BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Apa dan Bagaimana Safety Riding itu?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Apa dan Bagaimana Safety Riding itu?"

Transkripsi

1 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data dan Literatur - Apa dan Bagaimana Safety Riding itu? - SEPEDA MOTOR, Kita Harus Peduli Dengan Diri Kita Sendiri - SAFETY RIDING TRAINING - TENTANG KESELAMATAN JALAN RAYA - Wikipedia, definisi safety riding - Safety Riding dan Aturan Lalu Lintas - Evaluasi Penyebab Kecelakaan - Kecelakaan Motor di Jakarta Meningkat Kasus Per Tahun 2.2 Definisi Safety Riding Definisi dari Safety Riding adalah suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan dalam berkendara, demi menciptakan suatu kondisi, yang mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya. 3

2 2.3 Keadaan Lalu Lintas Jakarta Faktor Utama Kecelakaan Jalan Raya Ada 5 faktor utama penyebab kecelakaan, yaitu: 1. Prasarana Jalan (Road) Jalan adalah faktor yang pertama karena kejadian kecelakaan adalah di jalan raya. Keadaan dan kondisi jalan raya sangatlah penting untunk menunjang keselamatan, jalanan yang berlubang, tidak rata, atau berpasir, sangatlah berbahaya untuk dilalui kendaraan bermotor khususnya kendaraan roda dua. Karena akan mengakibatkan kecelakaan yang menimpa para pengguna jalan. 2. Sarana kendaraan (Vehicle) Kendaraan adalah faktor yang kedua, karena merupakan penyebab kecelakaan yang utama. Misalnya, kendaraan yang tidak layak operasi bisa membahayakan. Oleh sebab itu, untuk kendaraan pribadi dan umum, harus dilakukan pengujian kendaraan apa layak atau tidak beroperasi. 3. Manusia pengendara dan pejalan kaki (Pedestrian) Manusia sebagai pengemudi dan pejalan kaki adalah faktor ketiga, karena merupakan subyek kecelakaan. Faktor manusia juga sangat menentukan, misalnya dalam keadaan mabuk, kelelahan setelah lebih dari empat jam mengemudi, cacat fisik, rabun malam pada waktu berkendara malam, minum obat influenza hingga menyebabkan kantuk, tidak memiliki SIM, menyeberang jalan tidak pada tempatnya, dsb. 4

3 4. Faktor sekeliling atau cuaca (Physical Environment and Weather) Berkendara di jalan raya dipengaruhi faktor sekelilingnya, antara lain adalah kondisi sekeliling dan faktor cuaca. Sehingga apapun jalan yang baik dan kendaraan yang sempurna akan sangat dipengaruhi kondiri sekeliling, misalnya pohon yang rindang atau panas tanpa ada pohon, musim hujan yang menyebabkan jalan menjadi basah dan licin. 5. Rambu dan Peraturan (Sign Marking and Regulation) Telah diupayakan agar rambu-rambu dipasang unutk dapat memperingati pengendara agar hati-hati, misalnya jalan menikung tajam, pendangan terhalang, jangan mendahului pada tikungan tajam, dsb. Semua ini, rambu dan marka jalan, dapat membantu para pengendara agar hati-hati. Di lain pihak, peraturan juga memberi tahu bahwa jalan ini tidak cocok untuk kendaraan berat misalnya, karena ada jurang sekitarnya Informasi Kecelakaan dan Kampanye Keselamatan Jalan Raya. Tidak ada perjanjian global yang merumuskan panduan tentang keselamatan jalan raya, namun berbagai patokan umum telah dirumuskan untuk mendapatkan kampanye pendidikan berlalu-lintas di jalan raya yang baik. Kalau hal ini dihubungkan dengan kampanye melalui penindakan kepolisian, maka akan diperoleh kelakuan berkendara dengan baik. Berbagai pihak seperti kepolisian, vendor kendaraan roda dua, hingga pemerintah telah melakukan Kampanye Keselamatan Jalan Raya seperti membagikan stiker dan selebaran serta pemasangan baligo (Iklan Reklame) di tempat-tempat yang strategis cara 5

4 pemakaian helm yang benar, di mana dijelaskan bentuk helm standar yang aman dalam melindungi kepala kita dan pemakaian helm yang benar, serta santun berkendara sepeda motor. Kampanye ini disiarkan melalui media TV dan radio khususnya bagi para pengendara sepeda motor. Dalam perkembangan selanjutnya diharapkan agar kampanye ini diperluas untuk para pejalan kaki, khusus bagi anak-anak usia muda perlu dijelaskan berjalan yang santun guna menghindari kecelakaan, misalnya para anak didik di sekolah taman anak-anak dijelaskan dan dibagikan video edukasi kepada sekolah untuk memberi penjelasan tentang berjalan di jalan raya yang aman dan santun agar terhindar dari berbagai kecelakaan yang sewaktu-waktu dapat terjadi pada mereka. Berikut ini adalah kampanye keselamatan jalan raya yang sering dipakai : 1. Kampanye keselamatan jalan raya selalu mengikuti konteks strategic Pemasangan iklan kampanye harus dilakukan dengan koordinasi program keselamtan jalan raya. Kampanye melalui iklan atau publikasi yang tidak saling berhubungan akan memboroskan keuangan dan tidak mengenai target perbaikan yang akan dicapai. 2. Analisa keadaan keselamatan jalan raya yang ada sekarang keputusan bagaimana iklan menghasilkan yang tepat berdasarkan analisa ilmiah atas keadaan lalu-lintas dan transport jalan yang dapat diperoleh sekarang, misalnya: statistik kecelakaan, surve pengamatan, riset terhadap kelakuan berlalu-lintas, sumber riset tentang keselamatan jalan raya. 6

