KAJIAN TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAPAIAN SISWA BIDANG MATEMATIKA MENGGUNAKAN PEMODELAN MULTILEVEL MURWATI WIDIASTUTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAPAIAN SISWA BIDANG MATEMATIKA MENGGUNAKAN PEMODELAN MULTILEVEL MURWATI WIDIASTUTI"

Transkripsi

1 KAJIAN TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAPAIAN SISWA BIDANG MATEMATIKA MENGGUNAKAN PEMODELAN MULTILEVEL MURWATI WIDIASTUTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Siswa Bidang Matematika Menggunakan Pemodelan Multilevel adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar Pustaka pada bagian akhir tesis ini. Bogor, Juli 2011 Murwati Widiastuti NRP. G

3 iii ABSTRACT Murwati widiastuti. Analysis of Faktors Influence Student s Mathematic Achievement Using Multilevel Modelling. Under direction of Aunuddin and Hari Wijayanto. Linear regression models used to describe relationship between dependent variable and independent variables. In a educational research, data was used often have hierarchical structure or nested structure. In this research, independent variables can be defined at level of the hierarchy (School and student) but dependent variable can only be defined at the lowest level of the hierarchy (student). Multilevel regression models with random intercept was used. Variables that significantly influence to student s mathematics achievement at 1-level are: belonging of calculator, mathematics is more difficult than for many classmates, and learning mathematics will help in daily life. School factor also influence to student s mathematics achievement. Variables that significantly influence to student s mathematics achievement are at 2-level is: percentage of students come from economically disadvantaged homes. Explained variance at student s level is 0.59%, and at schools level is 1,57%. The correlation intra-class is 55.17% Keywords: Hierarchy Data, Nested, Multilevel Model.Deviance

4 iv RINGKASAN Murwati Widiastuti. Kajian Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Siswa Bidang Matematika Menggunakan Pemodelan Multilevel. Dibimbing oleh Aunuddin dan Hari Wijayanto. Penelitian di bidang pendidikan sering menggunakan multi stage. Populasi dalam penelitian bidang pendidikan terdiri dari sekolah-sekolah dan siswa yang berada di dalamnya. Struktur data merupakan data yang berhirarki dengan peubah pada masing-masing level. Struktur data yang berhirarki inilah yang membedakan antara model regresi dengan model multilevel. Prosedur penarikan contoh terdiri dari 2 tahap: pertama mengambil contoh sekolah, dan kedua mengambil contoh siswa dalam masing-masing sekolah terpilih. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa tersarang/nested dalam sekolah. Analisis multilevel modeling merupakan salah satu solusi pemodelan yang dapat digunakan untuk menganalisis peubah-peubah yang ada dalam hubungannya dengan pencapaian siswa bidang matematika dan sains yang tersarang pada peubah sekolah. Dalam penelitian ini, struktur data terdiri dari 2 level: Level 1 adalah siswa dan level 2 adalah sekolah. Peubah tak bebas/respon diambil dari siswa yang merupakan data capaian nilai matematika. Peubah bebas pada level siswa adalah: Jenis kelamin, Siswa mempunyai kalkulator, Persepsi matematika lebih sulit dibanding pelajaran yang lain, Siswa menikmati belajar matematika, Matematika membantu dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan peubah bebas pada level sekolah adalah: Kelompok persentase siswa yang berasal dari ekonomi lemah, Tingkat kepuasan guru dalam mengajar, Tingkat harapan guru terhadap pencapaian siswa. Model regresi multilevel yang digunakan dalam penelitian ini adalah model multilevel dengan intersep acak. Faktor sekolah mempunyai pengaruh yang nyata terhadap nilai capaian matematika siswa. Persentase siswa yang berasal dari kelompok ekonomi lemah memberikan pengaruh yang negatif terhadap capaian nilai matematika siswa. Selain itu siswa yang memiliki kalkulator juga memiliki nilai capaian matematika

5 v yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kalkulator. Peubah Siswa yang memandang bahwa matematika itu sulit dibandingkan dengan pelajaran lain juga berpengaruh nyata yang berarti bahwasemakin siswa memandang bahwa matematika itu mudah, maka nilai capaian matematikanya juga semakin tinggi. Peubah belajar matematika akan membantu dalam kehidupan sehari-hari mempunyai pengaruh nyata terhadap nilai capaian matematika siswa akan tetapi nilainya negatif yang artinya ketika siswa berpandangan bahwa matematika tidak membantu dalam kehidupan seharihari maka nilai capaian matematikanya akan rendah. Keragaman yang dapat dijelaskan oleh peubah sekolah sebesar 1,57% sedangkan keragaman yang dapat dijelaskan oleh peubah siswa sebesar 0.59% yang berarti masih banyak peubah lain yang mempengaruhi nilai capaian siswa yang tidak terdapat dalam model. Korelasi intraclass sebesar 55,17 yang berarti terdapat korelasi antara 2 siswa dalam satu sekolah sebesar 55.17% Kata Kunci: Data berhirarki, model multilevel, Deviance

6 vi Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantunkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 vii KAJIAN TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAPAIAN SISWA BIDANG MATEMATIKA MENGGUNAKAN PEMODELAN MULTILEVEL MURWATI WIDIASTUTI Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Statistika SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. I Made Sumertajaya, MS. viii

9 ix Judul Tesis : Kajian Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Siswa Bidang Matematika Menggunakan Pemodelan Multilevel Nama Mahasiswa : Murwati Widiastuti Nomor Pokok : G Program Studi : Statistika Disetujui, Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Aunuddin, M.Sc Ketua Dr. Ir. Hari Wijayanto, MS Anggota Diketahui, Ketua Program Studi Statisika Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. Ir. Erfiani, M.Si. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr. Tanggal Ujian : 29 Juli 2011 Tanggal Lulus :

10 x PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan ridho-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian tesis yang berjudul Kajian Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Siswa Bidang Matematika Menggunakan Pemodelan Multilevel ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Prof. Dr. Aunuddin, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir Hari Wijayanto, M.S yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulis menyusun penelitian ini. Rasa terima kasih yang setulus-tulusnya juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir Bastari, Bapak Syamsul Hadi dan Bapak Bertho Tantular atas izinnya penulis dapat mempergunakan data hasil penelitian TIMSS 2007 ini serta package Software R. Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir Erfiani, M.Si yang tak henti-hentinya memberikan dorongan semangat, Bapak Dr. Ir Made Sumertajaya, M.S, Ibu Ir. Indahwati, M.Si. Tak lupa penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Bapak dan Ibu, Bapak dan Mamah, Ayah dan Dzikri serta seluruh keluarga besar yang tak henti-hentinya mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis. Kepada Bapak Slamet, Fitri, Mbak Ika, Mas Epa, Dik Retno dan Dik Lili penulis sampaikan terima kasih atas bantuan dan sarannya. Semoga semua kebaikan dan bantuannya yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan atau imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Amin. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2011 Penulis

11 xi RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 28 September 1980 dari ayah Sukirman dan Ibu Mugiyati. Penulis merupakan putri kelima dari lima bersaudara. Penulis menikah dengan Ade Wahyu Jumartdiawan dan telah dikaruniai satu orang putra yakni Muhammad Dzikri Ammarullah. Tahun 1999 penulis lulus dari SMA N 2 Yogyakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) di Institut Pertanian Bogor Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada tahun 2005 melanjutkan pendidikan ke Program Studi Magister Statistika Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis bekerja di Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal sejak tahun 2006.

12 xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 TIMSS Analisis Multilevel Modeling... 4 Koefisien Determinasi... 7 Metode Pendugaan... 7 Pengujian Hipotesis... 8 Membandingkan Model... 8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi... 9 BAHAN DAN METODE Bahan/Data Metode Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Koefisien Korelasi Intraclass Koefisien Determinasi Pada Setiap Level KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 30

13 xiii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan jenis kelamin Tabel 2 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan kepemilikan kalkulator Tabel 3 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan persepsi matematika sulit Tabel 4 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan kenikmatan dalam belajar matematika Tabel 5 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan persepsi matematika akan membantu dalam kehidupan sehari-hari Tabel 6 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan persentase siswa yang berasal dari ekonomi lemah Tabel 7 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan tingkat kepuasan guru mengajar Tabel 8 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan harapan guru terhadap capaian siswa Tabel 9 Hasil Analisis Model Regresi Linier Tabel 10 Hasil Analisis Model Intersep Acak Tabel 11 Hasil Analisis Model Koefisien Acak Tabel 12 Hasil ANOVA untuk kedua model Tabel 13 Hasil Pendugaan Nilai Ragam tanpa Peubah Bebas Tabel 14 Hasil Pendugaan Ragam Model Intersep Acak... 25

