ANALISIS POLA WARNA BULU PADA KUDA DELMAN LOKAL DI SULAWESI UTARA SKRIPSI CINTYA ADE PUTRIANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS POLA WARNA BULU PADA KUDA DELMAN LOKAL DI SULAWESI UTARA SKRIPSI CINTYA ADE PUTRIANA"

Transkripsi

1 ANALISIS POLA WARNA BULU PADA KUDA DELMAN LOKAL DI SULAWESI UTARA SKRIPSI CINTYA ADE PUTRIANA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 i

2 RINGKASAN CINTYA ADE PUTRIANA. D Analisis Pola Warna Bulu pada Kuda Delman Lokal di Sulawesi Utara. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur. Sc. Pembimbing Anggota : Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. Kuda merupakan salah satu hewan ternak yang sudah dipelihara sejak zaman dulu. Sifat kualitatif warna bulu kuda merupakan sifat eksternal yang diwariskan secara genetis. Informasi genetik mengenai karakteristik sifat kualitatif kuda lokal di Indonesia, terutama di Sulawesi Utara, masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan fenotipe dan pendugaan genotipe warna bulu pada kuda delman di Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini dilakukan di empat lokasi penelitian yaitu Manado, Tomohon, Kabupaten Minahasa dan Amurang. Jarak kedekatan genotipe berdasarkan pola warna bulu antara kelompok kuda delman yang diamati dianalisis pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa foto kuda. Jumlah kuda delman yang digunakan adalah 477 kuda delman. Pengolahan data menggunakan metode Nozawa et al. (1981) yang melakukan pengamatan kuda lokal Indonesia dan ditemukan lima gen yang mempengaruhi warna kuda tersebut. Gen-gen tersebut adalah gen A, gen B, gen D, gen R dan gen S; yang mengendalikan warna bay (kage), black (ao-ge), chesnut (kuri-ge), bay-cream (kawara-ge), chesnut-cream (tsukige), white or pseudo-albino (same-ge), roan (kasu-ge) dan spotted (buchi). Hasil yang diperoleh adalah fenotipe pola warna bulu kuda delman di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang memperlihatkan jumlah tipe pola warna bulu yang berbeda. Warna bay (ka-ge) dan chestnut (kuri-ge) mendominasi pola warna bulu kuda delman di seluruh lokasi pengamatan. Uji khikuadrat untuk pengujian kebebasan dalam tabel kontingensi memperlihatkan hubungan yang nyata (P<0,05) antara pola warna bulu kuda delman dan lokasi pengamatan. Setiap daerah pengamatan memiliki kecenderungan pola warna tertentu. Pengamatan genotipe pada kuda delman memperlihatkan genotipe yang mendominasi pola warna kuda delman di empat lokasi pengamatan adalah ss, rr, A_ (AA dan Aa), dd dan B_ (BB dan Bb). Dendogram ketidakserupaan jarak genetik pola warna bulu kuda delman membentuk dua kerumunan yaitu Manado-Kabupaten Minahasa-Amurang membentuk satu kerumunan yang terpisah dari kelompok Tomohon pada titik percabangan 0, Jarak ketidakserupaan gen pola warna bulu kuda delman pada dua kerumunan Manado dan Kabupaten Minahasa adalah 0, Kerumunan Manado-Kabupaten Minahasa-Amurang membentuk dua kerumunan kecil yaitu Manado-Kabupaten Minahasa dan Amurang yang dipisahkan pada titik percabangan 0, Semakin kecil nilai ketidakserupaan gen pola warna bulu kuda delman antara lokasi pengamatan maka jarak genetiknya semakin kecil, dan sebaliknya. Kata-kata kunci: kuda delman, pola warna bulu kuda, Sulawesi Utara, jarak genetik ii

3 ABSTRACT Analysis of Local Horse Pedicab Coat Color Pattern in North Sulawesi Putriana, C.A, R.R Noor and R.H. Mulyono Horse has been domesticated since ancient times. The horse coat color is the expression of genotype and categorize as qualitative traits. Information on the characteristic of Indonesian, especially in North Sulawesi horse coat color is very limited. The aim of this study is to determine the phenotype and genotype of coat color of horse in the North Sulawesi. The study was conducted in four different areas in North Sulawesi, Tomohon, Manado, Minahasa and Amurang. Genetic distance analyses based on coat color was performed. The most coat color in the four areas was bay, chestnut, bay-cream, chestnut-cream, roan, black, white and spotted. The dominant coat color was bay and chestnut. Genetic distance analyses result indicate that the horse from Manado, Minahasa and Amurang are clustered in one group and separated to Tomohon population with the genetic distance between the two cluster was The genetic distance of the horse from Manado and from Minahasa was On the other hand, the genetic distance of the horse from Manado and Minahasa group and Amurang was The smallest genetic indicates the closeness genetic between the two population. Keywords: pedicab Horse, coat color, North Sulawesi, genetic distance iii

4 ANALISIS POLA WARNA BULU PADA KUDA DELMAN LOKAL DI SULAWESI UTARA CINTYA ADE PUTRIANA D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 iv

5 Judul : Analisis Pola Warna Bulu pada Kuda Delman Lokal di Sulawesi Utara Nama : Cintya Ade Putriana NIM : D Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, (Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur.Sc.) (Ir. Rini H. Mulyono, M.Si.) NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. NIP Tanggal Ujian: 11 Mei 2011 Tanggal Lulus: v

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Mandomai pada tanggal 6 Juni Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Marserius dan Ibu Kameloh. Pendidikan sekolah dasar diselesaikan pada tahun 2001 di SD Mentawa Baru Hulu V Kotawaringin Timur, pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 1 Sampit dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Negeri 1 Sampit. Penulis diterima menjadi mahasiswa IPB di Fakultas Peternakan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Peternakan, Penulis pernah mengikuti organisasi antara lain sebagai ketua Animal Breeding Club (ABC) di HIMAPROTER (Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan) periode , anggota Komisi Pelayanan Khusus PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) IPB serta beberapa kepanitiaan lain. Penulis juga terdaftar sebagai asisten praktikum matakuliah Teknologi Pengolahan Daging dan Genetika Ternak. Penulis juga pernah mengikuti magang di Peternakan Kuda Nusantara Polo Club. vi

7 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat-nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pola Warna Bulu pada Kuda Delman Lokal di Sulawesi Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Kuda merupakan mamalia yang memiliki pola warna bulu yang bermacammacam. Pola warna bulu menjadi salah satu daya tarik yang dapat meningkatkan daya jual kuda. Penelitian mengenai pola warna bulu kuda di Indonesia masih belum banyak ditemukan. Penelitian menggunakan data sekunder berupa foto kuda di Sulawesi Utara yang diolah untuk melihat jarak genetik berdasarkan pola warna bulu kuda di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik sangat diperlukan untuk penyempurnaan skripsi. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pola warna bulu dan kemajuan peternakan Indonesia. Bogor, Mei 2011 Penulis vii

8 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman ii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 1 TINJAUAN PUSTAKA... 2 Kuda... 2 Kuda Lokal Indonesia... 2 Sifat Kualitatif... 3 Warna Dasar... 4 Grey... 4 Bay atau Black... 4 Chestnut... 5 Gen Warna Dilusi... 5 Cream... 6 Dun... 6 Champagne... 6 Silver (Dapple)... 6 Putih dan Gen Bintik... 7 Putih... 7 Roan... 7 Tobiano... 8 Overo... 8 Leopard Spotting (Appalosa)... 9 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Fenotipe Penentuan Genotipe Kuda Delman Penentuan Jumlah Genotipe Kuda Delman Nozawa et al. (1981) iii iv v vi vii viii x xi viii

9 Lokus A Lokus B Lokus D Lokus R Lokus S Analisis Data Pengamatan Fenotipe Pengamatan Genotipe Jarak Genetik Antara Lokasi Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan Tomohon Manado Kabupaten Minahasa Amurang Pengamatan Fenotipe dan Genotipe Warna Bulu Kuda Pengamatan Fenotipe Pengamatan Genotipe Frekuensi Gen dan Jarak Genetik KESIMPULAN DAN SARAN UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Lokus Warna Bulu Kuda pada Berbagai Fenotipe (Performa) Menurut Nozawa et al. (1981) Jumlah Kuda Delman Berdasarkan Karakter Genetik Eksternal di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang Sebaran Genotipe Warna Bulu Kuda Delman di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Frekuensi Gen Warna Bulu A, a, B, b, D dan d pada Kuda Delman di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang Frekuensi Gen Pola Warna Bulu R, r, S dan s di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang 6. Matriks Jarak Genetik Antara Kuda Lokal di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang viii

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Bagan Gambar atau Sketsa Kuda yang Diamati Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Bay (Ka-ge) Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Black (Ao-ge) Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Chestnut (Kuri-ge) Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Spotted (Buchi) Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda White (Same-ge) Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Chestnut-cream (Tsuki-ge) Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Bay-cream (Kawara-ge) Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Roan (Kasu-ge) Peta Lokasi Pengamatan di Provinsi Sulawesi Utara Contoh Pola Warna Bulu Kuda Delman di Tomohon Contoh Pola Warna Bulu Kuda Delman di Manado Contoh Pola Warna Bulu Kuda Delman di Kabupaten Minahasa Contoh Pola Warna Bulu Kuda Delman di Amurang Dendogram Ketidakserupaan Genetik Pola Warna Bulu ix

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Perhitungan Chi-Square di Tomohon Hasil Perhitungan Chi-Square di Manado Hasil Perhitungan Chi-Square di Kabupaten Minahasa Hasil Perhitungan Chi-Square di Amurang x

