1.1 Pendahuluan 1.2 Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1.1 Pendahuluan 1.2 Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Laporan Kerja Pelatihan ini berdasarkan pada Pelatihan Berbasis Kompetensi sebagai pendekatan untuk mendapatkan ketrampilan yang sesuai di tempat kerja. Pelatihan kerja berbasis kompetensi berfokus pada ketrampilan seseorang yang harus dimiliki di tempat kerja. Fokusnya adalah pada pencapaian ketrampilan dan bukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengikuti pelatihan.pada Pelatihan ini disusun berdasarkan pada Standar Kompetensi Nasional. Standar Kompetensi adalah pernyataan Pengetahuan, Ketrampilan dan Sikap yang diakui secara nasional. Laporan pelatihan ini terdiri dari satu unit kompetensi yaitu Rangkaian Kontrol LIFT.Buku Kerja pelatihan ini adalah sumber untuk pelatih dan peserta pelatihan. Informasi yang dibutuhkan peserta pelatihan pada waktu melaksanakan praktek kerja Memasang Rangkaian kontrol dan rangkaian utama.buku Kerja Pelatihan ini digunakan sebagai Kriteria atau langkah-langkah pelaksanaan pelatihan terhadap standar kompetensi 1.2 Latar Belakang Masalah Dari masa ke masa seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, manusia menghendaki kehidupan yang lebih nyaman. Oleh sebab itu keberadaan ilmu strategi pengajaran dalam system pendidikan memerlukan upaya serius untuk tercapainya perkembangan yang optimal dari setiap mahasiswa teknik elektro. Dengan demikian kita dapat bersaing di kancah industri yang semakin pesat perkembangannya. Dewasa ini ilmu strategi pengajaran sudah berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi dan industri-industri yang ada. Maka sebagai seorang mahasiswa teknik elektro kita harus dapat memenuhi permintaan yang telah ditentukan oleh masing-masing industri tersebut. Maka dari itu latihan merancang, tugas dan evaluasi merupakan salah satu bahasan dan ilmu strategi pelajaran.keberhasilan pengajar atau dosen merancang materi pengajaran termasuk merancang latihan,tugas dan evaluasi yang merupakan alat untuk menunjang mahasiswanya untuk dapat menguasai Rangkaian Kontrol LIFT agar dapat bersaing di 1

2 dunia industri namun yang di titik beratkan bukan hanya menguasai tetapi memahami keseluruhan dari Rangkaian Kontrol LIFT 1.3 Tujuan Penulisan Penulisan laporan ini merupakan sebagai pernyataan bahwa mahasiswa Politeknik Negri Jakarta telah melaksanakan mata kuliah Rangkaian Kontrol LIFT.sesuai silabus semester empat.penulisan laporan ini juga merupakan indikasi mahasiswa di dalam melaksanakan tugas yang diberikan.dengan demikian tugas yang sudah menjadi kewajiban bagi mahasiswa sudah terbukti dengan adanya laporan ini dan oleh karena itu tidak ada lagi kata yang menyatakan bahwa mahasiswa belum menyelesaikan tugas yang terdapat pada silabus pendidikan. 1.4 Pembatasan Penulisan Dalam setiap langkah sudah tentu ada batasannya begitu juga di setiap penulisan terdapat batasan-batasan. Batasan ini merupakan keterbatasan suatu laporan di dalam penulisannya. Untuk laporan ini di batasi dengan teori yang hanya menerangkan spesifikasi keseluruhan dari Rangkaian Kontrol LIFT. Walaupun ada pembahasan itu,merupakan sedikit dari kutipan. 1.5 Mata Kuliah Penunjang Sebelum menyelesaikan laporan ini diperlukan teori-teori yang dapat mendukung selesainya laporan ini.untuk menunjang selesainya laporan ini,ada mata kuliah yang saling terkait satu sama lain.dan hal ini sangat bersinergi untuk melengkapi pembahasan yang ada. 1.6 Metodelogi Penulisan Sistem penulisan laporan ini berdasarkan ilmu kepustakaan, yaitu dari beberapa sumber baik buku, maupun internet dalam membantu penulisan isi laporan ini.disamping itu penulisan laporan ini tidak terlepas dari materi Rangkaian Kontrol LIFT sebagaimana panduan yang telah diberikan oleh dosen pembimbing BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2

3 2.1 Sejarah perkembangan lift atau elevator Elevator atau yang lebih akrab dikenal oleh masyarakat luas dengan nama lift. Lift adalah salah satu alat Bantu dalam kehidupan manusia yang berfungsi untuk mempermudah aktifitas manusia yang rutinitasnya lebih sering berada didalam gedung-gedung bertingkat. Elevator merupakan alat transportasi yang pengendaliannya tidak dilakukan oleh manusia secara langsung, sehingga semua pengguna elevator sepenuhnya tergantung pada kehandalan teknologi dari alat transportasi vertikal ini. Keberadaan dari elevator ini merupakan sebagai pengganti fungsi dari pada tangga dalam mencapai tiap-tiap lantai berikutnya pada suatu gedung bertingkat, dengan demikian keberadaan elevator tidak dikesampingkan ini dikarenakan dapat mengefisienkan energi dan waktu sipengguna elevator tersebut. Sistem keberadaan elevator dan segala kemajuan dan kehandalannya tidak serta merta mengalami perkembangan-perkembangan secara bertahap, sejak keberadaannya pertama kali dibangun. Perkembangan elevator sangat lambat pada awal tahun 1970-an, namun sejak diperkenalkannya transistor dan alat pendukung elektronik lainnya pada sistem kontrol elevator pada saat itulah perkembangan kontroller elevator begitu pesat. Elevator dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : 1. Elevator penumpang 2. Elevator barang atau dumb waiter 3. Elevator service 4. Elevator hidraulik 2.2 Peralatan-peralatan Dalam Control lift (Bentuk, Fungsi dan Simbolnya) 3

4 1. Button Switch Switch button ini digunakan untuk pengendalian/pengaturan peralatan guna memberikan tanda-tanda hubung putus dsb. dan sakelar terhubung/terputus dengan cara menekan/menarik dengan tangan. a. Macam-macam Button Switch dan Simbolnya Ditinjau dari titik kontaknya, ada 3 jenis button switch yaitu Normally Open (NO) button switch, Normally Close (NC) button switch, dan NO/NC button switch. NO Button Switch. NO Button Switch sesuai dengan namanya berada dalam posisi Open (terbuka) pada keadaan normal (button switch tidak ditekan) dan baru akan tersambung apabila ditekan (lihat gambar). Gambar : Kerja dan simbol NO Button Switch NC Button Switch. NC Button Switch sesuai dengan namanya berada dalam posisi Closed (tertutup/tersambung) pada keadaan normal (button switch tidak ditekan) dan akan terputus/terbuka apabila ditekan (lihat gambar). 4

5 Gambar : Bermacam bentuk Button switch. b. Penggunaan Contoh penggunaan button switch sesuai dengan typenya (bentuk tombolnya). Type Button Switch Type Flat Penggunaanya Type konvensional dan banyak digunakan untuk start, stop dsb. Type Proyek Dapat digunakan dengan beban, seperti diproyeksikan untuk start dan stop Type Mushroom Mudah ditempatkan dijalankan, untuk dan mudah penghentian mendadak (emergency stop) Type Pull Untuk tempat seperti pengoperasian dengan menghindarkan pengerjaan yang salah, seperti interlocking dsb. Contoh penggunaan button switch sesuai dengan klasifikasi warna. 5

6 Warna Fungsi Pemakaian Satu atau motor stop, tanpa menggunakan Stop Merah sebagian chuk magnet, untuk penghenti, penghenti putaran Emergenci Stop Semua stop Start kembali urutan normal Kuning Kembali pada putaran start pada keadaan putaran belum sempurna Start kembali dari Dapat merusak fungsi henti mendadak lain Star putaran pada urutan tertentu, Hitam Hijau / start sebuah atau sebagian dengan Star peralatan pada tambahan rangkaian, unit start, menambah chuk magnetik Putih Keadaan lain selain warna diatas 2. Select Switch Switching kontak ini dilakukan melalui perputaran pada sudut batas tertentu dari bagian push button (bagian yang bergerak). a. Bentuk nyata dan simbolnya: CS 6

7 Automatic Interlock COS Indenpendent On Bentuk dan simbol dari select switch. Of b. Jumlah notch: Ditinjau dari penggunaan/pembuatannya select switch ada yang mempunyai 2 atau 3 notchs seperti pada gambar dibawah. Gambar : notchs pada select switch c. Kegunaan Select switch dapat digunakan sebagai switch control (CS), yaitu untuk ON dan OFF sumber daya dsb. Selain itu dapat sebagai pemilihan tempat pengoperasian (change over switch / COS), contoh pemilihan methode pengerjaan seperti manual, otomatis, interlock atau independent. 3. Switch batas (micro switch) Switch batas dan switch micro banyak digunakan sebagai pendeteksi posisi dari objek yang diukur. 7

8 Bagian kontaknya terdiri dari kontak c dan sebelum bekerja keadaanya ON antara C-NC dan akan OFF sesudah bekerja. Sedangkan antara C-NO, akan OFF sebelum bekerja dan ON sesudah bekerja. Gambar : Micro switch / switch batas. Gambar : Struktur dan simbol micro switch / switch batas. 4. Rele Magnet Gambar : Rele Magnet 8

