Public Social Partnership untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Public Social Partnership untuk"

Transkripsi

1 Edisi XI Vol. II. Juni 2017 Public Social Partnership untuk Penanggulangan Kemiskinan p. 03 Menakar Daya Saing Utama Indonesia di Mitra Dagang Utama ASEAN Setahun Pasca Penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) p. 08 Buletin APBN Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI ISSN

2 Dewan Redaksi Penanggung Jawab Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E., M.Si. Pemimpin Redaksi Rastri Paramita, S.E., M.M. Redaktur Jesly Yuriaty Panjaitan, S.E., M.M. Ratna Christianingrum, S.Si., M.Si. Marihot Nasution, S.E., M.Si Adhi Prasetyo S. W., S.M. Editor Dwi Resti Pratiwi, S.T., MPM. Ade Nurul Aida, S.E. Daftar Isi Update APBN...p.02 Public Social Partnership untuk Penanggulangan Kemiskinan...p.03 Menakar Daya Saing Utama Indonesia di Mitra Dagang Utama ASEAN Setahun Pasca Penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN...p.08 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website 2

3 Update APBN Inflasi, Nilai Tukar, ICP Pada bulan Mei 2017 terjadi inflasi sebesar 0,39 persen dibanding Bulan Mei tahun lalu yang terjadi inflasi sebesar 0,24 persen. Sementara tingkat inflasi (yoy) terhadap periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,33 persen. Untuk nilai tukar rupiah, nilai kurs tengah selama bulan Mei 2017 sebesar Rp13.321/USD mengalami penguatan dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp13.615/USD. S ementara untuk harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) pada bulan Juni 2017 naik menjadi USD49,90/barel dari USD44,68/barel pada bulan Mei

4 Public Social Partnership untuk Penanggulangan Kemiskinan oleh Dewi Meisari Haryanti * ) Diantara banyaknya langkah strategis yang sudah diambil oleh Pemerintah Kabinet Kerja, keberanian untuk mengurangi subsidi BBM untuk menambah anggaran pembangunan infrastruktur dan implementasi kebijakan Dana Desa adalah terobosan yang patut diapresiasi. Alokasi APBN untuk infrastruktur terus meningkat signifikan. Dari hanya sekitar Rp180 triliun pada 2014, meningkat menjadi Rp290 triliun pada 2015, Rp317 triliun di 2016, dan Rp378 triliun pada tahun 2017 ini. Rasio anggaran infrastruktur terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) ini sudah sekitar 3,3 persen, meningkat lebih dari dua kali lipat dari rasio rata-rata 10 tahun terakhir, yaitu hanya 1,6 persen. Sementara untuk Dana Desa, sejak 2015 telah dialokasikan sebesar Rp20,6 triliun untuk sekitar Desa, meningkat menjadi Rp47 triliun untuk Desa pada 2016, dan pada tahun ini meningkat lagi menjadi Rp60 triliun untuk Desa. Kedua langkah pemerintah ini jelas merupakan langkah positif yang harus didukung agar berhasil mencapai target yang dicita-citakan. Namun demikian, bukan berarti pula langkah ini tidak mengandung risiko. Kebut pembangunan infrastruktur juga sudah lebih dulu terjadi di India dan China, bahkan dengan tingkat *) Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia. dewimeisari@gmail.com 2 yang lebih agresif, dan peningkatan ketimpangan terjadi di kedua negara tersebut. Terutama di China yang koefisien gini-nya melonjak dari 0,412 (2000) ke 0,61 (2012). Laporan Universitas Peking (2014) menambahkan bahwa 1 persen penduduk terkaya menguasai sepertiga total kekayaan di China, sementara 25 persen penduduk termiskin hanya menguasai 1 persen. Di Indonesia sendiri, koefisien gini telah mengalami peningkatan pula pada 10 tahun terakhir hingga menembus 0,413 pada 2015; walau pada 2016 sudah agak menurun ke level 0,40. Pembangunan infrastruktur memang dapat memicu peningkatan ketimpangan jika tidak disertai dengan pemerataan peningkatan kapasitas modal manusia, agar setiap anggota masyarakat memiliki tingkat kecakapan yang cukup untuk ikut berlomba dalam menangkap berbagai peluang dan kesempatan baru yang muncul setelah infrastruktur terbangun dengan baik di wilayah mereka. Jika tidak ada langkah khusus untuk memeratakan kapasitas modal manusia ini, pembangunan infrastruktur jelas mengandung risiko sosial berupa peningkatan ketimpangan karena hanya kalangan yang sudah sejahtera dan cakap saja

