BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian teori berisi penjelasan mengenai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), pembelajaran IPA, variabel X (metode inkuiri) dan variabel Y ( hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 01). Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa hal-hal tersebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan Alam menurut Samatowa (2011 : 3) merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu natural science. Natural artinya alam dan science artinya ilmu pengetahuan, jadi Ilmu Pengetahuan Alam atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari tentang alam. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) dalam BSNP (2006:161) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi merupakan suatu penemuan. Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2010:136) IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik untuk makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Sedangkan menurut Wahyana (dalam Trianto, 2010:136) adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa kumpulan konsep, gagasan, pengetahuan yang secara sistematis melalui metode ilmiah dan bekerja ilmiah yang di dalamnya merupakan suatu penemuan sedangkan produk IPA tersebut terdiri dari fakta, konsep, 7

2 8 prinsip, hukum dan teori serta cakupan kajian IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran menurut Sanjaya (2005: 101) adalah proses penambahan informasi dan kemampuan/ kompetensi baru. Pada waktu guru berpikir untuk menyampaikan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga guru berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pembelajaran menurut komalasari (2011: 3) adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik / pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secar efektif dan efisien. Menurut Hamalik (2011:50) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai suatu pembelajaran yang optimal hendaknya terjadi interaksi secara positif antara guru dan siswa. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan pembelajaran adalah kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar antara guru dengan siswa yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapi tujuan pembelajaran. Pembelajaran IPA di SD dalam BSNP (2006:161) menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Dimana pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara Inquiry ilmiah (scientific Inquiry) untuk menumbuhkan kemapuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

3 9 Hakikat pembelajaran IPA di SD menurut Trianto (2010 : 141) IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Belajar IPA (sains) menurut Cross dalam (Samatowa 2011 : 8) bukan hanya untuk memahami konsep-konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai. Sedangkan menurut Piaget dalam (Samatowa 2011 : 3) mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak yang terjadi secara spontan dari kecil (sejak lahir) sampai berumur 12 tahun. Efesiensi pengalaman langsung pada anak tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk mengembangkan konsep tertentu jika ia telah memiliki struktur kognitif yang menjadi prasyarat yakni perkembangan kognitif yang bersifat hirarkis dan integratif. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di SD adalah suatu materi pembelajaran yang mempelajari tentang gejala alam yang dilakukan secara sadar dengan menerapkan langkah-langkah yang sistematis dan ilmiah serta bertujuan membentuk kepribadian diri pada siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan dapat diterapkan dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Ruang lingkup pembelajaran IPA untuk SD/MI meliputi beberapa aspek berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam BNSP (2006:162) sebagai berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan Interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4 10 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Sedangkan tujuan pembelajaran IPA di SD/MI berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam BNSP (2006:162) adalah sebagai berikut. 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan- Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

5 11 Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti mengambil materi yang tercantum di dalam Silabus untuk mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut. Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi 10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruh terhadap lingkungan. Kompetensi Dasar 10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari dan gelombang air laut) Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir dan longsor). 2.2 Metode Inkuiri Metode menurut Ahmadi dkk (2011 : 9) adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih strategi belajar). Menurut Hamdani (2011:80) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa, karena penyampaian pelajaran itu berlangsung dalam interaksi edukatif. Metode menurut Hamruni (2012:11) metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru/ pengajar dalam menyampaikan pelajaran ketika

6 12 proses belajar mengajar untuk mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dimana dalam memilih metode pembelajaran guru harus bisa menyesuaikan dengan materi pelajaran dan disesuaikan pula dengan tingkat perkembangan anak. Semakin baik metode, maka akan semakin efektif pula pencapaian tujuan belajar yang dirancang. Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inqiury yang bisa diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Menurut Amri dan Ahmadi (2010 : 103) inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Dengan hal tersebut diharapkan siswa akan terbiasa bersikap secara ilmiah sehingga setiap pembelajaran dapat menjadi bermakna. Menurut (Ahmadi dkk, 2011 : 25) pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Menurut Piaget dalam (Mulyasa, 2011 : 108) inkuiri adalah metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaanpertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain. Menurut Hamalik dalam (Ahmadi dan Amri, 2010 : 102) pembelajaran inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok-kelompok siswa dibawa ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas. Menurut Sanjaya (2006 : 119) inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

