BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA. 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA. 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden"

Transkripsi

1 BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA Berdasarkan judul penelitian Hubungan Gaya Hidup Dan Tingkat Kebugaran jasmani Terhadap Risiko Sindrom Metabolik maka dapat dideskripsikan data sebagai berikut: 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden 2. Tingkat Kebugaran Jasmani (X2) yang berasal dari data responden 3. Risiko Sindrom Metabolik (Y) yang berasal dari data responden Pada hasil penelitian ini didapat jumlah sampel yang diambil secara random sebanyak 54 sample yang terdiri dari laki-laki dengan perempuan dengan jumlah Laki-laki dengan jumlah 16 responden dengan prosentase 29,63% dan Perempuan dengan jumlah 38 responden dengan prosentase 70,37% dari jumlah 100 % total sample. Prosentase dengan jumlah total sample sebanyak 54 atau 100%. Data berdasarkan umur, jumlah umur tahun terdapat 24 orang responden dengan prosentase 44,5%, umur tahun terdapat 27 orang responden dengan prosentase 50%, umur tahun terdapat 3 orang responden dengan prosentase 5,5%, dengan total 54 responden prosentase sebesar 100%. 80

2 81 Tabel 4.1. Distribusi Sample Berdasarkan Usia Usia Usia Jumlah Prosentase % thn 24 44,5% thn % thn 3 5,5 % Jumlah % Ketiga data tersebut dijelaskan uraian dibawah ini: a. Data gaya hidup dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X 1 : Gaya hidup dan risiko sindrom metabolik (Y) rangkuman data statistik dapat disajikan sebagai berikut : Tabel 4.2. Data Deskriptif Statistik Gaya Hidup Dan Risiko Sindrom Metabolik X 1 N Nilai tinggi Nilai rendah Mean Median Variansi Standar deviasi Gaya 54 51,90 48,40 49,99 49,8 0,419 0,647 Hidup Adapun distribusi frekuensi data dapat disajikan dalam tabel berikut ini di bawah ini:

3 82 Tabel. 4.3 Distribusi Data Sample Berdasarkan Gaya Hidup Tscore Jenis Kelamin Aktivitas Fisik Kalori X1 (Total Tscore) No JK Kode AF Tscore_AF Kalori Tscore_K Gaya_Hidup 1 P , ,1 51,9 2 P , ,3 50,0 3 p , ,0 50,4 4 P , ,9 49,5 B5 P , ,5 49,7 6 P , ,3 50,5 7 P , ,0 49,7 8 L , ,4 50,5 9 P , ,5 50,4 10 P , ,7 50,3 11 p , ,5 49,7 12 P , ,0 49,4 13 P , ,6 48,4 14 P , ,0 49,7 15 P , ,5 49,8 16 P , ,3 49,9 17 P , ,6 51,5 18 L , ,6 48,8 19 L , ,1 50,8 20 P , ,3 49,7 21 L , ,3 50,8 22 L , ,9 50,1 23 L , ,3 49,3 24 L , ,6 49,7 25 P , ,9 50,2 26 P , ,4 50,3 27 P , ,5 50,9 28 P , ,8 50,1 29 P , ,9 49,5 30 P , ,1 51,2 31 P , ,4 50,6 32 P , ,6 49,4 33 P , ,9 49,6 34 P , ,8 50,0 35 P , ,4 49,7 36 P , ,0 49,7 37 L , ,3 49,8 38 L , ,8 49,8 39 P , ,0 50,1 40 P , ,1 50,2 41 P , ,6 50,0 42 P , ,9 49,5 43 P , ,8 49,6 44 P , ,4 49,8 45 L , ,3 51,3 46 P , ,8 49,3 47 L , ,5 50,9 48 P , ,1 50,2 49 L , ,0 49,5 50 L , ,7 49,8 51 L , ,3 49,5 52 L , ,5 49,4 53 L , ,0 49,7 54 P , ,5 49,6

4 83 Berdasarkan kategori didapat hasil: 1.) Kategori aktifitas fisik diperoleh: kategori kurang terdapat 24 responden dengan prosentase 44,4%, kategori sedang ada 23 responden dengan prosentase 42,6%, kategori baik ada 7 responden dengan prosentase 13,0% dengan total prosentase 100%. 2) Kategori Jumlah kalori rata-rata 1 minggu, kategori kurang terdapat 2 responden, dengan prosentase 3,7%, kategori baik jumlah 8 responden, dengan prosentase 14,8%, kategori berlebih jumlah 44 respoden, dengan prosentase 81,5% total prosentase 100 %. Berdasarkan gaya hidup pada tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dilihat bahwa responden terendah dengan nilai score 48,40., dengan Kemudian diikut nilai prosentase tertinggi dengan score 51,90., nilai means sebesar 49,99., nilai standar deviasi sebesar 0,647., nilai median 49,80 dan nilai variance sebesar 0,419 serta lainnya sesuai dengan yang tercantum pada gambar histogram sebagai berikut digambarkan data histogram gaya hidup dihitung dari indek aktifitas dan kalori rata-rata 1 minggu dirumuskan dengan T score sebagai berikut:

5 84 Gambar 4.1 Histogram Data Gaya Hidup (Indek Aktifitas Dan Kalori) Dengan Perhitungan Tscore. Berdasarkan data gambar histogram tentang gaya hidup diatas dapat diambil kesimpulan bahwa gaya hidup responden memiliki nilai (rendah) : 48,40, tertinggi nilai score: 51,90, dengan rata-rata nilai 49,99.