5 yang akan menangkap berbagai peluang, sehingga membuat mereka semakin sejahtera, sedangkan yang miskin tetap miskin (semoga tidak semakin miskin). Jurang ketimpangan hanya akan bisa menurun jika peluang baru akibat infastruktur bisa meningkatkan kesejahteraan kalangan miskin. Fenomena adanya risiko sosial dari kebijakan infrastruktur ini sudah terlihat dari perkembangan tingkat kemiskinan perdesaan pasca implementasi Dana Desa yang justru mengalami peningkatan, padahal pada periode sebelumnya, tingkat kemiskinan perdesaan menunjukkan penurunan secara konsisten. Pada tahun 2014 tingkat kemiskinan perdesaan sebesar 13,76 persen, sementara pada 2016 meningkat menjadi 13,96 persen. Angka ini sudah sedikit menurun dari posisi di tahun 2015 yang sempat menembus 14 persen. Sayangnya website BPS belum mempublikasikan tingkat ketimpangan yang dipecah berdasarkan konteks perdesaan dan perkotaan. Jika ada, fenomena ini mungkin bisa dipelajari dengan lebih baik. Pemetaan Masalah Sosial Sebagai bangsa yang besar, kenyataan bahwa sistem pendataan Indonesia masih belum terintegrasi, terkini, dan aktual adalah suatu ironi tersendiri. Demi mengundang investasi swasta untuk mendukung agenda percepatan pembangunan infrastruktur, berbagai data kebutuhan pembangunan infrastruktur telah dipetakan ke dalam sebuah dokumen Public Private Partnership (PPP) yang disusun oleh Bappenas. Calon investor dapat melihat dengan jelas dimana-mana saja lokasi rencana proyek-proyek infrastruktur itu akan dibangun, berapa skala proyeknya, baik dari segi nilai uangnya, dan spesifikasi teknis seperti panjang dan lebar jalan, jalan tol, rel kereta, atau kapasitas daya tampung untuk konteks proyek pelabuhan atau bandara, dan berapa lama proyeksi periode proyeknya. Pemerintah berharap ada investasi swasta yang tertarik untuk membangun berbagai infrastruktur tersebut dengan imbalan potensi pendapatan bisnis dari hak pengelolaan infrastruktur tersebut. Namun, dalam rangka memitigasi resiko sosial yang bisa diakibatkan dari pembangunan infrastruktur tersebut, sepertinya Pemerintah belum melakukan pemetaan menyeluruh mengenai berbagai permasalahan sosial yang ada di Indonesia. Saat ini memang sudah ada data tingkat kemiskinan per provinsi, tapi apakah sudah ada pemetaan menyeluruh mengenai kantung-kantung kemiskinan di Indonesia berupa titik-titik lokasi yang rinci? Jika kita ingin mempercepat penanggulangan kemiskinan layaknya kita ingin mempercepat pembangunan infrastruktur sudah adakah pemetaan detail mengenai desa, kelurahan, atau kecamatan mana perlu dijadikan sentra program penanggulangan kemiskinan? Program apa saja yang dibutuhkan? Apakah cukup pendampingan pemasaran untuk peningkatan pendapatan saja karena mayoritas penduduk miskin di titik-titik tersebut sudah memiliki bakat membuat produk-produk yang memiliki daya jual tertentu? Apakah harus sampai program pendampingan psikologi sosial karena di lokasi tersebut juga banyak terjadi kasus narkoba di kalangan anak mudanya dan kekerasan rumah tangga 3

6 di kalangan perempuannya? Atau juga perlu disertai dengan program pendampingan perbaikan nutrisi anak? Pemerintah bisa memetakan kebutuhan infrastruktur secara rinci, mengapa tidak bisa memetakan masalah sosial secara rinci pula? Secara implisit, keberadaan dokumen pemetaan seperti ini adalah wujud dari besar kecilnya keseriusan kita sebagai sebuah bangsa dalam menangani berbagai permasalahan sosial yang ada. Public Social Partnership (PSP) Layaknya keterbatasan kekuatan anggaran pemerintah untuk mengejar ketertinggalan fasilitas dan infrastruktur publik, negara kita juga memiliki keterbatasan sumber daya untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan. Tidak hanya masalah tersebut, prevalensi pemakaian narkoba juga terus meningkat, pemeliharaan menyeluruh anak-anak dan lansia terlantar yang tak kunjung terlaksana walau sudah dimandatkan oleh konstitusi, penyediaan akses terhadap layanan pendidikan dan kesehatan dasar, sampai pengelolaan sampah dan berbagai masalah lingkungan lainnya juga masih sangat banyak yang tidak tertangani. Indonesia sudah lebih dari 70 tahun merdeka, dan lihatlah betapa tertinggalnya kita dari Korea Selatan yang pada 70 tahun lalu juga baru merdeka dan miskin seperti Indonesia. Pemerintah bisa jadi kewalahan dalam menangani kekayaan masalah sosial ekonomi yang kita miliki. Di sisi lain, tidak sedikit masyarakat sipil yang sangat patriotis juga merasa kebingungan soal bagaimana 4 meningkatkan dampak sosial dari berbagai program yang telah mereka kembangkan, agar bisa direplikasi di tempat-tempat lain di Indonesia dan menolong lebih banyak orang. Mereka juga kewalahan dalam mengajak pemerintah untuk bekerjasama. Selain tidak tahu harus menjajaki kerjasama tersebut kepada siapa, juga tak jarang harus putus asa ketika orang (pegawai pemerintah) yang berhasil ditemui tidak memiliki tingkat semangat yang sama dan tidak merespon baik dalam menjajaki berbagai potensi kerjasama yang ada. Indonesia memiliki banyak patriot yang berkarya nyata di tengah masyarakat kita, namun pemerintah tidak tahu siapa mereka, di mana, dan penanganan masalah sosial apa yang menjadi keahlian mereka. Di sisi lain, mereka juga merasa ditinggalkan oleh pemerintah, walau ada sebagian pula yang tidak peduli dengan dukungan Pemerintah karena keputusan mereka untuk bertindak nyata merupakan bentuk kekecewaan kepada pemerintah yang dipandang abai dan lalai dalam merawat rakyatnya yang marginal dan mewujudkan keadilan sosial. Oleh karena itu sudah saatnya Indonesia juga mengembangkan skema kerjasama untuk mengatasi permasalahan sosial melalui skema Public Social Partnership (PSP), yaitu ragam skema kerjasama antara sektor publik (pemerintah) dengan sektor sosial untuk menangani masalahmasalah sosial tertentu. Adapun elemen dari sektor sosial adalah kelompok masyarakat maupun lembaga-lembaga formal tertentu yang tidak mengakui kepemilikan privat secara eksklusif dan tidak didorong oleh motivasi mengejar profit. Dengan demikian, sektor sosial