7 13 Penjelasan yang telah dikemukan oleh para ahli diatas, dapat dilihat bahwa pengertian metode inkuiri merujuk pada proses berpikir siswa secara sistematis, analitis, untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang dipertanyakan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung melalui tanya jawab. Dari beberapa pendapat tentang inkuiri diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri adalah cara yang diterapkan untuk mengembangkan cara berpikir siswa secara ilmiah, sistematis dan logis berdasarkan pencarian dan penemuan sendiri. Menurut Wina Sanjaya (2006 : ) Dalam pelaksanaan pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip diantaranya : 1. Berorientasi pada pengembangan intelektual. Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar, keberhasilan dari proses pembelajaran inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari menemukan sesuatu. 2. Prinsip Interaksi Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. 3. Prinsip Bertanya Dalam penerapan pembelajaran ini adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. 4. Prinsip belajar untuk berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh

8 14 otak baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. 5. Prinsip Keterbukaan Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya Langkah-langkah Metode Inkuiri Menurut Sanjaya (2006 : ) langkah-langkah metode inkuiri sebagai berikut: 1. Orientasi Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah : a) menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. b) menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. c) menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 2. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkannya dan teka-teki tersebut harus mengandung konsep yang jelas dan harus dicari serta ditemukan. Beberapa hal yang harus dirumuskan dalam merumuskan masalah : a) masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberi topik yang

9 15 dipelajari, namun rumusan masalah yang sesuai dengan topik perlu diserahkan pada siswa. b) masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki dengan jawabannya pasti. Guru hanya perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti. c) konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. 3. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. 4. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar namun juga membutuhkan ketekunan dan kemampuann menggunakan potensi berpikirnya. Tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. 5. Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan argumentasi, namun harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggunggjawabkan.

10 16 6. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai suatu kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam metode inkuiri menurut Eggen dan Kauchack dalam (Ahmadi dan Amri : 95) adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan pertanyaan atau masalah. 2. Merumuskan hipotesis. 3. Mengumpulkan data. 4. Menguji Hipotesis. 5. Membuat kesimpulan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam metode inkuiri menurut Ahmadi dkk (2011 : 26). 1. Merumuskan masalah dimana kemampuan yang dituntut adalah: a. Kesadaran terhadap masalah. b. Melihat pentingnya masalah c. Merumuskan masalah. 2. Mengembangkan hipotesis dimana kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalah : a. Menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh. b. Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis dan merumuskan hipotesis. 3. Menguji jawaban tentatif dimana kemampuan yang dituntut adalah : a. Merakit peristiwa terdiri dari : mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mngumpulkan data dan mengevaluasi data. b. Menyusun data terdiri dari : mentranlansikan data, menginterpretasikan data dan mengklasifikasikan data. c. Analisis data terdiri dari : melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan dan mengidentifikasikan tren, sekueni dan keteraturan. 4. Menarik kesimpulan dimana kemampuan yang dituntut adalah : a. Mencari pola dan makna hubungan. b. Merumuskan kesimpulan. 5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam metode inkuiri menurut Mulyasa (2011 : 109) adalah sebagai berikut : 1. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam. 2. Merumuskan masalah yang ditemukan.

11 17 3. Merumuskan hipotesis. 4. Merancang dan melakukan eksperimen. 5. Mengumpulkan dan menganalisis data. 6. Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni : objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan dan tanggung jawab. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran inkuiri menurut Sudjana dalam Trianto (2007 : 142) adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa. 2. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis. 3. Mencari inforamasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan. 4. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi. 5. Mengaplikasikan kesimpulan. Jadi, dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah metode inkuiri yaitu : 1. Orientasi. Pada tahap ini guru mengkondisikan siswa agar siap untuk mengikuti pembelajaran dan merangsang siswa untuk berpikir secara rasional dalam pemecahan masalah. 2. Merumuskan Masalah. Pada tahap ini guru menghadapkan siswa pada permasalahan yang akan dipecahkan bersama, permasalahan yang ada harus dicari dan ditemukan jawabannya. 3. Merumuskan Hipotesis. Pada tahap ini siswa merumuskan dan mengemukakan jawaban sementara dari permasalahan yang telah dirumuskan. 4. Merancang dan melakukan eksperimen. Pada tahap ini siswa mempersiapkan dan menyusun langkah-langkah untuk melakukan penyelidikan.

