BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Sikap Peduli Lingkungan Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari Sikap. Manusia akan senantiasa menunjukkan sikapnya jika dihadapkan dengan berbagai kondisi. Sikap yang ditunjukkan oleh seseorang mencerminkan perasaan yang sedang dialaminya. Trow, Popham dan Allport dalam Adisusilo (2014: 67-68) mengemukakan tentang sikap sebagai: suatu kesiapan mental atau emosional dalam berbagai jenis tindakan pada situasi yang tepat dan merupakan sebagian dari ranah afektif yang di dalamnya mencakup perilaku seperti perasaan, minat, emosi dan sikap. Kesiapan mental dan saraf tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respon individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Tindakan seseorang terhadap lingkunganya tergantung pada kesiapan mental orang itu sendiri. Lingkungan tempat manusia tinggal harus selalu dijaga kelestarian, kebersihan serta keindahanya agar menciptakan suasana yang kondusif bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Lingkungan yang terjaga kelestarianya akan berdampak baik bagi penghuninya. Begitupun

2 23 sebaliknya, lingkungan yang buruk juga akan menimbulkan bahaya bagi penghuninya sendiri. Banyak bahaya yang senantiasa mengancam kelestarian lingkungan dari waktu ke waktu, diantaranya adalah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pasal 1 ayat 12 UU No. 23 Tahun 1997 dalam (Erwin, 2009: 35) menjelaskan pencemaran lingkungan merupakan: masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi sesuai peruntukannya. Lingkungan merupakan ruang lingkup yang bersinggungan langsung dengan manusia. Manusia harus menjaga dan melestarikan lingkungan hidupnya. Begitupun dalam lingkungan sekolah peran warga sekolah sangatlah berpengaruh, tak terkecuali dengan siswa yang berkewajiban menjaga dan melestarikan lingkungan sekolahnya agar tetap bersih, indah dan sehat. Hal ini dapat diwujudkan dengan menjaga kebersihan kelas, menjaga kebersihan sekolah, tidak membuat sampah sembarangan serta tidak merusak fasilitas yang dimiliki sekolah. Kegiatan siswa di sekolah tidak hanya belajar di dalam kelas saja, tetapi siswa juga berinteraksi dengan makhluk hidup dan benda mati yang berada di lingkungan sekolahnya. Siswa yang tinggal di lingkungan sekolah diharapkan mampu memberikan sumbangsih dan tanggapan yang baik terhadap lingkungan dengan cara menjaga kelestarian lingkungan.

3 24 Sikap peduli lingkungan perlu ditanamkan di dalam diri siswa, agar siswa dapat ikut serta menjaga kelestarian lingkungan. Sikap peduli lingkungan perlu ditanamkan dalam diri siswa dan dilatih sesering mungkin sehingga menjadi kebiasaan. Kurikulum karakter di negara bagian Georgia (Samani & Hariyanto, 2012: 53-54) menyatakan bahwa respect for environment maknanya adalah menghargai alam lingkungan dengan berkewajiban melestarikan fungsinya agar terjadi kehidupan yang berkelanjutan, jauh dari pencemaran lingkungan. Berdasarkan pernyataan di atas peduli lingkungan merupakan sikap menghargai lingkungan sebagai suatu sumber daya yang harus dijaga dan dipelihara fungsinya agar dapat terus dimanfaatkan dalam kehidupan manusia dan berkelanjutan. a. Pendidikan Lingkungan di Sekolah Sekolah merupakan tempat anak memperoleh pendidikan selain di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting diberikan oleh manusia sejak dini. Pendidikan menurut Sagala (2012: 6) adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannanya di masa yang akan datang. Dewey dalam Muslich (2011:67) mengatakan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang disengaja, sadar dan