7 dapat berupa komunitas masyarakat, asosiasi, Perkumpulan Badan Hukum, Yayasan, Koperasi, atau Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum yang dimiliki oleh negara namun berhak mengelola pendapatan sendiri diluar dari alokasi dana APBN. Berkaitan dengan perkembangan terkini, saat ini tengah berkembang pula fenomena kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) di mana pengembangan suatu kegiatan usaha yang etis (ethical business) secara khusus dimulai untuk menawarkan solusi atau mendukung pemecahan masalah-masalah sosial tertentu. Jalur kewirausahaan sosial ini ditempuh untuk mengurangi ketergantungan organisasi terhadap donasi atau hibah untuk mendanai kegiatan-kegiatan misi sosialnya. Beberapa organisasi yang menjalankan prinsip-prinsip social enterprise ini ada juga yang memilih bentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang mengakui kepemilikan privat secara eksklusif. PT semacam ini dapat pula menjadi target peserta program PSP. Berbeda dengan PPP yang menawarkan imbal hasil bisnis dari investasi infrastruktur (return of investment), maka dalam PSP pemerintah perlu menawarkan imbal hasil berupa potensi dampak sosial, karena dampak sosial itulah yang menjadi panggilan bagi para patriot sektor sosial untuk berpikir inovatif dalam merancang program atau solusi yang sesuai. Adapun potensi dampak sosial yang dimaksud dapat diestimasi melalui jumlah masyarakat yang berpotensi terdampak seperti jumlah Rumah Tangga yang hidup di bawah garis kemiskinan, jumlah anak yang putus 5 sekolah, jumlah anak yang kurang nutrisi, jumlah mantan narapidana yang belum bisa kembali produktif di masyarakat, dan lain sebagainya. Dari hal tersebut dapat diturunkan indikator-indikator dampak sosial yang bisa dijadikan sebagai target program. Untuk konteks kemiskinan misalnya, dapat diturunkan menjadi indikator jumlah Rumah Tangga yang mengalami peningkatan pendapatan hingga di atas garis kemiskinan, rata-rata peningkatan pendapatan, jumlah rumah tangga yang berhasil mulai membangun aset (menjadi punya tabungan), rata-rata nilai kepemilikan aset, dan dalam jangka panjang bisa saja ditambahkan indikator jumlah rumah tangga peserta program yang menjadi pembayar pajak. Namun demikian perlu diketahui bahwa para patriot di sektor sosial tersebut memiliki kekuatan finansial yang berbeda-beda. Sebagian ada yang sudah menemukan model bisnis yang berhasil berjalan dan menghasilkan sumber pendanaan tetap dan besar untuk mendukung misi sosialnya, sehingga hanya membutuhkan kerjasama pemerintah untuk mendapatkan data, informasi, dukungan pemerintah lokal (misalnya berupa penyediaan tempat untuk kegiatan-kegiatan tertentu atau untuk sekretariat program, penyelenggaraan acara rembug dengan tema khusus yang mengundang berbagai stakeholders terkait di daerah, dsb). Sebagian lagi ada yang hanya memiliki rekam jejak keahlian, ketulusan semangat, dan jaringan relawan. Untuk itulah akan diperlukan beberapa skema PSP, setidaknya ke dalam dua kelompok: tanpa dukungan APBN dan dengan dukungan APBN dan/atau APBD.

8 Ada satu hal strategis dan penting untuk peningkatan kualitas kebijakan publik yang akan bisa didapatkan jika pemerintah melakukan PSP ini, yaitu basis data kinerja dampak program yang bisa digunakan untuk analisis efisiensi anggaran. Misalnya, di Desa A mitra sektor sosial diberi amanah untuk mengelola dana Rp1 miliar, dan dalam satu tahun berhasil meningkatkan pendapatan 100 orang miskin setempat dengan ratarata Rp500 ribu sehingga berhasil melewati garis kemiskinan. Artinya, dibutuhkan dana sekitar Rp10 juta/ orang untuk mengangkat seseorang keluar dari kemiskinan. Sementara di Desa B mitra sektor sosial juga diberi amanah mengelola dana Rp1 miliar tetapi bisa meningkatkan pendapatan 200 orang miskin setempat dengan rata-rata Rp50 ribu. Artinya dibutuhkan dana sekitar Rp5 juta/orang saja untuk mengangkat seseorang keluar dari kemiskinan di sana. Perbedaan di atas bisa dianalisis lebih jauh mengenai faktor-faktor yang membuat Desa B bisa lebih efisien dalam menghasilkan dampak sosial dibandingkan Desa A. Bisa saja misalnya di Desa B ada basis relawan yang banyak, sementara di Desa A tidak ada, atau Desa B kondisi awal masyarakatnya tidak separah di Desa A. Semua proses pembelajaran ini akan sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas kita dalam mengelola dana pajak titipan rakyat (APBN) dan untuk mendorong inovasi kebijakan hingga semakin hari bisa semakin tepat sasaran dan berdampak nyata. Sudah saatnya pemerintah mulai membiasakan pelaksanaan monitoring dan evaluasi dampak program, agar kinerja pemakaian anggaran tidak hanya dinilai berdasarkan indikator serapannya dan output langsungnya saja. Betapa banyak bangunan yang didirikan pemerintah dan berakhir kosong tanpa kegiatan dan akhirnya berlumut dan rusak. Betapa banyak pula pelatihan yang telah diselenggarakan namun tidak ada yang tahu perkembangan yang terjadi pada pesertanya. Catatan Apakah kita serius menjalankan amanah konstitusi untuk memelihara fakir miskin dan anakanak terlantar? Saya pikir tidak. Hal ini karena pendataan dan pemetaan detail masalah sosial saja kita tidak punya. Kalau kita serius, pasti kita akan bersinergi untuk susun hal tersebut agar kita bisa segera kembangkan berbagai skema Public Social Partnership untuk percepatan penanggulangan kemiskinan serta berbagai masalah sosial lainnya untuk mewujudkan Indonesia Raya yang sejati. Daftar Pustaka Ready for Business (RFB). Public Social Partnership - A Guide for Public Sector Procurement Agencies. Haryanti, Dewi Meisari, dkk Berani Jadi Wirausaha Sosial?. PT Bank DBS Indonesia 6

