HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian"

Transkripsi

1 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Negeri Atlet Ragunan Jakarta adalah sekolah yang didirikan sebagai tempat pembinaan dan pelatihan berbagai cabang olahraga untuk atlet remaja. Sekolah ini didirikan pada tanggal 15 Januari 1977 dan terletak di Jalan HR Harsono Komplek Gelora Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Atlet remaja ini diberikan pembinaan dengan berbagai macam progam pendidikan khusus dengan tujuan agar kelak para atlet remaja ini akan mampu menjadi seorang atlet nasional yang nantinya akan dapat mengharumkan nama Indonesia di pentas dunia seperti ASIAN Games, SEA Games, olimpiade, dan kejuaraan-kejuaraan lainnya. Sekolah Negeri Atlet Ragunan ini terletak di dalam komplek gelanggang olahraga Ragunan yang cukup luas. Bangunan sekolah terdiri dari 8 kelas dan 6 kamar mandi. Selain itu, sekolah ini dilengkapi dengan asrama baik asrama putra maupun putri, ruang makan yang disebut dengan menza, ruang fitness, dan beberapa sarana penunjang olahraga seperti kolam renang, lapangan basket, volley, senam, tenis lapangan, lapangan sepakbola, panahan, track atau lapangan untuk cabang atletik. Fasilitas lain yang berada dalam komplek gelanggang olahraga Ragunan berupa gedung serbaguna, rumah guru, rumah para pelatih dan Pembina olahraga setiap cabang, poliklinik, masjid, gedung sekolah, aula, kantin, wisma tamu, asrama atlet dari institusi lain, serta perkantoran dan Graha Wisata Pemuda. Berbeda dengan sekolah umum lainnya, untuk dapat masuk dan menjadi siswa di sekolah atlet Ragunan cukup terbilang sulit. Selain memperhatikan nilai akademik, syarat lain yang menjadi pertimbangan agar dapat diterima di sekolah ini adalah persyaratan khusus untuk berbagai cabang olahraga. Banyak rangkaian tes yang harus dijalani oleh para calon siswa untuk dapat diterima di sekolah ini, salah satunya berupa tes psikologi, tes kesehatan, dan tes kemampuan fisik serta tes keahlian dalam setiap cabang olahraga. Banyaknya calon siswa yang akan diterima di setiap cabang olahraga adalah berbeda satu sama lainnya. Syarat lain yang juga harus dipertimbangkan untuk tiap cabang olahraga adalah batan usia, batasan tinggi badan (hanya untuk beberapa cabang olahraga tertentu), dan sudah pernah sebelumnya mengikuti kejuaraan junior/pelajar tingkat provinsi/nasional. Bagi calon siswa yang sudah mempunyai prestasi sebelumnya baik di tingkat daerah maupun di tingkat nasional akan

2 30 menjadi pertimbangan dan mempunyai nilai yang lebih baik bagi pihak sekolah, pelatih maupun Pembina olahraga. Siswa Sekolah Atlet Ragunan Jakarta ini terbagi menjadi lima kelompok, yaitu siswa Menpora, PPLP DKI, PB/Pelatda, titipan/pengda, dan Jaya Raya. Kelompok tersebut dibedakan menurut sumber pembiayaan sekolah dan pelatihan para siswa tiap cabang olahraga. Siswa Menpora dibiayaai oleh pemerintah Negara Republik Indonesia, siswa PPLP DKI dibiayai oleh pemerintah DKI Jakarta, sedangkan siswa PB/Pelatda, titipan/pengda, dan Jaya Raya dibiayai oleh institusi masing-masing. Biaya yang ditanggung oleh pemerintah maupun institusi meliputi biaya sekolah, biaya asrama, biaya makan dan minum, serta biaya untuk kehidupan sehari-hari atau yang disebut juga dengan uang saku yang diterima setiap bulannya. Siswa Menpora terdiri dari 13 cabang olahraga yaitu atletik, basket, volley, bulutangkis, sepakbola, renang, loncat indah, tenis meja, senam, panahan, tenis lapangan, taekwondo dan pencak silat. Siswa PPLP DKI terbagi menjadi 9 cabang olahraga yaitu angkat besi, yudo, guat, panahan, atletik, tenis meja, volley, takraw dan pencak silat. Siswa PB/Pelatda merupakan perwakilan dari Pengurus Besar yang ada di Indonesia, seperti PBSI, PSSI, PASI, PB. Squash, PB. Sepatu Roda, PB. Jarum, Bulutangkis di Cendrawasih, Atletik (APBN) Dinas OR DKI dan LAPIS 2 Bulutangkis RAG. Siswa titipan/pengda yang merupakan perwakilan dari Pengurus Daerah terdiri dari 6 cabang olahraga yudo, tenis meja, basket, sepakbola, balap sepeda dab gulat. Siswa Jaya Raya hanya terdapat cabang olahraga bulutangkis. Sebagaian besar siswa tinggal di asrama selama menjalani masa pendidikan dan pelatihan. Asrama putra dan putri terpisah sekitar meter. Asrama putri terletak di belakang tempat makan bersama (menza), sedangkan asrama putra terletak agak jauh dari menza. Asrama putri memiliki 5 gedung yang tidak bertingkat dan jumlah kamar keseluruhan ada 44 kamar. Asrama putra terdiri dari 2 gedung dengan tingkat tiga dan dengan jumlah kamar keseluruhannya adalah 120 kamar. Pembagian kamar asrama dibagi berdasarkan jenis dari cabang olahraganya. Setiap kamar dihuni oleh 2 siswa. Karakteristik Sampel Karakteristik sampel merupakan suatu gambaran umum mengenai atlet meliputi sifat maupun ciri-ciri baik secara fisik maupun sosial seorang atlet. Karakterisitik ini dibutuhkan untuk mengetahui lebih jelas mengenai gambaran

3 Persentase (%) 31 atlet dalam penelitian. Karakteristik sampel yang diteliti meliputi jenis kelamin, usia atlet, berat badan atlet, serta tinggi badan atlet. Jenis Kelamin Atlet yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah atlet yang terdaftar sebagai siswa di sekolah atlet Ragunan Jakarta. Atlet yang terlibat dalam penelitian ini berasal dari 3 cabang olahraga yang berbeda-beda yaitu atlet cabang olahraga atletik, bulutangkis, dan gulat dengan masing-masing jumlah populasinya sebesar 16 orang dari atlet cabang olahraga atletik, 16 orang dari atlet cabang olahraga bulutangkis dan 9 orang atlet dari cabang olahraga gulat. Sehingga diperoleh total popolasi dari ketiga cabang olahraga tersebut adalah 41 orang. Akan tetapi, beberapa diantara atlet dari ketiga cabang olahraga tersebut tidak bersedia untuk dijadikan sebagai sampel sehingga total sampel pada penelitian ini adalah 33 orang. Siswa-siswa ini adalah calon atlet Indonesia binaan Menpora yang sedang menerima pendidikan dan pembinaan, sampel ditentukan secara purposive sampling dengan kriteria atau persyaratan bahwa sampel merupakan siswa Sekolah Atlet Ragunan Jakarta baik kelas I, II, dan III. Selain itu, sampel tidak mengalami cidera dan tidak mempunyai masalah dengan pihak-pihak tertentu terutama institusi sekolah. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah sampel sebanyak 33 atlet dari 3 cabang olahraga yang berbeda. 57,6 42,4 Laki-Laki Perempuan Jenis Kelamin Gambar 2 Sebaran sampel berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar atlet yang dijadikan sebagai sampel pada penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 57.6% (19 orang) dan yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 42.4% (14 orang). Tingginya persentase atlet yang