4 25 terencana untuk menyiapkan siswa agar mampu mengubah perilaku mereka sebaik mungkin dan mampu untuk menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkunganya serta mempersiapkan keikutsertaannya di masa yang akan datang. Makhluk hidup erat kaitannya dengan lingkungan. Makhluk hidup senantiasa akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut Sharma dan Tan dalam (Tumisem, 2012: 10) mendefinisikan lingkungan sebagai berikut: is not the sum of all the material things that constantly interact with each other which make up the mosaic of the countryside landscape. It is much more than this. It also include the economic structures and the outlook and habits of people in different parts of the world. Definisi di atas menjelaskan secara keseluruhan yang mencakup faktor fisik, ekonomi dan budaya. Lingkungan dipandang sebagai interaksi kontekstual antara komponen sosial, teknologi, politik, ekonomi dan biofisik. Keadaaan lingkungan sekolah menjadi tanggung jawab seluruh warga sekolah baik guru, siswa, karyawan, petugas kebersihan dan penjaga kantin. Sikap peduli lingkungan sebaiknya mulai diajarkan dan dididik sejak dini agar dapat menjadi bekal manusia di masa yang akan datang. Siswa di sekolah harus mendapatkan pendidikan lingkungan untuk membiasakan hidup peduli terhadap lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan agar menjadi lebih baik.

5 26 Menciptakan kesadaran seseorang terhadap lingkungan bukanlah hal yang mudah. Adisusilo (2014: 67) mengungkapkan bahwa sikap itu tidak muncul seketika, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respon seseorang. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan kepada siswa karena dapat memberikan pembelajaran untuk mengenal lingkungan dan meningkatkan kesadaran siswa tehadap lingkungan. Karakter anak usia SD lebih mudah dibentuk menjadi pribadi yang baik, sehingga pendidikan lingkungan yang diajarkan saat anak usia SD akan lebih tepat dan mudah dilaksanakan untuk menanamkan sikap peduli lingkungan dalam diri siswa. b. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Manusia senantiasa menunjukkan sikapnya jika dihadapkan dengan kondisi tetentu. Sikap manusia dapat berupa sikap negatif atau positif. Sikap manusia yang dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan manusia yang terlihat dan menjadi ciri khasnya itulah yang disebut dengan karakter. Scerenko dalam Samani & Hariyanto (2012: 43) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa. Simon philips (Mu in, 2011:

6 27 160) karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Pendapat lain dikemukakan oleh Fasli Jalal dalam Zubaidi (2011: 12) yang mendefinisikan karakter sebagai nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan sifat kepribadian seseorang yang membedakan orang tersebut dengan kepribadian orang lain dan dapat dibentuk dan diarahkan menjadi perilaku yang baik. Pemerintah Indonesia khususnya dinas pendidikan telah merumuskan program pendidikan karakter di sekolah-sekolah untuk membentuk karakter yang baik. Program ini dimulai dari tingkatan pendidikan paling rendah yaitu pendidikan usia dini, sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Karakter merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan pada manusia. Karakter perlu dimasukkan ke dalam pendidikan sehingga siswa tidak hanya menerima pengetahuan umum, melainkan siswa juga ditanamkan karakter melalui pendidikan karakter. Menurut Winton dalam Samani & Hariyanto (2012: 43) mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seseorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya.

7 28 Raharjo dalam Zubaedi (2011: 16) mengatakan pendidikan karakter adalah: suatu proses pendidikan secara holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengertian pendidikan karakter di atas dapat disimpulkan sebagai pendidikan yang diberikan guru kepada siswanya dalam rangka mengajarkan nilai-nilai moral kepada siswa agar siswa dapat tumbuh menjadi generasi yang berkualitas. Pendidikan karakter dikatakan berhasil atau tidaknya dapat dilihat dari indikator keberhasilan pendidikan karakter. Siswa yang memiliki sikap peduli lingkungan akan menunjukkan sikapnya sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Narwanti (2012: 69) menjelaskan bahwa: indikator pendidikan karakter peduli lingkungan di kelas antara lain: kebersihan ruang kelas, menyediakan tong sampah organik dan anorganik, hemat dalam penggunaan bahan praktik, dan penanganan limbah bahan kimia dari kegiatan praktik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter peduli lingkungan sekolah merupakan penanaman sikap dan perilaku untuk mencintai, menjaga, dan melindungi lingkungan dan alam sekitar untuk dapat melestarikan alam demi menjaga keseimbangan hidup. Penanaman karakter peduli lingkungan ini sangat berkaitan dengan proses pembelajaran IPA yang diharapkan

