BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Outdoor Experiential Learning. 1) Belajar di Luar Kelas (Outdoor Study)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Outdoor Experiential Learning. 1) Belajar di Luar Kelas (Outdoor Study)"

Transkripsi

1 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Model Outdoor Experiential Learning a. Definisi Outdoor Experiential Learning 1) Belajar di Luar Kelas (Outdoor Study) Vera (2012:16) mengemukakan bahwa pembelajaran di luar kelas adalah kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa yang dilakukan di luar kelas atau alam terbuka sebagai tempat kegiatan pembelajaran siswa. Lingkungan yang biasa digunakan sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran di luar kelas misalnya lingkungan sekitar sekolah, taman, perkampungan pertanian atau nelayan, dan tempat berkemah. Pembelajaran di luar kelas dapat dipahami sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas sebagai situasi pembelajaran terhadap berbagai permainan, sebagai media transformasi konsep-konsep yang disampaikan dalam pembelajaran. Metode belajar di luar kelas merupakan upaya mengajak lebih dekat dengan sumber belajar yang sesungguhnya, yaitu alam dan masyarakat. Siswa diarahkan untuk melakukan aktivitas yang bisa membawa mereka pada perubahan perilaku terhadap lingkungan sekitar. Lingkungan yang digunakan 9

2 11 sebagai sumber belajar siswa disesuaikan dengan materi yang diajarkan oleh guru. Tujuan akhir belajar di luar kelas ini lebih mengacu pada pengalaman dan pendidikan lingkungan yang sangat berpengaruh pada kecerdasan siswa. Kelebihan kegiatan belajar di luar kelas dibandingkan belajar di dalam kelas menurut Vera (2012:28-45), antara lain: a) Mendorong motivasi belajar. Dorongan motivasi belajar ini timbul karena kegiatan belajar di luar kelas menghilangkan batas ruang belajar siswa dan membuat suasana belajar yang baru. b) Suasana belajar yang menyenangkan. Pembelajaran di luar kelas dapat memudahkan guru dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Guru dapat berkeksplorasi dalam menciptakan suasana belajar seperti bermain, menjelajah, rekreasi, berenang, meneliti, observasi, dan lain sebagainya. c) Penggunaan media pembelajaran yang konkret. Pembelajaran di luar kelas sangat memungkinkan untuk menghadirkan atau menemukan media pembelajaran yang konkret. d) Keterampilan bekerja kelompok. Hampir semua materi yang diajarkan di luar kelas diakukan secara berkelompok untuk memudahkan fungi kontrol guru terhadap para siswa. e) Mengembangkan sikap mandiri. Ketika belajar di luar kelas, siswa sebenarnya sedang menghilangkan sikap ketergantungan pada orang lain minimal ketergantungan terhadap guru. f) Hasil belajar permanen di otak. Kegiatan belajar di luar kelas menuntut siswa untuk mencoba, merasakan, mencari, menulis, menelaah, melakukan ekperimentasi, menerapkan, dan melaporkan sehingga materi yang sedang siswa pelajari akan mudah dipahami dan akan bertahan lama di memori siswa. g) Keterampilan intelektual. Siswa dapat terdorong menguasai keterampilan intelektual ketika belajar di luar kelas. Siswa dituntut mendefinisikan dan mengidentifikasikan berbagai hal dan persoalan yang berkaitan dengan materi pelajaran. h) Mengarahkan sikap ke arah lingkungan yang lebih baik. Kegiatan belajar di luar lingkungan menekankan studi