4 32 berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan atlet yang berjenis kelamin laki-laki sebenarnya tidak memiliki pengaruh yang nyata dalam program latihan. Hal ini dikarenakan atlet-atlet yang dipilih untuk masuk ke Sekolah Atlet Ragunan ini adalah atlet-atlet yang berprestasi dan yang telah direkomendasikan untuk mengikuti program latihan khusus di sekolah ini. Usia Rata-rata atlet yang berasal di sekolah Atlet Ragunan Jakarta memiliki usia yang masih dapat dikatagorikan ke dalam usia remaja. Pada penelitian ini, rata-rata usia sampel yaitu ± tahun. Berdasarkan usia tersebut dapat diketahui bahwat sampel pada penelitian ini tergolong ke dalam usia remaja (Hardinsyah & Tambunan 2004). Berat Badan Pengukuran antropometri yang dilakukan kepada sampel salah satunya adalah pengukuran terhadap berat badan. Pengukuran ini dilakukan secara langsung dengan menggukan timbangan injak digital dengan ketelitian pengukuran 0.1 kg. Tabel 6 Sebaran sampel menurut berat badan Berat Badan (kg) N Persentase (%) < > Total Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata berat badan tiap sampel adalah bervariasi. Akan tetapi, sebagian besar sampel memiliki berat badan antara kg yaitu dengan persentase sebesar 60.61% (20 orang), sedangkan yang memiliki berat badan antara kg yaitu ada 7 orang dengan persentase sebesar 21.21%. Selebihnya ada beberapa atlet yang memiliki berat badan kurang dari 50 kg, antara kg dan bahkan ada yang memiliki berat badan lebih dari 80 kg yaitu masing-masing sebanyak 3 orang, 2 orang, dan 1 orang dengan persentase 9.09 %, 6.06% dan 3.03%. Sedangkan menurut penggolongan jenis kelamin, diketahui bahwa ratarata sampel yang berjenis kelamin laki-laki memiliki berat badan antara Kg yaitu dengan persentase sebesar 64.29%. Begitu pun dengan sampel yang berjenis kelamin perempuan, rata-rata memiliki berat badan yang berkisar antara

5 Kg dengan persentase sebesar 57.89%. Pada gambar 2 dibawah ini juga terlihat bahwa berat badan sampel laki-laki lebih besar bila dibandingkan dengan sampel yang berjenis kelamin perempuan. Gambar 3 Sebaran berat badan sampel berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan hasil pengukuran terhadap sampel diketahui bahwa ratarata berat badan sampel setelah pengukuran yaitu ± kg. Rata-rata berat badan sampel tersebut sudah memenuhi rata-rata berat badan standar untuk tingkat remaja menurut Widya Karya Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 2004 yaitu 55 kg (Hardinsyah & Tambunan 2004). Tinggi Badan Tinggi badan merupakan suatu ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur (Riyadi 2003). Pengukuran tinggi badan ini dilakukan dengan menggunakan microtouise yang ditempelkan pada dinding. Menurut Arisman (2004) tinggi badan seseorang diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, posisi kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan dengan pandangan diarahkan lurus ke depan. Tabel 7 Sebaran sampel menurut tinggi badan Tinggi Badan (cm) N Persentase (%) < Total

6 34 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat hasil pengukuran terhadap tinggi badan sampel dengan menggunakan microtoice. Hasil tersebut menjelaskan bahwa rata-rata tinggi badan sampel yaitu berada dalam rentang antara cm yaitu sebanyak 11 orang dengan persentase 33.33%. Selanjutnya terdapat 9 orang sampel yang memiliki tinggi badan dalam rentang cm dengan persentase 27.27%. selanjutnya terdapat 7 orang sampel dengan persentase sebesar 21,21% yang memiliki tinggi badan dalam rentang cm dan selebihnya 5 orang (15.15%) sampel yang memiliki tinggi badan dalam rentang cm. Gambar 3 dibawah ini menunjukkan hasil pengukuran terhadap tinggi badan sampel berdasarkan penggolongan jenis kelamin. Terlihat bahwa rata-rata sampel yang berjenis kelamin laki-laki memiliki postur tubuh atau tinggi badan yang lebih tinggi bila dibangdingkan dengan sampel yang berjenis kelamin perempuan. Tinggi badan pada sampel yang berjenis kelamin laki-laki, sebagian besar berada dalam kisaran antara cm yaitu dengan persentase sebesar 42.86%. Sedangkan postur tubuh atau tinggi badan sampel yang berjenis kelamin perempuan sebagian besar berada dalam kisaran antara cm yaitu dengan persentase sebesar 36.84%. Gambar 4 Sebaran tinggi badan sampel berdasarkan jenis kelamin Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi diberikan untuk mengetahui sejauh mana sampel mengetahui mengenai masalah makan dan gizi khususnya mengenai gizi olahraga itu sendiri. Pertanyaan yang diajukan dalam variabel pengetahuan gizi yang ini yaitu sebanyak 15 buah pertanyaan. Jawaban dari soal pengetahuan gizi yang diberikan diberi nilai dengan menggunakan sistem angka yang kemudian dipersentasekan dengan skor jawaban total. Persentase ini

7 Persentase (%) 35 dibandingkan dengan persentase skor tingkat pengetahuan gizi yaitu rendah jika pengetahuan gizi kurang dari 60% (<60%), tingkat pengetahuan gizi sedang jika skor pengetahuan gizi 60-80%, dan baik jika skor pengetahuan gizi lebih dari 80% (>80%).Berdasarkan hasil pengukuran pengukuran, dapat diketahui pengetahuan gizi sampel sebagai berikut. 51,52 36,36 12,12 Kurang Sedang Baik Gambar 5 Sebaran tingkat pengetahuan gizi sampel Gambar 5 diatas menunjukkan hasil pengukuran terhadap tingkat pengetahuan gizi khususnya gizi olahraga sampel. Sebagian besar sampel memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang yaitu sebanyak 51.52%. Selain itu, ada juga beberapa sampel yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang masih tergolong kurang dan bahkan ada juga beberapa sampel yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik yaitu dengan persentase masing-masing sebesar 36.36% dan 12.12%. Gambar 6 Sebaran tingkat pengetahuan gizi berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan gambar 6 diatas, terlihat bahwa terjadi perbedaan antara tingkat pengetahuan gizi sampel yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