6 85 b. Data Tingkat Kebugaran Jasmani dalam penelitian ini adalah variabel bebas ( X 2 : Tingkat Kebugaran Jasmani nilai Vo2 max) terhadap risiko sindrom metabolik (Y) rangkuman data statistik dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 4.4. Data Deskriptif Statistik Tingkat Kebugaran Jasmani Dan Risiko Sindrom Metabolik. X 2 N Nilai tinggi Nilai rendah Mean Median Varians Standar deviasi Tingkat 54 36,40 18,80 23,47 21,60 20,13 4,48 Kebugaran Jasmani Adapun data berdasarkan kategori tingkat kebugaran jasmani sebagai berikut: 1). Kategori kurang sejumlah 49 responden dengan prosentase 90,7%,. 2). Kategori Sedang sejumlah 5 responden dengan prosentase 9,3%,. 3). Kategori baik sejumlah 0 responden dengan prosentase 0%, dengan total 100%. Distribusi frekuensi data Tingkat Kebugaran Jasmani dan risiko sindrom metabolik dapat disajikan dalam tabel berikut ini:

7 86 Tabel. 4.5 Distribusi Data Sample Berdasarkan Tingkat Kebugaran Jasmani VO2 Max NO Multi Stage Shutle Vo2 max , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

8 87 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dilihat bahwa responden menempati nilai VO2 max score tertinggi 36,40 sebanyak 1 responden dengan prosentase 1,9%. Nilai yang sering keluar 20,87 dengan prosentase 13%, sebanyak 7 respondent, Kemudian diikuti dengan VO2 max terendah 18,80 sebanyak 1 responden prosentase 1,9% dari jumlah total semuanya 100%. Lebih jelasnya dapat digambarkan pada histogram berikut: Gambar 4.2 Histogram Data Tingkat Kebugaran Dengan Multi Stage Perhitungan Vo2 Max

9 88 Berdasarkan data gambar histogram di atas tentang kebugaran dengan nilai Vo2 max dapat diambil kesimpulan bahwa nilai tingkat kebugaran jasmani rendah memiliki nilai VO2 max sebesar 18,80., nilai tingka kebugaran jasmani tertinggi sebesar 36,40 dengan rata-rata nilai VO2 max sebesar 23,47., nilai mean sebesar 23,47., nilai standar deviasi sebesar 4,48., nilai median sebesar 21,6., serta nilai variance sebesar 20,13. c. Risiko Sindrom Metabolik Menentukan jumlah T score dari data pengabungan dari 3 kriteria Terdapat 3 kriteria risiko sindrom metabolik ada 3 macam yaitu: mengukur Tekanan Darah Sistole 130 mmhg, mengukur lingkar perut perempuan 80 cm dan laki-laki 90 cm, mengukur gula puasa (8-12 jam) 100 mg/dl Tabel 4.6 Data Deskriptif Statistik Risiko Sindrom Metabolik (3 kriteria pengukuran tekanan darah sistole, lingkar perut dan gula darah No N Nilai tinggi Nilai rendah Mean Median Variansi Standar deviasi Sindrom 54 51,40 48,50 50,00 50,10 0,467 0,883 Metabolik Adapun distribusi frekuensi data tentang risiko sindrom metabolik dapat disajikan dalam tabel berikut di bawah ini:

10 89 Tabel 4.7 Distribusi data Frekuensi Risiko Sindrom Metabolik Tiga Kriteria dengan Perhitungan T Scoree Jenis Kelamin Sistole Lingkar Perut Gula Darah Y No JK Kode Sistole Tscore_S LP Tscore_LP GD Tscore_GD RSM 1 P , , ,3 50,4 2 P , , ,1 49,2 3 P , , ,9 49,5 4 P , , ,6 49,9 5 P , , ,2 50,2 6 P , , ,6 50,5 7 P , , ,8 51,1 8 L , , ,5 51,4 9 P , , ,8 49,1 10 P , , ,3 49,6 11 p , , ,3 49,6 12 P , , ,1 50,5 13 P , , ,3 49,7 14 P , , ,1 49,4 15 P , , ,5 48,6 16 P , , ,4 49,5 17 P , , ,1 49,9 18 L , , ,5 48,5 19 L , , ,7 50,3 20 P , , ,1 50,4 21 L , , ,5 50,1 22 L , , ,0 49,4 23 L , , ,2 50,0 24 L , , ,5 50,2 25 P , , ,9 51,0 26 P , , ,6 50,1 27 P , , ,1 49,9 28 P , , ,9 51,0 29 P , , ,7 50,4 30 P , , ,8 50,6 31 P , , ,8 51,0 32 P , , ,1 50,9 33 P , , ,7 50,9 34 P , , ,0 50,0 35 P , , ,8 50,2 36 P , , ,0 50,8 37 L , , ,1 50,2 38 L , , ,9 50,3 39 P , , ,5 50,3 40 P , , ,5 50,1 41 P , , ,4 50,4 42 P , , ,6 50,6 43 P , , ,1 49,6 44 P , , ,2 50,4 45 L , , ,1 48,8 46 P ,1 101,5 48, ,2 49,1 47 L , , ,7 49,9 48 P , , ,4 50,8 49 L , , ,2 49,5 50 L , , ,8 49,6 51 L , , ,8 48,7 52 L , , ,2 49,0 53 L , , ,4 49,5 54 p , , ,1 49,7