3 12 lapangan, sehingga mengarahkan sikap ke arah lingkungan yang lebih baik. i) Meaningful learning. Keadaan lingkungan luar kelas memperlihatkan keadaan yang sebenarnya pada siswa, yang keberadaannya lebih akurat daripada hanya membaca buku dan mendengarkan penjelasa guru di dalam kelas. Berdasarkan kelebihan-kelebihan dari metode outdoor study yang disebutkan di atas selain memberikan pengaruh yang baik terhadap aktivitas pembelajaran, metode ini juga sangat sesuai dalam membantu siswa untuk menyimpan hasil belajar secara permanan dan dapat juga menggugah kesadaran siswa untuk peduli terhadap lingkungan. Dua kelebihan itu relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar dan sikap peduli lingkungan siswa. 2) Experiential Learning Model pembelajaran Experiential Learning menurut Baharudin dan Esa (2010:165) merupakan model pembelajaran yang menekankan pada keinginan kuat dari dalam diri siswa untuk berhasil dalam belajarnya. Model Experiential Learning memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami keberhasilan dengan memberikan kebebasan siswa untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka, keterampilan-keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan dan bagaimana cara mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami.

4 13 Sastradi (2013) menyebutkan pembelajaran experiential menekankan pada peranan pengalaman dalam proses pembelajaran, pentingnya keterlibatan siswa, dan kecerdasan sebagai kesan interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Pengalaman-pengalaman yang telah dialami siswa mempunyai peranan penting dalam pembentukan pengetahuan kognitif dalam pikiran siswa. Siswa merefleksikan pengalamannya pada sebuah pengetahuan yang baru. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model Experiential Learning adalah suatu model pembelajaran melalui pengalaman langsung yang membuat siswa atau pembelajar lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran tersebut lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran yang bermakna akan memudahkan siswa untuk menerima materi yang sedang dipelajarinya. Guru juga akan dimudahkan dalam mencapai tujuan belajar yang telah direncanakan. 3) Outdoor Experiential Learning Model pembelajaran Outdoor Experiential Learning merupakan model yang dikembangkan oleh Buridge. Buridge mengembangkan model pembelajaran ini dari model Experiential Learning. Buridge (Watt et al, 2008:2) menganggap pengalaman outdoor atau outdoor learning

5 14 memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap Experiential Learning karena lingkungan alam memberikan ruang bagi siswa untuk memperoleh pengalaman langsung dan mengalami konsekuensi dari sebuah pilihan atau keputusan. Oleh karena itu outdoor learning dan experiential learning keduanya tidak dapat dipisahkan sehingga Buridge (Watt et al, 2008:2) mengembangkan menjadi Outdoor Experiential Learning dengan tetap mengacu pada tahapan model pembelajaran Experiential Learning dari Kolb. Berdasarkan pembahasan tentang belajar di luar kelas (outdoor study) dan Experiential Learning dapat diambil pengertian Outdoor Experiential Learning adalah sebuah model pembelajaran yang menekankan pemberian pengalaman langsung pada siswa yang sesuai kenyataan yang ada di lingkungan luar ruangan (alam dan masyarakat). Kenyataan yang ada di luar kelas menjadi objek pembelajaran yang konkret bagi siswa. Pengalaman belajar tersebut sangat sesuai dengan perkembangan kognitif siswa yang masih dalam masa operasional konkret. b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Outdoor Experiential Learning Model pembelajaran Outdoor Experiential Learning yang dikembangkan Buridge memiliki tahap yang tetap mengacu pada

6 15 tahapan pembelajaran Kolb. Baharudin dan Esa (2010:166) menyebutkan tahap-tahap pembelajaran Experiential Learning Kolb sebagai berikut: 1) Tahap Pengalaman Nyata Pada tahap paling awal dalam proses belajar adalah seorang mampu atau dapat mengalami suatu kejadian sebagaimana adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat menceritakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya, namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakekat dari peristiwa tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa adanya, dan belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi. Ia juga belum dapat memahami proses mengapa proses peristiwa tersebut harus terjadi seperti itu. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap paling awal dalam proses belajar. 2) Tahap Obsevasi Reflektif Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya untuk mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi. Pemahamannya terhadap peristiwa yang dialaminya semakin berkembang. Kemapuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap kedua dalam proses belajar. 3) Tahap Konseptualisasi Tahap ketiga dalam proses belajar adalah seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi obyek penelitiannya. Berpikir induktif banyak dilakukan untuk memuaskan suatu aturan umum atau generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang dialaminya. Walaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak berbedabeda, namun memiliki komponen-konponen yang sama yang dapat dijadikan dasar aturan bersama. 4) Tahap Implementasi Tahap terakhir dari proses belajar adalah melakukan eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini seseorang sudah mampu untuk mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi yang nyata. Berpikir deduktif

