Variabel Kategori Acuan 1. Underweight (IMT 18,5) 6 4. Obes (IMT >3) Status Gizi orang tua 2. Normal (IMT: ) (IMT) 3. Overweight (IMT: ) Depkes Sangat kurus : z-score < -3 SD 7 2. Kurus : -3 SD z -score -2 SD Status gizi anak Kemenkes 3. Normal : -2 SD < z-score < +1 SD (IMT/U) Gemuk : +1 SD < z-score < +2 SD 5. Obes : z-score +2 SD 8 Kebiasaan sarapan Kontribusi Lemak terhadap AKE Kontribusi Karbohidrat terhadap AKE Tingkat kecukupan energi Tingkat Kecukupan Protein Aktivitas fisik (Nilai PAL) Frekuensi konsumsi kelompok pangan 1. Tidak pernah 2. Jarang : 1-3 kali/minggu 3. Sering : 4-7 kali/minggu 1. Kurang (<45%) 2. Normal (45-65%) 3. Lebih (>65%) 1. Kurang (<25%) 2. Normal (25-35%) 3. Lebih (>35%) 1. Defisit tingkat berat : <7% AKE 2. Defisit tingkat sedang : 7-79% AKE 3. Kurang : 8-89%AKE 4. Cukup : 9-119% AKE 5. Lebih : 12% AKE 1. Defisit tingkat berat : <7% AKP 2. Defisit tingkat sedang : 7-79% AKP 3. Kurang : 8-89%AKP 4. Cukup : 9-119% AKP 5. Lebih : 12% AKP 1. Ringan : Sedang : Berat : Rendah : Sedang : Tinggi : Darmayanti 21 IOM 25 IOM 25 Depkes 1996 Depkes 1996 FAO 21 Marliyati et al. 28 Data kebiasaan konsumsi pangan diperoleh dari frekuensi konsumsi pangan yang dihitung dengan cara memberikan skor menurut metode Mely G. Tan (197) diacu dalam Marliyati et al. (28) yaitu skor =tidak pernah mengkonsumsi, skor 1=konsumsi kurang dari 1 kali/minggu (jarang), skor 1=konsumsi kurang dari 3 kali/minggu (1-2 kali/minggu), skor 15=konsumsi 3 kali/minggu, skor 25=konsumsi 1 kali sehari (4-6 kali/minggu), dan skor 5=konsumsi lebih dari satu kali setiap hari. Kemudian hasil pemberian skor dikonversikan ke dalam bentuk (-1) dengan menggunakan rumus :

19 9 X Skor Minimum Y Skor Maksimum Skor Minimum x 1% Keterangan : Y : Persentase skor frekuensi konsumsi tiap kelompok pangan contoh X : Skor frekuensi konsumsi tiap kelompok pangan yang di peroleh contoh Menurut Slamet (1993), diacu dalam Marliyati et al. (28) untuk memperoleh gambaran yang lebih baik tentang skor frekuensi konsumsi pangan, maka total skor yang diperoleh dibagi menjadi tiga kelompok (rendah, sedang, dan tinggi). Semakin sering dikonsumsi maka semakin tinggi skor yang diberikan. Data konsumsi pangan berupa jenis dan berat makanan dalam gram/urt dikonversi ke dalam nilai gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) sehingga dapat diketahui kandungan gizi masing-masing bahan makanan. Kemudian dilakukan perhitungan tingkat kecukupan gizi untuk energi dan protein. Adapun rumus yang digunkanan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikomsumsi adalah : KGij = (Bj/1) x Gij x (BDDj/1) Keterangan: KGij = penjumlahan zat gizi I dari setiap bahan makanan/pangan yang dikonsumsi Bj = Berat bahan makanan j (gram) Gij = kandungan zat gizi I dari bahan makanan j BDDj = % bahan makanan j yang dapat dimakan Pengukuran tingkat kecukupan energi dan protein merupakan tahap lanjutan dari perhitungan konsumsi pangan. Tingkat kecukupan konsumsi didapat dari persentase konsumsi aktual anak terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan WNPG tahun 24. Secara umum tingkat kecukupan zat gizi dapat dirumuskan sebagai berikut : TKGi = (Ki/AKGi) x 1% Keterangan: TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i AKGi = Kecukupan zat gizi I yang dianjurkan Ki = konsumsi zat gizi Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis aktivitas yang dilakukan contoh dan lama waktu melakukan aktivitas fisik dalam sehari. FAO (21) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi. Berdasarkan FAO (21), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal/kap/hari) per kilogram berat badan dalam 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut : PAR x alokasi waktu tiap aktivitas PAL 24 jam Keterangan : PAL PAR : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik) : Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