11 90 Berdasarkan perhitungan Tscore tabel distribusi frekuensi tersebut di atas nilai tertinggi Risiko sindrom metabolik sebesar 51,40., kemudian diikuti dengan nilai terendah sebesar 48,50. Berdasarkan kategori dari 54 responden kategori pada pemeriksaan tekanan darah sistole: di bawah normal sejumlah 41 responden dengan prosentase 75,9%, Normal sejumlah 9 responden dengan prosentase 16,7%, pre hipertensi terdapat 4 responden dengan prosentase 7,4%,. Kategori pada lingkar perut: baik sejumlah 42 responden dengan prosentase 77,8%, sedang sejumlah 2 responden dengan prosentase 3,7%, buruk sejumlah 10 responden dengan prosentase 18,5%,. Kategori pada pemeriksaan gula darah: kurang sejumlah 1 responden dengan prosentase 1,9%, normal sejumlah 21 respoden dengan prosentase 38,9%, diatas normal sejumlah 32 responden dengan prosentase 59,3 %., Berdasarkan Kategori risiko sindrom metabolik didapatkan hasil dari total 54 responden yang tidak berisiko sindrom metabolik sejumlah 53 responden dengan prosentase 98,1%, sedangkan yang berisiko sindrom metabolik sejumlah 1 responden dengan prosentase 1,9% dari jumlah total 100%.

12 91 Gambar 4.3 Grafik Histogram Terhadap Risiko Sindrom Metabolik Berdasarkan data grafik histogram risiko sindrom metabolik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai responden memiliki nilai rendah sebesar 48,50., nilai tertinggi sebesar 51,40., nilai rata-rata sebesar 50,00., nilai standar deviasi 0,683., nilai median sebesar 50,10 serta nilai variance sebesar 0,467.

13 92 B. UJI PRASYARAT ANALISIS Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti pada lampiran, selanjutnya dianalisis membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Syarat analisis berdistribusi normal dan kedua variabel bebas harus linier terhadap variabel terikat. Hasil uji prasyaratan yang telah dilakukan dengan uji One-Sample Kolmogorof- Smirnov Test dapat dijelaskan dalam uraian sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Jika hasil P > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal dan apabila P < 0,05 tabel maka data yang diperoleh distribusi tidak normal. Dari uji prasyarat data menggunakan uji One-Sample Kolmogorof- Smirnov Test didapatkan hasil nilai probabilitas sebesar 0,668 pada model regresi laki-laki dan probabilitas 0,960 pada perempuan. Nilai probalitas > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal 2. Uji Homogenitas Penentuan pengujian homogenitas pada penelitian dibuktikan dengan grafik plot sebagai berikut di bawah ini:

14 93 Gambar 4.4. Scatterplot Dependent Variabel Regression Standardized for Man Gambar 4.5 Scatterplot Dependent Variabel Regression Standardized for women Pada gambar diagram diatas menunjukkan plot grafik bersifat acak dan tidak mambentuk pola berarti data yang digunakan bersifat linier.

15 94 C. HASIL PENELITIAN Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun tehnik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi ganda. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis sebagai berikut: 1. Hasil Perhitungan Koefisiensi Korelasi Antar Variabel a. Mencari korelasi sederhana antara X1 (Gaya Hidup) dengan Y (Risiko Sindrom Metabolik) Hipotesis penelitian yang akan di uji dirumuskan secara statistik berikut: 1. Ha : ryx1 0 (Gaya hidup mempunyai hubungan secara signifikan terhadap risiko sindrom metabolik) 2. Ho : ryx1= 0 (Gaya hidup tidak mempunyai hubungan secara signifikans terhadap risiko sindrom metabolik) Dengan kaidah keputusan : 1. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas {Sig 0,05}, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifikans 2. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas {Sig 0,05}, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikans

16 95 Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai korelasi antara gaya hidup dengan risiko sindrom metabolik pada lakilaki sebesar 0,337 dengan nilai p sebesar 0,202. Nilai probabilitas > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan risiko sindrom metabolik, sedangkan pada perempuan diperoleh nilai korelasi sebesar 0,097 dengan nilai p sebesar 0,563. Nilai probabilitas > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan risiko sindrom metabolik. Gaya hidup bertanda positif yang berarti semakin tinggi gaya hidup maka seseorang akan cenderung mengalami risiko sindrom metabolik, sebaliknya semakin rendah gaya hidup maka seseorang cenderung tidak mengalami risiko sindrom metabolik. b. Mencari korelasi Ganda sederhana antara X2 (Tingkat kebugaran Jasmani) dengan Y (Risiko Sindrom Metabolik) Hipotesis penelitian yang akan di uji dirumuskan secara statistik berikut: 1. Ha : ryx1 0 (Tingkat Kebugaran Jasmani mempunyai hubungan secara signifikan terhadap risiko sindrom metabolik) 2. Ho : ryx1= 0 (Tingkat Kebugaran Jasmani tidak mempunyai hubungan secara signifikans terhadap risiko sindrom metabolik) Dengan kaidah keputusan : 1. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas {Sig 0,05}, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifikans.