8 29 dapat melatih dan menanamkan sikap peduli siawa terhadap lingkungan sekitar. 2. Prestasi Belajar Kata prestasi sering dijumpai dalam dunia pendidikan. Prestasi akan terus diupayakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Manusia dalam hidupnya akan senantiasa mengejar prestasi sesuai bidang keahliannya. Arifin (2013: 12) menjelaskan bahwa: prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, sedangkan dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berari hasil usaha. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran. Prestasi merupakan buah hasil dari usaha atau kerja yang dilakukan seseorang. Prestasi bagi siswa berkaitan dengan hasil dari usaha jerih payahnya dalam belajar yang telah dilakukan. Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil usaha setelah melakukan kegiatan belajar. Pestasi akan mengiringi jika seseorang melakukan kegiatan belajar. Prestasi selalu diiringi dengan belajar. Prestasi yang baik tidak muncul begitu saja, melainkan terdapat usaha-usaha yang dilakukan sebelumnya yaitu belajar. Skinner dalam Sagala (2010:14) berpendapat belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Abdilah (Aunurrahman, 2011:35) mengatakan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukuan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.

9 30 Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan individu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil pengalamannya untuk dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah akan memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi mereka. Siswa melakukan sebuah usaha yaitu belajar, maka siswa akan mendapatkan hasil dari kegiatan belajarnya itu berupa ilmu pengetahuan dan nilai. Nilai yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar tersebut seringkali disebut sebagai sebuah prestasi belajar. Istilah pestasi belajar dan hasil belajar erat kaitannya dalam dunia pendidikan. Pengertian prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Arifin (2013: 12-13) mengatakan perbedaan prestasi belajar dan hasil belajar yaitu: prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa. Kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah. Pendapat Arifin di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan prestasi belajar dan hasil belajar yaitu prestasi belajar mengacu pada aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar mengacu pada pembentukan watak. Prestasi belajar dapat digunakan guru untuk umpan balik dalam kegiatan mengajar sedangkan hasil belajar digunakan untuk mengetahui presentase tingkat pencapaian kompetensi.

10 31 3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) a. Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat Sekolah Dasar. IPA merupakan pengetahuan yang membahas tentang manusia dan alam sekitarnya. Suriasumantri dalam (Trianto, 2010: 136) menjelaskan IPA merupakan: bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin scientia yang berarti saya tahu. Science terdiri dari social sciences (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural sciences (Ilmu Pengetahuan Alam). Perkembangan science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Susanto (2015: 167) menjelaskan bahwa sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur serta dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan. Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan alam dengan cara mengamati sesuai dengan prosedur sampai memperoleh hasil. Prihatno Laksmi dalam Trianto (2010: ) mengatakan bahwa pembelajaran IPA di sekolah terdapat nilai-nilai yang dapat ditanamkan saat proses pembelajaran, antara lain: 1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah.

11 32 2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah. 3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitanya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan. Proses pembelajaran IPA di tingkat sekolah harus menekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya akan berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Proses pembelajaran IPA memerlukan penggunaan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan dan menerapkan sendiri ide-ide dan pengetahuan yang dimilikinya. b. Materi Perubahan Daratan dan Pengaruhnya Materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya terdapat di kelas IV SD semester 2 yaitu ada pada KD 10.2 dan KD 10.2 menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir dan longsor). KD 10.3 mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir dan longsor). Materi tersebut berisi tentang bagaimana siswa memahami pengaruh perubahan lingkungan terhadap darat dan bagaimana cara siswa mencegah kerusakan-kerusakan lingkungan. Pembelajaran ini bertujuan untuk membantu siswa mengenal lingkungan, memahami perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan tempat tinggal,