8 36 Sampel yang berjenis kelamin laki-laki rata-rata memiliki tingkat pengetahuan gizi yang masih tergolong kurang yaitu dengan persentase sebesar 64.29%. Sedangkan tingkat pengetahuan gizi sampel yang berjenis kelamin perempuan rata-rata tergolong dalam kategori sedang yaitu dengan persentase sebesar 68.42%. Selain itu, pada gambar diatas juga terlihat bahwa sampel yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak jumlahnya yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik bila dibandingkan dengan sampel yang berjenis kelamin laki-laki yaitu masing-masing dengan persentase sebesar 15.79% dan 7.14%. Pengetahuan gizi khususnya tentang pengaturan makanan untuk atlet sangat bermanfaat karena memberikan beberapa keuntungan bagi atlet. Keuntungan itu antara lain: 1) memberikan pengetahuan tentang makanan yang dapat mencapai atau mempertahankan kondisi tubuh yang telah diperoleh dalam latihan, 2) memberikan informasi mengenai makanan yang dapat menyediakan energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga, 3) menentukan bentuk makanan dan frekuensi makan yang tepat pada waktu latihan intensif sebelum, selama, dan sesudah pertandingan, 4) menggunakan prinsip gizi dalam menurunkan dan menaikkan berat badan sesuai yang diinginkan, 5) menggunakan prinsip gizi untuk mengembangkan atau membuat rencana diet individu sesuai dengan aturan tubuh, keadaan fisiologi dan metabolismenya serta mempertimbangkan selera serta kebiasaan dan daya cerna atlet (Napu 2005). Persentase Lemak Tubuh Olahraga endurance merupakan olahraga yang dilakukan dengan intensitas rendah sampai sedang dan berlangsung dalam waktu yang lama. Lemak merupakan sumber energi yang penting untuk kontraksi otot selama olahraga endurance (Primana 2000). Lemak sangat dibutuhkan untuk cadangan zat gizi tertentu dan mengubahnya dalam bentuk energi. Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai penyekat panas, penyerap guncangan, dan berbagai fungsi lainnya. Ini yang menyebabkan lemak juga dibutuhkan tubuh (Macmillan 1995). Tabel 8 Persentase lemak tubuh berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Jumlah Persentase Lemak Tubuh (atlet) (%) Laki-laki ± 4.70 Perempuan ± 5.68 Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa terdapat perbedaan terhadap hasil pengukuran persentase lemak tubuh sampel berdasarkan jenis kelamin

9 37 sampel. Menurut Wilmore and Costill (1994) pada umumnya kisaran persentase lemak pada laki-laki non atlet adalah sebesar 15-17% sedangkan pada perempuan non atlet adalah sekitar 18-22%. Akan tetapi menurut Macmillan (1995) pada umumnya kisaran persentase lemak tubuh yang terdapat pada lakilaki yang berprofesi sebagai atlet adalah sekitar 5% dari total berat badan. Sedangkan kisaran persentase lemak tubuh pada perempuan yang berprofesi sebagai atlet adalah sekitar 12%. Pada hasil pengukuran menunjukkan bahwa kisaran persentase lemak tubuh pada laki-laki lebih kecil bila dibandingkan dengan perempuan. Rata-rata persentase lemak untuk sampel laki-laki dan perempuan berada diatas karegori normal atau berlebih dari yang dianjurkan menurut Macmillan (1995). Berdasarkan hasil uji T-Test ( Independent-Sampel T Test) antara variabel persentase lemak tubuh dengan jenis kelamin menunjukkan bahwa p value (Sig.(2-tailed)) < Hal tersebut menunjukkan bahwa antara variabel persentase tubuh dengan variabel jenis kelamin memiliki perbedaan yang nyata antara hasil yang diperoleh. Tabel 9 Persentase lemak tubuh berdasarkan cabang olahraga Cabang Olahraga Jumlah Persentase Lemak Tubuh (%) L = ± 0.0 Atletik P = ± 5.03 Bulutangkis ± 6.03 Gulat ± 2.52 Sedangkan hasil pengukuran persentase lemak tubuh berdasarkan cabang olahraga menunjukkan bahwa pada cabang olahraga atletik, rata-rata sampel memiliki kisaran lemak tubuh sebesar 10.5 ± 0.0 % (sampel laki-laki) dan ± 5.03 % (sampel perempuan). Pada cabang olahraga bulutangkis dan gulat masing-masing memiliki kisaran lemak ± 6.03 % dan ± 2.52 %. sehingga dapat dikatakan bahwa angka kisaran persentase lemak tubuh seluruh atlet masih tergolong berlebih untuk kategori seorang atlet. Berdasarkan hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara variabel persentase lemak tubuh terhadap penggolongan cabang olahraganya (p > 0.05). Menurut Huda (2007) lemak dalam tubuh harus terdapat dalam persentase yang normal karena kalau berlebih dapat mengakibatkan terjadinya kelainan-kelainan pada tubuh baik yang dapat terlihat maupun yang tidak, seperti terjadinya kegemukan, aterosklerosis (penebalan dinding pembulu darah), peningkatan tekanan darah, stroke, dan serangan jantung. Selain itu, kelebihan

10 Persentase (%) 38 lemak tubuh (obese) atau berkurangnya berat badan akibat hilangnya jaringan otot akan dapat mempengaruhi performance atlet (Mihardja 2000). Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan. Penilaian terhadap status gizi seseorang atau sekelompok orang akan menentukan apakah orang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak (Riyadi 2001). Supariasa et al. (2001) menyatakan status gizi adalah keadaan seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama. Beberapa cara untuk mengukur status gizi adalah dengan konsumsi, biokimia/laboratorium, antropometri dan secara klinis. Pengukuran status gizi yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode antropometri. Untuk menentukan status gizi sampel terlebih dahulu ditentukan IMT sampel.penentuan status gizi sampel dilakukan dengan menggunakan indicator IMT/Umur yang direkomendasikan sebagai indicator penentuan status gizi untuk remaja (Riyadi 2003).Berdasarkan perhitungan status gizi, dapat diketahui status gizi sampel sebagai berikut. 84,85 0,00 6,06 3,03 6,06 kurus normal at risk gemuk obesitas Status Gizi Gambar 7 Sebaran status gizi sampel Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa rata-rata atlet yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki status gizi normal yaitu dengan persentase sebesar 84.85%. Sedangkan sebanyak 6,06% sampel memiliki status gizi at risk serta obesitas dan selebihnya sebanyak 3.03% memiliki status gizi gemuk. Dalam hal ini status gizi yang baik sangat diperlukan bagi seorang atlet karena

11 39 dapat meningkatkan kemampuan serta performa atlet baik saat latihan ataupun saat bertanding (Williams 1983). Gambar 8 Sebaran status gizi sampel berdasarkan jenis kelamin Status gizi sampel berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada gambar 8 diatas. Pada gambar diatas terlihat bahwa baik sampel yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki status gizi yang tergolong dalam kategori normal yaitu masing-masing dengan persentase sebesar 85.71% dan 84.21%. Selain itu juga terlihat bahwa sampel yang berjenis kelamin laki-laki juga memiliki status gizi yang tergolong dalam kategori gemuk dan obese lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan sampel yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan karena massa otot pada laki-laki lebih besar bila dibandingkan dengan perempuan. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan seseorang mengkonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah & Martianto 1992). Kebiasaan makan Menurut Suhardjo (1989), kebiasaan makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan dan makan, seperti tata krama makan, frekuensi makan seseorang, pola

