ANALISIS KETAHANAN PANGAN DAN STRATEGI KOPING PANGAN RUMAH TANGGA PETANI LAHAN KERING DI KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KETAHANAN PANGAN DAN STRATEGI KOPING PANGAN RUMAH TANGGA PETANI LAHAN KERING DI KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN"

Transkripsi

1 ANALISIS KETAHANAN PANGAN DAN STRATEGI KOPING PANGAN RUMAH TANGGA PETANI LAHAN KERING DI KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN Kurnia Rizal Efendi, Wiwit Rahayu, Widiyanto Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta Telp./Fax.(0271) fenndyy@gmail.com Telp Abstract : The concentration of food insecurity are mostly located in rural households who works as farmers and farm workers, especially in dry land worth examining further. This research aims to determine household food security dryland farmers in Sumberlawang District Sragen Regency and analyze the coping strategies by farm household struggle with food insecurity. The basic method used is descriptive method. Determining the location of the research conducted by purposive (intentional), which is in Sumberlawang District Sragen Regency. Determination of samples each village is done by proportional random sampling method and sampling was conducted by Systematic random sampling. The data used are primary data and secondary data. Data were analyzed using analysis of indicators of food security with the proportion of household expenditure with food consumption, and analysis food coping strategy. Results of the analysis showed the majority of respondent households in the Sumberlawang District classified as prone foods is 60% of respondents. While adequate food is only 10% and the rest classified as less foods by 20% and vulnerable foods by 10% of respondents households. Overall energy consumption in the District Sumberlawang at kcal/cap/day, or by 69.14% (or less) than the recommended energy sufficiency grade and protein consumption amounted to grams/cap/day or a total of 70.77% (approximately) of protein sufficiency grade which recommended. The food coping strategies to ensure food security is still at the stage of mild to involve members of the household productive age migrate for employment to help meet the food needs of the family and his wife sell small livestock. Keywords: food, coping strategies, food energy, dry land Abstrak : Konsentrasi rawan pangan sebagian besar berada pada rumah tangga di pedesaan yang berprofesi sebagai petani dan buruh tani khususnya di lahan kering yang layak dikaji lebih dalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan pangan rumah tangga petani lahan kering di Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen dan menganalisis strategi koping pangan yang dilakukan rumah tangga petani untuk mengatasi kesulitan pangan yang dihadapi. Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan purposive (sengaja), yaitu di Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Penentuan jumlah sampel tiap desa dilakukan secara proportional random sampling dan pengambilan sampel dilakukan dengan Systematic random sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis ketahanan pangan dengan indikator proporsi pengeluaran rumah tangga dengan konsumsi pangan, dan analisis strategi koping pangan. Hasil analisis menunjukan mayoritas rumah tangga responden di Kecamatan Sumberlawang tergolong rawan pangan sebesar 60% rumah tangga. Sedangkan yang tahan pangan hanya sebesar 10% dan sisanya tergolong kurang pangan sebesar 20% dan rentan pangan sebesar 10% rumah tangga responden. Rata-rata konsumsi energi rumah tangga responden di Kecamatan Sumberlawang sebesar 1.503,89 kal/kapita/hari atau sebesar 69,14% (kurang) dari AKG yang dianjurkan dan konsumsi Protein sebesar 41,06 gram/hari atau sebesar 70,77% (kurang) dari AKG yang dianjurkan. Strategi koping pangan dalam menjaga ketahanan pangan masih berada pada tahap ringan dengan melibatkan anggota rumah tangga yang berusia produktif untuk bermigrasi mencari pekerjaan dan menjual ternak kecil ketika bahan makanan tinggal sedikit. Kata Kunci: Pangan, Koping Strategi, Konsumsi Enegi, lahan kering

2 PENDAHULUAN Pangan merupakan sumber energi dan protein yang berguna untuk meningkatkan kualitas manusia. Pangan juga merupakan kebutuhan pokok dan komoditi strategis dalam kehidupan manusia untuk menjaga kelangsungan hidupnya agar tetap sehat dan produktif. Namun dalam kenyataannya, tidak semua orang dapat terpenuhi kebutuhan pangannya karena beberapa alasan sehingga mengalami kelaparan dan menghadapi kondisi rawan pangan, tetapi beberapa orang berlebihan dalam konsumsi pangannya (Marwanti, 2000). Hasan (2006) menjelaskan bahwa pada umumnya peristiwa kerawanan pangan dialami oleh para penduduk yang bertempat tinggal pada daerah lahan kering atau daerah yang miskin sumber daya alam, daerah dengan iklim yang cenderung memberikan batasan bagi perkembangan sektor pertaniannya. Setiawan (2008) menjelaskan tentang petani lahan kering, keberadaan lahan kering yang sangat luas dan potensial tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal bagi pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat di pedesaan. Keberadaan lahan kering telah terpinggirkan dan terbiaskan oleh program pembangunan pertanian yang terlalu fokus pada padi, perkebunan, dan sayuran dataran tinggi. Sampai saat ini belum ada komoditas unggulan yang bernilai ekonomis tinggi yang dihasilkan dari zona agroekosistem lahan kering. Ubi kayu, jagung, ubi jalar, kacang - kacangan merupakan komoditas utamanya. Meskipun sebagai komoditas utama lahan kering, namun secara ekonomi semua komoditas tersebut belum mampu memberikan jaminan harga dan kehidupan yang layak (kesejahteraan) kepada sebagian besar pelaku utamanya, yaitu petani. Ketahanan pangan rumah tangga berhubungan dengan kemampuan rumah tangga tersebut untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota nya (Usfar 2002 dalam Mutiara et al 2008). Keluarga biasanya akan melakukan food coping strategy untuk mengatasi permasalahan ketersediaan pangan. Food coping strategy adalah bentuk perubahan dan upaya-upaya yang dilakukan rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan. Konsumsi energi dan protein per kapita per hari di Provinsi Jawa Tengah menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), DEPKES (2009) hanya mengonsumsi energi 1703,3 kkal dan protein sebesar 51,3 gram. Dimana Kabupaten Sragen mengonsumsi energi dan protein di bawah rata-rata, yaitu mengonsumsi rata-rata energi per kapita sebesar 1.521,7 kkal dengan protein 48,4 gr. Namun hal ini belum menggambarkan ketahanan pangan sesungguhnya, selain besaran konsumsi, perhitungan proporsi pengeluaran pangan akan menentukan ketahanan pangan suatu daerah. Kabupaten Sragen memiliki daerah-daerah lahan kering yang luas. Daerah yang memiliki lahan kering terluas adalah kecamatan Sumberlawang yang memiliki lahan kering seluas Ha, sedangkan luas sawah sebesar Ha. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai ketahanan pangan rumah tangga petani lahan kering di Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen. Kabupaten Sragen memiliki lahan kering cukup luas yang berada di Kecamatan Sumberlawang (BPS, 2014). METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yakni penelitian yang