12 33 pengaruh perubahan lingkungan dan upaya yang dapat dilakukan untuk menangani permasalahan kerusakan lingkungan. 4. Model Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian PBL Model pembelajaran dalam pendidikan memiliki banyak jenis, salah satunya adalah PBL. PBL merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk menyelesaikan masalah. Pengertian PBL menurut Barrows dan Kelson dalam Amir (2009: 21) adalah: kurikulum dan proses pembelajaran. Kurikulum tersebut berisi masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan untuk berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajaran PBL menggunakan pendekatan yang sistematis untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Suyadi (2013: 129) mengemukakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk menyelesaikannya. Tan dalam Rusman (2011: 229) mengatakan PBL merupakan: inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memperdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk belajar memahami dan mengatasi permasalahan nyata yang ada

13 34 di kehidupan siswa dengan memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya dan mencari pengetahuan baru agar siswa mampu untuk memecahkan masalah. b. Karakteristik PBL Model pembelajaran dalam dunia pendidikan memiliki bermacam-macam jenis. Masing-masing jenis model pembelajaran memiliki karaktersitik yang berbeda-beda. Taufiq (2009: 22) merangkum karakteristik yang tercakup dalam proses PBL, antara lain: 1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran. 2) Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (illstructured). 3) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective). Solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab pelajaran atau lintas ilmu ke bidang lainnya. 4) Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru. 5) Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning). 6) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting. 7) Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi. Berdasarkan karakteristik PBL di atas bahwa pembelajaran yang menggunakan model PBL memiliki ciri dan keunggulan tersendiri. Siswa dalam proses pembelajaran diberikan suatu masalah yang nyata untuk diselesaikan dan dipecahkan secara berkelompok.

14 35 Pembelajaran tersebut melatih kemandirian siswa dalam berpikir untuk menyelesaikan suatu permasalahan. c. Langkah-langkah model PBL Menurut Hamruni dalam Suyadi (2013: ), terdapat enam langkah untuk dapat menerapkan pembelajaran berbasis masalah ini, yaitu: 1) Menyadari Adanya Masalah Pembelajaran ini awalnya harus dimulai dari membangun kesadaran kritis siswa akan adanya masalah yang akan dipecahkan. Pada tahap ini, guru dapat menunjukan adanya gap atau kesenjangan antara realitas yang terjadi dengan idealitas atau yang dikehendaki. 2) Merumuskan Masalah Langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah. Setelah materi disajikan secara problematik, dan siswa mampu menangkap gap atau kesenjangan pada masalah tersebut, maka guru perlu membantu siswa untuk merumuskan masalah sehingga menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih fokus dan spesifik. Dalam hal ini, siswa menggunakan seluruh pengetahuan yang dimilikinya, kemudian mengakumulasi dengan pengetahuanpengetahuan baru dan mengkristal pada rumusan masalah yang layak diangkat. 3) Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah hubungan sebab akibat yang sifatnya sementara dan belum teruji kebenarannya, namun memenuhi syarat logis rasional dan empiris. 4) Mengumpulkan Data Sebagai konsekuensi proses berpikir empiris, kebenaran data dalam kerangka berpikir ilmiah sangat dibutuhkan. Data akan berpengaruh pada hipotesis yang disajikan. Dalam tahap ini siswa diharap mampu mengumpulkan data yang relevan secepat mungkin, kemudian mengorganisasikan serta menyajikan secara skematis atau terpetakan sehingga mudah dipahami. 5) Menguji Hipotesis Berdasarkan data yang dikumpulkan, diharapkan siswa mampu menguji hipotesis yang diajukan pada langkah ketiga. Akhirnya siswa mampu memilih hipotesis yang sesuai dan dapat dibenarkan secara rasional dan