12 40 makanan yang dimakan, kepercayaan tentang makanan (misalnya pantangan), distribusi makanan diantara anggota keluarga, penerimaan terhadap makanan (misalnya suka atau tidak suka) dan cara pemilihan bahan makanan yang hendak dimakan. Karena itu, kebiasaan makan adalah sesuatu yang dinamis dan dapat berubah. Besar kecilnya perubahan tersebut tergantung pada intensitas dan kekuatan faktor-faktor yang mempengaruhi atau berhubungan dengan kebiasaan makan. Khumaidi (1994) menyatakan, bahwa kebiasaan erat kaitannya dengan penyediaan makanan, karena akan mempengaruhi pemilihan bahan makanan yang dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan zat gizi. Frekuensi Makan Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali sehari. Secara kuantitas dan kualitas rasanya sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi apabila kita hanya makan satu atau dua kali sehari. Keterbatasan volume lambung menyebabkan kita tidak bisa makan sekaligus dalam jumlah banyak. Itulah sebabnya makan dilakukan secara frekuentif yakni tiga kali sehari termasuk sarapan pagi (Khomsan 2002). Frekuensi makan (kali/hari) Tabel 10 Frekuensi makan sampel Sebaran N % 1-2 kali sehari kali sehari kali sehari Total Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa sebagian besar sampel memiliki frekuensi makan antara 2-3 kali sehari yaitu sebanyak 23 orang dengan persentase sebesar 69.70%. Sedangkan jumlah sampel yang memiliki frekuensi makan antara 1-2 kali sehari adalah sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 9.09%. Bahkan ada 7 orang sampel yang frekuensi makannya sehari dapat mencapai 3-4 kali yaitu dengan persentase sebesar 21.21%. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar sampel telah mampu untuk memenuhi kebutuhan gizinya baik secara kualitas maupun kuantitas dengan baik. Kebiasaan Sarapan Khomsan (2002) menyatakan bahwa makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Paling tidak ada dua manfaat yang bisa diambil kalau kita melakukan sarapan pagi. Pertama, sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk

13 41 meningkatkan gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas. Kedua, pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologi dalam tubuh. Sarapan pagi menyumbang gizi sekitar 25%. Ini jumlah yang cukup signifikan. Apabila kecukupan energi adalah sekitar 2000 Kalori dan protein 50 g sehari untuk orang dewasa, maka sarapan pagi menyumbangkan 500 Kalori dan 12,5 g protein. Sisa kebutuhan energi dan protein lainnya dipenuhi oleh makan siang, makan malam, dan makanan selingan diantara waktu makan (Khomsan 2002). Tabel 11 Kebiasaan sarapan sampel Kebiasaan sarapan Sebaran N % Selalu Kadang-kadang TOTAL Makanan yang biasa dikonsumsi saat sarapan : Roti Nasi+lauk pauk Minuman yang biasa dikonsumsi saat sarapan Susu Teh manis Air putih Tabel diatas menunjukkan kebiasaan sarapan sampel setiap harinya. Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa hampir sebagian dari sampel selalu memiliki kebiasaan sarapan yaitu sebanyak 24 orang sampel dengan persentase sebesar 72.73%. Sedangkan sisanya mengaku tidak selalu rutin melakukan sarapan yaitu sebanyak 9 orang dengan persentase sebesar 27.27%. Makanan yang biasa dikonsumsi sampel pada saat sarapan ialah nasi beserta lauk pauknya yaitu sebesar 90.91%. Sisanya sebesar 9.09% terbiasa mengkonsumsi roti saat sarapan. Sedangkan minuman yang biasa dikonsumsi sampel sebagian besar ialah susu dengan persentase sebesar 42.42%. Namun ada juga sampel

14 42 yang biasa mengkonsumsi teh manis dan air putih saat sarapan yaitu masingmasing sebesar 21.21% dan 36.36%. Kebiasaan Jajan Makanan yang dikonsumsi sampel saat berada di lingkungan sekolah tidak hanya berasal dari makanan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah (menza) saja, namun juga ada yang yang berasal dari luar menza atau jajanan. Pada umumnya di sekitar lingkungan sekolah terdapat beberapa penjual yang menjajakan berbagai jenis makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang dijajakan sangat lah beragam dan bervariasi sehingga dapat menarik minat siapapun yang melihatnya salah satunya adalah sampel dalam penelitian ini. Tabel dibawah ini menunjukkan gambaran tentang kebiasaan jajan sampel. Tabel 12 Kebiasaan jajan sampel Kebiasaan sarapan Sebaran n % 1 kali kali kali > 3 kali Total Alasan : Rasa lapar Bosan Diajak teman Jenis jajanan yang biasa dikonsumsi Mie ayam Gorengan Batagor Lainnya (Roti bakar, nasi goreng, bubur kacang hijau) Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah frekuensi jajan sampel setiap harinya sangat lah beragam. Rata-rata sebagian besar sampel memiliki frekuensi jajan sebanyak 2 kali dalam seharinya yaitu dengan persentase sebesar 66.67%. Selain itu, terdapat pula sampel yang memiliki frekuensi jajan sebanyak 1, 3, dan bahkan yang elbih dari 3 kali seharinya dengan masingmasing memiliki persentase sebesar 24.24%, 6.06%, dan 3.03%. Hampir sebagian dari sampel atau sebanyak 22 orang (66.67%) menyatakan bosan dengan makanan yang disajikan oleh pihak sekolah atau menza sebagai alasan mengapa mereka mengkonsumsi makanan jajanan. Sedangkan sebanyak 10 orang sampel (30.30%) menyatakan masih memiliki rasa lapar sehingga mereka mengkonsumsi makanan jajanan dan sisanya sebanyak 1 orang sampel (3.03%)

15 43 menyatakan bahwa alasan mereka mengkonsumsi makanan jajanan ialah karena faktor ajakan teman. Makanan jajanan yang biasa dikonsumsi sebagian besar sampel ialah roti bakar, bubur kacang hijau, dan nasi goreng yaitu dengan persentase sebesar 48.48%. Sedangkan sebanyak 8 orang sampel (24.24%) menyatakan lebih sering mengkonsumsi gorengan sebagai makanan jajanannya. Sisanya sebanyak 7 orang sampel (21.21%) dan 2 orang sampel (6.06%) menyatakan lebih sering mengkonsumsi mie ayam dan batagor sebagai makanan jajanannya. Kebiasaan Minum Air Putih Asupan air bagi atlet sangatlah penting untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuhnya. Banyaknya jumlah air yang diperlukan kurang lebih yaitu sebanyak ml perharinya. Pemberian cairan selama pertandingan sangat penting untuk mempertahankan status dehidrasi atau menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Atlet setiap kali harus mengambil kesempatan untuk meminum minuman yang telah tersedia. Kesempatan minum hendaknya jangan menunggu sampai terjadi rasa haus oleh karena pada waktu terasa haus ini sudah menunjukkan adanya dehidrasi awal. Rasa haus bukan indikator yang efektif untuk menilai kebutuhan air atlet selama latihan dan pertandingan. Atlet harus ditekankan kesadarannya akan kebutuhan air yang banyak dalam setiap kesempatan. Tabel 13 Kebiasaan minum air putih sampel Kebiasaan minum Sebaran n % Konsumsi air putih < 5 gelas gelas gelas > 8 gelas Jika dilihat dari tabel di atas, maka akan terlihat bahwa kebiasaan minum air putih sampel sudah dapat dikatakan baik yaitu terdapat 21 orang sampel atau dengan persentase sebesar 63.63% sudah mengkonsumsi lebih dari 8 gelas air putih setiap harinya. Selain itu, terdapat 8 orang sampel (24.24%) yang mengkonsumsi 8 gelas air putih. Selebihnya sebanyak 3 orang sampel (9.09%) menyatakan hanya mengkonsumsi 5 gelas air putih setiap harinya dan bahkan tedapat 1 orang sampel (3.03%) yang mengkonsumsi kurang dari 5 gelas air putih untuk setiap harinya.