14 xiv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Boxplot capaian siswa berdasarkan jenis kelamin Gambar 2 Boxplot capaian siswa berdasarkan kepemilikan kalkulator Gambar 3 Boxplot capaian siswa berdasarkan persepsi bahwa matematika sulit Gambar 4 Boxplot capaian siswa berdasarkan kenikmatan dalam belajar matematika Gambar 5 Boxplot capaian siswa berdasarkan persepsi matematika akan membantu dalam kehidupan sehari-hari Gambar 6 Boxplot capaian siswa berdasarkan persentase siswa yang berasal dari ekonomi lemah Gambar 7 Boxplot capaian siswa berdasarkan tingkat kepuasan guru mengajar Gambar 8 Boxplot capaian siswa berdasarkan harapan guru terhadap capaian siswa

15 xv DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Contoh Struktur data untuk analisis regresi multilevel Lampiran 2 Prosedur Analisis Data Multilevel (2 level) dengan Software -R Lampiran 3 Uji Kenormalan Data Lampiran 4 Uji Kebebasan antar peubah bebas pada level Lampiran 5 Uji Kebebasan antar peubah bebas pada level

16 PENDAHULUAN Latar Belakang Berbagai penelitian bidang pendidikan baik itu skala nasional maupun internasional telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh sebuah lembaga penelitian internasional yang bergerak dibidang evaluasi pendidikan yakni IEA (International Association for The Evaluation Educatioanl Achievement). IEA melakukan penelitian TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) di 59 negara di dunia dengan 8 negara (negara bagian/regional) sebagai pembanding. TIMSS menyediakan informasi tentang pencapaian bidang matematika dan sains pada siswa kelas 4 dan 8 dalam hubungannya dengan kurikulum dan pendekatan instruksional yang digunakan. Dengan demikian negara yang menjadi objek penelitian dapat mengetahui kelemahannya sehingga dapat memperbaiki sistem belajar-mengajar yang selama ini berlangsung. Proses pengumpulan data TIMSS dilakukan dalam 2 tahap. Sampling frame pada tahap pertama terdiri atas sekolah sebagai strata dan tahap kedua terdiri dari kelas sebagai cluster/gerombol. Kuesioner sebagai instrumen pengumpul data juga terbagi menjadi 4 tipe/jenis yakni: 1. Kuesioner tentang kurikulum yang diperoleh dari instansi pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional 2. Kuesioner tentang sekolah yang diperoleh dari sekolah terpilih 3. Kuesioner tentang guru yang diperoleh dari guru-guru di sekolah terpilih 4. Kuesioner tentang siswa yang diperoleh dari siswa pada kelas di sekolah terpilih. Jika memperhatikan jenis kuesioner seperti di atas, maka dapat dilihat bahwa peubah-peubah yang terkait dengan siswa dan guru tersarang (nested) pada sekolah. Pada tipe data yang tersarang tidak dapat dilakukan dengan pemodelan biasa. Model regresi biasa akan cenderung melanggar asumsi homogenitas ragam dikarenakan Analisis dengan menggunakan pemodelan biasa akan memberikan hasil analisis sekaligus interpretasi yang kurang tepat. Analisis dengan 1

17 2 menggunakan pemodelan biasa akan memberikan hasil analisis sekaligus interpretasi yang kurang tepat. Analisis multilevel modeling merupakan salah satu solusi pemodelan yang dapat digunakan untuk menganalisis peubah-peubah yang ada dalam hubungannya dengan pencapaian siswa bidang matematika dan sains yang tersarang pada peubah sekolah. Pencapaian siswa diduga berhubungan erat dengan kemampuan siswa itu sendiri dan juga sekolah. Data NAEP tahun 2003 menunjukkan bahwa sekolah swasta lebih unggul dibandingkan dengan sekolah negeri dalam hal pencapaian siswa bidang matematika, akan tetapi hasil tersebut menjadi berbeda ketika faktor demografi sekolah dimasukkan ke dalam pemodelan (Lubienski and Lubienski, 2006). Faktor latar belakang social-ekonomi siswa juga berpengaruh terhadap pencapaian siswa (Saha, 1992). Selain faktor tersebut di atas, faktor internal dari siswa itu sendiri juga berpengaruh terhadap prestasi siswa. Faktor internal yang dimaksud antara lain Persepsi, minat, bakat dan sikap (Hadi, 2010). Semua faktorfaktor tersebut di atas sebaiknya dimodelkan dengan data siswa tersarang dalam sekolah. Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini mencoba mengkaji faktorfaktor yang berpengaruh terhadap pencapaian siswa khususnya pada bidang matematika dengan menggunakan analisis multilevel modeling. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian siswa khususnya di bidang matematika dengan menggunakan pemodelan multilevel. Faktor-faktor yang dimaksud yakni faktor sekolah dan siswa. 2

18 3 TINJAUAN PUSTAKA TIMSS 2007 TIMSS ( Trends in Mathematics and Science Study) merupakan penelitian yang dilakukan oleh IEA (International Association for the Evaluation of Educational Achievement) yang bertujuan untuk membantu negara-negara yang menjadi objek penelitian membuat keputusan dalam melakukan tindakan/kebijakan untuk memperbaiki proses/sistem belajar-mengajar terutama dalam bidang matematika dan sains. TIMSS merupakan penelitian yang bersifat periodik. Penelitian ini dilakukan setiap 4 tahun sekali yang dimulai pada tahun 1995, 1999, 2003, 2007 dan rencananya akan dilakukan pada tahun 2011 ini (Mullis et al, 2008). Objek penelitian ini ada 4 yakni: Instansi pemerintah, sekolah, guru, dan siswa kelas 4 SD/MI dan kelas 8 SMP/MTs. Indonesia termasuk sebagai partisipan penelitian sejak tahun 1999 pada siswa kelas 8, sedangkan pada siswa kelas 4 sampai dengan tahun 2007 belum diikutsertakan dalam penelitian TIMSS. TIMSS pada tahun 2007 melibatkan 59 negara di dunia dengan 8 negara (negara bagian/regional) sebagai pembanding dimana masingmasing negara terdapat 150 sekolah yang menjadi sampel penelitian. Pada TIMSS 2007 data dikumpulkan pada akhir tahun ajaran dimana untuk negara-negara yang tahun ajarannya berakhir pada bulan Desember maka data dikumpulkan pada bulan Oktober atau November 2006, sedangkan untuk negara-negara yang tahun ajarannya berakhir pada bulan Juni, maka data dikumpulkan pada bulan April, Mei atau Juni Adapun teknik sampling yang digunakan terdiri dari 2 tahap. Stratified Random Sampling digunakan pada tahap pertama dengan sekolah sebagai strata dan cluster Random Sampling tahap kedua dengan kelas sebagai cluster/gerombol (Mullis and Martin, 2008). 3

19 4 Analisis Multilevel Modeling Penelitian di bidang pendidikan sering menggunakan multi stage. Populasi dalam penelitian bidang pendidikan terdiri dari sekolah-sekolah dan siswa yang berada di dalamnya. Struktur data merupakan data yang berhirarki dengan peubah pada masing-masing level. Struktur data yang berhirarki inilah yang membedakan antara model regresi dengan model multilevel. Prosedur penarikan contoh terdiri dari 2 tahap: pertama mengambil contoh sekolah, dan kedua mengambil contoh siswa dalam masing-masing sekolah terpilih. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa tersarang/nested dalam sekolah. Analisis yang dilakukan terhadap tipe data seperti ini jika tidak menggunakan analisis multilevel akan memberikan interpretasi dan analisis statistik yang keliru. Disamping itu analisis statistik yang dihasilkan akan menaikkan salah jenis tipe I dalam pengujian hipotesis (Tabachnick & Fidel, 2007). Model multilevel mempunyai beberapa asumsi dan batasan-batasan, dimana beberapa diantaranya sama dengan asumsi pada regresi linier. Model multilevel mempunyai asumsi kenormalan dan linearitas. Pengecekan asumsi ini dapat dilihat dari analisis terhadap residual (Hox, 2002). Tidak seperti pada regresi linier, model multilevel tidak mensyaratkan kebebasan antar galat pada masingmasing level/tingkat. Model multilevel juga mengijinkan adanya interaksi antar peubah dalam level yang berbeda atau dengan kata lain adanya interaksi/korelasi peubah dari level yang lebih tinggi dengan peubah dari level yang lebih rendah tidak menjadi masalah. Akan tetapi kebebasan antar peubah dalam satu level tetap menjadi asumsi dasar yang harus dipenuhi, jika tidak akan menyebabkan multikolinearitas (Hox, 2002). Multilevel modeling merupakan alat analisis yang paling akurat dan fleksibel dalam menguji data yang berhirarki (Goldstein dalam Thomas, 2005). Model multilevel terdiri dari 2 yaitu: model regresi multilevel dan model multilevel untuk struktur kovarian. Model regresi multilevel pada dasarnya merupakan model regresi berganda multilevel. Model regresi multilevel mengasumsikan gugus data yang berhirarki dengan satu peubah tak bebas pada level terendah dan peubah bebas di setiap levelnya. Misalnya data diambil dari sekolah j dengan banyaknya data yang diambil dari masing-masing sekolah 4