20 1 Tabel 3 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik Physical Activity Aktivitas Ratio/satuan waktu Tidur(Siang Dan Malam) 1 Tidur-Tiduran, Duduk Diam, Membaca 1.2 Duduk Sambil Menonton TV 1.72 Mandi Dan Berpakaian 2.3 Berdiri Diam, Beribadah, Menunggu (Berdiri), Berhias 1.5 Berkendaraan Di Mobil/Bus/Angkutan 1.2 Makan Minum 1.6 Jalan Santai 2.5 Berbelanja (Membawa Beban) 5 Mengendarai Kendaraan 2.4 Menjaga Anak 2.5 Melakukan Perkerjaan RT 2.75 Setrika Pakaian ( Duduk) 1.7 Kegiatan Berkebun 2.7 Office Worker (Duduk didepanmeja, Menulis, mengetik) 1.3 Office Worker (Berjalan, Membawa Arsip) 1.6 Olahraga (Badminton) 4.85 Olahraga (Jogging, Lari Jarak Jauh) 6.5 Olahraga (Bersepeda) 3.6 Olahraga (Aerobic, Berenang, Sepak Bola, dll) 7.5 Kegiatan Dilakukan Dengan Duduk 1.5 Kegiatan Ringan 1.4 Memasak 2.1 Sumber: FAO/WHO/UNU. Human Energy Requirements. WHO Technical Report Series, no Geneva: World Helath Organization; 21.3 Tabel 4 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL Kategori Nilai PAL Ringan Sedang Berat Sumber: FAO/WHO/UNU. Human Energy Requirements. WHO Technical Report Series, no Geneva: World Helath Organization; 21.3 Untuk pengolahan dan analisis data, digunakan program Microsoft Excell dan Statistical Package for Sosial Science (SPSS) versi 18. for Windows. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai karakteristik anak SD (umur, jenis kelamin dan uang saku) dan karakteristik keluarga ( umur orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, status gizi orang tua). Analisis statistik inferensia menggunakan uji Kolmogorov smirnov, independent sample t-test, uji Mann-Whitney, uji korelasi Pearson, dan uji korelasi Spearman. Uji normalitas data menggunakan kolmogorov smirnov, uji beda variabel antar kelompok contoh menggunakan uji independent sample t-test dan uji Mann-Whitney. Uji korelasi Pearson dan Spearman digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, pola konsumsi pangan, dan aktivitas fisik dengan status gizi lebih pada anak.

