PENDUGAAN UMUR SIMPAN DENGAN METODE ACCELERATED SHELF-LIFE TESTING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDUGAAN UMUR SIMPAN DENGAN METODE ACCELERATED SHELF-LIFE TESTING"

Transkripsi

1 PENDUGAAN UMUR SIMPAN DENGAN METODE ACCELERATED SHELF-LIFE TESTING (ASLT) PADA PRODUK BANDREK INSTAN DAN SIRUP BUAH PALA (Myristica fragrans Houtt) DI DESA SINARSARI DAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR GHESI WURI ARYANI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Umur Simpan dengan Metode Accelerated Shelf-Life Testing (ASLT) pada Produk Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) di Desa Sinarsari dan Dramaga Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Ghesi Wuri Aryani NIM F

4 ABSTRAK GHESI WURI ARYANI. Pendugaan Umur Simpan dengan Metode Accelerated Shelf-Life Testing (ASLT) pada Produk Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) di Desa Sinarsari dan Dramaga Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DIDAH NUR FARIDAH. Indonesia merupakan produsen utama rempah-rempah di dunia. Minuman tradisional dapat dibuat dari rempah-rempah, begitu pula dengan minuman serbuk instan. Kewajiban untuk menempatkan tanggal kedaluwarsa pada label makanan diatur dalam UU Pangan no. 7/1996 dan Peraturan Pemerintah no. 69/1999 tentang Pelabelan dan Iklan Pangan. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi umur simpan bandrek yang diproduksi di Desa Sinarsari dan sirup buah pala yang diproduksi di Desa Dramaga Bogor serta mempelajari karakteristik kimia dan mikrobiologis kedua produk. Pendugaan umur simpan bandrek instan dan sirup pala didasarkan pada metode Accelerated Shelf-Life Testing (ASLT). Bandrek instan akan kadaluarsa setelah 341 hari bila disimpan pada RH 80% dengan suhu 30 o C dan sirup pala akan kadaluarsa setelah hari bila disimpan pada suhu 30 o C. Kapasitas antioksidan minuman bandrek instan adalah mg/l AEAC dan minuman sirup pala adalah mg/l AEAC per sajian. Kata kunci: ASLT, umur simpan, bandrek, pala, sirup, minuman tradisional ABSTRACT GHESI WURI ARYANI. Shelf-Life Estimation by Method Of Accelerated Shelf- Life Testing (ASLT) of Instant Bandrek and Nutmeg (Myristica fragrans Houtt) Syrup in Desa Sinarsari and Dramaga Kabupaten Bogor. Supervised by DIDAH NUR FARIDAH. Indonesia is a major producer of spices in the world. Traditional beverage can be made from the spices, as well as instant powder drinks. Obligation to put the expiration date on the food label is mentioned in the Food Act no. 7/1996 and Government Regulation no. 69/1999 on Food Labelling and Advertising. This research aims to predict the shelf-life of instant bandrek produced in Desa Sinarsari and nutmeg syrup produced in Desa Dramaga Bogor and to study the chemical and microbiology characteristic of both products. Shelf-life estimation of instant bandrek and nutmeg syrup was based on the method of Accelerated Shelf-Life Testing (ASLT). Instant bandrek will expire after 341 days when stored at 80% RH with temperature at 30 0 C while nutmeg syrup will expire after days when stored at 30 0 C. The antioxidant capacity of instant bandrek is mg/l AEAC and for nutmeg syrup is mg/l AEAC per serving. Keywords : ASLT, shelf- life, bandrek, nutmeg, syrup, traditional beverage

5 PENDUGAAN UMUR SIMPAN DENGAN METODE ACCELERATED SHELF-LIFE TESTING (ASLT) PADA PRODUK BANDREK INSTAN DAN SIRUP BUAH PALA (Myristica fragrans Houtt) DI DESA SINARSARI DAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR GHESI WURI ARYANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi: Pendugaan Umur Simpan dengan Metode Accelerated Shelf-Life Testing (ASL T) pada Produk: Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala (Myristicafragrans Houtt) di Desa Sinarsari dan Dramaga Kabupaten Bogor Nama : Ghesi Wuri Aryani NIM : F Disetujui oleh Dr. Ir. Didah Nur Faridah, M.Si Pembimbing Diketahui oleh Tanggal Lulus: 2 3 AUG 2013

8 Judul Skripsi : Pendugaan Umur Simpan dengan Metode Accelerated Shelf-Life Testing (ASLT) pada Produk Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) di Desa Sinarsari dan Dramaga Kabupaten Bogor Nama : Ghesi Wuri Aryani NIM : F Disetujui oleh Dr. Ir. Didah Nur Faridah, M.Si Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini ialah pendugaan umur simpan, dengan judul Pendugaan Umur Simpan dengan Metode Accelerated Shelf-Life Testing (ASLT) pada Produk Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) di Desa Sinarsari dan Dramaga. Selesainya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin berterima kasih sebesar besarnya pada: 1. Mama Haryani Setianingsih, Papa Guntur Parulian Simanjuntak, Abang Gharta, Adik Gharnis, dan Mbah Suti yang tidak henti hentinya memberikan do a, kasih sayang, dukungan, nasehat, dan motivasi 2. Ibu Dr. Ir. Didah Nur Faridah, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu menyediakan waktu di tengah-tengah kesibukannya memberikan saran, arahan, dan bimbingan penelitian serta pelajaran hidup kepada penulis 3. DIKTI melalui program Pengabdian kepada Masyarakat yang telah memberikan bantuan dana untuk menjalankan penelitian tugas akhir 4. Prof. Dr. Ir. Sedarnawati Yasni, M.Agr dan Dr. Nugraha Edhi Suyatma, STP, DEA selaku penguji sidang. Terima kasih atas kesediaan waktu dan saran saran membangun yang telah diberikan 5. Bapak Yudi selaku produsen Bandrek Instan dan Ibu Alwi selaku produsen Sirup Buah Pala, terima kasih atas kerja sama dan pengalaman yang telah diberikan 6. Mbak Yane yang telah menyempatkan waktu untuk memberikan banyak bimbingan mengenai umur simpan 7. Bu Antin, Mbak Vera, Pak Yahya, Pak Sobirin, Mbak Ari, Pak Rojak, Mbak Nurul, Bu Rubiah, Mas Edi, Pak Taufik, Pak Adi, Pak Gatot, dan teknisi lainnya. Terima kasih atas bantuan, bimbingan, masukkan, dan nasehat yang diberikan selama di laboratorium 8. Sahabat sahabat tersayang selama kuliah yang selalu memberikan semangat: Aktri s, Aca, Mila, Idil, Ayash, dan Hayyu 9. Teman teman sebimbingan dan seperjuangan dalam penelitian ini: Ivo, Olga, Cici, dan Ali 10. Teman teman ITP 46. Terima kasih atas kebersamaan, motivasi, dan kuliah selama tiga tahun 11. Seluruh rekan yang telah bersedia menjadi panelis terlatih 12. Seluruh pegawai Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan atas bantuan yang telah diberikan; terutama Bu Novi, Mbak Maya, dan Bu Anie Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini sangat jauh dari sempurna. Namun, penulis berharap tulisan ini akan bermanfaat terutama terhadap perkembangan Ilmu dan Teknologi Pangan. Terima kasih. Bogor, Agustus 2013 Ghesi Wuri Aryani

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN vi vi vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE 2 Bahan 2 Alat 2 Metode Penelitian 2 Analisis Data 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Pendugaan Umur Simpan 9 Karakteristik Produk 22 SIMPULAN DAN SARAN 26 Simpulan 26 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 26 LAMPIRAN 30 RIWAYAT HIDUP 57

11 DAFTAR TABEL 1. Nilai Kelembaban Relatif Larutan Garam Jenuh pada Suhu 30 o C 2. Kadar Air Kesetimbangan (Me) Produk Bandrek Instan pada Beberapa RH penyimpanan 3. Persamaan Kurva Sorpsi Isotermis Bandrek Instan 4. Perhitungan Umur Simpan Bandrek Instan Model GAB 5. Perhitungan Umur Simpan Bandrek Instan dengan Tiga RH Penyimpanan 6. Ordo Reaksi Atribut Warna Sirup Buah Pala 7. Nilai k dan ln k Atribut Warna pada Tiga Suhu Penyimpanan 8. Nilai R 2 dan Ea Berdasarkan Atribut Warna 9. Nilai Awal dan Nilai Kritis Atribut Mutu Sirup Buah Pala 10. Umur Simpan Sirup Buah Pala berdasarkan Atribut Warna pada Berbagai Suhu Penyimpanan 11. Nilai ph Sirup Buah Pala 12. Nilai Brix Sirup Buah Pala pada Berbagai Macam Suhu dan Waktu Penyimpanan 13. Nilai Awal dan Nilai Kritis Atribut Mutu Sirup Buah Pala 14. Ordo Reaksi Atribut Mutu Sirup Buah Pala 15. Nilai k dan ln k Atribut Mutu Sirup Buah Pala pada Tiga Suhu Penyimpanan 16. Nilai R 2 dan Ea Berdasarkan Atribut Mutu 17. Umur Simpan Sirup Buah Pala berdasarkan Atribut Mutu Warna pada Berbagai Suhu 18. Perbandingan Umur Simpan Produk Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala dengan beberapa Produk Sejenis 19. Perbandingan Nilai Proksimat Bandrek Instan dengan SNI 20. Nilai Proksimat Sirup Buah Pala 21. Perbandingan Hasil Uji Mikrobial Bandrek Instan dengan SNI 22. Perbandingan Hasil Uji Mikrobial Sirup Buah Pala dengan SNI 23. Perhitungan Kapasitas Antioksidan dan Total Fenol Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala 24. Perbandingan Kapasitas Antioksidan Minuman Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala dengan Beberapa Produk Sejenis 25. Perbandingan Total Fenol Minuman Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala dengan Beberapa Produk Sejenis DAFTAR GAMBAR 1. Kurva Sorpsi Isotermis Bandrek Instan 2. Kurva Sorpsi Isotermis Bandrek Instan Model GAB 3. Kurva Sorpsi Isotermis Bandrek Instan dengan Tiga RH Penyimpanan 4. Perubahan Warna Sirup Buah Pala pada Penyimpanan Suhu 35 o C selama 35 hari 5. Perubahan Warna Sirup Buah Pala pada Penyimpanan Suhu 45 o C selama 28 hari

12 6. Perubahan Warna Sirup Buah Pala pada Penyimpanan Suhu 55 o C selama 28 hari 7. Grafik hubungan ln k Atribut Warna L dengan suhu (1/T) Ordo Nol 8. Grafik hubungan ln k Atribut Warna L dengan suhu (1/T) Ordo Satu 9. Grafik hubungan ln k Atribut Warna dengan suhu (1/T) Ordo Nol 10. Grafik hubungan ln k Atribut Warna dengan suhu (1/T) Ordo Satu DAFTAR LAMPIRAN 1 Metode Analisis Kapasitas Antioksidan, Total Fenol, Uji Mikroba 2 Rekapitulasi Data Organoleptik Titik Kritis Bandrek Instan 3 a. Scoresheet Uji Organoleptik Bandrek Instan b. Scoresheet Uji Organoleptik Sirup Buah Pala 4 Modifikasi persamaan dan contoh perhitungan mencari nilai konstanta persamaan isotermis 5 Hasil Pengukuran Nilai L a b Sirup Buah Pala 6 Grafik Arrhenius parameter warna Hunter a dan b 7 Data hasil pengukuran nilai ph sirup buah pala selama pengujian 8 Rekapitulasi Data Uji Organoleptik Sirup Buah Pala 9 Persamaan grafik penurunan mutu atribut organoleptik sirup buah pala 10 Grafik Arrhenius atribut mutu organoleptik 11 Data Kapasitas Antioksidan Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala 12 Data Total Fenol Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala 13 Hasil Independent Sampel t-test Kapasitas Antioksidan Minuman Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala 14 Hasil Independent Sampel t-test Total Fenol Minuman Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala 15 Contoh Perhitungan Umur Simpan Sirup Buah Pala

13

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan Indonesia merupakan salah satu ekosistem dengan kekayaan spesies terbesar di dunia dengan kurang lebih spesies tanaman (Abdullah et al. 2010). Rempah rempah yang termasuk bagian dari spesies tanaman tersebut, tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Rempah - rempah Indonesia telah dikenal dunia dengan mutu yang sangat tinggi dan cita rasanya yang tidak dapat digantikan dengan rempah dari negara lain, seperti lada hitam Lampung (Lampung Black Pepper), lada putih Bangka (Muntok White Pepper), kayu manis Kerinci, vanili Bali, pala, cengkeh dan jahe (Anonim 2011). Salah satu pemanfaatan rempah rempah di Indonesia adalah sebagai bahan baku minuman tradisional yang berfungsi sebagai minuman penyegar dan juga sebagai minuman yang memiliki aspek fungsional bagi kesehatan dengan adanya komponen antioksidan. Tidak kurang dari 30 jenis rempah-rempah menunjukkan aktivitas antioksidan, terutama fenolik (Kochar dan Rossell, 1995). Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, derivat asam sinamal, kumarin, tokoferol, dan asam organik polifungsional (Pratt dan Hudson 1992). Minuman tradisional kini telah banyak diproduksi dalam bentuk instan. Hal ini dikarenakan tuntutan dari perkembangan jaman yang membuat masyarakat menginginkan segala hal yang bersifat praktis. Salah satu minuman tradisional berbentuk instan adalah bandrek instan yang diyakini memiliki sifat antioksidan karena terbuat dari berbagai macam rempah rempah seperti jahe, kapulaga, kayu manis, cabe jawa, lada hitam, dan juga pala. Posdaya Mekarsari merupakan salah satu produsen bandrek instan yang terletak di Desa Sinarsari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Minuman berbahan baku rempah lainnya adalah sirup yang terbuat dari buah pala. Posdaya Baraya merupakan salah satu produsen sirup buah pala yang terletak di Desa Dramaga Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Produsen bandrek instan dan sirup buah pala tersebut masih menggunakan metode konvensional untuk menentukan umur simpan kedua produk. Oleh karena itu penelitian ini penting untuk dilakukan karena menurut Arpah (2001), pendugaan umur simpan dapat dilakukan dengan menggunakan metode percepatan (Accelerated Shelf Life Testing). Pendugaan umur simpan produk bandrek instan dan sirup buah pala wajib dilakukan karena menurut Undangundang Pangan No. 7/1996 serta Peraturan Pemerintah No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan, produsen wajib mencantumkan tanggal kadaluarsa (expired date) pada kemasan produk. Pencantuman waktu kadaluarsa akan memberikan informasi kepada konsumen tentang batas waktu konsumsi suatu makanan, hal ini juga dapat memberikan informasi kepada distributor atau penjual agar dapat mengatur stok barang, dan dapat membantu dalam pengawasan mutu produk bagi pihak produsen (Wiguna 2011).