15 36 dibuktikan secara empiris, serta menolak hipotesis yang lain. 6) Menentukan Pilihan Penyelesaian Tahap terakhir adalah memilih salah satu solusi yang diambil dari hipotesis yang telah diuji kebenaranya sebagai sebuah pilihan. Dengan demikian, kemampuan yang diharapkan pada tahap terakhir adalah kecakapan siswa dalam memilih alternatif penyelesaian masalahsecara bijaksana. Langkah-langkah di atas merupakan suatu keterpaduan yang harus ada. Adanya masalah yang harus diselesaikan merupakan hal yang pokok dan harus ada dalam dalam penerapan model pembelajaran ini, kemudian berlanjut ke langkah berikutnya sehingga masalah tersebut terselesaikan. d. Keunggulan model PBL Model pembelajaran PBL memiliki banyak keunggulan. Menurut Suyadi (2013: 142) keunggulan dari model PBL antara lain: 1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. 2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa, sehingga memberikan keluasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa. 3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. 4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang dilakukan. 6) Siswa mampu memecahkan masalah dengan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. 7) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka guna beradaptasi dengan pengetahuan baru.

16 37 8) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. 9) PBM dapat mengembangkan minat siswa untuk mengembangkan konsep belajar secara terus menerus, karena dalam praktiknya masalah tidak akan pernah selesai. Artinya, ketika satu masalah diatasi, masalah lain muncul dan membutuhkan penyelesaian secepatnya. Banyak keunggulan dari penerapan model PBL di dalam proses pembelajaran. Karakter siswa juga dimunculkan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya melakasanakan pembelajaran saja, namun mendapatkan hikmah yang bisa diterapkan dalam berkehidupan di luar kelas. B. Penelitian yang Relevan Penggunaan model PBL sebelumnya sudah pernah dilakukan untuk penelitian oleh Tatang Herman dalam jurnal Educationist No. 1 Vol. 1 (2007) yang berjudul Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan hasil penelitian sebagai berikut 1. Terdapat peningkatan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi yang dilihat berdasarkan variasi peringkat sekolah. Peningkatan tersebut dibuktikan berdasarkan tes Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi (KBMTT) yang terdiri atas Tes-1, Tes-2, dan Tes-G (gabungan dari Tes-1 dan Tes-2) dengan menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran seperti Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Terbuka, PBM Terstruktur dan Konvensional. Hasil tes menunjukkan bahwa sekolah dengan peringkat baik cenderung memperoleh rerata skor lebih baik daripada

17 38 sekolah dengan peringkat cukup dan kurang untuk masing-masing Tes-1, Tes-2, maupun Tes-G. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor peringkat sekolah berpengaruh terhadap kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi. 2. PBM terbuka dan PBM terstruktur secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa dibanding pembelajaran konvensional. 3. Terbangun disposisi matematis yang positif dalam diri siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa disposisi matematis siswa yang mendapatkan PBM menunjukkan hal-hal yang positif, seperti: 77,2% siswa menyatakan senang belajar matematika melalui pemecahan masalah, 72,8% siswa merasa tertantang dalam belajar matematika melalui pemecahan masalah, 90% siswa berpendapat bahwa pemecahan masalah perlu dilakukan melalui kerja kelompok, 72,8% siswa menyatakan bahwa selalu ada cara lain untuk menyelesaikan masalah, 82,8% siswa percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah, 82,2% siswa memandang perlu menghargai pendapat orang lain, 86,2% siswa berpendapat bahwa belajar matematika melalui pemecahan masalah bermanfaat untuk kehidupan, 65,5% siswa menyatakan perlunya memikirkan cara lain yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah, dan 71,7% siswa menyatakan perlunya mengikuti cara yang dilakukan teman dalam menyelesaikan masalah, jika cara tersebut lebih baik daripada caranya.