5 3. Identifikasi peranan iklan media massa peranan media massa secara strategis harus diidentifikasi, kemungkinan peranan informasi seperti hukum yang baru atau penindakan kepolisian melalui kegiatan engineering / IT, agenda pelaksanaan, perubahan kelakuan masyarakat. 4. Menunjang kampanye penindakan kepolisian Pemasangan iklan yang telah dievaluasi dan memperlihatkan perubahan berlalulintas dari masyarakat dalam mendukung penindakan kepoliasian. Target pertama dari kepolisian, termasuk kelakuan yang tidak aman merupakan hal penting dari kampanye. Iklan juga harus menuturkan pesan khusus tentang target dari pihak kepolisian. Pemakai jalan harus melihat apa yang dilakukan dengan penindakan kepolisian. Sebagai contoh inisiatif three in one yang merupakan dari bagian penindakan kepolisian. 5. Dasar peneiltian pengembangan materi iklan harus berdasarkan penelitian ilmiah, termasuk terhadap kelompok target dari pada pemikiran yang baik. Meskipun demikian, penelitan haruslah berorientasi pada : bagaimana kampanye dilakukan, pesan khusus dari kampanye, pilihan media yang tepat, monitoring kampanye, dan evaluasi kampanye. 6. Mempromosikan kelakuan khusus Promosi yang baik adalah antara lain pada kecepatan yang tepat, pemakaian sabuk pengaman, pemakaian helm yang benar. 7

6 7. Mempromosikan kelakuan yang positif Iklan kampanye harus yakin terhadap kelakuan yang benar dan kampanye itu memberikan pesan yang jelas tentang berkendara yang baik. 8. Memakai azas marketing yang profesional kampanye yang efektif adalah azas marketing yang profesional dan penggunaan organisasi yang tepat. 9. Evaluasi diperlukan untuk menilai apakah iklan tersebut sudah tepat sasarannya. Perlu dilakukan mengujian hasil yang tepat, dan harus diketahui secara luas oleh masyarakat dari program keselamatan berlalu-lintas dan hal lain yang berkaitan. Informasi Kecelakaan Jalan Raya Selain itu berbagai kecelakaan yang terjadi telah dicatat tahun demi tahun untuk melihat pertumbuhannya apakah meningkat terus dan dipantau serta masyarakat perlu mendapat informasi keadaannya agar waspada akan malapetaka ini. hal ini perlu dipublikasi secara terbuka dan disebarluaskan agar masyarakat dapat mengetahui keparahan kecelakaan selama ini, termasuk pesan khusus tentang inisiatif penanggulangan kecelakaan jalan raya. Berbagai peralatan bantu keselamatan jalan raya, misalnya: 1. Pemasangan Rambu khusus pada lokasi yang sering terjadi kecelakaan. Pemasangan rambu ini dimaksudkan agar para pengemudi lebih berhati-hati, selain juga merubah desain jala yang bersangkutan. 8

7 2. Pemakaian helm yang benar dengan helm standar. Hal ini telah diterapkan ke beberapa daerah dengan penegakanan hukum yang berlaku, dengan hasil beberapa daerah ada kemajuan tentang penggunaan helm. 3. Pemakaian sabuk pengaman untuk semua kendaraan bermotor 4 roda atau lebih. di sini juga diberlakukan di beberapa daerah, dan diambil tindakan hukum. 4. Menyalakan lampu sepeda motor pada waktu siang hari. ternyata menyalakan lampu pada siang hari cukup efektif, di mana kendaraan menjadi terlihat menyolok pada siang hari. 2.4 Data Kepolisian Polda Metro Jaya membagikan helm gratis kepada para pengguna motor. Hal itu dilakukan guna memberikan kesadaran akan kecelakaan lalu lintas. "Kegiatan ini rutin dilakukan untuk menyosialisasikan disiplin lalu lintas," kata Wakapolda Brigjen Pol Putut Bayu Eko kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jl Sudirman, Jaksel, Minggu (20/12/2009). Banyak faktor yang menjadi penyebab kecelakaan terutama sepeda motor yang mempunyai resiko paling tinggi di jalan raya dibanding dengan mobil atau bus yang mempunyai keamanan relatif lebih baik dari pada sepeda motor. Faktor yang paling dominan tersebut antara lain kondisi fisik yang terlalu lelah. Polda Metro mencatat angka kecelakaan motor dari tahun ke tahun terus meningkat, hampir kasus per 9

8 tahunnya. Di tahun 2007, angka kecelakan motor mencapai kasus, tahun 2008 sebanyak kasus dan tahun 2009 mencapai kasus. Gambar 2.4. Gambar grafik tingkat kecelakaan sepeda motor tahun Selain itu, jumlah motor juga mengalami kenaikan setiap tahun. Di Jakarta, tercatat sebanyak 5,9 juta unit motor di tahun 2007, tahun 2008 terdapat 6,7 juta unit motor dan 2009 terdapat 7,3 juta unit motor. Gambar 2.4. Grafik peningkatan jumlah sepeda motor tahun

