PENERAPAN STRATEGI RELAKSASI UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN STRATEGI RELAKSASI UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN"

Transkripsi

1 PENERAPAN STRATEGI RELAKSASI UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN Dwi Fadilah Irmayanti 1 dan Hadi Warsito 2 Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji penerapan strategi relaksasi untuk mengurangi kecemasan menjelang ujian pada siswa. Penelitian ini menggunakan pre-test post-test one group design. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket untuk memperoleh data tentang kecemasan menjelang ujian. Dari hasil angket, terdapat 7 orang siswa yang mengalami kecemasan menjelang ujian kategori tinggi. Teknik analisis yang digunakan adalah statistik non parametrik. Hasil analisis menunjukkan perbedaan antara pre-test dan post-test, dimana terjadi penurunan kecemasan setelah diberikan strategi relaksasi. Hal ini menunjukan bahwa strategi relaksasi dapat mengurangi kecemasan siswa menjelang ujian. Kata kunci :Strategi relaksasi, kecemasan menjelang ujian Pendahuluan Dalam dunia pendidikan, kecemasan dapat dialami oleh siapa saja terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan yang dialami siswa dalam suatu sekolah adalah kecemasan menghadapi ujian. Hal ini dikarenakan dalam proses belajar mengajar, siswa tidak dapat terlepas dari ujian sebagai bahan evaluasi hasil belajar. Turmudhi (2004) menyatakan bahwa kecemasan siswa yang kelewat tinggi dalam menghadapi UTS/UAS justru akan menurunkan kinerja otak siswa dalam belajar. Daya ingat, daya konsentrasi, maupun daya kritis siswa dalam belajar justru akan berantakan. Jika kecemasan itu sampai mengacaukan 3 emosi, mengganggu tidur, menurunkan nafsu makan, dan memerosotkan kebugaran tubuh, bukan saja kemungkinan gagal ujian justru semakin besar tapi juga kemungkinan siswa mengalami gangguan psikomatik dan problem dalam berinteraksi sosial. ( Jangankan tes yang memiliki konsekwensi yang berat atau sangat menentukan seperti halnya UNAS, Menurut Franken (dalam Winarsunu, 2004), tes atau ujian yang dilakukan sehari-hari di sekolah juga dipersepsikan sebagai sesuatu yang mengancam dan persepsi tersebut menghasilkan perasaan tertekan bahkan panik. Keadaan tertekan dan panik akan menurunkan hasil-hasil belajar. 1 Alumni Prodi BK FIP Unesa 2 Staf Pengajar prodi BK FIP Unesa

2 Kecemasan Gunarsa (2004:97) menyatakan Istilah kecemasan dipakai untuk menunjukkan suatu respon emosionil yang tidak menyenangkan dan dalam derajat yang berlebih-lebihan yang tidak sesuai dengan keadaan yang menimbulkan rasa takut. Sedangkan menurut Daradjat (1989:27) Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (Frustasi) dan pertentangan batin (Konflik) Spielberger (dalam Slameto, 2003:185) membagi kecemasan menjadi dua: 1. Trait Anxiety, yaitu kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya. 2. State Anxiety, yaitu suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subjektif, dan meningginya syaraf otonom. Sebagai suatu keadaan (State anxiety) kecemasan biasanya berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus misalnya situasi tes. Sedangkan menurut Daradjat (1989:28), gejala-gejala kecemasan adalah sebagai berikut: 1. Gejala fisik yaitu ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, keringat bercucuran, pukulan jantung cepat, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, sesak nafas dan sebagainya. 2. Gejala mental anatara lain sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya atau rendah diri, hilang kepercayaan pada diri, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan hidup dan sebagainya. Gejala-gejala kecemasan juga dikemukakan oleh Gunarsa (2004:99). Dia menyatakan bahwa Gejala-gejala kecemasan dapat dilihat dari perubahan ekspresi muka, tiba-tiba muka menjadi merah, membesarnya pupil mata, gerakan-gerakan otot muka, perubahan gerak-gerik tubuh seperti kakunya otot-otot, kegelisahan, interupsi gerakan yang tiba-tiba, aktivitas yang berlebih-lebihan, mengunyah benda-benda atau bagian dari tubuhnya, menggigit diri sendiri atau orang lain, dan macam-macam tingkah laku yang kompulsi. Menurut Catell (dalam Alwisol, 2004:314), Orang dapat mengalami berbagai tingkat kecemasan sebagi dampak yang mengancam atau menekan. Sedangkan Slameto (2003:185) berpendapat, sebagai suatu keadaan, kecemasan biasanya berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus misalnya situasi tes. Daradjat (1989:28) mengemukakan Dengan ringkas, dapat dikatakan bahwa cemas itu timbul karena orang tidak mampu menyesuaikan diri dengan dirinya, dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.