17 96 2. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas {Sig 0,05}, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikans Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai korelasi antara tingkat kebugaran jasmani dengan risiko sindrom metabolik pada laki-laki sebesar dengan nilai P sebesar 0,115. Nilai probabilitas > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat kebugaran jasmani dengan risiko sindrom metabolik, sedangkan pada perempuan diperoleh nilai korelasi sebesar dengan nilai p sebesar 0,407. Nilai probabilitas > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat kebugaran jasmani dengan risiko sindrom metabolik. Tingkat kebugaran jasmani bertanda negatif hal ini berarti semakin baik tingkat kebugaran jasmani maka seseorang akan cenderung tidak mengalami risiko sindrom metabolik, sebaliknya jika tingkat kebugaran jasmani menurun maka risiko sindrom metabolik akan semakin besar. 2. Penentuan pengujian signifikan Rumus : Jika F hitung F tabel maka artinya H0 diterima dapat disimpulkan tidak signifikans Jika F hitung F tabel maka artinya H0 tolak dapat disimpulkan signifikans

18 97 Pada laki laki di peroleh F hitung pada model regresi laki-laki sebesar 4,573. F tabel pada α = 0,05, v1= 2, dan V2 = 13 sebesar 3,806. Nilai F-hitung > F-tabel yang berarti bahwa gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani secara bersama-sama pada laki-laki berpengaruh terhadap risiko sindrom metabolik. Pada perempuan di peroleh F hitung pada model regresi perempuan sebesar 0,451. F tabel pada α = 0,05, v1= 2, dan V2 = 35 sebesar 3,267. Nilai F-hitung < F-tabel yang berarti bahwa gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani secara bersama-sama pada perempuan tidak berpengaruh terhadap risiko sindrom metabolik. 3. Mencari besarnya sumbangan efektif dan sumbangan relatif Besarnya sumbangan efektif dan sumbangan relatif masing-masing variabel setelah perhitungan sesuai langkah dan rumusnya dapat di uraikan sebagai berikut: a. Berdasarkan tabel summary pada model regresi laki-laki diperoleh nilai korelasi sebesar yang berarti tingkat keeratan kategori kuat. Koefisien kontribusi secara simultan gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani (R) sebesar (40,1%). Sedangkan sisanya 59.9% dipengaruhi oleh variabel lain serta Berdasarkan tabel summary pada model regresi perempuan diperoleh nilai korelasi sebesar yang berarti tingkat keeratan kategori sangat lemah. Koefisien kontribusi secara simultan gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani (R) sebesar

19 (2.5%). Sedangkan sisanya 97.5% dipengaruhi oleh variabel lain. b. Mengetahui tingkat signifikans koefisien korelasi ganda diuji secara keseluruhan, dirumuskan dengan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut: Ha : Ryx1x2 0 Ho : Ryx1x2 = 0 Hipotesis bentuk kalimat : Ha : Gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani berhubungan secara bersama/simultan dan signifikan terhadap risiko sindrom metabolik Ho : Gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani tidak berhubungan secara bersama simultan dan signifikan terhadap risiko sindrom metabolik Uji signifikan analisis jalur dengan bandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig Change atau [0,05 sig. F. change ], maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak Signifikan. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig Change atau [0,05 sig. F.change ], maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya Signifikan.

20 99 Tabel summary pada model regresi laki-laki diperoleh nilai R change sebesar dengan nilai probabilitas (sig. F-change) = karena nilai sig. F-change 0.05 maka keputusan adalah H0 ditolak dan Ha diterima artinya pola gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani berisiko sindrom metabolik serta pada dari tabel summary pada model regresi perempuan diperoleh nilai R change sebesar dengan nilai probabilitas (sig. F-change) = karena nilai sig. F- change 0.05 maka keputusan adalah H0 diterima dan Ha ditolak artinya pola gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani tidak berisiko sindrom metabolik. D. PEMBAHASAN HASIL Setelah pengujian hipotesis dilakukan dan diketahui hasil-hasilnya, kemudian dilakukan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Hipotesis 1 Ada Hubungan Gaya Hidup Dan Risiko Sindrom Metabolik Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai korelasi antara gaya hidup dengan risiko sindrom metabolik pada laki-laki sebesar 0,337 dengan nilai p sebesar 0,202. Nilai probabilitas > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan risiko sindrom metabolik, sedangkan pada perempuan diperoleh nilai korelasi sebesar 0,097 dengan nilai p sebesar 0,563. Nilai probabilitas > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan risiko sindrom metabolik.

21 100 Gaya hidup bertanda positif yang berarti semakin tinggi gaya hidup maka seseorang akan cenderung mengalami risiko sindrom metabolik, sebaliknya semakin rendah gaya hidup maka seseorang cenderung tidak mengalami risiko sindrom metabolik. Pada penelitian ini sampel yang diteliti adalah mahasiswa dan mahasiswi dengan kriteria umur dewasa muda berjumlah 54 responden yang diukur dengan indek aktifitas dengan rata rata frekuensi kurang/rendah. Kategori aktifitas fisik diperoleh kategori kurang terdapat 24 responden dengan prosentase 44,4%, kategori cukup ada 23 responden dengan prosentase 42,6%, kategori baik ada 7 responden dengan prosentase 13,0% dengan total prosentase 100%,. Menurut WHO tahun 2000 sesuai dengan periode perkembangan kritis obesitas, pada periode dewasa muda pada usia ini, kegiatan fisik berkurang secara nyata pada wanita berlangsung pada usia tahun, sebagian dapat berlanjut menjelang usia 30 tahun. Aktifitas fisik dilakukan dengan hitungan frekuensi, durasi dan intensitas yang jika dilakukan, dengan menggunakan energi untuk pemenuhan kebutuhan gerak serta metabolisme yang seimbang akan terjadi pada orang dewasa yang sehat serta berangsur-angsur menurun pada usia tahun dan menimbulkan beberapa kelainan geriatik/ penyakit degeneratif. (Hartono, 2006),