15 2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah 1) menentukan umur simpan produk bandrek instan yang diproduksi oleh Posdaya Mekarsari di Desa Sinarsari dan sirup buah pala yang diproduksi oleh Posdaya Baraya di Desa Dramaga Bogor dan 2) menentukan karakteristik kimia kedua produk yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, kapasitas antioksidan, dan total fenol serta menentukan karakteristik mikrobiologis. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai umur simpan dan karakteristik kimia serta karakteristik mikrobiologis produk bandrek instan yang diproduksi oleh Posdaya Mekarsari di Desa Sinarsari dan sirup buah pala yang diproduksi oleh Posdaya Baraya di Desa Dramaga Bogor. METODE Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bandrek instan dalam kemasan flexible aluminized film yang diproduksi oleh Posdaya Mekarsari di Desa Sinarsari dan sirup buah pala dalam kemasan botol PP yang diproduksi oleh Posdaya Baraya di Desa Dramaga Bogor. Bahan pendukung yang digunakan untuk analisis umur simpan adalah air aquades; beberapa garam seperti: NaBr, KCl, NaCl, KNO 3, KI, dan MgCl 2 ; bahan analisis kapasitas antioksidan seperti: buffer asam asetat, metanol, dan DPPH; bahan analisis total fenol seperti: etanol, Na 2 CO 3, dan Folin Ciocalteau; bahan analisis proksimat seperti: heksana, H 2 SO 4 pekat, HgO, K 2 SO 4, Larutan 60% NaOH-5% Na 2 S 2 O 3.5H 2 O, H 2 BO 3, HCl 0.02 N, indikator MRMB, dan indikator PP; serta bahan untuk analisis mikroba seperti: Plate Count Agar, Potato Dextrose Agar, Lactose Broth, Eosine Methylene Bue Agar, dan beberapa bahan lain yang tercantum dalam Lampiran 1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam pengujian umur simpan produk bandrek instan dan sirup buah pala tersebut adalah inkubator suhu 35 o C, 45 o C, dan 55 o C, cawan, oven vakum, penjepit, desikator, dan timbangan analitik. Sedangkan alat alat untuk keperluan analisis tambahan adalah alat destilasi, alat ekstraksi Soxhlet, tanur, spektrofotometer, inkubator, chromameter, refraktometer, ph meter, dan alat - alat gelas yang dibutuhkan. Metode Penelitian Penelitian ini terbagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pembuatan bandrek instan dan sirup buah pala yang dilanjutkan dengan tahap pendugaan umur simpan serta tahap penentuan karakteristik sifat kimia dan mikrobiologis kedua produk.

16 Proses Produksi Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala Bandrek instan produksi Posdaya Mekarsari di Desa Sinarsari Bogor dibuat dari rempah rempah dalam bentuk bubuk seperti cabe Jawa, lada hitam, kapulaga, buah pala, cengkeh, dan kayu manis yang dimasak dengan air hingga mendidih. Larutan rempah rempah kemudian dicampur dengan gula pasir dan sari jahe merah segar. Setelah mendidih kembali, gula aren ditambahkan ke dalam larutan campuran yang kemudian diaduk hingga kering. Bubuk bandrek kemudian dikemas dalam kemasan flexible aluminized film dan siap untuk didistribusikan atau dikonsumsi. Sirup buah pala produksi Posdaya Baraya di Desa Dramaga Bogor berbahan baku buah pala (Myristica fragrans Houtt) yang diperoleh dari Desa Sukaweuning dan Desa Suka Damai Bogor. Proses produksi dimulai dengan menyortir dan membersihkan buah pala yang kemudian akan direbus sampai mendidih. Setelah mendidih, dilakukan pengepresan buah pala sampai mendapatkan sari buah pala yang selanjutnya akan direbus tiga puluh menit bersama larutan gula yang telah dipanaskan selama dua jam. Setelah suhu turun mencapai o C, sirup dituang ke dalam kemasan botol PP yang kemudian akan dipasteurisasi 80 o C selama menit dan didinginkan dalam air bersuhu ruang. Sirup buah pala siap untuk didistribusikan dan dikonsumsi. Pendugaan Umur Simpan Metode pendugaan umur simpan dapat dilakukan dengan metode Accelerated Shelf-life Testing (ASLT), yaitu dengan cara menyimpan produk pangan pada lingkungan yang menyebabkannya cepat rusak, baik pada kondisi suhu atau kelembaban ruang penyimpanan yang lebih tinggi. Data perubahan mutu selama penyimpanan diubah dalam bentuk model matematika, kemudian umur simpan ditentukan dengan cara ekstrapolasi persamaan pada kondisi penyimpanan normal (Kusnandar 2011). Metode ASLT yang sering digunakan adalah model Arrhenius dan model kadar air kritis. A. Pendugaan Umur Simpan Bandrek Instan Bandrek instan merupakan produk pangan kering yang bersifat sensitif terhadap perubahan kadar air sekitarnya. Oleh karena itu stabilitas produk pangan kering ditentukan oleh dua faktor utama, yakni: kelembaban relatif kesetimbangan / aktivitas air (a w ) tempat penyimpanan dan kadar air kesetimbangan bahan pangan (M e ) (Widowati et al. 2010). Pendugaan umur simpan produk bandrek dilakukan berdasarkan model kadar air kritis dengan metode pendekatan kurva sorpsi isotermis. Umur simpan berdasarkan pendekatan kurva sorpsi isotermis dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Labuza (1982) : ln θ = (Me Mi ) (Me Mc ) k A Po Keterangan: Θ = Waktu perkiraan umur simpan (hari) M e = Kadar air keseimbangan produk (g H 2 O/g padatan) M i = Kadar air awal produk (g H 2 O/g padatan) b = Slove kurva sorpsi isotermis M c = Kadar air kritis (g H 2 O/g padatan) x Ws b 3

17 4 k = Permeabilitas uap air kemasan (g/m 2.hari.mmHg) x A = Luas permukaan kemasan (m 2 ) Ws = Berat kering produk dalam kemasan (g padatan) P o = tekanan uap jenuh (mmhg) Berikut adalah tahapan tahapan dalam pendugaan umur simpan bandrek instan: 1. Pengukuran Kadar Air Awal (Moisture Initial, M i ) Cawan bersih kosong dikeringkan dalam oven bersuhu kurang lebih 105 o C selama satu jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama kurang lebih 15 menit dan ditimbang (W 1 ). Sejumlah 2 gram sampel (W 2 ) dalam cawan dimasukkan dalam oven vakum bersuhu 70 o C 25 mmhg selama 5 jam sampai mencapai berat konstan. Cawan yang berisi sampel didinginkan dalam desikator lalu ditimbang (W 3 ). Kadar air awal dihitung dengan rumus: W 2 W 3 W 1 gh 2 O KA M i = W 3 W 1 gsolid 2. Pengukuran Kadar Air Kritis (Moisture Critical, M c ) Kadar air kritis adalah kadar air yang secara organoleptik sudah tidak dapat diterima oleh konsumen (Syarief dan Halid, 1993). Kadar air kritis ditentukan dengan cara menyimpan produk di dalam desikator yang memiliki kelembaban tinggi (suhu ruang, RH 75.3%). Penyimpanan sampel dilakukan setiap 12 jam selama 48 jam. Kemudian secara bersamaan kontrol dan sampel yang telah mengalami penyimpanan dalam desikator dengan waktu yang berbeda-beda disajikan kepada panelis agar dapat ditentukan mutu kritisnya. Parameter mutu yang diujikan terhadap sampel adalah parameter appearance (warna, flowability, caking) dan citarasa (aroma). Data organoleptik dianalisis menggunakan ANOVA dengan uji lanjutan Dunnett (Setyaningsih et al. 2010). Hal ini dikarenakan produk bandrek instan ini tidak mengalami perubahan visual yang tampak terhadap perubahan kadar airnya. Salah satu dari kedua parameter appearance dan citarasa, diambil yang terlebih dahulu mengalami perubahan signifikan sebagai penentu titik kritis. Titik kritis diambil dari sampel yang memiliki karakter appearance dan citarasa yang berbeda nyata dari kontrol. Panelis yang digunakan untuk penetapan kadar air kritis ini adalah panelis terlatih yang harus memahami karakteristik produk, parameter kerusakan mutu dan cara penilaiannnya (Setyaningsih et al. 2010) yang berjumlah sepuluh orang. Setelah ditetapkan batas penolakan, dilakukan analisis kadar air kritis sampel yang dinyatakan dalam bobot kering. 3. Penentuan Kurva Sorpsi Isotermis Penetapan kurva isotherm sorpsi air dilakukan menggunakan enam larutan garam jenuh, meskipun demikian penggunaan empat atau lima larutan garam jenuh juga dapat menghasilkan kurva yang cukup baik bilamana interval nilai a w -nya tidak terlalu berimpit (Spies dan Wolf 1987). Garam yang digunakan adalah MgCl 2, NaBr, KI, NaCl, KCl, dan KNO 3 yang memberikan RH lingkungan % (Tabel 1).

18 5 Tabel 1. Nilai Kelembaban Relatif Larutan Garam Jenuh pada Suhu 30 o C Garam RH (%) MgCl NaBr 56 KI 68.8 NaCl 75.3 KCl 83.6 KNO Sumber: Bell and Labuza 2000 Sejumlah air ditambahkan sampai jenuh untuk menjaga kejenuhan larutan sehingga kelembaban relatif yang dihasilkan tetap dan tidak mengganggu proses sorpsi. Desikator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam pada kondisi suhu ruang (Nurkhoeriyati 2007). Sebanyak 2 gram sampel bandrek diletakkan dalam wadah lalu disimpan dalam desikator yang berisi larutan garam jenuh. Sampel ditimbang bobotnya secara periodik (tiap 24 jam) sampai diperoleh bobot yang konstan, yang menunjukkan kadar air kesetimbangan telah tercapai. Sampel yang telah mencapai berat konstan diukur kadar airnya dengan menggunakan metode oven vakum dan dinyatakan dalam basis kering. Kurva isotermis dibuat dengan memplotkan kadar air dan aktivitas air atau RH masing masing desikator. Aktivitas air (a w ) dihitung dengan membagi nilai RH masing-masing desikator dengan Penentuan Model Sorpsi Isotermis Penentuan model sorpsi isotermis perlu dilakukan untuk mendapatkan kurva sorpsi isotermis yang mulus. Dari sekian banyak model persamaan sorpsi isotermis, dipilih beberapa model persamaan yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan. Persamaan yang dipilih adalah persamaan-persamaan sederhana yang mempunyai parameter tidak lebih dari tiga serta dapat digunakan pada kisaran nilai a w yang luas sehingga dapat mewakili ketiga daerah sorpsi isotermis. Model persamaan yang digunakan ditentukan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dan penggunaan model ini ditujukan untuk mendapatkan kemulusan kurva (curve fitting) (Kusnandar 2007). Penelitian ini menggunakan enam model, yaitu model Hasley, Henderson, Caurie, Oswin, Chen Clayton, dan GAB. Persamaan non linear (Hasley, Henderson, Caurie, Oswin, dan Chen Clayton) yang digunakan diubah ke dalam bentuk persamaan linear, sehingga dapat ditentukan nilai-nilai konstanta dalam persamaannya dengan metode kuadrat terkecil (Walpole, 1995). Lain halnya dengan model GAB, persamaan ini diubah ke dalam bentuk persamaan regeresi kuadratik sehingga nilai-nilai konstanta dalam persamaan juga dapat ditentukan. Keenam model persamaan sorpsi isotermis dievaluasi nilai Mean Relative Deviation (MRD). Mi Mpi n MRD = 100 n = Kadar air percobaan = Kadar air hasil perhitungan = Jumlah data n i=1 Mi Mpi Mi

19 6 Jika nilai MRD<5 maka model sorpsi isotermis tersebut dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau sangat tepat. Jika 5<MRD <10 maka model tersebut agak tepat menggambarkan keadaan sebenarnya dan jika MRD>10 maka model tersebut tidak tepat menggambarkan kondisi sebenarnya. Selanjutnya, dari model persamaan yang terpilih, ditentukan nilai b (kemiringan kurva sorpsi isotermis) untuk dimasukkan dalam perhitungan umur simpan berdasarkan persamaan Labuza. 5. Penentuan Parameter Pendukung Nilai permeabilitas kemasan (k/x), diperoleh dari rujukan kepustakaan. Nilai tekanan uap jenuh (P o ) pada suhu penyimpanan diperoleh dari tabel Labuza. Nilai b (kemiringan kurva) diperoleh dari gradien kurva model persamaan sorpsi isotermis yang terpilih. Nilai luas penampang (A) diperoleh dengan mengalikan dimensi kemasan. Nilai total padatan (W s ) diperoleh dengan mengoreksi berat keseluruhan sampel dikurangi dengan kadar air awal. 6. Pendugaan Umur Simpan Semua parameter yang diukur dan ditetapkan pada tahap sebelumnya, antara lain: M i, M c, M e, k/x, P o, b, A, dan Ws diintegrasikan ke dalam persamaan Labuza pendekatan kurva sorpsi isotermis untuk mendapatkan umur simpan produk bandrek instan. B. Pendugaan Umur Simpan Sirup Buah Pala Pendugaan umur simpan sirup buah pala dilakukan dengan metode ASLT model Arrhenius yang banyak digunakan untuk pendugaan umur simpan produk pangan yang mudah rusak oleh akibat reaksi kimia, seperti oksidasi lemak, reaksi Maillard, denaturasi protein, dan sebagainya. Secara umum, laju reaksi kimia akan semakin cepat pada suhu yang lebih tinggi yang berarti penurunan mutu produk semakin cepat terjadi, maka model Arrhenius mensimulasikan percepatan kerusakan produk pada kondisi penyimpanan suhu tinggi di atas suhu penyimpanan normal (Kusnandar 2011). Suhu yang digunakan untuk memprediksi umur simpan sirup buah pala adalah 35 o C, 45 o C, dan 55 o C. Data yang diperlukan untuk menentukan umur simpan produk yang dianalisis di laboratorium dapat diperoleh dari analisis atau evaluasi sensori, analisis kimia dan fisik, serta pengamatan kandungan mikroba (Koswara 2004). Parameter utama yang digunakan adalah parameter yang dianggap paling mempengaruhi kemunduran mutu produk, yaitu nilai ph dan warna. Selain itu akan dianalisis parameter derajat brix-nya. Nilai ketiga parameter ini kemudian diplotkan pada model Arrhenius ln k = ln k 0 (Ea/R)(1/T). Berdasarkan persamaan tersebut akan diperoleh nilai masing masing energi aktivasinya (Ea) kemudian dipilih parameter dengan energi aktivasi terkecil, karena semakin kecil energi aktivasinya maka produk akan semakin cepat mengalami kerusakan, selanjutnya penentuan umur simpan dihitung dengan kinetika reaksi berdasarkan ordo reaksi (Anagari et al. 2011). Selain pengujian sifat fisikokimia yang bersifat objektif untuk menentukan umur simpan sirup buah pala, juga dilakukan uji organoleptik. Pengujian organoleptik dilakukan setiap 7 hari sekali dan dilakukan terhadap 10 orang panelis terlatih.