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Kuda merupakan salah satu hewan ternak yang sudah dipelihara sejak zaman dulu. Kuda sejak zaman dahulu digunakan sebagai alat transportasi manusia dan dijadikan tunggangan ketika berburu. Kuda dewasa ini dimanfaatkan sebagai kuda pacu, kuda olahraga, kuda tunggangan, kuda delman dan sumber protein pangan. Populasi kuda di Indonesia berkisar ekor yang menyebar di beberapa daerah, antara lain Provinsi Sulawesi Utara (Badan Pusat Statistik, 2005). Populasi kuda di Sulawesi Utara saat ini diperkirakan mencapai ekor dan merupakan provinsi dengan kepemilikan kuda yang cukup tinggi. Sifat kualitatif warna bulu kuda merupakan sifat eksternal yang diwariskan secara genetis. Sifat tersebut memiliki daya tarik bagi peternak dan ilmuwan sehingga informasi mengenai warna kuda banyak ditemukan dalam buku catatan asosiasi pecinta kuda. Warna bulu biasa digunakan untuk mengidentifikasi bangsa kuda. Bangsa kuda tertentu memiliki warna bulu sebagai karakteristik genetik yang khas. Informasi genetik mengenai karakteristik sifat kualitatif kuda lokal di Indonesia, terutama di Sulawesi Utara, masih sangat terbatas. Penelitian tentang sifat kualitatif pola warna bulu kuda lokal telah dilakukan di Sulawesi Selatan. Penelitian warna bulu yang dikuantitatifkan telah dilakukan pada kuda Hongaria. Secara genetik warna bulu kuda sangat bervariasi. Gen-gen yang mengendalikan warna kuda dibedakan menjadi beberapa sehingga menghasilkan warna bay, black, chestnut, bay-cream, chestnut-cream, roan, spotted dan white. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan fenotipe dan pendugaan genotipe warna bulu pada kuda delman di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang. 1

14 TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda telah didomestikasi lebih daripada tahun yang lalu di daerah stepa yang sekarang dikenal dengan daerah Rusia Selatan dan Ukraina. Sejak itu kuda mempunyai banyak manfaat yang berhubungan dengan manusia (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Menurut Blakely dan Blade (1991), kuda digolongkan kedalam hewan dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mammalia (hewan yang menyusui), ordo Perissodactyla (hewan berteracak tak memamah biak), famili Equidae, dan spesies Equus caballus. Berdasarkan sejarah domestikasi kuda, variasi warna bulu digunakan sebagai acuan seleksi untuk pembentukan bangsa kuda sehingga warna bulu dapat dijadikan karakteristik. Karakteristik warna bulu merupakan penciri fenotipe suatu bangsa. Bangsa kuda sekarang ini seringkali ditentukan oleh komunitas atau lembaga yang melakukan pencatatan keturunan dan membuat buku silsilah kuda hasil seleksi berdasar pada daerah asal, fungsi dan ciri fenotipe (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Kuda Lokal Indonesia Beberapa Kerajaan maritim di Indonesia pada abad VII Masehi antara lain Sriwijaya yang memiliki armada niaga dan perang yang kuat. Perkembangan kekuatan maritim tersebut turut mempercepat pengembangbiakan dan penyebaran kuda hampir keseluruh kepulauan Indonesia, antara lain Jawa, Sulawesi dan pulau kecil lainnya. Perkembangan agama Islam turut mempengaruhi pengembangan kuda di Indonesia. Pemuka agama memperkenalkan kuda Arab pada penduduk lokal. Jenis ini kemudian disilangkan dengan kuda asli Indonesia oleh penduduk untuk meningkatkan kualitas kuda Indonesia. Armada kapal yang mencari rempah-rempah singgah di beberapa pelabuhan diantaranya adalah pelabuhan Sulawesi Utara. Tukar menukar antara rempah-rempah dengan kuda terjadi pada saat singgah. Kedatangan Belanda ke Indonesia memiliki andil dalam pemuliaan kuda untuk meningkatkan kualitas (Soehardjono, 1990). Penduduk asli Indonesia telah beternak kuda sebelum kedatangan bangsa Eropa. Kuda hidup pada saat itu di alam bebas dan sangat bergantung pada kebaikan alam sehingga kuda yang dipelihara memiliki kualitas rendah. Kedatangan bangsa Portugis dan Belanda ke Indonesia memiliki andil memperbaiki ras kuda lokal, 2

15 termasuk memperbaiki cara beternak seperti cara pemberian makan yang baik, perawatan kuda, serta petunjuk-petunjuk lain yang berhubungan dengan kuda (Soehardjono, 1990). Kuda lokal di Indonesia terdiri atas kuda Gayo, kuda Batak, kuda Priangan, kuda Jawa, kuda Sulawesi, kuda Bali, kuda Sumbawa, kuda Flores, kuda Sandel dan Kuda Timor. Pemerintah mulai berusaha memperbaiki genetik kuda lokal dengan mendatangkan kuda non-pacu dari luar negeri pada sekitar tahun 1955 (Soehardjono, 1990). Sifat Kualitatif Sifat kualitatif adalah suatu sifat yang dapat diklasifikasikan ke dalam satu dari dua kelompok atau lebih dengan pengelompokan yang berbeda jelas satu sama lain. Sifat kualitatif dapat diartikan sebagai sifat luar yang tampak dengan sedikit atau bahkan tidak berhubungan dengan kemampuan produksi (Warwick et al., 1990). Sifat kualitatif dikontrol oleh sepasang gen dan bersifat tidak aditif. Variasi sifat kualitatif tidak kontinu pada populasi yang cukup besar (Noor, 2008). Nozawa et al. (1981) telah melakukan penelitian pada kuda lokal di Sulawesi Selatan. Menurut Nozawa et al. (1981), lokus yang mempengaruhi pola warna bulu pada kuda lokal adalah lokus A, B, D, R dan S. Fenotipe pola warna bulu kuda terdiri atas bay (ka-ge), black (ao-ge), chestnut (kuri-ge), bay-cream (kawara-ge), chestnutcream (tsuki-ge), white atau pseudo-albino (same-ge), spotted (buchi) dan roan (kasu-ge). Toth et al. (2006) telah melakukan penelitian pola warna bulu yang dikuantitatifkan melalui chromameter untuk menjelaskan intesitas cahaya pada bulu kuda yang dilakukan pada kuda Hongaria. Warna Dasar Kuda merupakan mamalia atau hewan tidak memamah biak. Melanin pada mamalia merupakan pigmen yang paling penting pada warna bulu. Pigmen melanosit memiliki bentuk butiran (granula) yang sudah terbentuk sejak embrio. Melanosit ditemukan di folikel bulu, kulit, iris dan beberapa jaringan internal pada ternak dewasa. Variasi warna bulu dikontrol gen yang mengubah warna pigmen dasar dalam melanosit (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Menurut Searle (1968) dan Noor (2008) melanin ditemukan dalam dua bentuk: eumelanin (hitam atau coklat) dan phaeomeomelanin (merah atau kuning). Bowling dan Ruvinsky (2000) menyatakan 3

16 bahwa setiap gen dapat mengendalikan eumelanin atau phaeomelanin untuk menghasilkan warna chesnut, bay atau hitam pada lokus Extension (E) dan Agouti (A). Gen G untuk warna abu-abu dapat menyebabkan kerusakan progresif melanin seiring dengan pertambahan usia kuda. Grey Warna abu-abu pada kuda dapat ditemukan pada tipe kuda poni sampai dengan kuda berat. Kuda berumur muda memiliki alel abu-abu progresif (G) yang pada saat dilahirkan dapat memiliki warna selain warna abu-abu. Hal tersebut tergantung pada gen warna bulu lain yang menempati lokus pengendali warna bulu. Anak kuda segera setelah dilahirkan, seiring dengan pertambahan umur mulai menunjukkan pencampuran warna bulu putih pada warna abu-abu terutama pada bagian kepala. Proporsi warna abu-abu terhadap warna putih, meningkat seiring dengan pertambahan usia. Warna bulu kuda berubah menjadi abu-abu atau abu-abu dengan berwarna bintik-bintik pada saat dewasa kelamin. Bercak kecil nampak pada dasar kulit yang berwarna hitam karena gen G. Pigmen berwarna gelap ditemukan pada kulit dan mata bahkan ketika warna rambut benar-benar putih. Warna kuda selain abu-abu terjadi karena pengaruh pasangan alel resesif (gg) (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Menurut Eckstrom (2002), alel G dan g menempati lokus G. Kuda grey memiliki warna mulai dari putih sampai dengan abu-abu gelap seiring dengan pertambahan umur. Bay atau Black Kuda dengan warna bay adalah kuda yang memiliki surai, ekor dan kaki berwarna hitam. Warna dasar bay terdiri atas tiga macam yaitu bay terang atau light bay yaitu coklat kemerahan atau coklat; bay cerah atau bright bay yaitu warna chesnut dan bay gelap atau dark bay yang cenderung berwarna coklat gelap (Brown dan Sarah, 1994). Menurut Bowling dan Ruvinsky (2000), bay adalah pigmen hitam yang menyebar dan membentuk pola pada surai, ekor dan kaki pada bagian lutut ke bawah. Lokus yang mengatur warna ini adalah agouti. Warna bay atau black dikendalikan lokus agouti (A) yang dapat ditempati dua alel yaitu A untuk sifat bay dan a untuk sifat black. Eckstrom (2002) menyatakan bahwa kuda yang memiliki gen agouti dalam kondisi genotip AA atau Aa (A_) disebut bay, yaitu warna hitam hanya pada bagian 4