9 Dalam rangka menumbuhkan gerakan tertib lalu lintas, Polda menggandeng ratusan bikers yang tergabung dalam klub motor Faktor Persyaratan Formal Berkendara Di Indonesia, Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah bukti registrasi dan identifikasi yang diberikan oleh POLRI kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan terampil mengemudikan kendaraan bermotor. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan (Pasal 77 ayat (1) UU No.22 Tahun 2009) Jenis-Jenis Pengaman yang Seharusnya Dipakai Pengendara Roda Dua Biasanya terjadi kalau melakukan perjalanan jarak jauh (Touring) atau mudik kondisi motor yang kurang memenuhi syarat kelaikan untuk dipakai standar keselamatan bagi pengendara yang kurang memadai untuk kali ini kita akan coba untuk sedikit mengulas perangkat apa saja yang bisa mengurangi dampak dari sebuah kecelakaan terutama bagi para Bikers. Coba kita lihat anatomi dan analisa tubuh kita yang rentan cedera ketika terjadi kecelakaan. 11

10 Gambar Gambar anatomi tubuh dan pelindung yang dipakai 1. Kepala bila terjadi tabrakan maka bagian yang paling rawan terkena benturan adalah bagian kepala, hal ini dikarenakan gaya dorong yang tiba-tiba terhenti pada motor yang melaju kencang akan mengakibatkan baik biker ataupun yang boncengnya akan terlempar kedepan, dan dengan sendirinya bagian yang paling dulu kena benturan adalah kepala. Oleh karena itu bagi para bikers, pakailah helm yang sudah mendapatkan sertifikasi keamanan, seperti : SNI (Standar Nasional Indonesia) DOT (Departement of Transportation (America)) SNELL (lisensi standar helm kelas dunia) 12

11 Gambar sub 1. Anatomi helm. 2. Badan Gambar dibawah adalah safety gear yang biasa disebut Body Armor. Gambar sub 2. Body armor / body protektor. 13

12 Safety gear ini, emang cocok banget untuk dipake touring selain menambah keamanan, safety gear ini juga dapat menahan terpaan angin yang lama-kelamaan tidak baik juga buat kesehatan paru-paru. Selain model body armor juga sebenarnya bisa saja menggunakan bahan berjenis kulit atau denim untuk pemakaian sehari-hari. Sederhanya begini, semakin tebal safety gear yang kita pake semakin besar kemampuannya untuk menahan gesekan antara kulit kita dengan aspal jalanan. Tapi tentunya juga akan berdampak terhadap berkurangnya kenyamanan. 3. Tangan Sarung tangan sangat penting untuk menjaga kondisi tangan kita tetap utuh. Gambar sub 3. Hand glove / sarung tangan. Bayangkan aja apabila tangan kita tidak menggunakan pelindung apabila kecelakan terjadi, walaupun ringan, tetap saja tangan kita akan penuh dengan luka gesekan. 14

13 Jadi, jangan anggap remeh perlengkapan keselamatan sekecil apapun. Dan bagian terakhir adalah dari lutut hingga ujung jari kaki kita, untuk sepatu usahakan yang ada baja pelindung di ujung sepatu. 4. Kaki Gambar sub 4. Knee Protector / pelindung lutut dan kaki Safety gear yang satu ini biasa disebut sebagai Knee Protector. alat ini melindungi bagian dengkul kita sampai dengan tulang kering. Bagian yang paling sering terkena benturan jika terjadi kecelakaan. Adanya alat ini, tentunya akan sangat berpengaruh terhadap keselamatan kaki kita. lalu jangan lupa untuk menggunakan sepatu tertutup dan kuat seperti sepatu boot. Dan tidak disarankan untuk menggunakan sendal. 15

14 2.5 Sosialisasi Target sosialisasi Safety Riding ini ditujukan kepada para pengendara sepeda motor. Belakangan ini banyak pengendara sepeda motor yang kurang memahami pentingnya keselamatan berkendara dan juga tingkat kematian akibat kecelakaan para pengguna kendaraan roda dua ini sangat tinggi dibandingkan dengan tingkat kecelakaan kendaraan roda empat. Hal ini bisa kita lihat dari atribut kendaraan dan beberapa hal pendukung keselamatan yang dimilikinya. Para instansi terkait sering mengadakan sebuah pelatihan mengenai pentingnya safety riding.. Gambar 2.5. Ilustrasi Test Drive. Pelatihan ini pada prinsipnya memberikan informasi mengenai pola dasar mengemudi secara baik dan benar 16

15 untuk sepeda motor. Pelatihan ini akan dimulai dengan topik Kenapa Orang Mengemudikan Motor? yang kemudian berlanjut dengan topik : Jenis motor apa yang dikendarain? Mengerti dan mengantisipasi bahaya berkendara Kontrol Panel pada kendaraan bermotor, Siap Untuk Mengendarai diantaranya, pemilihan gigi yang sesuai, persiapan mental, pemeriksaan perlengkapan (What to wear : Helm, Sarung tangan, Celana, Sepatu yang sesuai dan mempunyai protektor, Jas Hujan, Goggle (untuk keadaan tertentu), pemeriksaan sebelum berkendara (tekanan ban, oil, bensin, kekencangan rantai). Pelatihan dasar berkendara sepeda motor mengemudi maju, berputar, perubahan gigi dan berhenti. Pelatihan mengenai sepeda motor motor kemudian berlanjut pada engine off training untuk memberikan anda perasaan yang nyaman atas kontrol kendaraan dan keseimbangan yang diperlukan Jenis Motor yang Dikendarai Pengenalan pada jenis sepeda motor yang anda kendarai akan memudahkan anda untuk mengendarainya. Perlu pengenalan lebih dekat pada kontrol panel yang ada pada kendaraan bermotor seperti misalnya gear position, rpm meter, indikator bensin, oil indicator dan lain sebagainya. 17