20 1. Warna, metode Hunter (Hutching 1999) Analisis warna dilakukan dengan menggunakan alat chromameter. Pengukuran dengan menggunakan alat ini akan menghasilkan nilai-nilai Hunter L, a, dan b. Pengertian dari lambang tersebut adalah sebagai berikut: L = kecerahan nilai : + berarti berwarna cerah - berarti berwarna gelap a = nilai (+) merah; nilai (-) hijau b = nilai (+) kuning; nilai (-) biru 2. Pengukuran Nilai ph dan derajat Brix (AOAC 1995) Pengukuran ph dilakukan dengan ph meter yang terlebih dahulu dikalibrasi oleh buffer ph 4 dan 7. Kalibrasi dilakukan setiap awal pengukuran. Pengukuran derajat Brix atau total padatan terlarut dilakukan dengan menggunakan refraktometer. Filtrat sampel diteteskan di atas prisma refraktometer yang sudah distabilkan lalu dilakukan pembacaan. Sebelum dan setelah digunakan, prisma refraktometer dibersihkan dengan alkohol. Total padatan terlarut dinyatakan dalam Brix sukrosa. 3. Pengujian organoleptik Menurut Ellis (1994), penentuan umur simpan suatu produk dilakukan dengan mengamati produk selama penyimpanan sampai terjadi perubahan yang tidak dapat diterima lagi oleh konsumen. Syarief dan Halid (1993) menyatakan bahwa penurunan mutu makanan terutama dapat diketahui dari perubahan faktor tersebut. Oleh karena itu, dalam menentukan daya simpan suatu produk perlu dilakukan pengukuran terhadap atribut mutu produk. Atribut mutu yang diujikan dalam penelitian ini telah ditentukan sebelumnya dengan metode Focus Group Discussion oleh para panelis terlatih yang berjumlah sepuluh orang; yaitu warna, aroma pala, aroma gula, rasa pala, dan rasa asam dari sirup buah pala. Pengujian dilakukan terhadap panelis terlatih setiap seminggu sekali dengan metode scoring. 4. Pendugaan Umur Simpan Dengan Metode Arrhenius Hasil yang diperoleh selanjutnya diplotkan pada grafik hubungan antara lama penyimpanan (hari) dan rata-rata penurunan nilai mutu/hari (k). Sumbu x menyatakan lama penyimpanan (hari), sedangkan sumbu y menyatakan rata-rata penurunan nilai mutu/hari (k). Jika reaksi kerusakan pangan yang disimpan belum diketahui model orde reaksinya, maka plot nilai diatas dapat dilakukan baik pada ordo nol maupun ordo satu. Pada ordo nol, plot dilakukan antara rataan skor pengamatan dengan waktu penyimpanan, sedangkan ordo satu, nilai rataan skor terlebih dahulu diubah dalam bentuk lon (ln) lalu diplotkan dengan waktu penyimpanan. Langkah berikutnya adalah menentukan regresi liniernya. Setelah diperoleh persamaan regresi untuk masing-masing suhu penyimpanan, dibuat plot Arrhenius dengan sumbu x menyatakan 1/T dan sumbu y menyatakan ln k. Nilai k menunjukkan gradien dari regresi linier yang didapat dari ketiga suhu penyimpanan, sedangkan T merupakan suhu penyimpanan yang digunakan. Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh pada kurva Arrhenius, dapat diprediksi umur simpan produk produk berdasarkan persamaan : k = k 0 Ea/RT 7

21 8 keterangan : k = konstanta penurunan suhu k o = konstanta (tidak bergantung pada suhu) E a = energi aktivasi (Kal/mol) T = suhu mutlak (K) R = konstanta gas (1.986 Kal/mol K) Persamaan tersebut diubah menjadi : ln k = ln k 0 Ea RT k 0 menunjukkan konstanta penurunan mutu yang disimpan pada suhu normal, k menyatakan konstanta penurunan mutu dari salah satu kondisi yang digunakan, sedangkan Ea/R merupakan gradien yang diperoleh dari plot Arrhenius. Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut, akan diperoleh k (konstanta penurunan mutu pada suhu normal). Selanjutnya umur simpan produk dapat dihitung berdasarkan persamaaan: t ordo nol = (A 0 A)/k t ordo satu = (lna 0 lna)/k Keterangan : t = Prediksi umur simpan (hari) A 0 = Nilai mutu awal A = Nilai mutu produk yang tersisa setelah waktu t k = Konstanta penurunan mutu pada suhu normal Karakterisasi Sifat Kimia dan Mikrobiologis Produk Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala Karakterisasi produk dilakukan dengan melakukan analisis proksimat meliputi analisis kadar air metode oven vakum (AOAC ), analisis kadar abu metode pengabuan kering (SNI ), analisis kadar lemak metode Soxhlet (SNI ), analisis kadar protein modifikasi metode Kjeldahl (AOAC ), dan analisis karbohidrat by difference; uji kapasitas antioksidan; uji total fenol; uji jumlah mikroorganisme; uji koliform; uji jumlah bakteri Escherichia coli; uji Salmonella sp.; dan uji Staphylococcus aureus. Metode analisis disajikan pada Lampiran 1. Analisis Data Data hasil penelitian ini disajikan sebagai x ± SD dengan dua kali ulangan. Pengolahan data analisis independent sample t-test dan ANOVA menggunakan taraf signifikansi sebesar 5%.

22 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Pendugaan Umur Simpan 1. Pendugaan Umur Simpan Bandrek 1.1 Pengukuran Kadar Air Awal (Moisture Initial, M i ) Pada produk bubuk, kadar air dan a w (Water Activity) merupakan sifat penting yang mempengaruhi mutu mikrobiologis, kimia maupun fisik. Aktivitas air berkaitan erat dengan kadar air, yang umumnya digambarkan sebagai kurva isotermis. Kadar air awal sampel dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri (AOAC , 1999). Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa rata rata kadar air awal produk bandrek instan adalah 1.24% berat kering. 1.2 Pengukuran Kadar Air Kritis (Moisture Critical, M c ) Kadar air kritis merupakan kadar air ketika produk pangan mencapai kondisi mulai tidak diterima lagi secara organoleptik. Pada produk bubuk dengan flowability tinggi, kadar air dan aktivitas air rendah, caking atau penggumpalan akibat penyerapan uap air merupakan permasalahan yang sangat berpengaruh pada mutu. Awal terjadinya caking ditandai dengan perubahan sampel menjadi basah. Selain dari segi appearance, dilihat pula pengaruh perubahan kadar air terhadap perubahan mutu citarasa. Berdasarkan hasil pengolahan data uji organoleptik (Lampiran 2) yang dilakukan, didapatkan bahwa perubahan atau kenaikan kadar air berpengaruh pada kenampakan dan citarasa bandrek. Hal tersebut terlihat dari adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara sampel kondisi awal sebagai kontrol dan sampelsampel yang telah diberi perlakuan. Titik kritis terletak pada saat bandrek disimpan selama 36 jam sehingga kadar air kritis yang didapat adalah 2.20% berat kering. Scoresheet uji organoleptik terlampir pada Lampiran Penentuan Kurva Sorpsi Isotermis Percobaan dilakukan pada suhu ruang dan digunakan 6 jenis garam, antara lain: NaBr, KCl, NaCl, KNO 3, KI, dan MgCl 2. Kelembaban relatif dari larutan garam dan kadar air kesetimbangan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kadar Air Kesetimbangan (Me) Produk Bandrek Instan pada Beberapa RH penyimpanan Garam RH (%) Kadar air kesetimbangan (%bb) Kadar air kesetimbangan (%bk) MgCl NaBr KI NaCl Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa bandrek instan mengalami fenomena penurunan dan penambahan bobot pada berbagai macam RH penyimpanan. Hal ini ditunjukkan dari nilai kadar air kesetimbangan yang bernilai lebih rendah pada desikator berisi garam MgCl 2 dan lebih tinggi pada desikator berisi garam NaBr, KI, dan NaCl daripada kadar air awal produk. Penurunan dan penambahan bobot ini menunjukkan fenomena hidratasi. Karakteristik hidratasi bahan pangan dapat diartikan sebagai karakteristik fisik yang meliputi interaksi

23 10 antar bahan pangan dengan molekul air di udara lingkungannya (Syarif & Halid, 1993). Interaksi yang terjadi disebabkan oleh perbedaan antara RH sampel dengan lingkungannya hingga tercapai kesetimbangan di antara kedua bahan yang ditandai dengan bobot sampel yang konstan. Namun, pada larutan KNO 3 dan KCl jenuh, sampel tidak mencapai kesetimbangan hingga sampel ditumbuhi kapang. Pertumbuhan kapang tersebut disebabkan oleh nilai a w larutan KNO 3 (0.84) dan KCl (0.92) yang lebih tinggi dari a w minimum untuk pertumbuhan kapang, yaitu Kurva sorpsi isotermis (Gambar 1) yang terbentuk menyerupai sigmoid, hal ini khas bagi setiap produk pangan karena pada umumnya terdiri dari campuran bahan. Dari kurva sorpsi isotermis yang terbentuk, didapatkan persamaan garis linear y = 0.061x dengan nilai R² = Garis linear juga dibuat dari tiga RH tertinggi yang telah digunakan yang mendekati perkiraan RH lingkungan distribusi dan penyimpanan produk bandrek instan untuk mendapatkan umur simpan yang lebih tepat. Persamaan garis linear tersebut adalah y = 0.110x dengan nilai R 2 = Kadar Air (%bk) y = 0.061x R² = y = 0.110x R² = Kelembapan relatif (%) Gambar 1. Kurva Sorpsi Isotermis Bandrek Instan 1.4 Penentuan Model Sorpsi Isotermis Model persamaan matematika yang digunakan perlu dimodifikasi ke bentuk yang lebih sederhana untuk memudahkan perhitungan. Persamaan non linear (Hasley, Henderson, Caurie, Oswin, dan Chen Clayton) yang digunakan dimodifikasi ke dalam bentuk persamaan linear dengan transformasi logaritmik (log) dan atau logaritmik normal (ln). Lain halnya dengan model persamaan GAB, yang harus dimodifikasi ke dalam bentuk persamaan non linear (polinomial) yang menunjukkan hubungan a w /Me dan a w. Modifikasi persamaan dan contoh perhitungan mencari nilai konstanta persamaan non linear dapat dilihat pada Lampiran 4. Persamaan kurva sorpsi isotermis yang dihasilkan dari model-model sorpsi isotermis tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.

24 11 Tabel 3. Persamaan Kurva Sorpsi Isotermis Bandrek Instan Model Persamaan MRD Hasley log [ln(1/a w )] = log Me Chen-Clayton ln [ln(1/ a w )] = Me Henderson log [ln(1/(1- a w ))] = Log Me Caurie ln Me = a w Oswin ln Me = ln [a w /(1 - a w )] GAB Me = a w /( a w )( a w ) 8.23 Berdasarkan hasil perhitungan nilai MRD masing masing persamaan kurva sorspi isotermis yang dihasilkan dari keenam model persamaan matematika, dapat diketahui bahwa model GAB merupakan model yang paling tepat untuk menggambarkan kurva sorspi isotermis bandrek instan karena memiliki nilai MRD paling kecil (8.23) dan <10. Persamaan GAB merupakan persamaan yang tepat untuk menggambarkan sorpsi isotermis pada sebagian besar produk pangan karena model ini bisa menggambarkan sorpsi isotermis bahan pangan pada kisaran a w yang luas yaitu 0.05 < a w < 0.9 dan (Spiess dan Wolf 1987). Oleh karena itu, persamaan kurva sorpsi isotermis yang digunakan dalam pendugaan umur simpan bandrek instan pada penelitian ini adalah Me = a w /( a w )( a w ) dengan kurva sorspi isotermis yang terbentuk pada Gambar 2. Kadar Air (g H2O/g padatan) y = 0.057x R² = Aktivitas air Gambar 2. Kurva Sorpsi Isotermis Bandrek Instan Model GAB 1.5 Penentuan Parameter Pendukung Umur simpan bandrek instan akan ditentukan pada kondisi RH 80% dan 85% serta suhu 30 o C yang merupakan perkiraan kondisi distribusi dan penyimpanan bandrek instan. Bandrek Instan dikemas menggunakan kemasan flexible aluminized film. Menurut Burke (1992), nilai laju transmisi uap air (WVTR) kemasan flexible aluminized film adalah tidak lebih dari 0.31 g/m 2.hari yang dihitung pada suhu suhu 38 o C dan RH 90%, sehingga didapatkan nilai permeabilitas kemasan k x sebesar g/m 2.hari mmhg.

25 12 Nilai tekanan uap jenuh (Po) pada suhu 30 o C sebesar mmhg diperoleh dari tabel Labuza. Nilai luas penampang (A) sebesar m 2 diperoleh dengan mengalikan dimensi kemasan. Total padatan (Ws) senilai g didapat dengan mengoreksi berat keseluruhan sampel dikurangi kadar air awal. Nilai b (kemiringan kurva) diperoleh dari gradien kurva model persamaan sorpsi isotermis yang terpilih yaitu dan juga didapatkan dari gradien persamaan garis linear yang terbentuk dari tiga RH tertinggi yaitu Pendugaan Umur Simpan Parameter yang diukur dan ditetapkan pada tahap sebelumnya, antara lain: Mi, Mc, Me, k/x, Po, b, A, dan Ws diintegrasikan ke dalam persamaan Labuza pendekatan kurva sorpsi isotermis untuk mendapatkan umur simpan produk bandrek instan. Umur simpan bandrek instan akan ditentukan pada kondisi RH 80% dan 85% serta suhu 30 o C. Metode pendugaan umur simpan yang digunakan adalah pendekatan kurva sorpsi isotermis. Hasil pendugaan umur simpan bandrek instan dengan pendekatan kurva sorpsi isotermis dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Perhitungan Umur Simpan Bandrek Instan Model GAB Parameter RH 80% RH 85% Kadar air awal (g H2O/g padatan) Kadar air kritis (g H2O/g padatan) Slope kurva sorpsi isotermis Kadar air kesetimbangan (g H2O/ g padatan) Permeabilitas kemasan (g H2O/m 2.hari.mmHg) Luas kemasan (m 2 ) Tekanan uap jenuh suhu 30 o C (mmhg) Berat padatan per kemasan (g padatan) Umur simpan (hari) Umur simpan (bulan) 11 9 Tabel 5. Perhitungan Umur Simpan Bandrek Instan dengan Tiga RH Penyimpanan Parameter RH 80% RH 85% Kadar air awal (g H2O/g padatan) Kadar air kritis (g H2O/g padatan) Slope kurva sorpsi isotermis Kadar air kesetimbangan (g H2O/ g padatan) Permeabilitas kemasan (g H2O/m 2.hari.mmHg) Luas kemasan (m 2 ) Tekanan uap jenuh suhu 30 o C (mmhg) Berat padatan per kemasan (g padatan) Umur simpan (hari) Umur simpan (bulan) Umur simpan bandrek instan dalam kemasan flexible aluminized film dengan berbagai nilai slope kurva yang digunakan pada perhitungan berada dalam selang

26 yang masih masuk akal. Berdasarkan hasil perhitungan umur simpan dengan pendekatan kurva sorpsi isotermis model GAB pada Tabel 4 didapatkan umur simpan bandrek instan pada RH 80% selama 341 hari atau 11 bulan dan pada RH 85% selama 278 hari atau 9 bulan. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan umur simpan dengan pendekatan kurva sorpsi isotermis menggunakan tiga RH penyimpanan tertinggi, didapatkan umur simpan bandrek instan pada RH 80% selama 434 hari dan pada RH 85% selama 337 hari. Dari data tersebut dapat ditunjukkan bahwa nilai umur simpan bandrek instan akan menurun seiring dengan meningkatnya kondisi RH penyimpanan. Kelembaban relatif lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi umur simpan. Kondisi lingkungan dengan kelembaban relatif tinggi mengandung lebih banyak uap air sehingga akan terjadi penyerapan uap air ke dalam bahan pangan yang lebih banyak dibandingkan kondisi RH yang lebih rendah (Fitria 2007). Untuk bahan pangan yang bersifat higroskopis, semakin tinggi RH lingkungan penyimpanan, semakin banyak uap air yang diserap oleh bahan pangan sehingga mempercepat kerusakan mutu terutama parameter appearance (flowability dan caking). Hal ini akan berakibat pada lebih singkatnya umur simpan produk. 2. Pendugaan Umur Simpan Sirup Buah Pala 2.1 Pengamatan Sifat Fisikokimia Warna (Metode Hunter) Warna merupakan parameter pertama yang terlihat oleh konsumen sehingga parameter ini dapat menjadi acuan pertama yang digunakan konsumen dalam menilai mutu suatu produk pangan. Pada beberapa jenis produk, perubahan warna dapat menunjukkan perubahan nilai gizi, sehingga perubahan warna dapat dijadikan sebagai indikator untuk menunjukkan tingkat nilai gizi maksimum yang dapat diterima (Arpah 2001). Oleh karena itu, perubahan warna dapat digunakan sebagai parameter untuk memperkirakan lama penyimpanan produk. Warna sirup buah pala diukur secara objektif dengan menggunakan Chromameter. Parameter warna yang digunakan adalah L (kecerahan), a (warna kromatik campuran merah-hijau), b (warna kromatik campuran birukuning). Hasil pengukuran warna sirup buah pala pada Lampiran 5 diplotkan dengan waktu penyimpanan sehingga didapatkan persamaan grafik penurunan mutu warna (Lampiran 5). Ordo reaksi ditentukan dengan membandingkan nilai R 2 masing masing persamaan. Ada pun perubahan warna selama pengujian pada sirup buah pala yang telah diencerkan dapat dilihat pada Gambar 3, Gambar 4, dan Gambar Gambar 3. Perubahan Warna Sirup Buah Pala pada Penyimpanan Suhu 35 o C selama 35 hari

27 14 Gambar 4. Perubahan Warna Sirup Buah Pala pada Penyimpanan Suhu 45 o C selama 28 hari Gambar 5. Perubahan Warna Sirup Buah Pala pada Penyimpanan Suhu 55 o C selama 28 hari Berdasarkan gambar perubahan warna sirup buah pala pada tiga tingkatan suhu penyimpanan dan data pengukuran perubahan warna pada Lampiran 5, dapat diketahui bahwa semakin lama sirup pala disimpan, nilai L atau kecerahan akan semakin turun yang menandakan sirup akan semakin berwarna gelap. Begitu juga dengan nilai a positif yang semakin turun yang menandakan sirup akan lebih berwarna hijau dan kurang berwarna merah, serta nilai b positif yang juga mengalami penurunan sehingga sirup akan lebih berwarna biru dan kurang berwarna kuning. Tabel 6. Ordo Reaksi Atribut Warna Sirup Buah Pala Atribut Suhu R 2 Warna Penyimpanan Ordo Reaksi Nol Ordo Reaksi Satu 35 o C L 45 o C o C o C a 45 o C o C o C b 45 o C o C Hasil penghitungan nilai R 2 kedua ordo tidaklah berbeda, sehingga selanjutnya perhitungan umur simpan dilakukan pada kedua ordo. Berdasarkan persamaan grafik penurunan mutu warna (Lampiran 5), didapat nilai k atau konstanta penurunan mutu produk seperti pada Tabel 7.