17 ujung tubuh (surai, ekor, kaki, ujung telinga); sedangkan bila genotipe kuda tersebut aa, maka ekspresi gen agouti tidak tampil. Kuda nampak berwarna hitam pada keseluruhan tubuh. Nozawa et al. (1981) menyatakan pola warna bay (ka-ge) dipengaruhi oleh lokus A dan genotip warna bay adalah A_B_dd. Chesnut Chesnut merupakan warna coklat kemerahan pada bulu dan yang juga menjadi warna pada ekor dan surai (Vogel, 1995). Pigmen hitam yang mengendalikan sifat warna black, brown dan bay bersifat dominan terhadap pigmen merah. Chesnut merupakan bagian dari pigmen merah, seperti ditemukan pada kuda berwarna sorrel, palomino dan red duns. Dijelaskan oleh Bowling dan Ruvinsky (2000) menjelaskan bahwa warna chesnut dikendalikan lokus Extension (E) yang dapat ditempati dua alel, yaitu E untuk sifat eumelanin dan e untuk sifat phaeomelanin. Nozawa et al. (1981) menyatakan pola warna chestnut (kuri-ge) memiliki genotipe bbdd. Gen Warna Dilusi Cream Cream merupakan warna dilusi pada kuda berwarna gelap dan bulu berwarna keemasan seperti pada kuda palomino dan bucksin. Kuda palomino memiliki warna surai dan ekor berwarna putih, sedangkan buckskin memiliki warna hitam pada surai, ekor dan kaki. Contoh lain warna cream adalah cremello dan perlino. Kuda cremello memiliki kulit berwarna merah muda, mata biru dan bulu berwarna gading (ivory). Kuda perlino memiliki warna yang sama kecuali pada bagian surai dan ekor yang berwarna lebih gelap daripada warna bulu badan. Pigmen eumelanin dan phameomelanin pada kuda dengan homozigot dominan C cr C cr akan didilusikan menjadi warna gading (ivory) yang dikenal dengan warna cremello dan perlino. Gen cream ini banyak ditemukan, tapi tidak semua bangsa kuda memiliki gen ini (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Gen cream merupakan sifat dominan yang tidak optimal. Kuda yang memiliki gen CC mempunyai pigmen warna yang terekspresi dengan sempurna. Menurut Eckstrom (2002), kuda yang memiliki gen C cr merupakan dilusi tunggal yang menghasilkan warna palomino, buckskin, atau smoky black. Pigmen merah didilusikan menjadi warna emas dengan warna cream pada surai dan ekor. Kuda yang memiliki gen C cr C cr merupakan dilusi ganda (double 5

18 dilution) yang menghasilkan warna cremello dan perlino. Nozawa et al. (1981) menyatakan kuda yang berwarna palomino atau chestnut-cream (tsuki-ge) memiliki dan dipengaruhi oleh lokus D dan genotipe warna bay adalah bbdd. Seiring dengan perkembangan teknologi biologi molekuler, fenotipe dari gen cream ini adalah warna albino. Gen tirosinase (Tyr) dan khususnya gen pendilusi mata merah muda (Pink Eye Dilution), memiliki alel yang mempengaruhi pigmentasi pada mamalia lain seperti pada tikus dan manusia (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Dun Kuda yang memiliki gen dun akan menghasilkan pola warna bulu dengan ciri-ciri surai, ekor dan kaki berwarna hitam serta pada punggung ditemukan garis berwarna hitam. Gen D atau gen dun melunturkan pigmen phaeomelanin menjadi pinkish-red, yellowish-red atau yellow, tetapi tidak melunturkan warna pada surai dan ekor. Gen D melunturkan pigmen eumelanin menjadi mouse-grey, sedangkan gen C cr tidak mempengaruhi eumelanin seperti gen D (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Eckstrom (2002) menyatakan bahwa lokus D ditempati alel D dan d yang dikenal sebagai gen dun atau gen dilusi. Kuda bergenotip DD atau Dd memiliki warna tubuh luntur atau terdilusi sampai berwarna pinkish-red, yellow-red atau coklat muda. Kuda tersebut memiliki ujung-ujung tubuh berwarna gelap termasuk garis-garis pada bagian dorsal, pada punggung dan kaki. Nozawa et al. (1981) menyatakan pola warna dun atau bay-cream (kawara-ge) dipengaruhi oleh lokus D dan genotipe warna bay-cream adalah A_B_Dd. Champagne Kuda dengan pigmen champagne akan menghasilkan warna yang hampir sama dengan palomino atau buckskin (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Gen dilusi ini bersifat dominan yang jarang terjadi. Gen ini menghasilkan pumpkin-colored freckled skin, amber, greenish atau mata biru dan memberikan bronze-cast pada bulu (Eckstrom, 2002). Silver (Dapple) Gen silver atau dapple memberikan pengaruh yang mencolok pada warna bulu. Kuda dengan genotip AAE_ (hitam) akan dilunturkan menjadi coklat atau hitam-coklat, dan surai dan ekor menjadi abu-abu silver (silver gray) atau kuning 6

19 muda (flaxen). Gen ini memiliki pengaruh yang kecil terhadap warna chesnut (phaeomelanin), selain menghasilkan warna perak (kuning muda) pada surai dan ekor. Warna ini disebut juga silver sorrel yang secara visual sulit dibedakan antara warna sorrel dengan silver, karena surai dan ekor berwarna kuning muda sehingga sering dinyatakan sebagai kuda palomino (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Putih dan Gen Bintik Putih Pola putih pada kuda ditemukan dalam bentuk bintik putih atau satu areal campuran putih. Bintik putih dapat melebar yang meliputi areal campuran bulu putih dan berwarna (roan) atau dapat juga tampil sebagai bintik-bintik putih yang terpisah yang meluas atau dibatasi pada suatu areal. Warna kuda seperti demikian ditemukan pada kuda tobiano, overo, leopard spotting atau kuda berbulu pola totol seperti macan (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Nozawa et al. (1981) menyatakan pola warna spotted (buchi) dipengaruhi oleh lokus S dan genotip warna spotted adalah S_. Putih Kuda berwarna putih tidak memiliki pigmen warna di kulit dan bulu tetapi memiliki pigmen warna coklat tua pada mata. Kuda berwarna putih memiliki genotipe heterozigot, sedangkan dalam kondisi homozigot kuda tersebut letal (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Kuda putih bermata hitam (dark eyed) belum tentu berasal dari tetua yang berwarna bulu gelap (bukan berwarna putih). Anak kuda yang baru dilahirkan berwarna putih dan memiliki bulu berpigmen di telinga, surai dan punggung. Pigmen ini mulai menghilang seiring dengan pertambahan umur. Kuda putih yang berasal dari tetua berwarna gelap mewariskan warna putih sebagai sifat dominan (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Menurut Brown dan Sarah (1994), kuda putih adalah kuda yang memiliki kulit berwarna merah muda dan bulu berwarna light cream serta mata yang berwarna kebiruan (bluish). Nozawa et al. (1981) menyatakan pola warna white (same-ge) dipengaruhi oleh lokus D dan genotipe warna white adalah DD. Roan Bowling dan Ruvinsky (2000) menyatakan bahwa kuda roan memiliki warna campuran antara bintik putih dan warna lain. Fenotipe kuda roan sama dengan kuda abu-abu muda, tetapi warna bulu roan tidak semakin memutih seiring dengan 7

20 pertambahan umur seperti halnya pada kuda abu-abu. Kuda roan memiliki campuran warna 50% warna putih dan warna lain, tetapi kepala dan kaki memiliki warna polos (hitam atau chesnut). Menurut Eckstrom (2002), kuda roan memiliki pola percampuran warna putih dengan warna dasar, sedangkan memurut Brown dan Sarah (1994), kuda roan memiliki percampuran warna putih dengan warna lain sehingga memperlihatkan warna seperti strawberry roan (chesnut), red roan (bay) atau blue roan. Nozawa et al. (1981) menyatakan pola warna roan (kasu-ge) dipengaruhi oleh lokus R dan genotipe warna roan adalah Rr. Kuda dengan genotipe RR akan mengalami lethal. Tobiano Kuda tobiano adalah pola dominan yang mewariskan warna putih sebagai pola. Simbol alelik atau genotipe kuda tobiano adalah TOTO dengan alel resesif to. Sifat tobiano memiliki dua fitur genetik. Bercak sekunder ditemukan pada daerah yang paling putih, yaitu di daerah paling putih pada kondisi homozigot dan bercak sekunder yang juga dalam kondisi homozigot disebut dengan spot tinta peternak atau cakar cetakan. Karakteristik khas kondisi homozigot pada kuda tobiano adalah kuda ini memiliki kelompok warna bintik-bintik kecil pada warna bulu putih tubuh kuda (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Kuda tobiano memiliki pola pinto yaitu warna putih berorientasi vertikal. Warna putih meluas di daerah punggung, kaki ke bawah, pada muka, sedangkan ekor biasanya berwarna hitam (Eckstrom, 2002). Overo Kuda overo adalah kuda yang memiliki pola warna putih yang bukan tobiano atau leopard spotting. Kuda overo adalah kuda yang terlahir dengan tanda putih yang meluas pada bagian perut terutama pada wajah. Bercak putih asimetris kuda overo ditemukan pada sisi leher dan barel. Kuda overo juga memiliki kaki berwarna putih. Kuda overo memiliki genotipe heterozigot (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Eckstrom (2002) menyatakan bahwa kuda overo memiliki pola kuda pinto yang membentuk bingkai kokoh di sekitar bercak putih horisontal dengan tepi bergerigi dengan warna polos melintasi bagian belakang dan kaki. Wajah kuda overo kebanyakan berwarna putih. Kuda overo yang homozigot dominan akan mati karena memiliki usus besar yang tidak lengkap sehingga kuda ini tidak mampu melakukan defekasi sehingga berakhir dengan kematian segera setelah dilahirkan. 8

21 Leopard Spotting (Appaloosa) Kuda leopard spotting atau appaloosa mempunyai pola seperti macan tutul. Pola ini menyebar relatif simetris di atas pinggul ke arah bawah dan ke arah depan. Kulit kuda leopard spotting bercorak belang-belang dan sclera berwarna putih. Kuda ini juga memiliki garis-garis kuku yang khas. Pola putih kuda secara individu dapat meluas pada kuda sampai dengan umur lima tahun dengan kulit berbintikbintik yang ditemukan pada saat lahir. Pola ini tampil dengan warna bulu dasar dan dengan gen lain yang mengendalikan sifat tobiano dan overo. Warna dasar sedikit didilusikan atau warna semakin gelap bersamaan dengan pemunculan efek spotting. Bercak seringkali memiliki tekstur yang berbeda dari warna bulu sekitarnya, terutama dapat dilihat pada musim dingin. Gen appaloosa atau gen leopard spotting menghasilkan bulu dengan pola bercak, bintik-bintik pada kulit gelap, sclera berwarna putih di sekitar mata dan garis-garis kuku yang khas (Bowling dan Ruvinsky, 2000). 9

