Mengurangi Kecemasan Konseli Mengikuti Ujian Nasional Melalui Konseling Kelompok Dengan Strategi Relaksasi. Sri Wahyuni 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mengurangi Kecemasan Konseli Mengikuti Ujian Nasional Melalui Konseling Kelompok Dengan Strategi Relaksasi. Sri Wahyuni 1"

Transkripsi

1 Jurnal Psikologi Pendidikan dan bimbingan Vol. 13. No.1, Juli 2012 Mengurangi Kecemasan Konseli Mengikuti Ujian Nasional Melalui Konseling Kelompok Dengan Strategi Relaksasi Sri Wahyuni 1 ABSTRAK: Tujuan penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini adalah untuk membantu konseli mengatasi masalah kecemasan menghadapi ujian, juga untuk meningkatkan aktivitas konseli dalam layanan konseling kelompok. Penelitian ini dilakukan pada konseli kelas IXA SMP Negeri 1 Jatiroto yang mengalami kecemasan sejumlah 12 orang terdiri 4 orang konseli laki-laki dan 8 orang konseli perempuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah konseling kelompok dengan strategi relaksasi. Pengumpulan data dilakukan menggunakan observasi, wawancara, dan angket yang dianalisis secara kualitatif berdasarkan hasil refleksi jawaban positif dari konseli yang mengalami kecemasan. Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan dapat ditarik kesimpulan bahwa konseling kelompok dengan strategi relaksasi dapat membantu konseli mengatasi masalah kecemasan juga dapat meningkatkan aktivitas dalam layanan konseling kelompok. Kata Kunci: Kecemasan, Konseling Kelompok, Strategi Relaksasi 1 Konselor pada SMP Negeri 1 Jatiroto - Lumajang 73

2 74 Pendahuluan Memasuki semester genap para guru, murid dan orang tua murid bersiap-siap menyambut datangnya pelaksanaan Ujian Nasional yang setiap tahun ditunggu-tunggu khususnya oleh siswa kelas IX di jenjang Sekolah Menengah Pertama. Menghadapi ujian nasional, banyak permasalahan yang akan dihadapi oleh konseli. Hal ini karena standar kelulusan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dari tahun ke tahun meningkat, dasar hukum pelaksanaan ujian nasional adalah Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peratutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 59 tahun 2011 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional. Ujian Nasional bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Formula baru Ujian Nasional tahun 2012 memberi pembobotan 40% untuk nilai sekolah/madrasah dan 60% untuk nilai Ujian Nasional. Nilai sekolah/madrasah diperoleh dari gabungan antara nilai ujian sekolah/madrasah dan nilai ratarata rapor, untuk SMP/MTs dan SMPLB semester 1 (satu) sampai dengan 5 (lima), dengan pembobotan 60% untuk nilai Ujian Sekolah/Madrasah dan 40% untuk nilai rata-rata rapor. Nilai gabungan ini selanjutnya disebut dengan nilai sekolah/madrasah (NS/M) yang ikut diperhitungkan dalam penentuan kelulusan Ujian Nasional (UN). Dengan adanya formula baru dalam penentuan kelulusan inilah maka ujian Nasional 2012 tidak ada ujian ulangan. Sekolah memfasilitasi dengan mengadakan bimbingan belajar, try out dan latihan mengerjakann soal-soal yang bisa mengantarkan konseli mencapai sukses Ujian Nasional. Konseli kelas IX juga mulai mempersiapkan diri dengan mengikuti bimbingan belajar baik yang diadakan oleh sekolah maupun di luar sekolah, mereka tekun mengikuti try out yang diadakan oleh sekolah maupun yang diadakan oleh bimbingan belajar di luar sekolah misalnya Primagama, Tehnos, SSC, GO dan sebagainya. Selain itu bagi orang tua yang mampu

3 75 dan peduli pada kesuksesan anaknya, tidak segan-segan membelikan bukubuku latihan soal di toko-toko buku misalnya saja Gramedia, Toga Mas dan sebagainya. Konselor juga berpartisipasi yaitu dengan mengundang orang tua konseli untuk sosialisasi pelaksanaan ujian nasional sekaligus menghimbau kepada orang tua untuk selalu mendampingi, memotivasi cara belajar dan memberi semangat agar putera puterinya bisa berhasil dengan memuaskan sesuai dengan harapan yang diinginkan. Dari sekian banyaknya calon paserta Ujian Nasional ada bermacammacam cara penyambutannya antara lain, ada yang menyambut dengan semangat karena dari awal sudah dipersiapkan, ada yang menyambut dengan setengah-setengah karena memang belum siap serta malas belajar, ada pula yang menyambut dengan perasaan cemas karena takut tidak lulus tetapi tidak memiliki solusi untuk mengatasinya. Kondisi seperti ini juga terjadi di SMP negeri 1 Jatiroto, ada beberapa konseli yang merasa cemas menghadapi Ujian Nasional. Hal ini berdasarkan angket informasi diri yang diberikan oleh konselor sebagai tugas pengembangan diri. Merespon kenyataan ini guru BK SMP Negeri 1 Jatiroto ingin mengadakan penelitian sekaligus ingin membantu mengatasi masalah kecemasan agar pada saat Ujian Nasioanal konseli bisa bersemangat, percaya diri serta sukses dalam arti lulus dengan nilai yang sangat memuaskan Agar pelaksanaan PTBK berjalan dengan baik maka alur berpikir penelitian dirancang sebagai berikut:

4 76 KONDISI AWAL Guru peneliti memperoleh data dari informasi diri sebagai tugas pengembangan diri yang diberikan oleh konselor sebagai refleksi awal KONDISI AWAL Diperoleh awal kondisi obyektif persiapan konseli menghadapi ujian nasional SIKLUS I Konselor mencoba memberikan latihan relaksasi pernafasan yang diberi nama relaksasi KONDISI AKHIR Diduga bahwa melalui latihan relaksasi otot yang diberi nama relaksasi , Konseli dapat mengurangi kecemasan SIKLUS II Konselor mencoba memberikan latihan relaksasi otot yang diberi nama relaksasi Strategi Relaksasi Relaksasi adalah salah satu tehnik dalam terapi perilaku. Menurut pandangan ilmiah, relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot skeletal, sedangkan ketegangan merupakan kontraksi terhadap perpindahan serabut otot (Beech, 1982). Dasar pikiran metode relaksasi adalah bahwa di dalam sistem saraf manusia terdapat sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Fungsi sistem saraf pusat adalah mmengendalikan gerakangerakan yang dikehendaki, misalnya gerakan tangan, kaki, leher dan jari-jari. Sistem saraf otonom berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan yang otomatis misalnya fungsi digestif, proses kardiovaskuler dan gairah seksual. Sistem saraf otonom terdiri dari dua