9 Menakar Daya Saing Indonesia di Mitra Dagang Utama ASEAN Pasca Setahun Penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN(MEA) Robby Alexander Sirait * ) Abstrak Mitra dagang Indonesia di kawasan ASEAN adalah Singapura dan Malaysia, dengan komoditas utamanya masih didominasi oleh komoditas minyak dan gas (migas), dengan penguasaan pasar relatif sangat besar. Mengingat migas adalah komoditas yang bersifat terbatas dan tidak dapat diperbaharui, ekspor non migas seperti produksi manufaktur (barang eletronik, bahan kimia, plastik, kertas dan olahan makanan) serta produksi protein hewani dan nabati perlu difokuskan dan diperkuat. Sejak tanggal 1 Januari 2015, kawasan ASEAN resmi memberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Diberlakukannya MEA tersebut, menandakan hilangnya pembatasan atau barriers terhadap arus barang/jasa antar negaranegara ASEAN, selain arus modal, investasi dan tenaga kerja terlatih. Artinya, masyarakat ASEAN telah memasuki sebuah era persaingan berbagai barang/jasa yang lebih ketat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tidak terkecuali Indonesia. Pertanyaannya, bagaimana posisi Indonesia pasca penerapan MEA tersebut, khususnya pada pasar mitra dagang utama di kawasan ASEAN. Tulisan ini akan sedikit mengupas posisi Indonesia setelah setahun MEA diberlakukan, yang berfokus pada posisi komoditas utama Indonesia di negara mitra dagang utama ASEAN. Singapura Dan Malaysia Patner Dagang Utama Dikawasan ASEAN, patner dagang utama Indonesia adalah Singapura *) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. alexandersirait@gmail.com 7 dan Malaysia. Kurun waktu tahun , rata-rata sebesar 39,15 persen ekspor komoditas Indonesia di pasar ASEAN diekspor ke Singapura dan 24,38 persen ke Malaysia. Dalam kurun waktu tersebut, besaran share ekspor Indonesia ke Singapura dan Malaysia mengalami penurunan (gambar 1). Gambar 1. Share Ekspor Indonesia Menurut Negara di Kawasan ASEAN (Persen) Sumber: Comtrade (2017), Diolah

10 Yang menarik adalah perkembangan share ekspor ke Filipina. Dalam kurun waktu tersebut, share ekspor Indonesia mengalami trend meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan pada tahun 2016 (setahun pasca penerapan MEA), share ekspor Indonesia ke Filipina meningkat cukup tajam yakni menjadi 15,87 persen dari 11,68 persen di tahun Data dan fakta ini mengindikasikan bahwa Filipina akan menjadi mitra dagang utama Indonesia kedepannya menggantikan Thailand, bahkan mungkin Malaysia. dominan, kinerja komoditas ini perlu diperhatikan karena pengusaan pasar sepanjang tahun terus mengalami penurunan. Pesaing yang perlu mendapat perhatian adalah Australia, Malaysia dan Qatar. Penguasaan pasar ketiga negara ini cukup besar. Dari sisi daya saing, merupakan komoditas yang memiliki daya saing. Hal ini terlihat dari angka indeks Revealed Comparative Advantage (RCA) 1 diatas 1. Akan tetapi, indeks daya saingnya mengalami penurunan di tahun 2016 dibanding Ekspor Utama ke Singapura : Minyak Komoditas utama (terbesar) lainnya Dan Gas Petroleum Serta Barang dari kelompok minyak bumi dan Elektronik batubara adalah minyak petroleum Komoditas ekspor Indonesia ke (Kode HS 2709). Akan tetapi dari Singapura terbesar adalah kelompok sisi penguasaan pasar, komoditas komoditas minyak bumi dan batubara ini hanya mampu menguasai pasar (Kode HS-27) yakni sebesar 34,26 sebesar 2,81 persen. Penguasaan persen dari total seluruh komoditas pasar yang relatif kecil ini yang diekspor ke Singapura. menunjukkan bahwa komoditas ini tidak berdaya saing di pasar Singapura Dari komoditas minyak bumi dan (indeks RCA dibawah 1). Pasar minyak batubara tersebut, gas petroleum petroleum di Singapura dikuasai oleh (Kode HS 2711) merupakan beberapa negara-negara timur tengah, komoditas terbesar yang diekspor yakni Saudi Arabia dengan penguasan dengan penguasaan pasar yang pasar sebesar 28,53 persen, United dominan yakni sebesar 69,33 Arab Emirates sebesar 26,69 persen, persen (gambar 2). Meskipun Qatar sebesar 16,13 persen dan Gambar 2. Sepertiga Ekspor Ke Singapura Adalah Kelompok Minyak Bumi dan Batubara Sumber: Comtrade (2017), Diolah 1) Revealed Comparative Advantage (RCA) yang dipopulerkan oleh Ballasa (1965) adalah indeks yang menghitung pangsa nilai ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu negara dibandingkan dengan pangsa nilai produk tersebut dalam perdagangan dunia atau pasar tertentu. Jika nilai RCA suatu produk atau komoditas diatas 1, maka produk atau komoditas tersebut memiliki keunggulan di pasar tertentu. 8