9 Rele magnet merupakan switch yang bekerja secara otomatis karena efek medan magnet. Ada dua type rele magnet yaitu rele type hinge, dimana titik kontaknya type C (change over contact) dan rele type plunger, dimana titik kontaknya type A / B (NO / NC). 2.3 Macam - macam Titik Kontak Titik kontak merupakan sejenis sakelar untuk membuka menutup atau menghubungkan memutuskan sebagian atau seluruh rangkaian listrik seperti terlihat pada gambar di bawah Titk kontak pada sebuah switch terdiri dari bagian yang bergerak dan bagianb yang diam seperti pada gambar B 9

10 Gambar: Titik kontak a. Adapun kerja dari titik kontak a dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar : Kerja titik kontak a. Sedangkan simbol dari titik kontak a dapat dilihat pada gambar dibawah, dimana kontak gerak (bagian yang bergerak) diperlihatkan terpisah disebelah kanan dari lingkaran terminal (kontak diam). Gambar : Simbol dari titik kontak a (NO). Dikarenakan sifat titik kontak a yang pada kondisi normal berada dalam kondisi terbuka, titik kontak a dinamakan juga titik kontak NO (Normally Opened). 10

11 Titik Kontak b Titik kontak b merupakan titik kontak yang berada dalam kondisi terbuka apabila diberi energi dari luar dan berada dalam posisi tertutup dalam keadaan normal atau tidak mendapat energi dari luar. Dengan kata lain kontak b merupakan kontak pemutus. Gambar : Titik kontak b. Kerja dari kontak b dapat dilihat pada gambar berikut. 11

12 Gambar : Kerja titik kontak b. Adapun simbol untuk kontak b diperlihatkan pada gambar dibawah ini, dimana bagian yang bergerak (kontak gerak) diperlihatkan bersentuhan dengan bagian kiri dari titik terminal (kontak diam). Gambar : Simbol titik kontak b (NC). Dikarenakan sifat titik kontak b yang pada kondisi normal berada dalam kondisi tertutup, titik kontak b dinamakan juga titik kontak NC (Normally Closed). Titik Kontak c Titik kontak c merupakan gabungan dari titik kontak a dan titik kontak b. Titik kontak ini mempunyai 3 terminal yaitu: terminal C (Common), Terminal NC (kontak b) dan terminal NO (kontak a). Pada keadaan normal C-NC terhubung dan C-NO berada dalam kondisi terputus. Dan apabila titik kontak ini mendapat energi dari luar, C-NO akan terhubung dan C-NC menjadi terputus. Oleh karena itu kontak c dinamakan juga kontak ganti. 12

13 Gambar : Titik kontak c. Kerja dari kontak c dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar : Kerja titik kontak c. Sedangkan simbol gambar dari kontak c diperlihatkan seperti gambar dibawah, dimana kontak gerak bersentuhan dengan terminal NC dan akan beralih ke terminal NO apabila diberi energi. Gambar : Simbol Titik kontak c. 2.4 Motor Satu Phasa dan Motor Servo Motor Servo 100v 13

14 Motor servo adalah sebuah motor DC yang dilengkapi rangkaian kendali dengan sistem closed feedback yang terintegrasi dalam motor tersebut. Pada motor servo posisi putaran sumbu (axis) dari motor akan diinformasikan kembali ke rangkaian kontrol yang ada di dalam motor servo. Contoh Motor Servo Motor servo disusun dari sebuah motor DC, gearbox, variabel resistor (VR) atau potensiometer dan rangkaian kontrol. Potensiometer berfungsi untuk menentukan batas maksimum putaran sumbu (axis) motor servo. Sedangkan sudut dari sumbu motor servo diatur berdasarkan lebar pulsa yang pada pin kontrol motor servo. Konstruksi Motor Servo Motor servo adalah motor yang mampu bekerja dua arah (CW dan CCW) dimana arah dan sudut pergerakan rotornya dapat dikendalikan dengan memberikan variasi lebar pulsa (duty cycle) sinyal PWM pada bagian pin kontrolnya. Jenis Motor Servo Motor Servo Standar 180 Motor servo jenis ini hanya mampu bergerak dua arah (CW dan CCW) dengan defleksi masing-masing sudut mencapai 90 sehingga total defleksi sudut dari kanan tengah kiri adalah 180. Motor Servo Continuous Motor servo jenis ini mampu bergerak dua arah (CW dan CCW) tanpa batasan defleksi sudut putar (dapat berputar secara kontinyu). Pulsa 14

15 Kontrol Motor Servo Operasional motor servo dikendalikan oleh sebuah pulsa selebar ± 20 ms, dimana lebar pulsa antara 0.5 ms dan 2 ms menyatakan akhir dari range sudut maksimum. Apabila motor servo diberikan pulsa dengan besar 1.5 ms mencapai gerakan 90, maka bila kita berikan pulsa kurang dari 1.5 ms maka posisi mendekati 0 dan bila kita berikan pulsa lebih dari 1.5 ms maka posisi mendekati 180. Pulsa Kendali Motor Servo Motor Servo akan bekerja secara baik jika pada bagian pin kontrolnya diberikan sinyal PWM dengan frekuensi 50 Hz. Dimana pada saat sinyal dengan frekuensi 50 Hz tersebut dicapai pada kondisi Ton duty cycle 1.5 ms, maka rotor dari motor akan berhenti tepat di tengah-tengah (sudut 0 / netral). Pada saat Ton duty cycle dari sinyal yang diberikan kurang dari 1.5 ms, maka rotor akan berputar ke berlawanan arah jarum jam (Counter Clock wise, CCW) dengan membentuk sudut yang besarnya linier terhadap besarnya Ton duty cycle, dan akan bertahan diposisi tersebut, dan sebaliknya Jenis - Jenis Motor Servo Motor Servo Standar 180 Motor servo jenis ini hanya mampu bergerak dua arah (CW dan CCW) dengan defleksi masing-masing sudut mencapai 90 sehingga total defleksi sudut dari kanan tengah kiri adalah 180. Motor Servo Continuous Motor servo jenis ini mampu bergerak dua arah (CW dan CCW) tanpa batasan defleksi sudut putar (dapat berputar secara kontinyu). Pulsa Kontrol Motor Servo Operasional motor servo dikendalikan oleh sebuah pulsa selebar ± 20 ms, dimana lebar pulsa antara 0.5 ms dan 2 ms menyatakan akhir dari range sudut maksimum. Apabila motor servo diberikan pulsa dengan besar 1.5 ms mencapai gerakan 90, maka bila kita berikan pulsa kurang dari 1.5 ms maka posisi mendekati 0 dan bila kita berikan pulsa lebih dari 1.5 ms maka posisi mendekati

16 Pulsa Kendali Motor Servo Motor Servo akan bekerja secara baik jika pada bagian pin kontrolnya diberikan sinyal PWM dengan frekuensi 50 Hz. Dimana pada saat sinyal dengan frekuensi 50 Hz tersebut dicapai pada kondisi Ton duty cycle 1.5 ms, maka rotor dari motor akan berhenti tepat di tengah-tengah (sudut 0 / netral). Pada saat Ton duty cycle dari sinyal yang diberikan kurang dari 1.5 ms, maka rotor akan berputar ke berlawanan arah jarum jam (Counter Clock wise, CCW) dengan membentuk sudut yang besarnya linier terhadap besarnya Ton duty cycle, dan akan bertahan diposisi tersebut. Dan sebaliknya, jika Ton duty cycle dari sinyal yang diberikan lebih dari 1.5 ms, maka rotor akan berputar searah jarum jam (Clock Wise, CW) dengan membentuk sudut yang linier pula terhadap besarnya Ton duty Belitan Motor 1 Phasa Gambar 2.4.1: Motor 1 phasa. 16 cycle, dan bertahan diposisi

17 C x 10 Ω 50 Ω Kum. Kum. pembantu utama y S z 60 Ω R x S y R z Kum. pembantu Kum. utama Gambar 2.4.2: Terminal motor. Misalnya pada terminal diatas yang tertera pada gambar kita ukur antara common dengan starting sebagai contoh didapat dengan nilai 50 Ohm. Kemudian kita ukur lagi antara common dengan running diperoleh nilai 10 Ohm. Maka apabila kita ukur antara kumparan starting dengan running adalah hasil penjumlahan antara kumparan starting dan running atau 50 Ohm + 10 Ohm = 60 Ohm. Apabila kita menemukan motor yang tidak ada nama-nama terminalnya kita bisa menentukan nama terminal-terminal motor tsb. dengan cara melakukan pengukuran hambatan dari masing-masing terminal. Dari hasil pengukuran itu kita biasanya memperoleh tiga jenis hasil pengukuran. Langkah pertama adalah menentukan terminal common, yaitu berada didepan nilai hambatan yang paling besar. Sedangkan kumparan starting adalah urutan terbesar kedua. Dan untuk hambatan kumparan running adalah nilainya terkecil. 17

18 NC NC 2.5 Relay Batas Waktu (Timer) NO Gambar 39 Timer NO Timer merupakan sakelar yang bekerja berdasar elektromagnetis dan memerlukan waktu dalam menggerakkan titik kontaknya. Pada hakekatnya timer sama dengan magnetic kontaktor, hanya pada timer terdapat titik kontak delay yang bekerjanya memerlukan waktu sesuai dengan setting waktunya. T Prinsip kerja timer dapat dijelaskan sbb: Coil Titik kontaktitik kontak Instant Delay Gambar 40 Terminal-terminal pada timer. Pada kondisi netral atau coil tidak bertegangan maka kondisi titik kontak NO pada posisi terbuka dan titik kontak NC pada posisi terhubung. Jika coil diberi tegangan listrik maka titik kontak instant langsung bergerak (titik kontak NO akan menutup dan NC akan membuka), sedang titik kontak delay akan bekerja/bergerak beberapa saat kemudian sesuai dengan setting waktunya (titik kontak NO akan menutup dan NC akan membuka). 18