28 15 Parameter L a b Tabel 7. Nilai k dan ln k Atribut Warna pada Tiga Suhu Penyimpanan Suhu Ordo 0 Ordo 1 1/T C K Slope k Ln k Slope k Ln k Dengan memplotkan kebalikan suhu mutlak (1/T) terhadap ln k, maka diperoleh grafik Arrhenius seperti terlihat pada Gambar 6 dan Gambar 7 yang merupakan contoh grafik Arrhenius dari parameter L atau kecerahan pada ordo nol dan ordo satu. Grafik parameter warna a dan b tercantum dalam Lampiran ln k y = x R² = /T Gambar 6. Grafik hubungan ln k Atribut Warna L dengan suhu (1/T) Ordo Nol

29 ln k y = x R² = /T Gambar 7. Grafik hubungan ln k Atribut Warna L dengan suhu (1/T) Ordo Satu Menurut Pratiwi (2009) ada beberapa kriteria dalam pemilihan parameter mutu untuk menentukan umur simpan suatu produk, yaitu : 1) parameter mutu yang paling cepat mengalami penurunan selama penyimpanan, yang ditujukan dengan nilai koefisien k mutlak atau nilai koefisien determinasi (R 2 ) paling besar, 2) parameter mutu yang paling sensitif terhadap perubahan suhu yang dilihat dari nilai slope persamaan Arrhenius, atau dapat dilihat dari energi aktivasi yang paling rendah, 3) bila terdapat lebih dari satu parameter mutu yang memenuhi kriteria, maka dipilih parameter mutu yang memiliki umur simpan yang paling pendek. Data kofisien determinasi (R 2 ) dan nilai energi aktivasi berdasarkan beberapa parameter warna dapat dilihat pada Tabel 8. Nilai R 2 diperoleh dari persamaan Arrhenius pada masing masing atribut. Nilai Ea didapatkan dengan mengalikan slope persamaan Arrhenius dengan R yang berupa konstanta gas bernilai Kal/mol K. Tabel 8. Nilai R 2 dan Ea Berdasarkan Atribut Warna Atribut R 2 Ea (kal/mol) Warna Ordo nol Ordo satu Ordo nol Ordo satu L a b Nilai kritis kerusakan sirup buah pala diperoleh dari rata rata nilai atribut warna ketika produk sudah tidak dapat diterima oleh panelis. Nilai kritis setiap atribut warna dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai Awal dan Nilai Kritis Atribut Mutu Sirup Buah Pala Atribut Warna Skor Awal Skor Kritis L ± a ± b ± 0.549

30 Setelah penetapan batas kritis, maka didapatkan nilai mutu awal (Ao) dan nilai mutu akhir (A) sehingga umur simpan sirup buah pala dapat dihitung dengan menggunakan persamaan masing masing ordo. Contoh perhitungan umur simpan sirup buah pala dapat dilihat pada Lampiran 15. Umur simpan buah pala pada berbagai macam kondisi penyimpanan dan distribusi tersajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Umur Simpan Sirup Buah Pala berdasarkan Atribut Warna pada Berbagai Suhu Penyimpanan Umur Simpan (Hari) Atribut Ordo Nol Ordo Satu Warna 4 o C 27 o C 30 o C 4 o C 27 o C 30 o C L a b Pengukuran Nilai ph Data hasil pengamatan terhadap nilai ph yang dilakukan selama 35 hari dengan interval pengukuran setiap tujuh hari sekali, ditunjukkan dalam Lampiran 7. Rata rata nilai ph sirup buah pala dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai ph Sirup Buah Pala Waktu (hari) Suhu 35 o C 45 o C 55 oc Berdasarkan tabel perubahan nilai ph sirup buah pala terhadap lama penyimpanan dapat dilihat bahwa nilai ph sirup buah pala mengalami penurunan setelah minggu pertama penyimpanan pada ketiga suhu yaitu dari 3.55 menjadi Namun pada beberapa minggu berikutnya perubahan ph yang terjadi sangat sedikit dan bersifat fluktuatif, oleh karena itu parameter ph tidak dapat digunakan untuk menduga umur simpan sirup buah pala Pengukuran Total Padatan Terlarut Total padatan terlarut menunjukkan kandungan bahan-bahan yang terlarut dalam larutan. Perhitungan nilai total padatan terlarut (TPT) dinyatakan dalam Brix, yaitu skala berdasarkan persentase (berat) sukrosa dalam (larutan) minuman. 17

31 18 Tabel 12. Nilai Brix Sirup Buah Pala pada Berbagai Macam Suhu dan Waktu Penyimpanan Suhu Lama Penyimpanan (hari) o C o C o C Berdasarkan Tabel 12, nilai TPT sirup buah pala tidak berubah selama penyimpanan berlangsung pada ketiga tingkatan suhu hingga hari ke- 28. Menurut Agustina (2004), nilai TPT yang cenderung konstan selama penyimpanan menunjukkan sedikitnya gula yang digunakan oleh mikroba dan mengindikasikan sedikitnya total mikroba pada minuman. Nilai TPT tidak dapat dijadikan sebagai parameter untuk pendugaan umur simpan sirup buah pala karena tidak didapatkan perubahan nilai TPT yang berarti selama penyimpanan berlangsung. 2.2 Pengukuran Atribut Mutu (Organoleptik) Institute of Food Technologist mendefinisikan umur simpan sebagai selang waktu antara saat produksi hingga saat konsumsi di saat produk masih berada dalam kondisi yang memuaskan pada sifat-sifat penampakan, rasa, aroma, tekstur dan nilai gizi (Arpah 2001). Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan pendugaan umur simpan sirup buah pala berdasarkan pengukuran atribut mutu secara organoleptik. Penentuan Nilai Kritis Nilai kritis kerusakan sirup buah pala diperoleh dari rata rata skor organoleptik (Lampiran 8) yang diberikan oleh panelis ketika produk sudah tidak dapat diterima. Nilai kritis setiap atribut mutu dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Nilai Awal dan Nilai Kritis Atribut Mutu Sirup Buah Pala Atribut Mutu Skor Awal Skor Kritis Warna ± Aroma Pala ± Aroma Gula ± Rasa Pala ± Rasa Asam ± Penentuan Ordo Reaksi Laju atau kecepatan perubahan mutu setiap parameter sirup buah pala yang diuji berbeda-beda. Jika laju kerusakannya terjadi secara konstan atau linier maka mengikuti ordo reaksi nol. Namun jika laju kerusakannya terjadi secara tidak konstan, secara logaritmik atau eksponensial maka mengikuti ordo reaksi satu. Pemilihan ordo reaksi dapat dilihat dengan memplotkan data penurunan mutu mengikuti ordo nol dan ordo satu lalu dibuat persamaan regresi liniernya. Ordo reaksi ditentukan dengan melihat nilai R 2 yang lebih besar. Data perubahan atribut mutu sirup buah pala terhadap suhu penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 8. Ordo reaksi masing masing atribut mutu dapat dilihat pada Tabel 14.

32 19 Tabel 14. Ordo Reaksi Atribut Mutu Sirup Buah Pala Atribut Suhu R 2 Mutu Penyimpanan Ordo Reaksi Nol Ordo Reaksi Satu 35 o C Warna 45 o C o C o C Aroma Pala 45 o C o C o C Aroma Gula 45 o C o C o C Rasa Pala 45 o C o C o C Rasa Asam 45 o C o C Hasil penghitungan nilai R 2 kedua ordo tidaklah berbeda, sehingga selanjutnya perhitungan umur simpan dilakukan pada kedua ordo. Perhitungan Umur Simpan Berdasarkan persamaan grafik penurunan atribut mutu (Lampiran 9), didapat nilai k atau konstanta penurunan mutu produk seperti pada Tabel 15. Parameter Warna Aroma Pala Aroma Gula Rasa Pala Rasa Asam Tabel 15. Nilai k dan ln k Atribut Mutu Sirup Buah Pala pada Tiga Suhu Penyimpanan Suhu Ordo Nol Ordo Satu 1/T C K Slope k Ln k Slope k Ln k Dengan memplotkan kebalikan suhu mutlak (1/T) terhadap ln k, maka diperoleh grafik Arrhenius seperti terlihat pada Gambar 8 dan Gambar 9 yang

33 20 merupakan contoh grafik Arrhenius dari parameter warna pada ordo nol dan ordo satu. Grafik parameter aroma pala, aroma gula, rasa pala, dan rasa asam tercantum dalam Lampiran 10. ln k y = x R² = /T Gambar 8. Grafik hubungan ln k Atribut Warna dengan suhu (1/T) Ordo Nol ln k y = x R² = /T Gambar 9. Grafik hubungan ln k Atribut Warna dengan suhu (1/T) Ordo Satu Data kofisien determinasi (R 2 ) dan nilai energi aktivasi berdasarkan beberapa parameter atribut mutu dapat dilihat pada Tabel 16. Nilai R 2 diperoleh dari persamaan Arrhenius pada masing masing atribut. Nilai Ea didapatkan dengan mengalikan slope persamaan Arrhenius dengan R yang berupa konstanta gas bernilai Kal/mol. Tabel 16. Nilai R 2 dan Ea Berdasarkan Atribut Mutu Atribut Mutu R 2 Ea (kal/mol) Ordo Nol Ordo Satu Ordo Nol Ordo Satu Warna Aroma Pala Aroma Gula Rasa Pala Rasa Asam

34 Berdasarkan persamaan grafik Arrhenius yang didapatkan beserta data nilai kritis dari masing masing atribut mutu, umur simpan sirup buah pala dapat dihitung sesuai dengan persamaan ordo nol dan ordo satu. Umur simpan sirup buah pala dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Umur Simpan Sirup Buah Pala berdasarkan Atribut Mutu Warna pada Berbagai Suhu Umur Simpan (Hari) Atribut Mutu Ordo Nol Ordo Satu 4 o C 27 o C 30 o C 4 o C 27 o C 30 o C Warna Aroma Pala Aroma Gula Rasa Pala Rasa Asam Pendugaan Umur Simpan Sirup Buah Pala Waktu kadaluarsa sirup buah pala dapat diduga dengan menguji beberapa parameter baik secara objektif maupun subjektif. Parameter yang paling cocok untuk dijadikan acuan dapat diketahui dengan membandingkan data kofisien determinasi (R 2 ), nilai energi aktivasi, dan perkiraan umur simpan. Penyimpanan dan distribusi sirup buah pala diasumsikan terjadi pada kondisi suhu 30 o C. Dengan membandingkan Tabel 7 dan Tabel 15, maka dapat disimpulkan atribut mutu yang paling baik dijadikan acuan dalam penentuan umur simpan sirup buah pala adalah nilai L atau kecerahan sirup buah pala. Hal ini dapat dilihat dari nilai R 2 yang besar ( 0.95), dan nilai Ea (energi aktivasi) yang lebih kecil dibandingkan dengan sebagian besar energi aktivasi parameter lainnya, serta memberikan dugaan umur simpan yang paling pendek, yakni 34 hari. Namun jika dilihat dengan beberapa pertimbangan, umur simpan sirup buah pala juga dapat ditentukan berdasarkan parameter yang lain (Pratiwi 2009). Misalkan dengan pertimbangan dari segi ekonomi, umur simpan yang ditentukan dari parameter warna L dirasa terlalu pendek dan tidak menguntungkan produsen, maka dengan tetap memperhatikan syarat kriteria pemilihan parameter mutu, dapat dilihat bahwa atribut mutu rasa asam, aroma pala, dan aroma gula juga memiliki nilai R 2 di atas 0.95 dengan energi aktivasi yang tidak jauh berbeda sehingga masih memungkinkan digunakan sebagai parameter pembatas dalam pendugaan umur simpan. 2.4 Perbandingan Umur Simpan dengan Produk Sejenis Penelitian umur simpan produk minuman fungsional lainnya telah dilakukan dan perbandingannya dengan umur simpan bandrek instan dan sirup buah pala dapat dilihat pada Tabel

35 22 Tabel 18. Perbandingan Umur Simpan Produk Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala dengan beberapa Produk Sejenis Sampel Umur Simpan (hari) Sumber Bandrek Instan 341 Aryani 2013 Kopi Instan 732 Wijaya 2007 Bubuk Jahe Merah 629 Sugiarto et al Bubuk Jahe Instan 268 Estiasih 2010 Microencapsulated ginger powder 549 Parsetiorini 2011 Sirup Buah Pala 34 Aryani 2013 Bir Pletok 29 Wiguna 2011 Sari Akar Alang alang 41 Anagari et al Sari Wornas 39 Pratiwi 2009 Ascorbic Acid Syrup 40 Sungthongjeen 2004 Sirup Manggis 78 Iswari et al Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa umur simpan bandrek instan dan sirup buah pala tidak jauh berbeda dengan produk produk sejenis. Perbedaan umur simpan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti formulasi dan proses pengolahan, kondisi penyimpanan, serta kemasan yang berbeda (Labuza 2002). Karakteristik Produk Karakteristik produk diketahui dengan melakukan analisis proksimat, uji mikrobial, dan uji kapasitas antioksidan dan total fenol terhadap produk bandrek instan dan sirup buah pala. Analisis Proksimat Perbandingan hasil dari pengujian nilai proksimat bandrek instan dengan standar SNI serbuk minuman tradisional dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Perbandingan Nilai Proksimat Bandrek Instan dengan SNI Parameter Bandrek SNI serbuk minuman tradisional Air (%) 1.24 ± Abu (%) 0.68 ± Lemak (%) 0.24 ± Protein (%) 0.54 ± Karbohidrat (%) ± Berdasarkan Tabel 19, dapat diketahui bahwa kadar air dan abu produk bandrek instan ini masih memenuhi syarat SNI tentang serbuk minuman tradisional, yaitu < 3.0% untuk kadar air dan < 1.5% untuk kadar abu. Hasil proksimat sirup buah pala dapat dilihat pada Tabel 20.