22 101 Kalori frekuensi rata-rata perminggu berhubungan terhadap risiko sindrom metabolik, memiliki kebihan kalori berdampak pada tingkat aktifitas dalam penggunaan kalori sehingga dapat menimbulkan obesitas kalau tidak disertai dengan pengeluaran energi dan aktifitas yang seimbang pola gaya hidup adalah gaya hidup dimana unsur gerak fisik sangat minimal sedangkan beban kerja mental sangat maksimal. (Kodyat. 2004). Pada penelitian terdapat beberapa kategori dalam perhitungan kalori Jumlah kalori rata-rata 1 minggu, kategori kurang terdapat 2 responden, dengan prosentase 3,7%, kategori baik jumlah 8 responden, dengan prosentase 14,8%, kategori berlebih jumlah 44 respoden, dengan prosentase 81,5% total prosentase 100 %, rata- rata frekuensi perminggu kalori makananan rata-rata 2550 kkal berjumlah 44 responden dengan prosentase 81,5%, merupakan kalori yang tinggi dari normal, Akibatnya energi yang masuk dari makanan tidak digunakan secara optimal, sehingga akan menyebabkan timbunan lemak dalam tubuh dapat menimbulkan kegemukan, terakhir adalah beban mental (stress) perjuangan hidup yang keras menyebabkan beban mental atau stress tinggi, upaya yang dilakukan adalah mengkonsumsi pangan secara berlebihan, semakin tinggi frekuensi stress yang dialami seseorang semakin tinggi pula resiko orang tersebut menderita kegemukan (Kodyat, 1994). Dampak dari banyaknya asupan makanan yang dimakan tanpa disertai dengan energi yang dikeluarkan dengan aktifitas fisik

23 102 mengakibatkan penurunan tingkat kebugaran pada individu serta berisiko terhadap Sindrom Metabolik. Menurut dalam Sugarwo dalam penelitannya Pengaruh komposisi makan asupan makan terhadap komponen sindrom metabolik remaja. mendapatkan hasil analisis hubungan kausal ternyata komposisi asupan makan berpengaruh terhadap sindrom metabolik, data peneliti menunjukkan semakin banyak asupan makan maka kejadian sindrom metabolik semakin meningkat, indikator sindrom metabolik ternyata total kolesterol, mempunyai nilai tertinggi, selanjutnya indikator lingkar pinggang, dan komposisi asupan makanan yang mempunyai paling tinggi adalah total kalori yang diikuti lemak dan karbohidrat. (Sugarwo, 2011) Macfarlanes menyatakan bahwa abnormalitas metabolik sangat berhubungan dengan sindrom metabolik dan perkembangan diabetes serta penyakit kardiovaskuler, dikatakan bahwa modifikasi gaya hidup memberikan kontribusi pada pencegahan progesifitas diabetes dan pengurangan risiko individu terhadap penyakit kardiovaskuler. Gaya hidup mempunyai hubungan dengan risiko sindrom metabolik jika aktifitas fisik rendah/kurang dan kalori dalam asupan makanan berlebih mengakibatkan kenaikan tekanan darah, lingkar perut dan gula darah.

24 Hipotesis 2. Ada Hubungan Tingkat Kebugaran Dan Risiko Sindrom Metabolik Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai korelasi antara tingkat kebugaran jasmani dengan risiko sindrom metabolik pada laki-laki sebesar dengan nilai P sebesar 0,115. Nilai probabilitas 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat kebugaran jasmani dengan risiko sindrom metabolik, sedangkan pada perempuan diperoleh nilai korelasi sebesar dengan nilai p sebesar 0,407. Nilai probabilitas 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat kebugaran jasmani dengan risiko sindrom metabolik. Tingkat kebugaran jasmani bertanda negatif hal ini berarti semakin baik tingkat kebugaran jasmani maka seseorang akan cenderung tidak mengalami risiko sindrom metabolik, sebaliknya jika tingkat kebugaran jasmani menurun maka risiko sindrom metabolik akan semakin besar. Distribusi frekuesi responden menempati nilai VO2 max nilai tertinggi 36,40 sebanyak 1 responden dengan prosentase 1,9%. Nilai yang sering keluar 20,87 dengan prosentase 13%, sebanyak 7 responden, Kemudian diikuti dengan VO2 max terendah 18,80 sebanyak 1 responden prosentase 1,9%. Data berdasarkan kategori tingkat kebugaran sebagai berikut: 1). Kategori kurang sejumlah 49 responden dengan prosentase 90,7%,. 2). Kategori Sedang sejumlah 5 responden dengan prosentase 9,3%,.3).

25 104 Kategori baik sejumlah 0 responden dengan prosentase 0%, dengan total 100%. Pada peneliti ini ditemukan banyak tingkat kebugaran rendah/kurang dengan jumlah 49 respoden dengan prosentase 90.7%. Menurut data Rieskidas Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 menyebutkan bahwa berdasarkan tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan prevalesi makin tinggi kurang aktifitas fisik. Berkurangnya aktifitas fisik tentunya akan mengurangi tingkat kebugaran pada seseorang atau individu perseorangan. Pengukuran tingkat kebugaran dapat dilakukan dengan perhitungan VO2 max, ini merupakan cara terbaik dalam pengukuran kardiorespirasi dan daya tahan kardiovaskuler pada setiap individu, VO2 max adalah kemampuan maksimal tubuh mengkonsumsi oksigen dalam sebuah metabolisme aerob. Terdapat banyak faktor yang dapat meningkatkan VO2 max diantaranya latihan fisik yang teratur. Peningkatan latihan fisik pada setiap individu secara langsung meningkatkan aktifitas fisik individu perseorangan, sehingga mampu menpengaruhi penurunan berat badan, persen lemak tubuh dan kadar kolesterol darah, ini terjadi pada akifitas fisik yang meningkat pada sistem energi terjadi pembakaran cadangan lemak dalam tubuh. Berdasarkan penelitian (Dewi k, et all. 2015) didapatkan bahwa terdapat hubungan negatif yang tidak erat antara kebugaran jasmani dan lemak, sehingga jika semakin tinggi derajat kebugaran maka semakin