20 5 sebanyak N j, peubah tak bebas diambil dari siswa (Y) dengan peubah bebas pada level siswa (X) dan peubah bebas pada level sekolah (Z), maka model persamaan regresi pada masing-masing sekolah adalah sebagai berikut: Y ij =β 0j + β 1j X ij + e ij (1) Persamaan di atas merupakan model level 1, dimana j menyatakan sekolah (j=1,2,...j) dan i menyatakan siswa (i=1,2,...n j ), Y ij merupakan respon siswa ke-i di sekolah j, β 0j merupakan intersep sekolah ke-j, β 1j adalah koefisien regresi sekolah ke-j dan e ij adalah galat/sisaan. Sekilas persamaan di atas seperti persamaan regresi biasa. Perbedaannya terletak pada koefisien intersep dan slope dimana pada regresi biasa koefisien intersep dan slope nilainya sama untuk semua, sedangkan pada regresi multi level koefisien intersep dan slope berbeda untuk masing-masing sekolah (Hox, 2002). Asumsi pada model regresi berganda dimana e ij menyebar normal (0,σ 2 j ) sedangkan pada model regresi multilevel mengasumsikan galat pada semua sekolah sama dan dilambangkan dengan σ 2. Langkah selanjutnya dari model regresi berhirarki adalah memprediksi ragam dari koefisien regresi β j (koefisien regresi dari masing-masing sekolah) dengan memasukkan peubah bebas/penjelas (Z) ke dalam level sekolah (level 2) sebagai berikut: β 0j =γ 00 + γ 01 Z j + u 0j (2) dan β 1j =γ 10 + γ 11 Z j + u 1j (3) dengan memasukkan β 0j dan β 1j ke dalam model level 1 maka persamaannya menjadi Y ij = γ 00 + γ 01 Z j + u 0j + (γ 10 + γ 11 Z j + u 1j ) X ij + e ij (4) atau Y ij = γ 00 + γ 10 X ij +γ 01 Z j + γ 11 Z j X ij + u 1j X ij +u 0j + e ij (5) Z j X ij pada persamaan di atas menggambarkan adanya interaksi antara peubah bebas pada level 1 (siswa) dan level 2 (sekolah). 5

21 6 Secara umum jika terdapat p peubah bebas (X=X 1, X 2,... X p ) pada level 1 dan q peubah pada level 2 (Z=Z 1, Z 2,... Z q ) maka persamaan model regresi 2 level menjadi (Hox, 1995) Y ij = (γ 00 + γ p0 X pij +γ 0q Z qj + γ pq Z qj X pij )+( u pj X pij +u 0j + e ij ) (6) γ 00 + γ p0 X pij +γ 0q Z qj + γ pq Z qj X pij disebut dengan fixed effect sedangkan u pj X pij +u 0j + e ij disebut dengan random effect, sehingga secara umum model regresi multilevel merupakan model campuran (mixed model) (Hox, 2002). Null Model Salah satu alasan menggunakan regresi multilevel karena karakteristik individu dalam satu sekolah/level hampir sama bila dibandingkan dengan sekolah/level lain. Hal ini merupakan penyimpangan terhadap asumsi kebebasan antar individu dalam regresi biasa. Korelasi antara 2 individu/siswa yang secara acak terpilih sebagai contoh dalam sekolah yang sama disebut dengan intraclass correlation( ρ) dengan 2 u0 j, (7) 2 u0 j 2 eij semakin besar nilai ρ menunjukkan semakin tinggi korelasi antar individu sehingga analisis regresi biasa tidak bisa dilakukan dan diperlukan analisis regresi multi level. Null model adalah model regresi yang hanya terdiri dari intersep saja tanpa memasukkan pengaruh peubah bebas. Null model pada level 1 (siswa) dapat dituliskan sebagai berikut: Y ij 0 j e (8) dimana j menyatakan sekolah (j=1,2,...j) dan i menyatakan siswa (i=1,2,...n j ), Y ij merupakan respon siswa ke-i di sekolah j, β 0j merupakan intersep sekolah ke-j dan e ij adalah galat/sisaan. Sedangkan pada level 2 (level sekolah) persamaannya menjadi sebagai berikut: ij 0 j 00 u 0 j (9) 6

22 7 dimana 0 j merupakan nilai dugaan untuk rata-rata sekolah, 00 rataan umum, dan u 0 j merupakan simpangan dari rata-rata sekolah dari rataan umum. Dari null model inilah diperoleh 2 u 0 j yang merupakan keragaman antar sekolah dan 2 e ij adalah keragaman dalam satu sekolah. Sehingga dari null model inilah diperoleh intraclass correlation. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar keragaman respon dapat dijelaskan oleh peubah bebas yang terdapat dalam model. Pada model regresi multilevel koefisiem determinasi didefinisikan di setiap level (siswa dan sekolah). Adapun formula untuk koefisien determinasi (R 2 ) adalah sebagai berikut: R ^ 2 ^ 2 ep 2 dan R ^ ^ 2 e0 u up 0 dengan ^ 2 e0 merupakan penduga ragam sisaan pada level 1 tanpa peubah bebas, ^ 2 ep merupakan penduga ragam sisaan pada level 1 dengan p peubah bebas, merupakan penduga ragam sisaan pada level 2 tanpa peubah bebas dan merupakan penduga ragam sisaan pada level 2 dengan p peubah bebas. ^ 2 u0 ^ 2 up Metode Pendugaan Pendugaan parameter pada regresi multi level kebanyakan dilakukan dengan menggunakan metode Maximum Likelihood (ML). Metode lain yang dapat digunakan antara lain: Generalized Least Squares (GLS), Generalized Estimating Equations (GEE), dan Metode Bayes. Metode ML merupakan metode yang paling sering digunakan dalam regresi multi level. Keuntungan metode ini adalah sifatnya yang robust terhadap pelanggaran asumsi misalnya galat yang tidak menyebar normal dan nilai dugaan yang dihasilkan juga lebih konsisten. Terdapat dua fungsi likelihood yang 7

23 8 digunakan yakni Full Maximum Likelihood (FML) dan Restricted Maximum Likelihood (RML). FML menduga koefisien regresi dan komponen ragam, sedangkan RML hanya menduga komponen ragam saja dan koefisien ragam diduga pada tahap pendugaan selanjutnya. Dalam proses pendugaan Maximum Likelihood melalui iterasi. Pada setiap proses iterasi dihitung perubahan nilai dugaan yang dihasilkan. Jika perubahan yang dihasilkan relative kecil, iterasi akan berhenti dan menghasilkan nilai dugaan yang dimaksud dengan perubahan sekecil mungkin. Pengujian Hipotesis Metode kemungkinan maksimum menghasilkan penduga dan galat baku penduga parameter untuk model regresi multilevel. Kedua besaran ini dapat digunakan untuk menguji parameter pada model regresi multilevel secara individual. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut: Untuk parameter level 1 H 0 : β kj =0 Vs H 1 : β kj 0 dengan k=1,2,3, q menyatakan banyaknya parameter pada level 1. Untuk parameter level 2 H 0 : γ lj =0 Vs H 1 : γ lj 0 dengan l=1,2,3, r menyatakan banyaknya parameter pada level 2. Adapun statistik uji yang digunakan adalah Statistik Uji Wald sebagai berikut: penduga t GalatBakupenduga Dalam hal ini t mengikuti sebaran t-student dengan derajat bebas untuk penduga parameter level 1 adalah n-q-1 dan derajat bebas untuk penduga parameter level 2 adalah j-r-1. Membandingkan Model Untuk membandingkan dua model digunakan nilai deviance (D) 8

24 9 0 D 2log 1 dimana 0 merupakan fungsi kemungkinan dibawah H 0, dan 1 merupakan fungsi kemungkinan di bawah H 1. Semakin kecil nilai deviance menunjukkan model sebaik baik. Selain menggunakan Deviance, ukuran lain yang dapat digunakan adalah Akaike s Information Criteria (AIC) dan Bayesian Information Criteria (BIC) dimana AIC=d+2q, BIC=d+qlog(n) dengan d adalah deviance dan q adalah banyaknya parameter. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Secara umum prestasi belajar seorang siswa dipengaruhi oleh dua hal yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam siswa yang secara garis besar meliputi faktor yang bersifat fisik dan bersifat psikis. Kondisi jasmani seperti cacat tubuh, kondisi kesehatan merupakan faktor yang bersifat fisik, sedangkan faktor yang bersifat psikis antara lain perhatian, bakat dan minat, motivasi, serta tingkat kecerdasan. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi faktor keluarga dan lingkungannya/masyarakat serta faktor sekolah. Faktor yang berkaitan dengan keluarga misalnya tingkat sosial ekonomi, pola asuh, hubungan orangtua dan anak, serta harapan orang tua terhadap pendidikan anaknya, sedangkan faktor yang berkaitan dengan lingkungan sekolah antara lain: pola hubungan antar teman, karakteristik guru, pola hubungan guru dan siswa serta fasilitas/sarana dan prasarana yang dimiliki dan digunakan siswa, baik di rumah maupun di sekolah. Kedua faktor tersebut di atas, baik internal maupun eksternal sebagian ada yang langsung mempengaruhi, tetapi ada juga yang secara tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar. Terdapat serangkaian mekanisme yang berkaitan satu sama lain sebelum berpengaruh terhadap prestasi (Singgih dalam Suseno, 1993). 9