19 2.6 LIFT DAN CARA KERJANYA Lift adalah alat pengangkat yang ditujukan khusus untuk mengangkat/memindahkan barang atau orang secara vertical didalam sangkar yang begerak pada rel penuntun tetap. Adapun cara kerja dari lift ini adalah dengan gerakan naik turun (hoist) dimana sangkar yang berisi barang atau orang dan beban engimbang digantungkan pada tali yag ditarik naik atau turun dengan menggunakan pully, dimana pully ini berputara sesuai dengan kebutuhan. Pully digerakkan oleh motor listrik dan gerakan pully dihentikan oleh rem, sehingga barang atau orang tidak akan naik atau turun setelah posisi angkat yang diingin tercapai. Pemakaian Lift dapat dibagi atas beberapa klasifikasi, yaitu : 1. Pemakaian umum atau perniagaan (General Purpose or Comercial) yaitu tipe lift yang digunakan pada pemakaian yang bersifat umum. Contohnya : Pada kantor kantor atau perusahaan. 2. Pemakaian pada tempat tinggal (Residential) Yaitu tipe lift yang digunakan pada rumah tempat tinggal Contohnya : pada rumah tempat tinggal 3. Pemakaian pada supermarket (Store) Yaitu tipe lift yang dipergunakan pada swalayan atau pusat perbelanjaan. 4. Pemakaian pada lembaga-lembaga (Institutional) Yaitu tipe lift yang dipakai pada bangunan untuk suatu bentuk kelembagaan Contohnya: Pada lembaga Pendidikan Pemasangan Lift Ditinjau dari segi pemasangan, ada dua cara pemasangan lift, yaitu: 1. Pemasangan dengan satu sangkar (Single Car) Didalam suatu gedung hanya terdapat satu sangkar saja atau dengan kata lain gedung tersebut hanya dilayani oleh satu unit lift saja. Pemasangan ini biasanya terdapat pada gedung yag tidak beitu tinggi dan tidak luas serta lalau lintas pemakaiannya tidak ramai. 19

20 2. Pemasangan dengan lebih dari satu sangkar Pada bangunan tersebut terdapat lebih dari satu sangkar. Jika ada panggilan akan terjadi respond an interaksi antara beberapa sangkar tersebut. Sangkar yang paling dekat dan tidak sedang bekerjalah yang akan melayani panggilan tersebut. System ini dipakai pada gedung bertingkat banyak serta luas dan mempunyai lalu lintas pemakaian yang ramai. Ruang Peletakan Mesin Bila ditinjau dari ruang tempat peletakan mesin utama dari lift, terdapat dua tipe system peletakannya yaitu : 1. Penthous Machine Room Type Mesin lift ditempatkan pada bagian atas sangkar lift. 2. Basement Machine Room Type Mesin lift ditempatkan pada bagian bawah sangkar lift. Sistem Penggerak Lift Bila ditinjau dari system penggerak lift, terdapat dua system yang digunakan pada gedung gedung: 1. Penggerak Lift System Warp 2. Penggerak Lift system Hidrolik Penggerak Lift Sistem Warp Pada system ini penggerak utama dari sangkar lift tersebut adalah motor listrik, dari motor tesebut akan dikopelkan ke poros mesin lift (driving Machine), yaitu suatu alat yang menggerakkan puli penggerak dan selanjutnya pully penggerak akan menarik tali yang diikat pada sangkar lift dan beban peimbang. Dengan demikian sangkar lift dan 20

21 beban pengimbang akan bergerak naik atau turun sesuai dengan putaran pully penggerak. System pemasangan tali pada istem Wrap dapat dibedakan berdasarkan peletakan ruang mesin. Penthouse Mechine Room Pemasangan tali pada system warp pada Penthouse Mechine Room type dapat dilihat pada gambar 1.1. Single Wrap Roping Tali dipasang satu kali jalan, tanpa lilitan diletakkan diatas puli dan melalui katrol, kemudian tali diikatkan diatas sangkar lift dan beban pengimbang (gambar a ) Double wrap Roping Ada dua cara pemasangan tali pada jenis Doble Wrap Roping ii yaitu tali dipasang satu kali lilit pada pully dan katrol, kemudian tali diikatkan diatas. sangkar lift dan beban pengimbang (gambar c) atau tali dipasang dua kali lilit tali diletakkan diatas puli diatas pully dan dililitkan ke katrol, selanjutnya ke atas sebagai titik tumpuan beban (Point Support). (Lihat gambar 2.1.berikut ini ) Gambar 2.1. Pemasangan tali pada system Wrap Penthouse Machine Room Type - Basement Machine Room Pemasangan tali pada system wrap pada basement Machine Room Type dapat dilihat pada gambar Roping Under Slung 21

22 Sangkar lift dan beban pengimbang ditahan oleh dua buah katrol, selanjutnya pulli penggerak yang berada dibawah sangkar akan memutar kedua katrol yang menggerakkna sangkar lift dan beban pengimbang dalam arah yang saling berlawanan ( gambar a dan b ) (Lihat gambar 2.2. di bawah ini ) Gambar 2.2. Pemasangan Tali pada Sistem Wrap Basement Machine Room Type. Penggerak Lift Sistem Hidrolik Lift system hidrolik memerlukan daya lebih kecil dibandingkan dengan system wrap. Nama hidrolik diberikan karena sangkar ini digerakkan oleh sebuah pompa yang dilayani oleh sebuah motor penggerak, sehingga dengan perubahan tekanan pada minyak (oil) akan menyebabkan aik atau turunnya sangkar lift. System hidrolik dan cara kerjanya persis sama dengan dongkrak mobil hidrolik, minyak dari penampung dipompakan oleh plunyer untuk 22

23 mengangkat sangkar lift tersebut. Pompa dihentikan sampai titik terbawah, selanjutnya sangkar lift tersebut diturunkan dengan gaya gravitasi dan Bypass control yang juga mengotrol posisi dari sangkar lift tersebut sampai pada titik tertinggi. System control yang digunakan pada lift dengan system pengerak hidrolik biasanya sama dengan yang tedapat pada system penggerak wrap. Namun pada system penggerak hidrolik ini tidak diberikan beban pengimbang sehingga memerlukan motor dengan daya yang lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan motor untuk keperluan yang sama pada system Wrap. Berdasarkan pertimbangan dari uraian diatas maka pada perencanaan ini system pengerak lift yang akan dipergunakan adalah system Wrap dengan peletkana motor pada bagian atas sangkar (Penthouse Machine Room Type) dengan pemasangan tali satu kali jalan ( single Wrap Roping). Methode pengoperasian Lift Methode pengoperasian Lift adalah cara kerja lift dalam memberikan respon terhadap panggilan yang diberikan penumpang. Methode operasi lift secra umum dibedakan atas dua cara, yaitu: 1. Pengoperasian Manual Pengoperasian manual merupakan system pengoperasian sangkar lift dengankecepatan renda dan dapat berhenti pada posisi sembarangn titik yang dikehendaki, misalnya nutk kondisi perawatan atau untuk keperluan khusus, Dalam pengoperasiannya lift diatur oleh seorang operator. Dengan demikian semua panggilan harus dikirim ke meja operator, kemudan operator mengatur gerakan sangkar lift ke posisi level lantai yang diinginkan/dipesan penumpang methode ini jarang digunakan mengingat kurang praktisnya di dalam penggunaanya. 2. Pengoperasian Otomatis 23

24 Pengoperasian lift secara otomatis memberikan respon secara langsung kepada penumpang yang memanggil sangkar lift. Berdasarkan prinsip kerjanya, methode ini dibedakan atas: a. Metode Single Automatic Push Bottom Pada metode operasi ini, pada setiap lantai hanya terdapat satu buah tombol untuk memanggil sangkar sedangkan didalam sangkar lift terdapat tujuan level lantai yang diinginkan. Selama lift bekerja, lift tidak melayani panggilan dari penumpang lain. Lift akan memberikan tanggapannya setelah lift selesai melaksankan tugasnya. Dengan kata lain lift baru dapat dipanggil apabila sangkar lift dalam keadaan tidak bekerja. Dari penjelasan diatas prinisp kerja diatas, dapat dikatakan bahwa methode Single Automatic Push Bottom ini hanya dapat melayani panggilan satu persatu, artinya sangkar baru dapat dipanggil apabila lift dalam keadaan diam. Dengan demikian metode ini hanya efektif digunakan untuk gedung dengan dua atau tiga lantai. Dengan pemakaian lift yang tidak terlalu mendesak, misalnya untuk lift pengangkat barang. b. Metode Selective Collective Pada metode ini terdapat dua buah tombol panggilan pada setiap lantai yaitu tombol panggilan naik dan tombol panggilan turun. Kecuali pada lantai terendah dan tertinggi yang masing masing hanya terdapat satu tombol panggilan. Didalam sangkar lift terdapat tombol tujuan level lantai yang digunakan. Metode operasi selective collective ini lebih praktis dan efisien dalam menangani panggilan dibandingkan dengan Single Automatic Push Bottom. 24