26 105 rendah lemak tubuh seseorang, jadi prosentase lemak yang tubuh yang lebih sedikit biasanya menghasilkan performa kebugaran yang lebih baik. Pada latihan fisik dengan aktifitas aerobik yang dominan, metabolisme enenrgi akan berjalan melalui pembakaran simpanan, karbohidrat, protein dan lemak. Proses metabolisme ini akan bekerjasama dengan oksigen yang didapat melalui sistem pernafasan, jaringan dan organ tubuh memebutuhkan oksigen untuk berfungsi, konsumsi oksigen yang tinggi menunjukkan sistem kardiorespirasi yang lebih efisien, walaupun pergram lemak memberikan lebih banyak kilo kalori energi dari pada karbohidrat, tetapi oksidasi lemak lebih banyak membutuhkan oksigen. Daya tahan kardiorespirasi berhubungan erat dengan kapasitas paru-paru, jantung dan otot.oleh karena itu simpanan lemak yang besar tidak efisien sebagai sumber energi karena membutuhkan oksigen yang lebih banyak dibandingkan glukosa dan glikogen. Tingkat kebugaran mempunyai hubungan dengan risiko sindrom metabolik makin rendah kebugaran, makin besar lingkar perut, peningkatan tekanan darah dan peningkatan glukosa darah. 3. Hipotesis 3. Adanya Hubungan Secara Bersama Gaya Hidup Dan Tingkat Kebugaran Terhadap Risiko Sindrom Metabolik Berdasarkan hasil dari perhitungan tabel model summary diperoleh pada model regresi laki-laki diperoleh nilai R change sebesar dengan nilai probabilitas (sig. F-change) = karena nilai sig. F- change 0.05 maka keputusan adalah H0 ditolak dan Ha diterima artinya

27 106 pola gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani berisiko sindrom metabolik. diperoleh nilai korelasi sebesar yang berarti tingkat keeratan kategori kuat. Koefisien kontribusi secara simultan gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani (R) sebesar (40,1%). Sedangkan sisanya 59.9% dipengaruhi oleh variabel lain Pada dari tabel summary pada model regresi perempuan diperoleh nilai R change sebesar dengan nilai probabilitas (sig. F-change) = karena nilai sig. F-change 0.05 maka keputusan adalah H0 diterima dan Ha ditolak artinya pola gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani tidak berisiko sindrom metabolik. Pada laki laki diperoleh F hitung pada model regresi laki-laki sebesar 4,573. F tabel pada α = 0,05, v1= 2, dan V2 = 13 sebesar 3,806. Nilai F-hitung > F-tabel yang berarti bahwa gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani secara bersama-sama pada laki-laki berpengaruh terhadap risiko sindrom metabolik. Pada perempuan di peroleh F hitung pada model regresi perempuan sebesar 0,451. F tabel pada α = 0,05, v1= 2, dan V2 = 35 sebesar 3,267. Nilai F-hitung < F-tabel yang berarti bahwa gaya hidup dan tingkat kebugaran jasmani secara bersama-sama pada perempuan tidak berpengaruh terhadap risiko sindrom metabolik. Pada perempuan diperoleh nilai korelasi sebesar yang berarti tingkat keeratan kategori sangat lemah. Koefisien kontribusi secara simultan gaya hidup dan tingkat

28 107 kebugaran jasmani (R) sebesar (2.5%). Sedangkan sisanya 97.5% dipengaruhi oleh variabel lain. Berdasarkan penelitian dari 54 responden, 3 kriteria risiko sindrom metabolik diperoleh: 1). Kategori pada pemeriksaan tekanan darah sistole: di bawah normal sejumlah 41 responden dengan prosentase 75,9%, Normal sejumlah 9 responden dengan prosentase 16,7%, pre hipertensi terdapat 4 responden dengan prosentase 7,4%,. 2). Kategori pada lingkar perut: baik sejumlah 42 responden dengan prosentase 77,8%, sedang sejumlah 2 responden dengan prosentase 3,7%, buruk sejumlah 10 responden dengan prosentase 18,5%. 3). Kategori pada pemeriksaan gula darah: kurang sejumlah 1 responden dengan prosentase 1,9%, normal sejumlah 21 respoden dengan prosentase 38,9%, diatas normal sejumlah 32 responden dengan prosentase 59,3 %., Berdasarkan Kategori risiko sindrom metabolik didapatkan hasil dari total 54 responden yang tidak berisiko sindrom metabolik sejumlah 53 responden dengan prosentase 98,1%, sedangkan yang berisiko sindrom metabolik sejumlah 1 responden dengan prosentase 1,9% dari jumlah total 100.

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Daya tahan kardiorespirasi adalah salah satu unsur kebugaran jasmani yang menggambarkan kemampuan pembuluh paru-paru jantung dan darah untuk memberikan jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas fisik merupakan suatu pergerakan tubuh, dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi (WHO, 2011). Aktifitas fisik menurut Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data 91 BAB IV HASIL PENELITIAN Pada Bab ini dikemukakan hasil-hasil penelitian yang telah diperoleh berdasarkan hasil analisis data yang meliputi deskripsi data, hasil uji persyaratan, hasil analisis inferensial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN...