25 10 BAHAN DAN METODE Bahan/Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2007 sebagai bagian dari penelitian TIMSS internasional sebanyak 150 sekolah dengan melibatkan siswa. Adapun faktor-faktor yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Peubah tak bebas/respon Y : Rata-rata nilai matematika siswa Rata-rata nilai matematika siswa merupakan rata-rata capaian siswa dibidang numerik, geometri, aljabar, data dan peluang Peubah bebas pada level 1 (siswa) X 1 : Jenis kelamin siswa (1=Perempuan, 0=laki-laki) X 2 : Siswa mempunyai kalkulator (1=Ya, 0=Tidak) X 3 : Persepsi matematika lebih sulit dibanding pelajaran yang lain (1=Sangat Setuju, 2=Agak Setuju, 3=Agak tidak Setuju, 4=Sangat Tidak Setuju) X 4 : Siswa menikmati belajar matematika (1=Sangat Setuju, 2=Agak Setuju, 3=Agak tidak Setuju, 4=Sangat Tidak Setuju) X 5 : Matematika membantu dalam kehidupan sehari-hari (1=Sangat Setuju, 2=Agak Setuju, 3=Agak tidak Setuju, 4=Sangat Tidak Setuju) Peubah bebas pada level 2 (sekolah) Z 1 : Kelompok persentase siswa yang berasal dari ekonomi lemah (1=0-10%, 2=11-25%, 3=26-50%, 4=lebih dari 50%) Z 2 : Tingkat kepuasan guru dalam mengajar (1=Sangat Tinggi, 2=Tinggi, 3=Sedang, 4=Rendah, 5=Sangat Rendah) Z 3 : Tingkat harapan guru terhadap pencapaian siswa (1=Sangat Tinggi, 2=Tinggi, 3=Sedang, 4=Rendah, 5=Sangat Rendah) 10

26 11 Metode Penelitian Metode analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis regresi multilevel. Adapun tahapan analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis secara deskriptif data siswa dan sekolah untuk melihat pola secara umum 2. Melakukan analisis regresi linier sebagai pembanding. Pada analisis regresi linier ini hanya peubah bebas pada level siswa (level 1) saja yang digunakan tanpa memperhatikan peubah bebas pada level sekolah. Adapun persamaan umum untuk model regresi linier adalah sebagai berikut: Yij = β 0j + β 1 X 1 ij + β 2 X 2 ij + β 3 X 3 ij + β 4 X 4 ij + β 5 X 5 ij +eij 3. Membuat regresi multi level dengan model intersep acak. Model intersep acak adalah model dengan intersep merupakan komponen acak sedangkan slope merupakan komponen tetap. Model ini berguna untuk melihat pengaruh sekolah terhadap capaian siswa. Pada model ini peubah bebas pada level sekolah juga diikutsertakan dalam model. Adapun model umum persamaan regresi multilevel dengan intersep acak adalah sebagai berikut: Yij = β 0j + β 1 X 1 ij + β 2 X 2 ij + β 3 X 3 ij + β 4 X 4 ij + β 5 X 5 ij +eij dengan 4. Membuat regresi multilevel dengan model koefisien acak. Pada model koefisien acak pengaruh sekolah diperhatikan. Demikian juga peubah bebas pada level sekolah juga diikutsertakan serta memperhatikan adanya interaksi antar peubah bebas pada level siswa dan sekolah. Pada model multilevel dengan koefisien acak ini pengaruh sekolah ditambahkan pada peubah. siswa menikmati belajar matematika (X 4 ). Peubah siswa menikmati belajar matematika dipilih dengan alasan bahwa siswa dalam belajar matematika berhubungan erat dengan situasi dan kondisi disekitarnya salah satunya adalah sekolah. Adapun model umum persamaan regresi multilevel dengan koefisien acak adalah sebagai berikut: Yij = β 0j + β 1 X 1 ij + β 2 X 2 ij + β 3 X 3 ij + β 4 X 4 ij + β 5 X 5 ij +eij dengan 0 j 00 01Z1 j 02Z2 j 03Z3 j u0 j 0 j 00 01Z1 j 02Z2 j 03Z3 j u0 j dan 11

27 12 4 j 40 41Z1 j 42Z2 j 43Z3 j u0 j 5. Membandingkan model yang diperoleh berdasarkan Deviance masingmasing model. Model dengan deviance paling kecil menunjukkan model yang paling baik. 12

28 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Dekriptif Analisis deskripsi merupakan teknik eksplorasi data untuk melihat pola data secara umum. Dari data TIMSS 2007 rata-rata capaian matematika siswa Indonesia sebesar 405. Dengan menggunakan Item Response Theory (IRT) TIMSS mendapatkan rataan internasional untuk capaian siswa bidang matematika sebesar 500 dengan simpangan baku 100. Hal tersebut menunjukkan bahwa ratarata capaian siswa Indonesia di bidang matematika masih jauh berada dibawah rata-rata dari 49 negara partisipan pada siswa kelas 8. Jika dilihat distribusinya berdasarkan gender, pada tingkat internasional perempuan mempunyai capaian matematika yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Demikian juga untuk Indonesia, rata-rata capaian matematika siswa perempuan lebih tinggi yakni sebesar 407 dengan proporsi responden sebanyak 51,8% bila dibandingkan rata-rata capaian matematika siswa laki-laki sebesar 403 dengan proporsi responden sebanyak 48,2%. Jika dilihat dari rentang nilainya, rentang nilai siswa perempuan lebih lebar dibanding siswa laki. (Tabel 1). Capaian nilai matematika dari 50% siswa laki-laki berada dalam rentang [348;457] sedangkan capaian nilai matematika siswa perempuan berada dalam rentang [355;462]. Hal ini menunjukkan meskipun rata-rata capaian siswa perempuan lebih tinggi dibanding siswa laki-laki namun keragaman nilai perempuan lebih besar pula bila dibanding keragaman nilai siswa laki-laki. Dari angka tersebut mengindikasikan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap capaian matematika siswa (Tabel 1 dan Gambar 1). Tabel 1 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan jenis kelamin Variable x1 N Mean Median Min Max Q1 Q3 Y Laki-laki (0) Perempuan (1)

29 Y x1 1 Gambar 1 Boxplot capaian siswa berdasarkan jenis kelamin Selain ditinjau dari segi jenis kelamin, capaian matematika juga dapat dilihat dari kepemilikan kalkulator. Hal tersebut dapat dilihat dari Gambar 2 dan Tabel 2 berikut. Sebagian besar siswa (77,49%) mempunyai kalkulator. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara siswa yang memiliki kalkulator dengan yang tidak memiliki kalkulator. Siswa yang memiliki kalkulator ternyata mempunyai rata-rata nilai matematika yang juga tinggi. Sebayak 50% siswa yang memiliki kalkulator nilai capaian matematikanya berada dalam rentang [358;466] sedangkan 50% siswa yang tidak punya kalkulator mempunyai rentang nilai [331;428]. Hal ini menunjukkan bahwa kalkulator sangat membantu dalam belajar siswa. (Tabel 2 dan Gambar 2). Tabel 2 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan kepemilikan kalkulator Variable x2 N Mean Median Min Max Q1 Q3 Y Tdk Punya (0) Punya (1)

30 Y x2 1 Gambar 2 Boxplot capaian siswa berdasarkan kepemilikan kalkulator Jika ditinjau dari persepsi siswa tentang pelajaran matematika yang sulit dibandingkan dengan pelajaran lain, sebagian besar siswa memilih posisi netral yakni Agak Setuju (AS) dan Agak Tidak Setuju (ATS). Terdapat kecenderungan jika semakin siswa memiliki persepsi bahwa matematika itu mudah bila dibandingkan dengan pelajaran lain maka capaian nilai matematika juga semakin tinggi (Tabel 3 dan Gambar 3). Tabel 3 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan persepsi matematika sulit Variable x3 N Mean Median Min Max Q1 Q3 Y SS (1) AS (2) ATS (3) STS (4) Y x3 3 4 Gambar 3 Boxplot capaian siswa berdasarkan persepsi bahwa matematika sulit 15