12 18 5. Mengumpulkan dan menganalisis data. Pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang relevan tentang informasi dan menganalisa data informasi yang telah terkumpul. 6. Menguji jawaban. Pada tahap ini siswa melakukan pengujian data untuk mendapatkan jawaban pasti dari penyelidikan yang telah dilakukan. 7. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi. Pada tahap ini siswa mengambil kesimpulan dari seluruh rangkaian tahaptahap yang telah dilakukan dan mengaplikasikan jawaban tersebut kedalam pemahaman mereka Kelebihan Metode Inkuiri. Menurut Sanjaya (2006 ) metode inkuiri memiliki beberapa keunggulan diantaranya : 1. Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih bermakna. 2. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya. 3. Dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Kelebihan metode inkuiri menurut Hamdani (2011 : ) 1. Mendorong siswa untuk berpikir dan atas inisiatifnya sendiri, bersifat obyektf jujur dan terbuka. 2. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 3. Dapat membentuk dan mengembangkan self concept pada diri siswa.

13 19 4. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi belajar yang baru. 5. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. Keunggulan inkuiri menurut Roestiyah (2008, 76-77) 1. Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 2. Membantu dalam menggunakan ingatan dann transfer pada situasi proses belajar yang baru. 3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. 4. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif da merumuskan hipotesisnya sendiri. 5. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. 6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. 9. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasikan dan mengakomodasikan formasi. Dari kelebihan di atas dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri dalam kegiatan pembelajaran dapat memberikan pengalaman langsung, Kelemahan Metode Inkuiri Kelemahan metode inkuiri menurut Sanjaya (2006) diantaranya : 1. Terdapat kesulitan dalam mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2. Terdapat kesulitan dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam mengajar. 3. Kadang-kadang dalam implementasinya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode inkuiri ini akan sulit diterapkan oleh guru.

14 20 Menurut Hamdani ( 2011 : ) kekurangan metode inkuiri adalah sebagai berikut : a. Siswa memerlukan waktu menggunakan daya otaknya untuk berpikir memperoleh pengertian tentang konsep. Dengan adanya kelemahan-kelemahan diatas maka yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan merencanakan persiapan kegiatan pembelajaran yang matang dengan metode inkuiri. Perencanaan yang dapat dilakukkan yaitu meliputi memperhatikan alokasi waktu, selanjutnya yang lebih utama yaitu memperhitungkan pembagian kegiatan dalam pembelajaran diantaranya dengan memfokuskan kegiatan eksplorasi pada pertemuan pertama, kegiatan elaborasi untuk pertemuan kedua, dan yang terakhir adalah kegiatan evaluasi dimana setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Melakukan pembagian kelompok terlebih dahulu sebelum pembelajaran itu masuk ke tahap elaborasi, agar di dalam kegiatan inti lebih efektif dan efisien waktu. Pembagian kelompok ini dimaksudkan agar di dalam kelompok terjadi hubungan saling bekerja sama, melakukan pengamatan dan penyelidikan secara bersama-sama, sehingga anak akan menjalin hubungan yang positif di dalam kelompok tersebut dan mengurangi rasa individualis Sintaks Pembelajaran Metode Inkuiri Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak (1996) dalam Trianto (2007: 141).

15 21 Adapun tahapan pembelajaran inkuri menurut Eggen & Kauchak sebagai berikut : Tabel 2.2 Sintaks Metode Inkuiri Fase 1. Menyajikan pertanyaan atau masalah 2. Membuat hipotesis. 3. Merancang percobaan 4. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi. 5. Mengumpulkan dan menganalisis data. 6. Membuat kesimpulan. Perilaku Guru - Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. - Guru membagi siswa dalam kelompok. - Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. - Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. - Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang bakan dilakukan. - Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan. - Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan. - Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. - Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

16 Penerapan Metode Inkuiri dalam Standar Proses (EEK) Berdasarkan langkah-langkah di atas, pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri adalah sebagai berikut. Tabel 2.3 Langkah-langkah Penerapan Metode Inkuiri Langkah- Langkah Kegiatan pembelajaran Pembelajaran Kegiatan pra 1. Guru menyiapkan alat dan bahan pembelajaran yang akan pembelajaran digunakan. Kegiatan 1. Guru menyampaikan salam. Awal: 2. Guru mengabsensi siswa. 3. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan pada siswa mengenai materi. 4. Guru memberikan motivasi siswa dengan mengaitkan materi yang akan diajarkan. 5. Guru menyampaikan tujuan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Eksplorasi 1. Guru menjelaskan garis besar materi yang akan disampaikan. 2. Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. 3. Guru membagi siswa dalam kelompok. Elaborasi 1. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis (jawaban sementara). 2. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis

17 23 mana yang menjadi prioritas penyelidikan. 3. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. 4. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan. 5. Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan. Konfirmasi 1. Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. 2. Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. Penutup : 1. Guru memberikan evaluasi 2. Guru melakukan tindak lanjut. 2.3 Hasil Belajar Pada Sub bab ini berisi tentang penjelasan mengenai belajar, pengertaian belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Di bawah ini adalah penjelasan mengenai hal-hal tersebut Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Slameto (2010 : 2). Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar sebagai karakteristik yang membedakan dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat, manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Dengan demikian, belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang selalu dilakukan oleh pelajar saja. Baik yang sedang

18 24 belajar di sekolah dasar, sekolah tingkat pertama, sekolah tingkat atas, perguruan tinggi, maupun mereka yang sedang mengikuti kursus, pelatihan dan kegiatan lainnya. (Baharudin dan Nurwahyuni 2008 : 11-12). Menurut Anitah (2008:2.3) belajar adalah menambah dan mengumpulkan pengetahuan yaitu penguasaaan pengetahuan sebanyak-banyaknya untuk menjadi cerdas atau membentuk intelektual, sedangkan sikap dan keterampilan di abaikan. Belajar menurut Gagne dalam Komalasari (2011: 2) adalah sebagai suatu proses tingkah laku yang meliputi kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja). Belajar menurut Suryono dalam komalasri (2011 :2) adalah suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan. Jika dikaitkan dengan pengertian belajar diatas perubahan tingkah laku yang terjadi melalui belajar tidak hanya mencakup pengetahuan tetapi juga keterampilan bermasyarakat meliputi keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan social juga tidak kalah pentingnya nilai dan sikap. Belajar menurut Komalasari adalah Suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan. Belajar menurut Hamalik (2011:36) adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang didalamnya bukan hanya menghafal saja namun terdapat perubahan tingkah laku dengan mengalami sendiri apa yang dilihat, didengar dan ditiru.

19 Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2002:155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dengan hasil belajar, guru dapat mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Hasil belajar menurut Anitah,dkk (2008: 2.19) merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil belajar menurut Suprijono (2012 : 5) adalah pola-pola perbuatan, nilainilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suprijono (2012: 6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan menurut Lindgren dalam Suprijono (2012 : 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan yang berupa angka (nilai). Jadi aktivitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Anitah (2008:2.7) adalah: a. faktor dari dalam (intern) yang berpengaruh terhadap hasil belajar adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. b. faktor dari luar (ekstern) diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah lingkungan fisik dan non fisik ( termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan

20 26 keluarga, program sekolah (temasuk dukungan komite), guru, pelaksana pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, karena guru merupakan sutradara di dalam kelas. 2.4 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian tentang pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu misalnya : 1. Anjar W (2010) Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode Inkuiri Pembelajaran IPA dengan Materi Pokok Pesawat Sederhana di SD N 03 Kaloran 2009/2010. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 yang berjumlah 39 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil dan keaktifan belajar siswa yang signifikan dengan nilai KKM yang ditentukan yaitu 70. Pada kondisi awal pra siklus hasil dan keaktifan belajar siswa termasuk dalam kategori rendah yang ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar 64, sedangkan pada pembelajaran siklus 1 keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat ke kategori tinggi yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 71, 53 dengan pencapaian ketuntasan sebesar 61%. Pada Siklus 2, terjadi peninggkatan keaktifan dan hasil belajar peserta didik yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai dengan pencapaian ketuntasan belajar 100%. Disimpulkan bahwa penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan keaktifan hasil belajar siswa kelas 5 mata pelajaran IPA SD N 02 Kaloran dengan adanya perbandingan peningkatan ketuntasan siswa dari siklus 1 sampai siklus 2 yaitu sebanyak 39%. 2. Dalimin (2011) Penggunaan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Perhatian Siswa Pada Pembelajaran IPA tentang Gaya Bagi Siswa Kelas 5 SD N 02 Kecamatan Kuwarasan Kabupaten Kebumen Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada peningkatan belajar dari kondisi pra siklus (awal) ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke 2 dilihat dari rata-rata kelas menunjukkan prestasi belajar