LEMBAR PERSETUJUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENGESAHAN SKRIPSI... iv SURAT PERNYATAAN... v RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Profil Responden 4.1.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Pada bagian ini akan disajikan deskripsi data hasil penelitian terhadap variabelvariabel penelitian. Data hasil penelitian berupa skor yang diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik kompetitif yang biasanya dilakukan melalui partisipasi santai atau terorganisi, bertujuan untuk menggunakan, memelihara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian a. Pre Test Data yang terkumpul merupakan datalingkar Lengan Atas, Lingkar Panggul dan Lingkar Pinggul yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang kesehatan. Hipertensi yang dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu aktivitas yang dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu aktivitas yang dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga dimasa kini mengambil peran aktif tidak hanya dalam hal meningkatkan prestasi dan kebugaran namun juga untuk meningkatkan derajat kesehatan. Dalam hal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Mei 2016 terhadap siswa pada mata pelajaran Akidah akhlak di MTsN Kunir

BAB IV HASIL PENELITIAN. Mei 2016 terhadap siswa pada mata pelajaran Akidah akhlak di MTsN Kunir 133 BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan tentang: a) Deskripsi Data; b) Uji Persyratan Analisis; c) Pengujian Hipotesis Penelitian. A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan pada tanggal 01

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 UNIVERSITAS ANDALAS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 Oleh : GYZKA ARTE TIFA No. BP. 1511226019 Diajukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai

BAB IV HASIL PENELITIAN. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Statistik deskriptif ini digunakan sebagai dasar untuk menguraikan kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai kinerja guru, motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktif pada tingkat yang tepat untuk mempertahankan atau meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. aktif pada tingkat yang tepat untuk mempertahankan atau meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup aktif membutuhkan aktivitas yang teratur, hanya 40% populasi yang cukup aktif untuk memastikan keuntungan fisik dan mental dari aktivitas fisik yang teratur. Sisanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 70 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Mendeskripsikan data hasil penelitian merupakan langkah yang tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan analisis data sebagai prasyarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks. Prevalensi penyakit menular di Indonesia tinggi, dan dari tahun ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelebihan berat badan saat ini merupakan masalah yang banyak terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur lebih dari 30 tahun

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa responden yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa pada Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 04 dan 07 yang terletak di Jalan Tentara Pelajar No. 7,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. pelajaran 2016/2017. Terdapat empat variabel yang dideskripsikan dalam penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN. pelajaran 2016/2017. Terdapat empat variabel yang dideskripsikan dalam penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) di Kota Malang. Subjek Penelitiannya adalah siswa kelas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah konsumen di rumah makan Mie Ayam Oplosan Kedai Shoimah. Responden yang menjadi objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seimbang akan mempengaruhi rasio lingkar pinggang pinggul menjadi

BAB I PENDAHULUAN. seimbang akan mempengaruhi rasio lingkar pinggang pinggul menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelebihan asupan karbohidrat, protein dan lemak sehingga tidak seimbang akan mempengaruhi rasio lingkar pinggang pinggul menjadi semakin tinggi. Asupan protein yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi pembelajaran dan deskripsi data. 1. Deskripsi Pembelajaran SMK N 1 Pleret berlokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tidak normal dan frekuensi nadi tidak normal merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena sering terdengar dialami orang. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini. sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini. sudah membahayakan (Setiabudi, 2008) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Seseorang dengan aktivitas fisik rendah memiliki 20% sampai 30% lebih tinggi risiko

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dari 62 kuesioner yang telah diambil dan diolah, maka terdapat data-data

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dari 62 kuesioner yang telah diambil dan diolah, maka terdapat data-data BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Data Responden Dari 62 kuesioner yang telah diambil dan diolah, maka terdapat data-data responden dari pengunjung event Glorious Lifestyle Of Women. Data-data ini dirangkum

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM AEROBIK INTENSITAS SEDANG TERHADAP KADAR KOLESTEROL PADA WANITA USIA PRODUKTIF

PENGARUH SENAM AEROBIK INTENSITAS SEDANG TERHADAP KADAR KOLESTEROL PADA WANITA USIA PRODUKTIF PENGARUH SENAM AEROBIK INTENSITAS SEDANG TERHADAP KADAR KOLESTEROL PADA WANITA USIA PRODUKTIF NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : MAFALINA AMALIA 201310301030 PROGRAM STUDI FISIOTERAPI S1 FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. 1.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat : Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Lebih terperinci

BAB IV. Tabel 4.1. dan Pendapatan Bagi Hasil. Descriptive Statistics. Pembiayaan_Mudharabah E6 4.59E E E9

BAB IV. Tabel 4.1. dan Pendapatan Bagi Hasil. Descriptive Statistics. Pembiayaan_Mudharabah E6 4.59E E E9 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Uji Statistik Deskriptif Statistika deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang sudah dikumpulkan dalam penelitian ini. Berikut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sembako. Adapun pertanyaan yang termuat dalam kuesioner terdiri dari