31 16 Jika ditinjau dari siswa menikmati dalam belajar matematika, sebagian besar siswa menyatakan setuju (Sangat Setuju dan Agak Setuju). Terdapat kecenderungan jika semakin siswa menikmati dalam belajar matematika capaian nilai matematika juga semakin tinggi. Hal ini dimungkinkan karena siswa yang menikmati dalam belajar matematika akan lebih giat belajar karena siswa tersebut menyukainya (Tabel 4 dan Gambar 4). Tabel 4 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan kenikmatan dalam belajar matematika Variable x4 N Mean Median Min Max Q1 Q3 Y SS (1) AS (2) ATS (3) STS (4) Y x4 3 4 Gambar 4 Boxplot capaian siswa berdasarkan kenikmatan dalam belajar matematika Hampir sama dengan persepsi sebelumnya, terdapat kecenderungan jika semakin siswa menganggap bahwa belajar matematika akan membantu dalam kehidupan sehari-hari maka nilai capaian matematika juga semakin tinggi. Akan tetapi kecenderungan disini lebih tinggi dibandingkan dengan dua persepsi sebelumnya. Hal ini dimungkinkan karena siswa merasakan manfaat dari belajar matematika (Tabel 5 dan Gambar 5). 16

32 17 Tabel 5 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan persepsi matematika akan membantu dalam kehidupan sehari-hari Variable x5 N Mean Median Min Max Q1 Q3 Y SS (1) AS (2) ATS (3) STS (4) Y x5 3 4 Gambar 5 Boxplot capaian siswa berdasarkan persepsi matematika akan membantu dalam kehidupan sehari-hari Berdasarkan instrument yang ditujukan kepada sekolah, jika ditinjau dari persentse siswa sekolah tersebut yang berasal dari golongan ekonomi lemah, terdapat kecenderungan dimana semakin besar persentase siswa sekolah yang berasal dari ekonomi lemah, maka nilai capaian matematikanya akan semakin rendah (Tabel 6 dan Gambar 6). Tabel 6 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan persentase siswa yang berasal dari ekonomi lemah Variable z1 N Mean Median Min Max Q1 Q3 Y 0%-10% (1) %-25% (2) %-50% (3) >50% (4)

33 Y z1 3 4 Gambar 6 Boxplot capaian siswa berdasarkan persentase siswa yang berasal dari ekonomi lemah Dilihat dari tingkat kepuasan guru dalam mengajar, guru dengan tingkat kepuasan yang tinggi juga akan menghasilkan siswa dengan nilai capaian yang tinggi pula. Hal ini dimungkinkan bagi guru-guru yang mempunyai dedikasi tinggi terhadap pendidikan sehingga kepuasan tertinggi diperoleh ketika siswa berhasil mencapai nilai yang tinggi (Tabel 7 dan Gambar 7) Tabel 7 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan tingkat kepuasan guru mengajar Variable z2 N Mean Median Min Max Q1 Q3 Y Very High (1) High (2) Medium (3) Low (4) Y z2 3 4 Gambar 7 Boxplot capaian siswa berdasarkan tingkat kepuasan guru mengajar 18

34 19 Berbeda halnya dengan peubah tingkat kepuasan guru dalam mengajar dimana semakin tinggi tingkat kepuasan guru dalam akan berimplikais terhadap nilai capaian siswa yang juga semakin tinggi, peubah harapan guru terhadap siswa terlihat tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai capaian siswa. Dari tabel dan gambar di bawah terlihat bahwa nilai capaian siswa dimana guru mempunyai harapan yang sangat tinggi, tinggi dan medium tidak terlalu signifikan. Akan tetapi guru yang harapannya rendah terhadap siswanya, rata-rata nilai capaian siswa juga rendah (Tabel 8 dan Gambar 8) Tabel 8 Statistik deskriptif nilai matematika berdasarkan harapan guru terhadap capaian siswa Variable z3 N Mean Median Min Max Q1 Q3 Y Very High (1) High (2) Medium (3) Low (4) Y z3 3 4 Gambar 8 Boxplot capaian siswa berdasarkan harapan guru terhadap capaian siswa. Model Regresi Linier Sebagai dasar dalam membandingkan model multi level yang akan diperoleh nantinya, terlebih dahulu dilakukan analisis regresi linier. Adapun peubah bebas yang digunakan dalam analisis ini adalah peubah bebas pada level 1 (siswa) tanpa memperhatikan peubah bebas pada level sekolah (Z). Peubah yang 19

35 20 dimaksud adalah: Jenis kelamin (X1), kepemilikan kalkulator (X2), Persepsi matematika lebih sulit dibanding pelajaran yang lain (X 3 ), Siswa menikmati belajar matematika (X4), dan Matematika membantu dalam kehidupan seharihari (X 5 ). Hasil pendugaan parameter menggunakan metode kuadrat terkecil yang diperoleh dengan menggunakan software R disajikan pada Tabel 9 sebagai berikut: Tabel 9 Hasil Analisis Model Regresi Linier penduga Galat baku T Nilai-p Intersep < 2e-16 Kepemilikan kalkulator < 2e-16 Persepsi matematika sulit < 2e-16 Kenikmatan belajar matematika e-11 Matematika membantu dalam kehidupan e-06 Berdasarkan Tabel 9 di atas jelas terlihat bahwa kepemilikan kalkulator, persepsi siswa bahwa matematika itu sulit dibila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, siswa menikmati belajar matematika dan persepsi bahwa matematika dapat membantu dalam kehidupan sehari-hari sangat berpengaruh nyata terhadap capaian matematika siswa itu sendiri pada taraf 5%. Sedangkan peubah jenis kelamin tidak berpengaruh. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) adalah 10.2% yang artinya keragaman nilai capaian matematika siswa hanya dapat dijelaskan oleh peubah kepemilikan kalkulator, persepsi siswa bahwa matematika itu sulit dibila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, siswa menikmati belajar matematika dan persepsi bahwa matematika dapat membantu dalam kehidupan sehari-hari sebesar 10.2%%, sisanya dijelaskan oleh peubah lain yang belum terdapat dalam model di atas. Nilai deviance untuk model ini sebesar 48154,79 20

36 21 Persamaan model regresi linier yang diperoleh adalah sebagai berikut: Y^ ij = 322, ,778X2ij + 22,532X3ij +10,720X4ij - 11,308X5ij Model Regresi Multilevel dengan Intersep Acak Model regresi multilevel dengan intersep acak merupakan model regresi multilevel dimana faktor sekolah diperhatikan. Pada model regresi multilevel dengan intersep acak ini peubah bebas yang digunakan adalah peubah bebas pada level 1 (siswa) serta mengikutsertakan peubah bebas pada level 2 (sekolah) dalam model. Pada model regresi multilevel dengan intersep acak, intersep merupakan komponen acak sedangkan slope merupakan komponen tetap. Hasil pendugaan dengan menggunakan REML disajikan pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10 Hasil Analisis Model Intersep Acak penduga Galat baku Db T Nilai-p Intersep 245, , , Kepemilikan kalkulator 4, , , ,0124 Persepsi matematika sulit 16, , , Matematika membantu dalam -11, , , kehidupan Kelompok persentase siswa yang berasal dari ekonomi lemah -22, , , Dari tabel di atas terlihat bahwa faktor sekolah (intersep) mempunyai pengaruh nyata terhadap capaian siswa. Peubah pada level siswa yakni: kepemilikan kalkulator, persepsi siswa bahwa matematika itu sulit bila dibandingkan pelajaran yang lain, dan persepsi bahwa matematika dapat membantu dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh nyata terhadap capaian matematika siswa itu sendiri pada taraf 5%, sedangkan peubah siswa menikmati belajar matematika tidak nyata sehingga dikeluarkan dari model intersep acak. 21

37 22 Persamaan model regresi multi level dengan intersep acak yang diperoleh adalah sebagai berikut: ^ Yij = 0j + 4,82983X 2ij +16,43513X 3ij -11,13599X 5ij ^ 245, , j Z 1 j Model Regresi Multilevel dengan Koefisien Acak Model regresi multilevel dengan koefisien acak merupakan model regresi multilevel dengan mengikutsertakan peubah bebas pada level 2 (sekolah) selain itu juga tetap mengikutsertakan peubah bebas pada level siswa serta memperhatikan adanya interaksi antar peubah bebas pada level siswa dan sekolah karena adanya interaksi antara peubah bebas pada level yang berbeda diperbolehkan. Pada model multilevel dengan koefisien acak ini pengaruh sekolah ditambahkan pada peubah siswa menikmati belajar matematika (X 4 ). Peubah siswa menikmati belajar matematika dipilih dengan alasan bahwa siswa dalam belajar matematika berhubungan erat dengan situasi dan kondisi disekitarnya salah satunya adalah sekolah. Peubah bebas yang digunakan pada level 2 adalah Kelompok persentase siswa yang berasal dari ekonomi lemah (Z 1 ), Tingkat kepuasan guru dalam mengajar (Z 2 ), dan Tingkat harapan guru terhadap pencapaian siswa (Z 3 ). Hasil pendugaan model multilevel dengan koefisien acak menggunakan REML disajikan pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11 Hasil Analisis Model Koefisien Acak penduga Galat baku Db T Nilai-p Intersep Kepemilikan kalkulator Persepsi matematika sulit Matematika membantu dalam kehidupan Kelompok persentase siswa yang berasal dari ekonomi lemah