3 tertuju pada pemecahan masalah yang ada dengan cara menyusun data yang telah dikumpulkan, setelah itu dijelaskan dan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1998). Pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Ngargotirto dan Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Karena beberapa pertimbangan yaitu: a) Berada pada daerah lahan kering. b) Desa Ngargotirto dan Desa Ngargosari hanya memiliki komoditas unggulan jagung sedangkan untuk makan sehari-hari mengonsumsi beras. Populasi pada penelitian ini adalah anggota adalah rumah tangga petani lahan kering di Kecamatan Sumberlawang. Tahap pertama Untuk penentuan rumah tangga yang menjadi sampel secara acak dengan menggunakan alokasi proposional. Pengambilan sampel pada penelitian ini proportional random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 rumah tangga yang bekerja sebagai petani di daerah lahan kering Desa Ngargotirto dan Ngargosari diambil sampel masing-masing sebanyak 13 sampel dan 17 sampel yang diambil secara Systematic random sampling. Dari total data populasi yang sudah sesuai dengan kelompok tani dengan jumlah sebesar rumah tangga, pengambilan dimulai dari urutan ke 1, pada interval ke 85 diambil sampel ke dua dan seterusnya sampai terkumpul 30 sampel rumah tangga. Metode Analisis Data 1. Analisis ketahanan Pangan dengan Indikator Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Petani dan Konsumsi Pangan a. Analisis Pendapatan dan Proporsi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga petani dikelompokkan menjadi 2, yaitu pendapatan usahatani (on farm) dan luar usahatani (off farm) yang diusahakan oleh rumah tangga petani. Sedangkan pengeluaran rumah tangga dianalisis dengan analisis presentase dan angka rata-rata. Proporsi pengeluaran konsumsi pangan dihitung dengan rumus:...(1) Dimana Qp adalah proporsi pengeluaran konsumsi pangan (%), Kp merupakan pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga (Rp/bulan), dan Pd adalah pengeluaran total rumah tangga (Rp/bulan) b. Analisis Tingkat Konsumsi Energi Rumah Tangga Untuk mengetahui besarnya konsumsi energi adalah:...(2) Dimana : Gij adalah zat gizi yang dikonsumsi dari pangan atau makanan j, BPj adalah Berat makanan atau pangan j yang dikonsumsi (gram), Bddj adalah bagian yang dapat dimakan (%), dan KGej adalah kandungan Energi (kal) dari 100 gram pangan j c. Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Kriteria ketahanan pangan rumah tangga dapat diklasifikasikan 4 kategori yaitu (1) Tahan pangan: Proporsi pengeluaran pangan ( 60%), konsumsi cukup (TKG >80%AKG); (2) Rentan Pangan: Proporsi pengeluaran pangan (>60%), konsumsi cukup (TKG >80%AKG); (3) Kurang Pangan: Proporsi pengeluaran pangan ( 60%), konsumsi kurang (TKG

4 80%AKG); dan Rawan Pangan: Proporsi pengeluaran pangan (>60%), konsumsi kurang (TKG 80%AKG). 2. Analisis Strategi Koping Pangan Penilaian skor strategi koping pangan dilakukan untuk mengetahui kategori tingkat koping keluarga. Berdasarkan Corbett (1988) dalam Widiyanto(2010) mengidentifikasikan tiga tahap yang merefleksikan langkah mulai dari mengurangi risiko hingga perilaku koping yaitu : (1) mekanisme jaminan keamanan (insurance mechanism); (2) penjualan aset-aset produktif (disposal of productive assets); dan (3) kondisi penuh kemlaratan (destitution). HASIL DAN PEMBAHASAN Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan Terhadap Total Pengeluaran Rumah Tangga Responden Proporsi pengeluaran konsumsi pangan merupakan persentase banyaknya pengeluaran pangan dibanding besarnya pengeluaran total. Besarnya proporsi pengeluaran rumah tangga responden di Kecamatan Sumberlawang dapat dilihat pada Tabel 1. Pengeluaran total merupakan pengeluaran untuk konsumsi pangan ditambah pengeluaran untuk non pangan. Besarnya rata-rata pengeluaran total tuah tangga responden pada penelitian ini adalah Rp ,96. Data pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa pengeluaran untuk pangan sebesar Rp ,83 atau sebesar 57,18% dari total pengeluaran dan untuk pengeluaran non pangan sebesar Rp ,13 atau 42,82%. Berdasarkan Tabel 1, dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pangan di Kecamatan Sumberlawang memiliki proporsi yang lebih besar daripada pengeluaran non pangan terhadap pengeluaran total. Menurut Hukum Engel semakin tinggi proporsi pengeluaran pangan berarti tingkat kesejahteraan rumah tangga semakin rendah. Konsumsi Rumah Tangga Responden Konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi. Konsumsi makanan menyangkut kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi seseorang, semakin baik kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi seseorang maka semakin baik pula status gizi orang tersebut (Briawan dan Hardinsyah 1994). Konsumsi pangan dihitung dari makanan/minuman yang dimakan setiap anggota rumah tangga tanpa mempertimbangkan asal makanan. Konsumsi energi merupakan sejumlah energi pangan yang dinyatakan dalam kkal yang dikonsumsi rata-rata per orang per hari. Konsumsi protein adalah sejumlah protein pangan yang dinyatakan dalam gram yang dikonsumsi rata-rata per orang per hari. Data mengenai rata-rata konsumsi energi dan protein serta tingkat konsumsi gizi rumah tangga petani dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga Responden Pengeluaran Nominal(Rp/bulan) Proporsi (%) Pengeluaran Pangan ,83 57,18