25 Pada methode ini, secara otomatis sangkar lift akan melanyai semua panggilan naik pada saat sangkar llift naik dan melaani semua panggilan turun pada lantai yang dilaluinya. Dengan demikian methode ini lebih efisien dalam menanggapi panggilan dibanding dengan metode Single Automatic Push Bottom karena sangkar lift dapat dipanggil walaupun lift dalam keadaan sedang bekerja. c. Metoded Duplex-Collective Pada prinsipnya metode duplex collective ini hampir sama dengan metode selective-collective merupakan operasi gabungan dari dua atau lebih lift yang bekerja secara Selective-Collective. Pada metode ini, pada tiap lantai terdapat tombol bersama untuk memanggil sangkar lift. Apabila tombol panggilan ditekan maka sangkar dengan posisi paling dekat dan dengan arah yang sesuai dengan panggilan, akan melayani panggilan tersebut. Hal ini merupakan keistimewaan metode ini dibanding dengan metode Selective-Collective. Tombol tujuan terdapat pada setiap sangkar yang berfungsi untuk mengoperasikan sangkarnya masing-masing. BAGIAN BAGIAN UTAMA LIFT Bagian-bagian (Phenthouse Mechine Rooms) 25 pada Luar atas sangkar

26 Sebagian besar peralatan lift type Phenthouse Mechine Rooms ditempatkan dibagian atas sangkar lift. (dapat lihat gambar 2.4. di bawah ini) Komponen-komponen utama peralatan lift type Phenthouse Mechine Room yang ditempatkan dibagian atas sangkar lift adalah : 1. Electro motor 2. Mechine Lift 3. Rem Lift 26

27 4. Lemari Panel Relay 5. Governor 1. Electro Motor Penggerak utama lift adalah sebuah electromotor yang digerakkan oleh listrik PLN atau generator listrik yang dilengkapi dengan pengatur medan (Field Control) yang dikontrol secara numeric (Numerical Control). Electro Motor dikopel ke rangkai Gear Box yang berfungsi untuk mereduksi putaran electromotor dengan mesin lift (Elevator Driving Mechine), Pulli dan rem Listrik. 2. Mesin Lift Design lift disini digunakan mesin pengangkat jenis pulli dan roda pulli penggerak. Pada design dengan drum, tali yang menahan sangkar diikatkan pada drum dan dililitkan pada permukaannya sedangkan pada desingn pada roda pully penggerak, penggerak tali melewati roda pulli yang digerakkan oleh gaya gesek. Dalam perencanaan ini dipilih mesin pengangkat dengan pulli penggerak karena memiliki beberapa kelebihan diataranya: 1) Dapat digunakan untuk mengangkat pada segala macam ketinggian 2) Ukurannya lebih kompak 3) Lebih efektif karena gaya teraksi pada roda pulli penggerak akan hilang bila sangkar yang sedang turun terbentuk hambatan. Dalam hal ini, kelonggaran pada bagian tali yang keluar dari pulli akan menyebabkan tergelincirnya oleh pulli pada tali sehingga tali akan mengencang kembali 4) Penggunaan mesin pengangkat jenis roda pulli ini telah mengurangi kecelakaan secara drastris akibat putusnya tali. Mesin Lift penggerak roda pulli untuk elevator penumpang ditunjukkan pada gambar 2.5. dibawah ini : 27

28 Gambar 2.5 Mesin Lift dan Electro Motor 3. Rem Lift Prinsip Kerja Rem Lift sama dengan kontak NC dari suatu relay atau kontaktor, dimana rem dalam keadaan menjepit poros mesin lift pada saat sangkar lift tidak bekerja, sebaliknya rem akan melepaskan poros lift apabila coil rem listrik tersebut terenergi. Dengan demikian apabila sumber arus dari panel utama putus pada saat lift bergerak, penumpang akan aman dari bahaya benturan yang timbul apabila rem tidak menjepit poros mesin tersebut. Di bawah ini gambar 2.6. akan diperlihatkan konstruksi rem listrik untuk lift. 28

29 Gambar 2.6. Rem Lift 4. Lemari Panel Lemari panel merupakan tempat sebagian besar peralatan listrik (komponen komponen control) disambungkan seperti relay, transformator dan penyearah. Tiap unit lift memiliki masing masing satu buah lemari panel. 5. Governor Governor adalah merupakan pengaman kecepatan lebih (Over Speed). Prinsip kerjanya adalah berdasarkan gaya sentrifugal. Tali (Rope) governor dihubungkan kebagian atas dan bawah sangkar melalui dua buah pulli governor. Pulli governor ditempatkan diruang machine atas dan yang lainnya ditempatkan pada bagian bawah (basement) instalasi lift, sehingga pulli governor akan bergerak apabila sangkar lift bergerak. 29

30 BAB III KEGIATAN DI WORKSHOP Menentukan input dan output pada 1 set trainer LIFT JOB 1 NO INPUT Button switch Relay 24VDC Sumber DC 24V Sumber AC 100V OUTPUT Motor 100v Limit Switch Timer Buzzer KET : - 3 buah button swicth berwarna Hijau Merah Hitam 30

31 - Relay : roduct Range: OMRON - MY Series Coil Voltage: 24VDC Contact Current: 5A Contact Voltage VAC: 250V Contact Voltage VDC: 30V Contact Configuration: 4PDT Coil Resistance: 650ohm Relay Mounting: Quick Connect - Timer adalah Sebagai pengatur waktu berhentinya lift disetiap lantai KESIMPULAN: Komponen input adalah peralatan yang memberikan perintah langsung atau data ke peralatan proses Komponen proses adalah peralatan yang memproses data dari input dan akan mengeluarkan data tersebut ke komponen output Komponen output adalah peralatan untuk mengeluarkan data atau informasi 31

32 Rangkaian Naik Turun bebas pada LIFT JOB 2 A. Tujuan Praktek Mahasiswa dapat menerapkan hasil pembelajaran tentang sistem kontrol mekanik pada rangkaian lift naik turun secara bebas. Mahasiswa dapat melakukan pengawatan rangkaian lift naik turun secara bebas di tempat kerja. Mahasiswa dapat menganalisa permasalahan yang mungkin terjadi pada rangkaian. B. Keselamatan Kerja Memperhatikan dan mematuhi instruksi dari instruktur. Menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain, dan peralatan itu sendiri. Berpakain sesuai yang telah ditentukan. Bertindak dengan cepat dan benar ketika terjadi suatu kecelakaan. C. Langkah Kerja Pastikan alat berfungsi dengan baik dan benar Rangkailah rangkaian lift naik turun bebas pada tempat kerja Berikan tegangan sesuai pada rangkaian Check dan analisa kerja rangkaian tersebut apabila menemukan kesalahan pada rangkaian Perbaikilah rangkaian jika cara kerja tidak benar D. Gambar Kerja : 32

33 E. DESKRIPSI KERJA 33

34 : Pada saat posisi lift di lantai 1 dan call 1 ditekan maka lift akan berada di lantai 1 Pada saat posisi lift di lantai 1 dan call 2 ditekan maka lift akan naik ke lantai 2 Pada saat posisi lift di lantai 2 dan call 3 ditekan maka lift akan naik ke lantai 3 Pada saat posisi lift di lantai 3 dan call 2 ditekan maka lift akan turun ke lantai 2 Pada saat posisi lift di lantai 2 dan call 1 ditekan maka lift akan turun ke lantai 1 Pada saat posisi lift di lantai 1 dan call 3 ditekan maka lift akan naik ke lantai 3 Pada saat posisi lift di lantai 3 dan call 1 ditekan maka lift akan turun ke lantai 1 F. MASALAH Push button pada call 2 tidak berfungsi dengan baik karena harus di tekan ke dalam G. Solusi Masalah 34

35 Pertama melaukan pengecekan dengan AVO lalu sudah diketahui maslahanya push button, jadi ganti/pindah push button untuk push button call 2 Ran gkaian Kontrol Lift Secara Acak Jilid 1 JOB 3 A. Tujuan Praktek Mahasiswa dapat menerapkan hasil pembelajaran tentang sistem kontrol mekanik pada Rangkaian Kontrol Lift Secara Acak. Mahasiswa dapat melakukan pengawatan Rangkaian Kontrol Lift Secara Acak.di tempat kerja. Mahasiswa dapat menganalisa permasalahan yang mungkin terjadi pada rangkaian. B. Keselamatan Kerja 35

36 Memperhatikan dan mematuhi instruksi dari instruktur. Menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain, dan peralatan itu sendiri. Berpakain sesuai yang telah ditentukan. Bertindak dengan cepat dan benar ketika terjadi suatu kecelakaan. C. Langkah Kerja Pastikan alat berfungsi dengan baik dan benar Rangkailah rangkaian lift naik turun bebas pada tempat kerja Berikan tegangan sesuai pada rangkaian Check dan analisa kerja rangkaian tersebut apabila menemukan kesalahan pada rangkaian Perbaikilah rangkaian jika cara kerja tidak benar D.Gambar Kerja : 36

37 E. DESKRIPSI KERJA : Posisi lift pada lantai 1 1 Pada saat Call 2 ditekan maka lift akan naik ke lantai 2 2 Pada saat Call 3 ditekan maka lift akan naik ke lantai 3 3 Pada saat Call 2 dan Call 3 ditekan maka lift akan naik ke lantai 2 kemudian naik ke lantai 3 4 Pada saat Call 3 ditekan kemudian Call 1 di tekan maka lift akan naik terlebih dahulu ke lantai 3 lalu akan turun ke lantai 1. 37