38 23 Pemilihan Model Pemilihan model dilakukan untuk mencari model terbaik yang akan digunakan. Pemilihan model dapat dilakukan dengan menggunakan nilai deviance. Akan tetapi dalam penelitian ini dikarenakan model regresi multi level dengan koefisien acak tidak nyata sehingga model yang dibandingkan hanya model regresi linier dengan model regresi multi level dengan intersep acak. Pembandingan model regresi linier dengan model multi level dengan intersep acak tidak menggunakan Deviance dikarenakan pada awal analisis terdapat hasil analisis ragam seperti pada Tabel 12 berikut ini. Tabel 12 Hasil ANOVA untuk kedua model Model Db AIC BIC Loglik Test L Ratio P-Value Regresi , , ,5 Multilevel , , ,8 1 vs ,484 <.0001 Dari Tabel 12 terlihat bahwa nilai p-value lebih kecil dari 5% yang menunjukkan bahwa struktur data berhirarki sehingga disimpulkan bahwa model multilevel lebih cocok digunakan. Sehingga dengan demikian persamaan regresi multi level dengan intersep acak yang digunakan adalah sebagai berikut: ^ Yij = 0j + 4,82983X atau dalam model campuran menjadi ^ 2ij +16,43513X 245, , j Z 1 j 3ij -11,13599X ^ Yij = 245, ,82983X 2ij +16,43513X 3ij -11,13599X 5ij 5ij 22,35240 Dari model di atas dapat dilihat bahwa faktor sekolah mempunyai pengaruh yang nyata terhadap nilai capaian matematika siswa. Selain itu siswa yang memiliki kalkulator juga memiliki nilai capaian matematika yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kalkulator. Peubah Siswa yang memandang bahwa matematika itu sulit dibandingkan dengan pelajaran lain juga berpengaruh nyata yang berarti bahwa semakin siswa memandang bahwa Z 1 j 23

39 24 matematika itu mudah, maka nilai capaian matematikanya juga semakin tinggi demikian juga sebaliknya jika semakin siswa memandang matematika itu sulit maka nilai capaian matematikanya akan semakin rendah. Peubah belajar matematika akan membantu dalam kehidupan sehari-hari mempunyai pengaruh nyata terhadap nilai capaian matematika siswa akan tetapi nilainya negatif yang artinya ketika siswa berpandangan bahwa matematika tidak membantu dalam kehidupan sehari-hari maka nilai capaian matematikanya akan rendah. Hal ini dimungkinkan karena siswa merasa matematika tidak bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari sehingga siswa tidak terlalu menganggap penting. Persentase siswa yang berasal dari kelompok ekonomi lemah memberikan pengaruh yang negatif terhadap capaian nilai matematika siswa. Hal ini dimungkinkan siswa dari ekonomi lemah kurang berkonsentrasi dalam belajar dikarenakan beberapa hal misal harus bekerja membantu perekonomian keluarga. Koefisien Korelasi Intraclass Nilai koefisien korelasi intraclass dihitung dari ragam yang diperoleh di masingmasing level tanpa melibatkan peubah bebas. Hasil pendugaan keragaman pada masing-masing level disajikan pada Tabel 13 berikut ini. Tabel 13 Hasil Pendugaan Nilai Ragam tanpa Peubah Bebas Ragam*) Level 1 (siswa) 2.394,45 Level 2 (sekolah) 2.946,81 ρ 0,5517 Nilai ρ diperoleh dengan cara sebagai berikut: 2.946, , ,45 0,5517 Nilai korelasi intraclass menunjukkan terdapat korelasi antara 2 siswa dalam satu sekolah sebesar 55,17%. Selain itu nilai korelasi intraclass juga bermakna proporsi ragam pada level sekolah terhadap ragam total sebesar 55,17%. 24

40 25 Koefisien Determinasi Pada Setiap Level Koefisien determinasi menunjukkan besarnya keragaman respon yang dapat dijelaskan oleh peubah bebas. Koefisien determinasi pada maisng-masing level diperoleh dengan cara ragam di setiap level pada model multilevel dengan peubah bebas dan tanpa peubah bebas. Hasil dugaan ragam pada masing-masing level disajikan pada Tabel 14 berikut ini: Tabel 14 Hasil Pendugaan Ragam Model Intersep Acak Ragam Model Intersep Acak Dg Peubah Penjelas Tanpa Peubah Penjelas Koef Determinasi Level , ,452 0,59% Level , ,808 1,57% Dari Tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa koefisien determinasi pada level 1 sebesar 0,59% yang berarti keragaman nilai capaian siswa bidang matematika dapat dijelaskan oleh peubah bebas pada level 1 yakni siswa memiliki kalkulator, persepsi siswa matematika lebih sulit dibandingkan dengan pelajaran lain dan persepsi siswa bahwa matematika akan membantu dalam kehidupan sehari-hari sebesar 0.59% lebih tinggi bila dibandingkan dengan model regresi biasa, sedangkan sisanya dijelaskan peubah bebas lain yang belum dimasukkan ke dalam pemodelan. Sedangkan pada level 2, keragaman capaian nilai siswa bidang matematika dapat dijelaskan oleh faktor sekolah yakni peubah persentase siswa yang berasal dari ekonomi lemah sebesar 1,57%. Angka tersebut sangat kecil sehingga diperlukan peubah bebas tambahan untuk lebih memperbesaar nilai R 2. 25

41 26 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Model regresi multilevel dapat digunakan untuk data dengan struktur hierarki yaitu data dengan struktur tersarang. Model regresi multilevel dapat mengatasi masalah-masalah yang muncul dari data berstruktur hierarki yaitu masalah kebebasan antar unit pengamatan. Selain daripada itu model multilevel juga dapat mengukur keragaman dari setiap level. Model yang digunakan dalam pemodelan rata-rata capaian matematika siswa kelas 8 adalah model intersep acak dimana sekolah mempunyai pengaruh terhadap nilai capaian matematika siswa. Pada level siswa, faktor-faktor yang mempengaruhi rata-rata nilai capaian siswa bidang matematika adalah kepemillikan kalkulator, persepsi matematika lebih sulit dibandingkan pelajaran lain, dan persepsi bahwa belajar matematika akan membantu dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada level sekolah, peubah bebas yang mempengaruhi capaian nilai matematika siswa adalah peubah persentase siswa yang berasal dari ekonomi lemah. Peubah bebas yang berpengaruh nyata pada saat analisis regresi multilevel dengan intersep acak senada dengan hasil analisis deskripsi sebelumnya. Namun demikian terdapat beberapa peubah bebas dimana pada saat analisis deskripsi mengindikasikan bahwa peubah bebas akan mempengaruhi nilai capaian siswa ternyata tidak berpengaruh secara statistik. Peubah bebas yang dimaksud adalah peubah bebas pada level sekolah yakni tingkat kepuasan guru dalam mengajar, dan harapan guru terhadap nilai capaian siswa. SARAN Penelitian ini menghasilkan nilai keragaman yang dapat dijelaskan pada setiap level masih sangat kecil sehingga perlu ditambahkan peubah bebas lain pada level 1 dan level 2. Demikian juga dengan model regresi multilevel dengan koefisien acak tidak dapat analisis lebih lanjut dikarenakan koefisien acaknya 26

TINJAUAN PUSTAKA TIMSS 2007

TINJAUAN PUSTAKA TIMSS 2007 3 TINJAUAN PUSTAKA TIMSS 007 TIMSS ( Trends in Mathematics and Science Study) merupakan penelitian yang dilakukan oleh IEA (International Association for the Evaluation of Educational Achievement) yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Dekriptif Analisis deskripsi merupakan teknik eksplorasi data untuk melihat pola data secara umum. Dari data TIMSS 7 rata-rata capaian matematika siswa Indonesia sebesar

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI 2-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Tingkat pendidikan Anak di Kabupaten Semarang)

PEMODELAN REGRESI 2-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Tingkat pendidikan Anak di Kabupaten Semarang) PEMODELAN REGRESI 2-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Tingkat pendidikan Anak di Kabupaten Semarang) SKRIPSI Oleh: DYAN ANGGUN KRISMALA NIM: J2E 009 040 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Metode Analisis Data 2.1.1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PEMILIHAN MODEL REGRESI LINIER MULTILEVEL TERBAIK (Choice the Best Linear Regression Multilevel Models)

PEMILIHAN MODEL REGRESI LINIER MULTILEVEL TERBAIK (Choice the Best Linear Regression Multilevel Models) , Oktober 2009 p : 1-7 ISSN : 0853-8115 Vol 14 No.2 PEMILIHAN MODEL REGRESI LINIER MULTILEVEL TERBAIK Bertho Tantular 1, Aunuddin 2, Hari Wijayanto 2 1 Jurusan Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