21 11 Definisi Operasional Anak Sekolah adalah anak yang menjalani pendidikan sekolah yang terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor yang berusia 8-12 tahun. Contoh adalah siswa sekolah dasar kelas 4 dan 5 yang memiliki status gizi overweight dan obes di SDN Polisi 5 dan SDN Babakan Dramaga 4 pada tahun ajaran 213 yang diukur berdasarkan indikator IMT/U. Karakteristik contoh adalah data yang berisi tentang jenis kelamin, umur, besar uang saku contoh yang diambil melalui teknik wawancara dibantu dengan formulir kuesioner. Karakteristik keluarga adalah kondisi keluarga contoh yang meliputi umur orang tua, status gizi orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan keluarga dan pekerjaan orang tua contoh, diambil dengan pengisian kuesioner oleh orang tua yang dititipkan melalui contoh. Status gizi contoh adalah keadaan tubuh contoh diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan yang diukur langsung secara antropometri menggunakan indikator Indeks Massa Tubuh/ Umur (IMT/U). Status gizi keluarga contoh adalah keadaan tubuh contoh diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan berdasarkan antropometri menggunakan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT) diperoleh dari pengisian kuesioner. Pekerjaan Orang Tua adalah jenis kegiatan yang dimiliki orang tua sebagai tumpuan untuk mendapatkan uang dikategorikan menjadi Tidak bekerja, PNS, ABRI/POLRI, Pegawai Swasta, Wiraswasta, Petani/ nelayan/ Buruh dan Lainnya, diperoleh dari pengisian kuesioner. Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditempuh dari ayah dan ibu contoh dikategotikan menjadi tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat Perguruan Tinggi diperoleh dari pengisian kuesioner. Pendapatan keluarga adalah besarnya penghasilan keluarga yang diperoleh baik dari ayah, ibu maupun anggota keluarga lain yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dikategorikan menjadi rendah, cukup, tinggi dan sangat tinggi. Frekuensi makan adalah jumlah makan besar yang dilakukan oleh contoh. Dibagi menjad 3 kelompok yaitu 2 kali/hari, 3 kali/hari, dan lebih dari 3 kali/hari. Kebiasaan sarapan adalah kegiatan sarapan atau makan pagi mulai dari bagun tidur sampai pukul 1. yang dilakukan rutin meliputi frekuensi diambil dengan menggunakan pengisian kuesioner. Konsumsi pangan adalah total konsumsi makanan contoh yang mencangkup energi, karbohidrat, lemak dan protein diukur dengan pengisian kuesioner food record dan dikategorikan menjadi kurang, normal dan lebih. Aktivitas fisik adalah adalah setiap pergerakan tubuh yang mengakibatkan pengeluaran energi. Diukur dengan menggunakan kuesioner aktivitas fisik, yang meliputi jenis dan lama kegiatan sekarang selama 24 jam dikategorikan menjadi ringan, sedang dan berat.

22 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah SDN Polisi 5 Sekolah Dasar Negeri Polisi 5 merupakan perwakilan SD dari daerah perkotaan. SD ini mempunyai status akreditasi A dan terletak di jalan Polisi 1 no 7 Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Bangunan sekolah terbagi menjadi tiga lantai, dan terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang perpustakaan, ruang komputer, sembilan ruang kelas, ruang guru, ruang kesenian, ruang tata usaha, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), ruang IPA, mushola, WC guru dan WC siswa. SDN Polisi 5 juga memiliki satu kantin yang menjual berbagai jenis makanan mulai dari makanan ringan, makanan kemasan, gorengan dan minuman berkemasan. Di sekitar sekolah terdapat beberapa penjual kaki lima yang menjual berbagai makanan. Tenaga pengajar di SDN Polisi 5 terdiri dari guru tetap dan tenaga honorer sekolah yang berjumlah 25 orang, guru dengan pendidikan S2 sebanyak 2 orang, S1 sebanyak 15 orang, D2 sebanyak 4 orang, pegawai tata usaha dengan pendidikan SMA sebanyak 3 orang dan Sekolah Dasar sebanyak 1 orang sebagai penjaga sekolah. Pada tahun ajaran 212/213 SDN Polis 5 memiliki 62 siswa yang terdiri dari 81 siswa kelas 1, 19 siswa kelas 2, 83 siswa kelas 3, 111 siswa kelas 4, 99 siswa kelas 5 dan 119 siswa kelas 6. Jumlah siswa dalam masingmasing tingkat kelas dibagi menjadi 3 kelas yaitu kelas A, B dan C. Kegiatan mengajar dilakukan pada hari senin sampai sabtu. SDN Babakan Dramaga 4 SD dari daerah perdesaan diwakili oleh SDN Babakan Dramaga 4 yang merupakan sekolah negeri dengan status akreditasi A. SD ini terletak di Jalan Raya Sawah Baru no 121 Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Bangunan sekolah terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang perpustakaan, sembilan ruang kelas, mushola, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), lapangan olah raga, WC, kebun dan kantin yang menjual berbagai makanan dan minuman. SDN Babakan Dramaga 4 juga dikelilingi oleh pedagang kaki lima yang menjual berbagai makanan serta minuman. Tenaga pengajar di SDN Babakan Dramaga 4 terdiri dari guru tetap dan tenaga honorer sekolah yang berjumlah 24 orang, sebanyak 14 orang guru berpendidikan S1, D2 sebanyak 5 orang sedangkan pegawai tata usaha dengan pendidikan SMA sebanyak 3 orang, SMP sebanyak 1 orang dan Sekolah Dasar sebanyak 1 orang sebagai penjaga sekolah. Jumlah keseluruhan siswa sebanyak 625 anak yang terdiri dari 15 siswa kelas 1, 113 siswa kelas 2, 18 siswa kelas 3, 94 siswa kelas 4, 98 siswa kelas 5 dan 13 siswa kelas 6. Setiap tingkat kelas dibagi menjadi 3 kelas yaitu A, B dan C.