38 5 Pada saat Call 2 ditekan kemudian Call 1 ditekan maka lift akan naik ke lantai 2 lalu akan turun ke lantai 1 6 Pada saat Call 2 dan Call 3 ditekan kemudia Call 1 ditekan maka lift akan naik terlebih dahulu ke lantai 2 lalu ke lantai 3 kemudian akan turun ke lantai 1 Posisi lift pada lantai 2 1. Pada saat Call 3 ditekan maka lift akan naik ke lantai 3 2. Pada saat Call 1 ditekan maka lift akan turun ke lantai 1 3. Pada saat Call 3 ditekan kemudian Call 2 ditekan maka lift akan naik ke lantai 3 kemudian turun ke lantai 2 4. Pada saat Call 1 ditekan kemudian Call 2 ditekan maka lift akan turun ke lantai 1 kemudian akan naik ke lantai 2 5. Pada saat Call 3 ditekan kemudian Call 2 dan Call 1 ditekan maka lift akan naik ke lantai 3 lalu akan turun ke lantai 2 kemudian turun ke lantai 1 6. Pada saat Call 1 ditekan kemudian Call 2 dan Call 3 ditekan maka lift akan turun ke lantai 1 lalu akan naik ke lantai 2 kemudian naik ke lantai 3 Posisi lift pada lantai 3 1 Pada saat Call 2 ditekan maka lift akan turun ke lantai 2 2 Pada saat Call 1 ditekan maka lift akan turun ke lantai 1 3 Pada saat Call 2 ditekan kemudian Call 3 ditekan maka lift akan turun ke lantai 2 kemudian akan naik ke lantai 3 4 Pada saat Call 1 ditekan kemudian Call 3 ditekan maka lift akan turun ke lantai 1 kemudian akan naik ke lantai 3 5 Pada saat Call 2 dan Call 1 ditekan maka lift akan turun ke lantai 2 kemudian akan turun ke lantai 1 6 Pada saat Call 2 ditekan kemudian Call 1 dan Call 3 ditekan maka lift akan turun terlebih dahulu ke lantai 2 lalu akan turun ke lantai 1 kemudian akan naik ke lantai 3 F. MASALAH : Pada saat praktek terdapat kesalahan pembacaan gambar dengan hasil yang di praktekan. Akibat dari salah pembacaan gambar rangkaian pada saat call 3 di tekan maka tidak bisa UP dan merusak dari fungsi call yang lain 38

39 G. SOLUSI MASALAH : Memeriksa kembali gambar rangkaian dan meneliti setiap rangkaian pada panel terdapat pada titik kontak NC k4 yang seharusnya NC K3 39

40 Rangk aian Kontrol Lift Secara acak menggunakan timer JOB 4 A. Tujuan Praktek Mahasiswa dapat menerapkan hasil pembelajaran tentang sistem kontrol mekanik pada Rangkaian Kontrol Lift Secara Acak. Mahasiswa dapat melakukan pengawatan Rangkaian Kontrol Lift Secara Acak.di tempat kerja. Mahasiswa dapat menganalisa permasalahan yang mungkin terjadi pada rangkaian. B. Keselamatan Kerja Memperhatikan dan mematuhi instruksi dari instruktur. Menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain, dan peralatan itu sendiri. Berpakain sesuai yang telah ditentukan. Bertindak dengan cepat dan benar ketika terjadi suatu kecelakaan. C. Langkah Kerja Pastikan alat berfungsi dengan baik dan benar Rangkailah rangkaian lift naik turun bebas pada tempat kerja Berikan tegangan sesuai pada rangkaian Check dan analisa kerja rangkaian tersebut apabila menemukan kesalahan pada rangkaian Perbaikilah rangkaian jika cara kerja tidak benar D.Gambar Kerja : 40

41 E. DESKRIPSI KERJA : 41

42 Posisi lift pada lantai 1 1. Pada saat Call 2 ditekan maka lift akan naik ke lantai 2 2. Pada saat Call 3 ditekan maka lift akan naik ke lantai 3 3. Pada saat Call 2 dan Call 3 ditekan maka lift akan naik ke lantai 2 dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditentukan kemudian naik ke lantai 3 4. Pada saat Call 3 ditekan kemudian Call 1 di tekan maka lift akan naik terlebih dahulu ke lantai 3 dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditentukan lalu akan turun ke lantai Pada saat Call 2 ditekan kemudian Call 1 ditekan maka lift akan naik ke lantai 2 dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditentukan lalu akan turun ke lantai 1 6. Pada saat Call 2 dan Call 3 ditekan kemudia Call 1 ditekan maka lift akan naik terlebih dahulu ke lantai 2 dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditentukan lalu ke lantai 3 dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditentukan kemudian akan turun ke lantai 1 Posisi lift pada lantai 2 1. Pada saat Call 3 ditekan maka lift akan naik ke lantai 3 2. Pada saat Call 1 ditekan maka lift akan turun ke lantai 1 42

43 3. Pada saat Call 3 ditekan kemudian Call 2 ditekan maka lift akan naik ke lantai 3 dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditentukan kemudian turun ke lantai 2 4. Pada saat Call 1 ditekan kemudian Call 2 ditekan maka lift akan turun ke lantai 1 dan berhenti sesuai waktu yang ditentukan kemudian akan naik ke lantai 2 5. Pada saat Call 3 ditekan kemudian Call 2 dan Call 1 ditekan maka lift akan naik ke lantai 3 dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditentukan lalu akan turun ke lantai 2 dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditentukan kemudian turun ke lantai 1 6. Pada saat Call 1 ditekan kemudian Call 2 dan Call 3 ditekan maka lift akan turun ke lantai 1 dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditentukan lalu akan naik ke lantai 2 dan berhenti sesuai waktu yang ditentukan kemudian naik ke lantai 3 Posisi lift pada lantai 3 1. Pada saat Call 2 ditekan maka lift akan turun ke lantai 2 2. Pada saat Call 1 ditekan maka lift akan turun ke lantai 1 3. Pada saat Call 2 ditekan kemudian Call 3 ditekan maka lift akan turun ke lantai 2 dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditentukan kemudian akan naik ke lantai 3 4. Pada saat Call 1 ditekan kemudian Call 3 ditekan maka lift akan turun ke lantai 1 dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditentukan kemudian akan naik ke lantai 3 5. Pada saat Call 2 dan Call 1 ditekan maka lift akan turun ke lantai 2 dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditentukan kemudian akan turun ke lantai 1 6. Pada saat Call 2 ditekan kemudian Call 1 dan Call 3 ditekan maka lift akan turun terlebih dahulu ke lantai 2 dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditentukan lalu akan turun ke lantai 1 dan berhemti sesuai dengan waktu yang ditentukan kemudian akan naik ke lantai 3 F. MASALAH : Pada saat praktek terdapat kesalahan pembacaan gambar dengan hasil yang di praktekan. Akibat dari salah pembacaan gambar rangkaian pada saat 43

44 lift di lantai 2, di call lantai satu tidak akan berfungsi karena tidak ada arus yang masuk yang disebabkan pada NO k4 G. SOLUSI MASALAH : Memeriksa kembali gambar rangkaian dan meneliti setiap rangkaian pada panel setelah di analisa terdapat pada titik kontak NOk4 yang seharusnya NC K4 44

45 BAB IV PENUTUP 4.1 Penutup laporan ini menyimpulkan bahwa sebelum praktikum mahasiswa harus memakai alat pelindung diri, Serta mengetahui dan memahami cara kerja dari setiap komponen yang akan digunakan. Mahasiswa dapat memahami rangkaian control dari setiap job rangkaian agar mudah untuk menganalisa apabila terjadi kesalahan pada pengawatan rangkaian. Sebelum merancang pada panel harus memeriksa alat terlebih dahulu dan teliti dalam melakukan pengawatan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain maupun peralatan disekeliling area kerja. 45

46 4.2 KESIMPULAN DAN SARAN Dari praktek yang telah dilakukan penyusun, penyusun dapat menarik beberapa kesimpulan diantaranya : 1. Rancangan lift ini menggunakan penggabungan rangkaian self holding dan interlock 2. Didalam melakukan perencanaan penginstalasian dibutuhkan perencanaan yang matang, baik dalam hal mempersiapkan alat dan bahan, rancangan yang benar benar baik dan perhitungan biaya. 3. Gunakanlah semua peralatan dan bahan secara efisien dan baik dalam melakukan penginstalasian. 4. Mampu membaca diagram lokasi maupun diagram kontrol. Karena dengan mampu membaca diagram kontrol penginstalsian akan dapat dengan mudah dikerjakan. 5. Hal yang terpenting dalam penginstalasian adalah pengawatan, karena jika terdapat kesalahan dalam pengawatan, maka penginstalasian tidak akan bekerja sesuai dengan yang diinginkan. 6. Jika terjadi trouble dalam melakukan penginstalasian, dan terjadi kesalahan pengoperasian anda harus mampu mencari kesalahan dan memperbaikinya, sehingga penginstalasian anda dapat dikatakan handal. 7. Usahakan dalam bekerja harus memperhatikan keselamatan sekitar dan diri anda sendiri. 46

47 DAFTAR PUSTAKA atau elevator. JICA, Pengaturan Urutan Kerja. Pengaturan Urutan Kerja (Sequence Control): MAR.LS Versi: November. atau elevator. JICA, Pengaturan Urutan Kerja. Pengaturan Urutan Kerja (Sequence Control): MAR.LS Versi: Nopember. 47

48 48

BAB II PEMBAHASAN MATERI. lain, dimana jumlah, ukuran dan jarak pemindahannya terbatas. meningkatkan efisiensi dari aktivitas tersebut.