5 Pengeluaran Non Pangan ,13 42,82 Total Pengeluaran ,96 100,00 Sumber: Analisis Data Primer,2014 Tabel 2. Rata- Rata Konsumsi dan Tingkat kecukupan Gizi rumah tangga responden Zat Gizi Konsumsi AKG yang dianjurkan TKG Energi (kkal/rt/hari) 1.503, ,52 69,14% Protein (gr/rt/hari) 41,06 58,55 70,77% Sumber: Data Primer, 2014 Tabel 2, menjelaskan bahwa besarnya rata-rata konsumsi energi rumah tangga responden di Kecamatan Sumberlawang adalah 1.503,89 kal/orang/hari dan konsumsi protein sebesar 41,06 gram/orang/hari. Ratarata konsumsi energi dan protein rumah tangga diperoleh dari besarnya energi dan protein yang terdapat dalam makanan/minuman yang dikonsumsi. Besarnya tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga petani di Kecamatan Sumberlawang adalah 69,14% untuk tingkat konsumsi energi dan 70,77% untuk tingkat konsumsi protein. Tingkat konsumsi energi rumah tangga responden tergolong dalam kategori defisit, sumber energi biasanya terpenuhi dari makanan yang berasal dari biji-bijian. Kebutuhan protein tercukupi dari lauk pauk yang bersumber protein hewani maupun nabati yang biasa mereka konsumsi yaitu ikan, tahu, tempe, dan ikan asin. Indikator kuantitas pangan dapat dilihat melalui besarnya konsumsi energi dan protein. Energi dan protein merupakan komponen gizi yang sangat penting bagi tubuh makhluk hidup. Energi berperan sebagai bahan bakar dalam aktivitas makhluk hidup, sedangkan protein berperan dalam pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh. Tingkat konsumsi energi dan protein diperoleh dari perbandingan antara konsumsi rumah tangga dan konsumsi yang dianjurkan berdasarkan angka kecukupan gizi. Tingkat konsumsi energi dan protein terbagi dalam empat kategori, yaitu defisit, kurang, sedang, dan baik. Berdasarkan pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa kategori rumah tangga berdasarkan tingkat pemenuhan Angka Kecukupan Gizi (AKG), kategori paling besar adalah kategori defisit dengan jumlah sebaran energi defisit mencapai 18 rumah tangga atau sebanyak 60% dari total rumah tangga responden. Tingkat konsumsi energi di Kecamatan Sumberlawang juga terdapat keluarga yang status energinya sedang dan baik, terdapat 5 rumah tangga atau 16,67% rumah tangga dengan status energinya sedang, 1 rumah tangga atau 3,33% termasuk dalam kategori baik. Tabel 3. Distribusi Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Responden Kategori Tingkat Konsumsi Gizi Energi Protein n % n % Defisit (TKG < 70% AKG) 18 60, ,67 Kurang (TKG % AKG) 6 20, ,33

6 Sedang (TKG % AKG) 5 16,67 2 6,67 Baik (TKG>100 %AKG) 1 3,33 4 3,33 Jumlah , ,00 Sumber : Data Primer, 2014 Kategori tingkat konsumsi 1994). protein paling banyak dari sebaran keseluruhan rumah tangga berada pada kategori defisit dengan jumlah rumah tangga responden sebesar 20 rumah tangga atau sebanyak 66,67% dari total rumah tangga responden. Hal ini menggambarkan masih rendahnya tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga petani di daerah lahan kering Kecamatan Sumberlawang. Adapun kategori kurang dan baik memiliki jumlah rumah tangga yang sama yaitu 4 rumah tangga atau sebanyak 13,33%. Sedangkan tingkat konsumsi protein dengan kategori sedang hanya terdapat 2 rumah tangga atau sebanyak 6,67% dari keseluruhan total rumah tangga. Perbedaan kategori tiap rumah tangga disebabkan perbedaan makanan/minuman yang dikonsumsi tiap rumah tangga. Pemenuhan gizi seimbang pada rumah tangga harus mendapatkan perhatian yang lebih, terlebih pada rumah tangga yang memiliki bayi. Seperti yang dijelaskan Sutoto (1990) Gizi pada batita harus seimbang, mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Kekurangan gizi dalam bentuk kekurangan protein dan energi serta zat gizi mikro pada kelompok ini selain akan menimbulkan gangguan pertumbuhan fisik juga non fisik seperti kerusakan awal perkembangan otak, kecerdasan, kemampuan sekolah dan produktivitas yang berlangsung permanen (Soekirman Tabel 4. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Responden Ketahanan Pangan Rumah Tangga Responden Ketahanan pangan mencakup 3 aspek, yaitu ketersediaan, konsumsi, dan distribusi. Sisi ketersediaan berarti tersedianya pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dalam jumlah, mutu, keamanan dan keterjangkauannya. Sisi konsumsi berarti adanya kemampuan setiap rumah tangga mengakses pangan yang cukup bagi masing-masing anggotanya sehingga dapat hidup sehat. Sedangkan sisi distribusi menyangkut pada tersedianya pangan untuk setiap golongan masyarakat. Pada penelitian ini, ketahanan pangan dilihat dari sisi konsumsi dan hubungannya terhadap proporsi pengeluaran rumah tangga. Ketahanan pangan rumah tangga dapat diukur dengan menggunakan klasifikasi silang dua indikator ketahanan, yaitu proporsi pengeluaran pangan dan Konsumsi konsumsi energi (kkal). Berdasarkan kedua indikator tersebut, terdapat 4 kriteria ketahanan pangan, yaitu tahan pangan, rentan pangan, kurang pangan dan rawan pangan. Data pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa status ketahanan pangan rumah tangga responden di Kecamatan Sumberlawang termasuk dalam status Rawan Pangan. Rumah tangga dengan status Rawan pangan memiliki sebaran terbesar yaitu dengan Status Ketahanan Pangan Jumlah Responden Persentase (%) Tahan (Proporsi pengeluaran pangan 60%, 3 10,00% konsumsi energi > 80% AKG) Rentan (Proporsi pengeluaran pangan > 60%, 3 10,00% konsumsi energi > 80% AKG) Kurang (Proporsi pengeluaran pangan 60%, 6 20,00% konsumsi energi 80% AKG) Rawan (Proporsi pengeluaran pangan > 60%, 18 60,00% konsumsi energi 80% AKG) Jumlah ,00% Sumber : Data Primer, 2014