36 23 Tabel 20. Nilai Proksimat Sirup Buah Pala Parameter Sirup pala Air (%) ± 0.03 Abu (%) 0.12 ± 0.02 Lemak (%) 0.42 ± 0.01 Protein (%) 0.06 ± 0.01 Karbohidrat (%) ± 0.05 Ada pun syarat nilai proksimat tidak dicantumkan dalam SNI 0l untuk produk sirup, namun jumlah gula yang ditentukan adalah minimal 65% (b/b). Produk sirup buah pala belum memenuhi syarat tersebut karena memiliki kadar karbohidrat di bawah 65%, yaitu sebesar 56.2%. Uji Mikrobial Perbandingan hasil pengujian mikrobial produk bandrek instan dengan persyaratan SNI serbuk minuman tradisional dapat dilihat pada Tabel 21 sedangkan untuk produk sirup buah pala dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 21. Perbandingan Hasil Uji Mikrobial Bandrek Instan dengan SNI Mikroba Bandrek SNI Serbuk Minuman Tradisional Angka Lempeng Total < 2.5 x 10 2 koloni/g (3 x 10 1 < 3 x 10 3 koloni/g (ALT) koloni/g) Koliform < 3 MPN/ml (nol) <3 MPN/ml Tabel 22. Perbandingan Hasil Uji Mikrobial Sirup Buah Pala dengan SNI Mikroba Sirup pala SNI Sirup ALT < 25 x 10 1 koloni/g (1 x 10 1 koloni/ml) 5 x 10 2 koloni/ml Kapang < 10 x 10 1 koloni/ml (2 x 10 1 koloni/ml) 50 koloni/ml Khamir < 10 x 10 1 koloni/ml (2 x 10 1 koloni/ml) 50 koloni/ml Koliform <3 APM/ml (negatif) 20 APM/ml E. coli < 3 APM/ml (negatif) < 3 APM/ml Salmonella Negatif Negatif koloni/25n S. aureus 0 koloni/ml (negatif) 0 koloni/ml Berdasarkan SNI mengenai serbuk minuman tradisional, batas cemaran mikroba serbuk minuman tradisional untuk angka lempeng total (ALT) adalah 3 x 10 3 koloni/gram dan untuk koliform adalah < 3 APM/gram. Produk minuman instan bandrek yang diuji memenuhi kedua syarat cemaran mikroba tersebut. Jumlah angka lempeng total produk bandrek adalah < 2.5 x 10 2 koloni/gram (3 x 10 1 koloni/gram), sedangkan untuk koliform tidak ditemukan adanya tabung positif pada uji penduga sehingga angka cemaran koliform pada bandrek adalah < 3 APM/g. Produk sirup buah pala memenuhi hampir seluruh

37 24 standar mutu mikrobiologis yang telah ditetapkan SNI 0l untuk produk sirup. Hal ini menunjukkan bahwa sanitasi yang telah diterapkan produsen kedua produk ini sudah cukup baik. Kapasitas Antioksidan dan Total Fenol Pengujian kapasitas antioksidan umum dilakukan dengan menggunakan metode DPPH yang cepat, sederhana, dan akurat untuk mengukur kemampuan senyawa yang berbeda dalam bertindak sebagai penangkap radikal bebas atau pendonor hidrogen, dan mengevaluasi aktivitas antioksidan dari makanan dan minuman (Marinova dan Batchvarov 2011). Penelitian ini menggunakan standar asam askorbat (Lampiran 11) yang dinyatakan dalam AEAC (Ascorbic acid Equivalent Antioxidant Capasity). Pengujian total fenol juga dilakukan pada penelitian ini karena menurut Pratt dan Hudson (1992), senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, derivat asam sinamal, kumarin, tokoferol, dan asam organik polifungsional. Senyawa fenolik dapat bereaksi sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkelat logam, dan peredam terbentuknya singlet oksigen (Javanmardi et al. 2003). Standar yang digunakan adalah asam galat (Lampiran 12) yang dinyatakan dalam GAE (Gallic Acid Equivalents). Kapasitas antioksidan dan total fenol bandrek instan dan sirup buah pala dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Perhitungan Kapasitas Antioksidan dan Total Fenol Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala Parameter Bandrek Instan Sirup Buah Pala Per sajian (20 g) Per sajian (30 ml) Kapasitas antioksidan (mg/l AEAC) ± ± Total fenol (mg/l GAE) ± ± Nilai kapasitas antioksidan dan total fenol minuman bandrek instan berbeda nyata dengan minuman sirup buah pala pada taraf signifikansi 5%. Kapasitas antioksidan bandrek per sajian (20 gram dalam 150 ml air) adalah mg/l AEAC dan untuk total fenol bandrek per sajian adalah mg/l GAE. Sedangkan kapasitas antioksidan sirup buah pala per sajian (30 ml dalam 120 ml air) sebesar mg/l AEAC dan untuk total fenolnya bernilai sebesar mg/l GAE. Data tersebut menunjukkan bahwa kapasitas antioksidan dan kadar total fenol memiliki korelasi positif, yaitu semakin banyak jumlah total fenol yang terkandung maka semakin besar pula kapasitas antioksidannya. Penelitian mengenai pengukuran kapasitas antioksidan dan total fenol terhadap minuman fungsional lainnya dan minuman serbuk rempah komersial telah dilakukan dan perbandingannya dengan minuman bandrek instan dan sirup buah pala dapat dilihat pada Tabel 24 dan Tabel 25.

38 Tabel 24. Perbandingan Kapasitas Antioksidan Minuman Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala dengan Beberapa Produk Sejenis Sampel Minuman Kapasitas Antioksidan Sumber (mg/l AEAC) Bandrek instan Aryani 2013 Sirup buah pala Aryani 2013 Jahe Herold 2007 Temulawak Herold 2007 Kunyit asam Herold 2007 Rasa jeruk Herold 2007 Rasa lemon Herold 2007 Kumis kucing Kordial 2009 Cinna ale Edria 2010 Beras kencur dengan beras merah Adzkiya 2011 Beras kencur tetra pak Adzkiya 2011 Beras kencur instan Adzkiya 2011 Sari buah buni Sari 2008 Bir pletok Wiguna 2011 Tabel 25. Perbandingan Total Fenol Minuman Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala dengan Beberapa Produk Sejenis Sampel Minuman Total Fenol (mg/l GAE) Sumber Bandrek instan Aryani 2013 Sirup buah pala Aryani 2013 Kumis kucing Indariani 2011 Secang Nirmagustina et al Sari jahe Prihantini 2003 Sari Sereh Prihantini 2003 Jahe sereh Prihantini 2003 Berdasarkan Tabel 24 dan Tabel 25 dapat dilihat bahwa minuman sirup buah pala memiliki kapasitas antioksidan kedua tertinggi setelah minuman rasa lemon sedangkan kapasitas antioksidan minuman bandrek instan lebih rendah dibandingkan beberapa minuman sejenis lainnya. Nilai total fenol minuman bandrek instan adalah nilai yang paling rendah dan total fenol minuman sirup buah pala merupakan ketiga terendah diantara minuman sejenis yang diuji. Variasi nilai kapasitas antioksidan dan total fenol minuman bandrek instan dan sirup buah pala dengan beberapa produk sejenis dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor faktor tersebut antara lain jumlah takaran per sajian masing masing minuman, proses pembuatan seperti adanya proses pemanasan, kondisi lingkungan pengujian dan standar yang digunakan, serta adanya perbedaan kuantitatif serta kualitatif dari masing masing komponen bioaktif dalam produk yang memiliki sifat antioksidan. 25

39 26 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Produk bandrek produksi Posdaya Mekar Sari Dramaga Bogor diduga memiliki umur simpan selama 341 hari (sebelas bulan) bila disimpan pada RH 80% dengan suhu 30 o C sedangkan produk sirup pala akan kadaluarsa setelah 34 hari bila disimpan pada suhu 30 o C. Kapasitas antioksidan minuman bandrek instan setara dengan mg/l AEAC dan untuk minuman sirup pala setara dengan mg/l AEAC per sajian. Total fenol minuman bandrek instan setara dengan mg/l GAE dan untuk minuman sirup pala sebesar mg/l GAE. Kadar air, kadar abu, dan kualitas mikrobial kedua produk masih memenuhi syarat SNI untuk produk bandrek instan dan syarat SNI 0l untuk produk sirup buah pala. Saran Penelitian ini perlu didukung dengan data umur simpan produk sebenarnya dalam kondisi normal, sehingga dibutuhkan penelitian yang menduga umur simpan dengan metode konvensional. Dengan demikian, umur simpan yang diperoleh dengan pendekatan kurva sorpsi isotermis dan Arrhenius dapat diketahui tingkat ketepatannya. Nilai slope kurva sorpsi isotermis yang paling tepat digunakan dalam perhitungan umur simpan pun dapat diketahui. Penentuan nilai permeabilitas uap air kemasan dalam pendugaan umur simpan bandrek instan sebaiknya dilakukan melalui prosedur yang berlaku karena akan menghasilkan data yang lebih tepat dibandingkan dengan menggunakan data literatur. DAFTAR PUSTAKA [AOAC] Association of Official Analytical Chemist Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemist. Arlington (VG): AOAC Inc. Abdullah M, Mustikaningtyas D, Widiatningrum T Inventarisasi Jenis- Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di Hutan Hujan Dataran Rendah Desa Nyamplung Pulau Karimunjawa. Biosaintifika Vol. 2 No.2 ISSN X: Adzkiya MAZ Kajian Potensi Antioksidan Beras Merah dan Pemanfaatannya pada Minuman Beras Kencur. [Tesis]. Bogor (ID): IPB Agustina, R Formulasi dan Daya Simpan Minuman dalam Kemasan Gelas Plastik. [Skripsi]. Bogor (ID): IPB Anagari H, Mustaniroh SA, dan Wignyanto Penentuan Umur Simpan Minuman Fungsional Sari Akar Alang Alang dengan Metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) (Studi Kasus di UKM R. Rovit Batu-malang). Di Dalam: AGROINTEK Volume 5 No 2 Agustus Anonim Indonesia Salah Satu Produsen Dan Konsumen Cengkeh Terbesar Dunia. [Internet]. [diunduh 16 Oktober 2012]. Tersedia dari:

40 Arpah Buku dan Monograf Penentuan Kadaluarsa Produk. Program Studi Ilmu Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Standardisasi Nasional SNI 0l : Cara Uji Makanan dan Minuman. Badan Standardisasi Nasional SNI 0l : Sirop. Badan Standardisasi Nasional SNI : Serbuk Minuman Tradisional. Badan Standardisasi Nasional SNI 2897:2008 : Metode Pengujian Cemaran Mikroba dalam Daging, Telur dan Susu serta Hasil Olahannya. Burke J Vapor Barrier Films. WAAC Newsletter Volume 14 Number 2 pp Chotimarkron C, Soottawat B, Nattiga S Antioxidant component and properties of five long grained rice bran extracts from commercial available cultivar in Thailand.J Food Chem 111: Edria D Penentuan Umur Simpan Minuman Fungsional CINNA-ALE Instan dengan Metode Arrhenius [skripsi]. Bogor (ID): IPB Ellis MJ The methodology of shelf life determination. di dalam. Shelf Life Evaluation of Foods. Ed. CMD Man dan AA Jones. Blackie Academic and Professional. Glasgow. Estiasih T Penentuan Umur Simpan Jahe Instan Dengan MetodeAccelarated Shelf Life Test (ASLT) Dengan PendekatanArrhenius. [skripsi] Malang (ID): Universitas Brawijaya. Fitria M Pendugaan Umur Simpan Produk Biskuit Dengan Metode Akselerasi Berdasarkan Pendekatan Kadar Air Kritis. [Skripsi]. Bogor (ID): IPB. Herold Formulasi Minuman Fungsional Berbasis Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus BI.Miq) Yang Didasarkan Pada Optimasi Aktivitas Antioksidan, Mutu Citarasa dan Warna [Skripsi]. Bogor (ID): IPB. Hutching JB Food Color and Appearance. Chapman and Hall Food Science Book. Aspen Publishers, Inc., Gaithersburg, Maryland. Indariani S Aktivitas Antihiperglikemik Minuman Fungsional Berbasis Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus BI. Miq) pada Mencit Hiperglikemik yang Diinduksi dengan Streptozotocin. [Skripsi]. Bogor (ID): IPB Iswari K, Harnel, Afdi E, dan Azman Kajian Formulasi dan Pendugaan Umur Simpan Sirup Manggis. Prosiding Seminar Nasional Hortikultura. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Javanmardi, J., Stushnoff, C., Locke, E. and Vivanco, J.M Antioxidant activity and total phenolic content of Iranian Ocimum accessions. Food Chemistry 83: Kochar SP, Rossell JB Detection, estimation, and evaluation of antioxidant in food systems. In : Hudson BJF (ed). Food Antioxidants. London : Elseviere Appl. Sci. pp Kordial N Perpanjangan Umur Simpan Dan Perbaikan Citarasa Minuman Fungsional Berbasis Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus Bi. Miq) Menggunakan Ekstrak Berbagai Varietas Jeruk. [Skripsi]. Bogor (ID): IPB 27

41 28 Koswara S Evaluasi sensori dalam pendugaan umur simpan produk pangan. Pelatihan Pendugaan Waktu Kedaluwarsa (Self Life). Bogor, 1 2 Desember Pusat Studi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Kubo I, Masuoka N, Xiao P, dan Haraguchi H Antioxidant Activity of Dodecyl Gallate. J. Agric. Food Chem. 50: Kusnandar F, Adawiyah DR, Fitria M Pendugaan Umur Simpan Produk Biskuit dengan Metode Akselerasi Berdasarkan Pendekatan Kadar Air Kritis. J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. XXI No 2 Th Kusnandar F Pendugaan Umur Simpan Produk Pangan dengan Metode Accelerated Shelf-life Testing (ASLT). [Internet]. [diunduh 18 Oktober 2012]. Tersedia pada: Labuza TP Open shelf-life Dating of Foods. Food Science and Nutrition. Press Inc., Westport, Connecticut. Marinova G. dan Batchvarov V Evaluation Of The Methods For Determination Of The Free Radical Scavenging Activity By Dpph. Bulgarian Journal Of Agricultural Science, 17 (No 1) 2011, Agricultural Academy Maturin L dan Peeler JT Aerobic Plate Count. Di dalam: Bacteriological Analytical Manual Online. Center for Food Safety and Applied Nutrition. U.S. Food and Drug Administration. Molyneux P The use of the stable free radical diphenylpicryl-hydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin J. Sci. Technol. Vol. 26 (2): Nirmagustina DE, Zulfahmi dan Oktafrina Sifat Organoleptik dan Kandungan Total Fenol Minuman Rempah Tradisonal (Minuman Secang). Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 16, No. 1 Maret 2011 Nurkhoeriyati T Perubahan Sifat Fisikokimia Dan Pendugaan Umur Simpan Minuman Fungsional Susu Skim Yang Disuplementasi Tepung Kedelai Kaya Isoflavon Serta Difortifikasi Vitamin C dan E. [Skripsi]. Bogor (ID): IPB. Pratiwi Formulasi, Uji Kecukupan Panas, dan Pendugaan Umur Simpan Minuman Sari Wornas (Wortel-Nanas). [Skripsi]. Bogor (ID): IPB. Pratt DE, Hudson BJF Natural antioxidant not exploited commercially. In : Hudson BJF (ed). Food Antioxidants. London : Elsevier Appl. Sci. pp Prihantini S Formulasi, Karakterisasi Kimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Produk Minuman Fungsional Tradisional dari Sari Jahe (Zingiber Officinale R.), Sari Sereh (Cymbopogon Flexuosus), dan Campurannya. [Skripsi]. Bogor (ID): IPB Robertson L Food Packaging Priciples and Practice. New York: Marcell Dekker, Inc. Sari P Antosianin Buah Buni (Antidesma bunius). [Internet]. [diunduh 24 Juni 2013]. Tersedia dari: Setyaningsih D, Apriyantono A, Puspitasari M Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Jakarta: Bharata Karya Aksara Spiess WEL and Wolf W Critical Evaluationof Methods to Determine Moisture Sorption Isotherm. Dalam: Water Activity: Theory and Application to Food.New York: Marcell Dekker, Inc.