3 Keceasan menjelang ujian Sieber (dalam Sudrajat, 2008) menyatakan kecemasan dalam ujian merupakan faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi psikologis seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, takut gagal, pembentukan konsep dan pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti gangguan pada saluran pencernaan, sering buang air, gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran bahkan pingsan. Sedangkan Hasan (2007) menyatakan bahwa siswa mungkin membayangkan tingkat kesulitan soal yang sangat tinggi, sehingga memicu kecemasan mereka yang tidak hanya soal yang sulit saja yang tidak dapat mereka jawab, tetapi juga soal-soal yang mudah yang sebenarnya sudah mereka kuasai. Wujud dari rasa cemas ini bermacam-macam, seperti jantung berdebar lebih keras, keringat dingin, tangan gemetar, tidak bisa berkonsentrasi, kesulitan dalam mengingat, gelisah, atau tidak bisa tidur malam sebelum tes. Dari beberapa penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa kecemasan menjelang ujian adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang terjadi menjelang ujian di sekolah yang ditandai adanya reaksi fisik dan psikis. Reaksi fisik seperti gangguan jantung, sesak di dada/gangguan pernafasan, gemetaran, berkeringat, gangguan pada saluran pencernaan dan sering buang air. Sedangkan reaksi psikis meliputi, sulit konsentrasi, kesulitan dalam mengingat, gelisah, gangguan tidur, takut akan kegagalan yang semuanya kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda. Dengan melihat dampak-dampak yang ditimbulkan akibat siswa mengalami kecemasan, maka perlu diberikan suatu usaha untuk mencegah dan mengurangi masalah kecemasan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi khusus yang dapat membantu mengurangi kecemasan tersebut. Salah satu strategi yang dapat mengurangi kecemasan adalah strategi relaksasi. Untuk itu, penerapan strategi relaksasi dipilih sebagai salah satu alternatif untuk membantu siswa mengurangi kecemasan terutama kecemasan menjelang ujian. Strategi relakssi Menurut santoso (2001:38) Latihan relaksasi pada dasarnya merupakan pemberian kesempatan pada tubuh untuk melakukan pekerjaan rumah sebelum pekerjaan itu diambil alih oleh pikiran rasional dan kognitif seseorang demi sebuah ego yang tidak mampu dikendalikan. Sedangkan menurut Berntein dan Borkovec, 1973; Golfried dan Davison,1976; Walker dkk,1991 (dalam Nursalim, 2005:84) relaksasi otot bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan cara melepaskan otot-otot badan. Menurut Burn (dalam Subandi.dkk,2003:142) menyatakan beberapa keuntungan dari relaksasi, antara lain sebagai berikut: a. Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang berlebih-lebihan karena adanya stress b. Masalah-masalah yang berhubungan dengan stress seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi

4 c. Mengurangi tingkat kecemasan d. Mengurangi gangguan yang berhubungan dengan stress, dan mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan kecemasan, seperti pada pertemuan penting, wawancara dan sebagainya. e. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku tertentu dapat lebih sering terjadi selama periode stress misalnya naiknya jumlah rokok yang dihisap, konsumsi alkohol, pemakaian obat-obatan, dan makan yang berlebihan. Hal ini dapat dikurangi dengan melakukan relaksasi. f. Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan keterampilan fisik. g. Kelelahan, aktivitas mental dan atau latihan fisik yang tertunda dapat diatasi lebih cepat dengan menggunakan keterampilan relaksasi. h. Kesadaran diri tentang kesadaran fisiologis seseorang dapat meningkat sebagai hasil latihan relaksasi i. Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dan nyeri akibat operasi. j. Konsekwensi fisiologis yang penting dari relaksasi adalah meningkatnya harga diri dan keyakinan diri sebagai hasil kontrol yang meningkat dari reaksi stress. k. Meningkatnya hubungan intertpersonal Dalam latihan relaksasi otot, individu diminta untuk menegangkan otot dengan ketegangan tertentu dan kemudian diminta mengendorkannya. Sebelum dikendorkan, penting dirasakan ketegangan tersebut sehingga individu dapat membedakan antara otot yang tegang dan yang lemas. Lebih lanjut, Bernstein & Borcovec (Dalam Cormier, 1985:461), menyatakan bahwa terdapat beberapa kelompok otot dalam latihan relaksasi yang akan dilemaskan. Diantaranya adalah sebagai berikut: a. Menahan lengan dominan dengan menekuk siku dan membentuk sudut 45 derajat dengan membuat kepalan (tangan, lengan bagian bawah, dan otot biseps) b. Gerakan yang sama pada lengan non dominan c. Beberapa otot wajah. Mengerutkan dahi, mata, memoncongkan atau menekan lidah pada mulut bagian atas, menekan bibir atau menariknya ke sudut mulut bagian dalam. d. Menekan atau membenamkan dagu di dada e. Dada, bahu, punggung bagian atas, dan daerah perut. f. Paha, betis, dan kaki Berdasarkan pengamatan Burnstein & Borkovic (dalam Nelson, 1982:251), bahwa latihan relaksasi dengan memusatkan pada sekelompok otot terdiri atas 5 unsur. 1. focus (Pemusatan perhatian), yang berarti memusatkan perhatian pada sekelompok otot. 2. Tense (tegang), yaitu merasakan ketegangan pada sekelompok otot. 3. Hold (tahan), yaitu mempertahankan ketegangan antara 5 sampai 7 detik. 4. Release (Lepas), yaitu melepaskan tegangan pada sekelompok otot.