11 Kuwait sebesar 12,11 persen. Sedangkan dari ASEAN, saingannya adalah Malaysia dengan penguasaan pasar 3,30 persen. Selain kelompok minyak bumi dan batubara, komoditas ekspor utama ke Singapura adalah kelompok komoditas barang elektronik, yakni sebesar 13,51 persen dari total ekspor Indonesia ke Singapura. Dari kelompok komoditas ini, transformator elektrik, konverter statis dan induktor (Kode HS ) dan sel primer baterai primer (Kode HS 8506) adalah jenis barang yang paling banyak di ekspor. Kedua jenis barang ini memiliki penguasaan pasar yang relatif besar (gambar 3). Akan tetapi, untuk transformator elektrik, konverter statis dan induktor penguasaan pasarnya mengalami tren penurunan dalam kurun waktu Dari sisi daya saing, kedua komoditas ini memiliki daya saing di pasar Singapura. Hal ini terlihat dari angka indeks RCA diatas satu. Akan tetapi yang perlu menjadi catatan adalah indeks daya saing transformator elektrik, konverter statis dan induktor yang mengalami penurunan setahun diterapkannya MEA. tergerus, memperhatikan kinerja dan penetrasi negara pesaing perlu diperhatikan. Pesaing terbesar komoditas ini adalah China dengan penguasaan pasar 36,88 persen, USA sebesar 6,45 persen dan Jepang sebesar 4,72 persen. Sedangkan dari zona ASEAN, pesaing Indonesia adalah Malaysia dengan penguasaan pasar sebesar 12,24 persen. Untuk komoditas sel primer dan baterai primer, kondisinya sedikit berbeda. Penguasaan pasar komoditas ini dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir relatif besar dan stabil. Meskipun demikian, mengantisipasi penetrasi negara-negara pesaing tetap perlu dilakukan. Di pasar Singapura, pesaing komoditas ini adalah Jepang dengan penguasaan pasar sebesar 15,58 persen, China sebesar 14,34 persen, USA sebesar 13,39 persen dan Jerman sebesar 7,11 persen. Sedangkan dari kawasan ASEAN, pesaing utama komoditas ini adalah Malaysia dengan penguasaan pasar sebesar 7,35 persen. Ekspor Utama ke Malaysia : Batubara, Minyak Kelapa Sawit Dan Kopra Komoditas ekspor Indonesia ke Malaysia terbesar adalah kelompok komoditas minyak bumi dan batubara (Kode HS-27) yakni sebesar 35,58 persen dari total seluruh komoditas Ke depan agar indeks daya saing transformator elektrik, konverter statis dan induktor tidak terus Gambar 3. Komoditas ekspor terbesar kedua ke Singapura adalah Barang Elektronik Sumber: Comtrade (2017), Diolah 9

12 yang diekspor ke Malaysia. Dari komoditas minyak bumi dan batubara tersebut, komoditas terbesar yang diekspor adalah kokas petroleum, bitumen petroleum dan residu lainnya dari minyak petroleum (Kode HS 2713) dengan penguasaan pasar hanya sebesar 5,51 persen. Penguasaan pasar Indonesia masih tertinggal dengan Saudi Arabia yang mampu menguasai 27,48 persen pasar, Rusia sebesar 16,52 persen dan United Arab Emirates sebesar 13,14 persen. Bahkan penguasaan pasar Indonesia masih kalah dengan Vietnam yang mampu menguasai pasar sebesar 7,31 persen. Meskipun demikian, komoditas ini masih memiliki daya saing di pasar Malaysia. Hal ini terlihat dari nilai indeks RCA diatas 1. Akan tetapi, indeks daya saingnya pada tahun 2016 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Ke depan, penetrasi penguasan pasar perlu dilakukan, mengingat penerapan MEA yang sudah berjalan setahun. Selain kokas petroleum, bitumen petroleum dan residu lainnya dari minyak petroleum, komoditas terbesar dari kelompok minyak bumi dan batu bara yang diekspor ke Malaysia adalah batu bara dan bahan bakar padat dari batu bara (Kode HS 2701). Komoditas ini mampu menguasai 59,75 persen pasar Malaysia (gambar 4). Penguasaan pasar yang relatif sangat dominan ini menunjukkan bahwa komoditas ini berdaya saing di pasar Malaysia dan tahun 2016 indeks daya saingnya meningkat. Meskipun dominan, memperhatikan negaranegara pesaing tetap perlu dilakukan. Untuk komoditas ini, pesaing Indonesia adalah Australia dengan penguasaan pasar 21,95 persen dan Rusia sebesar 10 persen. Sedangkan untuk kawasan ASEAN, tidak ada pesaing yang berarti. Komoditas ekspor utama terbesar lainnya ke Malaysia adalah komoditas yang berasal dari kelompok minyak dan lemak. Share ekspor kelompok komoditas minyak dan lemak sebesar 10,76 persen dari total ekspor Indonesia ke Malaysia. Dari kelompok komoditas ini, jenis barang yang paling banyak di ekspor adalah minyak kelapa sawit dan fraksinya (Kode HS 1511). Minyak kelapa sawit Indonesia mampu menguasai 90,36 persen pasar Malaysia (gambar 5). Penguasaan yang sangat besar ini menandakan tidak ada pesaing komoditas ini, baik dari kawasan ASEAN maupun tidak. Selain kelapa sawit, barang ekspor utama dari kelompok minyak dan lemak ke Malaysia adalah minyak kelapa (kopra), kernel kelapa sawit atau babassu dan fraksinya (Kode HS Gambar 4. Sepertiga Ekspor ke Malaysia adalah Kelompok Minyak Bumi dan Batubara Sumber: Comtrade (2017), Diolah 10