16 Gambar Jenis motor bebek transmisi manual Gambar Jenis motor Jantan transmisi manual dengan kopling Gambar Jenis motor bebek transmisi matic Sebelum anda berkendara perlu pula mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan untuk mengantisipasi segala hal yang terjadi dalam perjalanan. Pemilihan helm yang tepat, sarung tangan, celana panjang berbahan jeans, katun tebal, persiapan jas hujan, 18

17 dan perlengkapan lainnya akan meminimise resiko akibat kecelakaan atau hal-hal yang tidak kita inginkan dalam perjalanan. Kemudian tanda the start your engines diberikan dan beberapa latihan diberikan seperti misalnya melalui daerah berbatu, jalanan licin tarmac dan dijalanan tanah/gravel, atau misalnya berkendara dengan cara berboncengan ditengah kemacetan Pengantisipasian Bahaya Dalam Berkendara Disamping pelatihan mengenai berkendara juga perlu dipersiapkan mental strategy, seperti misalnya resiko memacu kendaraan pada tingkatan kecepatan yang berbeda, cara mengkontrolnya dan akibatnya apabila terjadi kelalaian atau lengah yang mengakibatkan kecelakaan. Pada sesi ini juga akan dibicarakan dengan diskusi mengenai berbalik arah secara tiba-tiba, melakukan pengereman mendadak, cara menghindari bahaya didepan. Misalnya apabila tiba-tiba terjadi kendaraan didepan anda merem mendadak, jalan putus tiba-tiba atau longsor. Gambar Ilustrasi Test Drive. 19

18 2.5.3 Mengerti Seluk-Beluk Motor Pada sesi terakhir akan dipresentasikan mengenai penanggulangan kerusakan kecil bila terjadi dijalanan tanpa ada pertolongan dari siapapun seperti misalnya rem yang mendadak rusak, kopling habis, tali gas putus atau tali kopling. juga akan disampaikan mengenai efek dari alkohol terhadap sipengemudi. Pada akhirnya saat praktek akan diadakan Riding Pre Assesment dan skill evaluation, yang dilaksanakan pada akhir sesi. Evaluasi ini terdiri diantaranya menilai kendaraan yang dipergunakan, demonstrasi pre trip check inspection dan cara mendemonstrasikan pemahaman dan keahlian berkendara, memproteksi diri saat dijalan. Gambar 2.5. Ilustrasi Pengecekan mesin motor 20

19 2.6 Penerapan Safety Riding Penerapan Safety Riding yang harus dipakai sebagai pendukung keselamatan berkendara kendaraan roda dua sebagai berikut : 1. Pelindung kepala menggunakan helm fullface kaca bening yang mana setiap menggunakannya harus mengunci kaitannya. Melarang keras penggunaan helm cetok ataupun half face. Gambar 2.6 sub 1. Gambar Helm 2. Alas kaki menggunakan sepatu yang tertutup rapat,dianjurkan safety shoes, posisi tinggi sepatu di atas mata kaki. Melarang keras penggunaan sandal atau sepatu biasa. Gambar 2.6 sub 2. Gambar alas kaki 21

20 3. Pelapis badan atas menggunakan jaket tebal yang berfungsi menahan benturan yang memiliki 5 titik protektor, dua titik di pundak, dua titik di siku tangan dan 1 titik di punggung belakang. Melarang keras penggunaan jaket tipis biasa atau hanya rompi saja. Gambar 2.6 sub 3. Gambar pelapis badan atas 22

21 4. Pelapis kaki menggunakan celana panjang dilapisi dengan penahan benturan / protektor di kedua titik di area dengkul. Melarang keras penggunaan celana pendek atau celana tanpa dilapisi protektor. Gambar 2.6 sub 4. Gambar Pelapis kaki 5. Pelapis tangan menggunakan sarung tangan penuh yang memiliki penahan benturan/protektor di ujung kepal dan buku-buku bagian luar jari tangan. Melarang keras penggunaan sarung tangan biasa atau sarung tangan setengah jari. Gambar 2.6 sub 5. Gambar pelapis tangan 23

22 6. Selalu mengecek dan membawa surat2 kendaraan. Contoh : Sim, Stnk, Ktp dan kopian nya. Gambar 2.6 sub 6. Gambar Surat-surat kendaraan. 7. Selalu mengecek kondisi motor (pengecekan standar) sebelum melakukan perjalanan. Gambar 2.6 sub 7. Gambar pengecekan kendaraan roda dua 24

23 8. Selalu membawa jas hujan yang bukan model ponco setiap berkendara. Gambar 2.6 sub 8. Gambar Jas hujan 9. Selalu membawa tool kit standar dan ban dalam cadangan setiap berkendara. Gambar 2.6 sub 9. Gambar Tool kit standar 25