5 5. Relax (Rileks), yaitu memusatkan perhatian pada pelepasan ketegangan dan lebih lanjut merasakan keadaan rileks pada sekelompok otot. Cormier & Cormier (1985:458) mengemukakan bahwa strategi relaksasi terdiri atas 7 tahapan sebagai berikut: a. Rasional b. Petunjuk tentang berpakaian c. Menciptakan suasana yang nyaman d. Pemodelan oleh konselor e. Petunjuk untuk melakukan relaksasi f. Penilaian pasca relaksasi g. Pekerjaan rumah dan tindak lanjut. Metode Dalam penelitian ini yang dijadikan subyek penelitian yaitu : siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Benjeng-Gresik yang telah teridentifikasi mengalami kecemasan menjelang ujian kategori tinggi. diketahui terdapat 7 orang siswa di kelas VIII A SMP Negeri 1 Benjeng yang teridentifikasi mengalami kecemasan menjelang ujian Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket untuk memperoleh data tentang kecemasan siswa menjelang ujian, sesuai dengan kondisi pribadi siswa. Dalam penelitian ini, analisis data menggunakan uji jenjang bertanda Wilcoxon (Wilcoxon s Signed Rank Test). Dalam uji jenjang bertanda Wilcoxon, disamping tandanya (positif atau negatif) besarnya beda juga diperhitungkan. Seperti dalam uji tes tanda, teknik ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal atau berjenjang Hasi penelitian : Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pre eksperimen jenis pre-test post-test one group design, yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Dalam penelitian ini, pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Pertama dilakukan pengukuran (pre-test) pada satu kelompok subjek dengan menggunakan angket kecemasan menjelang ujian. Selanjutnya diberikan perlakuan dalam jangka waktu tertentu kemudian dilakukan dan diakhiri dengan pengukuran kembali (post-test). Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah 7 orang siswa yang telah teridentifikasi mengalami kecemasan menjelang ujian keategori tinggi yaitu ARM dengan skor 101, FAN dengan skor 106, sedangkan HAA dan ICS, masing-masng memiliki skor 115 dan 112, LSN memiliki skor 101, LXW memiliki skor 103, serta NRH memiliki skor 105. Untuk itu, ketujuh siswa inilah yang akan diberikan perlakuan dengan strategi relaksasi untuk mengurangi kecemasan mereka.

6 Setelah diberikan latihan relaksasi selama beberapa kali, selanjutnya siswasiswa tersebut diberikan post-test untuk mengukur kembali kecemasan mereka. Dari data post-test diketahui bahwa ARM memiliki skor 61, FAN Memiliki skor 77, HAA memiliki skor 91, ICS dan LSN masing-masing memiliki skor 85 dan 59, sedangkan LXW memiliki skor 62, serta NRH memiliki skor 78. Setelah diketahui hasil antara pre-test dan post-test, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Hal ini digunakan untuk mengetahui hasil penelitian yang telah dilakukan dengan cermat dan teliti agar tidak ada kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil pengukuran kecemasan, dapat dilihat adanya perbedaan antara skor pre-test dan post-test, yaitu sor pre-test menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor post-test. Ini membuktikan bahwa skor ketujuh siswa sebelum diberikan strategi relaksasi berada pada skor yang tinggi, dan sesudah diberikan strategi relaksasi, skor 4 orang siswa menjadi sedang dan skor 3 siswa lainnya menjadi rendah. Ini menunjukkan bahwa strategi relaksasi memberikan pengaruh yang positif terhadap siswa dalam mengurangi kecemasan mereka menjelang ujian. Pembahasan: Penelitian ini dilakukan terhadap 7 orang siswa yang mengalami kecemasan menjelang ujian kateori tinggi Mereka adalah ARM, FAN, HAA, ICS, LSN, LXW, dan NRH. Dari hasil pengisian angket diketahui masing-masing skor siswa sebagai berikut: ARM 101 memiliki skor 101, FAN memiliki skor 106, HAA memiliki skor 115, ICS memiliki skor 112, LSN memiliki skor 101, LXW memiliki skor 103, serta NRH memiliki skor 105. Siswa dengan skor kecemasan menjelang ujian kategori tinggi kemudian diberi bantuan untuk mengurangi kecemasan tersebut dengan menggunakan strategi relaksasi. Hasil yang diperoleh setelah mpenerapan strategi relaksasi diketahui dari instrument pengumpul data yang diberikan kepada subjek penelitian. Adapun skor yang dihasilkan setelah dilakuan strategi relaksasi adalah sebagai berikut: ARM memiliki skor 61, FAN memiliki skor 77, HAA memiliki skor 91, ICS memiliki skor 85, LSN memiliki skor 59, LXW memiliki skor 62, serta NRH memiliki skor 78. Dari hasil pre-test dan post-test, diketahui bahwa masing-masing subjek mengalami penurunan skor kecemasan menjelang ujian yang cukup beragam, yaitu ARM mengalami penurunan skor sebesar 40 angka, FAN mengalami penurunan sebesar 29 angka, ICS dan NRH mengalami penurunan sebesar 27 angka, LSN dan LXW masing-masing mengalami penurunan skor sebesar 42 dan 41. Sedangkan penurunan skor terkecil dialami oleh HAA yaitu sebesar 24 angka. Berdasarkan hasil analisis di atas, menunjukkan adanya suatu perbedaan skor sebelum dan sesudah perlakuan. Hal ini berarti latihan relaksasi memiliki pengaruh positif terhadap siswa yang mengalami kecemasan menjelang ujian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi relaksasi dapat digunakan sebagai salah satu strategi untuk mengurangi kecemasan siswa menjelang ujian, dimana siswa dilatih menegangkan otot dalam jangka waktu tertentu, kemudian otot tersebut dilemaskan kembali sehingga terjadi keadaan rileks dan tenang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hillenberg dan Collins (dalam Cormier,1985:458) yang