13 Gambar 5. Komoditas ekspor terbesar kedua ke Malaysia adalah Minyak dan Lemak Sumber: Comtrade (2017),Diolah 1513), dengan penguasaan pasar sebesar 70,88 persen. Penguasaan pasarnya sangat dominan. Akan tetapi, penguasaan pasar komoditas ini mengalami tren menurun sejak tahun Oleh karena itu, pasokan komoditas dari Thailand perlu diperhatikan. Hal ini penting, mengingat pasokan dari Thailand cukup besar ke Malaysia, yakni sebesar 18,07 persen. Penguasaan pasar kedua jenis barang tersebut (kelapa sawit dan minyak kelapa) menunjukkan keduanya berdaya saing di pasar Malaysia. Hal ini juga terlihat dari indeks RCA kedua jenis barang diatas nilai 1. Akan tetapi, setahun penerapan MEA indeksnya mengalami penurunan. Potensi Filipina Sebagai Mitra Dagang Utama ke Depan Dengan menggunakan data perdagangan tahun , share ekspor ke Filipina terhadap total ekspor Indonesia ke negaranegara kawasan ASEAN terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, bahkan sudah mendekati share ekspor ke Thailand sebagai mitra dagang terbesar ketiga di kawasan ASEAN. Tahun 2016, share ekspor Indonesia ke Filipina sudah mencapai 15,87 persen. Angka ini meningkat tajam pasca penerapan MEA, naik hampir 5 persen. Disisi lain, share ekspor ke 11 mitra dagang utama (Singapura dan Malaysia) mengalami tren penurunan setiap tahunnya. Data dan fakta ini mengindikasikan bahwa Filipina punya potensi besar menjadi mitra dagang utama Indonesia kedepannya. Peluang ini harus dimaksimalkan, apalagi sudah tidak ada lagi tarif barrier pasca penerapan MEA. Berkaca pada potensi pasar Filipina sebagai mitra dagang utama Indonesia ke depan, memetakan kebutuhan impor pasar Filipina menjadi sangat penting. Peta kebutuhan pasar ini penting agar Indonesia mampu memasarkan dan menyuplai komoditas sesuai dengan kebutuhan pasar Filipina. Berdasarkan data impor tahun 2016, komoditas terbesar impor Filipina adalah kelompok komoditas barang elektronik (Kode HS - 85) sebesar 27,32 persen. Komoditas ekspor terbesar lainnya adalah batubara dan minyak bumi (Kode HS 27) sebesar 11,84 persen, Mesin (Kode HS 84) sebesar 11,39 persen dan Mobil (Kode HS 87) sebesar 6,92 persen. Disisi lain, tiga kelompok komoditas ekspor utama Indonesia juga sama dengan komoditas utama yang di impor oleh Filipina, yakni kelompok minyak bumi dan batubara, barang elektronik dan kelompok mobil/ kendaraan bermotor. Kesamaan ini dapat dijadikan data awal dalam

14 memaksimalkan potensi pasar Filipina sebagai mitra dagang utama ke depan. Artinya, ketiga kelompok komoditas inilah yang dapat diutamakan untuk melakukan penetrasi ke pasar Filipina Dari kelompok barang elektronik, komoditas yang berpeluang menyasar pasar Filipina adalah kabel, kawat diisolasi, dan konduktor listrik diisolasi lainnya, monitor dan proyektor serta sel primer dan baterai primer. Pertimbangan memilih ketiga jenis barang ini adalah kebutuhan impor barang ini relatif besar dan barang ini merupakan barang utama ekspor Indonesia dari kelompok barang elektronik. Untuk kelompok barang minyak bumi dan batubara, komoditas yang disasar di pasar Filipina adalah gas petroleum dan gas hidrokarbon lainnya. Pertimbangannya adalah kebutuhan komoditas ini cukup besar dan Indonesia sama sekali tidak mengekspor komoditas ini ke Filipina. Padahal, komoditas ini merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia terbesar. Komoditas lainnya adalah minyak petroleum dan minyak yang diperoleh dari mineral mengandung bitumen. Pertimbangannya adalah hanya ada 3 importir yang memasok komoditas ini ke Filipina yakni Malaysia, Rusia dan Indonesia, dimana Indonesia paling rendah. Padahal komoditas ini merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia dari kelompok minyak bumi dan batubara. Sedangkan dari kelompok mobil atau kendaraan bermotor, komoditas yang dapat disasar adalah bagian dan aksesori sepeda motor, sepeda roda dua, sepeda lainnya dan kendaraan untuk orang cacat. Kebutuhan akan jenis barang ini relatif cukup besar di pasar Filipina dan total ekspor Indonesia atas jenis barang ini ke seluruh dunia melebihi kebutuhan impor Filipina. Daftar Pustaka Siggel, Eckhard. (2007). The Many Dimensions of Competitiveness. CESifo Venice Summer Institute. Shohibul, Ana. (2013). Revealed Comparative Advantage Measure: ASEAN-China. Journal of Economics and Sustainable Development. Vol.4, No.7, hlm