18 39 C. Kerangka Berpikir Kondisi awal yang menjadi permasalahan di SD Negeri 1 Kalitinggar Kidul yaitu sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang masih rendah. Proses pembelajaran IPA belum mampu memberikan dorongan bagi siswa untuk mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat ke dalam kehidupan nyata. Siswa kurang memiliki sikap peduli terhadap lingkungan sekitar. Siswa juga kurang memahami dan menguasai materi pelajaran IPA yang menyebabkan prestasi belajar IPA siswa rendah.. Sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA dikelas IV SD Negeri 1 Kalitinggar Kidul dapat meningkat, maka perlu dilakukan adanya tindakan yang berasal dari guru. Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar siswa. Salah satu cara yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model pembelajaran yang dianggap sesuai adalah model PBL. Penerapan model PBL dapat memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa karena siswa dihadapkan dengan masalah kehidupan nyata dan siswa dilatih untuk memiliki sikap peduli lingkungan dari kegiatan pemecahan masalah dan kegiatan praktik yang dilakukannya. Siswa juga dilatih untuk berpikir kritis dalam menyeselesaikan masalah yang dihadapinya sehingga siswa akan memperoleh pengetahuan dan konsep mengenai materi pelajaran. Penerapaan model PBL diharapkan dapat meningkatkan sikap peduli lingkungan dan

19 40 prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya di kelas IV SD Negeri 1 Kalitinggar Kidul. Kondisi Awal Belum menggunakan Model PBL Rendahnya sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar siswa Siklus I Menggunakan Model PBL Tindakan Siklus II Gambar 2.1. Kerangka Model pembelajaran Pikir PBL dapat D. Hipotesis Tindakan meningkatkan sikap peduli Kondisi Akhir lingkungan dan prestasi belajar siswa Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini yaitu: 1) Penerapan model PBL diduga dapat meningkatkan sikap peduli lingkungan siswa pada materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya di kelas IV SN Negeri 1 Kalitinggar Kidul. 2) Penerapan model PBL diduga dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya di kelas IV SN Negeri 1 Kalitinggar Kidul.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan yang 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan yang membahas manusia dan alam sekitarnya. Alam sekitar manusia mencakup hal yang sangat luas dari yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Outdoor Experiential Learning. 1) Belajar di Luar Kelas (Outdoor Study)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Outdoor Experiential Learning. 1) Belajar di Luar Kelas (Outdoor Study) 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Model Outdoor Experiential Learning a. Definisi Outdoor Experiential Learning 1) Belajar di Luar Kelas (Outdoor Study) Vera (2012:16) mengemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen (Carin dan

Lebih terperinci

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sikap Peduli Lingkungan Sikap merupakan perasaan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak, perasaan atau kecenderungan tersebut dapat bersifat permanen atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sekolah sebagai tempat pembentuk generasi bangsa yang berkualitas mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu pendidikan di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya dalam membimbing manusia yang belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha dalam menolong anak untuk melakukan tugas-tugas

Lebih terperinci

PROBLEM BASED LEARNING. R. Nety Rustikayanti, S.Kp., M.Kep. 2016

PROBLEM BASED LEARNING. R. Nety Rustikayanti, S.Kp., M.Kep. 2016 PROBLEM BASED LEARNING R. Nety Rustikayanti, S.Kp., M.Kep. 2016 Learning = Pembelajaran Hakikat pembelajaran mengasah atau melatih moral kepribadian manusia proses pembelajaran dituntut untuk selalu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif kreatif,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985) II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Sebelum kita mengetahui pengertian kemampuan pemecahan masalah, terlebih dahulu kita harus mengetahui

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS SEMINAR PENDIDIKAN DISUSUN OLEH KALAM SIDIK PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA 12 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA Ponco Budi Raharjo Indri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di lingkungan pendidikan formal atau sekolah dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan Kurikulum

Lebih terperinci

S, 2014 KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PADA SUB-KONSEP PENCEMARAN AIR

S, 2014 KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PADA SUB-KONSEP PENCEMARAN AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat dan global menuntut manusia untuk lebih mengembangkan potensi dalam dirinya. Salah satu upaya

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, dalam proses belajarmengajar,