24 10. Selalu membawa dana cadangan yang cukup setiap berkendara. 11. Menggunakan kelengkapan standard motor. Contoh : kelayakan dan kelengkapan spion, lampu rem, lampu sein, lampu malam dan klakson. Melarang keras lampu rem yang menyilaukan (putih). Gambar 2.6 sub 11. Gambar kelengkapan atribut standar motor 12. Tidak membawa barang kendaraan yang melebihi ketentuan, tidak melebihi lebar stang dan tinggi kepala. Gambar 2.6 sub 12. Gambar Ilustrasi 26

25 13. Mentaati semua peraturan lalu lintas yang berlaku di jalan. Contoh : berpindah jalur dan berbelok menggunakan spion dan lampu sein. Gambar 2.6 sub 13. Gambar Ilustrasi Setiap perlengkapan dan syarat lain dalam berkendara tersebut wajib ditaati setiap kita berada di atas motor, baik jarak pendek menengah dan jauh. 2.7 Keuntungan Safety Riding Mengapa Safety Riding itu penting? Pernahkah anda mengalami kondisi dimana membuat anda marah terhadap kondisi lalu lintas? Pernahkah anda mengalami kondisi sedih yang sangat mendalam yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas yang dialami rekan atau saudara anda? Saya yakin anda pernah mengalaminya. 27

26 Oleh karena itu sangat penting untuk dibudayakan Safety Riding bagi pengendara sepeda motor, yang tidak saja aman bagi dirinya sendiri juga mendatangkan rasa aman bagi pengguna jalan yang lain. Ketika budaya Safety Riding tersebut sudah tercipta maka dengan sendirinya akan menimbulkan rasa aman dan nyaman pada seluruh pengguna jalan. Menciptakan Safety Riding sebagai suatu budaya, tidaklah mudah. Sama seperti budaya lainnya yang diwariskan nenek moyang kita kepada bangsa ini, seperti budaya gotong royong, harus dibentuk selama berabad-abad lamanya. Intinya dibutuhkan suatu proses yang berkesinambungan agar Safety Riding dapat menjadi budaya di masyarakat kita. Apakah mungkin? Mungkin saja. Safety Riding merupakan Core Competency yang harus dimiliki oleh setiap pengguna sepeda motor. Karena dengan begitu, mau tidak mau, pada saat sebelum, selama dan sesudah berkendara kita harus mempertimbangkan faktor keamanan, kenyamanan dan keselamatan. Perlu ditanamkan suatu sistem nilai-nilai, keyakinan dan pembiasaan menerapkan Safety Riding kepada seluruh pengguna sepeda motor. Pemahaman terhadap makna Safety Riding harus diawali sebelum membudayakan suatu kebiasaan. 2.8 Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Faktor penghambat Faktor penghambatnya yaitu kesadaran akan bahaya yang diakibatkan sangat fatal. Tetapi masih ada saja yang kurang peduli terhadap keselamatan jiwa masing-masing. Banyak masyarakat yang menghiraukan himbauan untuk 28

27 berkendara dengan aman. Padahal apabila hal seperti ini tidak disepelekan, tingkat kecelakaan pasti akan menurun Faktor Pendukung Faktor pendukung dari usaha ini adalah, banyaknya instansi-instansi terkait yang selalu mengupayakan dan berkampanye tentang permasalahan dari Safety Riding ini. Fasilitas yang memadai adalah merupakan faktor pendukung dari upaya ini agar bisa berjalan dengan baik. 2.9 Target Audience - Demografi : - Usia : tahun - Jenis kelamin : Pria dan Wanita - Tingkat pendidikan : pelajar, mahasiswa, para pekerja yang mobilitas sehari-hari menggunakan sepeda motor. - Status perekonomian : menengah kebawah, hingga menengah keatas. - Psikografi : - Masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi terutama pengguna motor. - Para anggota klub motor. - Para pengendara motor pemula (baru bisa menggunakan sepeda motor) - Semua pengguna motor dengan rutinitasnya sehari-hati 29

28 - Geografi : masyarakat yang tinggal di kota besar dan memiliki mobilitas tinggi 2.10 Analisa SWOT - Strength : - Memiliki tujuan yang sangat penting bagi pengendara roda dua - Berisi tentang moral-moral baik dalam berkendara roda dua - Pesan moral disampaikan dengan cara verbal dan mudah ditangkap oleh masyarakat yang awam dengan Safety Riding. - Weakness : - Remaja pada umumnya kurang memperdulikan keselamatan dalam berkendara. - Keamanan dalam berkendara masih kurang dipahami oleh masyarakat awam - Opportunities : - Banyak upaya-upaya yang dilakukan dalam terciptanya berkendara dengan aman. - Masyarakat lebih bisa memahami pesan verbal, dari pada pesan secara tertulis atau lisan. - Pesan visual yang menggunakan animasi 3D dalam penyampaian moralnya. - Threat : - Pesan mengenai Safety Riding diacuhkan begitu saja. 30

MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA

MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA TAHUN 2009 PEMERINTAH MEMPREDIKSI ADA SEKITAR 16,25 JUTA PEMUDIK ATAU NAIK 15% DIBANDINGKAN 2008 SEBANYAK 15,3

Lebih terperinci

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas Mengenal Undang Undang Lalu Lintas JAKARTA, Telusurnews Sejak Januari 2010 Undang Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 sudah efektif diberlakukan, menggantikan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992. Namun