22 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian menggunakan data sekunder dan dilakukan selama satu bulan pada bulan Februari-Maret di Laboratorim Komputasi Bagian Pemuliaan dan Genetika, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Materi yang diperoleh pada penelitian ini adalah data sekunder berupa gambar dalam bentuk foto kuda delman lokal yang diperoleh dari B.J. Takaendengan. Jumlah data dalam bentuk foto kuda yang digunakan sebanyak 40 ekor dari kota Tomohon, 50 ekor dari kota Manado, 357 ekor dari Kabupaten Minahasa dan sebanyak 30 ekor dari kota Amurang. Kota-kota tersebut terletak di Sulawesi Utara. Software statistik yang digunakan adalah MINITAB Release dan MEGA 4. Prosedur Penentuan Fenotipe Bagan gambar atau sketsa setiap foto kuda delman merupakan ciri identitas dari setiap kuda yang diamati. Nomor identitas kuda, jenis kelamin, asal kuda dan ciri genetik eksternal atau fenotipe yang merupakan warna bulu kuda dicantumkan pada skema. Gambar dibuat pada lembar HVS berukuran A4. Gambar 1 menyajikan lembar skema yang diberlakukan untuk setiap data performa warna bulu kuda yang akan diamati. Gambar kuda yang diamati dilampirkan pada setiap skema. Gambar 1 dilengkapi dengan tanda-tanda khusus pola warna bulu berdasarkan pola warna bulu kuda menurut Nozawa et al. (1981). Penentuan fenotipe kuda pengamatan dilakukan berdasarkan Nozawa et al. (1981). Gambar 2-9 menyajikan gambaran fenotipe atau performa kuda yang diilustrasikan dalam bentuk foto. Gambar 2 menyajikan fenotipe pola warna bulu bay atau ka-ge; Gambar 3 black atau ao-ge; Gambar 4 chestnut atau kuri-ge; Gambar 5 spotted atau buchi; Gambar 6 white atau same-ge; Gambar 7 chestnut-cream atau tsuki-ge; Gambar 8 bay-cream atau kawara-ge; dan Gambar 9 roan atau kasu-ge. 10

23 No/Nama Kuda : Jenis Kelamin : Tampak Kanan Tampak Kiri Tampak Belakang Tampak Depan Tampak Kepala Samping Kanan Tampak Kepala Samping Kiri Gambar 1. Bagan Gambar atau Sketsa Kuda yang Diamati 11

24 Gambar 2. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Bay (Ka-ge) (sumber: Gambar 3. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Black (Ao-ge) (sumber: 12

25 Gambar 4. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Chestnut (Kuri-ge) Sumber: Gambar 5. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Spotted (Buchi) Sumber: 13

26 Gambar 6. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda White (Same-ge) Sumber: Gambar 7. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Chestnut-cream (Tsuki-ge) Sumber: 14

27 Gambar 8. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Bay-cream (kawara-ge) Sumber: Gambar 9. Fenotipe Pola Warna Bulu Kuda Roan (Kasu-ge) Sumber: 15

28 Penentuan Genotipe Kuda Delman Tabel 1 menyajikan kemungkinan genotipe yang dimiliki kuda berdasarkan gambaran fenotipe genetik eksternal. Menurut Nozawa et al. (1981), bahwa lokus A dan B ditemukan pada fenotipe pola warna bulu bay (ka-ge), black (ao-ge), chestnut (kuri-ge), bay-cream (kawara-ge) dan chestnut-cream (tsuki-ge). Lokus D ditemukan bersamaan dengan bulu bay (ka-ge), black (ao-ge), chestnut (kuri-ge), bay-cream (kawara-ge) dan chestnut-cream (tsuki-ge) ditambah warna white atau pseudo-albino (same-ge). Lokus R ditemukan pada roan dan non-roan. Lokus S ditemukan pada spotted dan non-spotted. Tabel 1. Lokus Warna Bulu Kuda pada Berbagai Fenotipe (Performa) menurut Nozawa et al. (1981) Bay (Ka-ge) Black (Ao-ge) Fenotipe Pola Warna Bulu Chestnut (Kuri-ge) Bay-cream (Kawara-ge) Chestnut-cream (Tsuki-ge) White atau pseudo-albino (Same-ge) Roan (Kasu-ge) Spotted (Buchi) Genotipe A_B_dd aab_dd, aab_dd bbdd A_B_Dd bbdd DD Rr S_ Penentuan Jumlah Genotipe Kuda Delman berdasarkan Nozawa et al. (1981) Lokus A Genotip A_dan aa berasal dari lokus A. Penentuan jumlah genotip A_ dengan menjumlahkan pola warna bulu bay (ka-ge), chestnut (kuri-ge), bay-cream (kawarage) dan chestnut-cream (tsuki-ge). Penentuan jumlah genotipe aa dengan menjumlahkan pola warna bulu black (ao-ge), chestnut (kuri-ge) dan chestnut-cream (tsuki-ge) (Nozawa et al., 1981). Pola warna bay (ka-ge) diwakili genotipe A_B_dd, chestnut (kuri-ge) diwakili genotipe bbdd, bay-cream (kawara-ge) diwakiliki genotipe A_B_Dd, black (ao-ge) diwakili genotipe aab_dd dan aab_dd dan chestnut-cream (tsuki-ge) diwakili genotipe bbdd. 16

29 Lokus B Genotip B_dan bb berasal dari lokus B. Penentuan jumlah genotipe B_ dengan menjumlahkan pola warna bulu bay (ka-ge), black (ao-ge) dan bay-cream (kawara-ge). Penentuan jumlah genotip bb dengan menjumlahkan pola warna bulu chestnut (kuri-ge) dan chestnut-cream (tsuki-ge) (Nozawa et al., 1981). Genotipe A_B_dd mewakili pola warna bay (ka-ge), genotipe aab_dd dan aab_dd mewakili pola warna black (ao-ge), genotipe bbdd mewakili pola warna chestnut (kuri-ge), genotipe A_B_Dd mewakili pola warna bay-cream (kawara-ge) dan genotipe bbdd mewakili pola warna chestnut-cream (tsuki-ge). Lokus D Genotipe D_dan dd berasal dari lokus D. Penentuan jumlah genotipe D_ dengan menjumlahkan pola warna bulu black (ao-ge), bay-cream (kawara-ge), chestnut-cream (tsuki-ge) dan white atau pseudo-albino (same-ge). Penentuan jumlah genotipe dd dengan menjumlahkan pola warna bulu bay (ka-ge), black (ao-ge) dan chestnut (kuri-ge) (Nozawa et al., 1981). Genotipe A_B_dd menentukan pola warna bay (ka-ge), genotipee aab_dd dan aab_dd menentukan pola warna black (ao-ge), genotipe bbdd menentukan pola warna chestnut (kuri-ge), genotipe A_B_Dd pola warna bay-cream (kawara-ge), genotipe bbdd menentukan pola warna chestnutcream (tsuki-ge) dan genotipe DD menentukan pola warna white atau pseudo-albino (same-ge). Lokus R Genotipe Rr dan rr berasal dari lokus R. Penentuan jumlah genotipe Rr dengan menjumlahkan pola warna bulu roan (kasu-ge). Penentuan jumlah genotipe rr dengan menjumlahkan pola warna bulu bay (ka-ge), black (ao-ge), chestnut (kurige), bay-cream (kawara-ge), chestnut-cream (tsuki-ge), white atau pseudo-albino (same-ge) dan spotted (buchi) (Nozawa et al., 1981). Pola warna roan (kasu-ge) diwakili genotipe Rr, bay (ka-ge) diwakili genotipe A_B_dd, genotipe aab_dd dan aab_dd menggambarkan pola warna black (ao-ge). Genotipe bbdd mewakili pola warna chestnut (kuri-ge), genotipe A_B_Dd menggambarkan pola warna baycream (kawara-ge), untuk pola warna chestnut-cream (tsuki-ge) diwakilkan genotipe 17

30 bbdd, white atau pseudo-albino (same-ge) diwakili genotipe DD dan genotipe S_ menggambarkan spotted (buchi). Lokus S Genotipe S_ dan ss berasal dari lokus S. Penentuan jumlah genotipe S_ dengan menjumlahkan pola warna bulu spotted (buchi) diwakili genotipe S_. Penentuan jumlah genotipe ss dengan menjumlahkan pola warna bulu bay (ka-ge), black (ao-ge), chestnut (kuri-ge), bay-cream (kawara-ge), chestnut-cream (tsuki-ge), white atau pseudo-albino (same-ge) dan roan (kasu-ge) (Nozawa et al., 1981). Genotipe S_ mengekspresikan pola warna spotted (buchi), genotipe A_B_dd mengekspresikan pola warna bay (ka-ge), genotipe aab_dd dan aab_dd mengekspresikan pola warna black (ao-ge), genotipee bbdd mengekspresikan pola warna chestnut (kuri-ge), genotipee A_B_Dd mengekspresikan pola warna baycream (kawara-ge), genotipe bbdd mengekspresikan pola warna chestnut-cream (tsuki-ge), genotipe DD mengekspresikan pola warna white atau pseudo-albino (same-ge) dan genotipe Rr mengekspresikan pola warna roan (kasu-ge). Analisis Data Pengamatan Fenotipe Kuda delman yang diamati disajikan dalam bentuk gambar. Setiap kuda memiliki informasi lengkap tentang fenotipe dan genotipe. Setiap ekor gambar kuda diberi nomor identitas. Kuda nomor 1-40 adalah kuda dari Tomohon, kuda nomor adalah kuda dari Manado, kuda nomor merupakan kuda dari Kabupaten Minahasa dan kuda nomor adalah kuda dari Amurang. Macam fenotipe yang ditemukan pada kuda delman penelitian ditabulasikan pada tabel jumlah kuda delman berdasarkan fenotipe pada Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang. Tabel tersebut dinamakan Tabel A. Frekuensi Fenotipe. Frekuensi fenotipe setiap warna bulu yang diamati pada setiap jenis kuda dihitung menggunakan metode Minkema (1993): Frekuensi fenotipe Uji Khi-kuadrat. Uji khi-kuadrat digunakan untuk mengetahui apakah ditemukan ketergantungan atau tidak antara dua sifat, yaitu fenotipe warna bulu dan lokasi pengamatan; dengan menggunakan metode Gaspersz (1991): 18