BAB II PEMBAHASAN MATERI. lain, dimana jumlah, ukuran dan jarak pemindahannya terbatas. meningkatkan efisiensi dari aktivitas tersebut. BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 MESIN PEMINDAH BAHAN Mesin pemindah Bahan merupakan suatu system peralatan yang digunakan untk mengangkat/memindahkan muatan dari suatu tempat ke tempat lain, dimana jumlah,

Lebih terperinci

Instalasi Listrik II Makalah Instalasi Passenger Lift

Instalasi Listrik II Makalah Instalasi Passenger Lift Instalasi Listrik II Makalah Instalasi Passenger Lift Disusun Oleh: Kelas D3-2D Danies Haningtyas Saraswati 1131120057 / 06 Widamuri Anistia 1131120095 / 22 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengangkat/memindahkan muatan dari suatu tempat ke tempat lain, dimana jumlah, ukuran dan jarak pemindahannya terbatas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengangkat/memindahkan muatan dari suatu tempat ke tempat lain, dimana jumlah, ukuran dan jarak pemindahannya terbatas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan suatu sistem peralatan yang digunakan untuk mengangkat/memindahkan muatan dari suatu tempat ke tempat lain, dimana jumlah,

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT

BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT 3.1. Sejarah Perkembangan Lift Elevator atau yang lebih akrab dikenal oleh masyarakat luas dengan nama lift. Lift adalah salah satu alat Bantu dalam kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian

Lebih terperinci

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian

Lebih terperinci

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan instalasi motor listrik menggunakan kontaktor sebagai pengunci. Mahasiswa mampu dan terampil melakukan instalasi

Lebih terperinci

4.3 Sistem Pengendalian Motor

4.3 Sistem Pengendalian Motor 4.3 Sistem Pengendalian Motor Tahapan mengoperasikan motor pada dasarnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : - Mulai Jalan (starting) Untuk motor yang dayanya kurang dari 4 KW, pengoperasian motor dapat disambung

Lebih terperinci

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK RANCANG BANGUN PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED FORWARD REVERSE MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20DR-A Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan I. TUJUAN PRAKTIKUM Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis Mahasiswa mampu membuat rangkaian kendali untuk 3 motor induksi 3 fasa II. DASAR

Lebih terperinci

BAB II LANDASANTEORI

BAB II LANDASANTEORI BAB II LANDASANTEORI 2.1. Sejarah Perkembangan Elevator Elevator atau yang lebih akrab dikenal oleh masyarakat luas dengan nama lift, lift adalah salah satu alat Bantu dalam kehidupan manusia yang berfungsi

Lebih terperinci

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik 1. Saklar Elektro Mekanik (KONTAKTOR MAGNET) Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1l DASAR TEORI 2.1. NODEMCU V3

BAB 1l DASAR TEORI 2.1. NODEMCU V3 BAB 1l DASAR TEORI 2.1. NODEMCU V3 NodeMCU pada dasarnya adalah pengembangan dari ESP 8266 dengan firmware berbasis e-lua. Pada NodeMcu dilengkapi dengan micro usb port yang berfungsi untuk pemorgaman

Lebih terperinci

Apa itu Kontaktor? KONTAKTOR MAGNETIK / MAGNETIC CONTACTOR (MC) 11Jul. pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor

Apa itu Kontaktor? KONTAKTOR MAGNETIK / MAGNETIC CONTACTOR (MC) 11Jul. pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor Apa itu Kontaktor? Kontaktor (Magnetic Contactor) yaitu peralatan listrik yang bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik Pada kontaktor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROTOTIPE

BAB III PERANCANGAN PROTOTIPE BAB III PERANCANGAN PROTOTIPE 3.1 TUJUAN PERANCANGAN Pada prinsipnya tujuan dari perancangan alat dan program adalah untuk mempermudah didalam merealisasikan perakitan atau pembuatan alat dan program yang

Lebih terperinci

OLEH : NAMA : SITI MALAHAYATI SARI KELAS : EL-3E NIM :

OLEH : NAMA : SITI MALAHAYATI SARI KELAS : EL-3E NIM : OLEH : NAMA : SITI MALAHAYATI SARI KELAS : EL-3E NIM : 1105032111 PROGRAM STUDY TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2012 1 BAB I Rangkaian Operasi Terbuka dan Tertutup 1. Rangkaian

Lebih terperinci

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali 7a 1. 8 Tambahan (Suplemen) Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali Pada industri modern saat ini control atau pengendali suatu system sangatlah diperlukan untuk lancarnya proses produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras ( Hardware) Dalam pembuatan tugas akhir ini diperlukan penguasaan materi yang digunakan untuk merancang kendali peralatan listrik rumah. Materi tersebut merupakan

Lebih terperinci

JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET

JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET http://erick-son1.blogspot.com/2009/10/mengoperasikan-motor-3-fasa-dengan.html JENIS DAN KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET Sistem pengontrolan motor listrik semi otomatis

Lebih terperinci

LIFT (ELEVATOR) Berikut yang perlu diketahui tentang lift, antara lain : A. Jenis Jenis Motor Penggerak Lift. 1. Motor Gear

LIFT (ELEVATOR) Berikut yang perlu diketahui tentang lift, antara lain : A. Jenis Jenis Motor Penggerak Lift. 1. Motor Gear LIFT (ELEVATOR) Lift atau elevator merupakan alat transfortasi vertikal suatu gedung. Lift sekarang ini telah menjadi kebutuhan yang mendasar di gedung gedung pemerintahan, perkantoran, hotel, apartemen,

Lebih terperinci

APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK

APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK CONTOH PANEL KENDALI MOTOR KONTAKTOR MAGNETIK DC (RELE) KONTAKTOR MAGNETIK AC TOMBOL TEKAN DAN RELE RANGKAIAN KONTAKTOR MAGNETIK APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK UNTUK PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BAB I KOMPONEN DAN RANGKAIAN LATCH/PENGUNCI

BAB I KOMPONEN DAN RANGKAIAN LATCH/PENGUNCI BAB I KOMPONEN DAN RANGKAIAN LATCH/PENGUNCI 1. Tujuan Percobaan Mengetahui Dan Memahami Cara Kerja Komponen yang Menyusun Rangkaian Pengunci (Latch): Push Button, Relay, Kontaktor. Membuat Aplikasi Rangkaian

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PENGAMATAN GENERATOR

PERCOBAAN I PENGAMATAN GENERATOR PERCOBAAN I PENGAMATAN GENERATOR I. Tujuan : 1. Mengenal generator 2. Memahami cara kerja generator dan pengaturannya II. Peralatan yang Dibutuhkan : Peralatan keselamatan Modul percobaan Kebel jumper

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Tahapan Perancangan Miniatur Lift

Gambar 3.1 Tahapan Perancangan Miniatur Lift BAB III CARA PEMBUATAN ALAT Miniatur lift yang akan dibuat adalah lift pada gedung tiga lantai. Miniatur lift adalah lift yang tanpa pintu (pintu manual). Setiap lantai memiliki tiga tombol yaitu dua tombol

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Iwan Setiawan, Wagiman, Supardi dalam tulisannya Penentuan Perpindahan

BAB II DASAR TEORI. Iwan Setiawan, Wagiman, Supardi dalam tulisannya Penentuan Perpindahan 5 BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Iwan Setiawan, Wagiman, Supardi dalam tulisannya Penentuan Perpindahan Sakelar Elektromagnetik dari Y ke Motor Listrik Induksi 3 Fasa pada prosiding seminar pengelolaan

Lebih terperinci

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK OLEH: DRS. SUKIR, M.T JURUSAN PT ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. Dasar Sistem Pengendali Elektromagnetik. Materi dasar sistem pengendali elektromagnetik

Lebih terperinci

BAB II TEORI ELEVATOR

BAB II TEORI ELEVATOR BAB II TEORI ELEVATOR 2.1 Definisi Elevator. Elevator atau sering disebut dengan lift merupakan salah satu jenis pesawat pengangkat yang berfungsi untuk membawa barang maupun penumpang dari suatu tempat

Lebih terperinci

DASAR KONTROL KONVENSIONAL KONTAKTOR

DASAR KONTROL KONVENSIONAL KONTAKTOR SMK NEGERI 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN Kelas XI DASAR KONTROL KONVENSIONAL Buku Pegangan Siswa REVISI 03 BUKU PEGANGAN SISWA (BPS) Disusun : TOTOK NUR ALIF,S.Pd.,ST NIP. 19720101 200312

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. PLC adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan

II. TINJAUAN PUSTAKA. PLC adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Programmable Logic Controller (PLC) PLC adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan rele yang dijumpai pada sistem kendali proses konvensional [1].

