< J. = sisaan model struktural ke- j. Pjo = intersep TINJAUAN PUSTAKA. q = peubah laten tidak bebas ke-j

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "< J. = sisaan model struktural ke- j. Pjo = intersep TINJAUAN PUSTAKA. q = peubah laten tidak bebas ke-j"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Metode Kuadrat Terkecil Parsial ( MKTP ) MKTP dikembangkan oleh Wold (1982) sebagai metode umum untuk pendugaan model peubah laten yang diukur tidak langsung oleh peubah penjelas. Model MKTP didefinisikan dm dua persarnaan linier yang disebut model struktural (model inner) dan model pengukuran (model outer). Spesifikasi model struktural add& hubungan antara peubah laten yang tidak dapat diukur secara langsung, sedan- spesifikasi model pengukuran adalah hubungan antara peubah laten dan sekelompok peubah penjelas yang dapat diukur secara langsung. Persarnaan model struktural yang menghubungkan peubah-peubah laten sebagai berikut : dimana : J = banyaknya peubah laten q = peubah laten tidak bebas ke-j qi = peubah laten bebas ke-i untuk i # j $.. = koefisien lintas peubah laten ke-j dan ke-i J' Pjo = intersep < J. = sisaan model struktural ke- j i = banyaknya lintasan dari peubah laten bebas ke peubah laten talc bebas.

2 Model struktural dengan pendekatan MKTP diasurnsikan rekursif Dari persarnaan (1) diperoleh spesifikasi prediksi sebagai berikut : ha1 ini berimplikasi c~v(<~,q~)=o, untuk i< j, j=l,..., J (3) dan peubah laten talc bebas diasumsikan merupakan hgsi linear dan peubah laten bebas. dimana : Persamaan model pengukuran peubah-peubah laten dapat ditulis sebagai berikut : y k~. =xkjo +xkjqj +Ekj, untuk j=l,..., J, j=l,..., Kj (4) J = banyaknya peubah laten q = peubah laten ke- j Y kj x = peubah penjelas ke- k dan peubah laten ke- j = koefisien antara peubah penjelas ke- k dan peubah laten ke- j ckj = sisaan model pengukuran peubah penjelas ke- k dan peubah laten ke- j k = lintasan dari q ke y kj. K = banyaknya peubah penjelas pada peubah laten ke- j Peubah penjelas diasumsikan memiliki satu peubah laten dan dikelompoh kedalam blok-blok yang terpisah. Setiap blok mewakili satu peubah laten. Karena pembobot peubah laten tidak diketahui maka hperlukan standarisasi. Peubah-peubah laten tersebut

3 diasumsikan mempunyai skala ragam unit. Dari persarnaan (4) diperoleh spesifikasi prediksi sebagai berikut : E(~kj I qj)= xkjo +%jqj PI hal ini berimplikasi COV(E~~,~~) = O (6) Asumsi dasar pemodelan MKTP adalah semua informasi dari peubah penjelas ditujukan pada peubah-peubah laten. Hal ini mempunyai dua implikasi. Pertarna, model MKTP tidak melibatkan hubungan langsung antara peubah penjelas. Kedua, sisaan-sisaan model pengukuran dari satu blok diasumsikan tidak berkorelasi dengan sisaan-sisaan model pengukuran dari blok yang lainnya. berikut : Persamaan (1) &pat disubtitusikan ke dalam persamaan (4). Hasilnya sebagai dan persamaan (7) dapat disederhadcan menjadi Y s = x.ha + xk$(c i<j )) + &ih (8) Menurut Wold (1982), persamaan (8) dikenal sebagai subtitusi eliminasi dari peubah laten atau disingkat SELV (Substitutive Elimination of the Lutent Variable). Dari persamaan (8) dapat diketahui bahwa SELV menghubungkan peubah penjelas endogen dengan peubah laten melalui model struktud, oleh masing-masing blok dari peubah penjelas. Intersep dan sisaan pada persarnaan (8) adalah rnasing-masing x', = xkjo + x,pjo dan &ij = xxkjcj + gxkj berturut-turut serta sisaanya tidak berkorelasi dengan prediktor peubah laten yang sama.