31 Keterangan: E ij = frekuensi harapan dari fenotipe warna bulu ke-i dan lokasi pengamatan ke-j B i = total frekuensi pengamatan pada baris ke-i dalam tabel kontingensi berukuran b x k K j T = total frekuensi pengamatan pada kolom ke-j = total seluruh frekuensi pengamatan Pengamatan Genotipe Pendugaan genotipe setiap kuda dilakukan berdasarkan pengamatan fenotipe individual. Penentuan genotipe yang pasti pada masing-masing kuda tidak dapat dilakukan karena silsilah asal kuda berasal tidak tersedia. Genotipe setiap kuda hanya dapat diduga berdasarkan fenotipe. Setiap kuda memiliki lima lokus sesuai dengan yang disarankan oleh Nozawa et al. (1981). Macam genotipe yang diduga pada kuda delman penelitian ditabulasikan pada suatu tabel. Tabel tersebut berisi data genotipe berdasarkan lokasi pengamatan. Tabel tersebut dinamakan Tabel B. Tabel B dibuat berdasarkan Tabel A. Frekuensi masing-masing genotipe penentu satu sifat warna bulu pada setiap lokasi pengamatan disajikan pada Tabel C. Tabel C berisi jumlah kuda berdasarkan genotipe setiap sifat warna bulu. Berdasarkan Nozawa et al. (1981) yang melakukan pengamatan kuda lokal Indonesia ditemukan lima gen yang mempengaruhi warna kuda tersebut. Gen-gen tersebut adalah gen A, gen B, gen D, gen R dan gen S; yang mengendalikan warna bay (ka-ge), black (ao-ge), chesnut (kuri-ge), bay-cream (kawara-ge), chesnut-cream (tsuki-ge), white or pseudo-albino (same-ge), roan (kasu-ge) dan spotted (buchi). Perhitungan Frekuensi Gen Perhitungan frekuensi gen dilakukan berdasarkan Tabel C yang dilakukan menurut Allendrof dan Luikart (2007). Perhitungan diasumsikan dalam kesetimbangan Hardy Weinberg: 19

32 (p+q) 2 =p 2 +2pq+q 2,, Keterangan: p= gen dominan q= gen resesif Jarak Genetik antara Lokasi Pengamatan Jarak genetik kuda delman antara populasi dihitung berdasarkan rumus yang disarankan oleh Nei (1987): Keterangan: D jk = jarak genetik kuda delman antara lokasi pengamatan ke-j dengan lokasi pengamatan ke-k q ij = frekuensi ke-i pada lokasi pengamatan ke-j q ik = frekuensi ke-i pada lokasi pengamatan ke-k 20

33 HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan Lokasi pengamatan penelitian meliputi empat lokasi, yaitu Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang. Penentuan lokasi pengamatan penelitian dilakukan berdasarkan jumlah kepemilikan kuda delman yang dijadikan sumber penghidupan masyarakat setempat. Gambar 10 menyajikan peta lokasi pengamatan. Gambar 10. Peta Lokasi Pengamatan di Provinsi Sulawesi Utara Tomohon Tomohon merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Minahasa berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun Luas Tomohon ±114,20 km 2. Rataan suhu bulanan adalah 21,9-22,5 C dan kelembaban berkisar antara 85%-91% (Hardjono, 2004 a ). Kuda dewasa yang ada di Tomohon berjumlah 267 ekor (Pemerintah Kota Tomohon, 2009). Tomohon dikelilingi wilayah Kabupaten Minahasa secara geografis. Kota ini di bagian Utara, Selatan, Timur dan Barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Minahasa. Tomohon terletak pada jalur sirkulasi utama yang menghubungkan antara Manado sebagai ibukota propinsi dan kota-kota lain di wilayah Kabupaten Minahasa 21

34 (Pemerintah Kota Tomohon, 2009). Tomohon-Manado berjarak 22 km, Tomohon- Bitung berjarak 55 km dan Tomohon-Tondano berjarak 15 km. Tomohon dapat dicapai secara langsung dari Manado dan dari Bitung menuju Tomohon dapat melalui Tondano atau dapat melintasi Manado. Aksesibilitas Tomohon ke kota-kota lain di Propinsi Sulawesi Utara cukup lancar melalui jalan-jalan dengan kualitas baik (Pemerintah Kota Tomohon, 2009). Tomohon terletak pada topografi dataran tinggi. Tomohon memiliki gunung berapi yaitu Gunung Mahawu (1.331 m) dan Gunung Lokon (1.579,6 m) yang masih aktif juga gunung lain yang membentang dari Utara ke Selatan wilayah Sulawesi Utara. Kondisi pegunungan menjadikan udara sejuk sampai dengan dingin di Tomohon (Hardjono, 2004 a ). Mata pencaharian utama masyarakat Tomohon adalah di bidang pertanian. Jumlah penduduk Tomohon adalah jiwa pada tahun 2002, pada luasan wilayah 114,2 km 2. Hal ini berarti bahwa rata-rata kepadatan penduduk Tomohon mencapai 692 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk tertinggi ditemukan di kecamatan Tomohon Tengah (925 jiwa/km 2 ) dan terendah di kecamatan Tomohon Tengah (616 jiwa/km 2 ) (Hardjono, 2004 a ). Manado Manado merupakan ibu kota Propinsi Sulawesi Utara. Luas Kota Manado 159,02 km 2. Kota Manado berbatasan dengan Kecamatan Wori (Kabupaten Minahasa) dan Teluk Manado di sebelah Utara, Kecamatan Dimembe di sebelah Timur, Kecamatan Pineleng di sebelah Selatan dan Teluk Manado atau Laut Sulawesi di sebelah Barat. Jarak antara Kota Manado-Tomohon adalah 21,60 km, sedangkan jarak antara Kota Manado-Tondano adalah 35,05 km (Hardjono, 2004 b ). Kuda dewasa yang ada di Manado berjumlah 163 ekor (Dinas Kominfo, 2009). Kondisi tanah Manado tidak landai (berombak) sekitar 40% dan dataran landai sekitar 38%, sisanya tanah berbukit dan bergunung. Dua gunung ditemukan di Kecamatan Bunaken, yaitu Gunung Manado Tua (± 655 m) dan Gunung Tumpa (± 610 m) (Hardjono, 2004 b ). Survei Sosial Ekonomi Nasional (2003) melaporkan bahwa penduduk Manado berdasarkan hasil survei pada tahun 2003 berjumlah jiwa pada luasan wilayah 159,02 km 2. Hal ini berarti rata-rata kepadatan penduduk mencapai 22

35 2.524 jiwa/km 2. Hardjono (2004 b ) melaporkan bahwa kepadatan penduduk tertinggi ditemukan di Kecamatan Tuminting ( jiwa/km 2 ) dan terendah di Kecamatan Bunaken (447 jiwa/km 2 ). Mata pencaharian utama penduduk Manado adalah di bidang jasa dan perdagangan. Hal ini dapat ditunjukkan pada angka jumlah penduduk yang bekerja di lapangan usaha utama bidang jasa berjumlah orang dan di bidang perdagangan berjumlah orang (Hardjono, 2004 b ). Suhu udara pada siang hari berkisar antara 29,4-32,2 C, s dangkan pada malam hari berkisar antara 21,6-23,2 C. Manado mempunyai kelembaban udara relatif tinggi dengan rataan berkisar antara 75%-92% (Hardjono, 2004 b ). Kabupaten Minahasa Kabupaten Minahasa beribu kota di Tondano, dengan luasan wilayah menjadi kurang dari setengah luasan asal sejak tahun Beberapa bagian wilayah Kecamatan Minahasa membentuk wilayah Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara dan Tomohon. Luasan wilayah Kabupaten Minahasa menjadi 872,32 km 2. Kabupaten Minahasa berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Utara di sebelah Utara, laut Maluku dan Bitung di sebelah Timur, laut Maluku dan Kabupaten Minahasa Selatan di sebelah Selatan dan laut Sulawesi dan Manado di sebelah Barat (Hardjono, 2004 c ). Jumlah kuda dewasa yang ada di Kabupaten Minahasa adalah 3000 ekor (Minahasa, 2009). Rata-rata suhu bulanan di Kabupaten Minahasa adalah 21,9-22,6 C dengan rata-rata kelembaban bulanan 85%-91% (Hardjono, 2004 c ). Keadaan topografi Kabupaten Minahasa sebagian besar merupakan dataran yang datar sampai dengan dataran landai (bergelombang) dan sebagian yang lain bergelombang sampai dengan curam. Kabupaten Minahasa memiliki danau Tondano yang merupakan muara dari tiga sungai utama yaitu Sungai Panasen, Sungai Ranowelang dan Sungai Bowolean (Hardjono, 2004 c ). Penduduk Kabupaten Minahasa sekitar jiwa pada tahun 2002, dengan luasan wilayah 872,37 km 2 sehingga rataan kepadatan penduduk mencapai 292 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Tondano Barat (640 jiwa/km 2 ) yang diikuti Kecamatan Langowan Barat (637 jiwa/km 2 ), sedangkan kepadatan penduduk terendah ditemukan di Kecamatan Kombi yaitu (98 jiwa/km 2 ) (Hardjono, 2004 c ). 23