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sembako. Adapun pertanyaan yang termuat dalam kuesioner terdiri dari BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS DATA 1. Deskripsi Responden Penelitian Responden dari penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional Balamoa Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Statistik Deskripsi Hasil Penelitian Statistik deskriptif ini digunakan sebagai dasar untuk menguraikan kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN 3.1 Pengujian Instrumen Data Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu terhadap instrumen yang akan digunakan. Ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 143 BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan tentang: a) deskripsi data; b) uji prasyarat analisis; dan c) pengujian hipotesis penelitian. A. Deskripsi Data Penyajian statistik deskripsi hasil penelitian

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Quadriceps. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji. A. Deskripsi Data

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Quadriceps. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji. A. Deskripsi Data PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan pada tes awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menjelaskan informasi karakteristik variabel-variabel dan data penelitian. Data yang digunakan pada tabel statistik deskriptif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisa Penelitian ini menggunakan data skunder berupa laporan keuangan audit yang diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk meneliti adanya pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Citra Merek Terhadap Kepuasan Pelanggan PT PLN (Persero) pada Perumahan Pondok Bahar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung koroner merupakan keadaan dimana terjadinya penimbunan plak di pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Adanya pergeseran budaya dari budaya gerak menjadi budaya diam menyebabkan terjadinya permasalahan pada aspek kesegaran jasmani. Hal ini disebabkan oleh dampak teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut membutuhkan suatu keadaan yang mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transformasi luar biasa dibidang ekonomi dan urbanisasi telah mengubah struktur demografi sosial di Indonesia sehingga menyebabkan pergeseran besar dalam pola makan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah mengubah pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat. Mereka lebih memilih makanan yang mengandung lemak dan kalori tinggi dengan serat rendah (Nugrahaeni,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 DESKRIPSI TEMPAT PENELITIAN Pusat Pengembangan Anak (PPA) adalah suatu bentuk kemitraan antara Yayasan Compassion Indonesia (YCI) yang berkantor Negara di Bandung untuk Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Statistik Deskripsi Hasil Penelitian 1. Kemampuan Awal Siswa Dalam penelitian ini seperti telah dijelaskan pada bab III, analisis tentang data kemampuan awal digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus (DM). Permasalahan obesitas sekarang ini semakin banyak begitu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung menunjukkan masalah gizi ganda, disamping masih menghadapi masalah gizi kurang, disisi lain pada golongan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 28 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah: Variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penyajian Statistik Deskripsi Hasil Penelitian. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penyajian Statistik Deskripsi Hasil Penelitian. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai 61 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Statistik Deskripsi Hasil Penelitian Statistik deskriptif ini digunakan sebagai dasar untuk menguraikan kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Penelitian mengambil tempat di dalam ruangan kerja karyawan kantor dan ruang guru di sekolah-sekolah negeri. Responden dalam penelitian ini terdiri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dibutuhkan untuk mengetahui latar belakang dari responden. Dalam penelitian ini

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dibutuhkan untuk mengetahui latar belakang dari responden. Dalam penelitian ini BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Pada bagian ini membahas tentang karakteristik dari responden yang diperoleh dari penyebaran kuesioner terhadap 60 responden. Profil responden

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja tentunya ingin menampilkan tampilan fisik yang menarik. Banyak remaja putra berkeinginan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kesadaran masyarakat dalam membayar PBB di Desa Kadirejo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kesadaran masyarakat dalam membayar PBB di Desa Kadirejo. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan mendeskripsikan tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini akan menjawab masalah penelitian pada Bab

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. mengenai gambaran sampel berdasarkan usia, intensitas membeli dan jenis. a. Pengelompokan Subyek Berdasarkan Usia

BAB IV PEMBAHASAN. mengenai gambaran sampel berdasarkan usia, intensitas membeli dan jenis. a. Pengelompokan Subyek Berdasarkan Usia BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subyek Sampel dalam penelitian ini adalah 72 di PT. Arunee Inti Selaras Tour and Travel di kota Batam. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai gambaran sampel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, dengan responden 100 mahasiswa program

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. responden dari pengunjung event Glorious Lifestyle Of Women. Data-data ini

BAB 4 HASIL PENELITIAN. responden dari pengunjung event Glorious Lifestyle Of Women. Data-data ini BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Responden Dari 68 kuesioner yang telah diambil dan diolah, maka terdapat data-data responden dari pengunjung event Glorious Lifestyle Of Women. Data-data ini dirangkum dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian dilakukan dengan mengambil data perusahaan yang terdaftar di BEI dan perusahaan yang terdaftar ke dalam kelompok perusahaan foods and baverages tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pada era globalisasi membawa berbagai dampak perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh teknologi yang secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengkuran terhadap 10 orang sampel penelitian, yakni para member wanita

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengkuran terhadap 10 orang sampel penelitian, yakni para member wanita BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Data-data yang diperlukan untuk analisis data dilakukan melalui test dan pengkuran terhadap 10 orang sampel penelitian, yakni para member

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN 87 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden Sebelum disajikan data dari hasil penelitian, terlebih dahulu secara ringkas akan dideskripsikan karakteristik responden. Karakteristik responden meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cendrung untuk sedenter atau tidak banyak melakukan kegiatan. Sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. cendrung untuk sedenter atau tidak banyak melakukan kegiatan. Sekarang ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman yang serba modern dan praktis, masyarakat sekarang yang cendrung untuk sedenter atau tidak banyak melakukan kegiatan. Sekarang ini yang hampir semua aktifitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Karakteristik dasar subyek penelitian Penelitian dilakukan sejak 22 Juni 2016 sampai 1 Agustus 2016 di Puskesmas Pandak I Bantul. Sampel penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga menderita sindroma metabolik. Seluruh subyek penelitian adalah

Lebih terperinci