5 77 subsistem yang kerjanya saling berlawanan, yaitu: (a) sistem saraf simpatetis yang bekerja meningkatkan rangsangan atau memacu organ-organ tubuh, memacu meningkatkan denyut jantung dan pernapasan, serta menimbulkan penyempitan pembulu darah tepi (peripheral) dan pembesaran pembuluh darah pusat, serta menurunkan temperatur kulit dan daya tahan kulit, dan juga akan menghambat proses digestif dan seksual, (b) sistem saraf parasimpatetis menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatetis, dan menstimulasi naiknya semua fungsi yang diturunkan oleh saraf simpatetis. Selama sistem-sistem berfungsi normal dalam keseimbangan, bertambahnya aktivitas sistem yang satu akan menghambat atau menekan efek sistem yaang lain. Pada waktu orang mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah sisstem saraf simpatetis, sedaangkan padaa waktu rileks yang bekerja adaalah sistem saraf parasimpatetis. Dengan demikian relaksasi dapat menekan rasa tegang dan rasa cemas dengan resiprok, sehingga timbul counter conditioning dan penghilangan (Bellack dan Hersen, 1977; Prawitasari, 1988). Menurut Wolpe (1982), efek otonomis yang menyertai relaksasi dilawankan dengan ciri-ciri kecemasan. Jacobson (dalam Wolpe, 1982) menunjukkan bahwa denyut nadi dan tekanan darah dapat dikuraangi dengan relaksasi otot. Di samping itu Wolpe (1982) juga membuktikan bahwa daya tahan kulit (skin conductance) meningkat dan pernapasan menjadi lebih pelan dan teratur selama relaksasi. Relaksasi dapat digunakan sebagai ketrampilan coping yang aktif jika digunakan untuk mengajar individu kapan dan bagaimana menerapkan relaksasi dibawah kondisi yang menimbulkan kecemasan. Goldried dan Trier menunjukkan efektivitas latihan yang disajikan sebagai self control coping skill. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa subyek yang diberi latihan relaksasi yang disajikan sebagai active coping skill secara signifikan menunjukkan pengurangan kecemasan yang lebih besar daripada subyek yang diberi latihan relaksasi yang disajikan sebagai prosedur otomatis untuk mengurangi kecemasan

6 78 Burn (dalam Beech dkk, 1982), melaporkan beberapa keuntungan yang diperoleh dari latihan relaksasi, antara lain: 1.) Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang berlebihan karena stres, 2.) Masalah-masalah yang berhubungan dengan stres seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia, dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi, 3.) Mengurangi tingkat kecemasan, 4.) Relaksasi merupakan bantuan penyembuhan penyakit tertentu, 5.) Mening-katkan hubungan interpersonal. Orang yang rileks dalam situasi interpersonal akan berpikir rasional. Macam-macam Relaksasi 1. Relaksasi otot, bertujuan untuk mengurangi ketegangan dengan cara melemaskan badan. Dalam latihan relaksasi otot individu diminta menegangkan otot dengan ketegangan tertentu dan kemudian diminta untuk mengendurkannya. Sebelum dikendorkan penting dirasakan ketegangan tersebut sehingga individu dapat membedakan antara otot tegang dengan otot yang lemas. Relaksasi otot dibagi menjadi tiga antara lain : a.) Relaksasi via Tensionrelaxation, dalam metode ini individu diminta untuk menegangkan dan melemaskan masing-masing otot, kemudian diminta merasakan dan menikmati perbedaan antara otot tegang dengan otot lemas. Disini individu diberitahu bahwa fase menegangkan akan membantu dia lebih menyadari sensasi yang berhubungan dengan kecemasan dan sensasi-sensasi tersebut bertindak sebagai isyarat atau tanda untuk melemaskan ketegangan. Individu dilatih untuk melemaskan otot-otot yang tegang dengan cepat seolah-olah mengeluarkan ketegangan dari badan, sehingga individu akan merasa rileks. b.) Relaxation-Via Letting Go, metode ini bertujuan untuk memperdalam relaksasi. Setelah individu berlatih relaksasi pada semua kelompok otot tubuhnya, maka langkah selanjutnya adalah latihan relaksasi via letting go. Pada fase ini individu dilatih untuk lebih menyadari dan merasakan rilaksasi. Individu

7 79 dilatih untuk menyadari ketegangannya dan berusaha sedapat mungkin untuk mengurangi serta menghilangkan ketegangan tersebut. Dengan demikian individu akan lebih peka terhadap ketegangan dan lebih ahli dalam mengurangi ketegangan. c.) Deffrential Relaxation, merupakan salah satu penerapan ketrampilan progresif. Pada waktu individu melakukan sesuatu bermacam-macam kelompok otot menjadi tegang. Otot yang diperlukan untuk melakukan aktifitas tertentu sering lebih tegang daripada yang seharusnya (ketegangan yang berlebih) dan otot lain yang tidak diperlukan untuk melakukan aktifitas juga menjadi tegang selama aktifitas berlangsung. Oleh karena itu untuk merilekskan otot yang tegangannya berlebihan dan otot yang tidak perlu tegang, pada waktu individu melakukan aktifitas tersebut dapat digunakan relaksasi defferential. 2. Relaksasi kesadaran indera, dalam teknik ini individu dapat diberi satu-persatu seri pertanyaan yang tidak dijawab secara lisan tetapi untuk dirasakan sesuai dengan apa yang dapat atau tidak dapat dialami individu pada waktu intruksi diberikan. Pengembangan teknik dapat mengacu pada teori Golfried. 3. Relaksasi hipno, hipnosa adalah kondisi yang menyerupai tidur lelap tapi lebih aktif, saat seseorang memiliki sedikit keinginan tahu dari dirinya dan bertindak menurut sugesti dari orang yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut. Hipnosa adalah sebuah teknik yang lebih dikenal luas tetapi masih kurang dipahami, hipnosa didefinisikan sebagai suatu kesadaran yang berubah secara semu dimunculkan dan dicerna oleh meningkatnya penerimaan terhadap sugesti. 4 Yoga, adalah sistem filsafat agama hindu yang memerlukan disiplin fisik dan mental intens sebagai cara mencapai kesatuan dengan ruh universal. Yoga adalah sebuah sistematika baru yang mampu menjelaskan manusia secara utuh, bagaimana menjalani hidup secara berimbang serta bagaimana cara