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Tinjauan Umum Data yang digunakan untuk menunjang proyek Tugas Akhir ini didapat dari berbagai sumber, yaitu : Data teori dan literatur yang didapat dari buku-buku referensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa ini membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia, yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi pemerintah atau iklan dari merek kendaraan ternama. Aman dalam berkendara, adalah sebuah kalimat yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini maka kebutuhan sarana dan prasarana yang terkait dengan transportasi guna mendukung produktivitas di berbagai bidang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah kendaraan di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Terutama kendaraan sepeda motor juga mengalami peningkatan. Jumlah kendaraan sepada motor pada tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR 0 HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan ini adalah : 1. Variabel-variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan variabel terikat perilaku safety

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di

Lebih terperinci

KUEISONER PENELITIAN PENERAPAN SAFETY RIDING PENGGUNA SEPEDA MOTOR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016

KUEISONER PENELITIAN PENERAPAN SAFETY RIDING PENGGUNA SEPEDA MOTOR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016 Selamat Pagi/Siang/Sore, KUEISONER PENELITIAN PENERAPAN SAFETY RIDING PENGGUNA SEPEDA MOTOR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016 Saya Septy Chairunisya mahasiswa S1 FIKES UEU Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Data Satlantas Polwiltabes Semarang menunjukkan kecelakaan yang terjadi pada jalan non tol di Kota Semarang dalam kurun waktu 2001 2005 cenderung menurun dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di dalamnya diatur oleh hukum. Tujuan dibuatnya hukum ini adalah untuk menciptakan suatu masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. mudah dijumpai, dari jalanan Ibukota sampai di daerah-daerah bisa dipastikan ada

BAB I. PENDAHULUAN. mudah dijumpai, dari jalanan Ibukota sampai di daerah-daerah bisa dipastikan ada BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya jaman, maka seseorang dituntut untuk melakukan mobilitas yang tinggi. Hal ini harus didukung dengan adanya sarana dan prasarana transportasi

Lebih terperinci

SAFETY DRIVING METHOD CARA MENGEMUDI DENGAN AMAN

SAFETY DRIVING METHOD CARA MENGEMUDI DENGAN AMAN SAFETY DRIVING METHOD CARA MENGEMUDI DENGAN AMAN Masjid Al Fath Vila Nusa Indah 3 210505 & 170207 & 060908 Presented by : Achmad Johnny HP 1 Firman Allah SWT dalam Al Qur an Allah-lah yang menciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Transportasi Menurut Nasution (1996) transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hubungan ini terlihat tiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku berlalu lintas masyarakat kita buruk. Cara menggunakan jalan dalam berlalu lintas adalah cermin dari budaya bangsa. Kesantunan dalam berlalu lintas yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan lalu lintas yang terjadi di kota Bandung dari hari ke hari

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan lalu lintas yang terjadi di kota Bandung dari hari ke hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan lalu lintas yang terjadi di kota Bandung dari hari ke hari semakin meningkat, terutama pada saat akhir pekan kenyamanan berkendara di Bandung menjadi

Lebih terperinci

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil. BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus pengemudi kendaraan yang mengakibatkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas yaitu berkaitan dengan dasar hukum dan pengaturan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK SATLANTAS POLRESTABES Bandung sebagai pihak berwajib selaku pelaksana penegakan hukum di Negara Indonesia berwenang menerbitkan SIM-C kepada pemohon SIM-C dan sebagai pihak yang melakukan pengawasan

Lebih terperinci

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (Studi Kasus pada Satlantas Kepolisian Resor Subang Jawa

Lebih terperinci

Lampiran 1: Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 1: Keterangan Telah Melakukan Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1: Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 2. Formulir Persetujuan Menjadi Responden LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan berkendara merupakan salah satu masalah yang selalu mendapatkan perhatian serius di setiap negara. Pencanangan Hari Keselamatan Dunia oleh WHO (World Health

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan, atau perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku. Dengan berjalannya kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian manusia semakin banyak. Selain itu tingkat kesadaran yang rendah serta mudahnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN 2012, No.279 46 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN A. UJIAN PRAKTIK SIM A B. UJIAN PRAKTIK SIM B I C. UJIAN PRAKTIK

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan dampak luas terhadap berbagai segi kehidupan, khususnya bagi lalu lintas dan angkutan jalan. Seiring

Lebih terperinci

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien BERKENDARA YANG BAIK Sustainability Engineering Design Biogas Power Compressed Renewable Methane Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien 1. Pengecekan Bagian Luar Mobil Sebelum menggunakan mobil

Lebih terperinci

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat CRITICAL CARE UNIT Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat Rabu, 16 Februari 2011 PROSEDUR TETAP MENGOPERASIKAN AMBULANS GAWAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat untuk melayani pergerakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya kepadatan lalu lintas yang disebabkan mudahnya kepemilikan kendaraan bermotor serta perkembangan sarana dan prasarana lalu lintas yang lebih lambat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Kecelakaan lalu lintas itu dapat diuraikan melalui adanya relasi statistik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada kehidupan sehari-hari transportasi merupakan sarana utama yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk dapat mencapai tempat tujuannya. Banyak kepentingan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap individu mengalami perubahan melalui serangkaian tahap perkembangan. Pelajar dalam hal ini masuk dalam tahap perkembangan remaja.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi, BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara Menurut Khisty dan Lall (2005) pengemudi yang baik tidak harus memiliki keahlian khusus. Uji fisik dan psikologis dapat dengan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membawa anak menggunakan motor merupakan hal yang lazim di Indonesia mengingat populasi penggunaan motor di Indonesia mencapai angka penjualan tertinggi ke-3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari berbagai moda transportasi, sepeda motor merupakan yang paling banyak dipilih di Indonesia maupun di negara-negara berkembang lainnya. Hal ini yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan alat komunikasi jaman moderen yang sangat praktis karena dapat dibawa kemanamana. Kecanggihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan, puluhan, bahkan ratusan orang yang duduk di atas mesin dilengkapi kemampuan melaju dengan kecepatan