Pemodelan Regresi 2-Level Dengan Metode Iterative Generalized Least Square (IGLS) (Studi Kasus: Tingkat Pendidikan Anak di Kabupaten Semarang)

Pemodelan Regresi 2-Level Dengan Metode Iterative Generalized Least Square (IGLS) (Studi Kasus: Tingkat Pendidikan Anak di Kabupaten Semarang) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 51-60 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian Pemodelan Regresi 2-Level Dengan Metode Iterative Generalized

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI 3-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Lamanya pendidikan Anak di Kabupaten Semarang)

PEMODELAN REGRESI 3-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Lamanya pendidikan Anak di Kabupaten Semarang) PEMODELAN REGRESI 3-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Lamanya pendidikan Anak di Kabupaten Semarang) SKRIPSI Oleh: AMANDA DEVI PARAMITHA NIM: 24010210141036 JURUSAN

Lebih terperinci

APLIKASI REGRESI DUA LEVEL TERHADAP NILAI AKHIR METODE STATISTIKA. Indahwati, Dian Kusumaningrum, Wiwid Widiyani

APLIKASI REGRESI DUA LEVEL TERHADAP NILAI AKHIR METODE STATISTIKA. Indahwati, Dian Kusumaningrum, Wiwid Widiyani S-4 APLIKASI REGRESI DUA LEVEL TERHADAP NILAI AKHIR METODE STATISTIKA Indahwati, Dian Kusumaningrum, Wiwid Widiyani Departemen Statistika FMIPA IPB Email : Indah_stk@yahoo.com Abstrak Metode Statistika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini yaitu analisis regresi, analisis regresi multilevel, model regresi dua level, model regresi tiga

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LINIER MULTILEVEL DENGAN METODE RESTRICTED MAXIMUM LIKELIHOOD (REML) abang Semarang SKRIPSI.

ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LINIER MULTILEVEL DENGAN METODE RESTRICTED MAXIMUM LIKELIHOOD (REML) abang Semarang SKRIPSI. ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LINIER MULTILEVEL DENGAN METODE RESTRICTED MAXIMUM LIKELIHOOD (REML) abang Semarang PT Jasa Marga ro) C SKRIPSI Disusun Oleh : ISNI RAKHMI DIANTI J2E 006 018 PROGRAM

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI TIGA LEVEL PADA DATA PENGAMATAN BERULANG. Indahwati, Yenni Angraeni, Tri Wuri Sastuti

PEMODELAN REGRESI TIGA LEVEL PADA DATA PENGAMATAN BERULANG. Indahwati, Yenni Angraeni, Tri Wuri Sastuti S-25 PEMODELAN REGRESI TIGA LEVEL PADA DATA PENGAMATAN BERULANG Indahwati, Yenni Angraeni, Tri Wuri Sastuti Departemen Statistika FMIPA IPB Email : Indah_stk@yahoo.com Abstrak Pemodelan multilevel adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Model multilevel merupakan teknik statistik yang telah mengalami pengembangan dari regresi klasik/sederhana. Pengembangan itu didasari karena dalam penelitian diberbagai

Lebih terperinci

Kelas 2. Kelas 1 Mahasiswa. Mahasiswa. Gambar 1 Struktur data kelompok dalam pengukuran berulang pada data Metode Statistika

Kelas 2. Kelas 1 Mahasiswa. Mahasiswa. Gambar 1 Struktur data kelompok dalam pengukuran berulang pada data Metode Statistika 4 Kelas 2 Kelas 1 N3 N4 N3 N4 Gambar 1 Struktur data kelompok dalam pengukuran berulang pada data Metode Statistika BAHAN DAN METODE Bahan Data yang digunakan adalah data nilai capaian mahasiswa dalam

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU v PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Matematika SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

Pelanggaran Asumsi Normalitas Model Multilevel Pada Galat Level yang Lebih Tinggi. Bertho Tantular 1)

Pelanggaran Asumsi Normalitas Model Multilevel Pada Galat Level yang Lebih Tinggi. Bertho Tantular 1) Pelanggaran Asumsi Normalitas Model Multilevel Pada Galat Level yang Lebih Tinggi S-28 Bertho Tantular 1) 1) Staf Pengajar Jurusan Statistika FMIPA UNPAD berthotantular@gmail.com Abstrak Secara umum model

Lebih terperinci

Analisis Regresi Multilevel dalam Menentukan Variabel Determinan Nilai Ujian Akhir Nasional Siswa

Analisis Regresi Multilevel dalam Menentukan Variabel Determinan Nilai Ujian Akhir Nasional Siswa Jurnal Matematika Vol. 6 No. 1, Juni 2016. ISSN: 1693-1394 Analisis Regresi Multilevel dalam Menentukan Variabel Determinan Nilai Ujian Akhir Nasional Siswa Ni Luh Putu Ayu Fitriani Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

ABDUL HOYYI. T e s i s Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada P r o g r a m S t u d i S t a t i s t i k a

ABDUL HOYYI. T e s i s Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada P r o g r a m S t u d i S t a t i s t i k a KEEFEKTIFAN PRAUJIAN NASIONAL SEBAGAI PERSIAPAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMEA NEGERI DAN SWASTA DI JAKARTA SELATAN 06 PADA TAHUN AKADEMIK 2004/2005 ABDUL HOYYI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANA MARNIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

ABDUL HOYYI. T e s i s Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada P r o g r a m S t u d i S t a t i s t i k a

ABDUL HOYYI. T e s i s Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada P r o g r a m S t u d i S t a t i s t i k a KEEFEKTIFAN PRAUJIAN NASIONAL SEBAGAI PERSIAPAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMEA NEGERI DAN SWASTA DI JAKARTA SELATAN 06 PADA TAHUN AKADEMIK 2004/2005 ABDUL HOYYI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL MULTILEVEL UNTUK DATA REPEATED MEASURES

PENDEKATAN MODEL MULTILEVEL UNTUK DATA REPEATED MEASURES PENDEKATAN MODEL MULTILEVEL UNTUK DATA REPEATED MEASURES Bertho Tantular 1 S-1 1 Jurusan Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran 1 bertho@unpad.ac.id Abstrak Data yang diperoleh dari pengukuran berulang

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI MULTILEVEL DALAM MENENTUKAN VARIABEL DETERMINAN NILAI UJIAN AKHIR NASIONAL SISWA

ANALISIS REGRESI MULTILEVEL DALAM MENENTUKAN VARIABEL DETERMINAN NILAI UJIAN AKHIR NASIONAL SISWA ANALISIS REGRESI MULTILEVEL DALAM MENENTUKAN VARIABEL DETERMINAN NILAI UJIAN AKHIR NASIONAL SISWA Ni Luh Ayu Fitriani 1, Eka N. Kencana 2, IW. Sumarjaya 3 1 Jurusan Matematika Universitas Udayana, INDONESIA

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ASTRI ATTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PROSEDUR PENAKSIRAN PARAMETER MODEL MULTILEVEL MENGGUNAKAN TWO STAGE LEAST SQUARE DAN ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE

PROSEDUR PENAKSIRAN PARAMETER MODEL MULTILEVEL MENGGUNAKAN TWO STAGE LEAST SQUARE DAN ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 PROSEDUR PENAKSIRAN PARAMETER MODEL MULTILEVEL MENGGUNAKAN TWO STAGE LEAST

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 i BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

PENDUGAAN TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK SYAMSURI

PENDUGAAN TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK SYAMSURI PENDUGAAN TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK SYAMSURI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL DENGAN METODE SUR PAULUS BASUKI KUWAT SANTOSO

PEMODELAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL DENGAN METODE SUR PAULUS BASUKI KUWAT SANTOSO PEMODELAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL DENGAN METODE SUR PAULUS BASUKI KUWAT SANTOSO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI 3-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Lamanya pendidikan Anak di Kabupaten Semarang)

PEMODELAN REGRESI 3-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Lamanya pendidikan Anak di Kabupaten Semarang) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 21-30 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN REGRESI 3-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN Oleh : Dewi Maditya Wiyanti PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL REGRESI MULTILEVEL PADA HASIL KELULUSAN SISWA SMA RAYON 1 KOTA MEDAN SKRIPSI. Oleh WIKA YUNDA UTAMI

APLIKASI MODEL REGRESI MULTILEVEL PADA HASIL KELULUSAN SISWA SMA RAYON 1 KOTA MEDAN SKRIPSI. Oleh WIKA YUNDA UTAMI 1 APLIKASI MODEL REGRESI MULTILEVEL PADA HASIL KELULUSAN SISWA SMA RAYON 1 KOTA MEDAN SKRIPSI Oleh WIKA YUNDA UTAMI 080803023 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MODEL REGRESI ROBUST MENGGUNAKAN ESTIMASI S DAN ESTIMASI GS