42 Sugiarto, Yuliasih I, Tedy Pendugaan umur simpan bubuk jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum). Jurnal teknologi Industri pertanian 17(1): Sungthongjeen S Application of Arrhenius Equation and Plackett-Burman Design to Ascorbic Acid Syrup Development. Naresuan University Journal 2004; 12(2) : Syarif R dan Halid H Teknologi Penyimpanan Pangan. Pusat Studi Antar Universitas. IPB.Bogor. Widowati S, Herawati H, Syarif R, Suyatma NE, Prasetia HA Pengaruh Isoterm Sorpsi Air terhadap Stabilitas Beras Ubi. J. Tekno dan Industri Pangan Vol. XXI No 2 Th Wiguna D Pengaruh Suhu dan Transparansikemasan Terhadap Stabilitas Kapasitas Antioksidan sebagai Parameter Umur Simpan Bir Pletok. [Skripsi]. Bogor (ID): IPB. Wijaya CH Pendugaan Umur Simpan Produk Kopi Instan Formula Merk-Z dengan Metode Arrhenius. [Skripsi]. Bogor (ID): IPB. 29

43 30 Lampiran 1 Metode Analisis Kapasitas Antioksidan, Total Fenol, Uji Mikroba Pengukuran Kapasitas Antioksidan Menggunakan DPPH (Kubo et al. 2002, Molyneux 2004) Larutan standar yang digunakan adalah larutan asam askorbat dengan konsentrasi ppm. Kurva standar asam askorbat dibuat dengan memplotkan hubungan antara konsentrasi asam askorbat dan selisih absorbansi blanko dengan absorbansi larutan standar. Kemudian larutan buffer asetat (ph 5.5) sebanyak 2 ml dicampur dengan 3.75 ml metanol, dan 200 μl larutan DPPH 1.5 mm. Setelah itu larutan campuran divorteks. Sebanyak 100 μl larutan sampel atau larutan standar antioksidan ditambahkan ke dalam larutan campuran. Selanjutnya larutan diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit dan dilakukan pembacaan absorbansi sampel dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Kapasitas antiksidan = C x V x FP W Keterangan: C = konsentrasi (mg AEAC/L) V = volume (ml) FP = faktor pengencer W = berat sampel (g) Total Fenol (modifikasi Chotimarkron et al. 2008) Larutan standar yang digunakan adalah larutan asam galat. Pengujian menggunakan folin ciocalteau 50% dan pereaksi Na 2 CO 3 5%. Kemudian larutan standar atau sampel sebanyak 0.5 ml dilarutkan dalam 0.5 ml etanol 95%, 2.5 ml air suling, dan 2.5 ml larutan reagen folin ciocalteau. Larutan lalu didiamkan selama 5 menit dalam ruang gelap. Setelah ditambahkan 0.5 ml larutan Na 2 CO 3, larutan diinkubasi kembali dalam ruang gelap selama 1 jam. Setelah inkubasi larutan divorteks dan diukur absorbansinya dengan panjang gelombang 725nm. Analisis total fenol dilakukan untuk melihat kemampuan mereduksi dari komponen fenol. Prinsipnya adalah reduksi reagen fosfomolibdat dan fosfotungstat sehingga terbentuk kompleks warna biru (molibdenum blue) yang diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Total fenol dapat dihitung dengan rumus: Total fenol= C x V x FP W Keterangan: C = konsentrasi (mg GAE/L) V = volume (ml) FP = faktor pengencer W = berat sampel (g) Total Mikroba (Angka Lempeng Total) (Maturin dan Peeler, 2001) Sebanyak satu ml sampel diambil dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan pengencer. Selanjutnya dilakukan pengocokan hingga homogen dengan vorteks. Pengenceran dan pemupukan dilakukan hingga tingkat pengenceran Dari tiap-tiap pengenceran, dipipet secara aseptis 1 ml untuk dimasukkan ke dalam

44 cawan petri steril (pemupukan) secara duplo dan ditambahkan media PCA (Plate Count Agar) steril sebanyak ml. Segera setelah penuangan, cawan petri digerakkan di atas meja secara hati-hati untuk menyebarkan sel-sel mikroba secara merata, yaitu dengan gerakan melingkar atau angka delapan. Setelah medium membeku, cawan petri diinkubasikan dengan posisi terbalik pada inkubator suhu 37 C selama 2 hari (48 jam). Perhitungan jumlah total mikroba dilakukan dengan menggunakan Standard Plate Count (SPC) metode Harrigan. Total Kapang-Khamir (Maturin dan Peeler, 2001) Sebanyak satu ml sampel diambil dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan pengencer. Setelah itu dilakukan pengocokan hingga homogen dengan vorteks. Pengenceran dan pemupukan dilakukan hingga tingkat pengenceran Selanjutnya ke dalam cawan tersebut dimasukkan media PDA (Potato Dextrose Agar) cair yang telah ditambah asam tartarat steril 10% sebanyak ml. Segera setelah penuangan, cawan petri digerakkan di atas meja secara hatihati untuk menyebarkan sel-sel mikroba secara merata, yaitu dengan gerakan melingkar atau angka delapan. Setelah medium membeku, cawan petri diinkubasikan dengan posisi terbalik pada inkubator suhu 30 C selama 2 hari (48 jam). Perhitungan jumlah kapang dan khamir dilakukan dengan menggunakan metode Harrigan. Pengujian Angka Paling Mungkin (APM) Koliform (modifikasi SNI ) Contoh padat ditimbang sebanyak 25 g atau contoh cair diukur sebanyak 25 ml secara aseptik kemudian dimasukkan ke dalam wadah steril. Selanjutnya ditambahkan 225 ml larutan buffer steril ke dalam wadah steril berisi contoh. Larutan campuran kemudian dihomogenkan selama 1 menit. Larutan campuran ini merupakan larutan dengan pengenceran Pengujian koliform menggunakan seri 3 tabung. Sebelum dilakukan uji penduga, dibuat pengenceran sampai dengan Uji Penduga dilakukan dengan cara memipet 1 ml dari setiap pengenceran masing masing ke dalam 5 seri tabung LB yang berisi tabung Durham. Semua tabung diinkubasi pada suhu 35 o C selama 48 jam ± 2 jam. Hasil uji dinyatakan positif apabila terbentuk gas. Penentuan nilai APM berdasarkan jumlah tabung LB yang positif sebagai jumlah koliform per ml atau per gram. Pengujian APM Escherichia coli (modifikasi SNI ) Pengujian APM E. coli dilakukan dengan cara mengambil 1-2 ose dari tabung LB dan menggoreskannya secara kuadran pada cawan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar). Cawan kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C selama 48 jam. Koloni yang diduga E. coli berdiameter 2-3 mm berwarna hitam atau gelap pada bagian pusat koloni, dengan atau tanpa metalik kehijauan yang mengkilat. Selanjutnya dilakukan uji biokimia menggunakan uji IMViC. Pengujian Salmonella sp. (modifikasi SNI ) Pengujian Salmonella sp. dimulai dengan tahap pengayaan. Contoh padat ditimbang sebanyak 25 g atau contoh cair diukur sebanyak 25 ml secara aseptik kemudian dimasukkan ke dalam wadah steril. Selanjutnya ditambahkan 225 ml larutan selenite cystine broth steril ke dalam wadah steril berisi contoh. Larutan 31

45 32 campuran kemudian dihomogenkan selama 1 menit. Larutan campuran kemudian diinkubasi pada suhu 35 o C selama 24 jam ± 2 jam. Sebanyak 1 atau 2 ose kultur dari tahap pengayaan yang telah diinkubasi digoreskan pada agar cawan HEA, BSA, dan XLDA. Cawan kemudian diinkubasikan pada suhu 35 o C selama 24 jam ± 2 jam. Koloni Salmonella pada media HEA terlihat berwarna hijau kebiruan dengan atau tanpa titik hitam (H 2 S). Pada media XLDA koloni terlihat merah muda dengan atau tanpa titik mengkilat atau terlihat hampir seluruh koloni hitam. Pada media BSA koloni terlihat keabu abuan atau kehitaman, kadang metalik, media di sekitar koloni berwarna coklat dan semakin lama waktu inkubasi akan berubah menjadi hitam. Identifikasi dilakukan dengan cara mengambil koloni yang diduga dari ketiga media tersebut dan menginokulasikannya ke TSIA dan LIA yang selanjutnya akan diinkubasi pada suhu 35 o C selama 24 jam ± 2 jam. Pengujian Jumlah Staphylococcus aureus (modifikasi SNI ) Persiapan contoh dilakukan dengan cara menimbang contoh sebanyak 25 gram untuk contoh padat dan semi padat atau mengukur contoh cair sebanyak 25 ml secara aseptik kemudian contoh dimasukkan ke dalam wadah steril. Larutan pengencer steril sebanyak 225 ml ditambahkan ke dalam wadah yang berisi contoh yang kemudian dihomogenkan selama 1-2 menit. Larutan ini merupakan larutan dengan pengenceran 10-1 yang selanjutnya akan dibuat pengenceran 10-2, 10-3, dan seterusnya. Pengujian jumlah S. aureus dilakukan dengan cara memindahkan 1 ml contoh masing masing 0.4 ml, 0.3 ml, dan 0.3 ml dari setiap pengenceran ke dalam 3 cawan yang berisi ml BPA yang sudah ditambah dengan egg yolk tellurite emulsion. Cawan kemudian diinkubasi pada suhu 35 o C selama 45 hingga 48 jam pada posisi terbalik. Koloni S. aureus mempunyai cirri khas bundar, licin, dan halus cembung, berdiameter 2-3 mm, berwarna abu abu sampai hitam pekat, dikeliling zona opak, dengan atau tanpa zona luar yang terang (clear zone). Tepi koloni putih dan dikelilingi daerah yang terang. Selanjutnya akan dilakukan uji identifikasi berupa pengecatan gram dan uji koagulase pada koloni yang diduga sebagai S. aureus.

46 33 Lampiran 2 Rekapitulasi Data Organoleptik Titik Kritis Bandrek Instan Warna bandrek Panelis Waktu Penyimpanan (Jam) Skor ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Dependent Variable: Skor Dunnett t (2-sided) Multiple Comparisons (I) Waktu (J) Waktu Mean Std. Sig. 95% Confidence Interval penyimpanan penyimpanan Difference (I-J) Error Lower Bound Upper Bound * * * * * *. The mean difference is significant at the 0.05 level. a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.

47 34 Aroma Bandrek Panelis Waktu Penyimpanan (Jam) Skor ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Dependent Variable: Skor Dunnett t (2-sided) Multiple Comparisons (I) Waktu (J) Waktu Mean Difference Std. Sig. 95% Confidence Interval penyimpanan penyimpanan (I-J) Error Lower Bound Upper Bound * * * * * *. The mean difference is significant at the 0.05 level. a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.

48 35 Penggumpalan Panelis Waktu Penyimpanan (Jam) Skor ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Dependent Variable: Skor Dunnett t (2-sided) Multiple Comparisons (I) Waktu (J) Waktu Mean Std. Sig. 95% Confidence Interval penyimpanan penyimpanan Difference (I-J) Error Lower Bound Upper Bound * * * * * *. The mean difference is significant at the 0.05 level. a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.

49 36 Flowability Panelis Waktu Penyimpanan (Jam) Skor ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Dependent Variable: Skor Dunnett t (2-sided) Multiple Comparisons (I) Waktu (J) Waktu Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval penyimpanan penyimpanan Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound * * * * * *. The mean difference is significant at the 0.05 level. a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.

50 Lampiran 3a Scoresheet uji organoleptik Bandrek Instan Nama: Tanggal: Sampel: Bandrek Instruksi: 1. Lakukan pengamatan warna, aroma, dan penampakan contoh bandrek satu persatu dari kiri ke kanan. 2. Setelah melakukan pengamatan satu contoh, berikan penilaian Anda terhadap warna, aroma, dan penampakan contoh bandrek dengan cara memberikan tanda cek (v) terhadap intensitas warna, aroma, dan penampakan pada kolom yang tersedia di bawah kode contoh. 3. Tuliskan nomor kode sampel yang masih dapat diterima dan tidak menurut Anda di kolom yang tersedia. Kriteria: Warna Bandrek Intensitas Skor Kode Sampel masih Standar Sangat Gelap 1 dapat diterima Ya Tidak Kriteria: Aroma Bandrek Intensitas Skor Kode Sampel masih Standar Tidak ada 1 dapat diterima Ya Tidak 37

51 38 Kriteria: Penampakan (penggumpalan) Intensitas Skor Kode Sampel masih Sangat banyak gumpalan Standar 1 dapat diterima Ya Tidak Kriteria: Kemudahan untuk ditabur Intensitas Skor Kode Sampel masih dapat diterima Ya Tidak Standar Sangat susah 1

52 39 Lampiran 3b Scoresheet Uji Organoleptik Sirup Buah Pala Nama: Tanggal: Sampel: Sirup Pala Instruksi: 1. Lakukan pengamatan warna, aroma, dan rasa contoh sirup pala satu persatu dari kiri ke kanan. 2. Setelah melakukan pengamatan satu contoh, berikan penilaian Anda terhadap warna, aroma, dan rasa contoh sirup pala dengan cara memberikan tanda cek (v) terhadap intensitas warna, aroma, dan rasa pada kolom yang tersedia di bawah kode contoh. 3. Tuliskan nomor kode sampel yang masih dapat diterima dan tidak menurut Anda di kolom yang tersedia. Kriteria: Warna Sirup Pala Intensitas Skor Kode Sampel masih dapat diterima Standar Gelap 1 Ya Tidak Kriteria: Aroma Pala Intensitas Skor Kode Sampel masih dapat diterima Sangatkuat Standar Tidakada 1 Ya Tidak

53 40 Kriteria: Aroma Gula (Karamel) Intensitas Skor Kode Sampel masih dapat diterima Tidak ada 10 Standar Sangat kuat 1 Ya Tidak Kriteria: Rasa Pala Intensitas Skor Kode Sampel masih dapat diterima Sangatkuat Standar Tidakada 1 Ya Tidak Kriteria: Rasa Asam Intensitas Skor Kode Sampel masih dapat diterima Tidak ada 10 9 Standar Sangat kuat 1 Ya Tidak

54 Lampiran 4 Modifikasi persamaan dan contoh perhitungan mencari nilai konstanta persamaan isotermis Persamaan model Hasley untuk bandrek instan log [ln(1/aw)] = log P1 P2 log Me y = log [ln(1/aw)] x = log Me a = log P1 b = -P2 Nilai a dan b merupakan nilai konstanta yang dihitung dengan metode kuadrat terkecil. 41 b = n n i 1 XiYi n n i 1 Xi i 1 Yi n n i 1 Xi 2 n i 1(Xi) 2 a = Y - bx No Aw Me X = log Me X 2 Y = log(ln(1/aw)) XY Total ^ X bar Dari hasil perhitungan dengan metode kuadrat terkecil diperoleh nilai: b = a = Persamaan Hasley yang didapat adalah: y = x log [ln(1/a w )] = log Me