7 16 banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teoriteori serta konsep-konsep di lapangan. Ia mampu menggunakan teori atau rumus-rumus untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Gambar 2.1 Langkah-langkah Outdoor Experiential Learning 2. Prestasi Belajar a. Prestasi Belajar Arifin (2011:12) menyebutkan bahwa kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kata tersebut dialih bahasa dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievment) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar pada umunya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa. Prestasi belajar menurut Hamdani (2011:138) merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar

8 17 mengajar. Arifin (2011:12) mengungkapkan bahwa prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Poerwanto (dalam Hamdu dan Lisa, 2011:83) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah salah satu acuan untuk memperlihatkan hasil usaha siswa setelah melewati proses belajar dalam aspek pengetahuan (kognitif) yang diukur melalui kegiatan evaluasi belajar. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. b. Fungsi Prestasi Belajar Prestasi merupakan masalah yang bersifat perenial dalam kehidupan manusia, sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi sesuai dengan bidang dan kemampuan masingmasing. Adapun fungsi prestasi belajar menurut Arifin (2011:12-13) adalah sebagai berikut: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Siswa dapat diketahui sejauh mana siswa telah menguasai pengetahuan setelah mengikuti proses pembelajaran. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemusatan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (coriousity) dan merupakan kebutuhan umum manusia. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Siswa akan terdorong untuk selalu meningkatkan

9 18 prestasi belajarnya. Hal tersebut mendorong penyediaan mutu pendidikan yang lebih baik lagi. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan siswa. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Peserta didik menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh informasi materi pembelajaran. Cronchbach dalam Arifin (2011:13) mengungkapkan kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain Sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah. Berdasarkan pendapat para ahli sebelumnya dapat dikatakan bahwa fungsi prestasi belajar penting untuk semua pihak baik siswa, guru maupun masyarakat. Dilihat dari sisi siswa prestasi belajar dapat memperlihatkan tingkat penguasaan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dari segi kualitas dan kuantitas. Prestasi belajar bagi guru bermanfaat untuk sebagai umpan balik setelah proses kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Masyarakat sebagai konsumen pendidikan melihat prestasi belajar sebagai indikator produktivitas dan indikator daya serap (kecerdasan) dari instansi pendidikan.

10 19 3. Sikap Peduli Lingkungan Manusia dalam kehidupannya tidak bisa terpisah dari sikap. Manusia akan senantiasa menunjukkan sikapnya dalam menghadapi berbagai kondisi. Sikap yang ditunjukkan oleh seseorang mencerminkan perasaan yang sedang dialaminya. Trow, Popham dan Allport dalam Adisusilo (2014: 67-68) mengemukakan tentang pengertian sikap sebagai: Suatu kesiapan mental atau emosional dalam berbagai jenis tindakan pada situasi yang tepat dan merupakan sebagian dari ranah afektif yang di dalamnya mencakup perilaku seperti perasaan, minat, emosi, dan sikap. Kesiapan mental dan saraf tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respon individu terhadap objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu kesiapan mental dan saraf yang terbentuk melalui pengalaman yang dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Tindakan seseorang terhadap lingkungan tergantung pada kesiapan mental orang itu sendiri. Manusia harus selalu menjaga kelestarian, kebersihan serta keindahan lingkungannya agar menciptakan suasana yang kondusif bagi kelangsungan hidup dirinya dan makhluk hidup lainnya. Lingkungan yang terjaga kelestariannya akan berdampak baik pada penghuninya. Sebaliknya, lingkungan yang kualitasnya buruk juga menimbulkan dampak buruk bahkan membahayakan bagi penghuninya.