7 persentase 60% dari seluruh responden. Rumah tangga yang termasuk dalam kurang pangan memiliki sebaran urutan kedua yaitu dengan persentase 20% dari seluruh responden. Rumah tangga dengan status tahan pangan dan rentan pangan memiliki persentase yang sama yang menempati urutan ketiga dengan persentase 10% dari seluruh responden. Hal ini berarti, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden di Kecamatan Sumberlawang memiliki proporsi pengeluaran pangan 60% dari total pengeluaran, dan konsumsi energi kurang <80% AKG. Dari hasil penelitian rumah tangga dengan status rawan pangan adalah yang terbanyak. Ini berarti rumah tangga memiliki proporsi pengeluaran pangan yang besar dan konsumsi energinya belum terpenuhi. Dilihat dari proporsi pengeluaran pangan yang rendah dapat diambil suatu kesimpulan bahwa rumah tangga responden di Kecamatan Sumberlawang adalah rumah tangga yang berpendapatan rendah, sehingga tingkat kesejahteraannya masih rendah. Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhannya, rumah tangga petani mengeluarkan bagian yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga petani akan berpengaruh pada rendahnya akses ekonomi terhadap pangan. Dengan demikian, ketahanan pangan rumah tangga di Kecamatan Sumberlawang belum terpenuhi. Strategi Koping Pangan Strategi koping yang dilakukan individu ataupun rumah tangga dengan mencoba mengembangkan perencanaan langkah yang konkret dan menggunakannya sebagai kontrol. Sementara itu, Sen 1982 dalam Mangkoeto (2009) menjelaskan strategi koping biasanya dilakukan sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan dalam mengakses pangan untuk menjamin kelangsungan hidup seseorang atau salah satu anggota rumah tangga. Tindakan yang dilakukan setiap orang berbeda tergantung dari masalah yang hadapi dimana keberhasilan ini tergantung dari sistem yang berkembang dalam masyarakat. Sementara itu, Usfar (2002) menyatakan bahwa tindakan strategi koping pangan dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu: melakukan aktivitas yang mendatangkan pendapatan, melakukan perubahan diet (pola makan), berbagai cara untuk mendapatkan (mengakses) makanan, berbagai cara untuk mendapatkan (mengakses) uang (tunai), hingga cara yang paling drastis dengan melakukan migrasi atau mengurangi jumlah anggota rumah tangga. Berdasarkan Corbett (1988) dalam Widiyanto (2010) mengidentifikasikan tiga tahap yang merefleksikan langkah mulai dari mengurangi risiko hingga perilaku koping yaitu: (1) mekanisme jaminan keamanan (insurance mechanism); (2) penjualan aset-aset produktif (disposal of productive assets); dan (3) kondisi penuh kemlaratan (destitution). sebaran tindakan yang paling banyak dilakukan adalah tahap insurance mecanism (teknik siap sedia), tahap ini merupakan tahap paling ringan dan paling sering dilakukan oleh petani. Tindakan ini meliputi mengubah metode pola tanam, penjualan ternak kecil, pengurangan tingkat konsumsi, dan mengumpulkan bahan makanan lain. Pada tahap pertama strategi koping yang sering dilakukan adalah tindakan migrasi untuk mencari pekerjaan (peluang) bagi anak yang dilakukan oleh 27 rumah tangga dari keseluruhan rumah tangga atau 15,88% persen dari seluruh rumah

8 tangga yang melakukan strategi tersebut. Petani sering kali melibatkan anggota rumah tangga usia produktif untuk migrasi ke daerah yang lebih layak untuk menunjang kebutuhan pangan keluarga, selain itu juga mengurangi konsumsi rumah tangga. Namun karena sulitnya lapangan pekerjaan diluar pertanian membuat anggota rumah tangga merasa kesulitan untuk mencari pekerjaan diluar pertanian. Sering kali mereka mencoba untuk bekerja diluar bidangnya namun akhirnya kembali ke pekerjaannya sebagai petani. Selain dari sisi kemauan, mereka sadar akan pendidikan yang mereka dapat tidak cukup untuk berkompetisi di luar bidangnya. Adapun persentase terkecil yang melakukan strategi koping yang dilakukan pada tahap pertama yaitu tindakan diversifikasi produk yang hanya dilakukan 2 rumah tangga atau sebesar sebesar 1,18%. Hal ini bisa menjadi gambaran akan ketakutan petani dalam mencoba untuk mengembangkan produk dihantui rasa kegagalan. Sehingga mereka hanya menanam, menjual dan seterusnya tanpa ada usaha untuk mengembangkan produk mereka sendiri, hal ini perlu adanya kesadaran dari petani itu sendiri. Kesadaran rumah tangga mengenai pentingnya daerah untuk mencari pekerjaan yang terbentuk terbentuk dari pola pikir mereka. Pada tahap sedang atau tahap disposal of productive asset (penyelesaian dengan aset produktif) yang sering dilakukan adalah tindakan pengurangan tingkat konsumsi saat ini (kualitas dan kuantitas). Tindakan ini dilakukan sebanyak 17 rumah tangga atau sebesar 10% dari total rumah tangga yang melakuka strategi koping. Tindakan ini menujukan tingkat kesadaran rumah tangga mengenai makanan sumber gizi masih rendah. Pengurangan pangan baik secara kualitas maupun kuantitas dilakukan pada saat musim kemarau. Pada musim kemarau hasil usaha tani terutama jagung hanya menghasilkan produksi yang rendah namun harga beras merangkak naik. Sedangkan yang jarang dilakukan pada tahap ini adalah menggadaikan lahan pertanian yang hanya dilakukan oleh dua rumah tangga atau sebesar 1,18%. Hal ini menunjukan bahwa petani memilih meminjam uang secara langsung kepada tetangga atau tengkulak yang bersedia meminjamkan dari pada menggadaikan sertifikat tanah. Sementara pada tahap terakhir atau tahap destitution (kemiskinan/ keterpaksaan) hanya sedikit yang melakukan, hanya 4,71% atau sebanyak 8 rumah tangga yang melakukan. Tahap ini adalah tahap paling kritis yang dihadapi petani, dengan melakukan migrasi karena keterpaksaan bagi kepala rumah tangga atau dengan menjual aset kepemilikan. Namun pada tahap ini rumah tangga petani hanya melakukan migrasi bagi kepala rumah tangga, mencari pekerjaan diluar pertanian. Kepala rumah tangga melakukan tindakan ini karena keterpaksaan untuk kebutuhan pangan dan mencari kehidupan yang lebih layak. Sering kali usaha ini dilakukan, namun mereka tidak bertahan lama dan kembali untuk melanjutkan usaha tani. Tabel 5. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Responden Skor Strategi Koping Pangan Rumah Tangga n % Rendah (skor 7) 13 43,33 Sedang (skor 8-14) 15 50,00 Tinggi (skor 15) 2 6,67 Jumlah ,00 Sumber : Data Primer, 2014