4 Pendugaan MKTP Persamaan-persamaan diatas merupakan asumsi teroritis dar~ model MKTP. Koefisien-koefisien model struktural serta pembobot-pembobot dan koefisien-koefisien model pengukuran tidak diketahui dan harus diduga. Proses prosedur pendugaan MKTP ada dua tahap dasar. Tahap pertama melibatkan pendugaan iteratif dari peubah-peubah laten sebagai kombinasi linier dari sekelompok peubah-peubah penjelasnya. Tahap kedua melibatkan pendugaan non-iteratif dari koefisien model stnrktural dan model pengukuran. Sedangkan persamaan pendugaan peubah-peubah laten endogen sebagai berikut : Yjn = est(qjn 1 = C (why 1 (9) Persamaan (9) digunakan untuk pendugaan peubah laten sebagai kombinasi linier dan sekelompok peubah-peubah penjelasnya. Pembobot-pembobot w,, dipilih supaya dugaan peubah-peubah laten mernpunyai ragam unit. Pendugaan peubah laten yang didefinisikan diatas adalah langkah kedua dari pendugaan MKTP yang akan digunakan untuk menghitung pembobot-pembobot dan koefisien-koefisien model struktural yang diperoleh dengan cara menerapkan Metode Kuadrat Terkecil (MKT). Pembobotan awal ditetapkan dengan korelasi order no1 antara peubah-peubah penjelas dan sekelompok peubah-peubah latennya. Koefisien lintas model struktural diperoleh dengan meregresikan setiap hubungan-hubunganya secara terpisah. Inti dari prosedur MKTP adalah penentuan pembobot-pembobot yang selanjutnya akan digunakan untuk menduga peubah laten. Pembobot-pembobot diperoleh dari regresi MKT yang diterapkan pada setiap blok peubah penjelas. Pendugaan pernbobot ada dua cara yaitu outward mode dan inward mode. Penduga outward mode berdasarkan regresi sederhana MKT dan penduga inward mode berdasarkan regresi berganda MKT. Perbedaan

5 antara outward mode dan inward mode analog dengan perbedaan peubah penjelas rejlektf dan format6 Peubah penjelas rejlektlf diasumsikan mencerminkan dimensi laten dan peubah penjelas formaif diasumsikan sebagai hasil dari hubungan dimensi laten (Chin, 2000). Ada beberapa model pendugaan di dalam MKTP. Pertama, satu blok dengan outward mode sarna dengan analisis komponen utama pertama. Kedua, dua blok yang semuanya menggunakan inward mode sama dengan analisis korelasi kanonik pertarna. Ketiga, dua blok yang semuanya menggunakan outward mode sama dengan interbattery analisis faktor. Ke empat, dua blok dengan blok exsogen menggunakan inward mode dan blok endogen menggunakan outward mode sama dengan analisis redundancy. Analisis diatas merupakan kasus khusus dari MKTP yang menjadi dasar pengembangan analisis dari model yang lebih komplek. Pada dasarnya pendekatan MKTP adalah pengabungan model pendugaan diatas sebagai pengembangan model-model lintas yang melibatkan lebih dari dua peubah laten. Proses pendugaannya menggunakan MKT yang diaplikasikan pada persamaan hubungan model struktural dan model pengukuran Karena MKTP tidak memerlukan asumsi yang ketat terhadap sebaran dari peubah, sisaan dan parameter maka metode ini sering disebut model lunak. Evaluasi MKTP Pada dasarnya MKTP h berorientasi prediktif Oleh karena itu, selain menduga pembobot dan koefisien lintas model, bagian yang penting adalah mengevaluasi kesesuaian model dengan memeriksa kekuatan prediktif dari dugaan model struktural dan model pengukuran.

6 Menurut Wold (1982), uji Stone-Geiser &pat mengetahui kerelevanan suatu prediktif, dengan cara meregresikan k peubah bebas setiap kali penghilangan satu kasus ke i = 1,2,...,n. Perluasan prediksi ini diukur melalui satatistik Q2 dengan persamaan sebagai berikut: dimana : b - Y n k = Koefisien regresi yang diperoleh tanpa kasus ke-i = Rata-rata dari peubah tidak bebas yang dihitung tanpa kasus ke-i = Banyaknya kasus = Banyaknya peubah bebas Nilainya berkisar -1 sampai 1. Jika Q~ > 0 maka model prediksi relevan dan jika Q~ < 0 maka model prediksi tidak relevan Nilai Q2 diperoleh dari rata - rata nilai Q2 dari setiap kasus ke-i yang dihilangkan. Semakin tinggi nilai Q2 model prediksi semakin relevan. Uji-uji lainnya yang mendukung dalam evaluasi model adalah uji validitas kekonvergenan, uji validitas diskriminan dan uji koefisien lintas model menggunakan teknik JacKKnzfing. Ada 3 uji validitas kekonvergenan yang digunakan : reliabilitas setiap peubah penjelas, reliabilitas gabungan dan Average Variance Extracted (AVE) setiap peubah. Pertama, reliabilitas setiap peubah penjelas ditentukan oleh koefisien lintasnya masing- masing. Chln (1998), merekomendasikan koefisien lintas (n) sebesar 0.7 mengindikasikan