15 Rekomendasi Berkaca dari kinerja ekspor Indonesia ke Singapura dan Malaysia sebagai mitra dagang utama di kawasan ASEAN dan Filipina yang berpotensi menjadi mitra dagang utama ke depannya, ada beberapa catatan yang perlu menjadi perhatian. Pertama, penguasaan pasar gas petroleum di Singapura yang mengalami penurunan setiap tahunnya harus menjadi perhatian. Hal ini penting, mengingat kebutuhan gas petroleum relatif cukup besar di pasar Singapura. Kedua, mendorong kinerja ekspor transformator elektrik, konverter statis dan induktor ke Singapura perlu menjadi fokus, mengingat penguasaan pasar komoditas ini mengalami penurunan tahun ke tahun sejak tahun Padahal, kebutuhan komoditas ini relatif besar di pasar Singapura. Ketiga, komoditas utama ke Singapura dan Malaysia sebagai mitra dagang utama di kawasan ASEAN serta Filipina masih sangat didominasi oleh komoditas-komoditas yang bersumber dari perut bumi (migas). Di sisi lain, kapasitas produksi komoditas-komoditas tersebut akan semakin habis dan terbatas ke depannya. Oleh karena itu, proses pengalihan orientasi ekspor ke komoditas-komoditas non migas, seperti plastik, optik, komponen barang elektronik dan hasil industri bahan kimia untuk pasar Singapura dan Malaysia. Sedangkan untuk pasar Filipina adalah komoditas protein hewani (daging dan susu), hasil industri olahan makanan, hasil industri bahan kimia, serealia dan kertas. Terakhir, Filipina sangat berpotensi menjadi mitra dagang utama Indonesia kedepannya di kawasan ASEAN. Oleh karena itu, melakukan penetrasi pasar perlu dilakukan, dengan mempertimbangkan kesesuain kebutuhan impor Filipina dengan komoditas ekspor unggulan Indonesia. 13

16 Buletin APBN Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI Telp , Fax

Sumber: Comtrade (2017), diolah. Analis APBN di Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI.

Sumber: Comtrade (2017), diolah. Analis APBN di Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI. MENAKAR DAYA SAING KOMODITAS UTAMA INDONESIA DI MITRA DAGANG UTAMA ASEAN SETAHUN PASCA PENERAPAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Robby Alexander Sirait 1 Abstrak: Mitra dagang Indonesia di kawasan ASEAN

Lebih terperinci

Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia

Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia Robby Alexander Sirait 1 ) Per September 2016, ekspor hasil Dibandingkan tahun 2012, porsi nilai ekspor perikanan Indonesia mencapai krustasea terhadap

Lebih terperinci

Isu dan Masalah Keuangan Negara

Isu dan Masalah Keuangan Negara PUSAT KAJIAN ANGGARAN BADAN KEAHLIAN DPR RI ISSN 2541-5557 Isu dan Masalah Keuangan Negara Vol. 2, No. 2, 2017 Analisis Daya Saing Kopi Indonesia Di Pasar ASEAN Paska Setahun Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

Jurnal Budget. Vol. 2, No. 1, Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI ISSN

Jurnal Budget. Vol. 2, No. 1, Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI ISSN Jurnal Budget Vol. 2, No. 1, 2017 ISSN 2541-5557 Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI Halaman ini sengaja dikosongkan ii PENGANTAR REDAKSI Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Jurnal Ilmiah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017 No. 16/03/36/Th. XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 TURUN 3,84 PERSEN MENJADI US$904,45 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 3,84

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016 No. 08/02/36/Th.XI, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER TURUN 0,08 PERSEN MENJADI US$940,56 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 0,08 persen

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 06/02/31/Th. XVI, 3 Februari 2014 NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN DESEMBER 2013 MENCAPAI 953,15 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas

Lebih terperinci

Permasalahan Sektor Perikanan Tangkap dan Kesejahteraan Nelayan

Permasalahan Sektor Perikanan Tangkap dan Kesejahteraan Nelayan Edisi 23, Vol. I. Desember 2016 Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia Permasalahan Sektor Perikanan Tangkap dan Kesejahteraan Nelayan p. 07 p. 02 Buletin APBN Pusat Kajian Anggaran Badan

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/05/31/Th. XVII, 4 Mei EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN MARET MENCAPAI 1.119,04 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Laju pertumbuhan Produk domestik bruto (PDB) Saudi Arabia selama kuartal kedua tahun 2015

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 14/03/31/Th. XV, 1 Maret 2013 EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 02/01/31/Th.XVI, 2 Januari 2014 NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN NOVEMBER 2013 MENCAPAI 921,44 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 16/04/31/Th. XIX, 3 April NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI NAIK 9,70 PERSEN DIBANDINGKAN BULAN SEBELUMNYA Nilai ekspor melalui DKI