23 13 Karakteristik Keluarga Umur Orang Tua Umur orang tua berkisar antara tahun. Baik rata-rata umur ayah maupun ibu di perkotaan lebih tua dibandingkan perdesaan. Umur ayah di perkotaan berkisar antara tahun dengan rata-rata 45.8±7. tahun. Kisaran umur ayah di perdesaan yaitu tahun dengan rata-rata 4.6±6. tahun. Umur ibu di perkotaan berkisar antara tahun dengan rata-rata 42±4.7 tahun, sedangkan kisaran umur ibu di perdesaan yaitu antara tahun dengan ratarata umur ibu 37.2±6.3 tahun. Baik umur ayah maupun ibu di perkotaan lebih tua secara signifikan (p<.5) dibandingkan dengan umur ayah dan ibu di perdesaan. Hasil uji dapat dilihat pada Lampiran 3. Sebagian besar umur ayah di perkotaan maupun perdesaan berkisar antara 3-49 tahun yaitu 73.3% dan 93.3%. Sama halnya dengan umur ayah, sebagian besar umur ibu di kedua SD juga berkisar antara 3-49 tahun dengan jumlah berturut-turut 93.3% dan 9%. Sebaran orang tua menurut umur dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran orang tua berdasarkan umur Perkotaan Perdesaan Total p-value Umur Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu n % n % n % n % n % n % Ayah Ibu <29 tahun tahun >5tahun Total Rata-rata±SD 45.8±7. 42.± ± ± ± ± Pendidikan Orang Tua Pada Tabel 6 terlihat bahwa persentase terbesar pendidikan ayah dan ibu di perkotaan yaitu 7% dan 53.3% adalah tamat perguruan tinggi. Sementara di perdesaan, persentase terbesar pendidikan ayah dan ibu yaitu 43.3% dan 4% adalah tamat SMA. Pada daerah perdesaan terdapat ibu yang mempunyai pendidikan tidak tamat SD dan tamat SD, tetapi pada daerah perkotaan tidak ditemukan ibu maupun ayah yang berpendidikan tidak tamat SD maupun tamat SD saja. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara pendidikan orang tua baik ayah maupun ibu di daerah perkotaan dan perdesaan (p<.5). Orang tua di perkotaan mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, pendidikan yang tinggi memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sehingga pendapatan yang diperoleh juga akan lebih tinggi. Selain itu, orang yang mempunyai pendidikan tinggi lebih mudah menerima informasi mengenai ilmu pengetahuan termasuk ilmu gizi, untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang salah satunya yaitu pola konsumsi pangan yang baik. Menurut Suhardjo (1996) tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola

24 14 asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan dan status gizi. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung memilih makanan yang murah tetapi kandungan gizinya tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik. Hal ini berlanjut dapat berdampak pada status gizi anak yang lebih baik. Pendidikan Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Tabel 6 Sebaran orang tua berdasarkan pendidikan Perkotaan Perdesaan Total Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu n % n % n % n % n % n % Total Pekerjaan Orang Tua Jenis pekerjaan orang tua di perkotaan dan perdesaan cukup bervariasi. Persentase terbesar pekerjaan ayah di perkotaan yaitu 43.3% sebagai pegawai swasta, sedangkan di perdesaan persentase terbesar (4%) pekerjaan ayah yaitu sebagai wiraswasta. Persentase terbesar pekerjaan ibu pada kedua SD adalah tidak bekerja (ibu rumah tangga) yaitu sebesar 5% dan 73.3%. Tingkat pendidikan akan berhubungan dengan jenis pekerjaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak semakin besar (Engel et al. 1994; Suryaalamsyah 21). Selain itu, jenis pekerjaan akan mempengaruhi pendapatan seseorang. Tingkat pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Sebaran orang tua berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 7. Pekerjaan Tidak bekerja PNS ABRI/POLRI Pegawai swasta Wiraswasta Petani/buruh Lainnya.. Tabel 7 Sebaran orang tua berdasarkan pekerjaan Perkotaan Perdesaan Total Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu n % n % n % n % n % n % Jumlah Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga di perkotaan berkisar antara Rp 1.5. sampai Rp 1.5./bulan dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 5.94.± Pada perdesaan rata-rata pendapatan keluarga lebih kecil yaitu Rp ± dengan kisaran pendapatan antara Rp 44. sampai Rp 13../bulan.

25 15 Pendapatan keluarga perkotaan sebagian besar (56.7%) masuk dalam kategori sangat tinggi, sedangkan di perdesaan persentase terbesar (43.3%) masuk dalam kategori tinggi. Pada perdesaan ditemukan keluarga dengan pendapatan rendah yaitu sebesar 13.3%, pada perkotaan pendapatan terendah masuk dalam kategori cukup yaitu 6.7% (Tabel 8). Hasil t-test menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan keluarga di perkotaan dan perdesaan (p<.5). Hasil uji dapat dilihat pada Lampiran 3. Tingkat pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap konsumsi energi keluarga. Pendapatan keluarga yang tinggi memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai pendapatan lebih rendah (Madanijah 24). Tabel 8 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan Kategori Perkotaan Perdesaan Total Pendapatan n % n % n % p-value Rendah Cukup Tinggi Sangat tinggi Jumlah Rata-rata±SD 5.94.± ± ± Status Gizi Orang Tua Status gizi orang tua dihitung untuk mengetahui faktor genetik atau parental fatness dari anak. Rata-rata IMT ayah di perkotaan yaitu 25.±3.1 kg/m 2 dengan kisaran IMT antara kg/m 2, sedangkan rata-rata IMT ayah di perdesaan yaitu 23.8±3.2 kg/m 2 dengan kisaran antara kg/m 2. IMT ibu di perkotaan berkisar antara kg/m 2 dengan rata-rata sebesar 26.2±3.4 kg/m 2, sedangkan kisaran IMT ibu di perdesaan adalah kg/m 2 dengan ratarata sebesar 24.9±2.5 kg/m 2. Sebaran orang tua berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran orang tua berdasarkan status gizi Perkotaan Perdesaan Total P- Status Gizi n % n % n % Value Kurus IMT Normal Ayah Overweight Obes Jumlah Rata-rata±SD 25.± ± ±3..79 IMT Ibu Kurus Normal Overweight Obes Jumlah Rata-rata±SD 23.8± ± ±3..19