55 42 Lampiran 5 Hasil Pengukuran Nilai L a b Sirup Buah Pala Suhu 35 o C Harike- L a b U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U Rataan Rataan Rataan Rataan Rataan Rataan* Suhu 45 o C Harike- L a b U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U Rataan Rataan Rataan Rataan* Rataan Suhu 55 o C Harike- L a b U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U Rataan Rataan Rataan* Rataan Rataan *= Titik kritis

56 L Suhu Ordo 0 Ordo 1 Persamaangrafik R 2 Persamaangrafik R 2 35 o C y = x y = x o C y = x y = x o C y = x y = x a Suhu Ordo 0 Ordo 1 Persamaangrafik R 2 Persamaangrafik R 2 35 o C y = x y = x o C y = x y = x o C y = x y = x b Suhu Ordo 0 Ordo 1 Persamaangrafik R 2 Persamaangrafik R 2 35 o C y = x y = x o C y = x y = x o C y = x y = x

57 44 Lampiran 6 Grafik Arrhenius parameter warna Hunter a dan b ln K y = x R² = /T Grafik hubungan ln k Atribut Warna Hunter a dengan suhu (1/T) ordo Nol ln k y = x R² = /T Grafik hubungan ln k Atribut Warna Hunter a dengan suhu (1/T) ordo Satu ln K /T y = x R² = Grafik hubungan ln k Atribut Warna Hunter b dengan suhu (1/T) ordo Nol ln k /T y = x R² = Grafik hubungan ln k Atribut Warna Hunter b dengan suhu (1/T) ordo Satu

58 45 Lampiran 7 Data hasil pengukuran nilai ph sirup buah pala selama pengujian U 35 o C (hari) 45 o C (hari) 55 o C (hari) Rataan

59 46 Lampiran 8 Rekapitulasi Data Uji Organoleptik Sirup Buah Pala Warna Panelis Suhu 35 oc Suhu 45 oc Suhu 55 oc Harike- Harike- Harike Rata - rata * * * Aroma Pala Panelis Suhu 35 oc Suhu 45 oc Suhu 55 oc Harike- Harike- Harike Rata * * * rata

60 Aroma gula Panelis Suhu 35 oc Suhu 45 oc Suhu 55 oc Harike- Harike- Harike Rata * * * rata Rasa Pala Panelis Suhu 35 oc Suhu 45 oc Suhu 55 oc Harike- Harike- Harike Rata - rata * * *

61 48 Rasa Asam Panelis Suhu 35 oc Suhu 45 oc Suhu 55 oc Harike- Harike- Harike Rata * * * rata *= Titik kritis Titik Kritis Atribut Mutu Sirup Buah Pala Karakter Suhu Rata - rata 35 o C 45 o C 55 o C Warna Aroma pala Aroma gula Rasa pala Rasa asam

62 Lampiran 9 Persamaan grafik penurunan mutu atribut organoleptik sirup buah pala Warna Suhu Ordo 0 Ordo 1 Persamaangrafik R 2 Persamaangrafik R 2 35 o C y = x y = x o C y = x y = x o C y = x Y = x Aroma pala Suhu Ordo 0 Ordo 1 Persamaangrafik R 2 Persamaangrafik R 2 35 o C y = x y = x o C y = x y = x o C y = x y = x Aroma gula Suhu Ordo 0 Ordo 1 Persamaangrafik R 2 Persamaangrafik R 2 35 o C y = x y = x o C y = x y = x o C y = -0.2x y = x Rasa pala Suhu Ordo 0 Ordo 1 Persamaangrafik R 2 Persamaangrafik R 2 35 o C y = x y = x o C y = x y = x o C y = x y = x Rasa Asam Suhu Ordo 0 Ordo 1 Persamaangrafik R 2 Persamaangrafik R 2 35 o C y = x y = x o C y = x y = x o C y = x y = x

63 50 Lampiran 10 Grafik Arrhenius atribut mutu organoleptik ln k y = x R² = /T Grafik hubungan ln k Atribut Aroma Pala dengan suhu (1/T) ordo Nol ln k y = x R² = /T Grafik hubungan ln k Atribut Aroma Pala dengan suhu (1/T) ordo Satu ln k y = x R² = /T Grafik hubungan ln k Atribut Aroma Gula dengan suhu (1/T) ordo Nol ln k y = x R² = /T Grafik hubungan ln k Atribut Aroma Gula dengan suhu (1/T) ordo Satu

64 51 ln k y = x R² = /T Grafik hubungan ln k Atribut Rasa Pala dengan suhu (1/T) ordo Nol ln k /T y = x R² = Grafik hubungan ln k Atribut Rasa Pala dengan suhu (1/T) ordo Satu ln k y = x R² = /T Grafik hubungan ln k Atribut Rasa Asam dengan suhu (1/T) ordo Nol ln k /T y = x R² = Grafik hubungan ln k Atribut Rasa Asam dengan suhu (1/T) ordo Satu

65 52 Lampiran 11 Data Kapasitas Antioksidan Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala Kurva standar Asam Askorbat, Abs blanko = Konsentrasi (mg/l) Absorbansi (A) A blanko A sampel Kurva Standar Asam Askorbat (mg/l) y = 0.001x R² = Absorbansi Konsentrasi (mg/l) Sampel (Bandrek g ; Pala 20 ml dalam 100 ml lalu diencerkan 5x) Ulangan Bandrek Pala A Konsentrasi (ppm) Kapasitas Antioksidan AEAC (mg/g) A Konsentrasi (ppm) Kapasitas Antioksidan AEAC (mg/ml) Rataan

66 53 Lampiran 12 Data Total Fenol Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala Kurva Standar Asam galat Konsentrasi (mg/l) Absorbansi Absorbansi Kurva Standar Asam Galat (mg/l) y = 0.004x R² = Konsentrasi (mg/l) Sampel (Bandrek g ; Pala 20 ml dalam 100 ml) U Bandrek Pala Abs Konsentrasi Total fenol Abs Konsentrasi Total (mg/l) (mg/g) (mg/l) (mg/ml) Rata - rata fenol

67 54 Lampiran 13 Hasil Independent Sampel t-test Kapasitas Antioksidan Minuman Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala Keterangan: 1 = Minuman bandrek instan 2 = Minuman Sirup Buah Pala Group Statistics Sampel N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Kapasitas Antioksidan Independent Samples Test Kapasitas Antioksidan Equal variances assumed Equal variances not assumed Levene's Test for Equality of Variances F Sig. t-test for Equality of Means t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference % Confidence Interval of the Difference Lower Upper Kesimpulan: kapasitas antioksidan minuman bandrek instan dan sirup buah pala berbeda nyata pada taraf signifikansi 5% (p<0.05)

68 55 Lampiran 14 Hasil Independent Sampel t-test Total Fenol Minuman Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala Keterangan: 1 = Minuman bandrek instan 2 = Minuman Sirup Buah Pala Group Statistics Sampel N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Total Fenol Independent Samples Test Kapasitas Antioksidan Equal variances assumed Equal variances not assumed Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F 1.91E+15 Sig..000 t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference % Confidence Interval of the Difference Lower Upper Kesimpulan: total fenol minuman bandrek instan dan sirup buah pala berbeda nyata pada taraf signifikansi 5% (p<0.05)

69 56 Lampiran 15 Contoh Perhitungan Umur Simpan Sirup Buah Pala Pendugaan umur simpan sirup buah pala atribut warna L ordo satu dapat ditentukan sebagai berikut: y = x ln k = -1159(1/T) Apabila suhu distribusi produk diasumsikan adalah 27 C (300 K), maka: Ln k = -1159(1/T) = -1159(1/300) = k = unit mutu per hari Dengan demikian dapat ditentukan perkiraan umur simpan berdasarkan parameter warna adalah : Umur simpan (hari) = ln Qo Qc k = ln Unit mutu awal Unit mutu kritis unit mutu /hari ln = unit mutu /hari = hari 35 hari

70 57 RIWAYAT HIDUP Ghesi Wuri Aryani lahir di Jakarta, 10 Pebruari 1992 dari pasangan ayah Guntur Parulian Simanjuntak dan ibu Haryani Setianingsih sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menamatkan pendidikan formal pertamanya di SDN Sukadamai 3 Bogor (2003), jenjang SMP di SMPN 1 Balikpapan (2006), jenjang SMA di SMAN 1 Balikpapan (2009), dan jenjang S1 di Institut Pertanian Bogor (2013) dengan Mayor Ilmu dan Teknologi Pangan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis yang merupakan bagian dari Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan IPB juga aktif dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan, antara lain Food Bowl Quiz Competition (2011), Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan (2011), dan IFOODEX (2012). Beberapa Seminar dan pelatihan yang pernah diikuti penulis adalah Workshop IT TODAY 2009; Seminar The Power of Diet (2009); International Seminar The Power of Local Resources to Support Food Security, Food Diversification, and Food Safety (2010); Unilever General Public Lecture The World of Supply Chain in Unilever: Delivering Sustainability Amidst Resources Scarcity (2012); Pelatihan Good Laboratory Practices (GLP) (2012); Seminar Cermat Memilih Pangan, Hidup Sehat Kini dan Nanti (2012). Penulis yang pernah menerima beasiswa Pemerintah Kota Balikpapan ( ) ini pernah menjadi finalis dalam Food Innovation Competition Ngakalei Potensi Sumatgha yang diselenggarakan pada tahun 2012 oleh Universitas Pelita Harapan. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, penulis melakukan penelitian yang mendapatkan dana bantuan DIKTI dengan judul: Pendugaan Umur Simpan dengan Metode Accelerated Shelf-Life Testing (ASLT) pada Produk Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) di di Desa Sinarsari dan Dramaga Kabupaten Bogor di bawah bimbingan Dr. Ir. Didah Nur Faridah, M.Si. Penelitian dilakukan di Laboratorium ITP IPB pada bulan November 2012 hingga bulan Mei 2013.

Pendugaan Umur Simpan Dengan Metode Accelerated Shelf-Life Testing pada Produk Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala (Myristica fragrans)

Pendugaan Umur Simpan Dengan Metode Accelerated Shelf-Life Testing pada Produk Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala (Myristica fragrans) Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Desember 2013 ISSN 0853 4217 Vol. 18 (3): 144 153 Pendugaan Umur Simpan Dengan Metode Accelerated Shelf-Life Testing pada Produk Bandrek Instan dan Sirup Buah Pala

Lebih terperinci

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN Paper Pendugaan Umur Simpan Produk Kopi Instan Formula Merk-Z Dengan Metode Arrhenius, kami ambil dari hasil karya tulis Christamam Herry Wijaya yang merupakan tugas

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk menduga umur simpan dari sampel. Kondisi akselerasi dilakukan dengan mengondisikan sampel pada RH yang tinggi sehingga kadar air kritis lebih cepat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bumbu rujak Rujak manis adalah semacam salad. Rujak manis terdiri dari campuran beberapa potongan buah segar dengan dibumbui saus manis pedas. Pada umumnya bumbu rujak manis terbuat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Teknologi 29 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung serta di Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat 15 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Organoleptik, dan Laboratorium Analisis Kimia Pangan Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. FAKTOR MUTU KRITIS Seasoning danmicroencapsulated Ginger Powder merupakan produk flavor berbentuk bubuk yang memiliki kadar air rendah (kurang dari 5%) dan flowability yang tinggi.

Lebih terperinci

STABILITAS KANDUNGAN GIZI DAN PENDUGAAN UMUR SIMPAN FLAKES BERBAHAN BAKU TEPUNG SINGKONG

STABILITAS KANDUNGAN GIZI DAN PENDUGAAN UMUR SIMPAN FLAKES BERBAHAN BAKU TEPUNG SINGKONG STABILITAS KANDUNGAN GIZI DAN PENDUGAAN UMUR SIMPAN FLAKES BERBAHAN BAKU TEPUNG SINGKONG (Manihot Esculenta Crantz) FORTIFIKASI TEPUNG KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L.) Nurul Maulida Hafsah 1), Eka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang optimum untuk gum arabika dan tapioka yang kemudian umur simpannya akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang optimum untuk gum arabika dan tapioka yang kemudian umur simpannya akan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Enkapsulasi Minyak Cengkeh Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan perbandingan konsentrasi yang optimum untuk gum arabika dan tapioka yang kemudian

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian di Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai bahan utamanya dan bumbu pelengkap seperti terasi, garam, asam jawa.

I. PENDAHULUAN. sebagai bahan utamanya dan bumbu pelengkap seperti terasi, garam, asam jawa. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rujak manis adalah semacam salad yang dibuat dari campuran potongan buah segar dengan saus manis pedas. Bumbu rujak manis terbuat dari gula merah, sebagai bahan utamanya

Lebih terperinci

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK BISKUIT DENGAN METODE AKSELERASI BERDASARKAN PENDEKATAN KADAR AIR KRITIS

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK BISKUIT DENGAN METODE AKSELERASI BERDASARKAN PENDEKATAN KADAR AIR KRITIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK BISKUIT DENGAN METODE AKSELERASI BERDASARKAN PENDEKATAN KADAR AIR KRITIS [Accelerated Shelf-life Testing of Biscuits Using a Critical Moisture Content Approach] Feri Kusnandar*,

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Waktu Penelitian 25 METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium TLB (Teknik Lingkungan Biosistem), Laboratorium TPPHP, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Laboratorium

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI PRODUK Karakteristik produk diketahui dengan melakukan analisis proksimat terhadap produk teh hijau. Analisis proksimat yang dilakukan adalah kadar air, kadar

Lebih terperinci

III. METODELOGI. Penelitian dilaksanakan di laboratorium PT KH Roberts Indonesia dan

III. METODELOGI. Penelitian dilaksanakan di laboratorium PT KH Roberts Indonesia dan 29 III. METODELOGI Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium PT KH Roberts Indonesia dan laboratorium program studi ilmu pangan di Bogor. Pelaksanan penelitian dilakukan selama 6 bulan dari

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKM-P PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

LAPORAN AKHIR PKM-P PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA 1 LAPORAN AKHIR PKM-P PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KAJIAN PENENTUAN UMUR SIMPAN PRODUK SNACK IKAN LELE DUMBO (CLARIAS GARIEPINUS SP) DENGAN METODE ACCELERATED SHELF LIFE TESTING (ASLT) DENGAN PENDEKATAN

Lebih terperinci

PENENTUAN UMUR SIMPAN SIRUP PALA BERDASARKAN PERUBAHAN DERAJAT KEASAMAN ph Melisa J Sahambangung 1,Lady Ch Lengkey 2, David Rumambi 2,

PENENTUAN UMUR SIMPAN SIRUP PALA BERDASARKAN PERUBAHAN DERAJAT KEASAMAN ph Melisa J Sahambangung 1,Lady Ch Lengkey 2, David Rumambi 2, PENENTUAN UMUR SIMPAN SIRUP PALA BERDASARKAN PERUBAHAN DERAJAT KEASAMAN ph Melisa J Sahambangung,Lady Ch Lengkey, David Rumambi, Mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian UNSRAT Dosen

Lebih terperinci

UMUR SIMPAN. 31 October

UMUR SIMPAN. 31 October UMUR SIMPAN 31 October 2014 1 Outline 1. Pendahuluan 2. Umur Simpan 3. Penentuan Umur Simpan 4. Penutup 31 October 2014 2 Pendahuluan Makanan dan minuman disimpan, holding time mutu menurun. Produk minuman