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2015 No.08/02/36/Th. X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER NAIK 0,11 PERSEN MENJADI US$733,66 JUTA Nilai ekspor Banten pada naik 0,11 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI 2017 No. 52/09/36/Th.XI, 4 September PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI NAIK 29,23 PERSEN MENJADI US$990,19 JUTA Nilai ekspor Banten naik 29,23 persen dibanding ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Desember 2014, neraca perdagangan Thailand

Lebih terperinci

2. Ekspor Produk DKI Jakarta

2. Ekspor Produk DKI Jakarta BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 28/06/31/Th. XVII, 1 Juni EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN APRIL MENCAPAI 1.022,66 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2016 No. 15/03/36/Th.X, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2016 TURUN 6,81 PERSEN MENJADI US$683,74 JUTA Nilai ekspor Banten pada 2016 turun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 No. 19/05/36/Th.VIII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2014 NAIK 0,99 PERSEN MENJADI US$802,39 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret 2014 naik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017 No. 38/07/36/Th.XI, 3 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI NAIK 9,95 PERSEN MENJADI US$1.001,75 JUTA Nilai ekspor Banten naik 9,95 persen dibanding ekspor April,

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014 No. 36/08/36/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2014 NAIK 2,68 PERSEN MENJADI US$904,57 JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014 naik 2,68

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017 No. 24/05/36/Th.XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 9,30 PERSEN MENJADI US$995,96 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 9,30 persen dibanding

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Akhir-akhir ini di berbagai media ramai dibicarakan bahwa â œindonesia sedang mengalami krisis energiâ atau â œindonesia sedang

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2016 No. 61/11/36/Th.X, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,17 PERSEN MENJADI US$729,59 JUTA Nilai ekspor Banten pada September turun 5,17

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pupuk urea termasuk dalam lapangan usaha sektor industri pengolahan non migas. Pada tahun 2014 industri pengolahan non migas memberikan kontribusi sebesar 21 % pada

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Abstrak Dalam kurun waktu tahun 2009-2014, rata-rata alokasi belanja non mandatory spending terhadap total belanja negara sebesar 43,7% dan dari alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TIMUR APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TIMUR APRIL 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 39/6/64/Th. XVIII, 01 Juni 2015 A. EKSPOR PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TIMUR APRIL 2015 APRIL 2015 *) : EKSPOR US$ 1,54 MILIAR, IMPOR US$ 0,42 MILIAR DAN NERACA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 2011

RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 2011 RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 20 DIREKTORAT PERDAGANGAN, INVESTASI DAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 20 Perkembangan Ekspor Nilai ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER 2012 MENCAPAI 1.052,95 JUTA DOLLAR AMERIKA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER 2012 MENCAPAI 1.052,95 JUTA DOLLAR AMERIKA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 53/12/31/Th. XIV, 3 Desember 2012 EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER 2012 MENCAPAI 1.052,95 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI 2016 No. 21/04/36/Th. X, 1 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI TURUN 2,06 PERSEN MENJADI US$669,68 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 2,06 persen dibanding

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Maret 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk merencanakan dan melaksanakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014 No. 26/06/36/Th. VIII, 2 Juni 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2014 NAIK 8,46 PERSEN MENJADI US$870,12JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014 naik 8,46

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2014 No. 06/02/36/Th.IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2014 NAIK 11,44 PERSEN MENJADI US$888,21 JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016 No. 03/01/36/Th.XI, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER NAIK 20,01 PERSEN MENJADI US$941,27JUTA Nilai ekspor Banten pada naik 20,01 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai emerging country, perekonomian Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh tinggi. Dalam laporannya, McKinsey memperkirakan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR JULI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR JULI 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 74/9/64/Th. XIX, 1 September 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR JULI 2016 JULI 2016 *) : EKSPOR US$ 1,08 MILIAR, IMPOR US$ 0,27 MILIAR DAN NERACA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017 No. 44/08/36/Th.XI, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI TURUN 23,51 PERSEN MENJADI US$766,22 JUTA Nilai ekspor Banten turun 23,51 persen dibanding ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan penting terhadap pembangunan perekonomian suatu negara. Struktur perekonomian suatu negara

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 34/08/31/Th. XVII, 3 Agustus EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JUNI MENCAPAI 1.119,04 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M Kementerian Perdagangan 17 Oktober 2015 1 Neraca perdagangan Oktober 2015 kembali surplus Neraca

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak

Lebih terperinci

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi Diskusi Dwi Bulanan INDEF Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi Selasa, 20 Mei 2014 INDEF 1 Diskusi Dwi Bulanan INDEF Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 10/03/31/Th.XIII, 1 Maret 2011 NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN DESEMBER SEBESAR 838,64 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2016

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., April 2007 No. 31/06/16/Th.XVIII, 1 Juni No. 35/07/16/Th.XVIII, 1 Juli PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 36/11/31/Th.XII, 1 November EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS SEBESAR 731,61 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan

Lebih terperinci

BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN?

BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN? LAPORAN KEMAJUAN January 2015 BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN? Pengukuran Kemajuan yang Obyektif Terhadap Sasaran Pertumbuhan Ekonomi 10% dan Penciptaan 4 Juta Pekerjaan Layak Setiap

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Thn. XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER SEBESAR US$723,68 JUTA Nilai

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 26/07/31/Th.XIII, 1 Juli 2011 NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN APRIL 2011 SEBESAR 822,45 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas melalui

Lebih terperinci