36 Mata pencaharian utama penduduk Kabupaten Minahasa adalah bidang pertanian. Tanaman utama yang diusahakan adalah padi sawah. Tanaman pangan dan perkebunan masih menjadi andalan; padi, jagung, cengkih dan kelapa merupakan komoditi penting bagi ekonomi Kabupaten Minahasa selama empat tahun terakhir (Hardjono, 2004 c ). Amurang Kabupaten Minahasa Selatan merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Utara yang memiliki luas wilayah 1.429,7 km². Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah Amurang yang berjarak sekitar 64 km dari Manado. Luas Kabupaten Minahasa Selatan 2.266,66 km 2. Kabupaten Minahasa Selatan berbatasan di sebelah Utara dengan Kabupaten Minahasa, Laut Maluku di sebelah Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow di sebelah Selatan dan Laut Sulawesi di sebelah Barat. Kelembaban udara berkisar antara 60%-90%, sedangkan rataan suhu bulanan 23,5 C (Hardjono, 2004 d ). Penduduk Kabupaten Minahasa Selatan berdasarkan hasil pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B) pada tahun 2003 dicatat sebanyak jiwa pada luasan wilayah 2.266,66 km 2 sehingga rataan kepadatan penduduk Minahasa Selatan mencapai 128 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk tertinggi ditemukan di Kecamatan Ratatotok (965 jiwa/km 2 ), sedangkan kepadatan penduduk terendah di Kecamatan Touluan (71 jiwa/km 2 ). Topografi sebagian besar wilayah Kabupaten Minahasa Selatan memiliki gunung-gunung yang membentang dari Utara ke Selatan, diantaranya terdapat beberapa gunung berapi yang masih aktif seperti Gunung Soputan (± m) yang baru meletus bulan Desember Gunung di Kabupaten Minahasa Selatan berjumlah enam buah (Hardjono, 2004 d ). Sebanyak 457 orang pencari kerja di Kabupaten Minahasa Selatan tercatat pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Minahasa Selatan pada tahun 2003 (Hardjono, 2004 d ). Pengamatan Fenotipe dan Genotipe Pola Warna Bulu Kuda Sampel kuda delman yang diamati pada setiap lokasi pengamatan merupakan 10% dari jumlah keseluruhan populasi. Minahasa memiliki jumlah populasi kuda delman terbesar, sehingga sampel yang mewakili berjumlah paling 24

37 besar. Populasi kuda delman kedua terbesar ditemukan di Manado. Kedua lokasi tersebut merupakan pusat kuda delman di Sulawesi Utara karena Kabupaten Minahasa dan Manado merupakan tempat wisata dengan jumlah penduduk yang banyak. Gambar menggambarkan contoh pola warna kuda delman masingmasing di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang. Pengamatan Fenotipe Hasil pengamatan fenotipe pola warna bulu kuda delman di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang memperlihatkan jumlah tipe pola warna bulu yang berbeda. Kuda delman di Tomohon memiliki empat tipe pola warna bulu, sedangkan Manado lima tipe pola warna bulu. Kuda delman di Kabupaten Minahasa memiliki delapan tipe pola warna bulu, sedangkan Amurang empat tipe pola warna bulu. Keragaman pola warna bulu kuda delman tertinggi ditemukan di Kabupaten Minahasa, sedangkan terendah di Amurang dan Tomohon, seperti disajikan pada Tabel 2. Warna bay (ka-ge) mendominasi pola warna bulu kuda delman di seluruh lokasi pengamatan. Warna chestnut (kuri-ge) ditemukan nomor dua terbanyak di seluruh lokasi pengamatan. Warna white (same-ge) dan black (ao-ge) merupakan pola warna bulu kuda delman yang paling sedikit dari seluruh lokasi pengamatan. 25

38 Gambar 11. Contoh Pola Warna Bulu Kuda Delman di Tomohon (Koleksi Pribadi B. J. Takaendengan, 2010) 26

39 Gambar 12. Contoh Pola Warna Bulu Kuda Delman di Manado (Koleksi Pribadi B. J. Takaendengan, 2010) 27

40 Gambar 13. Contoh Pola Warna Bulu Kuda Delman di Kabupaten Minahasa (Koleksi Pribadi B. J. Takaendengan, 2010) 28

41 Gambar 14. Contoh Pola Warna Bulu Kuda Delman di Amurang (Koleksi Pribadi B. J. Takaendengan, 2010) 29

42 Tabel 2. Jumlah Kuda Delman Berdasarkan Karakter Genetik Eksternal di Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang Lokasi Black (Ao-ge) Bay (Kage) Fenotipe Warna Bulu (Genetik Eksternal) Baycream Chestnutcream (Same- (Kasu White Roan Chesnut (Kuri-ge) (Kawarage) (Tsuki-ge) ge) -ge) Tomohon Manado Spotted (buchi) Kabupaten Minahasa Amurang Pola warna white (same-ge) hanya ditemukan di Kabupaten Minahasa. Pola warna black (ao-ge) ditemukan di Tomohon dan Kabupaten Minahasa. Pola warna bulu black (ao-ge) paling sedikit ditemukan di Tomohon dan Kabupaten Minahasa. Pola warna yang paling sedikit ditemukan di Manado adalah pola warna bulu chestnut-cream (tsuki-ge). Pola warna yang paling sedikit ditemukan di Amurang adalah warna bulu bay-cream (kawara-ge). Nozawa et al. (1981) melaporkan hasil pengamatan pola warna bulu kuda di Sulawesi Selatan pada tahun 1979 bahwa warna bay (ka-ge) dan bay-cream (kawarage) ditemukan sebanyak 109 ekor, tetapi tidak ditemukan warna black (ao-ge). Pola warna bay (ka-ge), black (ao-ge), dan bay-cream (kawara-ge) ditemukan sebanyak 109 ekor, sedangkan chestnut (kuri-ge) dan chesnut-cream (tsuki-ge) ditemukan sebanyak 51 ekor. Pola warna black (ao-ge), bay-cream (kawara-ge), chestnutcream (tsuki-ge) dan white (same-ge) atau pseudo-albino ditemukan sebanyak 22 ekor, sedangkan bay (ka-ge) dan chestnut (kuri-ge) ditemukan sebanyak 139 ekor. Pola warna bukan roan ditemukan sebanyak 139 ekor, tetapi tidak ditemukan pola warna roan (kasu-ge). Pola warna spotted (buchi) ditemukan sebanyak dua ekor, sedangkan bukan spotted ditemukan sebanyak 137 ekor. Hasil pengujian khi-kuadrat untuk pengujian kebebasan dalam tabel kontingensi menemukan hubungan antara pola warna bulu kuda delman dan lokasi pengamatan (P<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa setiap daerah pengamatan memiliki kecenderungan terhadap pola warna bulu kuda delman tertentu. Kedekatan hubungan pola warna bulu kuda delman terhadap lokasi pengamatan dapat 30

TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda Lokal Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda Lokal Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda telah didomestikasi lebih daripada 6.000 tahun yang lalu di daerah stepa yang sekarang dikenal dengan daerah Rusia Selatan dan Ukraina. Sejak itu kuda mempunyai banyak manfaat

Lebih terperinci

Gambar 10. Peta Lokasi Pengamatan di Provinsi Sulawesi Utara

Gambar 10. Peta Lokasi Pengamatan di Provinsi Sulawesi Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan Lokasi pengamatan penelitian meliputi empat lokasi, yaitu Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang. Penentuan lokasi pengamatan penelitian dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Fenotipe

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Fenotipe MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian menggunakan data sekunder dan dilakukan selama satu bulan pada bulan Februari-Maret di Laboratorim Komputasi Bagian Pemuliaan dan Genetika, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. zoologis kuda termasuk dalam kingdom animalia, filum chordata, class mamalia,

TINJAUAN PUSTAKA. zoologis kuda termasuk dalam kingdom animalia, filum chordata, class mamalia, TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Penyebaran Kuda Kuda merupakan salah satu hewan liar yang didomestifikasi. Secara zoologis kuda termasuk dalam kingdom animalia, filum chordata, class mamalia, subclass

Lebih terperinci

KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA

KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA 35 KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA Pendahuluan Populasi kuda lokal di Sulawesi Utara memiliki karakteristik baik morfologi maupun pola warna tubuh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian inidilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2016 berlokasi di Kabupaten Humbang Hasundutan, Samosir, Karodan Tapanuli Utara,

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Sulawesi Utara

Gambar 3. Peta Sulawesi Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Propinsi Sulawesi Utara mencakup luas 15.272,44 km 2, berbentuk jazirah yang memanjang dari arah Barat ke Timur pada 121-127 BT dan 0 3-4 0 LU. Kedudukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Kuda TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki klasifikasi ilmiah yaitu kerajaan Animalia (hewan), filum Chordata (bertulang belakang), kelas Mammalia (menyusui), ordo Perissodactylater

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 79 PEMBAHASAN UMUM Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kuda di Sulawesi Utara telah dikenal sejak lama dimana pemanfatan ternak ini hampir dapat dijumpai di seluruh daerah sebagai ternak tunggangan, menarik

Lebih terperinci

A~a n = B~b~b 1 n = C~c b ~c s ~c a ~c n = D~d n = i~i n= L~l n = o~o n = = h.

A~a n = B~b~b 1 n = C~c b ~c s ~c a ~c n = D~d n = i~i n= L~l n = o~o n = = h. Lokus o~o yang terpaut kromosom X akan memberikan tiga macam warna fenotipe yaitu oranye (a 1 ), tortoiseshell (a ) dan bukan oranye (a ) dengan jumlah a 1 + a + a = n. Frekuensi alel ditentukan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang cukup besar dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Seiring dengan

PENDAHULUAN. yang cukup besar dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Seiring dengan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah sejak lama kuda dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia, zaman dahulu kuda digunakan untuk alat transportasi karena kuda mempunyai tenaga yang cukup besar dan memiliki

Lebih terperinci

STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS

STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGAMATAN PENYEBARAN DAN SIFAT KUALITATIF PADA TERNAK KUDA (Equuscaballus) DI SUMATERA UTARA

PENGAMATAN PENYEBARAN DAN SIFAT KUALITATIF PADA TERNAK KUDA (Equuscaballus) DI SUMATERA UTARA PENGAMATAN PENYEBARAN DAN SIFAT KUALITATIF PADA TERNAK KUDA (Equuscaballus) DI SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : ABDUL GULTOM 110306041 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK, EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT) SKRIPSI LIA KARTIKA

KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK, EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT) SKRIPSI LIA KARTIKA KERAGAMAN DAN KARAKTERISTIK WARNA BULU DOMBA-DOMBA LOKAL (EKOR GEMUK, EKOR TIPIS, KISAR DAN GARUT) SKRIPSI LIA KARTIKA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PEWARISAN POLA WARNA MUKA PADA DOMBA GARUT DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT (TDS) KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR. SKRIPSI Ardhana Surya Saputra