7 mengemukaan bahwa latihan relaksasi dapat digunakan bagi klien yang mengalami kecemasan ujian. Hal ini juga didukung oleh Wolpe (dalam Corey, 2003:208) yang menyatakan bahwa respon kecemasan bisa dihapus oleh penemuan respon-respon yang secara inheren berlawanan dengan respon tersebut. Hal yang penting adalah bahwa klien mencapai keadaan tenang dan damai. Klien diajarkan bagaimana mengendurkan segenap otot dibagian tubuh dengan mengendurkan otot-otot tangan, diikuti oleh kepala, kemudian leher dan pundak, punggung, perut dan dada, kemudian anggota badan dibagian bawah. Selain itu, Goliszek (2005:169) menyatakan bahwa dibalik latihan relaksasi, ketegangan tidak mungkin sejalan dengan relaksasi. Dengan demikian, latihan relaksasi akan menimbulkan perasaan sehat dan bugar dengan menciptakan keadaan rileks yang sebenarnya menghambat kekhawatiran dan reaksi stress negatif. Selain itu, ada beberapa penelitian yang mendukung. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Darwati (2005), dimana dia menerapkan latihan relaksasi untuk mengurangi kecemasan siswa pada saat mengikuti pelajaran fisika. Dalam penelitian tersebut, yang menjadi subjek penelitian berjumlah 5 orang. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap kecemasan dalam mengikuti pelajaran fisika pada siswa sebelum dan sesudah diterapkan strategi relaksasi. Penelitian lain juga dilakukan oleh Widiawati (2007). Dalam penelitiannya ia mengemukakan bahwa terdapat pengaruh penggunaan teknik relaksasi terhadap penurunan stres siswa. Dalam penelitiannya, siswa yang diberi perlakuan adalah siswa yang memiliki tingkat stress yang berjumlah 5 orang. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat stres siswa sebelum dan sesudah diberikan strategi relaksasi. Perbedaan itu ditunjukkan dengan adanya perbedaan negatif dari hasil analisis yaitu tingkat stress siswa sesudah penerapan teknik relaksasi adalah berkurang dibanding dengan sebelum penerapan teknik relaksasi. Artinya, kecemasan berhubungan dengan keadaan tubuh dimana seluruh tubuh akan mengalami penegangan otot pada saat terjadi kecemasan. Untuk itu, siswa dilatih untuk melemaskan otot-otot dalam tubuh dengan menggunakan teknik relaksasi sampai siswa berada dalam keadaan nyaman dan tenang. Ketika kondisi tubuh dikondisikan untuk rileks dan tenang, maka kecemasan secara berangsur-angsur berkurang.. Dalam pelaksanaan perlakuan, peneliti tidak lepas dari berbagai hambatan. Adapun hambatan yang dirasakan pada saat perlakuan adalah siswa kurang dapat berkonsentrasi pada tahap-tahap awal karena tidak terbiasa dan tidak pernah melakukan relaksasi. Selain itu, kondisi lingkungan sekolah yang berada didekat jalan raya membuat suasana pada saat perlakuan kurang kondusif karena sedikit bising. Untuk mengatasi hambatan tersebut, yang harus dilakukan adalah memberikan rasionalisasi strategi kepada siswa tentang tujuan diberikannya relaksasi. Selain itu, demi kelancaran pelaksanaan strategi, pemberian perlakuan dilaksanakan diruang tertutup di ruang BK atau di aula dengan ijin dari pihak sekolah. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa indikator yang belum terjangkau oleh peneliti sehingga diperlukan penelitian lanjutan meskipun keseluruhan skor kecemasan siswa terbukti berkurang. Akan tetapi pengurangan skor tersebut