9 Ada beberapa faktor petani melakukan tindakan ini yaitu apabila gagal panen, kebutuhan hidup jauh lebih besar dari pada pendapatan. Sedangkan faktor tidak lamanya petani bekerja diluar bidangnya adalah kurang nyamannya dengan pekerjaan baru karena harus bersaing dengan yang lain, rendahnya tingkat pendidikan, dan sudah tercukupinya modal untuk mengembangkan usahataninya. Adapun tindakan menjual kepemilikan lahan tidak pernah dilakukan petani karena lahan pertanian merupakan aset produktif bagi petani, selain itu disiapkan untuk generasi berikutnya. Secara keseluruhan dari tiga tahap tersebut, tahap pertama yang paling banyak dilakukan rumah tangga yaitu sebanyak 104 rumah tangga atau sebesar 61,18%. Hal ini menujukan bahwa strategi koping yang dilakukan masih tergolong tahap ringan. Sementara rumah tangga yang melakukan pada tahap berat sebanyak 8 rumah tangga atau sebanyak 8 rumah tangga atau 4,71%. Jika dilihat dari sebaran rumah tangga yang melakukan tindakan strategi koping tidak banyak yang menjawab iya pada strategi yang dilakukan, hal ini menujukan kedalaman strategi koping pangan yang dilakukan rumah tangga tergolong rendah. Pengelompokan strategi koping pangan yang dilakukan pada suatu rumah tangga selain dapat dijadikan sebagai gambaran pola koping yang dilakukan, pengelompokan juga dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keparahan koping yang dilakukan oleh rumah tangga tersebut. Rumah tangga akan dikategorikan memiliki skor koping pangan rendah jika skor yang diperolah berada pada skor kurang dari 8 dan dikategorikan memiliki skor koping pangan yang sedang jika skor koping pangan berada pada rentang skor 8 sampai dengan 14 selebihnya dikategorikan tinggi (>15). Tingkat keparahan koping ini bisa dilihat dari skor koping yang dimiliki oleh rumah tangga tersebut. Tabel 5 di bawah menujukan bahwa sebaran skor koping yang dimiliki rumah tangga adalah sedang. Sebagian besar (50%) rumah tangga responden tergolong memiliki skor koping sedang, kemudian sebanyak 43,33% rumah tangga responden memiliki skor koping sedang dan hanya sebagian kecil (6,67%) yang memiliki skor koping yang tinggi. Hal ini memberikan gambaran bahwa tingkatan strategi koping pangan yang terjadi di rumah tangga relatif hampir sama antara rumah tangga yang satu dengan yang lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Mayoritas rumah tangga petani lahan kering di Kecamatan Sumberlawang tergolong rawan pangan yaitu sebesar 60% rumah tangga responden. Sedangkan yang tahan pangan hanya sebesar 10% dan sisanya tergolong kurang pangan sebesar 20% dan rentan pangan sebesar 10%. Secara keseluruhan konsumsi energi di Kecamatan Sumberlawang sebesar 1.503,89 kkal/orang/hari atau sebesar 69,14% dari angka kecukupan energi yang dianjurkan dan konsumsi protein sebesar 41,06 gram/orang/hari atau sebesar 70,77% dari angka kecukupan protein yang dianjurkan. Strategi koping pangan dalam menjaga ketahanan pangan masih berada pada tahap ringan dengan melibatkan anggota rumah tangga yang berusia produktif untuk bermigrasi mencari pekerjaan dan menjual ternak kecil ketika bahan makanan tinggal sedikit.

10 Saran Rumah tangga petani lahan kering berusaha untuk membiasakan mengonsumsi komoditas utama lahan kering (jagung) sebagai bahan pangan pokok, sehingga tidak bergantung dengan kebutuhan beras. Selain itu rumah tangga petani sebaiknya mengolah hasil pertanian komoditas lahan kering (jagung) agar dapat memberi nilai tambah dan meningkatkan pendapatan DAFTAR PUSTAKA Amaliyah H dan Handayani, SM Analisis Hubungan Proporsi Pengeluaran dan Konsumsi Pangan dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Kabupaten Klaten. J SEPA 7(2): BPS Statistik Indonesia. Jakarta: BPS Kabupaten Sragen dalam Angka Sragen: BPS Kecamatan Sumberlawang dalam Angka Sragen: BPS. DEPKES Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Jawa Tengah Tahun Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DEPKES RI: Jakarta. Hardinsyah dan Martianto D Menaksir Kecukupan Energi dan Protein Serta Penilaian Mutu Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari. Hasan I Sambutan Penutupan Menteri Negara Urusan Pangan pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta: LIPI. Iqbal H Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia,. Marwanti Pengetahuan Makanan Indonesia (edisi 1). Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Mutiara E, Syarief H, Tanzieh I, Sukandar D Analisis Strategi Food Coping Keluarga dan Penentu Indikator Kelaparan. J Media Gizi dan Keluarga 32 (1): Papalia DE. and Olds SW Human Development. Third Edition. New York: Mc Graw Hill Book Company. Sanjur D Social and Cultural Perspective in Nutrition. New York: Prentice-Hall, Inc., EnglewoodCliffs. Setiawan I Alternatif Pemberdayaan Bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Lahan Kering [skripsi]. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung. Singarimbun, Masridan, dan Efendi S MetodePenelitian Survey. Jakarta: LP3S. Sediaoetama AD Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat. Soekirman Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Rumah Tangga dan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Soetrisno L Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta: Kanisius. Surakhmad A Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remadja Rosdakarya. Widiyanto Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan.

11 Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

ANALISIS HUBUNGAN PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI KABUPATEN KLATEN

ANALISIS HUBUNGAN PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI KABUPATEN KLATEN SEPA : Vol. 7 No.2 Pebruari 2011 : 110 118 ISSN : 1829-9946 ANALISIS HUBUNGAN PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI KABUPATEN KLATEN HUSNUL AMALIYAH

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 POLA KONSUMSI PANGAN PADA RUMAH TANGGA PETANI DI DESA RUGUK KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Food Consumption Patterns of Farmers Household at Ruguk Village Ketapang Sub District South Lampung

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PETANI KELAPA SAWIT DESA TALIKUMAIN KECAMATAN TAMBUSAI KABUPATEN ROKAN HULU

POLA KONSUMSI PETANI KELAPA SAWIT DESA TALIKUMAIN KECAMATAN TAMBUSAI KABUPATEN ROKAN HULU POLA KONSUMSI PETANI KELAPA SAWIT DESA TALIKUMAIN KECAMATAN TAMBUSAI KABUPATEN ROKAN HULU LUKMAN 1), IKHSAN GUNAWAN, SP. MMA 2), RINA FEBRINOVA, SE. MMA 2) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis, 2) Dosen

Lebih terperinci

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH RINGKASAN Suprapti Supardi dan Aulia Qonita Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Food Security, Household, Ordinal Logistik Regression

ABSTRACT. Keywords : Food Security, Household, Ordinal Logistik Regression ABSTRACT INDA WULANDARI. Determinant of Household Food Security in East Nusa Tenggara Province. Under supervision of SRI HARTOYO and YETI LIS PURNAMADEWI. The issue of food security has become an important

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

ANALISIS HUBUNGAN PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL ANALISIS HUBUNGAN PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL Atika Ekayana, Eny Lestari, RR. Aulia Qonita Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN (STUDI KASUS DI KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI)

ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN (STUDI KASUS DI KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI) ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN (STUDI KASUS DI KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI) Sekar Wulan Pratiwi, Endang Siti Rahayu, Bekti Wahyu Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN PANGAN POKOK DAN POLA KONSUMSI PADA RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN WONOGIRI

KETERSEDIAAN PANGAN POKOK DAN POLA KONSUMSI PADA RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN WONOGIRI 2 KETERSEDIAAN PANGAN POKOK DAN POLA KONSUMSI PADA RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN WONOGIRI Dian Banita, Darsono, Mohd. Harisudin Program Studi Agribisnis Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No.

Lebih terperinci

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY) AGRISE Volume XIV No. 2 Bulan Mei 2014 ISSN: 1412-1425 ANALISIS TINGKAT KINERJA KELOMPOK TANI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI (STUDI KASUS DI KECAMATAN RASANAE TIMUR

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL

ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL Program Studi Agribisnis Oleh : Fadhilah Nurina Apsari H 0809044 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

AGRIC Vol.22, No. 1, Juli 2010:67-74 PENDAHULUAN

AGRIC Vol.22, No. 1, Juli 2010:67-74 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Ketahanan pangan merupakan pilar bagi pembentukan sumberdaya manusia dan generasi yang berkualitas yang diperiukan untuk membangun daya saing bangsa dalam era globalisasi. Ketahanan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id 24 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif analitis. Metode deskriptif memusatkan perhatian pada pemecahan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN POKOK DAN POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI

ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN POKOK DAN POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN POKOK DAN POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI Triastuti Dewi Kusumawati, Sri Marwanti, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumber: Sukoharjo dalam angka Lahan Sawah. Jumlah. Bukan Sawah

PENDAHULUAN. Sumber: Sukoharjo dalam angka Lahan Sawah. Jumlah. Bukan Sawah HUBUNGAN ANTARA DIVERSIFIKASI PENDAPATAN, TINGKAT KETAHANAN PANGAN DAN COPING STRATEGY RUMAHTANGGA PETANI DI PINGGIRAN KOTA (PERI URBAN) KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO Okky Lianawati, Marcellinus Molo,

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT LAHAN KERING DI KABUPATEN LOMBOK BARAT

KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT LAHAN KERING DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Jurnal UJMC, Jilid 2, No 1, 69 78 pissn : 2460 3333 eissn : 2579 907X KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT LAHAN KERING DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Baiq Santi Rengganis 1 1 Universitas Islam Al Azhar Mataram, santirengganis@gmail.com

Lebih terperinci

KONSUMSI RUMAH TANGGA PADA KELUARGA SEJAHTERA DAN PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

KONSUMSI RUMAH TANGGA PADA KELUARGA SEJAHTERA DAN PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR KONSUMSI RUMAH TANGGA PADA KELUARGA SEJAHTERA DAN PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR Nurul Annisa Prias Kusuma Wardani, Suprapti Supardi, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN DENGAN PROPORSI PENGELUARAN PANGAN DAN KECUKUPAN GIZI RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN CILACAP

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN DENGAN PROPORSI PENGELUARAN PANGAN DAN KECUKUPAN GIZI RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN CILACAP 1 ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN DENGAN PROPORSI PENGELUARAN PANGAN DAN KECUKUPAN GIZI RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN CILACAP Ayu Nilasari, Mohd. Harisudin, Widiyanto Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT)

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT) 22 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Cross Sectional Study. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Kota (1 kelurahan)

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Food Consumption Pattern of Social Forestry Farmer Household In West Lampung Regency) Asih Sulistyorini Uly Damora

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III (Tiga)

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR SEPA : Vol. 13 No.1 September 2016 : 48 52 ISSN : 1829-9946 EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR Arya Senna Putra, Nuning Setyowati, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang Indonesian Journal of Disability Studies ISSN : - Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang * Agustina Shinta Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD), Universitas Brawijaya, Malang,

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014 STUDI PERBANDINGAN POLA ALOKASI LAHAN, PENGELUARAN BERAS DAN POLA KONSUMSI PANGAN ANTARA PETANI UBI KAYU DI DESA PELAKSANA DAN NON PELAKSANA PROGRAM MP3L DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Land Allocation Pattern,

Lebih terperinci

DOI: /agr.2237 ABSTRACT INTISARI PENDAHULUAN. Undang Undang Pangan No. 18 tahun 2012 Pasal 2 menyebutkan ARIS SLAMET WIDODO, RETNO WULANDARI

DOI: /agr.2237 ABSTRACT INTISARI PENDAHULUAN. Undang Undang Pangan No. 18 tahun 2012 Pasal 2 menyebutkan ARIS SLAMET WIDODO, RETNO WULANDARI ARIS SLAMET WIDODO, RETNO WULANDARI Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta armando1215sw@gmail.com Analisis Pola Konsumsi dan Tingkat Kerawanan Pangan Petani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KELURAHAN REJOWINANGUN UTARA, KECAMATAN MAGELANG TENGAH, KOTA MAGELANG. Doni Eko Prasetyo