Lebih terperinci

PENGENALAN MOTOR INDUKSI 1-FASA

PENGENALAN MOTOR INDUKSI 1-FASA BAB IV PENGENALAN MOTOR INDUKSI 1-FASA Motor induksi 1-fasa biasanya tersedia dengan daya kurang dari 1 HP dan banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga dengan aplikasi yang sederhana, seperti kipas

Lebih terperinci

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR 2009/2010 http://www.totoktpfl.wordpress.com Page 1 of 39 Disusun : TOTOK NUR ALIF, S.Pd, ST NIP. 19720101 200312

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri skala kecil hingga skala besar di berbagai negara di belahan dunia saat ini tidak terlepas dari pemanfaatan mesin-mesin industri sebagai alat

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

MAKALAH. TIMER / TDR (Time Delay Relay)

MAKALAH. TIMER / TDR (Time Delay Relay) MAKALAH TIMER / TDR (Time Delay Relay) DISUSUN OLEH : MUH. HAEKAL SETO NUGROHO 5115116360 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2014 Latar Belakang Dalam dunia

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan KEGIATAN BELAJAR 7 KENDALI MOTOR DC A. Tujuan 1. Mahasiswa memahami penerapan switching dengan rangkaian H-bridge pada motor DC 2. Mahasiswa memahami pengontrolan arah dan kecepatan motor DC menggunakan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2: Menjelaskan Prinsip Kerja Sistem Kendali Relay Elektromagnetik

Kegiatan Belajar 2: Menjelaskan Prinsip Kerja Sistem Kendali Relay Elektromagnetik Kegiatan Belajar 2: Menjelaskan Prinsip Kerja Sistem Kendali Relay Elektromagnetik A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan : Memahami Cara Mengoperasikan Sistem Pengendali Berbasis Elektromagnetik B. Sub

Lebih terperinci

BAB I. PRINSIP KERJA SISTEM KENDALI ELEKTROMAGNETIK Pada bab ini akan membahas prinsip kerja sistem pengendali elektromagnetik yang meliputi :

BAB I. PRINSIP KERJA SISTEM KENDALI ELEKTROMAGNETIK Pada bab ini akan membahas prinsip kerja sistem pengendali elektromagnetik yang meliputi : BAB I PRINSIP KERJA SISTEM KENDALI ELEKTROMAGNETIK Pada bab ini akan membahas prinsip kerja sistem pengendali elektromagnetik yang meliputi : A. Tahapan pengendalian motor listrik pada sistem kendali elektromagnetik

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT Pada bab sebelumnya telah diuraikan konsep rancangan dan beberapa teori yang berhubungan dengan rancangan ACOS (Automatic Change Over Switch) pada AC (Air Conditioning)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Programmable Logic Controller Proses di berbagai bidang industri manufaktur biasanya sangat kompleks dan melingkupi banyak subproses. Setiap subproses perlu dikontrol secara seksama

Lebih terperinci

Crane Hoist (Tampak Atas)

Crane Hoist (Tampak Atas) BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI 4.1. Simulator Alat Kontrol Crane Hoist Menggunakan Wireless Simulasi ini dibuat menyesuaikan cara kerja dari sistem kontrol mesin crane hoist menggunakan wireless berbasis

Lebih terperinci

Saklar Manual dalam Pengendalian Mesin

Saklar Manual dalam Pengendalian Mesin Saklar Manual dalam Pengendalian Mesin Saklar manual ialah saklar yang berfungsi menghubung dan memutuskan arus listrik yang dilakukan secara langsung oleh orang yang mengoperasikannya. Dengan kata lain

Lebih terperinci

sebagai perangkai peralatan control yang satu dengan yang lain.

sebagai perangkai peralatan control yang satu dengan yang lain. LADDER DIAGRAM Ladder Diagram atau yang sering disebut dengan diagram tangga pada PLC adalah mempunyai fungsi yang sama dengan gambar rangkaian kontrol pada system konvensional, yaitu sebagai perangkai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN 4.1 Hasil Pengujian Perangkat Keras Pengujian pada prototype elevator atau lift ini dilakukan melalui beberapa tahap pengujian, yaitu pengujian terhadap perangkat-perangkat

Lebih terperinci

TI-3222: Otomasi Sistem Produksi

TI-3222: Otomasi Sistem Produksi TI-: Otomasi Sistem Produksi Hasil Pembelajaran Umum ahasiwa mampu untuk melakukan proses perancangan sistem otomasi, sistem mesin NC, serta merancang dan mengimplementasikan sistem kontrol logika. Diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT 3.1 DIAGRAM BLOK sensor optocoupler lantai 1 POWER SUPPLY sensor optocoupler lantai 2 sensor optocoupler lantai 3 Tombol lantai 1 Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 DRIVER ATMEGA 8535

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang solusi dari permasalahan yang diberikan dalami tugas kerja praktik yaitu tentang instalasi dan cara kerja dari penyambung track electric dan alat pemantau

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI Kontrol Putaran Motor DC Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi Oleh: Andrik Kurniawan 130534608425 PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Teknik Kendali Teknik Elektro Jurusan. Teknik Elektro Universitas Lampung

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Teknik Kendali Teknik Elektro Jurusan. Teknik Elektro Universitas Lampung III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu : November 2011 Maret 2013 Tempat : Laboratorium Teknik Kendali Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. operasi di Rumah Sakit dengan memanfaatkan media sinar Ultraviolet. adalah alat

BAB III PERENCANAAN. operasi di Rumah Sakit dengan memanfaatkan media sinar Ultraviolet. adalah alat 29 BAB III PERENCANAAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan secara lebih rinci mengenai perencanaan dan pembuatan dari alat UV Room Sterilizer. Akan tetapi sebelum melakukan pembuatan alat terlebih dahulu

Lebih terperinci

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0 APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0 JUNIMAR TIKA AFFITRI 5223050346 ANGGI NURSANTI 5223053214 Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perancangan sistem pemanasan air menggunakan SCADA software dengan Wonderware InTouch yang terdiri dari perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

Modul - 6 DIAGRAM ELEKTRIK INDUSTRI

Modul - 6 DIAGRAM ELEKTRIK INDUSTRI Modul - 6 DIAGRAM ELEKTRIK INDUSTRI Diagram Listrik Ladder Diagram Garis Tipis dan Garis Tebal Sirkit Daya dan Sirkit Kontrol Penamaan Komponen (Huruf dan Angka) Penomeran Kabel Garis terputus-putus :

Lebih terperinci

Implementasi Pengendali PLC Pada Sistem Motor Tiga Phasa Untuk Star Y/

Implementasi Pengendali PLC Pada Sistem Motor Tiga Phasa Untuk Star Y/ 18 Implementasi Pengendali PLC Pada Sistem Motor Tiga Phasa Untuk Star Y/ Ade Elbani Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura Pontianak e-mail : adeelbani@yahoo.com Abstract Pada

Lebih terperinci

Prototipe Lift Barang 4 Lantai menggunakan Kendali PLC

Prototipe Lift Barang 4 Lantai menggunakan Kendali PLC Prototipe Lift Barang 4 Lantai menggunakan Kendali PLC I. Deradjad Pranowo 1, David Lion H 1 D3 Mekatronika, Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, 1 dradjad@staff.usd.ac.id

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kerja Panel Kontrol Lift BAB III LANDASAN TEORI Gambar 3.1 Lift Barang Pada lift terdapat 2 panel dimana satu panel adalah main panel yang berisi kontrol main supaly dan control untuk pergerakan

Lebih terperinci

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 67 Telp & Fax. 5566 Malang 655 KODE PJ- PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II1 Umum Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran

Lebih terperinci

Kontrol Sekuensial. Ir. Jos Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Telp Fax

Kontrol Sekuensial. Ir. Jos Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Telp Fax Otomasi Sistem dengan PLC Kontrol Sekuensial Ir. Jos Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Telp. 5947302 Fax.5931237 Email: jos@elect-eng.its.ac.id Otomasi Sistem dengan PLC - 03 1 Objektif:

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM KONTROL

BAB III PERANCANGAN SISTEM KONTROL BAB III PERANCANGAN SISTEM KONTROL Secara keseluruhan sistem kontrol yang dibuat terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kontrol 42Vac dan kontrol 5Vdc, bagian kontrol 42Vac untuk mengontrol kontaktor

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1. Flow chart Pembuatan Hybrid powder spray CNC 2 axis dengan pengendali Software Artsoft Mach3 Start Studi Literatur Penentuan Spesifikasi Mesin Perancangan Desain Tidak

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan memaparkan secara jelas tentang pengujian yang telah dilakukan terhadap spindel utama yang ada pada mesin Aciera F5 serta menganalisa hasil dari percobaan

Lebih terperinci

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL)

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL) Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) 1. Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) Instalasi motor listrik membutuhkan pengaman beban lebih dengan tujuan menjaga dan melindungi motor listrik dari gangguan beban lebih

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 62 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan dari pembuatan alat ini telah telaksana dengan baik atau tidak, maka perlu dilakukan pengujian dan analisa terhadap alat yang dibuat.