8 80 bertahan hidup jika tidak ada keseimbangan. 5 Meditasi, dewasa ini meditasi banyak digunakan dalam banyak hal, ada yang melaksanakan meditasi untuk mendapatkan kedamaian dan kekuatan jiwa. Ada yang melakukan pengendalian diri, ada yang untuk mendapatkan kekuasaan atas orang lain, bahkan ada hanya untuk mendapatkan ketenangan, atau rileksasi setelah keseharian kerja. Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan, antara lain belajar untuk tegang dan rileks, selama fase permulaan latihan relaksasi paling sedikit 30 menit setiap hari dan selama fase tengah atau fase lanjut dapat dilaksanakan selama 15 atau 20 menit. Latihan ini dapat dilakukan dua atau tiga kali setiap minggu. Jumlah ini tergantung pada keadaan individu dan strestor yang dialami dalam kehidupannya. Dalam hal ini konselor menggunakan strategi relaksasi otot yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan cara melemaskan otot badan (Berntein & Borkovec, 1973; Goldried & Davidson, 1976; Walker dkk, 1981). Dalam latihan relaksasi otot, konseli diminta untuk menegangkan otot dengan ketegangan tertentu, kemudian dikendorkan. Sebelum dikendorkan yang penting dirasakan ketegangan tersebut, sehingga konseli dapat membedakan antara otot yang tegang dan yang lemas. Metode Penelitian Siswa kelas sembilan terdiri dari IXA, IXB, IXC, IXD, IXE, IXF, IXG, dan IXH, berjumlah 267 dan tiap-tiap kelas ada yang mengalami gangguan kecemasan saat menghadapi ujian tetapi yang digunakan sebagai responden hanya kelas IXA yang mengalami kecemasan menghadapi ujian nasional sejumlah 12 orang terdiri dari laki-laki 4 orang dan perempuan 8 orang sesuai dengan tabel I di bawah ini. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Jatiroto. Penelitian ini dilakukan pada saat jam layanan bimbingan dan konseling, juga saat pulang sekolah selama bulan Nopember 2011 sampai dengan Pebruari 2012.

9 81 Tabel I Daftar Konseli Yang Mengalami Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional No. Kelas Jumlah L P MerasaCemas L P 1. IXA IXB IXC IXD IXE IXF IXG IXH Jumlah Prosedur Penelitian Penelitian yang dilakukan dirancang sesuai dengan penelitian tindakan layanan. Adapun tahapan penelitian yang akan dilaksanakan adalah: 1. Perencanaan Penelitian Perencanaan penelitian dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, menyusun program satuan layanan, menentukan rencana tindakan dan indikator keberhasilan, menyusun instrumen penelitian, menentukan teknik pengumpulan data dan analisis data, menyusun rincian jadwal serta penyusunan proposal penelitian. 2. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan layanan konseling kelompok dengan strategi relaksasi untuk mengurangi kecemasan pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Jatiroto ini melalui 2 (dua) siklus. Siklus I Perencanaan Perencanaan yang dilakukan meliputi mengatur dan mempersiapkan pertemuan dengan konseli. Diharapkan kehadiran konseli pada saat konseling kelompok 100% sehingga kegiatan konseling dapat berlangsung secara optimal. Pelaksanaan Sesi I: Pendahuluan Pada sesi ini konselor melakukan sosialisasi untuk mengenalkan kepada konseli tentang kegiatan layanan konseling kelompok. Konselor kemudian

10 82 mengarahkan konseli untuk membentuk kelompok. Tiap kelompok beranggotakan 4 orang. Tidak ada persyaratan khusus untuk membentuk kelompok, tiap konseli bebas untuk memilih teman yang akan menjadi anggota kelompoknya. Setelah terbentuk 3 kelompok maka agar kegiatan ini bisa berlangsung lancar dan optimal, agar tidak ada peserta konseling yang mainmain, maka setiap anggota kelompok diminta untuk membuat surat pernyataan sebagai tanda kesungguhan untuk mengikuti kegiatan konseling ini Sesi II: Relaksasi Pernapasan Mula-mula konseli diajak untuk memejamkan mata, kemudian diminta memusatkan pikiran dan perasaan tentang pentingnya melakukan relaksasi untuk mengurangi kecemasan. Dengan mata tetap terpejam, konselor memberikan aba-aba: 1. Tarik napas selama empat hitungan (4). 2. Tahan napas selama tujuh hitungan (7). 3. Hembuskan napas selama delapan hitungan (8). 4. Lakukan sebanyak empat putaran. Bukan hanya matematika, fisika, dan kimia yang mempunyai rumus, relaksasi juga mempunyai rumus. Relaksasi bukan sekadar menenangkan tubuh dari berbagai macam pikiran dan aktivitas yang tegang. Seperti yang diterangkan oleh ahli meditasi Reza Gunawan. Kesalahan yang paling sering dilakukan dan perlu diperhatikan oleh konseli adalah ketika menarik dan menghembuskan napas. Diusahakan agar nafas penuh di hitungan keempat dan habis dihembuskan benar-benar di hitungan ke delapan.. Selain itu, tidak diperbolehkan langsung membuka mata setelah selesai, karena bila dilakukan dengan cepat bisa membuat si pelaku pusing. Ditunggu sampai napas menjadi nyaman. Baru membuka mata. Relaksasi ini baik dilakukan sebelum tidur karena meredakan saraf simpatis. Ini adalah salah satu saraf yang berkaitan dengan timbulnya rasa tegang atau stres.

11 83 Siklus II Pelaksanaan Konseling kelompok Pada sesi konseling kelompok terdapat 4 tahapan yang harus dilaksanakan oleh siswa yaitu: 1. Tahap Pembentukan Kegiatan yang dilakukan oleh guru pembimbing adalah: Membuka dengan salam Memimpin do a Mengucapkan terima kasih Menjelaskan pengertian konseling kelompok Menjelaskan pentingnya relaksasi Menjelaskan tujuan konseling kelompok yaitu membantu siswa mengatasi masalah Menjelaskan azas-azas konseling kelompok: kerahasiaan, sesuai dengan norma, terbuka, saling menghargai Menjelaskan pelaksanakan konseling kelompok: semua siswa ikut aktif membicarakan masalah yang dihadapi teman, dengan mengajukan pertanyaan, memberi jawaban, penjelasan, uraian, nasehat, dorongan, semangat, empati, dan alternatif pemecahan 2. Tahap Peralihan Kegiatan yang dilakukan oleh guru pembimbing adalah: Menjelaskan kembali maksud kegiatan konseling kelompok Tanya jawab tentang kesiapan siswa untuk memasuki tahap kegiatan Mengenali suasana apakah siswa siap memasuki tahap berikutnya Memberi contoh masalah perorangan yang dapat dibahas dalam konseling kelompok 3. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan yang dilakukan oleh konselor adalah: Menjelaskan tentang masalah perorangan yang nyata sedang dihadapi yang hendak dikemukakan Mempersilahkan konseli secara bebas mengungkapkan masalahnya Mempersilahkan konseli saling membantu memecahkan masalah secara mendalam dan tuntas 4. Tahap Pangakhiran Kegiatan yang dilakukan oleh guru pembimbing adalah: Menyampaikan bahwa konseling kelompok segera diakhiri