Lebih terperinci

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat dan penurunan mutu produk kopi instan formula a. Kadar air (AOAC, 1995) Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Prinsip dari metode

Lebih terperinci

PENENTUAN UMUR SIMPAN BAHAN PANGAN

PENENTUAN UMUR SIMPAN BAHAN PANGAN PENENTUAN UMUR SIMPAN BAHAN PANGAN Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa mampu menjelaskan metode peramalan umur simpan bahan pangan yang dikemas UMUR SIMPAN atau MASA KADALUARSA Lamanya penyimpanan pada

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Metode Penelitian Uji penyimpanan

METODE Waktu dan Tempat Metode Penelitian Uji penyimpanan 14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juli 2010. Tempat yang digunakan pada penelitian ini antara lain Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Kimia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah budidaya jambu biji. Jambu biji jenis getas merah (Psidium guajava Linn) merupakan jenis jambu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia banyak sekali ditumbuhi oleh tanaman rimpang karena Indonesia merupakan negara tropis. Rimpang-rimpang tersebut dapat digunakan sebagai pemberi cita

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

METODOLOGI. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian 18 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium PT. Hale International dan Laboratorium Analisis Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB.Penelitian dilakukan mulai bulan Januari

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Sifat Organoleptik Warna Nilai rata-rata penilaian kesukaan (hedonik) terhadap parameter warna minuman berbahan baku FOS berkisar antara 5,4-6,0, sedangkan penilaian tingkat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah 1 KAJIAN LAMA SIMPAN KERIPIK PISANG KEPOK PUTIH (Musa acuminate sp.) BERDASARKAN TINGKAT AROMA, RASA DAN KERENYAHAN ORGANOLEPTIK DALAM BERBAGAI JENIS KEMASAN DENGAN MODEL PENDEKATAN ARRHENIUS Citra Ratri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

Kadar protein = % N x 6.25

Kadar protein = % N x 6.25 LAMPIRAN Lampiran Analisis karakterisasi mutu kimia a. Kadar air Sejumlah sampel (± g) dimasukan ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya. Kemudian cawan dimasukan ke dalam oven bersuhu 00 o C sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013. Pelaksanaan proses pengeringan dilakukan di Desa Titidu, Kecamatan Kwandang, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN SERI I 4.1.1. Perubahan Kapasitas Antioksidan Bir Pletok Selama Penyimpanan Penentuan kapasitas antioksidan diawali dengan menentukan persamaan kurva standar asam

Lebih terperinci

PENENTUAN UMUR SIMPAN BUMBU RUJAK DALAM KEMASAN BOTOL PLASTIK MENGGUNAKAN METODE ARRHENIUS

PENENTUAN UMUR SIMPAN BUMBU RUJAK DALAM KEMASAN BOTOL PLASTIK MENGGUNAKAN METODE ARRHENIUS PENENTUAN UMUR SIMPAN BUMBU RUJAK DALAM KEMASAN BOTOL PLASTIK MENGGUNAKAN METODE ARRHENIUS (Determination Of Shelf-Life Rujak Seasoning Packed In Plastic Bottle Using Arrhenius Method) Ida Ayu Agung Putri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PRODUK Karakteristik produk diketahui dengan melakukan analisis proksimat dan uji mikrobial terhadap produk kopi instan formula. Analisis proksimat yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Labortorium Rekayasa Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk susu kedelai bubuk komersial, isolat protein kedelai, glucono delta lactone (GDL), sodium trpolifosfat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

PENDUGAAN UMUR SIMPAN COOKIES NENAS DENGAN METODE AKSELERASI BERDASARKAN PENDEKATAN KADAR AIR KRITIS

PENDUGAAN UMUR SIMPAN COOKIES NENAS DENGAN METODE AKSELERASI BERDASARKAN PENDEKATAN KADAR AIR KRITIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN COOKIES NENAS DENGAN METODE AKSELERASI BERDASARKAN PENDEKATAN KADAR AIR KRITIS (The Estimation Of Shelf Life Of Pineapple Cookies Using Accelerated Method Based On Critical Moisture

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah jambu getas merah merupakan buah-buahan tropis yang mudah sekali mengalami kerusakan dan secara nyata kerusakannya terjadi pada saat penanganan, transportasi,

Lebih terperinci

Pendugaan Umur Simpan Sirup Buah Semu Jambu Mete (Anacardium Occidentale, L) dengan Metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT)

Pendugaan Umur Simpan Sirup Buah Semu Jambu Mete (Anacardium Occidentale, L) dengan Metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) Pendugaan Umur Simpan Sirup Buah Semu Jambu Mete (Anacardium Occidentale, L) dengan Metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) Afriyanti 1), Novian Wely Asmoro 2) 1)2) Fakultas Pertanian, Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Pengolahan Bumbu Pasta Ayam Goreng Proses pengolahan bumbu pasta ayam goreng meliputi tahapan sortasi, penggilingan, penumisan, dan pengentalan serta pengemasan. Sortasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Bandar Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

Peranan a w dalam Pendugaan dan Pengendalian Umur Simpan

Peranan a w dalam Pendugaan dan Pengendalian Umur Simpan Peranan a w dalam Pendugaan dan Pengendalian Umur Simpan phariyadi.staff.ipb.ac.id FOKUS : Pangan Sensitif Thd Perubahan Aktivitas Air Pangan sensitif thd perubahan air? Migrasi uap air ke/dari bahan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I. PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. 1. Kandungan gizi tepung ubi jalar per 100 g Karakteristik amilosa dan amilopektin... 11

DAFTAR TABEL. 1. Kandungan gizi tepung ubi jalar per 100 g Karakteristik amilosa dan amilopektin... 11 iii DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Kandungan gizi tepung ubi jalar per 100 g... 8 2. Karakteristik amilosa dan amilopektin... 11 3. Kandungan komponen kimia beberapa jenis granula pati... 13 4. Model-model

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

Kemampuan yang ingin dicapai:

Kemampuan yang ingin dicapai: Kemampuan yang ingin dicapai: Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik hidratasi pada bahan pangan serta hubungannya dengan pengolahan dan mutu pangan. A. PENGERTIAN Karakteristik hidratasi : karakteristik

Lebih terperinci

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis. 1. Kadar Air (AOAC, 1999) Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot keringnya. tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill) 10 BAB III MATERI DAN METODE Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill) dengan 3 jenis pemanis alami, dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2017 di Laboratorium Kimia dan

Lebih terperinci

Mochamad Nurcholis, STP, MP. Food Packaging and Shelf Life 2013

Mochamad Nurcholis, STP, MP. Food Packaging and Shelf Life 2013 Mochamad Nurcholis, STP, MP Food Packaging and Shelf Life 2013 OVERVIEW TRANSFER PANAS (PREDIKSI REAKSI) TRANSFER PANAS (PLOT UMUR SIMPAN PENDEKATAN LINEAR) TRANSFER PANAS (PLOT UMUR SIMPAN PENDEKATAN

Lebih terperinci

Sifat Kritis dan Umur Simpan Ukel Manis

Sifat Kritis dan Umur Simpan Ukel Manis Ika Murti Dewi,Sifat Kritis dan Umur Simpan Ukel Manis 47 Sifat Kritis dan Umur Simpan Ukel Manis Ika Murti Dewi 1), Agung Wazyka 2), Astuti Setyowati 2) Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Modified Cassava Flour (MOCAF) yang dibeli dari BBPP Pascapanen Pertanian Bogor, tepung terigu merek Kunci

Lebih terperinci

ISSN No Media Bina Ilmiah 45

ISSN No Media Bina Ilmiah 45 ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 45 PENURUNAN MUTU DAN PENDUGAAN UMUR SIMPAN SAUS TOMAT PADA SUHU BERBEDA Oleh Ni Wayan Putu Meikapasa Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati

Lebih terperinci

Gambar 6. Kerangka penelitian

Gambar 6. Kerangka penelitian III. BAHAN DAN METODOLOGI A. Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L) yang dibeli dari toko obat tradisional pasar Bogor sebagai sumber pigmen brazilein dan sinapic

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Permen Jelly Pepaya Karakteristik permen jelly pepaya diketahui dengan melakukan analisis proksimat dan uji mikrobiologis terhadap produk permen jelly pepaya.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rempah basah (bawang putih, bawang merah, lengkuas, kunyit, dan jahe) serta rempah kering (kemiri, merica,

Lebih terperinci

PENENTUAN UMUR SIMPAN KRIPIK PISANG KEJU GORONTALO DENGAN PENDEKATAN KURVA SORPSI ISOTERMIS

PENENTUAN UMUR SIMPAN KRIPIK PISANG KEJU GORONTALO DENGAN PENDEKATAN KURVA SORPSI ISOTERMIS PENENTUAN UMUR SIMPAN KRIPIK PISANG KEJU GORONTALO DENGAN PENDEKATAN KURVA SORPSI ISOTERMIS [Self-life Determination of Gorontalo Chesee Banana Chips Approach to Curve Sorption Isotherm Curve] 1) Merywati

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Keripik wortel sebagai bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil produksi sendiri yang dilakukan di laboratorium proses Balai Besar Industri

Lebih terperinci

SKRIPSI EVALUASI PERMEANSI UAP AIR PADA KEMASAN FLEKSIBEL DAN METODE PENENTUAN UMUR SIMPAN WAFER STICK DI PT ARNOTT S INDONESIA, BEKASI

SKRIPSI EVALUASI PERMEANSI UAP AIR PADA KEMASAN FLEKSIBEL DAN METODE PENENTUAN UMUR SIMPAN WAFER STICK DI PT ARNOTT S INDONESIA, BEKASI SKRIPSI EVALUASI PERMEANSI UAP AIR PADA KEMASAN FLEKSIBEL DAN METODE PENENTUAN UMUR SIMPAN WAFER STICK DI PT ARNOTT S INDONESIA, BEKASI Oleh IQBAL FAUZI F24102002 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

KADAR AIR KESETIMBANGAN (Equilibrium Moisture Content) BUBUK KOPI ROBUSTA PADA PROSES ADSORPSI DAN DESORPSI

KADAR AIR KESETIMBANGAN (Equilibrium Moisture Content) BUBUK KOPI ROBUSTA PADA PROSES ADSORPSI DAN DESORPSI KADAR AIR KESETIMBANGAN (Equilibrium Moisture Content) BUBUK KOPI ROBUSTA PADA PROSES ADSORPSI DAN DESORPSI SKRIPSI oleh Rakhma Daniar NIM 061710201042 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri dalam bidang pertanian sudah berkembang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri dalam bidang pertanian sudah berkembang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri dalam bidang pertanian sudah berkembang cukup pesat. Banyak industri yang menghasilkan produk pangan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pangan

Lebih terperinci

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN Kegunaan Penyimpangan Persediaan Gangguan Masa kritis / peceklik Panen melimpah Daya tahan Benih Pengendali Masalah Teknologi Susut Kerusakan Kondisi Tindakan Fasilitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manisan merupakan salah satu makanan tradisional yang sudah tidak asing

BAB 1 PENDAHULUAN. Manisan merupakan salah satu makanan tradisional yang sudah tidak asing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manisan merupakan salah satu makanan tradisional yang sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indonesia. Manisan banyak diproduksi secara tradisional oleh masyarakat

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG V. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Analisis Kimia.1.1 Kadar Air Hasil analisis regresi dan korelasi (Lampiran 3) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara jumlah dekstrin yang ditambahkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai 13 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai penjual di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang dan Laboratorium

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu kambing peranakan Etawah (susu kambing PE) yang diperoleh dari peternakan kambing di Ciapus Bogor, susu

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

Lampiran 1. Form isian organoleptik terhadap pengolahan beras pratanak UJI HEDONIK. Nama :... Tanggal :...

Lampiran 1. Form isian organoleptik terhadap pengolahan beras pratanak UJI HEDONIK. Nama :... Tanggal :... 73 Lampiran 1. Form isian organoleptik terhadap pengolahan beras pratanak UJI HEDONIK Nama :... Tanggal :... Petunjuk : Di hadapan Anda terdapat 2 contoh beras pratanak (parboiled rice), Anda diminta untuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parameter sensori sangat penting pada tahap penelitian dan pengembangan produk pangan baru. Produk baru yang dihasilkan harus memiliki penanganan yang tepat agar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat B. Metode Penelitian 1. Penentuan Kombinasi Gula Merah dan Gula Pasir 2. Formulasi Minuman Instan Coro

METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat B. Metode Penelitian 1. Penentuan Kombinasi Gula Merah dan Gula Pasir 2. Formulasi Minuman Instan Coro METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah bahan untuk formulasi dan bahan untuk analisis. Bahan untuk formulasi diantaranya gula merah, gula pasir,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2006 sampai Juli 2007 di Laboratorium Pengolahan Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, serta laboratorium SEAFAST Center

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Asam Malat dan Vitamin C terhadap Penerimaan Sensori Minuman sari buah jeruk memiliki karakteristik rasa asam dan apabila ditambahkan vitamin C dalam produk akan meningkatkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan untuk pembuatan produk, menguji total bakteri asam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah, Maksud dan tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Kerangka Berpikir, Hipotesa penelitian dan Waktu dan tempat penelitian.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Organoleptik, Laboratorium Biokimia Zat Gizi,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Proses penggorengan keripik durian dengan mesin penggorengan vakum dilakukan di UKM Mekar Sari di Dusun Boleleu No. 18 Desa Sido Makmur Kecamatan Sipora Utara

Lebih terperinci

PENDUGAAN MASA KADALUWARSA DENDENG LUMAT IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA KEMASAN ALUMINIUM FOIL. Oleh

PENDUGAAN MASA KADALUWARSA DENDENG LUMAT IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA KEMASAN ALUMINIUM FOIL. Oleh PENDUGAAN MASA KADALUWARSA DENDENG LUMAT IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA KEMASAN ALUMINIUM FOIL Oleh Elita Suryani Gultom 1), Dahlia 2), Suparmi 2) Abstract The research was to estimate the shelf

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN

PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Handout PENENTUAN KADALUWARSA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Laju Respirasi dengan Perlakuan Persentase Glukomanan Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah sawo yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

Skor hedonik. Kadar air

Skor hedonik. Kadar air JP2 Jurnal Penelitian Pangan Volume 2.1, Oktober 2017 P - ISSN: 2528-3537; E - ISSN: 2528-5157 Website: www.jurnal.unpad.ac.id/jp2 Pendugaan Umur Simpan Kerupuk Ikan dalam Berbagai Jenis Kemasan dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

PENENTUAN UMUR SIMPAN BUMBU RUJAK DALAM KEMASAN BOTOL PLASTIK MENGGUNAKAN METODE ARRHENIUS SKRIPSI

PENENTUAN UMUR SIMPAN BUMBU RUJAK DALAM KEMASAN BOTOL PLASTIK MENGGUNAKAN METODE ARRHENIUS SKRIPSI PENENTUAN UMUR SIMPAN BUMBU RUJAK DALAM KEMASAN BOTOL PLASTIK MENGGUNAKAN METODE ARRHENIUS SKRIPSI Oleh : IDA AYU AGUNG PUTRI TRISIANA DEWI NIM. 1111305001 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

Percobaan akan dilakukan pada bulan Mei-September Percobaan. Keteknikan Pengolahan Pangan, Laboratorium Pilot Plan, dan Laboratorium Kimia

Percobaan akan dilakukan pada bulan Mei-September Percobaan. Keteknikan Pengolahan Pangan, Laboratorium Pilot Plan, dan Laboratorium Kimia IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan akan dilakukan pada bulan Mei-September 2015. Percobaan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Pangan, Laboratorium Isolasi, Laboratorium

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di laboratorium LBP (Lingkungan dan Bangunan Pertanian) dan

Lebih terperinci