Lebih terperinci

Kontrol Sekuensial. Ir. Josaphat Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Telp Fax

Kontrol Sekuensial. Ir. Josaphat Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Telp Fax Aplikasi Proggrammable Logic Controller Kontrol Sekuensial Ir. Josaphat Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Telp. 5947302 Fax.5931237 Email: pramudijanto@gmail.com Aplikasi PLC - 03 1 Objektif:

Lebih terperinci

Perancangan Pembuatan Pengasut Pada Motor Kapasitor 1 Phase

Perancangan Pembuatan Pengasut Pada Motor Kapasitor 1 Phase Perancangan Pembuatan Pengasut Pada Motor Kapasitor 1 Phase Eka Nur Fahmianto 1 Universitas PGRI Madiun e.n.fahmianto@gmail.com Abstract.Perkembangan teknologi di masa sekarang sangat pesat pertumbuhannya

Lebih terperinci

JENIS-JENIS LIFT DAN FUNGSINYA

JENIS-JENIS LIFT DAN FUNGSINYA Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi; biasanya lebih dari tiga atau empat lantai. Gedung-gedung

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA Pada bab ini berisi tentang langkah-langkah pengujian dan analisa sistem pengereman motor induksi di mesin Open Mill. 4.1 Pengujian Alat Untuk mengetahui apakah sistem

Lebih terperinci

BAB V SISTEM PENGISIAN (CHARGING SYSTEM)

BAB V SISTEM PENGISIAN (CHARGING SYSTEM) 44 BAB V SISTEM PENGISIAN (CHARGING SYSTEM) a. Uraian Fungsi baterai pada automobile adalah untuk mensuplai kebutuhan listrik pada komponen-kompenen listrik pada mobil tersebut seperti motor starte, lampu-lampu

Lebih terperinci

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET Wandi Perdana 1, Tohari 2, Sabari 3 D3Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jln.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A

RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A Ikhsan Sodik Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI. pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk

BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI. pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI 2.1 Pengertian Pengontrolan Pengontrolan dapat diartikan sebagai pengaturan dan pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk

Lebih terperinci

Lab. Instalasi Dan Bengkel Listrik Job II Nama : Syahrir Menjalankan Motor Induksi 3 Fasa. Universitas Negeri Makassar On Line) Tanggal :

Lab. Instalasi Dan Bengkel Listrik Job II Nama : Syahrir Menjalankan Motor Induksi 3 Fasa. Universitas Negeri Makassar On Line) Tanggal : Lab. Instalasi Dan Bengkel Listrik Job II Nama : Syahrir Jurusan Pend. Teknik Elektro Menjalankan Motor Induksi 3 Fasa Nim : 1224040001 Fakultas Teknik Sistem DOL (Direct elompok : VIII (Pagi) Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PERANCANGAN

BAB III METODE DAN PERANCANGAN BAB III METODE DAN PERANCANGAN 1.1 Metode Metode yang digunakan dalam pembuatan modul ini adalah modifikasi rancang bangun yang dilakukan dengan eksperimen. Hasil dari penyusunan tugas akhir ini berupa

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Wiring Diagram Direct On Line Starter (DOL)

Gambar 3.1 Wiring Diagram Direct On Line Starter (DOL) BAB III METODE STARTING MOTOR INDUKSI 3.1 Metode Starting Motor Induksi Pada motor induksi terdapat beberapa jenis metoda starting motor induksi diantaranya adalah Metode DOL (Direct Online starter), Start

Lebih terperinci

61 semua siklus akan bekerja secara berurutan. Bila diantara ke -6 saklar diatur secara manual maka hanya saklar yang terhubung ground saja yang akan

61 semua siklus akan bekerja secara berurutan. Bila diantara ke -6 saklar diatur secara manual maka hanya saklar yang terhubung ground saja yang akan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas hasil pengamatan dan analisa dari hasil pengukuran rangkaian reliability tes ini yaitu ON/OFF power switch dan ON/OFF remote control berbasis mikrokontroler

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN AIR BERSIH BERBASIS PLC LS XBC-DR30E

RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN AIR BERSIH BERBASIS PLC LS XBC-DR30E RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN AIR BERSIH BERBASIS PLC LS XBC-DR30E LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 oleh : HAZA IRMA DWI J. HARAHAP MARDIANI

Lebih terperinci

BAB III REALISASI DAN PERANCANGAN

BAB III REALISASI DAN PERANCANGAN BAB III REALISASI DAN PERANCANGAN 3.. Pendahuluan Rancangan yang baik dan matang dari sebuah sistem amat sangat diperlukan. Sebelum melakukan pembuatan alat, maka langkah awal adalah membuat suatu rancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT SIMULASI. Pesawat simulasi yang di gunakan dalam mendeskripsikan cara kerja simulasi

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT SIMULASI. Pesawat simulasi yang di gunakan dalam mendeskripsikan cara kerja simulasi BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT SIMULASI 3.1 Perancangan Alat Simulasi Pesawat simulasi yang di gunakan dalam mendeskripsikan cara kerja simulasi otomasi lahan parkir berupa Programmable Logic Control

Lebih terperinci

KEGIATAN 1 : PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN GESER UNTUK APLIKASI LABORATORIUM

KEGIATAN 1 : PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN GESER UNTUK APLIKASI LABORATORIUM KEGIATAN 1 : PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN GESER UNTUK APLIKASI LABORATORIUM 1.1. Latar Belakang Mahasiswa perlu mengetahui aspek pengereman pada motor arus searah (Direct Current

Lebih terperinci

BAB III PENGENDALIAN GERAK MEJA KERJA MESIN FRAIS EMCO F3 DALAM ARAH SUMBU X

BAB III PENGENDALIAN GERAK MEJA KERJA MESIN FRAIS EMCO F3 DALAM ARAH SUMBU X BAB III PENGENDALIAN GERAK MEJA KERJA MESIN FRAIS EMCO F3 DALAM ARAH SUMBU X Pada bab ini akan dibahas mengenai diagram alir pembuatan sistem kendali meja kerja mesin frais dalam arah sumbu-x, rangkaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

Programmable Logic Controller

Programmable Logic Controller Control Systems Service Center Jurusan Teknik Elektro ITS Pengantar Programmable Logic Controller Ir. Jos Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro ITS Telp. 5947302 Fax.5931237 Email: jos@ee.its.ac.id

Lebih terperinci

DASAR-DASAR LISTRIK ARUS AC

DASAR-DASAR LISTRIK ARUS AC BAB X DASAR-DASAR LISTRIK ARUS AC Tujuan Pembelajaran : - Memahami Dasar-dasar listrik AC - Mengetahui prinsip kerja dan kontruksi Generator A. PERBEDAAN AC DAN DC Perbedaan arus bolak-balik dan arus searah

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI MOTOR DC PENGGERAK SOLAR CELL MENGIKUTI ARAH CAHAYA MATAHARI BERBASIS MIKROKONTROLER

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI MOTOR DC PENGGERAK SOLAR CELL MENGIKUTI ARAH CAHAYA MATAHARI BERBASIS MIKROKONTROLER RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI MOTOR DC PENGGERAK SOLAR CELL MENGIKUTI ARAH CAHAYA MATAHARI BERBASIS MIKROKONTROLER Disusun Sebagai Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam tugas akhir ini, penulis memaparkan empat penelitian terdahulu yang relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed Drive

Lebih terperinci

TUGAS MEKATRONIKA SISTEM LIFT

TUGAS MEKATRONIKA SISTEM LIFT TUGAS MEKATRONIKA SISTEM LIFT Di susun oleh: 1. Kevin Adelin (L2F009059) 2. Rohmat Hidayat (L2F009064) 3. Alga Bagas S (L2F009065) 4. Adhi Warsito (L2F009077) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1 DC TRACTION MK. Transportasi Elektrik Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1 DC TRACTION Motor DC adalah andalan penggerak traksi listrik pada motor listrik dan motor

Lebih terperinci

BAB IV PENGATURAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PENGATURAN DAN PENGUJIAN BAB IV PENGATURAN DAN PENGUJIAN 4.1 Pengaturan Awal Dalam pembahasan mengenai pokok permasalahan yang tertuang pada BAB sebelumnya telah dijelaskan bahwa tujuan yang dilakukan adalah bagaimana membuat

Lebih terperinci

Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan

Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan Langkah Perancangan Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan Pembuatan gambar rancangan (diagram rancangan) Pemilihan komponen Pemasangan komponen Pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT DAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT DAN SISTEM BAB III PERANCANGAN PERANGKAT DAN SISTEM Dalam bab ini berisi tentang bagaimana alat dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjadi suatu rangkaian yang dapat difungsikan. Selain itu juga membahas tentang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam

BAB 2 LANDASAN TEORI. robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Jenis Motor DC Motor DC merupakan jenis motor yang paling sering digunakan di dalam dunia robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam

Lebih terperinci

PERANCANGAN LENGAN ROBOT MENGGUNAKAN MOTOR STEPPER BERBASIS PLC (Programmable Logic Controller) Di PT FDK INDONESIA

PERANCANGAN LENGAN ROBOT MENGGUNAKAN MOTOR STEPPER BERBASIS PLC (Programmable Logic Controller) Di PT FDK INDONESIA PERANCANGAN LENGAN ROBOT MENGGUNAKAN MOTOR STEPPER BERBASIS PLC (Programmable Logic Controller) Di PT FDK INDONESIA Disusun Oleh : Nama : Riwan Satria NIM : 41405110026 Program Studi : Teknik Elektro Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kontaktor Kontaktor merupakan komponen listrik yang berfungsi untuk menyambungkan atau memutuskan arus listrik AC. Kontaktor atau sering juga disebut dengan istilah relay. Prinsip

Lebih terperinci

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI 3.1 Umum Masalah pengasutan motor induksi yang umum menjadi perhatian adalah pada motor-motor induksi tiga phasa yang memiliki kapasitas yang besar. Pada waktu mengasut

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2 : Memahami cara mengoperasikan peralatan pengendali daya tengangan rendah

Kegiatan Belajar 2 : Memahami cara mengoperasikan peralatan pengendali daya tengangan rendah Kegiatan Belajar 2 : Memahami cara mengoperasikan peralatan pengendali daya tengangan rendah I. Capaian Pembelajaran *Peserta mampu memahami cara mengoperasikan peralatan pengendali daya tegangan rendah

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: RANCANG BANGUN PENGATURAN MOTOR PENGGERAK PINTU AIR OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN LEVEL CONTROL

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: RANCANG BANGUN PENGATURAN MOTOR PENGGERAK PINTU AIR OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN LEVEL CONTROL RANCANG BANGUN PENGATURAN MOTOR PENGGERAK PINTU AIR OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN LEVEL CONTROL Anderianes Wira 1*, Djoko Setyanto 2, Isdaryanto Iskandar 3 Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, FakultasTeknik,

Lebih terperinci