12 84 Meminta siswa menyampaikan kesan dan kemajuan yang diperoleh selama mengikuti konseling kelompok Membahas kegiatan lanjutan Mengucapkan terima kasih Menutup kegiatan dengan do a Pengamatan Pengamatan dilakukan oleh peneliti terhadap aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan konseling kelompok. Refleksi Tahap ini merupakan tahap menganalisa dan mensintesa hasil dari catatan pengamatan konselor selama konseli mengikuti kegiatan konseling, lembar pengembangan nilai dan sikap yang telah diisi konseli serta hasil evaluasi dan penilaian terhadap konseli. Dari hasil refleksi konselor dapat menganalisa tentang keberhasilan layanan konseling kelompok dengan strategi relaksasi untuk mengurangi kecemasan pada siswa kelas IXA. Instrumen Penelitian 1. Lembar Observasi Aktivitas Lembar ini diisi oleh konselor dan kolaborator untuk mengamati aktivitas konseli selama mengikuti kegiatan konseling. 2. Pedoman Wawancara Pokok materi wawancara ini adalah untuk menggali informasi tentang segala sesuatu yang terjadi pada konseli terkait dengan gangguan kecemasan. 3. Angket Informasi Diri Angket ini bertujuan untuk mengetahui konseli yang mengalami kecemasan saat menghadapi ujian. Pada saat mengisi angket konseli diminta untuk jujur pada diri sendiri agar konselor dapat menganalisa dan menindak lanjuti. 4. Lembar Skala Kecemasan Skala Kecemasan adalah daftar pernyataan-pernyataan yang akan mengungkap gejala kecemasan konseli. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Dari hasil angket informasi diri dan dari beberapa siswa kelas IXA yang berkonsultasi kepada konselor, maka terdapat 12 orang yang mengalami kecemasan saat menjelang pelaksanaan ujian nasional. Upaya yang dilakukan oleh konselor adalah dengan memberikan layanan bimbingan kelompok kepada para siswa tersebut, namun kegiatan ini kurang bisa optimal

13 85 karena kurangnya kesadaran siswa tersebut untuk mengikuti konseling secara serius. Akhirnya konselor yang bertugas sebagai guru Bimbingan Konseling di SMPN 1 Jatiroto berupaya untuk mengurangi kecemasan yang sedang dialami oleh para siswa dengan melaksanakan kegiatan konseling kelompok dipadukan dengan strategi relaksasi. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini maka keaktifan siswa untuk mengikuti kegiatan konseling dapat bertambah, kemampuan konseli untuk mengatasi kecemasan yang dihadapi meningkat. Diharapkan pula kegiatan konseling ini juga dapat mempersiapkan mental siswa kelas IXA khususnya sebelum menghadapi Ujian Nasional agar lebih matang lulus dengan nilai sesuai dengan yang diharapkan. Tabel 2 Hasil Pelaksanaan Strategi Relaksasi Pernapasan No. Nama Konseli Sebelum (%) Sesudah (%) Selisih (%) 1 A ,24 2 A ,11 3 A ,14 4 A ,84 5 A ,63 6 A ,47 7 A ,16 8 A ,67 9 A ,33 10 A ,89 11 A ,91 12 A ,09 Prosenstase rata-rata 71,17 60,42 15,29 Deskripsi Siklus II Relaksasi Otot Berdasarkan pengamatan Burnstein & Borkovic (dalam Nelson, 1982: 251), bahwa latihan relaksasi dengan memusatkan pada sekelompok otot terdiri atas 5 unsur. 1. Focus (Pemusatan perhatian), yang berarti memusatkan perhatian pada sekelompok otot. 2. Tense (tegang), yaitu merasakan ketegangan pada sekelompok otot. 3. Hold (tahan), yaitu mempertahankan ketegangan antara 5 sampai 7 detik.

14 86 4. Release (Lepas), yaitu melepaskan tegangan pada sekelompok otot 5. Relax (Rileks), yaitu memusatkan perhatian pada pelepasan ketegangan dan lebih lanjut merasakan keadaan rileks pada sekelompok otot. Dalam strategi relaksasi otot ini konseli diminta untuk menegangkan dan melemaskan masing-masing otot, kemudian diminta untuk merasakan dan menikmati perbedaan antara ketika otot tegang dan ketika otot lemas. Disampaikan kepada konseli bahwa pada fase menegangkan akan membantu mengurangi kecemasan. Konseli dilatih untuk melemaskan otot-otot yang tegang dengan cepat, seolah-olah mengeluarkan ketegangan dari badan, sehingga konseli merasa rileks. Pelaksanaannya sebagai berikut: Lengan Tangan Kiri Dan Kanan Putaran 1: a) Menutup mata, b) Genggam lengan tangan kiri buatlah satu kepalan, c) Buatlah kepalan tadi keras-keras dan rasakan ketegangan di tangan dan lengan bawah kiri, rasakan sensasi ketegangan tersebut, d) Lepaskan kepalan, biarkan jari-jari membuka, e) Perbedaan ketegangan dan relaksasi otot selama 10 detik Putaran 2: a) Lakukan gerakan sama dengan putaran 1, b) Tahan ketegangan selama 5 detik Putaran 3: a) Lakukan gerakan sama dengan putaran 1, b) Tahan ketegangan selama 10 detik, c) Begitu selanjutnya masing- masing anggota badan digerakkan seperti contoh di atas Konseli diajarkan bagaimana mengendurkan segenap otot dibagian tubuh dengan mengendurkan otot-otot tangan, diikuti oleh kepala, kemudian leher dan pundak, punggung, perut dan dada, kemudian anggota badan dibagian bawah. Dalam penelitian ini, pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah pelaksanaan strategi relaksasi. Pertama dilakukan pengukuran (pre-test) pada konseli dengan menggunakan skala kecemasan menjelang ujian. Selanjutnya diberikan perlakuan strategi relaksasi. Dalam jangka waktu tertentu kemudian

15 87 dilakukan pengukuran kembali (posttest). Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah 12 orang konseli yang telah teridentifikasi mengalami kecemasan menjelang ujian kategori tinggi. Untuk itu, konseli inilah yang akan diberikan perlakuan dengan strategi relaksasi untuk mengurangi kecemasan mereka. Setelah diberikan latihan relaksasi selama beberapa kali, selanjutnya konseli tersebut diberikan post-test untuk mengukur kembali kecemasan mereka. Tabel 3 Hasil Pelaksanaan Strategi Relaksasi Otot No. Nama Konseli Sebelum (%) Sesudah (%) Selisih (%) 1 A ,00 2 A ,14 3 A ,85 4 A ,70 5 A ,00 6 A ,00 7 A ,55 8 A ,45 9 A ,00 10 A A ,55 12 A ,86 Prosenstase rata-rata 60,42 31,58 48,84 Setelah diketahui hasil antara sebelum dan sesudah relaksasi, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Hal ini digunakan untuk mengetahui hasil penelitian yang telah dilakukan dengan cermat dan teliti agar tidak ada kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil pengukuran kecemasan, dapat dilihat adanya perbedaan antara skor pre-test dan posttest, yaitu skor pre-test menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor post-test. Ini membuktikan bahwa skor sebelum diberikan strategi relaksasi berada pada skor yang tinggi, dan sesudah diberikan strategi relaksasi, skor menurun. Terdapat 1 orang konseli skornya menjadi paling rendah artinya tingkat kecemasannya banyak berkurang, 6 orang menjadi rendah, 3 orang konseli