16 Persentase (%) 44 Tingkat Kecukupan Zat Gizi Makanan yang memenuhi gizi seimbang memegang peranan penting untuk atlet yang ingin berprestasi maksimal dalam suatu pertandingan. Bahkan dengan kombinasi yang baik dari bakat atlet serta teknik latihan dan pelatih terbaik, makanan yang tidak memenuhi syarat dan gizi tidak seimbang tidak mungkin berprestasi secara maksimal. Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung jumlah kalori dengan proporsi sebagai berikut: 60-70% karbohidrat; 10-15% protein; 20-25% lemak, serta cukup vitamin, mineral dan air. Energi Konsumsi energi sampel diperoleh melalui metode recall 2 x 24 jam yaitu pada saat sekolah dan hari libur. Tujuan dari penggunaan metode recall 2 x 24 jam ini adalah untuk dapat menghasilkan gambaran mengenai asupan zat gizi sampel yang lebih optimal baik pada saat berada di lingkungan asrama dan di luar lingkungan asrama. Karena sampel tidak hanya mengkonsumsi makanan yang telah disediakan pihak menza saja, melainkan pada hari libur tentunya beberapa diantara dari sampel juga mengkonsumsi makanan yang disediakan di rumah masing-masing. Kemudian dari hasil recall tersebut data diolah dengan menggunakan konversi terhadap Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan nantinya akan dibandingkan dengan angka kecukupan energi dan zat gizi lainnya. Dimana angka kecukupan energi atlet diperoleh dari WKNPG 2004, karena sudah disesuaikan dengan kondisi tubuh orang indonesia. Faktor aktivitas yang digunakan adalah faktor aktivitas sangat aktif, dimana aktivitas yang dilakukan oleh atlet sangat aktif dari pagi hingga malam hari terutama pada saat latihan intensif. 45,45 27,27 9,09 3,03 15,15 Defisit Berat Defisit Sedang Defisit Ringan Normal Berlebih Tingkat Kecukupan Energi Gambar 9 Sebaran tingkat kecukupan energi sampel

17 45 Rata-rata konsumsi energi sampel adalah 2671 kal dengan konsumsi energi terbesar ialah 3785 kal dan konsumsi energi terendah adalah 1721 kal. Sebagian besar sampel memiliki tingkat kecukupan energi yang normal yaitu dengan persentase sebesar 45.45%. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 9 diatas. Sedangkan sebanyak 27.27% sampel memiliki tingkat kecukupan energi yang masih tergolong defisit tingkat ringan. Selain itu, terdapat pula beberapa diantara sampel yang memiliki tingkat kecukupan energi yang tergolong berlebih yaitu dengan persentase sebesar 15.15%. Sisanya yaitu sebanyak 9.09% dan 3.03% sampel memiliki tingkat kecukupan energi yang masih tergolong kedalam kategori defisit tingkat berat dan sedang. Gambar 10 Sebaran tingkat kecukupan energi sampel berdasarkan jenis kelamin Tingkat kecukupan energi antara sampel laki-laki dan perempuan berbeda. Hal tersebut ditunjukkan pada gambar 10 diatas, terlihat bahwa baik sampel yang berjenis kelamin laki-laki maupun yang berjenis kelamin perempuan sama-sama memiliki tingkat kecukupan energi yang tergolong normal yaitu dengan persentase masing-masing sebesar 42.48% dan 47.37%. Selain itu pula terlihat bahwa pada sampel yang berjenis kelamin perempuan memiliki tingkat kecukupan energi yang tergolong defisit tingkat berat dan berlebih lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan sampel yang berjenis kelamin laki-laki. Kebutuhan energi setiap atletnya berbeda, baik dalam faktor usia, berat badan, tinggi badan, maupun terhadap jenis olahraganya. Jika intake kalori kurang dari jumlah yang diperlukan akan mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan. Akan tetapi jika intake kalori melebihi kebutuhan, maka akan terjadi perubahan pada komposisi, dimana kelebihan kalori akan diubah menjadi cadangan lemak tubuh, jika hal demikian terjadi maka akan mempengaruhi performance atlet yang bersangkutan baik ketika pertandingan dilaksanankan

18 46 maupun saat melaksanakan latihan dan kegiatan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, seorang atlet hendaknya dapat mengkonsumsi makanan secara baik dan optimal agar dapat memelihara ketersediaan yang cukup sehingga mampu menghasilkan kemampuan kerja dan waktu pemulihan yang baik (Mihardja 2000). Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson antara variabel pengetahuan gizi sampel dengan tingkat kecukupan energi yaitu menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan (p < 0.05, r = 0.860). Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi baik yang rendah atau tinggi yang dimiliki oleh sampel memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kecukupan energi yang dimiliki sampel. Tingkat kecukupan energi yang dimiliki oleh sampel ditentukan oleh pihak penyelenggaraan makan yang terdapat di sekolah tersebut. Sehingga membuat atlet tidak dapat memilih dengan baik makanan yang akan dikonsumsinya. Hasil uji korelasi Pearson antara variabel tingkat kecukupan energi (TKE) dengan status gizi menunjukkan suatu hubungan yang signifikan (p < 0.05, r = Hal tersebut ditunjukkan dengan tingkat konsumsi makanan khususnya tingkat konsumsi energi sampel berpengaruh dalam mendapatkan status gizi yang baik. Terlihat dari status gizi sampel yang hampir keseluruhan memiliki status gizi yang normal dengan persentase sebesar 84.85%. Dimana menurut Kartika (2006), jika seseorang memiliki tingkat konsumsi zat gizi yang cukup maka akan cenderung memiliki status gizi yang baik dan begitupula sebaliknya juka tingkat konsumsi zat gizi kurang maka cenderung memiliki status gizi yang kurang. Hal ini dikarenakan status gizi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Protein Protein adalah zat gizi utama untuk mempertahankan pertumbuhan serta struktur tubuh. Akan tetapi protein juga merupakan sumber yang miskin akan penyediaan energi dalam periode yang cepat untuk orang yang memiliki aktifitas fisik aktif. Kebutuhan protein pada remaja khususnya yang berprofesi sebagain seorang atlet ialah diperlukan untuk membantu proses pertumbuhan serta pembentuk tubuh guna untuk dapat mencapai tinggi badan yang optimal. Sumber protein yang terdapat di dalam makanan biasanya berasal dari sumber hewani maupun nabati. Protein yang berasal dari sumber hewani contohnya seperti daging (dianjurkan mengkonsumsi daging tanpa lemak), ayam, ikan, telur,

19 Persentase (%) 47 dan susu. Sedangkan untuk protein yang berasal dari sumber nabati contohnya seperti tahu, tempe, dan kacang-kacangan (Depkes 2002). 42,42 45,45 3,03 6,06 3,03 Defisit Berat Defisit Sedang Defisit Ringan Normal Berlebih Tingkat Kecukupan Protein Gambar 11 Sebaran kecukupan protein sampel Rata-rata tingkat konsumsi protein sampel ialah sebesar gram. Dimana tingkat konsumsi protein terbesar ialah sebesar gram dan yang terendah ialah gram perharinya. Berdasarkan gambar 11 diatas, dapat diketahui bahwa hampir keseluruhan sampel memiliki tingkat kecukupan protein yang berlebih yaitu dengan persentase sebesar 45.45%. dan sebesar 42.42% sampel memiliki tingkat kecukupan protein yang normal. Sedangkan selebihnya memiliki tingkat kecupukan protein yang masih tergolong dalam kategori defisit berat, defisit sedang serta defisit ringan dengan persentase masing-masing sebesar 3.03%, 6.06%, dan 3.03%. Gambar 12 Sebaran tingkat kecukupan protein sampel berdasarkan jenis kelamin