21 27 yang meningkat dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2. Dapat dijelaskan pada pra siklus hanya mencapai rata-rata 59,56 dan tingkat ketuntasan belajar 30,43% kemudian pada siklus 1 nilai rata-rata meningkat. Menjadi 87,39 dengan tingkat ketuntasan 95,65 %. Masing-masing kenaikan antar siklus yaitu: dari pra siklus ke siklus 1 tingkat ketuntasan meningkat 52,17 %. Sedangkan dari siklus 1 ke siklus 2 tingkat ketuntasan 95,65%. Ini berarti dari skor rata-rata kelas pada pra siklus tidak terjadi ketuntasan belajar, sedangkan pada siklus 1 dan 2 terjadi ketuntasan belajar. Hasil penelitian terdahulu tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena sama-sama meneliti tentang pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri, pada mata pelajaran IPA, khususnya di SD. Dalam penelitian ini hal yang membedakan adalah pokok bahasannya serta kelas yang berbeda. Banyaknya penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu menunjukkan bahwa pembelajaran ini dapat dilakukan dengan efektif di SD. Sehubungan hal tersebut maka peneliti memilih judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Inkuiri Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Sumogawe 01 Semester 2 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012/2013 karena penelitian tersebut dirasa perlu untuk meningkatkan hasil penelitian. 2.5 Kerangka Pikir Untuk memperoleh pemahaman, pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat dikelas, agar hasil belajar dapat meningkat. Dimana pembelajaran dapat diartikan suatu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik. Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya. Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran dibutuhkan faktor-faktor yang mendukung, diantaranya kurikulum, metode belajar yang tepat, serta sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar di sekolah.

22 28 Metode berbeda yang diterapkan diharapkan mampu mengubah suasana belajar dan menarik minat siswa untuk belajar. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah dengan metode inkuiri pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Karena obyek Ilmu Pengetahuan Alam adalah benda-benda nyata dilingkungan sekitar. Dengan penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan gairah belajar siswa, sehingga proses kegiatan belajar mengajar yang berlangsung tidak terjadi secara monoton dan individualis namun terjadi interaksi antara siswa dengan siswa lainnya. Dengan demikian pemahaman terhadap bahan ajar dapat secara efektif dan optimal, sehingga prestasi belajar siswa diharapkan menjadi maksimal.

23 29 Untuk memperjelas alur pikir dalam penelitian ini, penulis menyusun kerangka berpikir sebagai berikut : Kondisi Awal Hasil belajar siswa rendah dengan menggunakan metode ceramah pada mata pelajaran IPA. Tindakan Metode inkuiri diterapkan pada mata pelajaran IPA. Siswa diberikan masalah dan diberi kesempatan untuk merumuskan hipotesis, melakukan percobaan, melakukan penyelidikan dengan mengumpulkan dan menganalisis data, serta menyimpulkan masalah. Siswa ikut aktif dan terlibat secara langsung di dalam proses pembelajaran. Kondisi akhir Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA meningkat dengan menerapkan metode inkuiri. Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

24 Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang permasalahan dan kerangka berpikir diatas, maka yang menjadi hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 4 SD Negeri Sumogawe 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu : A. Pengertian Metode Inkuiri Inquiri berasal dari bahasa inggris inquiry, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget, dalam (E. Mulyasa, 2007 : 108) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode

Lebih terperinci

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA 10 BAB II 10 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran IPA di SD 1. Pengertian IPA Kata sains yang biasa diterjemahkan dengan ilmu pengetahuan alam (IPA) berasal dari kata natural science, yang artinya alamiah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka Penelitian ini mengutip beberapa pendapat para ahli yang mendukung dan relavansi dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR 6 BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA A. Definisi Metode Inkuiri Salah satu metode pembelajaran dalam bidang Sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Hakikat IPA IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi merupakan cara kerja,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah sains. Sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pada hakekat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang dialaminya sehingga terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu alam atau dalam bahasa Inggris disebut natural science atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN Oleh ELISA NIM F34211502 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut Depdiknas (2006: 151) Ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

Lebih terperinci

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

materi yang ada dalam suatu pengajaran. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yang harus kita mengerti yaitu pemahaman dan konsep, dua kata tersebut yang harus kita pahami terlebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Inkuiri Menurut Sund, yang dikutip oleh Suryasubroto (1993), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry atau inquiry merupakan perluasan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar (SD) adalah salah satu wujud pendidikan dasar formal dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi yang penting