II TINJAUAN PUSTAKA. menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, dalam proses belajarmengajar, 14 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Siswa Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, dalam proses belajarmengajar, siswa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, salah satu aspek yang dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, salah satu aspek yang dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, salah satu aspek yang dilihat dari suatu negara maju adalah pendidikan, dan pendidikan tidaklah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kegiatan belajar-mengajar berlangsung suatu proses pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar tidak hanya tercipta dari dua komponen saja yaitu guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik melainkan melibatkan komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar-mengajar berlangsung dengan suatu proses pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan kedua proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang besar perannya dalam pendidikan, disamping itu juga belajar biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerja sama antara guru dan siswa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan merupakan salah satu dari aspek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan hendaknya mampu mendukung pembangunan di masa mendatang. Oleh karena itu, pendidikan harus mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Melihat fenomenakejadian tingkah laku moralmasyarakat sekarang yang mulai memudar, pemerintah tersadar untuk melakukan perbaikan. Sistem pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika berfungsi sebagai ilmu atau pengetahuan, dan tentunya pembelajaran matematika disekolah mampu menunjukkan bahwa matematika selalu mencari kebenaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 7 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ibrahim dan Nur (Rusman,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 4 SDN KALINANAS 01

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 4 SDN KALINANAS 01 Yudha Widhiatma 447 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 4 SDN KALINANAS 01 Oleh Yudha Widhiatma 292013095@student.uksw.edu Wasitohadi wasitohadi@staff.uksw.edu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam penelitian ini, peneliti mengambil teori mengenai IPA, pembelajaran IPA, pembelajaran IPA SD, model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah, karakteristik,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran di sekolah adalah interaksi guru dengan siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran yang telah tersusun dalam suatu kurikulum. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti bahwa pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dan pengajar yang menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah di persiapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru, dalam menyampaikan suatu materi untuk diajarkan kepada siswa dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing manusia dari kegelapan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran_matematika/kegiatanbelajar1) menyatakan bahwa Matematika itu bukan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran_matematika/kegiatanbelajar1) menyatakan bahwa Matematika itu bukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dan canggihnya teknologi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai keterampilan dan pengetahuan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Komponen penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global sekarang ini menuntut individu untuk berkembang menjadi manusia berkualitas yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal. 1 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Kerjasama dalam proses pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu proses pembelajaran. Kerjasama dalam belajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, semua infomasi dengan sangat mudah masuk ke dalam diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa harus berpikir secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Strategi belajar mengajar yang tepat sangat penting dilakukan untuk menunjang keberhasilan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan masa depan bangsa, karena dari pendidikan diharapkan mampu memberdayakan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya akan memperoleh sebuah pengalaman baru dan tanpa disadari ia telah mengalami proses belajar. Sependapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

Widhati 1), Chumdari 2), Siti Kamsiyati 3) PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

Widhati 1), Chumdari 2), Siti Kamsiyati 3) PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG MELALUI MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 KIRINGAN KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011/2012 Widhati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ari Yanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ari Yanto, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu permasalahan mengenai lingkungan merupakan topik yang tidak pernah lepas dari pemberitaan sampai saat ini, mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Mata Pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Kata pendidikan pun sudah tidak asing lagi di dengar oleh seluruh lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning Teori yang melandasi Problem Based Learning adalah teori Vygotsky, Bruner dan Dewey. Teori Vgostky menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berasal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi paham

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dan canggihnya teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum SMK terdiri atas berbagai kelompok mata pelajaran salah satunya adalah kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah pondasi penting dalam pengembangan sains dan teknologi. Tanpa adanya pondasi fisika yang kuat, keruntuhan akan perkembangan sains dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah persaingan dibidang pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu media atau sumber belajar yang dapat membantu siswa ataupun guru saat proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam proses pembentukan karakter bangsa, sehingga mampu menemukan jati dirinya sebagai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan pada intinya merupakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, karena itu peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui perbaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kurikulum Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat berpacu. Istilah

Lebih terperinci