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KELURAHAN REJOWINANGUN UTARA, KECAMATAN MAGELANG TENGAH, KOTA MAGELANG. Doni Eko Prasetyo KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KELURAHAN REJOWINANGUN UTARA, KECAMATAN MAGELANG TENGAH, KOTA MAGELANG Doni Eko Prasetyo donieko61@gmail.com Rika Harini rikaharini@ugm.ac.id Abstract Village of

Lebih terperinci

GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN

GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN Entywe Habeahan 1), Zulhaida Lubis 2), Evawany Y Aritonang 2) 1) Alumni Mahasiswa Gizi

Lebih terperinci

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketahanan Pangan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercemin dari tersedianya

Lebih terperinci

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita 16 KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik sebuah rumah tangga akan mempengaruhi strategi dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Karakteristik rumah tangga itu antara lain besar rumah tangga, usia kepala rumah tangga

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer) Dimas Kharisma Ramadhani, Endang Siti Rahayu, Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ANALSIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA PADA KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI KOTA PEKANBARU

ANALSIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA PADA KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI KOTA PEKANBARU ANALSIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA PADA KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI KOTA PEKANBARU ANALYSIS OF HOUSEHOLD INCOME AND EXPENDITURE IN HOME SUSTAINABLE FOODS HOUSE FARMER AREA (KRPL)

Lebih terperinci

HUBUNGAN DIVERSIFIKASI PENDAPATAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN WELAHAN KABUPATEN JEPARA

HUBUNGAN DIVERSIFIKASI PENDAPATAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN WELAHAN KABUPATEN JEPARA digilib.uns.ac.id HUBUNGAN DIVERSIFIKASI PENDAPATAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN WELAHAN KABUPATEN JEPARA SKRIPSI Oleh : LUTFIATUN NISFAH H 88121 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

ANALISIS POLA DAN STRATEGI PENYEDIAAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT

ANALISIS POLA DAN STRATEGI PENYEDIAAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT ANALISIS POLA DAN STRATEGI PENYEDIAAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN KEMASYARAKATAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT (Analysis of Food Supplying Pattern and Strategy of Social Forestry s Farmer Household in West

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG

ANALISIS USAHATANI JAGUNG ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) DAN STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETANI PESANGGEM DI SEKITAR HUTAN KECAMATAN SUMBERLAWANG, KABUPATEN SRAGEN Heru Darmawan, Marcelinus Molo, Agung Wibowo Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN ANALISIS PEMASARAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN Doni Andreas Natalis, Mohamad Harisudin, R. Kunto Adi Program Studi Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain prospective study berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Provinsi Riau tahun 2008-2010. Pemilihan

Lebih terperinci

PGM 2011, 34(2): Reliabilitas metode pengumpulan data konsumsi S. Prihatini; dkk

PGM 2011, 34(2): Reliabilitas metode pengumpulan data konsumsi S. Prihatini; dkk RELIABILITAS METODE PENGUMPULAN DATA KONSUMSI MAKANAN TINGKAT RUMAHTANGGA DAN INDIVIDU (RELIABILITY DATA COLLECTION METHODS OF HOUSEHOLD AND INDIVIDUAL FOOD CONSUMPTION) ABSTRACT Sri Prihatini 1, Trintrin

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: 978-602-18962-9-7 KETAHANAN PANGAN: SUATU ANALISIS KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP KEBUTUHAN RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN GAYO LUES Siti Wahyuni 1)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah retrospektif. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan yaitu (1) Kabupaten Lampung Barat akan melakukan

Lebih terperinci

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan Nasional % AKG

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PANGSA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PANGSA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PANGSA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Oleh MALINDA APTIKA RACHMAH PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

Kata kunci : ketahanan pangan rumahtangga, agroekosistem Key words : household food security, agro-ecosystem

Kata kunci : ketahanan pangan rumahtangga, agroekosistem Key words : household food security, agro-ecosystem 155 KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI MENURUT TIPE AGROEKOSISTEM DI KECAMATAN JEROWARU KABUPATEN LOMBOK TIMUR FOOD SECURITY OF FARMER HOUSEHOLDS ACCORDING TO TYPES OF AGROECOSYSTEM IN JEROWARU DISTRICT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumahtangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam menyusun pola konsumsi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden 1. Umur Umur merupakan suatu ukuran lamanya hidup seseorang dalam satuan tahun. Umur akan berhubungan dengan kemampuan dan aktivitas seseorang dalam melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI KOTA MEDAN

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI KOTA MEDAN ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI KOTA MEDAN Diah Winiarti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sematera Utara Abstract This study aimed to analysis

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana tentram, serta sejahtera lahir dan batin (Siswono, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. suasana tentram, serta sejahtera lahir dan batin (Siswono, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan pada dasarnya merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling asasi. Demikian asasinya pangan bagi kehidupan masyarakat, maka ketersediaan pangan harus dapat dijamin

Lebih terperinci

ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG PENDAHULUAN

ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG PENDAHULUAN P R O S I D I N G 125 ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG Farah Ainun Jamil 1, Pudji Purwanti 2, Riski Agung Lestariadi 2 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar, dianggap strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis. Terpenuhinya pangan

Lebih terperinci

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (PKP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO Riska Yulianti, Agung Wibowo, Arip Wijianto Program Studi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. Berdasarkan luas panen di Indonesia kedelai menempati urutan ketiga sebagai tanaman palawija setelah

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA DAN POLA KONSUMSI DENGAN STATUS GIZI BALITA KELUARGA PETANI (Studi di Desa Jurug Kabupaten Boyolali Tahun 2017)

HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA DAN POLA KONSUMSI DENGAN STATUS GIZI BALITA KELUARGA PETANI (Studi di Desa Jurug Kabupaten Boyolali Tahun 2017) HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA DAN POLA KONSUMSI DENGAN STATUS GIZI BALITA KELUARGA PETANI (Studi di Desa Jurug Kabupaten Boyolali Tahun 2017) Adelia Marista Safitri, Dina Rahayuning Pangestuti, Ronny