26 16 Sebagian besar ayah di perkotaan mempunyai status gizi overweight (5%), sedangkan di perdesaan mempunyai status gizi normal (5%). Status gizi ibu di perkotaan dan perdesaan sebagian besar masuk dalam kategori normal yaitu 47.7% dan 5%. Hasil t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara IMT orang tua di perkotaan dan perdesaan (p>.5). Meskipun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara status gizi orang tua di perkotaan dan perdesaan, namun baik ayah maupun ibu di perkotaan yang mempunyai status gizi obes lebih banyak dibandingkan di perdesaan. Status gizi obes ayah di perkotaan sebesar 6.7% dan di perdesaan hanya 3.3%. Sedangkan di perkotaan ibu yang mempunyai status gizi obes sebesar 16.7% dan di perdesaan tidak terdapat ibu yang memiliki status gizi obes. Hasil ini diduga menjadi salah satu penyebab lebih tingginya prevalensi obes di perkotaan dibandingkan di perdesaan. Tingginya angka obesitas pada orang tua yang memiliki anak obes dipercaya bahwa faktor genetik menjadi faktor yang cukup penting. Penelitian telah menunjukan 6-7% remaja obes mempunyai salah satu atau kedua orang tua yang juga obes. 4 remaja obes mempunyai saudara kandung yang obes juga (Pipes et al. 1993). Karakteristik Anak Umur Anak Anak SD pada penelitian ini berumur antara 8-12 tahun. Kisaran umur anak di perkotaan yaitu 8-12 tahun, sedangkan di perdesaan antara 1-12 tahun. Rata-rata umur anak di perkotaan yaitu 1.7±.8 tahun dan di perdesaan 1.8±.7 tahun. Anak yang berumur 11 tahun pada perkotaan yaitu sebanyak 66.6% dan di perdesaan yaitu 443.3% (Tabel 1). Hasil uji Mann-Whitney tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan umur anak antar kedua SD (p>.5). Hasil uji dapat dilihat pada Lampiran 2. Umur 8 tahun 9 tahun 1 tahun 11 tahun 12 tahun Tabel 1 Sebaran anak menurut umur Perkotaan Perdesaan Total p- n % n % n % value Jumlah Rata-rata±SD 1.7±.8 1.8±.7 1.8± Jenis Kelamin Sebaran anak menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 11. Persentase anak laki-laki dan perempuan pada perkotaan masing-masing adalah 5%, sedangkan di perdesaan persentase perempuan (53.3%), yakni lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.

27 17 Jenis Kelamin Tabel 11 Sebaran anak menurut jenis kelamin Perkotaan Perdesaan Total n % n % n % Laki-Laki Perempuan Jumlah Uang Saku Uang saku adalah bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan kepada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan harian, mingguan ataupun bulanan. Besar uang saku yang dimiliki seseorang akan berpengaruh terhadap daya beli terhadap pangan (Napitu 1994). Besar uang saku anak di perkotaan berkisar antara Rp dengan rata-rata Rp 12.8 ± per hari. Pada perdesaan besar uang saku anak berkisar antara Rp dengan rata-rata Rp 7.1 ± per hari. Sebagian besar uang saku anak di kedua SD masuk dalam kategori sedang yaitu 6% di perkotaan dan 93.3% di perdesaan (Tabel 12). Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan rata-rata uang saku anak di perkotaan lebih tinggi secara signifikan dibandingkan di perdesaan (p<.5). Hasil uji dapat dilihat pada Lampiran 2. Sebagaimana terlihat pada Tabel 12 sebaran anak dengan uang saku lebih dari Rp 15., per hari di perkotaan lebih banyak dibandingkan perdesaan yaitu masing-masing 4% dan 3.3%. Hasil ini diduga berkaitan dengan besarnya pendapatan keluarga di perkotaan yang signifikan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (Tabel 8). Tabel 12 Sebaran anak menurut besar uang saku Kategori Uang Saku Perkotaan Perdesaan Total n % n % n % p-value Rendah ( < 4.4) Sedang ( ) Tinggi ( > 15.) Total Rata-rata±SD 12.8 ± ± ±5.32. Status Gizi Status gizi adalah tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan (Depkes 1996). Penilaian status gizi pada penelitian ini yaitu menggunakan indikator IMT/U. Hasil penilaian status gizi di SD perkotaan dan perdesaan menunjukkan sebesar 27.5% anak sekolah dalam kategori status gizi lebih (overweight dan obes). Hasil ini tidak berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwiriyani et al. (21) pada 13 anak di 1 SD Bogor yaitu sebesar 22.3% anak mempunyai status gizi lebih. Pada SD perkotaan prevalensi gizi lebih yaitu 39.6% dengan persentase anak yang overweight 35% dan anak obes 65%. Prevalensi gizi lebih di daerah perdesaan lebih kecil dibandingkan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Case Study.Penelitian ini dilakukan di SDN Pasanggrahan 2, Desa Cilangohar, Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta.Pengambilan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Hubungan Persepsi tentang Kegemukan dengan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Institut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Penentuan lokasi SDN Kebon Kopi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study dengan metode observasional. Penelitian dilaksanakan di Polres Kota Cimahi. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional ~t~tdy dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di SD Bina Insani Bogor, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang) 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional study. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara, pengisian kuesioner dan recall