16 88 menjadi sedang dan 2 orang masih dibutuhkan perlakuan lebih intensif lagi. Ini menunjukkan bahwa strategi relaksasi memberikan pengaruh yang positif terhadap konseli dalam mengurangi kecemasan mereka menjelang ujian. Pembahasan 12 orang konseli yang mengalami kecemasan menjelang ujian kategori tinggi adalah A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7, A8, A9, A10, A11, A12. Dari hasil pengisian angket diketahui masingmasing skor siswa terdapat pada tabel 2. Misalnya kita ambil satu contoh A1, konseli ini memiliki 66 skor kecemasan menjelang ujian kategori tinggi kemudian diberi bantuan untuk mengurangi kecemasan tersebut dengan menggunakan strategi relaksasi pada siklus I. Hasil yang diperoleh setelah penerapan strategi relaksasi dari skor 66 turun menjadi 50, diketahui bahwa masing-masing konseli mengalami penurunan skor kecemasan menjelang ujian yang cukup beragam, tetapi masih jauh dari yang peneliti harapkan. Oleh sebab itu pada siklus II masing-masing konseli diajarkan relaksasi otot. A1 mengalami penurunan skor sebesar 15, A2 mengalami penurunan sebesar 30, A3 mengalami penurunan skor sebesar 30 hal ini bisa dilihat pada tabel 2. Seterusnya masing-masing konseli ratarata bisa mengalami penurunan sebesar 48,84%. Sedangkan penurunan skor terkecil dialami oleh A9 dan A11 yaitu sebesar 30%. Berdasarkan hasil analisis di atas, menunjukkan adanya satu perbedaan skor sebelum dan sesudah perlakuan (Tabel 2). Hal ini berarti latihan relaksasi memiliki pengaruh positif terhadap siswa yang mengalami kecemasan menjelang ujian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi relaksasi dapat digunakan sebagai salah satu strategi untuk mengurangi kecemasan siswa menjelang ujian, konseli dilatih menegangkan otot dalam jangka waktu tertentu, kemudian otot tersebut dilemaskan kembali sehingga terjadi keadaan rileks dan tenang. Hal yang penting adalah bahwa konseli mencapai keadaan tenang dan damai. Dengan demikian, latihan relaksasi akan menimbulkan perasaan sehat dan bugar dengan menciptakan keadaan rileks yang sebenarnya menghambat kekhawatiran dan reaksi stress negatif.

17 89 Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat stres siswa sebelum dan sesudah diberikan strategi relaksasi. Perbedaan itu ditunjukkan dengan adanya perbedaan negatif dari hasil analisis yaitu tingkat stress siswa sesudah penerapan teknik relaksasi adalah berkurang dibanding dengan sebelum penerapan teknik relaksasi. Artinya, kecemasan berhubungan dengan keadaan tubuh dimana seluruh tubuh akan mengalami penegangan otot pada saat terjadi kecemasan. Untuk itu, konseli dilatih untuk melemaskan otototot dalam tubuh dengan menggunakan teknik relaksasi sampai konseli berada dalam keadaan nyaman dan tenang. Ketika tubuh dikondisikan untuk rileks dan tenang, maka kecemasan secara berangsur-angsur berkurang. Dalam pelaksanaan perlakuan, konselor tidak lepas dari berbagai hambatan. Adapun hambatan yang dirasakan pada saat perlakuan adalah konseli kurang dapat berkonsentrasi pada tahap-tahap awal karena tidak terbiasa dan tidak pernah melakukan relaksasi. Selain itu, kondisi lingkungan sekolah sedang dalam perbaikan (renovasi) membuat suasana pada saat perlakuan kurang kondusif karena sedikit bising. Untuk mengatasi hambatan tersebut, yang harus dilakukan adalah memberikan rasionalisasi strategi kepada konseli tentang tujuan diberikannya relaksasi. Selain itu, demi kelancaran pelaksanaan strategi, pemberian perlakuan dilaksanakan diruang tertutup di ruang BK atau di aula dengan ijin dari pihak sekolah. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa indikator yang belum terjangkau oleh peneliti sehingga diperlukan penelitian lanjutan meskipun keseluruhan skor kecemasan siswa terbukti berkurang. Akan tetapi pengurangan skor tersebut berbeda antara satu dengan lainnya. Hal tersebut terjadi karena setiap individu memiliki keterampilan, motivasi dan kesungguhan yang berbeda dalam menjalankan strategi relaksasi. Dari pelaksanaan konseling siklus I dan II yang dilakukan sebanyak empat kali maka dapat dilihat bahwa konseli telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan, jika pada awalnya mereka masih ragu-ragu, takut dan cemas namun pada akhirnya mereka menjadi lebih terbuka serta mau

18 90 menerima saran dan masukan yang diberikan oleh konselor yaitu dengan melaksanakan relaksasi otot. Konseli juga lebih memahami langkah-langkah untuk menyelesaikan kecemasan yang dihadapi. Dari hasil pengisian lembar pengembangan nilai dan sikap juga terlihat adanya peningkatan perubahan sikap dan perilaku dalam menyikapi kecemasan yang dihadapi menjelang pelaksanaan ujian nasional. Hasil evaluasi yaitu dengan membandingkan rata-rata skor pada Tabel 2 dengan rata-rata skor pada Tabel 3 menunjukkan bahwa rata rata konseli bisa mengurangi kecemasan saat menghadi ujian (48,84-15,29) : 48,84 x 100% = 68,69%. Jadi konseli telah dapat mengatasi kecemasan. Dapat disimpulkan bahwa dengan mengikuti kegiatan layanan konseling kelompok dengan strategi relaksasi maka konseli dapat mengurangi kecemasan yang dihadapi. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa, selama proses relaksasi dan dengan strategi relaksasi rengan demikian strategi relaksasi dapat mengurangi kecemasan dalam mengikuti ujian, hal ini dapat diketahui dari analisis sebelum dan sesudah pelaksanaan relaksasi yang menunjukkan adanya penurunan kecemasan. Menjelang ujian, sesudah penerapan strategi relaksasi, ada 7 konseli mengalami penurunan kecemasan dari kategori tinggi menjadi sedang, sedangkan 5 konseli lainnya mengalami penurunan kecemasan dari kategori tinggi menjadi rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dari penerapan strategi relaksasi terhadap kecemasan konseli menjelang ujian. Daftar Acuan Benson, H dan Z. Kliper, M Respon Relaksasi Tehnik Meditasi Sederhana Untuk Mengatasi Tekanan Hidup. Bandung: Kaifa Benson, H dan Proktor, W Dasardasar Relaksasi. Bandung:Kaifa Chaplin, JP Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafiada Persada Hidayat, Dede Rahmat dan Badrujaman, Aip Cara Mudah