8 berbeda antara satu dengan lainnya. Hal tersebut terjadi karena setiap individu memiliki keterampilan, motivasi dan kesungguhan yang berbeda dalam menjalankan strategi relaksasi. Penutup Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa strategi relaksasi dapat mengurangi kecemasan menjelang ujian pada siswa. Hal ini dapat diketahui dari analisis pre-test dan post-test yang menunjukkan adanya penurunan kecemasan menjelang ujian sesudah penerapan strategi relaksasi, dimana tiga orang siswa mengalami penurunan kecemasan dari kategori tinggi menjadi sedang, sedangkan tiga orang lainnya mengalami penurunan kecemasan dari kategori tinggi menjadi rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dari penerapan strategi relaksasi terhadap kecemasan siswa menjelang ujian. Daftar Rujukan Alwisol psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Corey, Gerald Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama. Cormier, W.H & Cormier, L.S Interviewing Strategies For Helpers. Monterey California: Brooks/Cole Publishing. Daradjat, Zakiah Kesehatan mental. Jakarta: CV Haji Masagung. Darwati Pengaruh Penggunaan Latihan Relaksasi Terhadap Pengurangan Kecemasan Dalam Mengikuti Pelajaran Fisika Pada Siswa Kelas II SMA Negeri 21 Surabaya. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surabaya: PPB FIP UNESA. Goliszek, Andrew Manajement stress; Cara Tercepat Untuk Menghilangkan Rasa Cemas. Sulistyo Penyunting. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. Gunarsa, D.Singgih Psikologi anak bermasalah. Jakarta. BPK Gunung Mulia..Hasan, Diana Chitra Sisi Lain Dari Ujian Nasional. (Online). ( ujian_nasional, Diakses 15 mei 2009) Nelson-Jones, richard The Theori and Practice Of Psychology. London: Holt psychology. Counselling

9 Nursalim, dkk Strategi Konseling. Surabaya: UNESA University Press. Santoso, AM Rukky Mengembangkan Ot ak Kanan. Jakarta: Pustaka Gramedia. Slameto Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Subandi Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Sudrajat, Akhmad Faktor-faktor penyebab kecemasan menghadapi test (Online).( -di-sekolah/, Diakses 15 Mei 2009). Turmudhi. Audith.M Kecemasan Menghadapi ujian sekolah.(online) (http// n&meta=, Diakses 25 Maret 2009) Widiawati, Ike Penggunaan Teknik Relaksasi Untuk Menurunkan Tingkat Stress Siswa Kelas X-9 SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo. Skripsi Tidak diterbitkan. Surabaya: PPB FIP UNESA. Winarsunu, Tulus Mempersiapkan Siswa Menghadapi Ujian Nasional. (online).( diakses 25 Maret 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT Yuni Nur Faridah 1 dan Retno Tri Hariastuti 2 Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan penggunaan strategi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 12 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Suatu keadaan yang mengancam keberadaan kehidupan seseorang, akan menimbulkan suatu perasaan yang tidak menyenangkan pada diri orang tersebut.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Dilihat dari kualifikasinya, maka penelitian ini berfungsi sebagai penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Dilihat dari kualifikasinya, maka penelitian ini berfungsi sebagai penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode dalam sebuah penelitian memegang peranan penting karena salah satu ciri dari kegiatan ilmiah adalah terdapatnya suatu metode yang tepat dan sistematis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian eksperimen semu yaitu dengan pemasangan subyek melalui tes awal dan tes akhir dan kelompok kontrol (Ardhana 2008).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu dengan tingkat yang berbeda - beda. Kecemasan merupakan salah satu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling. PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI TERHADAP KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM SISWA KELAS X SMA KATOLIK WIJAYA KUSUMA BLORA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF 52 LAMPIRAN A Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF 53 LAMPIRAN A-1 Data Try Out KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS 54 55 LAMPIRAN A-2 Data Try

Lebih terperinci

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016 Lampiran 1 Nama : Agung Prasetio NIM : 1401100116 No. Kegiatan Penelitian I II III Tahap Persiapan a. Penentuan Judul b. Mencari Literatur c. Penyusunan Proposal d. Konsultasi Proposal e. Perbaikan Proposal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yang analisisnya dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya,

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Amila Millatina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui gambaran kecemasan siswa

Lebih terperinci

MENGURANGI KECEMASAN SISWA DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS

MENGURANGI KECEMASAN SISWA DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS MENGURANGI KECEMASAN SISWA DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS Yuni Lestari 1 (Yunilestari@rocketmail.com) Syarifuddin Latif 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT The purpose of this

Lebih terperinci

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Kecemasan Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa Peneliti

Lebih terperinci

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER. Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 4-9 4 ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER Ali Rachman* ABSTRAK Kecemasan

Lebih terperinci

Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling

Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING A. Topik bahasan : Kecemasan menghadapi ujian kenaikan tingkat B. Bidang bimbingan : Pribadi C. Jenis layanan : Konseling kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ujian nasional merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan di

I. PENDAHULUAN. Ujian nasional merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian nasional merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan di Indonesia. Ujian nasional merupakan bagian dari tes standardisasi yang artinya format soal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah BAB II 6 KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Gibson (1996) Kemampuan (ability) adalah kapasitas individu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejenuhan belajar. Berkaitan dengan itulah tingkat kejenuhan belajar siswa perlu memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. kejenuhan belajar. Berkaitan dengan itulah tingkat kejenuhan belajar siswa perlu memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam diri maupun faktor dari luar diri individu. Salah satu faktor berpengaruh terhadap proses belajar

Lebih terperinci

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

#### SELAMAT MENGERJAKAN #### Apakah Anda mahasiswa Fakultas Ekonomi Unika? Apakah Anda berstatus sebagai mahasiswa aktif? Semester berapakah Anda saat ini? Dengan Hormat, (Ya/ Bukan) (Ya/ Tidak) (Empat/ Enam) Disela-sela kesibukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan dalam Menyusun Proposal Skripsi (Pindho Hary Kristanto, dkk.) HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Pindho

Lebih terperinci

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE 1. Psikologis, ditunjukkan dengan adanya gejala: gelisah atau resah, was-was atau berpikiran negatif, khawatir atau takut, merasa akan tertimpa bahaya atau terancam,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Pengertian kecemasan Sebagian besar manusia pernah mengalami kecemasan yang sangat besar atau melampaui akal sehat hingga merasa tidak sanggup menghadapi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi). Penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi). Penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Creswell (dalam Alsa, 2004, h. 13) mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN 67 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecemasan dengan motivasi berprestasi dalam menghadapi Ujian Nasional pada siswa SMAN unggulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan teori yang digunakan dalam penelitian. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai kecemasan yang meliputi: kecemasan tes,

Lebih terperinci

MENGURANGI PERSEPSI NEGATIF SISWA TENTANG KONSELOR SEKOLAH DENGAN STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR (COGNITIVE RESTRUCTURING)

MENGURANGI PERSEPSI NEGATIF SISWA TENTANG KONSELOR SEKOLAH DENGAN STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR (COGNITIVE RESTRUCTURING) MENGURANGI PERSEPSI NEGATIF SISWA TENTANG KONSELOR SEKOLAH DENGAN STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR (COGNITIVE RESTRUCTURING) Ika Kusuma Wardani 1 dan Retno Tri Hariastuti 2 Penelitianyang dilakukan bertujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendekatan Konseling Behavioral

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendekatan Konseling Behavioral II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Konseling Behavioral dan Relaksasi 1. Pengertian Pendekatan Konseling Behavioral Dalam konsep behavioral, terapi ini adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2017 hingga 5 Maret 2017 di Panti Wreda Pengayoman Semarang. Adapun rincian pelaksanaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kecemasan dalam bidang layanan bimbingan dan konseling pribadi, pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. kecemasan dalam bidang layanan bimbingan dan konseling pribadi, pengertian 9 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori yang akan dijelaskan adalah teori mengenai kecemasan yang meliputi: kecemasan dalam bidang layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga badan akan terasa segar dan sehat. Banyak macam olah raga yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo.

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo. DAFTAR PUSTAKA Anastasi, A. dan Urbina, S. 1997. Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo. Apollo. 2007. Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasan

Lebih terperinci

BAB III. subyek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok

BAB III. subyek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen, disain yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan rancangan kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini subyek

Lebih terperinci

UPAYA MENGURANGI KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM MENGGUNAKAN TEKNIK RELAKSASI ABSTRACT

UPAYA MENGURANGI KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM MENGGUNAKAN TEKNIK RELAKSASI ABSTRACT 1 UPAYA MENGURANGI KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM MENGGUNAKAN TEKNIK RELAKSASI Agustina Ari Setianingrum 1 (agustina_ari25@yahoo.com) Yusmansyah 2 dan Shinta Mayasari 3 ABSTRACT The purpose of this

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PELAKSANAAN TES DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PELAKSANAAN TES DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PELAKSANAAN TES DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT Mudjihartono (Universitas Pendidikan Indonesia) Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam keseluruhan upaya pendidikan. Siswa dengan segala karakteristiknya