20 48 Berdasarkan gambar 12 diatas, diketahui bahwa hampir sebagian besar pada sampel yang berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkat kecukupan protein yang tergolong normal yaitu sebesar 50%. Sedangkan tingkat kecukupan protein pada sampel yang berjenis kelamin perempuan sebagian besar tergolong berlebih yaitu dengan persentase sebesar 52.63%. Hal ini disebabkan karena sampel yang berjenis kelamin perempuan cenderung lebih banyak mengkonsumsi lauk protein (hewani dan protein) dibandingkan dengan sumber pangan karbohidratnya (nasi). Tingginya tingkat kecukupan protein sampel disebabkan karena banyak menu yang disajikan menggunakan bahan makanan sumber protein. Selain itu, biasanya dalam 1 kali waktu makan terdapat 2 sampai 3 jenis makanan yang tergolong dalam pangan sumber protein. Menurut Husaini (2000) untuk atlet remaja yang sedang dalam proses pertumbuhan membutuhkan protein yaitu 1.5 gram/kg BB/hari. Peningkatkan kebutuhan protein bagi atlet ini disebabkan oleh karena atlet lebih beresiko untuk mengalami kerusakan jaringan otot terutama saat menjalani latihan atau pertandingan olahraga yang berat (Irawan 2007). Konsumsi protein yang berlebih dalam tubuh nantinya akan disimpan dalam bentuk lemak yang akhirnya dapat menyebabkan resiko terjadinya kegemukan. Selain itu, efek dari kelebihan mengkonsumsi protein akan lebih sering mengalami buang air kecil karena protein di dalam tubuh akan dicerna menjadi urea yang merupakan suatu senyawa dalam bentuk sisa yang harus dibuang melalui urin. Hal tersebut tentunya juga akan memperberat kerja ginjal dan akan meningkatkan resiko terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan pada atlet. Lemak Lemak dalam tubuh memiliki peran sebagai sumber energi terutama pada olahraga yang tergolong ke dalam intensitas sedang dengan menggukanan waktu yang lama, seperti olahraga endurance. Atlet olahraga endurance, biasanya lebih menggunakan lemak sebagai sumber energi utama. Pada saat berolahraga khususnya pada olahraga endurance, pengunaan lemak sebagai sumber energi tubuh akibat dari mulai berkurangnya simpanan glikogen otot dapat menyebabkan tubuh terasa lelah sehingga secara perlahan intensitas olahraga akan menurun. Hal ini disebabkan karena produksi energi melalui pembakaran lemak berjalan lebih lambat jika dibandingkan dengan laju produksi energi melalui pembakaran karbohidrat walaupun pembakaran lemak akan

21 Persentase (%) 49 menghasilkan energi yang lebih besar jika dibandingan dengan pembakaran karbohidrat. Rata-rata konsumsi lemak sampel adalah gram. Konsusmsi terbesar adalah gram dan konsumsi terendah sebesar gram per harinya. Dimana angka kecukupan lemak yang dianjurkan bagi atlet ialah 20-25% dari total kebutuhan energi dan sebaiknya seorang atlet juga mengkonsumsi makanan yang mengandung rendah lemak (Primana 2000). 100,00 0,00 0,00 <20% 20-25% >25% Tingkat Kecukupan Lemak Gambar 13 Sebaran tingkat kecukupan lemak sampel Berdasarkan gambar 13 diatas, terlihat bahwa sebesar 100% sampel memiliki tingkat kecukupan lemak diatas 25%. Hal tersebut disebabkan karena rata-rata makanan yang disajikan oleh pihak penyelenggaraan makanan merupakan makanan jenis makanan yang cara pengolahannya sebagian besar menggunakan minyak goreng baik untuk menumis, menggoreng, ataupun membakar. Selain itu, banyak juga makanan yang menggunakan santan dalam pengolahannya seperi nasi uduk, sayur nangka, ayam atau daging masak kare, dan sebagainya. Penggunaan minyak goreng maupun santan tentunya sangat memberikan kontribusi yang besar dalam tingkat konsumsi lemak maupun energi sampel. Karbohidrat Masalah utama yang sering ditemui atlet saat melakukan latihan ialah kekelahan atau ketidakmampuan untuk memulihkan rasa lelah dari suatu program latihan. Bagi seorang atlet, kebutuhan akan energi dan karbohidrat pada saat latihan ialah lebih besar dari pada kebutuhan pada saat bertanding. Oleh karena itu, pemulihan simpanan karbohidrat setiap hari harus menjadi prioritas bagi atlet yang menjalankan suatu program latihan yang intensif. Walaupun

22 Persentase (%) 50 karbohidrat bukan merupakan satu-satunya sumber energi, namun karbohidrat dalam kenyataannya karbohidrat lebih dibutuhkan sebagai sember otot untuk aktifitas fisik yang tinggi (Damayanti 2000). 57,58 27,27 15,15 <60% 60-70% >70% Tingkat Kecukupan Karbohidrat Gambar 14 Sebaran tingkat kecukupan karbohidrat sampel Rata-rata konsumsi karbohidrat sampel adalah gram dengan konsumsi terbesar ialah gram dan yang terendah ialah gram perharinya. Berdasarkan gambar 7 diatas, dapat terlihat bahwa hampir sebagian dari sampel memiliki tingkat kecukupan karbohidrat yang masih kurang dari yang dianjurkan oleh WKNPG yaitu 60-70% dari total kebutuhan energi yaitu dengan persentase sebesar 57.58%. Hanya 27.27% sampel saja yang memiliki tingkat kecukupan karbohidrat normal yaitu sebesar 60-70% dari total kebutuhan energi. Selebihnya sebesar 15.15% sampel memilikin tingkat kecukupan karbohidrat yang berlebih. Gambar 15 Sebaran tingkat kecukupan KH sampel berdasarkan jenis kelamin

23 51 Pada gambar 15 diatas dapat terlihat bahwa tingkat kecukupan karbohidrat baik pada sampel yang berjenis kelamin laki-laki maupun yang berjenis kelamin perempuan sama-sama tergolong kurang dari yang telah dianjurkan oleh WKNPG (2004) yaitu dengan persentase masing-masing sebesar 57.14% dan 57.89%. Sedangkan tingkat kecukupan karbohidrat yang normal paling banyak dimiliki oleh sampel yang berjenis kelamin perempuan bila dibandingkan dengan sampel yang berjenis kelamin laki-laki. Pada sampel lakilaki memiliki tingkat kecukupan karbohidrat yang melebih anjuran WKNPG (2004) lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan sampel yang berjenis kelamin perempuan yaitu dengan persentase masing-masing sebesar 21.43% dan 10.43%. Rendahnya tingkat kecukupan karbohidrat sampel disebabkan karena memang rendahnya konsumsi makanan atlet terhadap makanan yang bersumber karbohidrat. Sampel lebih cenderung mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi protein dibandingakan dengan makanan yang mengandung tinggi karbohidrat. Menurut Irawan (2007) seorang atlet seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi karbohidrat. Hal ini dikarenakan jika atlet mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang besar dalam seharinya, maka akan memilki simpanan glikogen yang relatif lebih besar jika dibandingan dengan atlet yang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang kecil. Dengan simpanan glikogen yang rendah, seorang atlet dalam menjalankan latihan atau menghadapi pertandingann akan lebih cepat merasakan kelelahan sehingga kemudian akan mengakibatkan terjadinya penurunan intensitas dan performance dalam berolahraga. Vitamin A Vitamin A mempunyai peranan serta fungsi penting dalam proses pengelihatan. Angka kecukupan vitamin A menurut WKNPG tahun 2004 yaitu untuk remaja dengan usia 15 tahun adalah sebesar 600 RE sedangkan untuk remaja dengan usia tahun adalah 700 RE. Rata-rata konsumsi vitamin A sampel adalah RE dengan konsumsi terbesar adalah RE dan yang terendah adalah RE. Kontribusi bahan makanan yang mengandung banyak vitamin A adalah minyak goreng, sayur, serta buahbuahan. Sehingga tingkat kecukupan akan vitamin A sampel dapat dikatakan sudah melebih dari yang telah dianjurkan oleh WKNPG (2004). Hal tersebut