19 91 Melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta.Trans Info Media. Nursalim, Mochamad dkk Strategi Konseling. Surabaya. Unesa University Press. Subandi, S Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendekatan Konseling Behavioral

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendekatan Konseling Behavioral II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Konseling Behavioral dan Relaksasi 1. Pengertian Pendekatan Konseling Behavioral Dalam konsep behavioral, terapi ini adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI RELAKSASI UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN

PENERAPAN STRATEGI RELAKSASI UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN PENERAPAN STRATEGI RELAKSASI UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN Dwi Fadilah Irmayanti 1 dan Hadi Warsito 2 Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji penerapan strategi relaksasi

Lebih terperinci

Cara Mengatasi Kecemasan

Cara Mengatasi Kecemasan Cara Mengatasi Kecemasan S etiap manusia pasti pernah merasa cemas. Perasaan cemas tersebut sering disertai dengan gejala tubuh seperti: jantung berdetak lebih cepat, otot otot menegang, berkeringat, gemetar,

Lebih terperinci

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015 Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015 A. Pengertian Chaplin (2011) memberi pengertian relaksasi sebagai kembalinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ujian nasional merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan di

I. PENDAHULUAN. Ujian nasional merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian nasional merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan di Indonesia. Ujian nasional merupakan bagian dari tes standardisasi yang artinya format soal

Lebih terperinci

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016 Lampiran 1 Nama : Agung Prasetio NIM : 1401100116 No. Kegiatan Penelitian I II III Tahap Persiapan a. Penentuan Judul b. Mencari Literatur c. Penyusunan Proposal d. Konsultasi Proposal e. Perbaikan Proposal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. mengambil 7 subjek mahasiswa yang mengalami kecemasan tinggi.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. mengambil 7 subjek mahasiswa yang mengalami kecemasan tinggi. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa BK-FKIP UKSW yang sedang menyusun skripsi yaitu sebanyak 40 orang. Dari 40 mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan kesehatan tidak terlepas dari pembelajaran praktik bagi mahasiswa. Ketika pembelajaran praktik, mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu dengan tingkat yang berbeda - beda. Kecemasan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dojang Taekwondo Salatiga yang berpusat di Jalan Widosari No.1 Salatiga. Jumlah populasi di Dojang

Lebih terperinci

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu melewati tahap-tahap perkembangan di sepanjang rentang kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Dilihat dari kualifikasinya, maka penelitian ini berfungsi sebagai penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Dilihat dari kualifikasinya, maka penelitian ini berfungsi sebagai penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode dalam sebuah penelitian memegang peranan penting karena salah satu ciri dari kegiatan ilmiah adalah terdapatnya suatu metode yang tepat dan sistematis

Lebih terperinci

Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling

Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING A. Topik bahasan : Kecemasan menghadapi ujian kenaikan tingkat B. Bidang bimbingan : Pribadi C. Jenis layanan : Konseling kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu hal yang di tunggu-tunggu oleh pasangan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu hal yang di tunggu-tunggu oleh pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan sesuatu hal yang di tunggu-tunggu oleh pasangan suami istri. Dimana pada masa ini sesuatu anugrah seorang anak akan hadir diantara mereka. Masa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, dan (6) teknik analisis data.

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, dan (6) teknik analisis data. 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara berurutan: (1) pendekatan penelitian, (2) sasaran perbaikan, (3) setting dan subyek penelitian, (4) rancangan penelitian, (5) prosedur penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga badan akan terasa segar dan sehat. Banyak macam olah raga yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan dalam Menyusun Proposal Skripsi (Pindho Hary Kristanto, dkk.) HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Pindho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu, olahraga telah dikenal sebagai aktivitas yang mempunyai berbagai manfaat baik bagi pelaku olahraga maupun orang lain yang menonton. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan fisik seseorang terdapat hubungan yang erat dan saling mempengaruhi.

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan fisik seseorang terdapat hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada setiap insan. Manusia dilahirkan, menghirup udara, tumbuh dan bjjerkembang, mengalami hal-hal normal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Perijinan Penelitian Langkah yang harus ditempuh penulis sebelum melakukan penelitian adalah melakukan izin pra penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingkat konsentrasi yang tinggi pada atlet memiliki peranan penting untuk dilatihkan guna menunjang penampilan yang baik pada atlet serta dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh cabang olahraga. Dengan demikian latihan mental perlu mendapat perhatian yang sangat penting untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan teori yang digunakan dalam penelitian. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai kecemasan yang meliputi: kecemasan tes,

Lebih terperinci

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

#### SELAMAT MENGERJAKAN #### Apakah Anda mahasiswa Fakultas Ekonomi Unika? Apakah Anda berstatus sebagai mahasiswa aktif? Semester berapakah Anda saat ini? Dengan Hormat, (Ya/ Bukan) (Ya/ Tidak) (Empat/ Enam) Disela-sela kesibukan

Lebih terperinci

Penyusun: Dr. Danu Hoedaya & Dr. Nitya Wismaningsih [ Tim Psikologi Pelatda PON XVI Jawa Barat ]

Penyusun: Dr. Danu Hoedaya & Dr. Nitya Wismaningsih [ Tim Psikologi Pelatda PON XVI Jawa Barat ] Paket Latihan Mental Khusus Pelatda PON XVI Jawa Barat Penyusun: Dr. Danu Hoedaya & Dr. Nitya Wismaningsih [ Tim Psikologi Pelatda PON XVI Jawa Barat ] Komite Olahraga Nasional Indonesia - Jawa Barat Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

Dewi Setyaningsih 1 dan Tamsil Muis 2

Dewi Setyaningsih 1 dan Tamsil Muis 2 PENGARUH PENERAPAN KOMBINASI MUSIK KLASIK DAN LATIHAN RELAKSASI UNTUK MENURUNKAN STRES PADA SISWA KELAS XI IPA 2 SMA INTENSIF TARUNA PEMBANGUNAN SURABAYA Dewi Setyaningsih 1 dan Tamsil Muis 2 Abstrak:

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN SENAM MATA DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA KELAS 8C SMPN 1 TIRTOYUDO TAHUN 2013/2014. Demes N.

PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN SENAM MATA DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA KELAS 8C SMPN 1 TIRTOYUDO TAHUN 2013/2014. Demes N. PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN SENAM MATA DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA KELAS 8C SMPN 1 TIRTOYUDO TAHUN 2013/2014 Demes N. Dewi Penelitian bertujuan memperoleh waktu baca yang optimal,

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN 46 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA YANG ANAKNYA DIRAWAT DI RUANG ICU RSUD DR PIRNGADI MEDAN PENELITI : MUHAMMAD ADIUL

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling. PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI TERHADAP KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM SISWA KELAS X SMA KATOLIK WIJAYA KUSUMA BLORA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Salatiga. Sebelumnya penulis telah

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Salatiga. Sebelumnya penulis telah BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Izin Penelitian Pada tanggal 11 September 2011 penulis meminta surat permohonan izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI TERHADAP KECEMASAN PADA ATLET KARATE

PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI TERHADAP KECEMASAN PADA ATLET KARATE PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI TERHADAP KECEMASAN PADA ATLET KARATE Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun Oleh: Fahrur Azhar Ghazalba F 100 040 023 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Kecemasan Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan melawan diri sendiri atau dengan orang lain atau konfrontasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam jenis penyakit menjadi perbincangan yang hangat. Menurut Sarafino (1994)

BAB I PENDAHULUAN. macam jenis penyakit menjadi perbincangan yang hangat. Menurut Sarafino (1994) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan akhir-akhir ini sangat ramai diperbincangkan. Tingginya angka kematian akibat suatu penyakit dan semakin banyak berkembangnya berbagai macam jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri ini. Pasalnya, angka kematian ini menunjukkan gambaran derajat kesehatan di suatu wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan tegang dimana kita termotivasi untuk melakukan sesuatu dan memperingatkan individu bahwa adanya ancaman yang membahayakan individu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah proses penilaian di lapangan selesai, maka pada bab ini peneliti akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah proses penilaian di lapangan selesai, maka pada bab ini peneliti akan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah proses penilaian di lapangan selesai, maka pada bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Adapun

Lebih terperinci

MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB

MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB Dinamika Vol. 5, No. 3, Januari 2015 ISSN 0854-2172 MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB Turiyah SMP 3 Kesesi Kabupaten Pekalongan Jawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (UMY). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (UMY). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diakhiri dengan proses persalinan (Patriasari, 2009). Ibu hamil mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dan diakhiri dengan proses persalinan (Patriasari, 2009). Ibu hamil mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hamil adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan (Patriasari, 2009). Ibu hamil mengalami perubahan

Lebih terperinci

Measurement I. DIGIT SPAN (Before Treatment)

Measurement I. DIGIT SPAN (Before Treatment) Measurement I DIGIT SPAN (Before Treatment) ( Forward (F) Digit ) Series Trial I Trial II --2-9- ---9-2-- -2---1 ---- -1-9--- -9-2--- -9-1---2- -1--9--- --1-9-2--- --2-9--1-- 9 2-----2--- -1--9--2--- (

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2017 hingga 5 Maret 2017 di Panti Wreda Pengayoman Semarang. Adapun rincian pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 40. Penelitian ini, mengunakan model Kurt Lewin dalam penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 40. Penelitian ini, mengunakan model Kurt Lewin dalam penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 40 Metode yang digunakan pada penelitian

Lebih terperinci

MODUL TERAPI RELAKSASI ZIKIR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL. Disusun Oleh : Anggi Permana

MODUL TERAPI RELAKSASI ZIKIR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL. Disusun Oleh : Anggi Permana 122 MODUL TERAPI RELAKSASI ZIKIR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL Disusun Oleh : Anggi Permana 14320102 123 PENDAHULUAN Manual ini berisikan sebuah panduan terapi yang dirancang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing lagi di telinga. Menteri Pendidikan Nasional, Muhamad Nuh (dalam Haryo, 2010) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan LAMPIRAN 61 Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan gejala stres No. Variabel Cronbach s Alpha N

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Lampiran I FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Judul : Pengaruh relaksasi pernapasan terhadap intensitas nyeri pada persalinan kala I. Nama peneliti : Nurlis Mawarni Nim : 095102066 Saya adalah mahasiswa

Lebih terperinci

RELAKSASI DZIKIR. Setiyo Purwanto Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

RELAKSASI DZIKIR. Setiyo Purwanto Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta RELAKSASI DZIKIR Setiyo Purwanto Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Islam sebagai sebuah institusi agama, memiliki berbagai khasanah yang dapat dikaji secara psikologi. Fenomena-fenomena

Lebih terperinci

Latihan Olah Nafas Zhen Qi

Latihan Olah Nafas Zhen Qi Latihan Olah Nafas Zhen Qi Meditasi adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar untuk memusatkan banyak titik perhatian ke satu titik perhatian. Salah satu teknik meditasi yang terkait dengan olah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian eksperimen semu yaitu dengan pemasangan subyek melalui tes awal dan tes akhir dan kelompok kontrol (Ardhana 2008).

Lebih terperinci

Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin. By. Ulfatul Latifah, SKM

Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin. By. Ulfatul Latifah, SKM Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin By. Ulfatul Latifah, SKM Kebutuhan Dasar pada Ibu Bersalin 1. Dukungan fisik dan psikologis 2. Kebutuhan makanan dan cairan 3. Kebutuhan eliminasi 4. Posisioning dan aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik berupa studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo.

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo. DAFTAR PUSTAKA Anastasi, A. dan Urbina, S. 1997. Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo. Apollo. 2007. Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Partisipan pada penelitian ini yaitu para lanjut usia (lansia) yang ada di Panti Wredha Salib Putih Salatiga sebagai kelompok

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA Ertik Indrawati, Setyorini dan Sumardjono Padmomartono Program Studi S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

INFORMED CONCENT (SURAT PERSETUJUAN)

INFORMED CONCENT (SURAT PERSETUJUAN) Lampiran 1 Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Umur : Jenis Kelamin: INFORMED CONCENT (SURAT PERSETUJUAN) Setelah mendapat penjelasan dan pemahaman tentang manfaat dari relaksasi autogenik dari

Lebih terperinci

PROSEDUR DISTRAKSI IMAJINASI TERBIMBING. yang nyaman dan tenang. b) Berikan privasi klien. berkenalan dengan klien. 2. Menjelaskan tujuan

PROSEDUR DISTRAKSI IMAJINASI TERBIMBING. yang nyaman dan tenang. b) Berikan privasi klien. berkenalan dengan klien. 2. Menjelaskan tujuan Lampiran PROSEDUR DISTRAKSI IMAJINASI TERBIMBING Tahap-tahap imajinasi terbimbing Cara pelaksanaan Hasil yang diharapkan 1. Persiapan a) Sediakan lingkungan yang nyaman dan tenang Dalam 3 menit klien tampak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Paparan Data a. Pra Tindakan Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengadakan observasi awal di MI Al-Hidayah 02 Betak Kalidawir

Lebih terperinci

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL Versi : 1 Tgl : 17 maret 2014 1. Pengertian Senam Hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik maupun mental, untuk menghadapi persalinan yang cepat, aman dan spontan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Penelitian : Kerangka konsep penelitian yang dibangun berdasarkan teori yang ada, kemampuan sumber daya manusia (SDM) penelitian, keterbatasan waktu dan dana.