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Nomor 22 Kota Utara Kota Gorontalo. Hal tersebut terlaksana dikarenakan Sekolah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Nomor 22 Kota Utara Kota Gorontalo. Hal tersebut terlaksana dikarenakan Sekolah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Negeri 4 Gorontalo merupakan sekolah pengalihan dari Sekolah Dasar Nomor 22 Kota Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Segala upaya yang dilakukan seorang guru dalam proses pembelajaran dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses

Lebih terperinci

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan IPA SD BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Pendidikan IPA SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang dipelajari oleh semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Defenisi Pembelajaran Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yaitu suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara sadar oleh seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut science. Telah mempengaruhi sebagian besar kehidupan manusia. Setiap warga masyarakat

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Nuriati, Najamuddin Laganing, dan Yusdin

Lebih terperinci

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menjadi bahan Penelitian Tindakan Kelas adalah model Picture and Picture.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD 2.1.1.1. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu bagian dari ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.Pembelajaran Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik (Djamarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa inggris Natural Science secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori merupakan kerangka acuan yang digunakan untuk dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Pada bagian ini akan dibahas mengenai teori-teori yang dikaji

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan IPA di SD Ketrampilan proses adalah salah satu pendekatan, disamping pendekatan yang menekankan pada fakta dan pendekatan konsep, yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cikampek Barat III Desa Cikampek Barat Kec. Cikampek Kab. Karawang. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan latar belakang masalah menentukan penelitian mengenai PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran CTL 2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran CTL Peneliti memilih model pembelajaran CTL, dengan alasan model pembelajaran CTL mampu memfasilitasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Kardi dan Nur dalam Trianto (2010:136) mengemukakan bahwa IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut BNSP (2006:161) merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

134 ISSN X. Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011 ABSTRAK

134 ISSN X. Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011 ABSTRAK KONTRIBUSI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TIPE INKUIRI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ABSTRAK Oleh: Rensus Silalahi Permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendekatan Keterampilan Proses Dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar

Lebih terperinci

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No.

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No. Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGGUNAAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET DI KELAS V SDN SUKAJAYA KECAMATAN JATINUNGGAL KABUPATEN SUMEDANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matematika di Sekolah Dasar Matematika merupakan satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaknya

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP Anita Fitriyanti Guru Mata Pelajaran IPA di SMP 1 Paliyan, Kab. Gunungkidul ABSTRAK Keberhasilan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Metode Picture and Picture Picture and picture adalah suatu metode pemelajaran yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurut menjadi urutan logis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur terpenting dalam mengajar adalah merangsang serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Kata pendidikan pun sudah tidak asing lagi di dengar oleh seluruh lapisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Mata Pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang digunakan pada penelitian ini, antara lain Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD, Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang di kembangkan pada tingkat sekolah dasar,

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA 7 BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA A. Teori Belajar Dan Prestasi Belajar 1. Teori Belajar Menurut Gagne (Dahar, 1996: 11) Belajar dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Model pembelajaran inkuiri a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri Model pembelajaran menurut Trianto (2007;14) adalah suatu perencanaan atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari atau melakukan sendiri, mengikuti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini semakin berkembangnya teknologi dan informasi yang menuntut adanya perkembangan dan perubahan dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk aspek pendidikan.

Lebih terperinci

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 57. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pendekatan Pembelajaran Inquiry 2.1.1.1 Pendekatan Pembelajaran Guru di dalam kelas ialah menggunakan pendekatan pembelajaran sebab kegiatan belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran merupakan persiapan kita di masa depan, dalam hal ini masa depan kehidupan anak yang ditentukan oleh orang tuanya. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang diartikan sebagai usaha membimbing anak untuk mencapai kedewasaan. Menurut Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab I Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu mata pelajaran bagian dari kurikulum yang harus dikuasai siswa sesuai tingkat sekolah dari jenjang dasar sampai tingkat lanjutan. Semakin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1. Pengertian IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP. Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si.

INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP. Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si. Inkuiri Pendekatan Pembelajaran IPA (Fisika) SD/MI.. Edi Istiyono 1 INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si. JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat terlepas dari ilmu pengetahuan alam. Ruang lingkup IPA berkaitan erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Dalam

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI

PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI A. Pembelajaran Konstruktivis 1. Pengertian Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, keduanya menyatakan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat penting dan berpengaruh bagi kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Namun masalah pendidikan menjadi

Lebih terperinci