24 Persentase (%) 52 terlihar dari jumlah persentase sampel yang memiliki tingkat kecukupan vitamin A >77% adalah sebanyak 100% atau dapat dikatakan bahwa seluruh sampel memiliki tingkat kecukupan vitamin A yang melebihi 77% dari jumlah yang seharusnya. Tingkat kecukupan vitamin A sampel dapat dilihat pada gambar 8 dibawah ini. Gambar 16 Sebaran tingkat kecukupan vitamin A sampel Vitamin C Dalam aktivitas, vitamin C berguna dalam stimulasi sistem imun, mengurangi kelelahan dan kelemahan otot, meningkatkan performa, dan melindungi sel dari ancaman radikal bebas (Chen 2000). Angka kecukupan vitamin C berdasarkan WKNPG tahun 2004 untuk kategori remaja ialah 60 mg per hari. Namun jumlah tersebut dapat melebihi anjuran, hal ini dikarenakan terdapat beberapa aktivitas fisik yang terkadang menurunkan kadar vitamin C di dalam tubuh. Menurut Wolinsky dan Driskell (2006) intake vitamin C bagi atlet dapat bervariasi dari 100 mg hingga 1000 mg per hari bergantung kepada aktivitas yang dilakukan. 72,73 27,27 <77% >77% Tingkat Kecukupan Vitamin C Gambar 17 Sebaran tingkat kecukupan vitamin C sampel

25 53 Rata-rata konsumsi vitamin C sampel adalah mg perharinya. Konsumsi vitamin C terbesar yaitu mg dan yang terendah adalah 4.92 mg. Berdasarkan gambar 17 diatas, terlihat bahwa hampir seluruh sampel memiliki tingkat kecukupan vitamin C diatas 77% yaitu dengan persentase sebesar 72.73%. dan hanya 27.27% sampel yang memiliki tingkat kecukupan vitamin C kurang dari 77%. Gambar 18 Sebaran tingkat kecukupan vit C sampel berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan penggolongan terhadap jenis kelamin sampel maka diperoleh perbedaan antara hasil tingkat kecukupan vitamin C sampel yang berjenis kelamin laki-laki dan sampel yang berjenis kelamin perempuan. Pada gambar 18 diatas terlihat bahwa tingkat kecukupan vitamin C sampel yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak jumlahnya yang tergolong normal (>77%) bila dibandingkan dengan sampel yang berjenis kelamin perempuan dengan persentase masing-masing sebesar 85.71% dan 78.95%. Hal ini disebabkan karena sampel yang berjenis kelamin laki-laki lebih suka atau lebih sering mengkonsumsi sayur serta buah-buahan bila dibandingkan dengan sampel yang berjenis kelamin perempuan. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin C yang dikonsumsi sampel ialah terdapat dalam buah-buahan khususnya buah jeruk, jambu merah, dan mangga. Kelebihan vitamin C yang berasal dari makanan tidak akan menimbulkan gejala apa-apa. Akan tetapi, jika terjadi defisisensi atau kekurangan vitamin C dapat menyebabkan sariawan, gusi berdarah, kulit kering, bibir pecah-pecah, dan juga dapat mempengaruhi daya imunitas seseorang. Kalsium (Ca) Fungsi utama kalsium dalam tubuh adalah peranannya dalam pertumbuhan tulang. Saat ini, kebutuhan akan kalsium sangat dihubungkan dengan gejala terjadinya osteoporosis. Karena lebih dari 99% kalsium tubuh total

26 Persentase (%) 54 terdapat di dalam tulang. Angka kecukupan kalsium pada remaja usia 15 tahun adalah 1200 mg dan pada usia tahun adalah 1000 mg (Rumawas 2000). Rata-rata tingkat konsumsi kalsium sampel adalah mg perharinya. Konsumsi terbesar adalah mg dan yang terndah adalah mg per harinya. 84,85 15,15 <77% >77% Tingkat Kecukupan Kalsium Gambar 19 Sebaran tingkat kecukupan kalsium sampel Gambar 19 diatas menunjukkan bahwa hampir sebagian besar dari sampel memiliki tingkat kecukupan kalsium kurang dari 77% yaitu dengan persentase sebesar 84.85%. hanya 15.15% sampel yang memiliki tingkat kecukupan kalsium diatas 77%. Gambar 20 Sebaran tingkat kecukupan Ca sampel berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan penggolongan jenis kelamin, terlihat bahwa mayoritas sampel baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki tingkat kecukupan Ca yang kurang (<77%) yaitu dengan persentase masing-masing sebesar 92.86% dan 89.47%. Sampel yang berjenis kelamin lakilaki lebih banyak jumlahnya yang memiliki tingkat kecukupan Ca yang tergolong kurang bila dibandingkan dengan sampel yang berjenis kelamin perempuan.

27 Persenatse (%) 55 Sumber makanan yang banyak mengandung kalsium yang biasa dikonsumsi sampel adalah susu. Namun, banyak diantara sampel yang menyatakan kurang menyukai susu terutama sampel yang berjenis kelmain lakilaki sehingga menyebabkan tingkat kecukupan kalsium beberapa sampel masih kurang memenuhi angka yang telah dianjurkan oleh WKNPG (2004).Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan tentunya dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan sehingga tulang menjadi kurang kuat, mudah bengkok, dan rapuh (osteoporosis) (Almatsier 2004) Zat Besi (Fe) Fungsi zat besi sangat penting bagi tubuh. Konsumsi Fe yang kurang akan menyebabkan terjadinya kekurangan pada hemoglobin dan hal ini dapat menimbulkan keluhan kurangnya nafsu makan, kurang darah (anemia), kemampuan fisik menurun bahkan untuk menghadapi latihan yang ringan sekalipun. Absorpsi besi dapat ditingkatkan bila mengkonsumsinya bersamaan dengan daging atau makanan yang banyak mengandung vitamin C (IIyas 2002). Remaja membutuhkan zat besi untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar dan prestasi belajar. Kecukupan zat besi berdasarkan WKNPG tahun 2004 untuk remaja usia 15 tahun adalah 17 mg dan untuk remaja usia tahun adalah 23 mg per harinya. 45,45 54,55 <77 >77 Tingkat Kecukupan Fe Gambar 21 Sebaran tingkat kecukupan zat besi sampel Rata-rata konsumsi zat besi sampel adalah 20 mg dengan jumlah konsumsi terbesar adalah mg dan yang terendah adalah 8.89 mg. Tingkat kecukupan zat besi sampel sebagian besar (54.55%) termasuk dalam karegori cukup karena sudah memenuhi lebih dari 77% dari angka kecukupan zat besi.