Lebih terperinci

ANATOMI DATA LAKA LANTAS TAHUN 2016 POLDA NTB FEBRUARI MARET APRIL DATA PT JASA RAHARJA NAMA DATA LAKA JANUARI

ANATOMI DATA LAKA LANTAS TAHUN 2016 POLDA NTB FEBRUARI MARET APRIL DATA PT JASA RAHARJA NAMA DATA LAKA JANUARI NO KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA NAMA DATA LAKA JANUARI ANATOMI DATA LAKA LANTAS TAHUN 06 POLDA NTB FEBRUARI MARET APRIL MEI DATA LAKA LANTAS JUMLAH LAKA

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN http://images.hukumonline.com/ I. PENDAHULUAN Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan

Lebih terperinci

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 % Traffic safety (keselamatan lalulintas) l li Penyebab kecelakaan di Indonesia: a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 % Manusia penyebab utama kecelakaan lalulintas Penyebab

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. dengan buku panduan ini, sebagai salah satu dari media komunikasi visual buku

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. dengan buku panduan ini, sebagai salah satu dari media komunikasi visual buku BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Tujuan Komunikasi Berbagai cara dapat dilakukan untuk membuat suatu informasi atau pesan bisa dengan mudah disampaikan tentunya secara efektif dan menarik.

Lebih terperinci

TIPS MUDIK DARI YAMAHA INDONESIA

TIPS MUDIK DARI YAMAHA INDONESIA PRESS RELEASE TIPS MUDIK DARI YAMAHA INDONESIA 10 August 2011 Image not found or type unknown JAKARTA - Hari Raya Lebaran kian dekat dan para pemudik pun siap-siap mudik untuk merayakannya bersama keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bogor merupakan salah satu kota yang sedang berkembang di Indonesia dari segi wisata dan fasilitas umum yang terus dikembangkan oleh pemerintahan Kota Bogor,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pengolahan data pada hasil pengamatan di 2 titik lokasi keramaian yaitu jalan Kaliurang km 6 yang melintasi area depan pasar Kolombo

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI DATA

BAB IV INTERPRETASI DATA BAB IV INTERPRETASI DATA 4.1. Profil Responden Pada penelitian ini data yang diperoleh selanjutnya dilakukan tabulasi, dimana data pada penelitian ini memiliki skala nominal, yang kemudian dilakukan analisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecelakaan Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas, yang merupakan penjabaran UU No 14 tahun 1992 tentang lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi yang serba modern saat ini salah satu produk modern yang banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan sepeda

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN Najid Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Tarumanagara e-mail: najid29@yahoo.com mobile phone: 818156673 Abstract: Rapid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat mungkin dialami oleh setiap pengguna jalan. Hal ini terjadi karena pengemudi kendaraan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Wilayah Studi Daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko kecelakaan tinggi dan potensi kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan. Daerah

Lebih terperinci

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PEMULA JENJANG II BERBASIS

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PEMULA JENJANG II BERBASIS KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PEMULA JENJANG II BERBASIS Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kecelakaan lalu lintas dewasa ini dilaporkan semakin meningkat padahal telah banyak sarana dan prasarana untuk mengantisipasi kecelakaan lalu lintas, contohnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut serba guna yang fleksibel, murah dibandingkan alat angkutan yang lain. Apalagi memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Sektor transportasi merupakan hal mutlak untuk mempermudah mobilisasi penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepatuhan hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum, dalam budaya hukum dapat dilihat dari tradisi perilaku masyarakat kesehariannya yang sejalan

Lebih terperinci

BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI

BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI B A B A K T I S H U A D A KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI A K T I S H U A D KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI DITJEN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep - Pengalaman Kecelakaan Berkendara - Sikap Berkendara Praktik (Perilaku) SAFETY RIDING - Umur Responden Gambar 3.1 Kerangka konsep B. Hipotesis 1. Ada hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, sepeda motor yang tidak memenuhi persyaratan teknis merupakan sebuah pelangaran lalu

Lebih terperinci

(2) Di lokasi manakah dari yang berikut ini Anda diharuskan untuk mengemudi sambil mengurangi kecepatan menurut Undang-undang Lalu Lintas Jalan?

(2) Di lokasi manakah dari yang berikut ini Anda diharuskan untuk mengemudi sambil mengurangi kecepatan menurut Undang-undang Lalu Lintas Jalan? () Apakah yang ditunjukkan oleh tanda keamanan berikut? Boleh parkir sebentar untuk memuat kargo. Boleh berhenti sebentar untuk menurunkan penumpang. Ini adalah tanda keamanan yang dipasang di area-area

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Tujuan Permasalahan. Pada dasarnya, alat transportasi di Indonesia terbagi dua, yaitu alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Tujuan Permasalahan. Pada dasarnya, alat transportasi di Indonesia terbagi dua, yaitu alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Tujuan Permasalahan Pada dasarnya, alat transportasi di Indonesia terbagi dua, yaitu alat transportasi pribadi dan umum. Dan ternyata masyarakat lebih memilih menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa ini membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

KODE ETIK PENGEMUDI GRAB BIKE

KODE ETIK PENGEMUDI GRAB BIKE NO KODE ETIK PENGEMUDI GRAB BIKE HAL-HAL YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN OLEH GRAB BIKERS MASA SKORS * 1 Terlambat tanpa konfirmasi kepada penumpang atau Grab Bike Peringatan Verbal 2 Kendaraan atau Motor yang

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI LANTAS POLRES SUMBAWA 2016

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI LANTAS POLRES SUMBAWA 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI SAT LANTAS POLRES SUMBAWA 0 Sumbawa, Desember 0 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Aspek Pengukuran Skala 1. Faktor Manusia a. Lengah Faktor penyebab yang berasal dari manusia dikarenakan pengemudi melakukan hal atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang permasalah Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah dari tempat yang satu ketempat yang lainnya, terutama manusia, sejak lahir sampai

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti tentang respon orang tua terhadap anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor di Desa Hajimena Kecamatan

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-12-04-04-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL BUS MITSUBISHI L 300 P-2669-U MENABRAK DARI BELAKANG (REAR

Lebih terperinci

Retno Murti

Retno Murti Retno Murti 3407100067 Jumlah Kendaraan di Surabaya 3500000 3000000 3122901 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 211890 6841 553429 Mobil beban (trailer) Truk Sepeda Motor Mobil Pribadi 300 258 250

Lebih terperinci

Informan 1. Safety riding kan merupakan kegiatan CSR PT XYZ, menurut bapak CSR itu apa sih pak?

Informan 1. Safety riding kan merupakan kegiatan CSR PT XYZ, menurut bapak CSR itu apa sih pak? OPEN CODING Informan 1 Pertanyaan Safety riding kan merupakan kegiatan CSR PT XYZ, menurut bapak CSR itu apa sih pak? Apa tujuan dari program safety riding sendiri pak? Materinya apa aja ya pak di program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting dalam memperlancar pembangunan yang pemerintah laksanakan, karena merupakan sarana untuk masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan fenomena yang sering terjadi, hal ini disebabkan oleh kecenderungan para pengemudi angkutan umum maupun kendaraan pribadi untuk mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkendara dengan aman sangatlah penting bagi semua pengguna jalan, termasuk bagi pengendara sepeda motor, karena dalam kecelakaan lalu lintas, kerentanan pengendara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 T E N T A N G PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : A. Karakteristik kecelakaan berdasarkan beberapa klasifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Ketahanan wilayah merupakan bagian dari Ketahanan Nasional yang secara terus menerus harus ditingkatkan, sehingga akan menciptakan situasi yang kondusif dalam kehidupan

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN SKALA DISIPLIN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bila melanggar rambu-rambu lalu lintas, saya siap ditindak. Saya akan memaki-maki pengendara lain jika tiba-tiba memotong jalan saya. Menurut saya penggunaan lampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk menjaga kelancaran transportasi, selain itu berkendara yang aman bertujuan untuk mencegah

Lebih terperinci

BAB II KAMPANYE CARA BERKENDARA DENGAN SELAMAT (SAFETY RIDING)

BAB II KAMPANYE CARA BERKENDARA DENGAN SELAMAT (SAFETY RIDING) 46 BAB II KAMPANYE CARA BERKENDARA DENGAN SELAMAT (SAFETY RIDING) 2.1. Program Kampanye Keselamatan Jalan Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Bab XI tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Definisi Cidera Kecelakaan Lalu Lintas (Road Traffic Injury/RTI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Definisi Cidera Kecelakaan Lalu Lintas (Road Traffic Injury/RTI) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Cidera Kecelakaan Lalu Lintas (Road Traffic Injury/RTI) Menurut WHO (1984), kecelakaan lalu lintas merupakan suatu kejadian pada lalu lintas jalan yang paling sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat dituntut untuk memiliki mobilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Menurut Miro (2002), Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari satu tempat ketempat lain, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Transportasi telah menjadi kebutuhan dasar bagi manusia, karena semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi pembebanan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari sarana transportasi. Kebutuhan akan transportasi ini meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan

Lebih terperinci

(1) Rambu lalu lintas lebih memiliki prioritas dibandingkan dengan isyarat dari petugas pengontrol lalu lintas. 정답 :

(1) Rambu lalu lintas lebih memiliki prioritas dibandingkan dengan isyarat dari petugas pengontrol lalu lintas. 정답 : (1) Rambu lalu lintas lebih memiliki prioritas dibandingkan dengan isyarat dari petugas pengontrol lalu lintas. (2) Rambu berikut ini adalah rambu peringatan zona sekolah. Anda harus mengemudi sambil mengurangi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Geometrik Jalan Antar Kota Dalam Buku Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997 ini merupakan salah satu konsep dasar yang dihasilkan oleh Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki populasi penduduk ke - 5 terbanyak di dunia setelah negara Brazil. Jumlah penduduk Negara Indonesia

Lebih terperinci