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka 21 KERANGKA PEMIKIRAN Ketahanan pangan rumahtangga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah karakteristik rumahtangga (meliputi ukuran rumahtangga, pendidikan kepala dan ibu rumahtangga, dan

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN PANGAN PADA RUMAH TANGGA PETANI RAWAN BENCANA BANJIR DI KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN BOJONEGORO SKRIPSI

ANALISIS KETAHANAN PANGAN PADA RUMAH TANGGA PETANI RAWAN BENCANA BANJIR DI KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN BOJONEGORO SKRIPSI ANALISIS KETAHANAN PANGAN PADA RUMAH TANGGA PETANI RAWAN BENCANA BANJIR DI KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN BOJONEGORO SKRIPSI Oleh: Henditya Surya Putranto H 1307072 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI JAGUNG DI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Analysis of Income and Household Welfare of Corn Farmers in Natar District of South

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahulu digilib.uns.ac.id 11 II. LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah tentang pendapatan dan perpindahan angkatan kerja pedesaan bekerja di sektor

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAN TINGKAT KONSUMSI BERAS DI DESA SENTRA PRODUKSI PADI

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAN TINGKAT KONSUMSI BERAS DI DESA SENTRA PRODUKSI PADI ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAN TINGKAT KONSUMSI BERAS DI DESA SENTRA PRODUKSI PADI (Studi Kasus: Desa Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang) 1) Haga Prana P. Bangun, 2) Salmiah, 3)

Lebih terperinci

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis)

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis) PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis) PENELITIAN Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Menyelesaikan Studi

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM PENCETAKAN SAWAH BARU DI KELURAHAN SIMPANG KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM PENCETAKAN SAWAH BARU DI KELURAHAN SIMPANG KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM PENCETAKAN SAWAH BARU DI KELURAHAN SIMPANG KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR Ratnawaty Siata 1 dan Fendria Sativa 1 1 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Rumah Tangga Melalui Perbaikan Pola Konsumsi Pangan

Peningkatan Daya Saing Rumah Tangga Melalui Perbaikan Pola Konsumsi Pangan Peningkatan Daya Saing Rumah Tangga Melalui Perbaikan Pola Konsumsi Pangan Rita Hanafie 1 1 Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Malang E-mail: ritauwg@yahoo.co.id ABSTRAK Kesiapan rumahtangga menghadapi

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS HUBUNGAN PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN SRAGEN digilib.uns.ac.id ANALISIS HUBUNGAN PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN SRAGEN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Geogafis Nusa Tenggara Timur adalah salah provinsi yang terletak di sebelah timur Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan khatulistiwa

Lebih terperinci

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN ABSTRAK HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN (FOOD SECURITY) DENGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN

Lebih terperinci

POLA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MENURUT TINGKAT KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAWA TENGAH

POLA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MENURUT TINGKAT KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAWA TENGAH 1 POLA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MENURUT TINGKAT KETAHANAN PANGAN DI PROPINSI JAWA TENGAH Yunastiti Purwaningsih 1, Slamet Hartono 2, Masyhuri 2, Jangkung Handoyo Mulyo 2 1 Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KEMISKINAN DI WILAYAH BENCANA BANJIR ROB DESA TIMBULSLOKO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK. Nanang Ahmad Fauzi

ANALISIS KEMISKINAN DI WILAYAH BENCANA BANJIR ROB DESA TIMBULSLOKO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK. Nanang Ahmad Fauzi ANALISIS KEMISKINAN DI WILAYAH BENCANA BANJIR ROB DESA TIMBULSLOKO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK Nanang Ahmad Fauzi nanangahmad.fauzi@yahoo.com Sukamdi kamdi_cpps@yahoo.com Abstract The aim of this

Lebih terperinci

KATEGORI POTENSI KECAMATAN BERDASARKAN SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK

KATEGORI POTENSI KECAMATAN BERDASARKAN SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK AGRISE Volume XIV No. 1 Bulan Januari 2014 ISSN: 1412-1425 KATEGORI POTENSI KECAMATAN BERDASARKAN SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK (CATEGORIES OF THE DISTRICT POTENTIAL BASED ON FOOD

Lebih terperinci

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) P R O S I D I N G 58 Fahriyah 1*, Rosihan Asmara 1 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya *E-mail ria_bgl@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia

Lebih terperinci

Kata kunci : ketahanan pangan rumahtangga, petani gurem Key words : household s food security, subsistence farmer

Kata kunci : ketahanan pangan rumahtangga, petani gurem Key words : household s food security, subsistence farmer 71 UPAYA ALTERNATIF PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN POKOK BERAS UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI GUREM DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH SELATAN ALTERNATIVE EFFORT TO FULFILL BASIC NEEDS (RICE)

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK Khusnul Khatimah, Suprapti Supardi, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

POLA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MENURUT TINGKAT KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

POLA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MENURUT TINGKAT KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 2, Desember 2010, hlm.236-253 POLA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA MENURUT TINGKAT KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Yunastiti Purwaningsih 1, Slamet

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN PADA KELUARGA MISKIN DI DESA BANDAR KLIPPA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

KETAHANAN PANGAN PADA KELUARGA MISKIN DI DESA BANDAR KLIPPA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG KETAHANAN PANGAN PADA KELUARGA MISKIN DI DESA BANDAR KLIPPA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG Achmad Ridho Ramadhani Sinaga 1), Tavi Supriana 2), Satia Negara Lubis 3) 1) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan fungsi normal

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHATANI PADI SAWAH BERDASARKAN LUAS PENGUASAAN LAHAN DI KECAMATAN BANYUURIP KABUPATEN PURWOREJO JURNAL PENELITIAN

ANALISIS PROFITABILITAS USAHATANI PADI SAWAH BERDASARKAN LUAS PENGUASAAN LAHAN DI KECAMATAN BANYUURIP KABUPATEN PURWOREJO JURNAL PENELITIAN ANALISIS PROFITABILITAS USAHATANI PADI SAWAH BERDASARKAN LUAS PENGUASAAN LAHAN DI KECAMATAN BANYUURIP KABUPATEN PURWOREJO JURNAL PENELITIAN Oleh : ALMIRA YUMNA DESTINANDA NIM : 23040113190056 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH

CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH Oleh: Achmad Djauhari dan Supena Friyatno*) Abstrak Kelompok rumah tangga adalah sasaran utama dalam program peningkatan dan perbaikan tingkat

Lebih terperinci