PEWARISAN POLA WARNA MUKA PADA DOMBA GARUT DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT (TDS) KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR. SKRIPSI Ardhana Surya Saputra PEWARISAN POLA WARNA MUKA PADA DOMBA GARUT DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT (TDS) KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR SKRIPSI Ardhana Surya Saputra PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Ayam

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Ayam TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ayam Klasifikasi bangsa ayam menurut Myers (2001) yaitu kingdom Animalia (hewan); filum Chordata (hewan bertulang belakang); kelas Aves (burung); ordo Galliformes; famili Phasianidae;

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Ciamis, Jawa Barat Kabupaten Ciamis merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki luasan sekitar 244.479 Ha. Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak

Lebih terperinci

PERFORMA KUDA DELMAN SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI DI KOTA BOGOR SKRIPSI ANGGA

PERFORMA KUDA DELMAN SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI DI KOTA BOGOR SKRIPSI ANGGA PERFORMA KUDA DELMAN SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI DI KOTA BOGOR SKRIPSI ANGGA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ANGGA. D14050172.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada kuda Sumba

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada kuda Sumba 38 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Penelitian identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada kuda Sumba jantan dilakukan di peternak-peternak yang ada dikota Waingapu, Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ternak unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber daging. Selain cita rasanya yang disukai, ternak unggas harganya relatif lebih murah dibandingkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Riau, hasil pemekaran dari Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

PENGUJIAN KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG. Tujuan : Mempelajari kesetimbangan Hardy-Weinberg dengan frekuensi alel dan gen.

PENGUJIAN KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG. Tujuan : Mempelajari kesetimbangan Hardy-Weinberg dengan frekuensi alel dan gen. PENGUJIAN KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG Tujuan : Mempelajari kesetimbangan Hardy-Weinberg dengan frekuensi alel dan gen. PENDAHULUAN Pada tahun 1908, ahli Matematika Inggris G.H. Hardy dan seorang ahli

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba

TINJAUAN PUSTAKA Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Pada awal sebelum terjadinya proses domestikasi, domba masih hidup liar di pegunungan dan diburu untuk diambil dagingnya. Domba yang sekarang menyebar di seluruh dunia ini sebenarnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Equus caballus telah dikenal banyak orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi. Hubungan kuda dengan manusia sangat erat kaitannya seperti peranan kuda sebagai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan. Kuda Jantan Lokal (ekor) Minahasa

MATERI DAN METODE. Tabel 1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan. Kuda Jantan Lokal (ekor) Minahasa MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengolahan data dan penulisan dilakukan di Laboratorium Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab. 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Kuda Menurut Blakely dan Bade (1991) secara umum klasifikasi zoologis ternak kuda adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Sub Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

STUDI FREKUENSI SIFAT KUALITATIF AYAM KAMPUNG DI DESA MENAMING KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

STUDI FREKUENSI SIFAT KUALITATIF AYAM KAMPUNG DI DESA MENAMING KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU STUDI FREKUENSI SIFAT KUALITATIF AYAM KAMPUNG DI DESA MENAMING KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU (The Study of Native Chicken Qualitative Frequency in Menaming Village Rambah Subdistrict

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini menggunakan data sekunder pengamatan yang dilakukan oleh Dr. Ir. Ben Juvarda Takaendengan, M.Si. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR 1 (PIT1) PADA KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DAN SAPI FH (Friesian-Holstein) SKRIPSI RESTU MISRIANTI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli Kuda Tarik

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli Kuda Tarik TINJAUAN PUSTAKA diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (bertulang belakang), kelas mammalia (menyusui anak), ordo Perissodactyla yakni (tidak memamah biak) dan famili Equidae serta spesies Equus cabalus

Lebih terperinci

UKURAN DAN BENTUK TUBUH KUDA DELMAN LOKAL PADA POPULASI MANADO, MINAHASA, MINAHASA SELATAN DAN TOMOHON SULAWESI UTARA SKRIPSI AMUDI EBIGHANS HUTASOIT

UKURAN DAN BENTUK TUBUH KUDA DELMAN LOKAL PADA POPULASI MANADO, MINAHASA, MINAHASA SELATAN DAN TOMOHON SULAWESI UTARA SKRIPSI AMUDI EBIGHANS HUTASOIT UKURAN DAN BENTUK TUBUH KUDA DELMAN LOKAL PADA POPULASI MANADO, MINAHASA, MINAHASA SELATAN DAN TOMOHON SULAWESI UTARA SKRIPSI AMUDI EBIGHANS HUTASOIT DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. KEANEKARAGAMAN MORFOGENETIK KUCING DOMESTIK (Felis domesticus) DI WILAYAH LINGKUP KAMPUS IAIN AMBON

ABSTRAK. KEANEKARAGAMAN MORFOGENETIK KUCING DOMESTIK (Felis domesticus) DI WILAYAH LINGKUP KAMPUS IAIN AMBON ABSTRAK KEANEKARAGAMAN MORFOGENETIK KUCING DOMESTIK (Felis domesticus) DI WILAYAH LINGKUP KAMPUS IAIN AMBON Nirmala Fitria Firdhausi, Dosen Prodi Pendidikan Biologi IAIN Ambon, E-mail: nirmala_firdhausi@yahoo.com

Lebih terperinci

GENETIKA DASAR Perluasan Analisis Mendelian dan Interaksi Gen

GENETIKA DASAR Perluasan Analisis Mendelian dan Interaksi Gen GENETIKA DASAR Perluasan Analisis Mendelian dan Interaksi Gen Oleh Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP 08 385 065 359 e-mail dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari Dipublikasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa PENDAHULUAN Latar Belakang Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa pulang anak kambing dari hasil buruannya. Anak-anak kambing

Lebih terperinci

GENETIKA DAN HUKUM MENDEL

GENETIKA DAN HUKUM MENDEL GENETIKA DAN HUKUM MENDEL Pengertian Gen Pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Hunt Morgan, ahli Genetika dan Embriologi Amerika Serikat (1911), yang mengatakan bahwa substansi hereditas yang dinamakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KELINCI FLEMISH GIANT, ENGLISH SPOT, DAN REX DI KABUPATEN MAGELANG

KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KELINCI FLEMISH GIANT, ENGLISH SPOT, DAN REX DI KABUPATEN MAGELANG KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KELINCI FLEMISH GIANT, ENGLISH SPOT, DAN REX DI KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI LIDIA FAFARITA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN MATERI INTERAKSI GEN

MODUL PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN MATERI INTERAKSI GEN MODUL PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN 2015 3. MATERI INTERAKSI GEN Setiap gen memiliki pekerjaan sendiri-sendiri untuk menumbuhkan karakter tapi ada beberapa gen yang berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

I. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau, hasil pemekaran dari kabupaten induknya yaitu kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kuda yang Diamati Berdasarkan Lokasi dan Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kuda yang Diamati Berdasarkan Lokasi dan Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

KERAGAMAN POLA WARNA TUBUH, TIPE TELINGA DAN TANDUK DOMBA KURBAN DI BOGOR

KERAGAMAN POLA WARNA TUBUH, TIPE TELINGA DAN TANDUK DOMBA KURBAN DI BOGOR KERAGAMAN POLA WARNA TUBUH, TIPE TELINGA DAN TANDUK DOMBA KURBAN DI BOGOR HENI INDRIJANI 1, ARIFAH HESTI SUKMASARI 2 dan EKO HANDIWIRAWAN 3 1 Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Friesien Holstein Sapi perah adalah jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu (Blakely dan Bade, 1992) ditambahkan pula oleh Sindoredjo (1960) bahwa

Lebih terperinci

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA DIKTAT 6 GENETIKA volume 4 PENYIMPANGAN HUKUM MENDELL A. Pendahuluan Kadang kala kita melihat bahwa hasil persilangan yang terjadi tidak lah seperti yang kita harapkan atau tidak seperti apa yang diperkirakan

Lebih terperinci

Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID

Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID TERMINOLOGI P individu tetua F1 keturunan pertama F2 keturunan kedua Gen D gen atau alel dominan Gen d gen atau alel resesif Alel bentuk alternatif suatu gen yang terdapat

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam Uraian Materi Variasi Genetik Terdapat variasi di antara individu-individu di dalam suatu populasi. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan genetis. Mutasi dapat meningkatkan frekuensi alel pada individu

Lebih terperinci

Pola Warna Bulu pada Domba Garut dan Persilangannya

Pola Warna Bulu pada Domba Garut dan Persilangannya Pola Warna Bulu pada Domba Garut dan Persilangannya ISMETH INOUNU 1, D. AMBARAWATI 2 dan R.H. MULYONO 2 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Kav E 59 Jl. Raya Pajajaran, Bogor 16151 2 Fakultas

Lebih terperinci

Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi

Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi Apabila kita mengawinkan sapi Bali, maka anaknya yang diharapkan adalah sapi Bali bukan sapi madura. Demikian

Lebih terperinci

Identifikasi sifat-sifat Kualitatif ayam Wareng Tangerang. Andika Mahendra

Identifikasi sifat-sifat Kualitatif ayam Wareng Tangerang. Andika Mahendra IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF AYAM WARENG TANGERANG DI UPT BALAI PEMBIBITAN TERNAK DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK DESA CURUG WETAN KECAMATAN CURUG KABUPATEN TANGERANG Andika Mahendra*, Indrawati Yudha

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING S. SOPIYANA, A.R. SETIOKO, dan M.E. YUSNANDAR Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Sapi Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkembangan Domba Asia merupakan pusat domestikasi domba. Diperkirakan domba merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi oleh manusia kira-kira

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

Simbol untuk suatu gen

Simbol untuk suatu gen P F Fenotip Genotip Istilah Simbol untuk suatu gen Homozigot Heterozigot Pengertian Singkatan dari kata Parental, yang artinya induk Singkatan dari kata Filial, yang artinya keturunan Karakter atau sifat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kuda ( Equus Caballus Penyebaran Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Kuda ( Equus Caballus Penyebaran Kuda TINJAUAN PUSTAKA Kuda (Equus Caballus) Kuda telah didomestikasi sekitar 6.000 tahun yang lalu di area padang rumput luas yang kini dikenal sebagai Rusia Selatan dan Ukraina. Sejak saat itu, kuda memiliki

Lebih terperinci

Aplikasi Kombinatorial dan Peluang Diskrit Untuk Menyelesaikan Masalah-Masalah dalam Hukum Pewarisan Mendel

Aplikasi Kombinatorial dan Peluang Diskrit Untuk Menyelesaikan Masalah-Masalah dalam Hukum Pewarisan Mendel Aplikasi Kombinatorial dan Peluang Diskrit Untuk Menyelesaikan Masalah-Masalah dalam Hukum Pewarisan Mendel Andri Rizki Aminulloh 13506033 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Interaksi Gen INTRA-ALELIK lokus yang sama INTER-ALELIK lokus berbeda

Interaksi Gen INTRA-ALELIK lokus yang sama INTER-ALELIK lokus berbeda 6. INTERAKSI GEN Interaksi Gen Interaksi INTRA-ALELIK : Interaksi alel-alel pada lokus yang sama. Alel dominan menutupi pengaruh dari alel resesif, sebagian atau penuh Interaksi INTER-ALELIK : Interaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paradoxurus, yaitu: (1) Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paradoxurus, yaitu: (1) Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Musang 1. Taksonomi dan Klasifikasi Menurut Schreiber et al., (1989), terdapat empat spesies musang dari genus Paradoxurus, yaitu: (1) Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas

Lebih terperinci

TINJAUAN GENETIKA. BY Setyo Utomo

TINJAUAN GENETIKA. BY Setyo Utomo TINJAUAN GENETIKA BY Setyo Utomo PENGERTIAN : GENETIKA BERASAL DARI BAHASA YUNANI KUNO :GENETIKOS ATAU GENETIS YANG BERARTI ASLI MERUPAKAN DISIPLIN ILMU BAGIAN BIOLOGI YANG MEMPELAJARI TENTANG SIFAT- SIFAT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM 69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perserikatan Bangsa Bangsa telah mendirikan FAO Global Strategy for the Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan mengatur pemanfaatan

Lebih terperinci

KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA

KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA Genetika merupakan salah satu bidang ilmu biologi yang mempelajari tentang pewarisan sifat atau karakter dari orang tua kepada anaknya. Ilmu genetika modern meliputi beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaman Bangsa Sapi Lokal Bangsa (breed) adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, suatu bangsa dapat dibedakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab Berbagai alasan muncul berkaitan dengan asal-usul penamaan ayam Arab. Beberapa sumber mengatakan bahwa asal mula disebut ayam Arab karena awalnya dibawa dari kepulangan ibadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerbau. Terdapat dua jenis kerbau yaitu kerbau liar atau African Buffalo (Syncerus)

BAB I PENDAHULUAN. kerbau. Terdapat dua jenis kerbau yaitu kerbau liar atau African Buffalo (Syncerus) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati sangat melimpah. Salah satu dari keanekaragaman hayati di Indonesia adalah kerbau. Terdapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar, kini sudah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian tersebar ke daerah Mancuria, Korea, Jepang, Rusia,

Lebih terperinci

Definisi Genetika. Genetika Sebelum Mendel. GENETIKA DASAR Pendahuluan dan Genetika Mendel

Definisi Genetika. Genetika Sebelum Mendel. GENETIKA DASAR Pendahuluan dan Genetika Mendel Definisi Genetika GENETIKA DASAR Pendahuluan dan Genetika Mendel Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 081 385 065 359 e-mail: dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo ruminansia, famili Bovidae, dan genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burn, 1994). Kambing

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. cara diburu di hutan-hutan pedalaman. Puyuh liar biasanya hidup di semak-semak

PENDAHULUAN. cara diburu di hutan-hutan pedalaman. Puyuh liar biasanya hidup di semak-semak 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh adalah salah satu jenis burung yang hidup secara liar dan keberadaannya di alam bebas dan terbuka. Burung ini biasanya ditemukan dengan cara diburu di hutan-hutan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Asal Usul Kuda Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari binatang kecil, oleh beberapa ilmuwan disebut sebagai Eohippus atau Dawn horse yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kuda TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kuda Kuda digolongkan ke dalam hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang bertulang belakang, kelas Mammalia yaitu hewan yang menyusui anaknya, ordo Perissodactyla yaitu hewan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Sumba atau lebih dikenal Sandal memiliki keistimewaan memiliki daya tahan tinggi terhadap iklim tropis dan juga memiliki kecepatan lari yang baik dengan warna bulu

Lebih terperinci

XII biologi. Kelas PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL I. Kurikulum 2006/2013. A. Pola-Pola Hereditas. Tujuan Pembelajaran

XII biologi. Kelas PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL I. Kurikulum 2006/2013. A. Pola-Pola Hereditas. Tujuan Pembelajaran Kurikulum 2006/2013 Kelas XII biologi PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Mengetahui jenis-jenis penyimpangan

Lebih terperinci

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD Nama : Angga Rio Pratama Kelas : S1 TI 2C NIM : 10.11.3699 Lingkungan Bisnis STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 Peluang Usaha Pengembangbiakan Love Bird (

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai keanekaragaman genetik yang luas (Deanon dan Soriana 1967). Kacang panjang memiliki banyak kegunaan

Lebih terperinci

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT SKRIPSI TANTAN KERTANUGRAHA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. beragam di dunia. Kuda (Equus caballus) adalah salah satu bentuk dari

PENDAHULUAN. Latar Belakang. beragam di dunia. Kuda (Equus caballus) adalah salah satu bentuk dari PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman hayati paling beragam di dunia. Kuda (Equus caballus) adalah salah satu bentuk dari keanekaragaman hewan yang dimiliki

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF PADA ITIK LOKAL (Anas platyrhyncos), ENTOK (Cairina moschata) DAN TIKTOK JANTAN SKRIPSI. Oleh M.

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF PADA ITIK LOKAL (Anas platyrhyncos), ENTOK (Cairina moschata) DAN TIKTOK JANTAN SKRIPSI. Oleh M. IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF PADA ITIK LOKAL (Anas platyrhyncos), ENTOK (Cairina moschata) DAN TIKTOK JANTAN SKRIPSI Oleh M. AZHAR NURUL HUDA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA ACARA 2 SIMULASI HUKUM MENDEL NAMA : HEPSIE O. S. NAUK NIM : KELOMPOK : III ( TIGA )

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA ACARA 2 SIMULASI HUKUM MENDEL NAMA : HEPSIE O. S. NAUK NIM : KELOMPOK : III ( TIGA ) LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA ACARA 2 SIMULASI HUKUM MENDEL NAMA : HEPSIE O. S. NAUK NIM : 1506050090 KELOMPOK : III ( TIGA ) JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2017

Lebih terperinci

Luisa Diana Handoyo, M.Si.

Luisa Diana Handoyo, M.Si. Luisa Diana Handoyo, M.Si. Cabang ilmu genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi dan menguraikan secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Populasi adalah suatu kelompok individu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Terisi secara geografis terletak pada 108 o o 17 bujur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Terisi secara geografis terletak pada 108 o o 17 bujur IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Terisi secara geografis terletak pada 108 o 04-108 o 17 bujur timur dan 6 o 36-6 o 48 lintang selatan memiliki luas wilayah 174,22

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas

Lebih terperinci

EPISTASI DAN HIPOSTASI Luisa Diana Handoyo, M.Si.

EPISTASI DAN HIPOSTASI Luisa Diana Handoyo, M.Si. EPISTASI DAN HIPOSTASI Luisa Diana Handoyo, M.Si. Selain mengalami berbagai modifikasi fenotipe karena adanya peristiwa aksi gen tertentu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 2

GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 2 Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang

Lebih terperinci

GENETIKA. Agus Joko Sungkono, S.Pd SMPN 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN. ajs

GENETIKA. Agus Joko Sungkono, S.Pd SMPN 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN. ajs GENETIKA Agus Joko Sungkono, S.Pd SMPN 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN BAGAIMANA DENGAN GOLONGAN TUMBUHAN? Indikator : 1. Mesdeskripsikan materi genetis yang bertanggungjawab dalam pewarisan sifat 2. Membedakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KROMOSOM IKAN MANVIS (Pterophyllum scalare) WESLY KURNIADI SIAGIAN

KARAKTERISTIK KROMOSOM IKAN MANVIS (Pterophyllum scalare) WESLY KURNIADI SIAGIAN KARAKTERISTIK KROMOSOM IKAN MANVIS (Pterophyllum scalare) WESLY KURNIADI SIAGIAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 KARAKTERISTIK KROMOSOM IKAN MANVIS (Pterophyllum scalare) WESLY

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : NAZRIAH PRATIWI / AGROEKOTEKNOLOGI PEMULIAAN TANAMAN

SKRIPSI. Oleh : NAZRIAH PRATIWI / AGROEKOTEKNOLOGI PEMULIAAN TANAMAN IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGIS DAN HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA GENOTIPE DURIAN (Durio zibethinus Murr) DI KECAMATAN TIGALINGGA DAN PEGAGAN HILIR KABUPATEN DAIRI SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : NAZRIAH

Lebih terperinci

ALEL GANDA DAN PEWARISAN GOLONGAN DARAH

ALEL GANDA DAN PEWARISAN GOLONGAN DARAH ALEL GANDA DAN PEWARISAN GOLONGAN DARAH ALEL GANDA DAN PEWARISAN GOLONGAN DARAH Alel merupakan bentuk alternatif sebuah gen yang terdapat pada lokus (tempat tertentu) atau bisa dikatakan alel adalah gen-gen

Lebih terperinci

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh Standar Nasional Indonesia Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

Lebih terperinci

Sifat Kualitatif Dan Kuantitatif Kuda Sumba Jantan, Sumba Timur...Fajar R

Sifat Kualitatif Dan Kuantitatif Kuda Sumba Jantan, Sumba Timur...Fajar R IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA KUDA SUMBA JANTAN (Kasus Peternakan Kuda Di Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) IDENTIFICATION OF QUALITATIVE AND QUANTITATIVE

Lebih terperinci