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n =

METODE PENELITIAN. n = 24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu yang tidak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK (Nutrition Knowledge, Physical Activity, Snack Consumption and

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh 16 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study dimana pengumpulan data dilakukan pada satu waktu untuk menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 35 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah studi observasional cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi. distribusi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat 24 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel independen

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 16 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik yang menggambarkan sistem penyelenggaraan makan dan preferensi para atlet terhadap menu makanan yang disajikan.

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian menggunakan rancangan penelitian kuantitatif pendekatan analitik dengan menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 0 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey yang dilakukan di lingkungan SMPN 5 Bogor yang berlokasi di Jalan Dadali no 10A Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Melihat tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dan faktor-faktor lainnya dengan status lemak tubuh pada pramusaji di Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survei melalui pendekatan Cross-sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000) Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya Variabel 1 Kategori Karakteristik contoh : Umur anak Uang saku per hari Sosial ekonomi keluarga Pendidikan orang tua (Ayah dan Ibu) 9-1 1 tahun < Rp

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah di dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan sejak tahun 2008 sebanyak 2,8 juta penduduk meninggal setiap tahun terkait overweight

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 17 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pengaruh pola penggunaan jejaring sosial terhadap motivasi dan alokasi waktu belajar siswa SMPN 1 Dramaga, menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

KUESIONER DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KUESIONER DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR LAMPIRAN 59 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR KEBIASAAN SARAPAN, AKTIVITAS FISIK, DAN STATUS GIZI MAHASISWA MAYOR ILMU

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional 37 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi penelitian ini terdiri dari 3 Puskesmas yaitu Kadudampit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sekolah SDN Kebon Kopi 2 adalah sekolah yang berada di jalan Kebon Kopi Rt.04/09 kelurahan Kebon Kelapa terletak di Kota Bogor Kecamatan Bogor Tengah. Berdiri pada

Lebih terperinci

ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR DIAN TIRTA ANNISA

ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR DIAN TIRTA ANNISA ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI DAN SERAT SERTA AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR DIAN TIRTA ANNISA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN SARAPAN PAGI, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI PAPANDAYAN BOGOR FEBRIYENI AGUS

ANALISIS HUBUNGAN SARAPAN PAGI, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI PAPANDAYAN BOGOR FEBRIYENI AGUS ANALISIS HUBUNGAN SARAPAN PAGI, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI PAPANDAYAN BOGOR FEBRIYENI AGUS DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita 17 KERANGKA PEMIKIRAN Masa balita merupakan periode emas, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal, terlebih lagi pada periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak.

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Lebih terperinci

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu karakteristik sosial ekonomi yang meliputi jenis kelamin, umur dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini merupakan explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan dua atau lebih variabel yang akan diteliti. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluasi dengan studi cross sectional. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive yakni Desa Ciparigi

Lebih terperinci