7 reliabiltas cukup baik. Kedua, reliabilitas gabungan (p,) digunakan untuk mengukur reliabilitas setiap peubah laten, dengan persamaan sebagai berikut: di mana xi merupakan koefisien lintas ke-i. Nilai ini dapat menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari suatu pengukuran. Nilainya berkisar dan 0 sampai 1. Chin (1996), merekomendasikan diatas 0.8 mengindikasikan reliabilitas gabungan cukup baik. Ketiga, AVE digunakan untuk mengukur keragaman peubah laten yang dapat dijelaskan oleh keragaman model pengukuran, dengan persamaan sebagai berikut: di mana x, merupakan koefisien lintas ke-i. Nilainya berkisar dari 0 sampai 1. Semakin tinggi nilai AVE mengindikasikan jumlah keragaman dari peubah penjelas yang diakomodasi oleh peubah laten lebih besar dibandingkan dengan jumlah keragaman yang tidak dapat dijelaskan oleh peubah penjelas. Tan et al. (1997) merekomendasikan AVE diatas 0.5 mengindikasikan cukup baik. Uji validitas diskriminan digunakan untuk mengetahui kesesuaian pembeda dari peubah laten, dengan cara membandingkan akar kuadrat AVE setiap peubah laten dengan korelasi peubah laten. Apabila akar kuadrat AVE lebih besar dari setiap korelasi peubah laten maka validitas disknminannya cukup baik.

8 Model Struktur Koragam (MSK) MSK merupakan penggabungan logika dari konfirmasi faktor analisis, regersi berganda, dan analisis sidik lintas. Beberapa model analisis MSK telah dikembangkan oleh Bentler (1981), Bentler & Week (1980) Browne (1984), Joreskog (1978), McArdle & McDonald (1984), Lee & Jennrich (1984), tetapi yang sering digunakan dalam penerapan adalah LISREL (Llnear Structural RELatiom) nama perangkat lunak kornputer yang digunakan untuk pemodelan struktur koragam (Joreskog,1990). MSK mempunyai dua komponen dasar. Pertama, model pengukuran didefinisikan sebagai hubungan antara peubah laten dan sekelompok peubah penjelas yang dapat diukur langsung. Kedua, model struktural didefinisikan sebagai hubungan antara peubah laten yang tidak dapat diukur secara langsung. Peubah-peubah tersebut juga dibedakan sebagai peubah bebas dan peubah tidak bebas. Semua peubah tersebut dikelompokan kedalam 4 bagian, yaitu q peubah penjelas bebas, p peubah penjelas tidak bebas, n peubah laten bebas, dan m peubah laten tidak bebas. Peubah laten tak bebas dan peubah laten bebas mempunyai hubungan linier struktural sebagai berikut: q=bq+rc+< (13) dimana : p = matriks koefisien peubah laten tidak bebas berukuran m x m 7 = matriks koefisien peubah laten bebas berukuran m x n g = vektor peubah laten tak bebas berukuran 1 x m 6 = vektor peubah laten bebas berukuran 1 x n 4 = vektor sisaan acak berukuran 1 x m

9 ha1 ini berimplikasi E(q) = E(<) = 0, E(5) = 0 dan diasumsikan < tidak berkorelasi dengan 5 serta (I-B) tak singular. Ada dua persamaan matrik yang digunakan untuk menjelaskan model pengukuran. Persamaan pertama untuk peubah penjelas tidak bebas yaitu : y=ayq +E (14) dirnana : y = vektor peubah penjelas tidak bebas yang berukuran p x 1 A, = matrik koefisien yang mengindikasikan pengaruh peubah laten tak bebas terhadap peubah penjelas tak bebas yang berukuran p x m q E = vektor peubah laten talc bebas yang berukuran m x 1 = vektor kesalahan pengukuran peubah penjelas talc bebas yang berukuran P X ~ dan persamaan kedua untuk peubah penjelas bebas yaitu : dimana : x=a,5+6 x = vektor peubah penjelas bebas yang berukuran q x 1 A, = matrik koefisien yang mengndikasikan pengaruh peubah laten bebas terhadap peubah penjelas bebas yang berukuran q x n E, = vektor peubah laten bebas yang berukuran n x 1 6 = vektor kesalahan pengukuran peubah penjelas bebas yang berukuran q x 1 Kesalahan pengukuran E dan 6 dianggap tidak berkorelasi satu sama lain, serta tidak berkorelasi dengan peubah-peubah laten.