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka. LAMPIRAN Kata Pengantar Melalui kuesioner ini, kami dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Derajat kecemasan pada siswa kelas XI SMA Santa

Lebih terperinci

Penerapan Konseling Kelompok Realita Untuk Membantu Siswa Meningkatkan Motivasi Belajar. Desti Fatayati 1 dan Eko Darminto 2

Penerapan Konseling Kelompok Realita Untuk Membantu Siswa Meningkatkan Motivasi Belajar. Desti Fatayati 1 dan Eko Darminto 2 Penerapan Konseling Kelompok Realita Untuk Membantu Siswa Meningkatkan Motivasi Belajar Desti Fatayati 1 dan Eko Darminto 2 Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menguji penerapan konseling kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan jenis gangguan mental paling sering terjadi di dunia dengan prevalensi lebih dari 15%, dengan persentase wanita lebih banyak dibandingkan pria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

INFORMED CONCENT (SURAT PERSETUJUAN)

INFORMED CONCENT (SURAT PERSETUJUAN) Lampiran 1 Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Umur : Jenis Kelamin: INFORMED CONCENT (SURAT PERSETUJUAN) Setelah mendapat penjelasan dan pemahaman tentang manfaat dari relaksasi autogenik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapinya, baik masalah pribadi maupun masalah yang ada di sekitar lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapinya, baik masalah pribadi maupun masalah yang ada di sekitar lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era Modern ini permasalahan dan problem hidup yang dihadapi individu semakin kompleks. Setiap kehidupan manusia tidak luput dari berbagai masalah yang dihadapinya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah satunya, rasa ini timbul akibat perasaan terancam terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Siswa saat Berkomunikasi 1. Kecemasan Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Diet Pada Mahasiswi 1. Pengertian perilaku diet pada mahasiswi Gunarsa (1993, h. 19) mengatakan bahwa rentangan usia remaja berlangsung antara 12-21 tahun, yang dibagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini peran guru dalam pendidikan tidak hanya dalam menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa tersebut agar mencapai kematangan emosional

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Sejalan dengan tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Suatu bangsa akan tertinggal dari bangsa lain apabila pendidikan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingkat konsentrasi yang tinggi pada atlet memiliki peranan penting untuk dilatihkan guna menunjang penampilan yang baik pada atlet serta dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Peran Guru Pembimbing Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Peran Guru Pembimbing Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh 13 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Peran Guru Pembimbing Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang memiliki kedudukan dalam suatu masyarakat. 1 Peran yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Kecemasan 2.1.1. Definisi Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fausiah&Widury, 2007), kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang

Lebih terperinci

Mengurangi Kecemasan Konseli Mengikuti Ujian Nasional Melalui Konseling Kelompok Dengan Strategi Relaksasi. Sri Wahyuni 1

Mengurangi Kecemasan Konseli Mengikuti Ujian Nasional Melalui Konseling Kelompok Dengan Strategi Relaksasi. Sri Wahyuni 1 Jurnal Psikologi Pendidikan dan bimbingan Vol. 13. No.1, Juli 2012 Mengurangi Kecemasan Konseli Mengikuti Ujian Nasional Melalui Konseling Kelompok Dengan Strategi Relaksasi Sri Wahyuni 1 ABSTRAK: Tujuan

Lebih terperinci

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan 1 Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan Indra Darma Sitepu E-mail: pieblux@gmail.com Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan Abstrak Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional 2.1.1 Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Data Subjek yang sesuai dengan karakteristik penelitian berjumlah 30 orang. Setelah memperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI Pedoman Wawancara 1. Latar belakang berkaitan dengan timbulnya kecemasan - Kapan anda mulai mendaftar skripsi? - Bagaimana perasaan anda ketika pertama kali mendaftar skripsi?

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI RELAKSASI UNTUK MEMBANTU SISWA MENGURANGI PERASAAN CEMAS DALAM SITUASI KOMUNIKASI INTERPERSONAL

PENGGUNAAN STRATEGI RELAKSASI UNTUK MEMBANTU SISWA MENGURANGI PERASAAN CEMAS DALAM SITUASI KOMUNIKASI INTERPERSONAL Abstrak : PENGGUNAAN STRATEGI RELAKSASI UNTUK MEMBANTU SISWA MENGURANGI PERASAAN CEMAS DALAM SITUASI KOMUNIKASI INTERPERSONAL Fitri Rochaini 1 dan Titin Indah Pratiwi 2 Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan tegang dimana kita termotivasi untuk melakukan sesuatu dan memperingatkan individu bahwa adanya ancaman yang membahayakan individu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan LAMPIRAN 61 Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan gejala stres No. Variabel Cronbach s Alpha N

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimen. Arikunto (2006: 5) mengemukakan pendapatnya

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimen. Arikunto (2006: 5) mengemukakan pendapatnya BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan tipe penelitian eksperimen. Arikunto (2006: 5) mengemukakan pendapatnya mengenai penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal, suatu respon emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa yang tidak terekspresikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju dan crastinus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk hidup yang harus terus berjuang agar dapat mempertahankan hidupnya. Manusia dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan kesehatan tidak terlepas dari pembelajaran praktik bagi mahasiswa. Ketika pembelajaran praktik, mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk memperoleh

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk memperoleh 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk memperoleh hasil sesuai yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan. Penggunaan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional, jenis ini bertujuan untuk melihat apakah antara dua variabel atau lebih memiliki

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Mohon pilih yang sesuai dengan identitas Anda, dengan cara melingkarinya. Apakah Anda Mahasiswa Fak. Psikolgi Unika? Apa Anda telah menempuh masa kuliah lebih dari lima tahun? Apakah Anda Tidak pernah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan Data Pengolahan data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dan mutlak untuk dilakukan. Data yang terkumpul dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap fase kehidupan manusia pasti mengalami stres pada tiap fase menurut perkembangannya. Stres yang terjadi pada mahasiswa/i masuk dalam kategori stres

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN: 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) Silakan anda memberi tanda di kolom isi sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya wanita mengatakan bahwa menjadi hamil adalah suatu pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang luar biasa untuk wanita, dengan hadirnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Bidan. melaksanakan tugas dan peran dengan mengintegrasikan pengetahuan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Bidan. melaksanakan tugas dan peran dengan mengintegrasikan pengetahuan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Bidan 1. Pengertian Kompetensi Bidan Kompetensi merupakan kemampuan individu untuk melaksanakan tugas dan peran dengan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan a. HARS Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini. Adapun desain yang dilakukan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini. Adapun desain yang dilakukan adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptive dengan pendekatan kuantitatif karena dari beberapa metode penelitian yang ada, peneliti merasa

Lebih terperinci

Upaya Mengurangi Kecemasan Menghadapi Ujian Melalui Konseling Rasional Emotif Teknik Relaksasi Pada Siswa

Upaya Mengurangi Kecemasan Menghadapi Ujian Melalui Konseling Rasional Emotif Teknik Relaksasi Pada Siswa Upaya Mengurangi Kecemasan Menghadapi Ujian Melalui Konseling Rasional Emotif Teknik Relaksasi Pada Siswa Nasiatul Aisiyah (09220104) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseliing IKIP Veteran Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, dan (6) teknik analisis data.

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, dan (6) teknik analisis data. 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara berurutan: (1) pendekatan penelitian, (2) sasaran perbaikan, (3) setting dan subyek penelitian, (4) rancangan penelitian, (5) prosedur penelitian,

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBERIAN PUNISHMENT OLEH GURU DENGAN KECEMASAN DI DALAM KELAS PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTPN) 1 DAWE KUDUS SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan, manusia membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya (Gerungan, 2004). Hal ini berarti

Lebih terperinci

PROFIL KECEMASAN PESERTA DIDIK DALAM MERENCANAKAN ARAH KARIR PADA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG ARTIKEL E JURNAL DORA VISIA NPM:

PROFIL KECEMASAN PESERTA DIDIK DALAM MERENCANAKAN ARAH KARIR PADA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG ARTIKEL E JURNAL DORA VISIA NPM: PROFIL KECEMASAN PESERTA DIDIK DALAM MERENCANAKAN ARAH KARIR PADA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG ARTIKEL E JURNAL DORA VISIA NPM: 10060076 PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri ini. Pasalnya, angka kematian ini menunjukkan gambaran derajat kesehatan di suatu wilayah

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Responden

Lembar Persetujuan Responden Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden Saya yang bernama Sri Lestari Mei Donna Siregar/ 1102334 adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis (Azwar, 2005: 5). Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

Penerapan Konseling Kelompok Realita untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri di Sekolah. Nurin Cholifatul Ma rifa 1 dan Titin Indah Pratiwi 2

Penerapan Konseling Kelompok Realita untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri di Sekolah. Nurin Cholifatul Ma rifa 1 dan Titin Indah Pratiwi 2 Penerapan Konseling Kelompok Realita untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri di Sekolah Nurin Cholifatul Ma rifa 1 dan Titin Indah Pratiwi 2 Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penerapan konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang atlet diperlukan kerja keras dari awal sampai akhir, seperti persiapan saat latihan yang keras, mempersiapkan kondisi fisik dan tubuh mereka,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Pemeriksaan : Skor : 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 = berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dari waktu ke waktu mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini berdampak bagi setiap aspek kehidupan

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah satu diantaranya diwujudkan dalam aktifitas kerja, oleh karena itu manusia akan selalu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI TUJUAN PEMBELAJARAN Mampu membedakan antara frustrasi dan stress Mengerti gejala stress Mampu menjelaskan terjadinya stress Menguraikan cara-cara mengatasi stress

Lebih terperinci