MODEL REGRESI ROBUST MENGGUNAKAN ESTIMASI S DAN ESTIMASI GS MODEL REGRESI ROBUST MENGGUNAKAN ESTIMASI S DAN ESTIMASI GS (Studi Kasus Produksi Jagung di Indonesia) Oleh VICTOR SATRIA SAPUTERA M0112089 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan BAB II LANDASAN TEORI 21 Konsep Dasar Analisis Regresi Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DENGAN PEMASARAN KERUPUK IKAN HASIL HOME INDUSTRY PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN TUBAN

HUBUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DENGAN PEMASARAN KERUPUK IKAN HASIL HOME INDUSTRY PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN TUBAN HUBUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DENGAN PEMASARAN KERUPUK IKAN HASIL HOME INDUSTRY PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN TUBAN NONO SAMPONO SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK YUSNIDAR. Keefektivan Komunikasi Masyarakat

Lebih terperinci

PEMAKAIAN VARIABEL INDIKATOR DALAM PEMODELAN. Mike Susmikanti *

PEMAKAIAN VARIABEL INDIKATOR DALAM PEMODELAN. Mike Susmikanti * PEMAKAIAN VARIABEL INDIKATOR DALAM PEMODELAN Mike Susmikanti * ABSTRAK PEMAKAIAN VARIABEL INDIKATOR DALAM PEMODELAN. Pemodelan dalam penelitian berbagai bidang khususnya bidang industri, merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE EKSPLORATIF UNTUK MENGUJI KESAMAAN SPEKTRUM FTIR TEMULAWAK

METODE EKSPLORATIF UNTUK MENGUJI KESAMAAN SPEKTRUM FTIR TEMULAWAK METODE EKSPLO ORATIF UNTUK MENGUJI KESAMAAN SPEKTRUM FTIR TEMULAWAK EKO WAHYU WIBOWO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA ( STUDI KASUS PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR )

ANALISIS IMPLEMENTASI MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA ( STUDI KASUS PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR ) ANALISIS IMPLEMENTASI MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA ( STUDI KASUS PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR ) TEGUH PAIRUNAN PUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun. Program ini dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun. Program ini dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun. Program ini dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI (PREPAID CARD) LOVITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA MENGGUNAKAN ANALISIS JALUR (Studi Kasus Mahasiswa FMIPA USU Angkatan 2013) SKRIPSI

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA MENGGUNAKAN ANALISIS JALUR (Studi Kasus Mahasiswa FMIPA USU Angkatan 2013) SKRIPSI i PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA MENGGUNAKAN ANALISIS JALUR (Studi Kasus Mahasiswa FMIPA USU Angkatan 2013) SKRIPSI BENDANG ARMEMILA 130823001 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung)

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung) PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung) SKRIPSI Oleh : VICA NURANI 24010211130033 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL (Kasus di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat) HENDRO ASMORO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi.

Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi. PERTEMUAN 9-10 PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi. Apa itu parameter? Parameter adalah ukuran-ukuran. Rata-rata penghasilan karyawan di kota binjai adalah

Lebih terperinci

METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM PENENTUAN PRIORITAS PELAYANAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI MARLINE SOFIANA PAENDONG

METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM PENENTUAN PRIORITAS PELAYANAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI MARLINE SOFIANA PAENDONG METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM PENENTUAN PRIORITAS PELAYANAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI MARLINE SOFIANA PAENDONG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTANADI MEDAN SKRIPSI YUNI MASDAYANI HARAHAP

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTANADI MEDAN SKRIPSI YUNI MASDAYANI HARAHAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTANADI MEDAN SKRIPSI YUNI MASDAYANI HARAHAP 110823005 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSION) UNTUK MEKANISME PEMODELAN HARGA DAGING AYAM EFI RESPATI

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSION) UNTUK MEKANISME PEMODELAN HARGA DAGING AYAM EFI RESPATI ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSION) UNTUK MEKANISME PEMODELAN HARGA DAGING AYAM EFI RESPATI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 ABSTRAK EFI RESPATI. Analisis VAR (Vector Autoregression)

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB III. Model Regresi Linear 2-Level. Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat

BAB III. Model Regresi Linear 2-Level. Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat BAB III Model Regresi Linear 2-Level Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat linear. Untuk data berstruktur hirarki 2 tingkat, analisis regresi yang dapat digunakan adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL MULTILEVEL TERHADAP NILAI AKHIR METODE STATISTIKA FMIPA IPB IIN MAENA

PENERAPAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL MULTILEVEL TERHADAP NILAI AKHIR METODE STATISTIKA FMIPA IPB IIN MAENA PENERAPAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL MULTILEVEL TERHADAP NILAI AKHIR METODE STATISTIKA FMIPA IPB IIN MAENA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROTOKOL AKTA NOTARIS DIGITAL INAYATULLAH

PERANCANGAN PROTOKOL AKTA NOTARIS DIGITAL INAYATULLAH PERANCANGAN PROTOKOL AKTA NOTARIS DIGITAL INAYATULLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Perancangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN2014/2015 SKRIPSI Oleh : RENNISA ANGGRAENI K8411061

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KINERJA PRAKTEK MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN DI RUMAH SAKIT UMUM BOYOLALI TESIS

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KINERJA PRAKTEK MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN DI RUMAH SAKIT UMUM BOYOLALI TESIS HUBUNGAN EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KINERJA PRAKTEK MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN DI RUMAH SAKIT UMUM BOYOLALI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA UD UL TESIS KURNIA FITROTIN S300110008 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak jenis data memiliki struktur hirarki, tercluster, atau bersarang (nested). Hirarki tersebut dapat hadir secara alami dalam pengamatan observasional

Lebih terperinci

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) DAN SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN)

HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) DAN SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) DAN SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) (Penelitian di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor) NADIA JA FAR ABDAT

Lebih terperinci

Hubungan antara Minat Belajar dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Kristen Eben Haezer Ibu dengan Menggunakan Analisis Regresi

Hubungan antara Minat Belajar dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Kristen Eben Haezer Ibu dengan Menggunakan Analisis Regresi Hubungan antara Minat Belajar dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Kristen Eben Haezer Ibu dengan Menggunakan Analisis Regresi Noveriana Kristi Bunga 1, Jantje Prang 2, Nelson Nainggolan 3 1 Program

Lebih terperinci

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT BANK NAGARI ZEDNITA AZRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

REGRESI ROBUST MM-ESTIMATOR UNTUK PENANGANAN PENCILAN PADA REGRESI LINIER BERGANDA

REGRESI ROBUST MM-ESTIMATOR UNTUK PENANGANAN PENCILAN PADA REGRESI LINIER BERGANDA REGRESI ROBUST MM-ESTIMATOR UNTUK PENANGANAN PENCILAN PADA REGRESI LINIER BERGANDA SKRIPSI Disusun Oleh : SHERLY CANDRANINGTYAS J2E 008 053 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERANCANGAN BALANCED SCORECARD UNTUK PENGEMBANGAN STRATEGI DI SEAMEO BIOTROP DEWI SURYANI OKTAVIA B.

PERANCANGAN BALANCED SCORECARD UNTUK PENGEMBANGAN STRATEGI DI SEAMEO BIOTROP DEWI SURYANI OKTAVIA B. PERANCANGAN BALANCED SCORECARD UNTUK PENGEMBANGAN STRATEGI DI SEAMEO BIOTROP DEWI SURYANI OKTAVIA B. PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERANCANGAN

Lebih terperinci

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi STK 511 Analisis statistika Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi 1 Pendahuluan Kita umumnya ingin mengetahui hubungan antar peubah Analisis Korelasi digunakan untuk melihat keeratan hubungan linier antar

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI

ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN RURIN WAHYU LISTRIANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE NUMERIK DAN METODE MATRIKS DALAM PERHITUNGAN PARAMETER PADA REGRESI LINIER BERGANDA SKRIPSI ZULIVA EVASARI SILALAHI

PENGGUNAAN METODE NUMERIK DAN METODE MATRIKS DALAM PERHITUNGAN PARAMETER PADA REGRESI LINIER BERGANDA SKRIPSI ZULIVA EVASARI SILALAHI PENGGUNAAN METODE NUMERIK DAN METODE MATRIKS DALAM PERHITUNGAN PARAMETER PADA REGRESI LINIER BERGANDA SKRIPSI ZULIVA EVASARI SILALAHI 090823004 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. extended untuk mengatasi nonproportional hazard dan penerapannya pada kasus

BAB III PEMBAHASAN. extended untuk mengatasi nonproportional hazard dan penerapannya pada kasus BAB III PEMBAHASAN BAB III PEMBAHASAN Pada Bab III ini akan dibahas tentang prosedur pembentukan model Cox extended untuk mengatasi nonproportional hazard dan penerapannya pada kasus kejadian bersama yaitu

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI

PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI Disusun Oleh: NANDANG FAHMI JALALUDIN MALIK NIM. J2E 009

Lebih terperinci