10 MSK menetapkan empat matrik tambahan, yaitu B,adalah matrik koragam antara keasalahan pengukuran dari persamaan (14) yang berukuran q x q, 43, adalah matrik koragam antara keasalahan pengukuran dari persamaan (15) yang berukuran p x p, matrik koragam antara peubah-peubah laten bebas yang berukuran n x n, dan 'P matrik koragam diantara kesalahan-kesalahan didalam prediksi yang berukuran m x m. Matrik koragam populasi C(0)didefinisikan sebagai fungsi dari delapan matrik parameter 0, yaitu A,, A,, 0,, B, T dan 'P. Parameter-parameter tersebut hams di identifikasi sebagai parameter tetap, parameter konstrain, atau parameter bebas. Pernasalahan identifikasi model merupakan penentuan nilai unik untuk setiap parameter bebas dapat ditentukan atau tidak berdasarkan data yang diamati. Hal ini tergantung pada pemilihan model dan spesifikasi dari parameter. Model memerlukan identifikasi mengenai hubungan-hubungan antar peubah agar dapat diduga dan diuji. Kondisi perlu untuk identifikasi adalah banyaknya ragam dan koragam lebih kecil dari pada peubah-peubah penjelas dalarn model. Apabila suatu parameter tidak dapat diidentifikasi, maka tidak dapat ditentukan penduga yang konsisten. Matrik koragam contoh S digunakan untuk menduga nilai parameter bebas yang dihasilkan oleh data. Pendugaan MSK Di &lam langkah pendugaan, nilai awal parameter bebas dipilih supaya menghasilkan dugaan matrik koragarn C(0)dari model. Nilai awal dapat dipilih dari informasi sebelumnya. Tujuan pendugaan adalah C(0) konvergen terhadap matrik koragam contoh(s) sehngga perbedaan kedua matrik tersebut relatif kecil. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghasilkan C(0). Metode yang dipilih berdasarkan

11 ciri data, tennasuk ukuran contoh dan sebarannya Roses yang sering digunakan adalah iteratif. Bentuk mum dari hgsi penduga sebagai berikut : Q = (s- a(e))'w(s - 40)) dimana: s = vektor ragam dan koragam peubah-peubah yang diamati a(0) = vektor ragam dan koragam sebagai prediksi model W = matriks pembobot matrik pembobot W harus sesuai dengan metode pendugaan yang dipilih. W dipilih untuk mernperkecilq, dan Q(N-1) memberikan fungsi pendugaan, &lam kasus ini x2. Hasil dari x2 dipengaruhl oleh ukuran contoh, sebaran gdat, sebaran faktor serta diasumsikan faktor dan galat saling bebas. Model yang sering digunakan sebagai metode pendugaan adalah Maimurn Likelihood (ML) dengan fungi penduga sebagai berikut: Fm=logI CI -log1 S I +tr(sc-i)-p (17) di dalam kasus ini, W = C-I dan p = banyaknya peubah penjelas. Apapun fungsi yang dipilih, hasil yang diharapkan dari proses pendugaan adalah fungsi penduga bernilai 0. Nilai fungsi penduga sebesar 0 berimplikasi bahwa model dugaan matrik koragam populasi dan matrik koragam contoh adalah sama. Evaluasi MSK Analisis MSK tidak mempunyai alat uji tunggal untuk menguji hipotesis model. Ada beberap indek kesesuaian yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang dihipotesiskan dengan data empiris. Indek kesesuaian tersebut addah nilai x2,

12 RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation), GFI (Goodness of Fit Index) dan AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index). Statistik x2 ujinya digunakan untuk adanya perbedaan antara koragam contoh dan koragam populasi. Hasil yang diharapkan adalah penerimaan hipotesis no1 yang artinya tidak ada perbedaan antara koragam contoh dan koragam populasi. RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk menkompensasi statistik x2 dalam contoh yang besar. RMSEA menunjukkan kesesuaian yang dapat diharapkan bila model diduga dalam populasi. Nilai RMSEA yang diharapkan sebesar Indeks kesesuaian GFI ini untuk menetung proporsi ragam terboboti dalam matriks koragam contoh yang dijelaskan oleh matriks koragam populasi yang telah diduga dengan persamaan sebagai berikut : GFI = tr(a'wa) tr(s' Ws) Dimana tr(s'ws) adalah jumlah ragam kuadrat terboboti dari rnatrik koragam model yang diduga, sementara tr(a'wa) adalah jumlah ragam kuadrat terboboti dari matrik koragam contoh. W dab matriks bobot yang dipilih sesuai dengan metode pendugaannya. Nilai GFI antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang diharapkan Nilai GFI analog dengan R~ dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini dapat disesuaikan terhadap derajat bebas yang tersedia untuk menguji suatu model. Indeks ini diperoleh dengan nunus sebagai berikut: d b AGFI = 1 - (1 - GF1)- d

13 dimana : G d, = prg) = jurnlah contoh moment g-1 d = derajat bebas Tingkat penerimaan yang diharapkan adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data Prestasi Manajer (Rosidi, 1999) dilakukan dengan dua metode yaitu Model Struktur Koragam (MSK) dan Metode Kuadrat Terkecil Parsial (MKTP). Hasil analisis kedua metode

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen

TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen 4 TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen (1989). Namun demikian sebagian besar penerapannya menggunakan

Lebih terperinci

(Σλ i ) METODE. Data

(Σλ i ) METODE. Data 8 mengevaluasi kesesuaian model dugaan dan memeriksa kekuatan pendugaan dari inner model dan outer model. Evaluasi model dugaan menggunakan metode KTP dilakukan dengan menghitung indeks-indeks kecocokan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas deskripsi mengenai data sekunder dan data primer yang digunakan dalam penelitian. Data ini kemudian dianalisis menggunakan pemodelan persamaan struktural

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI Definisi 1 (Prestasi Belajar) b. Faktor Eksternal Definisi 2 (Faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi) a.

II LANDASAN TEORI Definisi 1 (Prestasi Belajar) b. Faktor Eksternal Definisi 2 (Faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi) a. II LANDASAN TEORI Definisi 1 (Prestasi Belajar) Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Lebih terperinci

Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori Pada Metode Pendugaan Maximum Likelihood Untuk Data Ordinal

Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori Pada Metode Pendugaan Maximum Likelihood Untuk Data Ordinal Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori Pada Metode Pendugaan Maximum Likelihood Untuk Data Ordinal Wiwik Sudestri, Eri Setiawan dan Nusyirwan

Lebih terperinci

Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori Pada Metode Pendugaan Kuadrat Terkecil Tak Terboboti (Unweighted Least Square) Untuk Data Ordinal

Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori Pada Metode Pendugaan Kuadrat Terkecil Tak Terboboti (Unweighted Least Square) Untuk Data Ordinal Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori Pada Metode Pendugaan Kuadrat Terkecil Tak Terboboti (Unweighted Least Square) Untuk Data Ordinal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dimulai dari pemikiran tentang peremajaan es krim Wall s Magnum, merubah konsep menjadi blow me away dengan pengalaman yang kompleks dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan TINJAUAN PUSTAKA Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan memodelkan hubungan diantara peubah-peubah, yaitu peubah tak bebas (respon) dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Sumber Data

METODE PENELITIAN Sumber Data 13 METODE PENELITIAN Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil simulasi melalui pembangkitan dari komputer. Untuk membangkitkan data, digunakan desain model persamaan struktural

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. komprehensif mengenai hubungan hubungan antar variabel variabel yang

BAB IV METODE PENELITIAN. komprehensif mengenai hubungan hubungan antar variabel variabel yang BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu rencana yang terstruktur dan komprehensif mengenai hubungan hubungan antar variabel variabel yang

Lebih terperinci

2 METODE. Kerangka Pemikiran

2 METODE. Kerangka Pemikiran 16 2 METODE Kerangka Pemikiran PTT padi merupakan suatu metode pendekatan untuk mempertahankan atau meningkatkan produktivitas padi secara berkelanjutan dan efisiensi produksi. PTT menekankan pada prinsip

Lebih terperinci

Muhammad Amin Paris. Abstrak

Muhammad Amin Paris. Abstrak JPM IAIN Antasari Vol. 02 No. 1 Juli Desember 2014, h. 21-38 PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL (STUDI KASUS MODEL ANALISIS

Lebih terperinci

VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS

VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS Faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen dapat diidentifikasi dengan melihat faktor eksternal dan internak yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh persepsi atas suatu harga (price

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Pusat Traing Perbankan (PTP) Yogyakarta dengan alamat Perum Candi Gebang Permai Blok T. No. 1,3,4,5 Wedomartani Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. Structural Equation Modeling (SEM) adalah alat analisis statistik yang dipergunakan untuk menyelesaikan model bertingkat secara serempak yang tidak dapat diselesaikan oleh persamaan regresi linear. SEM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pemecahan masalah dalam penelitian ini diawali dengan studi literatur yang mencakup kajian teori, penelitian empiris sebelumnya dan model yang relevan dengan masalah penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki oleh suatu elemen. Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki oleh suatu elemen. Sedangkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen beserta karakteristiknya yang menjadi objek penyelidikan atau penelitian secara menyeluruh. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dikategorikan sebagai explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Gambir Tiga, Jakarta Pusat, tempat ini sengaja dipilih karena akses

Lebih terperinci

Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori (CFA) Pada Metode Pendugaan Kuadrat Terkecil Terboboti (Weighted Least Square) Untuk Data Ordinal

Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori (CFA) Pada Metode Pendugaan Kuadrat Terkecil Terboboti (Weighted Least Square) Untuk Data Ordinal Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung 2013 Ketakbiasan Dalam Model Analisis Faktor Konfirmatori (CFA) Pada Metode Pendugaan Kuadrat Terkecil Terboboti (Weighted Least Square) Untuk Data Ordinal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Metode Analisis Data 2.1.1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Dan Sampel Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Dan Sampel Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Dan Sampel 3.1.1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pendugaan modelnya. Salah satu metode statistika yang dapat mengatasinya adalah

TINJAUAN PUSTAKA. pendugaan modelnya. Salah satu metode statistika yang dapat mengatasinya adalah TINJAUAN PUSTAKA Metode Kuadrat Terkecil Parsial Kolinearitas dalm analisis regesi akan menyebabkan ketidaktepatan dalarn pendugaan modelnya. Salah satu metode statistika yang dapat mengatasinya adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pendidikan pada dasamya adalah mempersiapkan generasi baru agar

TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pendidikan pada dasamya adalah mempersiapkan generasi baru agar TINJAUAN PUSTAKA Faktor-faktor Penentu Kualitas Mahasiswa Tujuan pendidikan pada dasamya adalah mempersiapkan generasi baru agar dapat menjalani kehidupan dan dapat memecahkan masalah-masalah yang akan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Visi PT Indofood CBP Sukses Makmur Cabang Makassar yang juga merupakan Visi PT Indofood Sukses Makmur Tbk adalah Perusahaan Total Food Solutions. Diperlukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) merupakan salah satu produsen motor yang memiliki pangsa pasar cukup luas. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausal karena bertujuan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh satu atau beberapa variabel (variabel independen)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. = λ 14 X 2 + δ. X2.6 = λ 15 X 2 + δ 15

METODE PENELITIAN. = λ 14 X 2 + δ. X2.6 = λ 15 X 2 + δ 15 68 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah ex post facto, yaitu bentuk penelitian yang menilai peristiwa yang telah terjadi atau penilaian kondisi faktual di lapangan.

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian causal method yaitu

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian causal method yaitu 3.1 Jenis Penelitian BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian causal method yaitu merupakaan jenis penelitian untuk mendapatkan penjelasan hubungan antar variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2016. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian berada di Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah Karyawan PT Tuin Abadi. Penelitian ini diteliti dengan kuesioner tertulis secara Face to Face (tatap muka) yang akan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi 3.2. Jenis Penelitian 3.3. Teknik Pengambilan Sampel

3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi 3.2. Jenis Penelitian 3.3. Teknik Pengambilan Sampel 3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada 12 Februari 2016 hingga13 April 2016 di Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS STRUCTUAL EQUATION MODEL (SEM)

VIII. ANALISIS STRUCTUAL EQUATION MODEL (SEM) Atribut yang ditetapkan pada variabel kepuasan merupakan atribut mengenai kepuasan konsumen secara keseluruhan (overall satisfaction). Berdasarkan sebaran pilihan responden, lebih dari setengah dari jumlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sebuah matriks adalah jajaran empat persegi panjang dari bilangan bilangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sebuah matriks adalah jajaran empat persegi panjang dari bilangan bilangan. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Matriks Definisi 2.1.1 Definisi Matriks Sebuah matriks adalah jajaran empat persegi panjang dari bilangan bilangan. Bilangan bilangan dalam jajaran tersebut disebut entri

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG Bab ini akan memaparkan analisis terhadap faktor-faktor yang menentukan keputusan hutang pada pemilik usaha tenun dengan menggunakan Theory Planned

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dapat diyakini kebenarannya secara ilmiah. Studi penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. dapat diyakini kebenarannya secara ilmiah. Studi penelitian ini menggunakan 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis mengenai hubungan antar variabel berdasarkan fakta empiris dan dapat diyakini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih.. Dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih.. Dalam BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 21 Pengertian Regresi Linier Pengertian regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang memberikan penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance

BAB V PEMBAHASAN. estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Konfirmatori Analisis faktor konfirmatori dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada PT. First Media Production yang beralamat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada PT. First Media Production yang beralamat di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada PT. First Media Production yang beralamat di Gedung Berita Satu Plaza Lantai 5 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 35-36 Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau penelitian terapan yang mana didalamnya terdapat solusi atas suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bebas X yang dihubungkan dengan satu peubah tak bebas Y.

BAB 2 LANDASAN TEORI. bebas X yang dihubungkan dengan satu peubah tak bebas Y. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Regresi linier sederhana merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan hubungan matematis dalam bentuk suatu persamaan antara variabel tak bebas tunggal dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Gambar 3.1 Tahapan Penelitian. 3.2 Tahap Pendahuluan Pada tahap ini hal yag dilakukan terdiri atas 3 tahapan, yaitu melakukan studi literatur, melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM)

ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) VII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) Strutural Equation Model (SEM) merupakan suatu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel laten dengan variabel teramati sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi

BAB III METODE PENELITIAN. dalam menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi BAB III METODE PENELITIAN Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel dalam menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi yang dihasilkan dapat dipercaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh karakteristik produk (product characteristic),

Lebih terperinci

PATH ANALYSIS & STRUCTURAL EQUATION MODEL. Liche Seniati Sem. Ganjil 2009/2010 Program Magister Profesi F.Psi.UI

PATH ANALYSIS & STRUCTURAL EQUATION MODEL. Liche Seniati Sem. Ganjil 2009/2010 Program Magister Profesi F.Psi.UI PATH ANALYSIS & STRUCTURAL EQUATION MODEL Liche Seniati Sem. Ganjil 2009/2010 Program Magister Profesi F.Psi.UI PATH ANALYSIS (Path Analysis) : merupakan suatu metode analisis untuk melihat hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan ditempat penelitian, melakukan perumusan masalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian ini dimulai dari pemikiran tentang ketatnya persaingan bisnis pada era globalisasi saat ini yang semakin dinamis dan kompleks, adanya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Jenis penelitian ini menerapkan adalah analisis asosiative karena penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan kausal antara variabel independen terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. dari antisipasi teknologi baru. Rancangan penelitian yang disajikan berbentuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. dari antisipasi teknologi baru. Rancangan penelitian yang disajikan berbentuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Finger et al (203) yang bertujuan untuk mengetahui anteseden dan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena melibatkan sejumlah variable bebas (independent variable) dan variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena melibatkan sejumlah variable bebas (independent variable) dan variabel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Structural Equation Modeling (SEM) Structural Equation Modeling (SEM) merupakan teknik dengan kombinasi dari analisis jalur (path) dan analisis regresi yang memungkinkan peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan dengan penelitian, melakukan perumusan masalah dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian konklusif yang bertujuan untuk memverifikasi hipotesis yang diajukan dan untuk menguji beberapa korelasi tertentu.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Proses Metodologi Penelitian Pada gambar dibawah ini adalah alur proses dari tahapan metodologi penelitian yang dapat dilihat pada gambar 3.1 Tahap Awal 1. Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepuasan pelanggan berbelanja di Tokopedia. Proses penelitian akan

BAB III METODE PENELITIAN. kepuasan pelanggan berbelanja di Tokopedia. Proses penelitian akan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini tentang pengaruh keamanan dan kemudahan terhadap kepuasan pelanggan berbelanja di Tokopedia. Proses penelitian

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penyebaran angket sebanyak 72 responden untuk mengetahui pengaruh variabel sertifikasi terhadap variabel kinerja

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu sasaran

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu sasaran 54 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. dalam mencapai maksudnya. Dalam penelitian ini, metode menjadi alat bantu

BAB III METODA PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. dalam mencapai maksudnya. Dalam penelitian ini, metode menjadi alat bantu BAB III METODA PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metodologi merupakan pengetahuan atau uraian mengenai metode. Metode itu sendiri merupakan cara kerja yang sistematis untuk mempermudah suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh guru PAUD di Salatiga, dengan menggunakan sampel guru PAUD di Salatiga yang diambil dari 3 kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis data yang disesuaikan dengan pola penelitian dan variabel yang diteliti. Model yang digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

AL-ADZKA, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume II, Nomor 02 Juli 2012

AL-ADZKA, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume II, Nomor 02 Juli 2012 195 MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL PENGARUH MOTIVASI, KAPABILITAS DAN LINGKUNGAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TAHUN PERTAMA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA-IPB Oleh : Muhammad Amin Paris (Dosen Fak.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian ini yang berhubungan dengan kecukupan sampel maka langkah awal yang harus dilakukan adalah pengujian terhadap jumlah sampel. Pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kasihan, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta. Akuntansi, Prodi Ilmu Ekonomi sejumlah 76 dosen.

BAB III METODE PENELITIAN. Kasihan, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta. Akuntansi, Prodi Ilmu Ekonomi sejumlah 76 dosen. BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Alamat: Jalan Lingkar Selatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah CV Opal Transport, sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan CV

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah CV Opal Transport, sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan CV BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah CV Opal Transport, sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan CV Opal Transport. B. Populasi

Lebih terperinci

ASUMSI MODEL SEM. d j

ASUMSI MODEL SEM. d j ASUMSI MODEL SEM Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis SEM di antaranya adalah data berdistribusi multivariat normal, untuk memeriksanya dapat dilakukan dengan menghitung nilai jarak kuadrat pada setiap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jooyeon Ha dan Soo Cheong Jang (2009). Rancangan yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jooyeon Ha dan Soo Cheong Jang (2009). Rancangan yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jooyeon Ha dan Soo Cheong Jang (2009). Rancangan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis pendekatan dan penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel secara langsung dari populasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kebayoran, Jakarta Selatan selama penelitian. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang dipilih sebagai tempat penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Kebayoran, Jakarta Selatan selama penelitian. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang dipilih sebagai tempat penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Industri ini mengacu pada kegiatan operasional percetakan dan obyek penelitian ini ialah untuk mengetahui besarnya pengaruh Kepercayaan Pelanggan dan Kualitas

Lebih terperinci

PENERAPAN STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM) UNTUK ANALISIS KOMPETENSI ALUMNI

PENERAPAN STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM) UNTUK ANALISIS KOMPETENSI ALUMNI Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 6, No. 0 (017), hal 113 10. PENERAPAN STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM) UNTUK ANALISIS KOMPETENSI ALUMNI Matius Robi, Dadan Kusnandar, Evy Sulistianingsih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data, baik data yang bersifat data sekunder maupun data primer, dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan dan Achmad,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan dan Achmad, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Dalam suatu penelitian, populasi dan sampel digunakan untuk menentukan atau memilih subjek penelitian a. Populasi adalah wilayah generalisasi yang

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu Sasaran

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu Sasaran BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu Sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahap Awal. Tahap Analisis Variabel - variabel Penerimaan SAP. (Model UTAUT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahap Awal. Tahap Analisis Variabel - variabel Penerimaan SAP. (Model UTAUT) BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada sub bab ini menjelaskan tentang tahapan yang dilakukan dari proses awal sampai akhir dalam penelitian. Secara singkat tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk BAB III METODE PENELITIAN Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi yang diperoleh dari penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Lebih terperinci

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal)

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal) PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK 1. Data Biner Data biner merupakan data yang hanya memiliki dua kemungkinan hasil. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal) dengan peluang masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan terbagi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan terbagi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil waktu dan lokasi penelitian pada wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit II Gamping yang merupakan salah satu instansi rumah sakit yang berada di Jl. Wates

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Hipotesis (hypothesis testing). Uji

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Hipotesis (hypothesis testing). Uji BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Hipotesis (hypothesis testing). Uji Hipotesis adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dari tahap awal sampai pada pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini. Selanjutnya akan dibahas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dimana data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini terdiri dari tujauan pustaka, landasan teori dan kerangka pemikiran Tinjauan pustaka berisi penelitian-penelitian sebelumnya dan digunakan sebagai dasar dilaksanakannya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 63 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak/pengaruh variabel (independent variable/variabel laten eksogen) terhadap variabel tertentu (dependent variabel/variabel

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI STRUCTURAL EQUATION MODELING PADA MODEL HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN TEKANAN DARAH

PENERAPAN ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI STRUCTURAL EQUATION MODELING PADA MODEL HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DAN TEKANAN DARAH Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 2 Hal. 34 43 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENERAPAN ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI STRUCTURAL EQUATION MODELING PADA MODEL HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Responden Pada bab IV ini akan menampilkan hasil penelitian yang berupa gambaran umum objek penelitian dan data deskriptif serta menyajikan hasil komputasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono,2010).

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. penelitian ini berlangsung selama periode Juli 2017.

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. penelitian ini berlangsung selama periode Juli 2017. BAB III METEDOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan ditempat yang akan dilakukan untuk penelitian,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dari industri jasa Lembaga Bahasa Inggris yang ada di Bogor, setiap penyelenggara kursus bahasa Inggris tentunya akan menciptakan suatu nama / simbol

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dan pernah melakukan pembelian produk secara online di Bukalapak.com. pusat perkantoran yang berada di Jakarta.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dan pernah melakukan pembelian produk secara online di Bukalapak.com. pusat perkantoran yang berada di Jakarta. BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan pada responden yang tinggal di Jakarta Selatan dan pernah melakukan pembelian produk secara online di Bukalapak.com

Lebih terperinci

BAB 3 DESAIN PENELITIAN

BAB 3 DESAIN PENELITIAN BAB 3 DESAIN PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan desain yang dipergunakan dalam penelitian antara lain : jenis penelitian, populasi dan sampel, pengukuran konsep, jenis data

Lebih terperinci

Ketakbiasan Dalam Model CFA (Confirmatory Factor Analysis) Pada Metode Estimasi DWLS (Diagonally Weighted Least Squares) Untuk Data Ordinal

Ketakbiasan Dalam Model CFA (Confirmatory Factor Analysis) Pada Metode Estimasi DWLS (Diagonally Weighted Least Squares) Untuk Data Ordinal Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Ketakbiasan Dalam Model CFA (Confirmatory Factor Analysis) Pada Metode Estimasi DWLS (Diagonally Weighted Least Squares) Untuk Data Ordinal Indah Permata

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Deskriptif 1. Analisis secara deskriptif Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang telah dikumpulkan dari lapangan berdasarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini bertujuan untuk mengungkap hasil analisis data penelitian dan pembahasannya. Pembahasan diawali dengan dimulai hasil statistik deskriptif yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis regresi linier sederhana 2. Analisis regresi linier berganda. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis regresi linier sederhana 2. Analisis regresi linier berganda. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Pengertian regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang memberikan penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih. Istilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini yaitu analisis regresi, analisis regresi multilevel, model regresi dua level, model regresi tiga

Lebih terperinci

ANALISIS JALUR. Penggunaan analisis jalur didasarkan pada beberapa asumsi, diantaranya :

ANALISIS JALUR. Penggunaan analisis jalur didasarkan pada beberapa asumsi, diantaranya : ANALISIS JALUR Pengantar Analisis Jalur Analisis Jalur yang ditemukan oleh Sewall Wright adalah suatu metodologi untuk menganalisa sistem persamaan struktural. Analisis jalur adalah sebuah metode yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Obyek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data dan obyek pada penelitian ini adalah Waroeng Spesial Sambal di Yogyakarta.

Lebih terperinci