28 56 Selain itu, terdapat 45.45% sampel yang mempunyai tingkat kecukupan zat besi yang masih kurang dari 77%. Gambar 22 Sebaran tingkat kecukupan Fe sampel berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan gambar 22 diatas, diketahui bahwa tingkat kecukupan Fe (>77%) sampel yang berjenis kelamin laki-laki lebih baik bila dibandingkan dengan tingkat kecukupan Fe pada sampel yang berjenis kelamin perempuan yaitu dengan persentase masing-masing sebesar 92.86% dan 26.32%. Menurut Ilyas (2000) konsumsi Fe yang kurang akan menyebabkan terjadinya kekurangan pada hemoglobin dan hal ini dapat menimbulkan keluhan kurangnya nafsu makan, kurang darah (anemia), kemampuan fisik menurun bahkan untuk menghadapi latihan yang ringan sekalipun. Konsentrasi hemoglobin dapat mempengaruhi nilai VO 2 max. konsentrasi hemoglobin yang tinggi akan memiliki kandungan oksigen yang lebih banyak dalam darah sehingga mampu mengantarkan oksigen yang lebih banyak ke dalam otot (Macmurray & Ondrak 2008). Tingkat Kebugaran Kebugaran jasmani atau kebugaran fisik merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi atau kegiatan lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Riyadi 2007). Bagi seorang atlet, kelincahan sangatlah diperlukan agar dapat bergerak dengan cepat dan dapat merubah arah dan posisi secara tepat sehingga membutuhkan keseimbangan tubuh dan keterampilan yang tinggi. Kekuatan otot yang sangat tinggi juga sangat diperlukan oleh setiap atlet untuk berlari, melompat, dan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh serta mencegah terjatuh saat terjadi benturan dengan pemain lawan (Depkes 2002).

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian

Lebih terperinci

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 LAMPIRAN 60 61 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode: KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TERHADAP KEBUGARAN ATLET BOLA BASKET DI SMP/SMA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMP/SMA Negeri Ragunan Jakarta merupakan sekolah khusus yang didirikan sebagai tempat pembinaan dan pelatihan atlet remaja dari berbagai cabang olahraga.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 16 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik yang menggambarkan sistem penyelenggaraan makan dan preferensi para atlet terhadap menu makanan yang disajikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak BAB V PEMBAHASAN A. Asupan Karbohidrat Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak latihan diketahui bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) Garuda Emas 2012 adalah kegiatan pelaksanaan program pelatihan dalam jangka waktu tertentu yang terpusat di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Pandeglang terletak di Jl. Pendidikan No. 2 Ciekek Pandeglang. Sekolah ini didirikan pada tanggal 8 Oktober 2001.

Lebih terperinci

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri) Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga (Nurkadri) Abstrak Olahraga adalah aktiftas jasmani yang membutuhkan energy dalam melakukannya. Kadar energy yang dibutuhkan disesuaikan dengan berat atau ringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan oleh banyaknya klub-klub sepak bola yang ada dan penggemar yang tidak sedikit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu keprihatinan tersendiri bagi kondisi olahragawan profesional di Indonesia. Untuk membina seorang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN Tanggal: PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN Salam, perkenalkan nama saya Ririn Triana Putri, mahasiswi Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kesegaran Jasmani 2.1.1. Definisi Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani sering juga disebut kebugaran jasmani atau physical fitness. Kesegaran jasmani merupakan hal yang rumit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014 No. Responden : A. IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai

Lebih terperinci

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PEDOMAN UMUM GIZI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002). 74 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan sepakbola membutuhkan daya tahan fisik yang tinggi untuk melakukan aktifitas secara terus menerus dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi Kecukupan Tingkat Kecukupan Asupan Kebiasaan Protein Pengetahuan Pendidikan energi Perilaku Energi Energi makan BAB dan ibu di dan protein Gizi sekolah pagi II Pengetahuan gizi Ibu Protein ibu Sarapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daya Tahan Tubuh (Endurance) 1. Pengertian Menurut Toho Cholik Mutohir dan Ali Maksum (2007) daya tahan umum adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas terus-menerus (lebih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

Mitos Sixpack Orang menghabiskan uang jutaan setiap tahun untuk mendapatkan tubuh ideal. Sekarang ini terdapat sekitar 200 lebih alat-alat latihan untuk perut. Sebagian alat-alat ini tidak berguna sama

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR Hendrayati 1, Sitti Sahariah Rowa 1, Hj. Sumarny Mappeboki 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa : BAB V PEMBAHASAN A. Sistem Penyelenggaraan Makan Siang Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan yang mempekerjakan 22.563 orang telah menyediakan kantin untuk tenaga kerja, hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan oleh tubuh dalam kehidupan sehari-hari dalam jumlah yang cukup sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh supaya memudahkan dalam beraktivitas. Menurut Dawn (2000: 2), manusia memperoleh bahan bakar terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

MODUL 10 PEDOMAN MAKANAN BAGI OLAHRAGAWAN

MODUL 10 PEDOMAN MAKANAN BAGI OLAHRAGAWAN MODUL 10 PEDOMAN MAKANAN BAGI OLAHRAGAWAN A. Pendahuluan Pemberian makanan yang tepat dilihat dari kuantitas dan kualitas dapat menghasilkan kondisi fisik yang optimal, serta memberikan energi yang cukup

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi Supported by : Pedoman Gizi

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN 135 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tinggi badan lansia dapat diprediksi dari tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk. Panjang depa memberikan nilai korelasi tertinggi pada lansia lakilaki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia. Saat ini, pencak silat sendiri sudah dipertandingkan diberbagai ajang kompetisi olahraga internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 74 HUBUGA PERILAKU KOSUMSI MAKAA DEGA STATUS GIZI PS BAPPEDA KABUPATE LAGKAT TAHU 215 I. Data Responden 1. ama : 2. omor Responden : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : 5. Pendidikan : 6. Berat Badan : 7. Tinggi

Lebih terperinci

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT Nur Indrawaty Liputo Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Disampaikan pada Seminar Apresiasi Menu Beragam Bergizi Berimbang Badan Bimbingan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sekolah SDN Kebon Kopi 2 adalah sekolah yang berada di jalan Kebon Kopi Rt.04/09 kelurahan Kebon Kelapa terletak di Kota Bogor Kecamatan Bogor Tengah. Berdiri pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

30/09/2017. Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Tenaga Kerja. Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan gizi seseorang

30/09/2017. Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Tenaga Kerja. Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan gizi seseorang Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Tenaga Kerja KEBUTUHAN ZAT GIZI MAKRO PEKERJA PERTEMUAN 4 NADIYAH, S.Gz., M.Si LARAS SITOAYU, S.Gz., MKM PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Kebutuhan Gizi Minimal Sehari (MDR)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa darah adalah salah satu gula monosakarida dan salah satu sumber karbon terpenting yang digunakan sebagai sumber energi yang adekuat bagi sel-sel, jaringan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. atau resiko dan variabel terikat atau variabel akibat, akan dikumpulkan

III. METODE PENELITIAN. atau resiko dan variabel terikat atau variabel akibat, akan dikumpulkan III. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang mempunyai dampak positif terhadap derajat kesehatan, oleh karena itu olahraga dianjurkan untuk

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung SATUAN ACARA PENYULUHAN ( Gizi Seimbang Pada Lansia ) Topik Sasaran : Gizi Seimbang Pada Lansia : lansia di ruang Dahlia Hari/tanggal : Sabtu, 29 April 2017 Waktu Tempat : 25 menit : Wisma Dahlia di UPT

Lebih terperinci