11 20 Kelestarian lingkungan dari waktu ke waktu senantiasa terancam bahaya. Bahaya yang mengancam diantarannya adalah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 Pasal 1 dalam (Erwin, 2009:35) menjelaskan pencemaran lingkungan merupakan: Masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi sesuai peruntukannya. Lingkungan merupakan ruang lingkup yang bersinggungan langsung dengan manusia. Manusia harus senantiasa dapat menjaga dan melestarikan lingkungan hidupnya. Begitupun dalam lingkungan sekolah peran warga sekolah sangatlah berperan, tak terkecuali dengan siswa yang berkewajiban menjaga dan melestarikan lingkungan sekolahnya agar tetap bersih, indah, dan sehat. Hal ini dapat diwujudkan melalui kebiasan untuk menjaga kebersihan kelas, menjaga kebersihan sekolah, tidak membuat sampah secara sembarangan, serta tidak merusak fasilitas yang ada di sekolah. Siswa di sekolah tidak hanya beraktivitas untuk belajar di dalam kelas saja, namun siswa juga berinteraksi dengan makhluk hidup dan benda mati yang berada di sekitar lingkungan sekolahnya. Peran aktif dan nyata siswa sangat diharapkan memberikan sumbangsih dan tanggapan yang baik terhadap lingkungan dengan cara menjaga kelestarian lingkungan. Penanaman sikap peduli lingkungan merupakan kegiatan

12 21 yang sangat diperlukan untuk membentuk sikap siswa yang peduli akan lingkungan, sehingga siswa mempunyai kesadaran untuk ikut serta menjaga dan melestarikan lingkungan. Sejak dini mungkin siswa harus dilatih untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sehingga menjadi kebiasaan. Kurikulum karakter di Amerika Serikat negara bagian Georgia (Samani dan Hariyanto, 2012:53-54) menyatakan bahwa respect for environment maknanya adalah menghargai alam lingkungan dengan kewajiban melestarikan fungsinya agar kehidupan yang berkelanjutan, jauh dari pencemaran lingkungan. Berdasarkan pernyataan di atas peduli lingkungan merupakan sikap menghargai lingkungan sebagai sumber daya yang harus dijaga dan dipelihara fungsinya agar dapat terus dimanfaatkan dalam kehidupan manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Penanaman sikap peduli lingkungan di dunia pendidikan Indonesia sudah mulai diperhatikan dengan diterapkannya 18 karakter siswa, yang salah satunya adalah peduli lingukungan. Indikator sikap peduli lingkungan siswa pada sekolah dasar dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Indikator Sikap Peduli Lingkungan Peduli lingkungan Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya dan Indikator Kelas 1-3 Kelas 4-5 Buang air besar dan Membersihkan WC kecil di WC Membuang sampah Membersihkan tempat pada tempatnya sampah Membersihkan Membersihkan halaman sekolah lingkungan sekolah

13 22 mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi Sumber: Kemendiknas (2010:37) Tidak memetik bunga di taman sekolah Tidak menginjak rumput di taman sekolah Menjaga kebersihan rumah Memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman Ikut memelihara taman di halaman sekolah Ikut dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan 4. Hakikat IPA a. Pengertian IPA Trianto (2011:136) mengemukakan IPA adalah bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang berasal dari bahasa Inggris science. Kata science tersebut berassal dari Bahsa Latin science yang berarti saya tahu. Sering dengan perkembangan kata science diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA menurut Wahyana (Trianto, 2011:136) adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Mulyasa (2009:110) menyebutkan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

14 23 Berdasarkan dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu ilmiah yang dapat dikembangkan oleh siswa dengan cara melakukan percobaan dan mencari tahu tentang alam secara sistematis. Sikap ingin tahu sebagai bagian dari sikap ilmiah yang merupakan sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang diamati. b. Hakikat Pembelajaran IPA Hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Donosepoetra (Trianto 2011:137) mengemukakan IPA sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. IPA sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah. IPA sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang lazim disebut metode ilmiah. Nur dan Wikandri (dalam Trianto, 2011:143) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA di sekolah lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses. Siswa diberi ruang untuk menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh posistif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.