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PENGARUH TEHNIK HYPNOBIRTHING TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA PERSALINAN PERVAGINAM PADA PRIMIPARA

LEMBAR KUESIONER PENGARUH TEHNIK HYPNOBIRTHING TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA PERSALINAN PERVAGINAM PADA PRIMIPARA LEMBAR KUESIONER PENGARUH TEHNIK HYPNOBIRTHING TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA PERSALINAN PERVAGINAM PADA PRIMIPARA Inisiasi subjek : Tanggal / waktu penelitian : Intervensi yang dilakukan Petunjuk : Tehnik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Saya yang bernama Khairul Bariah / adalah mahaiswi D-IV Bidan

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Saya yang bernama Khairul Bariah / adalah mahaiswi D-IV Bidan Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Saya yang bernama Khairul Bariah / 095102019 adalah mahaiswi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Dalam pembahasan ini penulis akan membahas tentang kasus yang diambil dengan judul Penerapan teknik relaksasi genggam jari pada asuhan keperawatan kecemasan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN Jurnal Euclid, Vol.4, No.1, pp.739 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN Kusnati SMPN 3 Ciawigebang;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat

Lebih terperinci

Lampiran 1. PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM :

Lampiran 1. PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM : Lampiran 1 PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM : 1401100002 NO KEGIATAN PENELITIAN 1. Tahap Persiapan A. Penentuan Judul B. Mencari Literatur C. Studi Pendahuluan D. Menyusun

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Program DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya BAB 1 PENDAHULUAN A.LATARBELAKANG Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan jenis gangguan mental paling sering terjadi di dunia dengan prevalensi lebih dari 15%, dengan persentase wanita lebih banyak dibandingkan pria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Siswa saat Berkomunikasi 1. Kecemasan Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2

Lebih terperinci

******* Dedicated for God,pap,mum,brother and sister..

******* Dedicated for God,pap,mum,brother and sister.. Untuk mengetahui nilai Satu Tahun, Tanyakan seorang siswa yang gagal dalam ujian kenaikannya Untuk mengetahui nilai Satu Bulan, Tanyakan seorang Ibu yang melahirkan bayi prematur Untuk mengetahui nilai

Lebih terperinci

mahasiswa fakultas kedokteran di dunia Pendahuluan rata-ratanya mencapai 80%. Ketika ujian Objective Structured Clinical

mahasiswa fakultas kedokteran di dunia Pendahuluan rata-ratanya mencapai 80%. Ketika ujian Objective Structured Clinical Pendahuluan Objective Structured Clinical Examination merupakan ujian dengan penilaian berdasarkan keterampilan yang diobservasi saat melakukan berbagai keterampilan klinik yang diuji secara objektif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian pada tanggal 3 Maret 2012 penulis terlebih dahulu meminta surat ijin penelitian dari Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedah mulut merupakan salah satu bidang dalam ilmu kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi gejala kecemasan sering ditemukan pada pasien tindakan pencabutan gigi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

Adalah mahasiswa S-1 Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas. Muhammadiyah Surakarta, akan melakukan penelitian dengan judul Perbedaan

Adalah mahasiswa S-1 Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas. Muhammadiyah Surakarta, akan melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Lampiran 1. Surakarta, Oktober 2011 Kepada Yth: Responden penelitian Di tempat Dengan hormat Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Lestari Gudawati NIM : J 210070044 Adalah mahasiswa S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15 Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini PERSETUJUAN DALAM KEADAAN SADAR UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI SUBJEK RISET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siklus perkembangan reproduksi wanita berlangsung secara alamiah mulai dari menarche sampai menopause. Menopause didefinisikan sebagai menstruasi terakhir. Hal tersebut

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF 52 LAMPIRAN A Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF 53 LAMPIRAN A-1 Data Try Out KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS 54 55 LAMPIRAN A-2 Data Try

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yth. Bapak/Ibu Calon Responden Penelitian Di Wilayah kerja Puskesmas Pengasih II, Kabupaten Kulon Progo

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yth. Bapak/Ibu Calon Responden Penelitian Di Wilayah kerja Puskesmas Pengasih II, Kabupaten Kulon Progo Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Yth. Bapak/Ibu Calon Responden Penelitian Di Wilayah kerja Puskesmas Pengasih II, Kabupaten Kulon Progo Assalamu alaikum Wr.Wb. Dengan Hormat, Saya yang bertanda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Deskripsi Awal Untuk memperoleh data awal sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan orientasi dan observasi terhadap guru kelas mengenai proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2014), menyebut usia yang telah lanjut atau lebih dikenal dengan istilah lanjut usia (lansia)

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Saya yang bertanda tangan di bawah ini: NIM Umur Jenis Kelamin : : : L / P Alamat : Menyatakan bersedia untuk menjadi responden pada penelitian yang akan

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 1 MTs NEGERI ENOK Habibullah a, Hj. Zetriuslita b, Abdurrahman c a Alumni Program

Lebih terperinci

DINAMIKA MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA MANDIRI DI SMPN 10 BANDA ACEH

DINAMIKA MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA MANDIRI DI SMPN 10 BANDA ACEH Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016 Hal 73 79 Periode Wisuda November 2016 DINAMIKA MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA MANDIRI DI SMPN 10 BANDA ACEH Nurhayati, Nurhasanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy)

LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy) LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy) Apakah hipnoterapi Itu? Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari

Lebih terperinci

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Tutik Yuliarni 7 Abstrak. Proses pembelajaran masih

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR KONSEP SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT PADA SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 BANDUNGAN

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR KONSEP SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT PADA SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 BANDUNGAN PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR KONSEP SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT PADA SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 BANDUNGAN Eko Purwanti ABSTRAK Pembelajaran secara konvensional

Lebih terperinci

KONSELING YANG MENENANGKAN DENGAN MENGGUNAKAN RELAXATION BY IMAGINE. Oleh : Eva Imania Eliasa, SPd *

KONSELING YANG MENENANGKAN DENGAN MENGGUNAKAN RELAXATION BY IMAGINE. Oleh : Eva Imania Eliasa, SPd * KONSELING YANG MENENANGKAN DENGAN MENGGUNAKAN RELAXATION BY IMAGINE Oleh : Eva Imania Eliasa, SPd * PENDAHULUAN Seorang konselor sekolah harus menguasai teknik-teknik konseling. Hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci