BAB I PENDAHULUAN. fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi. Fungsi alokasi, antara lain meliputi:
|
|
- Susanto Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka penyelengaraan pemerintahan, maka pemerintahan suatu negara pada hakekatnya mengemban tiga fungsi utama yakni fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi. Fungsi alokasi, antara lain meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa pelayanan masyarakat. Fungsi distribusi, antara lain meliputi: pendapatan dan kekayaan masyarakat, pemerataan pembangunan. Dan fungsi stabilisasi, antara lain meliputi: pertahanan keamanan, ekonomi, dan moneter. Fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi pada umumnya lebih efektif dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat sedangkan fungsi alokasi pada umumnya lebih efektif dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, karena daerah pada umumnya lebih mengetahui kebutuhan serta standar pelayanan masyarakatnya. Namun dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan kondisi dan situasi yang berbeda-beda dari masing-masing wilayah. Dengan demikian, pembagian ketiga fungsi dimaksud sangat penting sebagai landasan dalam penentuan dasar-dasar perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah secara jelas dan tegas. Hal ini yang mendasari dibentuknya otonomi daerah. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan pertanggung-jawaban kepada masyarakat. Adapun ciri utama yang menunjukkan suatu daerah mampu berotonomi, terletak pada kemampuan keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan 1
2 pemerintah daerahnya, artinya tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat mempunyai proporsi yang semakin kecil dan diharapkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian terbesar dalam memobilisasi dana penyelenggaraan pemerintah daerah. Oleh karena itu sudah sewajarnya PAD dijadikan salah satu tolok ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah karena PAD sekaligus dapat meningkatkan kemandirian daerah. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumberdaya penerimaan daerah adalah dengan pengelolaan penerimaan yang bersumber dari pajak dan retribusi daerah. Dalam konteks desentralisasi dan otonomi daerah, UU No 32 tahun 2004 tentang Penerimaan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan daerah memberikan hak kepada daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD) dan penerimaan daerah. Dengan otonom tersebut, pemerintah daerah dapat mengalokasikan anggarannya untuk meningkatkan kualitas hidup warga dan menyediakan fasilitas umum yang layak. PAD dari sektor transportasi khususnya perparkiran dianggap cukup berpotensi dan dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam menunjang pemasukan keuangan daerah. Pemanfaatan dari pajak dan retribusi parkir di daerah diharapkan mampu dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga dapat dipergunakan secara efisien untuk memperbaiki sarana dan prasarana kota, khususnya perbaikan fasilitas parkir. 2
3 Tabel I Retribusi Parkir No. Tahun Target (Rp.) Realisasi (Rp.) Rasio ,02% ,21% ,20% ,17% ,98% Sumber:Dinas Perhubungan Bidang Perparkiran Kota Yogyakarta Berdasarkan tabel diatas target penerimaan retribusi parkir diturunkan oleh dinas perhubungan sedangkan jumlah kendaraan Kota Yogyakarta yang semakin naik seperti terlihat pada tabel II, karena sebelum diberlakukannya Peraturan Daerah No 19 tahun 2009 tentang retribusi parkir TJU dan perda No 18 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan perparkiran semua hasil retribusi parkir dikelola oleh Dinas Perhubungan, setelah diberlakukannya Peraturan Daerah No 19 tahun 2009 tentang retribusi parkir TJU dan perda No 18 Tahun 2009 tentang kewenangan penyelenggaraan perparkiran penyelenggaraan dan pengelolaan parkir yaitu (a). Kepala Dinas Pengelolaan Pasar, kecuali kawasan pasar yang berada di jalan Ahmad Yani, (b). Kepala dinas Pariwisata dan Kebudayaan dengan kewenangan menyelenggarakan perparkiran di jalan Malioboro, jalan Ahmad Yani. TKP malioboro I dan TKP malioboro II, (3). Kepala Dinas Perhubungan dengan kewenangan menyelenggaakan parkit TJU dan TKP selain pada huruf a dan b, (d). Camat dengan kewenangan menyelenggarakan perparkiran tidak tetap di wilayah kecamatan setempat, selain Malioboro dan Jalan ahmad Yani. Sedangkan posisi toko-toko yang berada pada tepi jalan masuk kepada parkir tepi jalan umum dengan cara 3
4 membayar retribusi parkir tetap sesuai dengan target yang diberikan oleh dinas pasar perbulannya. Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan yang menginginkan kendaraannya dapat parkir di tempat yang mudah dicapai, salah satunya adalah di tepi jalan umum. Parkir di tepi jalan adalah parkir yang berada pada badan jalan. Maka, jenis parkir ini dapat mengakibatkan turunnya kapasitas jalan karena mangambil bagian dari jalan sehingga badan jalan menjadi sempit. Seiring berjalannya waktu, ruang parkir yang disediakan oleh pemerintah sangat minim jumlahnya untuk menampung kendaraan bermotor yang kian tahun kian bertambah. Kemudian masyarakat menggunakan ruang yang kosong untuk parkir, maka jalan raya tidak dilewatkan untuk dijadikan tempat parkir. Dengan dihadirkannya jalan raya sebagai tempat parkir, maka akan timbul banyak masalah, mulai dari kelancaran lalu lintas yang terganggu hingga menimbulkan kesembawutan kota. Ada beberapa hal menarik mengenai perparkiran ini yaitu: 1. Perparkiran dijalan umum menjanjikan kontribusi yang cukup besar bagi daerah otonomi. 2. Perparkiran di jalan umum di lain pihak dapat mengganggu kelancaran lalu lintas 3. Munculnya parkir liar, juru parkir gadungan dan premanisme. Timbulnya parkir liar ini tidak terbatas pada acara-acara insidental, tetapi merambah 4
5 tempat-tempat ramai pengunjung, seperti pusat pembelanjaan, restoran, cafe, hotel, bahkan di gerai ATM dan warung kaki lima. 4. Karcis parkir seringkali tidak diberikan kepada pengguna parkir, khususnya di tepi jalan umum, ada juru parkir yang curang yaitu yang mengganti karcis dengan kartu yang dibuat sendiri tanpa persetujuan instansi yang berwenang Pembinaan dan pengelolaan perparkiran merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi di daerah. Hal ini dilakukan untuk menjamin terselenggaranya pembinaan yang berhasil mewujudkan penataan lingkungan perkotaan, kelancaran berlalu lintas ketertiban administrasi pendapatan daerah, serta mampu mengurangi beban sosial melalui penyerapan tenaga kerja (SK Menhub No 34 tahun 1990). Pemerintah daerah mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam membinaan pengelolaan parkir di wilayahnya, yang merupakan bagian dari fungsi pelayanan umum. Sebagai imbalan penyelenggaraan pelayann umum, pemerintah baik berhak memungut dana dari masayarakat dalam bentuk retribusi dan pajak sebagai salah satu sumber PAD (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Untuk parkir baik itu parkir umum atau parkir khusus, diperlukan adanya ketentuan-ketentuan bagi pemerintah dan pengelola dalam kegiatan perencanaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian tempat parkir sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang potensial guna mendukung jalannya pemerintah dan kelancaran pembangunan kota. 5
6 Adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, baik dalam demografi, ekonomi maupun sosial mempunyai implikasi tertentu kepada sektor parkir. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor menimbulkan persoalan lalu lintas dan mempengaruhi kegiatan perparkiran. Tabel II Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun Mobil Bis Truk Sepeda Jumlah penumpang Motor ,489,852 2,059,187 4,452,343 47,683,681 61,685, ,910,407 2,160,973 4,452,343 52,767,093 67,336, ,891,041 2,250,109 4,687,789 61,078,188 76,907, ,548,866 2,254,406 4,958,738 68,839,341 85,601,351 Sumber : Kantor Kepolisian Republik Indonesia 1 Penambahan kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta sepanjang tahun 2011 tercatat sangat signifikan. Setiap bulannya sekitar kendaraan bertambah di jalanan Kota Yogyakarta. Terdiri dari unit sepeda motor dan 900 kendaraan roda empat. Berdasarkan data yang ada di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) DIY, penambahan kendaraan selama tahun 2011 total mencapai unit kendaraan yang 80 persen adalah kendaraan baru sepeda motor ( Jumlah Kendaraan di Yogya Bertambah per Bulan Tribun Jogja - Selasa, 10 Januari :51 WIB) 2. Dalam mengatasi masalah transportasi ada beraneka ragam instrumen kebijakan yang dapat digunakan oleh pemerintah. Instrumen yang umum kendaraan- di- yogya- bertambah per- bulan/ 6
7 dikenal adalah peraturan atau regulasii, perizinan lokasi parkir dan pemberlakuan dan pengendalian harga. Pemerintah kota Yogyakarta memilih menggunakan instrumen regulasi sebagai saran untuk mengendalikan dan mengelola sektor parkir. Untuk alasan mewujudkan penataan perparkiran yang lebih efektif dan efisien sehingga dapat mendukung kelancaran lalu lintas dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa parkir secara lebih baik. Pemerintahan kota Yogyakarta memberlakukan peraturan daerah (Perda) No 19 tahun 2009 tentang retribusi parkir tepi jalan umum dan Perda No18 tahun 2009 tentang penyelenggaraan perparkiran. Salah satu implikasi pemberlakuan Perda No18 tahun 2009 bagi masyarakat pengguna jasa parkir adalah kenaikan tarif parkir sebesar 100 %. Untuk tarif sepeda motor naik menjadi Rp.1000 di zona pertama atau zona ramai dan Rp. 500 di zona sepi. Sedangkan tarif parkir mobil naik menjadi Rp.2000 di zona pertama dan Rp.1500 di zona kedua. Kebijakna tersebut mulai berlaku per 1 januari Zona ramai antara lain kawasan protokol, seperti jalan malioboro, jalan achmad Yani, jalan Sudirman, jalan Diponegoro, jalan Mangkubumi, juga jalan Magelang. Dengan keberadaan tarif baru ini diharapkan penarikan retribusi terhadap parkir kendaraan bermotor dilakukan secara tertib misalnya dengan menggunakan karcis resmi. Kemudian dikeluarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No 5 tahun 2012 Tentang Retribusi jasa umum merubah tarif parkir menjadi : 7
8 NO 1 JENIS KENDARAAN Truk gandengan, sumbu III atau lebih TABEL III TARIF PARKIR Kawasan I (Rp) TARIF Kawasan II (Rp) Truk Besar Bus Besar Truk sedang/box Bus sedang Sedan, Jeep, Pickup, Station Wagon/Box, Kendaraan Bermotor Roda Tiga Sepeda Motor Sepeda Listrik Sepeda Keterangan : menyamakan tarif kawasan I dan II Pasal 17 Perda Penyelenggaraan Perparkiran juga mengatur ganti rugi atas kehilangan. Hilangnya kendaraan menjadi tanggungjawab juru parkir sebesar 50 persen. Selain itu, pemerintah daerah dalam rangka memberikan perlindungan terhadap pengguna jasa parkir dapat melibatkan pihak asuransi parkir swasta. Pasal 8 Perda No. 19 Tahun 2009 juga menawarkan sistem parkir berlangganan tetap per bulanan. Dengan diterapkannya parkir dengan sistem berlangganan maka diharapkan kesejahteraan juru parkir dapat meningkat dan juga peningkatan pelayanan kepada masyarakat melalui bidang parkir juga meningkat. Tentang kondisi dan kebijakan perparkiran di Kota Yogyakarta, pakar dari Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada, Heru 8
9 Sutomo menilai Pemkot Yogyakarta tidak mempunyai konsep dalam mengelola parkir. Peraturan daerah yang muncul lebih banyak menyoroti masalah tarif, bukan wilayah mana saja yang bisa dijadikan lahan parkir dan peningkatan pelayanan publik. Padahal, masalah pokoknya adalah kemunculan tukang atau juru parkir di lahan parkir yang ilegal dan fenomena preman perparkiran yang diduga dimanfaatkan pemerintah mendongkrak target setoran retribusi 3. Kondisi sepeti ini menyebabkan kenyamanan para pengguna parkir terganggu. Dan kualitas pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah tentang perparkiran jadi tidak efisien. Menurut Haryono (2006:3) mengemukakan bahwa berbicara tentang kualitas layanan jasa, bahwa untuk bisa berkembang dan bertahan hidup (survive) suatu organisasi penyedia jasa layanan harus mampu memberikan layanan jasa yang berkualitas dan mempunyai nilai yang tinggi bagi para pelanggan, dapat memenuhi kebutuhan pelanggan serta dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dari pesaingnya. Hal ini penting dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan pelanggan, sebab kepuasan pelanggan utamanya untuk bisnis jasa merupakan keharusan agar perusahaan tetap sukses, baik di tingkat operasional, menajerial atau strategik. Keungulan suatu penyedia jasa tergantung pada keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh penyedia jasa tersebut, maka secara spesifik jasa harus memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, sebab jasa yang dirasakan dan dinikmati langsung oleh pelanggan akan segera mendapatkan penilaian sesuatu 3 Konsep Parkir Tidak Jelas, 9
10 atau tidak dengan harapannya. Menurut Kotler (2003:24) kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukan dilihat dari persepsi penyedia jasa melainkan berdasarkan persepsi pelanggan. Oleh sebab itu penyedia jasa harus benar-benar memperhatikan persepsi pelanggan terhadap kualitas layanan jasa yang disediakan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan jasa merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa. Melihat keadaan perparkiran tepi jalan sekarang di Kota Yogyakarta mempunyai masalah yang sangat banyak diantaranya dari hasil observasi awal penulis menemukan fenomena dimana sepanjang Jalan Maliboro banyak petugas parkir yang tidak memberikan karcis parkir malah mereka yang memberikan karcis parkir selalu meminta kembali parkir kepada pengguna parkir setelah mengambil kendaraannya, kemudian mulai jam 5 sore petugas parkir menaikkan tarif parkir menjadi 2 kali lipat dari harga karcis, alasannya pergantian petugas parkir padahal Jalan Malioboro itu adalah kawasan I, dan Jalan Malioboro adalah kawasan ramai tujuan para wisatawan. Penerapan kebijakan retribusi parkir di Kota Yogyakarta dan sebagian besar kota-kota lain di Indonesia pada umumnya cenderung terlalu berorientasi pada peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dan belum menjadi instrument pengendalian lalu lintas dan peningkatan pelayanan publik. Selain itu, kegiatan perparkiran sering berbenturan dengan undang-undang lalu lintas. Pada dasarnya penggunaan badan jalan tidak proporsional jika digunakan sebagai ruang parkir. Selain bertentangan dengan undang-undang lalu lintas, juga 10
11 menjadi potensi kemacetan. Idealnya, penetapan lokasi parkir harus tidak menimbulkan gangguan terhadap aksesibilitas lalu lintas dan gangguan lainnya. Namun, praktiknya seringkali tidak memperhatikan volume lalu lintas dan kapasitas jalan. Pengelolaan parkir akan mempengaruhi besarnya PAD yang diperoleh dari kebijakan penyediaan fasilitas, sistem pengelolaan, besaran tarif parkir, dan persentase bagi hasil setoran dengan juru parkir atau pengelola swasta. Yang menarik dengan setoran juru parkir yang tidak sepenuhnya didasarkan atas perhitungan karcis, target pendapatan parkir di tepi jalan umum di Kota Yogyakarta tiap tahun selalu tercapai. Peran efektif koordinator wilayah (korwil) dalam pelaksanaan operasional pemungutan retribusi parkir sesuai dengan wilayah tugasnya dan tugas-tugas administrasi dan keuangan terkait dengan pemungutan retribusi parkir, ikut menentukan tercapainya target pendapatan parkir. Ini berbeda dengan temuan di daerah lain, seperti Kota Semarang misalnya, dimana ditemukan koordinator wilayah menjadi salah satu penyebab tidak terealisasinya target pendapatan karena tidak menyetor ke Unit Pengelolaan Perparkiran. Beberapa kejadian tersebut menimbulkan tanda tanya terkait kualitas kebijakan perparkiran di Kota Yogyakarta, kejelasan tarif dan perasaan aman dan nyaman bagi pengguna parkir. Padahal, salah satu konsideran Perda Perparkiran dan Perda Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum secara jelas mengusung pelayanan perparkiran yang berorientasi kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jasa perparkiran. Dengan banyaknya juru parkir yang 11
12 beroperasi di ruas-ruas jalan Kota Yogyakarta sekarang saja, sudah mulai dirasakan adanya permasalahan transportasi seperti seringnya kita melihat lalu-lalang kendaraan bermotor yang memadati jalanan, kemacetan di berbagai ruas jalan yang diakibatkan parkir yang semrawut yang berpotensi mendatangkan kecelakaan. Ada yang mengatakan sebagian masalah tersebut diakibatkan oleh parkir-parkir liar di ruas-ruas jalan (Kompas Yogyakarta, 9/02/2010). Guna mengatasi permasalahan di atas, Pemerintah Kota Yogyakarta memberlakukan Perda No. 18 Tahun 2009 tentang Perparkiran dan Perda No. 19 Tahun 2009 tentang Retribusi Parkir Tepi Jalan Umum, menggantikan regulasi lama yang dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dilihat permasalahan nya disini adalah masalah perparkiran tepi jalan Kota Yogyakarta masih mempunyai masalah bagi pemerintah yang berkaitan dengan pemasukan PAD dan untuk pelanggan atau masyarakat pada penerapannya dilapangan masyarakat masih mengeluh masalah pelayanan parkir yang diberikan. Untuk itu penulis memandang perlunya melakukan analisis kualitas pelayanan parkir tepi jalan Kota Yogyakarta berdasarkan persepsi pelanggan dan pengelola parkir. 12
13 B. Rumusan Masalah Penelitian tentang kualitas pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum di Kota Yogyakarta ini mengangkat permasalahan berikut: 1. Bagaimana kualitas pelayanan parkir di tepi jalan umum di Kota Yogyakarta? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kualitas pelayanan parkir di tepi jalan umum di Kota Yogyakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan parkir di tepi jalan umum di Kota Yogyakarta? 2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kualitas pelayanan parkir di tepi jalan umum di Kota Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian kualitas palayanan parkir di tepi jalan umum di Kota Yogyakarta ini adalah untuk memberikan tambahan pengetahuan tentang bagaimana kaualitas pelayanan parkir di tepi jalan umum dan menghasilkan masukan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menyempurnakan kebijakan perparkiran di tepi jalan umum. E. Penelitian yang Relevan Penelittian ini memfokuskan kepada bagaimana kualitas pelayanan parkir di tepi jalan umum Kota Yogyakarta serta faktor-faktor aa saja yang mempengaruhi kualitas pelayanan tersebut. Mengingat masalah parkir adalah masalah yang kompleks dan merupakan masalah yang pasti dialami oleh kota- 13
14 kota besar maka penelitian tentang parkir ini bukanlah merupakan hal yang sama sekali baru, karena beberapa penalitian sudah pernah dilakukan. Namun, beberapa penelitian terdahulu ini dapat dijadikan referensi untuk memahami perkembangan dalam penelitian sejenis sekaligus menentukan standin position serta research gap penelitian ini, sehingga diharapkan penelitian ini dapat melengkapi kajian penelitian tentang parkir yang ada sebelumnya. Beberapa penelitian tersebut dapat dilihat pada lampiran tesis ini. Berdasarkan penelusuran peneliti yang terkait dengan pelayanan parkir belum ada yang membahas tentang kualitas pelayanan parkir tepi jalan umum Kota Yogyakarta. Sehingga penelitian ini jadi berbeda dengan beberapa penelitian yang seperti: Penelitian Tesis oleh Novita yang berjudul Tata Kelola Perparkiran : Pemerintahan dan Kekuatan Informal Lainnya (Study Kasus Plaza Sriwedani dan Malioboro II) yang memfokuskan penelitiannya pada sejauh mana kekuatan orgaisasi informal dalam pengelolan retribusi parkir di Kota Yogyakarta. Kemudian tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana kebijakan mengenai pengaturan pengelolaan retribusi parkir yang dijalankan di Kota Yogyakarta dan untuk mengungkap adanya pengelola informal dalam menangani retribusi parkir yang menyebabkan hasil pemungutan retribusi parkir tidak seluruhnya menjadi pendapatan daerah. perbedaan lainnya dilihat dari lokasi penelitian yang berbeda dimana lokasi penelitian ini adalah Tempat Khusus Parkir (TKP). 14
15 Penelitian selanjutnya adalah penelitian Tesis olehzulkifli Mohammad yang berjudul Implementasi Kebijakan Parkir di Tepi Jalan Umum Kota Yogyakarta dan tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan parkir TJU dan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan retribusi parkir di TJU Kota Yogyakarta. Dari beberapa penelitian diatas penelitian ini memfokuskan penelitian pada bagaimana kualitas pelayanan parkir TJU Kota Yogyakarta dan Faktorfaktor yang mempengaruhinya. Peneliti melihat belum ada yang meneliti tentang kualitas pelayanan sedang isu ini sangat penting dalam konteks administrasi publik karena konteks utama dari administrasi publik adalah sebuah pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Dan untuk melihat sebuah pelayanan itu baik dan buruk kita juga harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Alasan inilah maka penulis mengambil judul penelitian ini kualitas pelayanan parkir di TJU Kota Yogyakarta. Dimana penelitian ini tujuannya untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan parkir di tepi jalan umum Kota Yogyakarta serta untuk mengetahui faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi kualitas pelayanan parkir di tepi jalan umum Kota Yogyakarta. 15
BAB I PENDAHULUAN. Peranan yang diberikan yaitu dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan Pemerintah Daerah sangat penting dalam kegiatan percepatan pembangunan daerah. Peranan yang diberikan yaitu dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa
Lebih terperinciSTUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : NANCY ROSMA RINI L2D 300 370 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Retribusi parkir merupakan salah satu potensi yang dikelola untuk dijadikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retribusi parkir merupakan salah satu potensi yang dikelola untuk dijadikan sumber penerimaan daerah yang berasal dari dalam wilayahnya. Hal tersebut menjadi tolak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan di segala bidang, maka konsekuensinya Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab, salah satu kewajiban daerah adalah berusaha meningkatkan pendapatan asli daerah agar dapat
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciBAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah
BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah Otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN LAMPIRAN KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya disebut dengan UU Pemda) yang selanjutnya mengalami perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (selanjutnya disebut dengan UU Pemda) yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No 12 Tahun 2008 dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Menurut Halim (2004:15-16) APBD adalah suatu anggaran daerah, dimana memiliki unsur-unsur
Lebih terperinciV. PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN TEMPAT KHUSUS PARKIR (TKP)
113 V. PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN TEMPAT KHUSUS PARKIR (TKP) Penyelenggaraan dan pengelolaan parkir di Kabupaten Bogor sesuai dengan Peraturan Bupati Bogor Nomor 24 Tahun 2006. Berdasarkan Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memaksa untuk keperluan negara yang diatur oleh undang-undang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), setiap daerah mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan pungutan kepada masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang berkelanjutan, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 jo Undang-Undang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 2 Tahun 2002 Seri: B
LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 2 Tahun 2002 Seri: B PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 19 TAHUN 2002 (19/2002) TENTANG RETRIBUSI PARKIR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab memerlukan adanya kemampuan yang besar untuk menggali sumber keuangan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI LAMANDAU PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 05A TAHUN 2011 T E N T A N G
BUPATI PERATURAN BUPATI NOMOR 05A TAHUN 2011 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 04TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 62 TAHUN 2006 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 62 TAHUN 2006 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dibuat,
BAB I PENDAHULUAN Bab I pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dibuat, berbagai dugaan permasalahan yang terjadi di lapangan, pertanyaan untuk menjawab dugaan permasalahan
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR
ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR Oleh: YUNI SRI HANDAYANI L2D 097 490 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Setiap negara pasti memiliki potensi-potensi yang tinggi baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang sedang berkembang. Setiap negara pasti memiliki potensi-potensi yang tinggi baik dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia hidup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri namun pula tetap tidak bisa hidup sendiri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penerimaan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat berasal dari pungutan pajak maupun bukan pajak, serta sumbangan ataupun bantuan dan pinjaman.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era reformasi pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami berbagai perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan Pemerintah Daerah untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat yaitu melalui pembangunan yang dilaksanakan secara merata. Pembangunan di Indonesia
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
46 BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Profil Dinas Perhubungan 1. Sejarah Dinas Perhubungan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan
Lebih terperinciQANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG
QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR TAHUN 007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 000 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa untuk tertib dan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 20 TAHUN 2002 (20/2002) TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 3 Tahun 2002 Seri: B ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar negara setelah devisa. Menurut Rochmat Soemitra, pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak bagi pemerintah daerah berperan sebagai sumber pendapatan yang utama dan juga sebagai alat pengatur. Pajak sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang digunakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
S A L I N A N NOMOR : 2/C 2004 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
1 PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DAN RETRIBUSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan terbesar negara, telah banyak memberi manfaat. Beberapa pengeluaran pemerintah menggunakan dana pajak di antaranya
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. mengembangkan pariwisata dengan daya tarik wisata alam. Alternatif terbaik untuk
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta selain dikenal sebagai kota pelajar juga dikenal sebagai kota pariwisata. Melihat kondisi geografis Kota Yogyakarta, kecil kemungkinan untuk bisa mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Desentralisasi merupakan suatu istilah yang mulai populer di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desentralisasi merupakan suatu istilah yang mulai populer di Indonesia sejak adanya Ketetapan MPR, yaitu Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas pada kemampuan keuangan daerah. Artinya daerah harus memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber
Lebih terperinciRETRIBUSI PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,2002:2).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor publik merupakan entitas yang aktivitasnya memberikan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,2002:2). Dalam menyelenggarakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai tujuan pokok. Pencapaian tujuan dalam suatu program kerja tidak saja bergantung pada konsep-konsep
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 67 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 67 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi negara yang dibayarkan oleh masyarakat. Pajak juga sebagai iuran pemungutan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2005 NOMOR 3 SERI C NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2005 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih tinggi. Seperti yang dituangkan dalam GBHN (Tap. MPR No. IV/MPR/1999), pembangunan nasional merupakan usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah usaha yang terus menerus untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, baik secara materiil maupun spiritual yang lebih tinggi. Seperti
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PARKIR DI KABUPATEN SIDOARJO
BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PARKIR DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka kenyamanan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keuangan Daerah 2.1.1. Pengertian Keuangan Daerah Keuangan Daerah atau anggaran daerah merupakan rencana kerja pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu periode
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JEMBER
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PARKIR KENDARAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi hubungan antara pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum Perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hukum Perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup perhatian karena menyangkut aturan-aturan guna mensejahterakan masyarakat, bukan saja masyarakat selaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia merupakan bentuk dari desentralisasi fiskal sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. maka bab ini akan mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :
1 BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan mengenai Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum di Luar Kawasan Candi Borobudur Kabupaten Magelang dalam Kaitannya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN
PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,
Lebih terperinciBAB II MANFAAT RETRIBUSI PARKIR TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN. A. Retribusi Parkir dan Pengaturannya di Daerah
BAB II MANFAAT RETRIBUSI PARKIR TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN A. Retribusi Parkir dan Pengaturannya di Daerah Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagaimana pembayaran atas jasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Orde Baru yang menghendaki tegaknya supremasi hukum, demokratisasi dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Orde baru yang berlangsung lebih dari tiga dasawarsa telah berlalu, dan kini berada pada suatu era yang disebut era reformasi, yaitu suatu era pengganti era Orde
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DAN RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENINJAUAN TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA dan BUPATI TORAJA UTARA MEMUTUSKAN :
PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 14 TAHUN 2001
PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 14 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Alamat : Jl. Soekarno Hatta No. 17, Telp (0426) 21101, Kode Pos 51911 Mamuju PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 08 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN PARKIR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 08 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR: 19 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAMUJU UTARA, Mengingat :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, otonomi daerah adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kewenangan untuk mengelola potensi daerah dalam rangka menggali
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diterapkannya konsep otonomi daerah, pemerintah daerah semakin memperoleh peluang untuk mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan kemampuan daerah.
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang :
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan tersebut dapat meliputi berbagai hal, mulai dari aspek sosial,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan pembangunan yang semakin meningkat seiring dengan kemajuan zaman telah mempengaruhi terjadinya perubahan dalam berbagai aspek, baik secara fisik maupun
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bertanggung jawab secara profesional dalam menggali sumber-sumber. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan merata dan terpadu.
1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keberhasilan penyelenggaraan perparkiran dalam era otonomi daerah dapat terlihat pada kemampuan daerah dan memanfaatkan kewenangan luas, nyata, dan bertanggung jawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah ini pemerintah daerah berusaha untuk mengatur roda kepemerintahannya sendiri yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa Retribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia, sejak tanggal 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG
PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 9 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 21 TAHUN 2006
PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 21 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah tentang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II TARAKAN Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi
Lebih terperinci2016 PENGARUH EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN PASAR TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era otonomi daerah ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini, sebagaimana diatur
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN SISTEM BERLANGGANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah yang luas dan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia tentu membutuhkan sistem pemerintahan yang
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2017
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG KETENTUAN RETRIBUSI TERMINAL DAN TEMPAT PARKIR DALAM KOTA BONTANG
PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG KETENTUAN RETRIBUSI TERMINAL DAN TEMPAT PARKIR DALAM KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU SELATAN, Menimbang : a.b bahwa berdasarkan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB I PE DAHULUA. sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang. kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak
1 BAB I PE DAHULUA A. Latar Belakang Masalah Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 35 87 TAHUN 20162012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2000 NOMOR : 18 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DITEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang
Lebih terperinci