15 24 Akhirnya aplikasi dari IPA menghasilkan teknologi yang dapat memberikan kemudahan dan kebermanfaatan bagi kehidupan. c. Tujuan Pembelajaran IPA Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar menurut Badan Nasional Standar Pendidikan (Susanto, 2013: ), dimaksudkan untuk: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2) Mengembangakan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah ciptaa Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Berdasarkan pendapat tersebut, tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar yang relevan dengan penelitian ini adalah menanamkan sikap-sikap ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Berdasarkan tujuan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bawa pembelajaran IPA memuat beberapa sikap yang harus diterapkan pada setiap pembelajaran, salah satunya adalah sikap peduli lingkungan.

16 25 d. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Mulyasa, 2009:112) membagi ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yang meliputi manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan hidup serta kesehatan. 2) Benda/materi, sifat-sifat kegunaannya yang meliputi benda cair, padat, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. 3) Energi dan perubahannya yang meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. 4) Bumi dan alam semesta yang meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Berdasarkan ruang lingkup IPA di atas, dapat diketahui bahwa materi yang terdapat dalam pembelajaran IPA terdiri dari makhluk hidup dan proses kehidupan, benda serta kegunaannya, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta. IPA juga menjelaskan mengenai interkasi makhluk hidup, sehingga diharapkan siswa mengetahui interaksi yang tepat yang harus dilakukan dalam ekosistem. Materi tersebut nantinya memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada siswa, dengan bekal ilmu pengetahuan yang dimiliki siswa, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peduli lingkungan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. e. Materi IPA Pada penelitian ini, materi yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah materi sumber daya alam pada kelas IV semester 2.

17 26 Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Sumber: BSNP (2006:168) Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian terkait Outdoor Experiential Learning telah dilakukan, diantarnya penelitian oleh: 1. Penelitian yang berjudul Outdoor Education in Natural Life Park: An Experience from Turkey oleh Bulent Cavas yang dilaksanakan pada tahun 2011 menyimpulkan bahwa persepsi siswa mengenai lingkungan dan hewan-hewan serta sikap terhadap lingkungan berubah secara positif melalui program pendidikan di luar kelas. 2. Penelitian yang berjudul Impact of Experiential Learning on Cognitive Outcome in Technology and Engineering Teacher Preparation oleh Jeremy V. Ernst yang dilaksanakan pada tahun 2013 menyimpulkan bahwa kegiatan bejalar menggunakan experiential learning memberikan keuntungan dalam bentuk hasil kognitif. 3. Penelitian yang berjudul Experiential Learning oleh Valentina Sharlanova yang dilaksanakan pada tahun 2004 menyimpulkan bahwa experiential learning memiliki berbagai macam penerapan, yaitu membantu siswa menyadari diri mereka sendiri, membantu guru menjadi

18 27 guru yang reflektif, mengidentifikasi gaya belajar siswa, dan pengembangan keterampilan. 4. Penelitian yang berjudul Penerapan Model Experiential Learning terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa oleh Imroatus Sholehah, Trapsilo Prihandono, dan Yushardi yang dilaksanakan pada tahun 2013 salah satu hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan penggunaan model experiential learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. C. Kerangka Pikir Pembelajaran merupakan proses transfer pengetahuan dari guru kepada siswanya. Pembelajaran IPA menekankan pada penglaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa, hal ini membantu siswa dalam memahami pengetahuan secara lebih mendalam. Pengetahuan yang diterima siswa bukan hanya hafalan semata namun siswa memahami pengetahuan hingga menguasi konsepnya. Salah satu model pembelajaran berbasis pengalaman yang sesuai digunakan dalam proses pembelajaran IPA adalah model Outdoor Experiential Learning. Model ini memberikan siswa pengalaman belajar langsung di luar kelas. Pembelajaran di luar kelas menyediakan sumber,

19 28 objek, dan wahana belajar yang konkret bagi siswa. Hal tersebut sangat sesuai dengan perkembangan kognitif siswa yang masih dalam fase operasional konkret. Pembelajaran yang dilakukan di lingkungan luar kelas juga memberi kemudahan guru untuk menanamkan sikap peduli lingkungan. Guru dapat memberi penjelasan beserta contoh langsung tentang upaya menjaga kelestarian lingkungan. Siswa lebih cepat menangkap pesan karena contoh yang diberikan oleh guru merupakan kegiatan yang konkret. Penanaman sikap peduli lingkungan sejak dini akan membuat sikap tersebut lebih cepat diterima dan lebih lama bertahan. Pada penelitian hendak membandingkan tingkat prestasi belajar siswa dan sikap peduli lingkungan siswa yang lebih optimal di antara dua kelompok yang akan diberikan perlakuan yang berbeda. Perbedaan hasil diharapkan dapat memberi masukan bagi guru untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran. Pembelajara mata pelajaran IPA diharapkan dapat mencapai tujuan optimal melalui bantuan model Outdoor Experiential Learning. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dijelaskan dalam bagan skema pemikiran sebagai berikut: Pembelajaran menggunakan Pembelajaran menggunakan model Outdoor Expriential model Outdoor Experiential Learning Learning (X (X 1 ) 1 ) Prestasi belajar dan sikap peduli Prestasi belajar lingkungan dan sikap peduli lingkungan (Y 1 ) (Y 1 ) Pembelajaran menggunakan model non-outdoor Experiential Learning (X 2 ) Prestasi belajar dan sikap peduli lingkungan (Y 2 )

20 29 Gambar 2.2 Skema Kerangka Pikir D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh lebih baik penggunaan model Outdoor Experiential Learning terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV MIM 2 Kasegeran. 2. Terdapat pengaruh lebih baik penggunaan model Outdoor Experiential Learning terhadap sikap peduli lingkungan siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV MIM 2 Kasegeran.

BAB I PENDAHULUAN. mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukanlah ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukanlah ilmu pengetahuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan proses yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membangun pengetahuan baru. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Abidin (Ridyah, 2015:1)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Sikap Rasa Ingin Tahu Keingintahuan (Curiousity) menurut Samani dan Hariyanto (2012: 119) adalah keinginan untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 7 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ibrahim dan Nur (Rusman,

Lebih terperinci

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. a. Pengertian Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray. a. Pengertian Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray a. Pengertian Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang unik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka Penelitian ini mengutip beberapa pendapat para ahli yang mendukung dan relavansi dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar (SD) adalah salah satu wujud pendidikan dasar formal dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi yang penting

Lebih terperinci

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

materi yang ada dalam suatu pengajaran. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yang harus kita mengerti yaitu pemahaman dan konsep, dua kata tersebut yang harus kita pahami terlebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Kerjasama dalam proses pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu proses pembelajaran. Kerjasama dalam belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah sains. Sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Rasa Ingin tahu. a. Pengertian Rasa Ingin Tahu

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Rasa Ingin tahu. a. Pengertian Rasa Ingin Tahu 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin tahu a. Pengertian Rasa Ingin Tahu Kegiatan belajar mengajar yang efektif diperlukan adanya suatu sikap rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) 47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata Faham yang memiliki tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 Disini ada pengertian tentang pemahamn yaitu kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu alam atau dalam bahasa Inggris disebut natural science atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) bab 1 pasal 1 disebutkan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa inggris Natural Science secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah,

Lebih terperinci

Menurut aliran behavioristik dalam Wina (2009: 114) belajar adalah pembentukan

Menurut aliran behavioristik dalam Wina (2009: 114) belajar adalah pembentukan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relative dalam aspek kognitif dan psikomotor,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riyanti Dini Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riyanti Dini Lestari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu pintu utama bagi siswa dalam memasuki gerbang pengetahuan, oleh karena itu kedudukan suatu pengetahuan itu sangatlah penting untuk diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan merupakan ilmu yang sangat penting di dunia ini. Ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang ini sangat beragam. Salah satunya adalah ilmu tentang alam.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR IPA MELALUI METODE OUTDOOR STUDY PADA SISWA KELAS IV DI MI AL ISLAM SURUPAN NGUNTORONADI

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR IPA MELALUI METODE OUTDOOR STUDY PADA SISWA KELAS IV DI MI AL ISLAM SURUPAN NGUNTORONADI PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR IPA MELALUI METODE OUTDOOR STUDY PADA SISWA KELAS IV DI MI AL ISLAM SURUPAN NGUNTORONADI WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. Tujuan utama sains termasuk fisika umumnya dianggap

Lebih terperinci

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 57. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR A. Pendekatan Keterampilan Proses Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing. a. Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing. a. Model Pembelajaran Kooperatif 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing a. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran memerlukan inovasi agar pembelajaran berjalan lebih bervariasi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA 10 BAB II 10 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP. Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si.

INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP. Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si. Inkuiri Pendekatan Pembelajaran IPA (Fisika) SD/MI.. Edi Istiyono 1 INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si. JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi Demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan untuk menampilkan suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode demonstrasi adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Sikap Peduli Lingkungan Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari Sikap. Manusia akan senantiasa menunjukkan sikapnya jika dihadapkan dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan IPA SD BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Pendidikan IPA SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang dipelajari oleh semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia, yang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia, yang dalam Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan suatu program pendidikan yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Sains menurut UU

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Defenisi Pembelajaran Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yaitu suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara sadar oleh seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.Pembelajaran Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik (Djamarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS. 4 Pilar Pendidikan UNESCO

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS. 4 Pilar Pendidikan UNESCO KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS Oleh : Drs.Saeful Karim,M.Si Disampaikan pada Acara Pengabdian Pada Masyarakat untuk Guru-Guru IPA SD Se-Kecamatan Lembang Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang baik akan dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN Oleh ELISA NIM F34211502 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 2 JOGOMERTAN

PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 2 JOGOMERTAN PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 2 JOGOMERTAN Oleh: Afif Rifai 1, Suhartono 2, Ngatman 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret e-mail: rifai_kbm@yahoo.com Abstract:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian teori berisi penjelasan mengenai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), pembelajaran IPA, variabel X (metode inkuiri) dan variabel Y ( hasil belajar IPA siswa kelas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Snowball throwing menurut asal katanya berarti bola salju bergulir dapat diartikan sebagai metode pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang digunakan pada penelitian ini, antara lain Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD, Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini semakin berkembangnya teknologi dan informasi yang menuntut adanya perkembangan dan perubahan dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk aspek pendidikan.

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat penting dan berpengaruh bagi kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Namun masalah pendidikan menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar. Keingintahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar. Keingintahuan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu senantiasa senantiasa akan memotivasi diri untuk terus mencari dan mengetahui hal-hal baru sehingga akan memperbanyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 777 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Peran aktif merupakan partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai obyek dan subyek, maksudnya yaitu selain siswa mendengarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menjadi bahan Penelitian Tindakan Kelas adalah model Picture and Picture.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh hasil belajar. Mengetahui keberrhasilan atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi juga mencakup pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari atau melakukan sendiri, mengikuti

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Kardi dan Nur dalam Trianto (2010:136) mengemukakan bahwa IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Kelas V Nana Sudjana (2002: 22) mengatakan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cikampek Barat III Desa Cikampek Barat Kec. Cikampek Kab. Karawang. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan

Lebih terperinci

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam mata pelajaran IPA siswa mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam mata pelajaran IPA siswa mempelajari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah dasar (SD) adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam mata pelajaran IPA siswa mempelajari berbagai macam hal terkait

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Metode Picture and Picture Picture and picture adalah suatu metode pemelajaran yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurut menjadi urutan logis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. IPA berkaitan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini terutama di zaman yang begitu pesat perkembangan teknologi dan informasinya yang selalu menuntut adanya perkembangan dan perubahan dalam semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Kata pendidikan pun sudah tidak asing lagi di dengar oleh seluruh lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci