(1) Rambu lalu lintas lebih memiliki prioritas dibandingkan dengan isyarat dari petugas pengontrol lalu lintas. 정답 :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(1) Rambu lalu lintas lebih memiliki prioritas dibandingkan dengan isyarat dari petugas pengontrol lalu lintas. 정답 :"

Transkripsi

1 (1) Rambu lalu lintas lebih memiliki prioritas dibandingkan dengan isyarat dari petugas pengontrol lalu lintas. (2) Rambu berikut ini adalah rambu peringatan zona sekolah. Anda harus mengemudi sambil mengurangi kecepatan, karena anak-anak bisa muncul secara mendadak. (3) Rambu berikut ini adalah rambu peringatan jalan licin. Anda harus menaikkan kecepatan dan melewati area dengan cepat. (4) Rambu berikut ini menandakan zona sekolah (zona perlindungan anak). Anda harus mengemudi dengan aman di bawah batas kecepatan untuk melindungi anak-anak. (5) Ketika Anda melihat tanda ini, hal ini berarti bahwa Anda boleh belok ke kiri dari jam 08:00 sampai dengan jam 20:00 jika tidak ada kendaraan yang mendekati. (6) Rambu berikut ini menandakan zona perlindungan burung. Klakson tidak boleh dibunyikan ketika ada tanda ini.

2 (7) Di tempat rambu ini dipasang, Anda boleh melakukan putar balik ketika lampu lalu lintas berwarna merah. (8) Rambu berikut ini adalah rambu peringatan uji pernapasan. Anda harus mengurangi kecepatan dan bekerjasama dengan polisi di area itu. (9) Rambu berikut ini adalah tanda di permukaan jalan yang menandakan bahwa jalan diutamakan untuk sepeda. (10) Rambu berikut ini adalah tanda tempat penyeberangan pejalan kaki yang menonjol di permukaan jalan. Anda harus mengemudi dengan kecepatan kurang dari 30 km/jam untuk memastikan keamanan pejalan kaki. (11) Rambu berikut ini adalah tanda tidak boleh berhenti yang ada di permukaan jalan. Semua kendaraan, kecuali sepeda

3 yang diberi motor, dilarang berhenti di dalam area yang telah diberi tanda. (12) Rambu berikut ini adalah tanda untuk mengurangi kecepatan yang ada di permukaan jalan. Tanda ini ditemukan di tempat di mana diperlukan pengurangan kecepatan (misalnya di zona sekolah). Pergantian jalur diperbolehkan jika mengurangi kecepatan. (13) Rambu berikut ini adalah tanda dilarang putar balik yang ada di permukaan jalan. Tanda ini ditemukan di tempat di mana kuda dan kendaraan tidak boleh melakukan putar balik. (14) Rambu berikut ini adalah tanda dilarang belok kanan yang ada di permukaan jalan. Bila tidak ada pejalan kaki, pengemudi sepeda yang diberi motor dapat belok kanan. (15) Rambu berikut ini menandakan jalur khusus sepeda. Sepeda yang diberi motor diklasifikasikan sebagai sepeda dan boleh memasuki jalur khusus sepeda.

4 (16) Rambu berikut ini adalah rambu jalan satu arah. Sepeda yang diberi motor yang membawa barang dapat melaju berlawanan arah. (17) Rambu berikut ini menandakan bahwa pengemudi sepeda yang diberi motor dapat melakukan putar balik dari jam 08:00 sampai dengan jam 20:00. (18) Rambu berikut adalah rambu perintah belok kiri tanpa perlindungan. Jika lampu lalu lintas berwarna hijau, Anda boleh belok kiri ketika tidak ada kendaraan yang mendekati. (19) Rambu berikut adalah rambu perintah untuk terus lurus atau belok kanan. Untuk belok kanan, mengemudilah di jalur paling kanan dengan mengurangi kecepatan dan belok ke kanan dengan aman. (20) Rambu berikut adalah rambu perintah belok kiri dan putar balik. Dipasang di tengah ataupun sisi jalan di mana kendaraan dapat belok kiri atau putar balik.

5 (21) Rambu berikut ini menandakan jalan khusus sepeda saja. Sepeda yang diberi motor diklasifikasikan sebagai sepeda dan boleh memasuki jalan khusus sepeda saja. (22) Rambu berikut ini menandakan bundaran. Kendaraan yang akan memasuki bundaran harus memberi jalan kepada kendaraan yang sudah ada di dalam bundaran. (23) Rambu berikut ini menandakan zona perak (zona perlindungan warga lanjut usia). Anda harus mengemudi dengan aman sambil mengurangi kecepatan. (24) Rambu berikut ini adalah rambu mengalah. Rambu ini dipasang di pinggir jalan di mana pengemudi harus mengalah kepada hak pengemudi lain untuk menggunakan jalan.

6 (25) Rambu berikut ini adalah rambu harus berhenti. Jika tidak ada kendaraan yang mendekati, Anda bisa mengurangi kecepatan dan melewatinya. (26) Rambu berikut ini melarang putar balik. Mobil tidak boleh memutar balik tetapi sepeda yang diberi motor boleh ketika diarahkan oleh lampu lalu lintas. (27) Rambu berikut ini melarang belok ke kiri. Pengemudi sepeda yang diberi motor dapat belok ke kiri jika lampu lalu lintas ke arah belokan berwarna hijau. (28) Rambu berikut ini melarang belok ke kanan. Rambu ini ditemukan di pinggir jalan, dan semua pengemudi, termasuk pengemudi sepeda yang diberi motor, harus menaati rambu ini. (29) Rambu berikut ini menandakan bahwa Anda tidak dapat berjalan lurus dari jam 08:00 sampai dengan jam 20:00.

7 (30) Rambu berikut ini menandakan jarak minimal yang aman antara kendaraan. Pengemudi sepeda yang diberi motor tidak harus menaati rambu ini. (31) Rambu berikut ini menandakan batas kecepatan minimal. (32) Rambu berikut ini menandakan batas kecepatan maksimal. Kecepatan harus dikurangi sehingga sesuai dengan apa yang ditunjukkan oleh rambu. (33) Rambu berikut ini menandakan bahwa kecepatan harus dikurangi. Rambu ini dapat ditemukan di awal lereng yang menurun atau jalan yang berliku-liku. (34) Rambu berikut ini melarang akses jalan. Sepeda yang diberi motor dapat masuk dengan mengurangi kecepatan karena tidak diklasifikasikan sebagai kuda atau kendaraan.

8 (35) Rambu berikut ini melarang akses mobil, sepeda motor, dan sepeda yang diberi motor ke jalan. (36) Rambu berikut ini adalah tanda ada jembatan di area itu. (37) Rambu berikut ini adalah rambu peringatan polisi tidur. Anda harus mengemudi dengan hati-hati sambil mengurangi kecepatan. (38) Rambu berikut ini adalah tanda peringatan batu longsor. Anda harus mengemudi dengan hati-hati sambil mengurangi kecepatan. (39) Rambu berikut ini adalah rambu peringatan tempat penyeberangan pejalan kaki. Anda harus melaju sambil memastikan

9 keselamatan pejalan kaki. (40) Rambu berikut ini adalah rambu sepeda dilarang masuk. (41) Rambu berikut ini menandakan ada rumah sakit gawat darurat di dekatnya. Anda tidak boleh membunyikan klakson dan harus melaju dengan cepat. (42) Rambu berikut ini adalah rambu peringatan angin yang dipasang di lokasi-lokasi yang dipengaruhi oleh hembusan angin yang kuat, seperti jembatan. Anda harus memegang setir dengan ringan dan menaikkan kecepatan untuk keluar dari area. (43) Rambu berikut adalah rambu peringatan melewati dari kiri atau kanan yang ditemukan di jalan satu arah di mana pengemudi boleh mengambil jalur kiri atau kanan.

10 (44) Rambu berikut ini adalah rambu peringatan jalan menyatu di kanan. Pengemudi yang melaju di jalan yang lebar harus memastikan ada tidaknya kendaraan yang masuk dari sisi kanan dan mengemudi dengan hati-hati. (45) Rambu berikut ini adalah rambu peringatan jalan menyempit. Anda harus menurunkan kecepatan untuk melihat tempat jalan menjadi sempit dan melewatinya dengan aman. (46) Rambu berikut ini adalah rambu peringatan jalan menurun. Anda harus menempatkan gigi di posisi netral untuk menghemat bahan bakar dan menuruni lereng dengan cepat. (47) Rambu berikut ini adalah rambu peringatan sedang ada perbaikan. Anda harus menaikkan kecepatan dan melewati area dengan cepat. (48) Rambu berikut ini adalah rambu peringatan terowongan. Anda harus mengemudi dengan hati-hati di dalam terowongan, karena penglihatan Anda memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan cahaya lampu yang lebih redup.

11 (49) Rambu berikut ini adalah rambu peringatan bahaya. Anda harus mengemudi dengan aman untuk menghindari kecelakaan lalu lintas dan bahaya lainnya. (50) Jarak berhenti sepeda yang diberi motor adalah konstan terlepas dari kecepatan motor. (51) Pemegang surat izin mengemudi Umum Tipe 1 dapat mengemudikan sepeda motor 125 cc. (52) Ketika menggunakan rem mesin, pindahkan langsung ke gigi rendah dari gigi tinggi untuk mendapatkan kekuatan rem yang besar. (53) Ketika mengemudikan sepeda yang diberi motor dengan seorang penumpang, Anda harus mengemudi lebih lambat daripada ketika mengemudi sendirian, dan menghindari mengerem secara mendadak. (54) Menggunakan rem mesin di gigi rendah memberi kekuatan rem yang lebih besar. Namun, berpindah ke gigi rendah secara tiba-tiba pada kecepatan tinggi dapat mengakibatkan Anda terjatuh karena pengurangan kecepatan yang mendadak. (55) Majikan yang karyawannya mengendarai sepeda yang diberi motor tanpa surat izin mengemudi sepeda yang diberi motor tidak akan terkena tuntutan kriminal. (56) Sepeda yang diberi motor harus didaftarkan ke pihak transportasi yang berwenang di area Anda sebelum dikendarai. (57) Panjang barang-barang yang diangkut sepeda yang diberi motor tidak boleh lebih dari 30 cm lebih panjang daripada alat pengangkut yang berisi barang tersebut. (58) Pada saat berhenti sebentar di persimpangan dengan sepeda yang diberi motor, adalah aman untuk menginjak rem roda depan bersamaan dengan rem roda belakang. (59) Jika Anda menepi ke pinggir jalan dengan sepeda yang diberi motor untuk membeli sesuatu sebentar saja di toko, Anda harus mematikan mesin dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga agar sepeda yang diberi motor berhenti dengan aman. (60) Pada saat mengemudi di jalan berbatu dengan sepeda yang diberi motor, bila menginjak rem tiba-tiba akan mudah terjungkal atau tergelincir.

12 (61) Pada saat menginjak rem sepeda yang diberi motor, lebih aman untuk mengoperasikan rem belakang dengan kuat daripada rem roda depan. (62) Pada saat melaju di jalan yang berliku-liku atau belok dengan sepeda yang diberi motor, Anda harus memiringkan berat tubuh Anda ke arah belokan supaya setirnya belok secara alami. (63) Tekanan udara di dalam ban depan dan ban belakang sepeda yang diberi motor harus dipastikan selalu benar di setiap waktu. (64) Ketika menghentikan sepeda yang diberi motor di jalan di mana jalan dan jalur pejalan kaki tidak ditandai dengan jelas, Anda harus menepi sedekat mungkin ke bagian kanan jalan. (65) Ketika dua sepeda yang diberi motor atau lebih dikemudikan secara bersamaan dengan alasan yang benar, pengemudi sepeda motor harus waspada agar tidak timbul bahaya lalu lintas. (66) Bila lampu lalu lintas berwarna merah, pengemudi sepeda yang diberi motor harus segera berhenti di depan garis berhenti, tempat penyeberangan pejalan kaki, atau persimpangan. (67) Ketika memasuki sebuah jalan setelah keluar dari gedung atau lahan parkir di pinggir jalan, pengemudi sepeda yang diberi motor harus melakukannya dengan cepat setelah memastikan kondisinya aman. (68) Pengemudi sepeda yang diberi motor dapat melewati tempat penyeberangan pejalan kaki jika lampu pejalan kaki berwarna hijau. (69) Pengemudi sepeda yang diberi motor dapat melewati tempat penyeberangan pejalan kaki jika lampu pejalan kaki berwarna hijau. (70) Saat kebakaran mobil terjadi di dalam terowongan, gunakan alat pemadam kebakaran untuk memadamkan api. Jika api tidak dapat dikendalikan, tinggalkan terowongan dengan cepat melalui jalur pejalan kaki. (71) Pengemudi yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas harus melaporkan lokasi kecelakaan, jumlah orang yang cedera dan tingkat keparahan cedera, properti yang rusak dan keparahan kerusakan. (72) Saat mengemudikan sepeda yang diberi motor dalam kondisi berkabut, lebih aman untuk mengendarainya di jalur pejalan kaki dibandingkan dengan mengendarainya di jalan raya. (73) Jarak berhenti menjadi lebih panjang saat menginjak rem di jalan yang ada esnya. (74) Jika medan penglihatan berkurang sehingga 50 m atau kurang karena hujan lebat, pengemudi sepeda yang diberi motor harus mengemudi dengan kecepatan paling sedikit 50% dari batas kecepatan. (75) Di waktu malam, pengemudi sepeda yang diberi motor harus mengemudi dengan lampu depan menyala dan disetel ke pengaturan cahaya terang jika ada lalu lintas dari depan. (76) Saat musim dingin, nyalakan mesin dan biarkan selama minimal 10 menit sebelum mengemudi, sehingga mesin tidak aus dan menghemat bahan bakar. (77) Di tempat di mana ada rambu jalan belok kiri tanpa perlindungan, Anda dapat belok kiri, sambil memperhatikan lalu lintas jika lampunya hijau. (78) Pengemudi sepeda yang diberi motor harus mengemudi dengan perlahan melalui persimpangan yang tidak ada pengontrolan lalu lintas atau tanda berhentinya.

13 (79) Pada saat lampu lalu lintas berwarna hijau, pengemudi sepeda yang diberi motor dapat jalan lurus atau belok kanan selama tidak mengganggu kendaraan lain. (80) Saat mengemudi melalui tempat penyeberangan pejalan kaki dengan rambu lalu lintas sekunder untuk belok kanan, Anda tidak perlu mematuhi tanda yang ditunjukkan oleh rambu lalu lintas sekunder. (81) Di tempat penyeberangan pejalan kaki, hal yang paling aman yang dapat dilakukan oleh pengendara sepeda yang diberi motor adalah memulai melaju lebih dulu ketika rambu berubah dari "tunggu" menjadi "jalan". (82) Jika lampu lalu lintas berubah dari merah menjadi hijau sebelum masuk ke persimpangan, pengemudi sepeda yang diberi motor boleh dengan cepat melaju melalui persimpangan di antara kendaraan-kendaraan lain. (83) Untuk belok kiri di sebuah persimpangan, pengemudi sepeda yang diberi motor harus melaju dengan perlahan mengikuti garis tengah jalan di jalur pertama sebelum belok ke kiri. (84) Pengemudi sepeda yang diberi motor haruslah mematuhi semua peraturan yang harus ditaati di zona perak dan haruslah mengemudi sambil memperhatikan keselamatan warga lanjut usia. (85) Jika Anda menjumpai warga lanjut usia di zona perak, bunyikan klakson dengan kuat dan melajulah melewatinya dengan kecepatan tinggi. (86) Karena warga yang lanjut usia dapat memiliki kekurangan kapasitas mental dan fisik yang diperlukan untuk melindungi diri dari kecelakaan lalu lintas, "zona perak" dapat ditetapkan untuk melindungi warga lanjut usia. (87) Penyebab utama dari tabrakan sepeda yang diberi motor dengan pejalan kaki adalah mengemudi di jalur pejalan kaki dan tempat penyeberangan pejalan kaki. (88) Jika bis sekolah menyalakan alat yang menandakan bahwa anak-anak sedang naik/turun bis, pengemudi yang berada di jalur yang sama dengan jalur bis harus berhenti sebelum mencapai bis sekolah dan memeriksa apakah kondisinya aman sebelum meneruskan dengan kecepatan rendah. (89) Jika bis sekolah menyalakan alat yang menandakan bahwa anak-anak sedang naik/turun bis, pengemudi yang berada di jalur yang langsung di sebelah jalur bis tidak diharuskan untuk berhenti sebelum mencapai bis sekolah. (90) Di zona sekolah, jika bis sekolah menandakan bahwa bis berisi anak-anak dan sedang berhenti, pengemudi sepeda yang diberi motor harus dengan cepat mengemudi melewati bis sekolah. (91) Pengemudi sepeda yang diberi motor tidak harus mematuhi batas kecepatan di zona sekolah. (92) Bila bis sekolah berhenti di jalan dengan satu jalur dan lampu kedip daruratnya dinyalakan sebagai isyarat bahwa anakanak sedang naik/turun bis, maka pengemudi yang mendekat dari arah yang berlawanan haruslah berhenti sebentar sebelum melewati bis sekolah dan melaju dengan perlahan setelah memastikan kondisi aman. (93) Bila bis sekolah berhenti di jalan dengan satu jalur dan lampu kedip daruratnya dinyalakan sebagai isyarat bahwa anakanak sedang naik/turun bis, maka pengemudi yang mendekat dari arah yang berlawanan haruslah berhenti sebentar sebelum melewati bis sekolah dan melaju dengan perlahan setelah memastikan kondisi aman. (94) Sepeda yang diberi motor yang digunakan untuk jasa pengiriman barang diakui sebagai kendaraan gawat darurat jika dikemudikan di jalur paling kanan dan lampu kedip daruratnya dinyalakan. (95) Menurut Undang-undang Lalu Lintas Jalan, kendaraan penyuplai darah yang lewat di jalan bukanlah kendaraan gawat darurat. (96) Jika kendaraan gawat darurat mendekati sebuah persimpangan, pengemudi sepeda yang diberi motor harus menepi ke

14 pinggir jalan dan menjauhi persimpangan supaya kendaraan gawat darurat tersebut dapat lewat. (97) Pada saat pengendara sepeda berkendara di jalur sepeda, pengemudi sepeda yang diberi motor harus membunyikan klakson untuk memberi peringatan kepada pengendara sepeda dan dengan perlahan melewatinya. (98) Pengemudi sepeda yang diberi motor haruslah turun dan mendorong sepedanya pada saat menyeberangi tempat penyeberangan jalan. (99) Surat izin mengemudi Anda akan dicabut jika Anda ketahuan mengemudi sepeda yang diberi motor dengan kadar alkohol di dalam darah sebesar 0,11% atau lebih. (100) Undang-undang Lalu Lintas Jalan mendefinisikan warga lanjut usia sebagai orang yang berusia 65 tahun ke atas. (101) Persetujuan harus didapatkan untuk modifikasi struktur yang dilakukan untuk mengubah panjang sepeda yang diberi motor dengan kapasitas mesin lebih dari 100 cc. (102) Untuk menandakan bahwa Anda sedang mengemudi sambil mengurangi kecepatan dengan menggunakan sinyal tangan, julurkan satu lengan keluar dan gerakkan naik turun dalam posisi 45 derajat. (103) Surat izin mengemudi Kendaraan Kecil Tingkat 2 tidak memberi Anda hak untuk mengemudikan sepeda yang diberi motor. (104) Tes Izin Mengemudi tidak dapat diikuti menggunakan sepeda yang diberi motor yang memiliki lebih dari 3 roda. (105) Saat mengendarai sepeda bermotor, pemakaian bahan bakar dapat dikurangi dengan menjaga tekanan udara dalam ban pada level yang tepat. (106) Jika sering berangkat dengan mendadak, menaikkan kecepatan dengan mendadak, dan rem dengan mendadak maka penggunaan bahan bakar akan boros dan ban mobil pun akan cepat aus. (107) Jika ada sepeda yang tengah menggunakan tempat penyebrangan untuk sepeda maka pengemudi harus berhenti sebentar di depan tempat penyebrangan tersebut. (108) Sepeda bermesin pun boleh melintasi jalur khusus sepeda dan jalur menyebrang untuk sepeda. (109) Jika korban kecelakaan lalu lintas meninggal dunia maka mobil yang terdaftar di asuransi penuh pun akan dihukum pidana karena terdapat otoritas pendakwaan berdasarkan Undang-Undang Perlakuan Khusus Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas. (110) Berdasarkan Undang Undang Perlakuan Khusus Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, jika telah terdaftar dalam asuransi penuh yang menjamin ganti rugi pihak lawan ataupun jika terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai kerugian akibat kecelakaan lalu lintas, maka pasti tidak mendapatkan hukum pidana. (111) Kepala Kepolisian dapat memberikan pemberitahuan kepada orang yang membuat pelanggaran denda untuk membayar biaya denda melalui Surat Pemberitahuan Biaya Denda yang disertai dengan alasan jelas. (112) Kepala polsek harus akan melakukan sidang langsung terhadap orang yang menolak untuk menerima surat pemberitahuan pembayaran denda. (113) Tiga orang bersama-sama mengendarai tiga buah sepeda bermesin di jalan secara berdempetan kiri-kanan tanpa alasan yang logis sehingga menyebabkan bahaya lalu lintas, dapat dikenakan sanksi pidana.

15 (114) Poin penalti akibat pelanggaran peraturan atau kecelakaan lalu lintas diatur dengan menambahkan seluruh poin penalti selama 5tahun terakhir terhitung dari tanggal pelanggaran atau kecelakaan terjadi. (115) Jika melihat adanya kecelakaan maka sebaiknya cek segera ada tidaknya orang yang terluka dan kemudian lapor pada kantor polisi terdekat. (116) Jika ada yang terluka akibat kecelakaan maka yang boleh melakukan tindakan bantuan darurat seperti resusitasi jantung paru-paru (CPR) dan lain-lain hanyalah dokter atau pun paramedis. (117) Jika orang yang terluka akibat kecelakaan tidak berhenti pendarahannya maka segera lakukan penghentian darah menggunakan sapu tangan atau lainnya. (118) Jika bagian kepala atau bagian lainnya mendapakan goncangan keras akibat kecelakan lalu lintas maka sebaiknya diperiksakan kepada dokter walau pun tidak terdapat luka eksternal. (119) Pengendara yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas harus memenuhi permintaan petugas polisi mengenai hal-hal terkait keamanan lalu lintas. (120) Sepeda bermesin bisa mengalami kecelakaan fatal jika terjadi kecelakaan lalu lintas maka tidak hanya pengendara tetapi juga penumpang harus mengenakan helm pengaman. (121) Jika ban bocor saat melaju maka pegang setir kemudi erat-erat dan berusaha untuk melakukan rem mendadak. (122) Jika terjadi kebakaran saat berkendara maka matikan mesin mobil dan padamkan api menggunakan pemadam api atau lainnya, dan apabila pemadaman api pada tahap awal tidak memungkinkan maka menghindar jauh-jauh karena ada risiko meledak. (123) Sebaiknya menghindari berkendara saat terdapat angin kencang atau angin besar. (124) Saat berkendara di jalan yang banyak kerikil, sebaiknnya melaju dengan kecepatan tinggi karena kerikil bisa terkena ke pejalan kaki atau mobil di samping. (125) Jika sedang hujan atau berangin kencang, sangat penting untuk berlaju sambil mengurangi kecepatan dan jika pandangan depan tidak terlihat dengan jelas maka sebaiknya mendekatkan jarak dengan mobil di depan lebih dekat dari biasanya. (126) Ketika hendak melewati papan baja untuk konstruksi di lokasi konstruksi pada saat hujan, harus melaju dengan pelanpelan karena mudah tergelincir. (127) Jika sepeda motor di jalan bertikungan melaju dengan kecepatan tinggi lalu tiba-tiba mengerem secara mendadak maka dengan mudah akan tergelicir ke arah luar jalan atau pun terjatuh akibat gaya sentrifugal. (128) Saat melaju di jalan yang bertikungan menggunakan sepeda motor, sebaiknya melaju sambil mengurangi kecepatan secara perlahan. (129) Saat mengendarai sepeda bermesin, jika mengoperasikan rem di jalan berkerikil maka jarak rem akan lebih jauh dari pada di permukaan jalan yang teraspal. (130) Pengendara sepeda bermesin tidak boleh melaju bergerombol dan menyebabkan ketidaknyamanan kepada orang lain. (131) Saat hendak melewati penyebrangan rel kereta, semua pengendara mobil harus berhenti sebentar di depan penyebrangan dan mengecek keamanan terlebih dahulu baru kemudian boleh melewatinya.

16 (132) Sepeda bermesin menggunakan gigi tinggi saat melewati jalan penyebrangan rel kereta. (133) Lampu depan dan lampu belakang harus dinyalakan jika kabut tebal di jalan membuat penghalang pada jarak 100m di depan tidak terlihat. (134) Sebaiknya rem roda depan digunakan lebih banyak saat mengerem di jalan berhujan atau bersalju, dan rem roda belakang dipakai hanya sebagai tambahan. (135) Saat melintasi tempat yang tergenang air setelah hujan turun, harus lewat dengan menaikkan kecepatan. (136) Jika lebih dari dua orang bersama-sama melintasi jalan dengan lebih dari dua buah mobil secara berderetan depanbelakang atau kiri-kanan tanpa alasan yang benar sehingga menyebabkan kerugian bagi pihak lain, maka akan dikenakan sanksi atas pelanggaran peraturan tindakan bahaya bersama. (137) Jika ada tuna daksa sedang menyebrangi jalan, segera melaju sambil menghindarinya. (138) Saat memarkir sepeda bermesin(hanya yang bergigi manual) di jalan menurun, arah roda depan harus diarahkan berlawanan dengan jalan. (139) Sepeda bermesin(manual) harus menaruh giginya pada angka 0 saat hendak diparkir di jalan menanjak. (140) Baik parkir maupun pemberhentian dilarang di area sekitar zebra cross. (141) Di zona parkir khusus sepeda bermesin, sebaiknya diparkir berhadapan sambil menjaga jarak bagi sepeda bermesin lain supaya bisa diparkir juga. (142) Saat parkir di jalan yang jalur lintas mobil dan trotoarnya tidak dibedakan, jarak 50cm harus disisakan dari tepi kanan jalan. (143) Sepeda bermesin tidak dapat berhenti di jalur lintas mobil namun dapat berhenti di trotoar. (144) Sepeda bermesin tidak dapat diparkir tepat di samping pipa pemadam kebakaran (di bawah 5m). (145) Jika melintas di samping pejalan kaki pada jalan yang sempit maka melaju dengan segera dengan menggunakan klakson. (146) Saat berbelok kanan di jalur persimpangan, tidak boleh menggangu para pejalan kaki yang sedang menyebrang. (147) Jika ada bus antar-jemput anak-anak yang sedanga melaju perlahan di jalan dengan memasang tanda sedang ditumpangi oleh anak, pengendara sepeda bermesin boleh mendahului bus antar-jemput anak sambil melaju pelan di sebelah kiri supaya tidak mengganggu arus lalu lintas. (148) Jika ada bus antar-jemput anak-anak yang sedang melaju di jalan dengan memasang tanda bahwa sedang ditumpangi oleh anak kecil atau bayi, dan perlu untuk didahului maka pengendara sepeda motor harus mendahului lewat sebelah kanan bus antar-jemput anak-anak. (149) Belok kanan di jalur persimpangan harus dilakukan dengan segera.

17 (150) Jika hendak berbelok kiri di jalur persimpangan tanpa lampu lalu lintas, sebaiknya memberikan kesempatan penggunaan jalur pada mobil yang berlaju lurus dari arah yang berlawanan. (151) Saat berbelok kiri di jalur persimpangan, harus lewati jalur persimpangan dengan kecepatan tinggi setelah menyalakan lampu tanda petunjuk arah kiri. (152) Pengendara yang hendak memasuki bundaran lalu lintas harus memberikan kesempatan penggunaan jalur kepada mobil lain yang sudah berada di dalam jalur bundaran tersebut. (153) Pada bundaran lalu lintas, harus berlaju sambil berbelok berlawanan jarum jam dengan pulau lalu lintas di tengah sebagai pusatnya. (154) Sepeda bermesin harus menyebrangi zebra cross dengan cara ditarik. (155) Semua pengendara mobil yang hendak memasuki jalur persimpangan dengan lampu lalu lintas, jika dikhawatirkan dapat mengganggu ketertiban lalu lintas mobil lain karena bisa saja mobil harus berhenti di jalur persimpangan tergantung kondisi mobil-mobil lain yang berada di bagian depan jalur, maka tidak diperbolehkan untuk masuk ke jalur persimpangan tersebut. (156) Jika menggangu lalu lintas lain saat belok kiri pada lampu hijau di jalur persimpangan belok kiri tak terlindung, tidak akan dianggap melanggar lampu lalu lintas. (157) Jika tidak bisa melewati jalan dengan jalur hanya untuk 1mobil karena terhalang mobil yang rusak atau pekerjaan konstruksi maka boleh berkendara melalui garis tengah sambil mengecek keamanan mobil lain yang sedang melaju dari arah berlawanan dan mobil di belakang. (158) Saat hendak belok kiri di jalur persimpangan depan, harus memberikan tanda dengan menyalakan lampu tanda petunjuk arah dimulai dari jarak 30m sebelumnya. (159) Jika hendak mengubah jalur mobil saat mengendarai sepeda bermesin, keamanan di ruang yang tidak terlihat pun harus dicek terlebih dahulu menggunakan kaca spion. (160) Sepeda bermesin boleh mengubah jalur bahkan di area yang melarang pengubahan jalur. (161) Saat pengendara sepeda bermesin hendak mendahului, dia harus memperhatikan mobil di depan baik kecepatan, jalur dan juga yang lain-lainnya (162) Di jalan yang melengkung, pendahuluan lewat sebelah kanan mobil depan diperbolehkan. (163) Pengendara sepeda bermesin hanya boleh mendahului di tempat yang ditandai dengan garis kuning utuh. (164) Rem bekerja lebih aman jika diinjak sekali saja dibandingkan diinjak berkali-kali. (165) Jika ada mobil yang berhenti di depan, pengendara sepeda bermesin harus melaju perlahan sambil berhati-hati karena bisa saja orang di dalam mobil mendadak membuka pintu mobil untuk turun. (166) Kecepatan mobil tidak berpengaruh sama sekali terhadap pandangan pengendara.

18 (167) Jarak laju bebas adalah jarak sebelum rem mulai bekerja saat pengendara menemukan bahaya dan menginjak rem. (168) Pada persimpangan di mana pengemudi tidak bisa mengecek kiri-kanan dan juga tidak sedang diatur lalu lintasnya, harus berhenti sebentar untuk mengecek keamanan baru kemudian melewatinya/melintas. (169) Jika jalan yang kecepatan maksimalnya 60km/jam telah membeku/ber-es maka harus melaju dengan kecepatan di bawah 30km/jam. (170) Saat jalanan basah, jarak aman harus dijaga lebih jauh dibanding biasanya. (171) Usahakan bodi mobil tidak kehilangan keseimbangan saat menginjak rem ketika berkendara. (172) Pengendara sepeda bermesin harus berhenti sebentar di depan zebra cross yang sedang diseberangi oleh pejalan kaki. (173) Sebaiknya rem dioperasikan berkali-kali karena jika mengoperasikan rem dengan kuat saat berkendara, bisa jatuh tergelincir ke samping. (174) Sepeda bermesin memiliki hak penggunaan jalur yang lebih diprioritaskan dibanding mobil pada saat mengubah jalur. (175) Saat berkendara, tidak ada tanggung jawab perlindungan terhadap orang yang menyebrang sembarangan maka harus melintas sambil membunyikan klakson dengan kencang untuk memusatkan perhatian. (176) Pada jalan di mana jalur mobil dan trotoarnya terpisah, sepeda bermesin harus melaju di jalur mobil. (177) Gaya sentrifugal yang terjadi saat mobil mengitari jalan tikungan, akan semakin besar jika kecepatan laju mobil cepat atau menikung dengan mendadak. (178) Untuk mengendarai mobil di jalan yang jarak visibilitasnya di bawah 100m akibat hujan deras, salju lebat, kabut dan lainnya, harus berkendara dengan mengurangi 20/100 dari kecepatan laju maksimal. (179) Rambu lalu lintas berikut ini dapat ditemukan di jalan khusus sepeda motor dan sepeda bermesin. (180) Di jalan yang didapati rambu lalu lintas berikut ini, sepeda bermesin boleh mendahului mobil yang melaju di depannya.

19 (181) Pengendara sepeda motor harus menaati isyarat tangan lalu lintas yang diberikan oleh sukarelawan. (182) Sepeda bermesin dapat menyebrangi zebra cross saat lampu hijau untuk pejalan kaki menyala. (183) Helmet pengaman untuk pengendara sepeda bermesin hanya perlu dikenakan saja tanpa ada standar kualifikasi tertentu. (184) Sebelum mengendarai sepeda bermesin, harus cek kondisi ban baik tekanan udara, keausan, dan lain-lainnya. (185) Sebelum mengendarai sepeda bermesin, kaca spion harus diatur supaya mobil di belakang bisa terlihat. (186) Mesin kendaraan yang dinyala namun tidak dioperasikan merupakan penyebab utama pemborosan bahan bakar serta pencemaran lingkungan. (187) Sepeda motor boleh menyeberangi trotoar saat hendak memasuki tempat yang bukan jalur mobil, asalkan sebelum menyeberang sudah sempat berhenti sebentar untuk memastikan ada tidaknya pejalan kaki. (188) Sepeda bermesin harus digunakan setelah diregistrasi dan didaftarkan asuransi. (189) Kendaraan motor beroda 2 merujuk pada kendaraan motor yang memiliki 2 roda yang dibuat untuk mengangkut 1 atau 2 orang. (190) Pengendara sepeda motor sebaiknya mengerem menggunakan rem pada roda depan dan rem pada roda belakang bersamaan supaya lebih aman. (191) Jika terdesak waktu saat berkendara, maka dengan mudah akan mengendarai dengan kecepatan lebih karena hati terasa tidak nyaman dan tidak bisa berkepala dingin. (192) Mengendarai sepeda bermesin setelah minum obat flu dapat menggangu keamanan berkendara. (193) Jika tubuh terasa letih karena terlalu banyak bekerja maka sebaiknya menghindari berkendara karena kemungkinan kecelakaan menjadi tinggi. (194) Semakin tinggi konsentrasi alkohol dalam darah, semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam skala besar. (195) bat-obatan yang dilarang digunakan saat berkendara merupakan materi berbahaya yang dapat menyebabkan

20 seseorang beremosi, berhalusinasi atau pun mati rasa. (196) Sepeda bermesin harus menaati peraturan lalu lintas dengan baik karena bodinya kecil sehingga tidak mudah tampak di mata para pengendara lainnya. (197) Jika pengendara sepeda bermesin di jalan biasa hendak melaju dengan kecepatan yang lebih lambat dibanding mobil di belakangnya, maka pengendara tersebut harus menyingkir ke sebelah kanan tepi jalan dan memberikan jalurnya. (198) Pengendara sepeda bermesin wajib mengenakan helm pengaman demi keselamatan penumpang di bangku belakang. (199) Di jalur persimpangan dengan rambu tanda berhenti sebentar, harus berhenti dulu sebentar baru kemudian kembali melaju. (200) Sepeda bermesin di bawah 49cc pun harus menempelkan plat nomor. (201) Saat melaju dengan sepeda bermesin, baik pengendara maupun penumpang harus mengenakan helm pengaman. (202) Pengendara sepeda bermesin tidak menghantarkan tenaga ke roda dan tidak meningkatkan jumlah rotasi mesin. (203) Pada saat mendaftarkan sepeda motor, asuransi pertanggungjawaban tidak perlu diregistrasikan. (204) rang yang melukai manusia akibat berkemudi saat mabuk akan dikenakan hukuman penjara atau biaya denda. (205) rang yang menerima sanksi pemberhentian izin mengemudi tidak perlu mengembalikan kartu SIM. (206) rang yang sebelah matanya tidak bisa digunakan pun bisa memperoleh Surat Izin Mengemudi Sepeda Bermesin Golongan 2, jika penglihatan mata sebelah lainnya lebih dari 0.6 (207) rang yang tidak bisa mendengar karena pendengarannya rusak pun bisa memperoleh Surat Izin Mengemudi Sepeda Bermesin Golongan 2. (208) Yang dimaksud dengan sepeda bermesin adalah kendaraan beroda dua di atas 126cc. (209) Belok kiri tak terlindung berarti belok kiri pada lampu hijau sambil tidak mengganggu laju mobil lain yang datang dari arah lawan. (210) Berdasarkan Undang-Undang Lalu Litas Jalan, pemeroleh surat izin mengemudi sepeda bermesin boleh mengendarai kendaraan beroda dua 250cc. (211) Untuk menetapkan budaya berkendara yang sehat dan keamanan lalu lintas jalan, tindakan dan kebiasaan pengandara sangat penting. (212) Pengendara sepeda bermeisn harus berhati-hati dan berkendara dengan aman jika hendak mendahului mobil.

21 (213) Apabila jalan tidak beraturan karena kemacetan, sekali-sekali pengemudi boleh mengemudi di tepi jalan atau trotoar. (214) Saat melintasi jalur persimpangan tanpa lampu lalu lintas, sebaiknya memberikan hak prioritas penggunaan jalur kepada mobil lawan demi keamanan berkendara. (215) Saat keluar ke jalan lebar dari jalan yang kecil atau sempit, sebaiknya pengemudi biasakan diri untuk memeriksa terlebih dahulu apakah ada mobil lain atau pejalan kaki. (216) Jika ada mobil berhenti di depan, pengemudi sepeda motor harus melewatinya dengan segera karena ada kemungkinan orang tiba-tiba keluar dari dalam mobil tersebut. (217) Jarak rem akan lebih panjang apabila menggunakan rem depan dan rem belakang bersamaan, dibanding saat menggunakan hanya rem depan atau hanya rem belakang. (218) Sepeda motor harus menurunkan kecepatan saat melewati jalan bertikungan karena akan mudah kehilangan keseimbangan. (219) Ketika sepeda motor akan berhenti di belakang mobil depan saat sedang menanjak di jalan berbukit, pengemudi harus membuat jarak aman yang cukup dengan mobil depan. (220) Sepeda motor harus berhenti sesaat di sekitar puncak bukit dan dilarang mendahului kendaraan lain. (221) Saat menuruni jalan bukit, sepeda motor sebaiknya menggunakan gigi transmisi yang sama dengan gigi transmisi saat menaiki jalan bukit. (222) Ketika sepeda motor akan melintasi jalan berliku-liku, pengemudi harus terlebih dahulu mengecek keamanan dengan menurunkan kecepatan di sekitar jalan lurus di depan. (223) Ketika melintas di jalan bertikungan atau pojokan jalan, pengemudi sepeda motor harus mengemudi secara hati-hati dengan memandang ke arah depan sambil mengantisipasi jika ada kendaraan lain yang mungkin melintasi garis tengah jalan. (224) Apabila anda mengemudi sepeda motor pada malam hari di jalan yang penerangannya sangat terang, maka anda tidak perlu menghidupkan lampu depan dan lampu belakang. (225) Sepeda bermesin harus menyalakan lampu belakang saat berhenti di jalan pada malam hari. (226) Ketika mengemudi pada malam hari dengan arah yang berlawanan, kendaraan harus mengurangi cahaya lampu depan atau mengarahkan sorot lampu depan ke arah bawah. (227) Saat berkendara dengan mengikuti mobil depan dari belakang pada malam hari, sebaiknya mengemudi dengan lampu depan dimatikkan supaya tidak mengganggu mobil depan. (228) Pengemudi tidak dikenakan hukuman pidana, meskipun pengemudi sepeda motor mengemudi dalam keadaan mabuk. (229) Membunyikan klakson berulang kali atau secara terus menerus tanpa alasan yang jelas sehingga menimbulkan polusi suara yang dapat mengganggu orang lain, bukan merupakan bentuk pelanggaran Uneant-Undanf Lalu Lintas Jalan. (230) Dilarang mengemudi apabila konsentrasi alkohol dalam darah lebih dari 0.05%.

22 (231) Mengemudi dalam waktu lama membuat pengemudi letih sehingga dapat menurunkan kemampuan pengemudi untuk melihat ke depan dengan baik. (232) Minum minuman beralkohol sebanyak 1~2 gelas akan baik untuk sirkulasi darah sehingga dapat meninggkatkan kemampuan mengemudi. (233) Sepeda motor kurang dari 125cc boleh diparkir di mana saja tanpa menghirangukan tempat 'dilarang parkir'. (234) Apabila pengemudi sepeda motor menyebabkan kecelakaan saat melintasi zebra cross, maka pengemudi sepeda motor dianggap sebagai pejalan kaki. (235) Kecelakaan lalu lintas sepeda motor sering terjadi di dekat zebra cross atau jalur persimpangan karena sering kali sepeda motor berada pada sudut yang tidak terlihat oleh mobil lain. (236) Pada malam hari sangat mudah untuk melihat pejalan kaki di zebra cross dekat garis tengah karena cahaya lampu depan mobil yang datang dari arah berlawanan. (237) Sepeda motor tidak bisa mendahului karena sepeda motor hanya boleh menggunakan jalur paling kanan. (238) Apabila di tempat yang boleh mendahului, ada mobil di depan yang melintas dengan perlahan, maka pengemudi bisa mendahului dari sisi kanan mobil depan setelah yakin bahwa kondisi di muka, belakang, kanan dan kiri benar-benar sudah aman. (239) Apabila terjadi kemacetan, sepeda motor bisa mendahului dengan segera dengan menggunakan tepi jalan. (240) Masa berlaku SIM dimulai sejak yang bersangkutan atau orang yang mewakilkannya telah menerima SIM. (241) Apabila pengemudi berpikir bahwa dirinya tidak melakukan kesalahan maka pengemudi tidak perlu memenuhi permintaan petugas polisi untuk memperlihatkan SIM. (242) Ketika seorang pengemudi yang melaju 35km/jam mencederai seorang anak saat melintas di zona perlidungan anak dengan batas kecepatan 30km/jam, maka akan disanksi pidana walau pun sudah membuat kesepakatan dengan pihak korban. (243) Apabila pengemudi yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas dengan korban manusia malah melarikan diri tanpa melakukan tindakan pertolongan terlebih dahulu kepada korban, maka akan disanksi lebih berat berdasarkan hukum mengenai Sanksi Tambahan untuk Kejahatan Khusus. (244) Karena bisa terjadi gaya sentrifugal, pengemudi harus melintas di tikungan tanpa mengubah kecepatan berkendara. (245) Saat berkendara di jalan tidak teraspal, pengendara sepeda motor harus mengurangi kecepatan dan berkemudi sambil menahan bodi sepeda motor supaya dapat berdiri dengan benar karena berbahaya. (246) Ketika isyarat tangan petugas polisi berbeda dengan isyarat lampu lalu lintas, pengemudi harus mengikuti isyarat petugas polisi. (247) Apabila pengemudi sepeda bermesin memarkir di daerah khusus sepeda bermesin, sebaiknya pengemudi memarkir dengan posisi mudah keluar sambil meluangkan ruang lebih demi masuk-keluarnya sepeda bermesin lain. (248) Apabila sepeda bermesin melintas di sebelah pejalan kaki di jalan yang sempit, maka pengemudi harus melintas dengan perlahan sambil menjaga jarak aman.

23 (249) Semua kendaraan harus berhenti dahulu sebelum zebra cross jika ada pejalan kaki yang menyebrang di zebra cross, kecuali sepeda bermesin boleh melaju perlahan tanpa berhenti karena bukan merupakan mobil. (250) Saat berkendara di jalan dengan kabut tebal, pengendara sepeda motor sebaiknya tidak menggunakan peralatan keselamatan supaya luas lapang pandang menjadi lebar. (251) Ketika memarkir sepeda motor, parkir paralel adalah cara yang terbaik tanpa terkait dengan waktu, tempat dan situasi. (252) Sepeda bermesin boleh ditumpangi lebih dari 3orang untuk jarak dekat. (253) Semua mobil yang mau belok kiri di jalur persimpangan, harus melaju secara perlahan mengikuti garis tengah jalan dan belok kiri ke bagian dalam pusat jalur persimpangan. (254) Di jalur persimpangan yang dilarang belok kiri pun, pengemudi kendaraan dan kuda boleh membelok ke kiri jika ada perintah dari petugas polisi. (255) Saat pengemudi mobil berhenti di jalur persimpangan untuk belok kanan, tidak berbahaya jika pengemudi sepeda motor yang mengikut dari belakang juga belok kanan pada saat yang bersamaan lewat ruang kanan mobil depan. (256) Biasakan untuk memeriksa kondisi ban, bahan bakar dan lain-lainnya sebelum berangkat. (257) Pengemudi sepeda motor harus berkendara sambil lebih menaaati peraturan dan penuh antisipasi, karena sepeda motor memiliki perangkat keselamatan yang lebih sedikit dibandingkan mobil. (258) Pengemudi sepeda bermesin boleh mengemudi setelah minum minuman beralkohol, karena larangan kendaraan saat mabuk hanya berlaku bagi mobil. (259) Pengemudi sepeda motor boleh berkendara melewati sela-sela mobil-mobil yang berhenti karena terkena macet. (260) Semua pengendara kendaraan tidak boleh mendahului bus antar-jemput anak-anak yang melaju di jalan dengan memasang tanda 'sedang ditumpangi oleh anak-anak atau balita'. (261) Jika pengendara sepeda motor menolak untuk memenuhi permintaan petugas polisi untuk mengukur konsentrasi alkohol dalam darah di saat situasi dan kondisi jelas-jelas menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah berkendara dalam keadaan mabuk, maka izin mengemudi yang bersangkutan akan dibatalkan. (262) Saat belok kiri di jalur persimpangan, bagian dalam pusat jalur persimpangan harus digunakan kecuali pada kondisi tertentu. (263) Jika mobil lain di jalur kanan memiliki hak prioritas penggunaan jalur yang sama dengan mobil saya, dan hendak masuk ke jalur persimpangan tanpa lampu lalu lintas secara bersamaan, maka mobil di jalur kanan boleh masuk terlebih dahulu. (264) Jika lampu hijau menyala di area dengan rambu belok kiri tak terlindung, maka boleh belok kiri walau pun bisa saja mengganggu lalu lintas di seberang. (265) Pengemudi harus melintas dengan kecepatan rendah di persimpangan yang memasang lampu merah berkedip. (266) Saat memasuki jalur persimpangan, lampu lalu lintas untuk mobil berganti ke kuning, maka kendaraan harus segera

24 melaju untuk keluar dari jalur persimpangan. (267) Jika ada telepon masuk saat berkendara, maka harus diterima setelah berhenti di tempat yang aman. (268) Pengemudi sepeda bermesin tidak boleh melintas di atas trotoar dan saat menyeberangi zebra cross pun harus turun dan menyeberangi sepeda mesinnya dengan cara ditarik. (269) Sebaiknya mendahului sepeda saat berkendara karena kecepatannya lebih lambat dibanding sepeda bermesin. (270) Pengemudi harus mengurangi kecepatan saat mengemudi di malam hari, karena pada malam hari pandangan tidak terlalu jelas dibandingkan siang hari. (271) Saat mengemudi di kompleks perumahan, pengemudi sepeda motor harus berhati-hati karena bisa saja ada sepeda yang muncul secara tiba-tiba. (272) Saat melintas bersama sepeda, pengemudi sepeda bermesin harus melaju dengan kecepatan rendah dan memperhatikan keselamatan supaya tidak bertabrakan, dan lain-lain. (273) Jika mesin kendaraan dipanaskan terlebih dahulu dalam waktu lama, disamping mengurangi pemakaian bahan bakar, saat berangkat pun mesin akan menjadi lebih lembut. (274) Sepeda bermesin mudah kehilangan keseimbangan atau jatuh ke satu arah apabila mengerem atau menggerakkan stir kemudi terlalu mendadak saat melintas di jalan berkerikil. (275) Sepeda bermesin harus diparkir di tempat yang aman atau tempat parkir yang tidak mengganggu pejalan kaki atau arus lalu lintas karena sepeda bermesin juga merupakan kendaraan. (276) Sepeda bermesin boleh diparkir di sebelah pipa pemadam kebakaran karena dapat dipindahkan dengan mudah oleh siapa saja. (277) Sepeda bermesin boleh parkir di halte bus namun tidak untuk mobil. (278) Jika telah menyaksikan terjadinya kecelakaan saat mengendarai sepeda bermesin, maka sebaiknya segera berhenti dan memberikan pertolongan yang dibutuhkan seperti membantu korban terluka dan lain-lain. (279) Jika telah menyaksikan lokasi kecelakaan lalu-lintas, maka perlu menceritakan fakta kecelakaan apa adanya saat petugas polisi menanyakan hal-hal terkait. (280) Pengemudi sepeda motor bisa pindah jalur meskipun itu di daerah larangan berpindah jalur, apabila ada halangan di atas jalan oleh karena kerusakan dan perbaikan jalan, dll. (281) Pengemudi yang mau memasuki jalur persimpangan yang tidak memiliki pengatur lalu lintas, jika menemui adanya mobil lain yang sudah masuk di dalam jalur persimpangan maka harus memberikan hak penggunaan jalur kepada mobil tersebut. (282) Pengemudi sepeda bermesin boleh berpindah ke jalur yang diinginkan meskipun agak menghalangi arus lalu lintas mobil lain yang datang dari arah tersebut. (283) Di jalan yang bukan jalur searah, pengendara sepeda bermesin harus memberikan hak penggunaan jalur lintas kepada mobil darurat yang mendekat dari belakang dengan menghindar ke tepi.

25 (284) Pengemudi sepeda bermesin boleh mendahului lewat sisi kanan. (285) Saat mau membelok ke kanan di persimpangan jalan, pengemudi sepeda bermesin harus terlebih dahulu melintas dengan lambat di sisi tepi kanan jalan. (286) Jika pengemudi sepeda motor mau berpindah jalur, pengemudi tidak perlu memberi tanda melalui isyarat tangan atau lampu petunjuk arah, atau lainnya. (287) Jika terjadi kecelakaan, pengemudi sepeda motor harus memindahkan sepeda motor ke pinggir jalan atau ke area kosong supaya tidak mengganggu kelancaran lalu-lintas. (288) Jarak rem sepeda bermesin sama, baik di jalan menurun maupun di jalan yang datar. (289) Jarak laju bebas bisa menjadi lebih jauh jika pengemudi sepeda bermesin mabuk ketika berkendara. (290) Saat mengendarai sepeda bermesin, mobil depan berhenti mendadak dan sepeda bermesin menabrak dari belakang karena tidak sempat menghindarinya, maka pada umumnya kesalahan lebih besar ditanggung oleh mobil yang berhenti mendadak. (291) Hukum menetapkan agar pengemudi yang sedang letih dan dikhawatirkan tidak akan dapat berkendara dengan normal, sebaiknya tidak mengendarai sepeda bermesin. (292) Sepeda motor yang rakitannya dan fasilitas keselamatannya tidak memenuhi standar keselamatan tidak boleh dikendarai. (293) Apabila ada korban yang mengalami patah tulang dan hal tersebut bukanlah situasi yang mendesak maka korban harus dijaga agar korban tidak bergerak sampai mobil ambulans tiba. (294) Apabila korban terluka dan tidak sadarkan diri maka kepala korban harus ditidurkan ke belakang dan dagunya diangkat ke atas untuk membuka jalur pernafasan/tenggorokan. (295) Area dalam terowongan atau di atas jembatan adalah area dilarang parkir. (296) Apabila rambu tanda dilarang parkir dan papan tambahan bertuliskan(08:00 ~ 20:00) dipasang bersamaan, berarti parkir diizinkan dari jam 08:00 ~ 20:00. (297) Garis jalan berupa garis kuning putus-putus pada permukaan jalan adalah batasan untuk berpindah jalur. (298) Jika kabut tebal mengakibatkan pengemudi tidak bisa melihat penghalang yang ada di jalan pada jarak 100m, lampu depan harus dinyalakan meskipun mengemudi pada siang hari. (299) Apabila permukaan jalan membeku, pengemudi perlu mengurangi kecepatan 50/100 dari kecepatan maksimum. (300) Mendahului mobil lain yang melaju di depan, hanya diperbolehkan dalam batasan kecepatan laju yang berlaku pada jalan tersebut. 문제번호를클릭하시면수정화면으로이동합니다.

26

(2) Di lokasi manakah dari yang berikut ini Anda diharuskan untuk mengemudi sambil mengurangi kecepatan menurut Undang-undang Lalu Lintas Jalan?

(2) Di lokasi manakah dari yang berikut ini Anda diharuskan untuk mengemudi sambil mengurangi kecepatan menurut Undang-undang Lalu Lintas Jalan? () Apakah yang ditunjukkan oleh tanda keamanan berikut? Boleh parkir sebentar untuk memuat kargo. Boleh berhenti sebentar untuk menurunkan penumpang. Ini adalah tanda keamanan yang dipasang di area-area

Lebih terperinci

(1) Sebelum jalan, 2 hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah?

(1) Sebelum jalan, 2 hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah? () Sebelum jalan, hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah? Fokus hanya kepada satu saja diantara kaca spion dalam dan kaca spion luar serta pastikan aman. Semua pemastian aman dapat

Lebih terperinci

(1) Sebelum jalan, 2 hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah?

(1) Sebelum jalan, 2 hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah? () Sebelum jalan, hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah? Fokus hanya kepada satu saja diantara kaca spion dalam dan kaca spion luar serta pastikan aman. Semua pemastian aman dapat

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu 001 1 (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu 002 1 (1) Tikungan ke kiri (2) Tikungan ke kanan (3) Tikungan beruntun, ke kiri dahulu 003 1 (1) Tikungan beruntun,

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat CRITICAL CARE UNIT Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat Rabu, 16 Februari 2011 PROSEDUR TETAP MENGOPERASIKAN AMBULANS GAWAT

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan ini adalah : 1. Variabel-variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan variabel terikat perilaku safety

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu 002 O Persimpangan jalan 003 X Permukaan jalan yang menonjol 004 O Turunan berbahaya 005 O Jembatan sempit 006 O Bundaran 007 X alan sempit 008 O Rel kereta api

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu

Lebih terperinci

(7635) 1. Manakah dari yang berikut ini yang dengan benar menjelaskan tentang tanda berikut? 1 menandakan tempat di mana jalan akan berakhir.

(7635) 1. Manakah dari yang berikut ini yang dengan benar menjelaskan tentang tanda berikut? 1 menandakan tempat di mana jalan akan berakhir. (765). Manakah dari yang berikut ini yang dengan benar menjelaskan tentang tanda berikut? Tanda di jalan yang dapat digunakan untuk memandu pengemudi ke kiri atau kanan. menandakan tempat di mana jalan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu

Lebih terperinci

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas Mengenal Undang Undang Lalu Lintas JAKARTA, Telusurnews Sejak Januari 2010 Undang Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 sudah efektif diberlakukan, menggantikan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992. Namun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Transportasi Menurut Nasution (1996) transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hubungan ini terlihat tiga

Lebih terperinci

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil. BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus pengemudi kendaraan yang mengakibatkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas yaitu berkaitan dengan dasar hukum dan pengaturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Simpang Persimpangan adalah daerah di mana dua atau lebih jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu persimpangan adalah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK SATLANTAS POLRESTABES Bandung sebagai pihak berwajib selaku pelaksana penegakan hukum di Negara Indonesia berwenang menerbitkan SIM-C kepada pemohon SIM-C dan sebagai pihak yang melakukan pengawasan

Lebih terperinci

Penempatan marka jalan

Penempatan marka jalan Penempatan marka jalan 1 Ruang lingkup Tata cara perencanaan marka jalan ini mengatur pengelompokan marka jalan menurut fungsinya, bentuk dan ukuran, penggunaan serta penempatannya. Tata cara perencanaan

Lebih terperinci

INFORMASI KEHIDUPAN BERBAGAI BAHASA

INFORMASI KEHIDUPAN BERBAGAI BAHASA 4 Peraturan Lalu Lintas 4-1 Peraturan Lalu Lintas Di Jepang pejalan kaki, mobil,motor, sepeda dan lain-lain, masing-masing peraturan lalu lintas telah ditentukan. Cepatlah mengingat peraturan lalu lintas

Lebih terperinci

Tujuan penggunaan ambulance

Tujuan penggunaan ambulance pengertian Ambulance adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengevakuasi/mengangkut orang sakit atau terluka untuk mendapatkan fasilitas medis. Biasanya ambulance adalah kendaraan bermotor. Tujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 13

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 13 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN KAWASAN TERTIB LALU LINTAS DAN PENYELENGGARAANNYA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA

MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA TAHUN 2009 PEMERINTAH MEMPREDIKSI ADA SEKITAR 16,25 JUTA PEMUDIK ATAU NAIK 15% DIBANDINGKAN 2008 SEBANYAK 15,3

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 3)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 3) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 3) Pengemudi kendaraan dilarang berhenti : a. Pada belokan, persimpangan, jembatan. b. Tanpa terpaksa pada belokan, persimpangan, jembatan, pada jalan-jalan yang ada rambu

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Dasar Pengemudi

Tanggung Jawab Dasar Pengemudi Tanggung Jawab Dasar Pengemudi Panduan ini menerangkan kondisi utama yang harus dipenuhi oleh pengemudi yang akan mengoperasikan kendaraan PMI (baik pengemudi yang merupakan karyawan PMI atau pun pegawai

Lebih terperinci

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA Pengertian Lalu Lintas Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan, sedangkan angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas. Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN RAMBU-RAMBU LALU LINTAS,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang : a. Bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, 18 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

Pengertian Lalu Lintas

Pengertian Lalu Lintas LALU LINTAS Pengertian Lalu Lintas Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan, sedangkan angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN MARKA JALAN, RAMBU LALU LINTAS DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DI JALAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Orang menyeberang jalan lewat zebra cross.

Gambar 2.1 Orang menyeberang jalan lewat zebra cross. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TINGKAT PUSAT KELAS YUPITER SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA 1 HOTEL Gambar 2.1 Orang menyeberang jalan lewat zebra cross. Pada bab sebelumnya, kalian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Data Satlantas Polwiltabes Semarang menunjukkan kecelakaan yang terjadi pada jalan non tol di Kota Semarang dalam kurun waktu 2001 2005 cenderung menurun dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1244, 2014 KEMENHUB. Jalan. Marka. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai 19 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah juga yang sering terjadi di Jalan Tanjakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau biasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah yang juga sering terjadi di Jalan Wonosari,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 2)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 2) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 2) 1. Berapa jumlah berat yang diperbolehkan untuk kendaraan bermotor bukan sepeda motor yang dapat dikemudikan dengan SIM golongan A? a. Kurang dari 2 Ton b. Kurang dari

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2006 T E N T A N G MARKA JALAN, RAMBU LALU LINTAS DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS JALAN DALAM KOTA PANGKALPINANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk menjaga kelancaran transportasi, selain itu berkendara yang aman bertujuan untuk mencegah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaatnya (http://id.wikipedia.org/wiki/evaluasi).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaatnya (http://id.wikipedia.org/wiki/evaluasi). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif, atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENEMPATAN RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2013 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN 2012, No.279 46 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN A. UJIAN PRAKTIK SIM A B. UJIAN PRAKTIK SIM B I C. UJIAN PRAKTIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Inspeksi Keselamatan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inspeksi Keselamatan Jalan Komite Nasional Keselamatan Transportasi, memuat bahwa (Inspeksi Keselamatan Jalan) IKJ merupakan pemeriksaan sistematis terhadap jalan atau segmen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yang dimaksud dengan evaluasi adalah pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-07-04-06-02 LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN KECELAKAAN TUNGGAL MOBIL BUS AKAP JATUH KE DALAM JURANG DAN MASUK SUNGAI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN http://images.hukumonline.com/ I. PENDAHULUAN Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entah jabatan strukturalnya atau lebih rendah keahliannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entah jabatan strukturalnya atau lebih rendah keahliannya. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, evaluasi adalah penilaian. Layaknya sebuah penilaian (yang dipahami umum), penilaian itu diberikan dari orang yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lampu Lalu Lintas 2.1.1 Fungsi lampu lalu lintas Lampu lalu lintas menurut Oglesby dan Hicks (1982) adalah semua peralatan pengatur lalu lintas yang menggunakan tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum 2.1.1. Fasilitas penyeberangan pejalan kaki Dalam Setiawan. R. (2006), fasilitas penyeberangan jalan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: a. Penyeberangan

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API I. UMUM Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki

Lebih terperinci

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN PONOROGO

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN PONOROGO DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN PONOROGO Thursday, March 07, 2013 Kejadian juta rupiah DATA KECELAKAAN LALU LINTAS DI KABUPATEN PONOROGO Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas Kerugian Materi Kecelakaan 750 600 500

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Urutan pedal : Kopling (selalu kaki kiri yang menginjaknya), Rem dan Gas (pakai kaki kanan secara bergantian)

Urutan pedal : Kopling (selalu kaki kiri yang menginjaknya), Rem dan Gas (pakai kaki kanan secara bergantian) Belajar Mengemudi Urutan pedal : Kopling (selalu kaki kiri yang menginjaknya), Rem dan Gas (pakai kaki kanan secara bergantian) Menghidupkan mobil dalam keadaan kopling di gigi nol 1) Pasang tali / sabuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DI JALAN DENGAN

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN SKALA DISIPLIN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bila melanggar rambu-rambu lalu lintas, saya siap ditindak. Saya akan memaki-maki pengendara lain jika tiba-tiba memotong jalan saya. Menurut saya penggunaan lampu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN BERLALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DALAM WILAYAH KOTA SAMARINDA W A L I K O T A S A M A R I N D A Menimbang

Lebih terperinci

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH )

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH ) 1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH ) Memuat berlebihan tidak hanya memperpendek usia kendaraan anda, tetapi juga berbahaya, oleh sebab itu hindarkanlah. Berat muatan harus dibatasi oleh GVM ( berat kotor

Lebih terperinci

TIPS MUDIK DARI YAMAHA INDONESIA

TIPS MUDIK DARI YAMAHA INDONESIA PRESS RELEASE TIPS MUDIK DARI YAMAHA INDONESIA 10 August 2011 Image not found or type unknown JAKARTA - Hari Raya Lebaran kian dekat dan para pemudik pun siap-siap mudik untuk merayakannya bersama keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang sedang banyak digemari oleh masyarakat di indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah pengendara sepeda motor mengalami

Lebih terperinci

KRITIK ARSITEKTUR SIMPUL KEMACETAN DI JALAN MARGONDA RAYA, DEPOK JAWA BARAT

KRITIK ARSITEKTUR SIMPUL KEMACETAN DI JALAN MARGONDA RAYA, DEPOK JAWA BARAT KRITIK ARSITEKTUR SIMPUL KEMACETAN DI JALAN MARGONDA RAYA, DEPOK JAWA BARAT 1 Agung Wahyudi, 2 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma 1 agung_wyd@staff.gunadarma.ac.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. (On-line),  (29 Oktober 2016). 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh era globalisasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara di masa kini tidak dapat terelakkan dan sudah dirasakan akibatnya, hampir di semua negara,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-12-04-04-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL BUS MITSUBISHI L 300 P-2669-U MENABRAK DARI BELAKANG (REAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Simpang Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), simpang adalah tempat berbelok atau bercabang dari yang lurus. Persimpangan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RAMBU RAMBU, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DALAM WILAYAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ),

Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ), Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ), UULLAJ No 22 Thn 2009 16-05-2010 01:30:47 1. Setiap Orang Mengakibatkan gangguan pada : fungsi rambu lalu lintas, Marka Jalan, Alat pemberi isyarat lalu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G PENYELENGGARAAN LALU LINTAS JALAN DENGAN RACHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah diatur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepatuhan hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum, dalam budaya hukum dapat dilihat dari tradisi perilaku masyarakat kesehariannya yang sejalan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi, BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara Menurut Khisty dan Lall (2005) pengemudi yang baik tidak harus memiliki keahlian khusus. Uji fisik dan psikologis dapat dengan

Lebih terperinci

TEKNIK LALU LINTAS EKONOMI KEGIATAN PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG POL KAM KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK

TEKNIK LALU LINTAS EKONOMI KEGIATAN PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG POL KAM KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK TEKNIK LALU LINTAS KEGIATAN EKONOMI SOSBUD POL KAM PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK PERGERAKAN ALAT ANGKUTAN LALU LINTAS (TRAFFICS) Rekayasa

Lebih terperinci

15. Teknik Pengoperasian Kendaraan Rapid Intervention Vehicle Type IV / Rescue Tender

15. Teknik Pengoperasian Kendaraan Rapid Intervention Vehicle Type IV / Rescue Tender 15. Teknik Pengoperasian Kendaraan Rapid Intervention Vehicle Type IV / Rescue Tender Modul Diklat Basic PKP-PK 15.1 Prosedur pengoperasian Rapid Intervention Vehicle Type IV 15.1.1 Sebelum mesin kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Keselamatan jalan adalah upaya dalam penanggulangan kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan maupun pengemudi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Inspeksi Keselamatan Jalan Tingginya angka lalu lintas, maka salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecelakaan adalah dengan melakukan Inspeksi Keselamatan Jalan.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 44 TAHUN 1993 (44/1993) Tanggal : 14 JULI 1993 (JAKARTA) Sumber : LN 1993/64; TLN NO.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

KUEISONER PENELITIAN PENERAPAN SAFETY RIDING PENGGUNA SEPEDA MOTOR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016

KUEISONER PENELITIAN PENERAPAN SAFETY RIDING PENGGUNA SEPEDA MOTOR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016 Selamat Pagi/Siang/Sore, KUEISONER PENELITIAN PENERAPAN SAFETY RIDING PENGGUNA SEPEDA MOTOR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016 Saya Septy Chairunisya mahasiswa S1 FIKES UEU Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA Nomor : B-373/E/Epl/8/1993 Sifat : - Lampiran : 1 (satu) expl Perihal : Penyelesaian tindak pidana sebagaimana diatur dalam UU No. 14/1992 dan Konsep Tabel Jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAU PUSTAKA. jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan

BAB II TINJAU PUSTAKA. jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan BAB II TINJAU PUSTAKA 2.1 Simpang (Hendarto dkk,2001), Persimpangan adalah daerah di mana dua atau lebih jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

Lebih terperinci

Cara menguasai kopling saat mengemudi mobil transmisi manual

Cara menguasai kopling saat mengemudi mobil transmisi manual Cara menguasai kopling saat mengemudi mobil transmisi manual Mengemudi mobil dengan transmisi manual bagi sebagian pengemudi terutama pemula yang baru belajar nyetir merupakan hal yang sulit. Meskipun

Lebih terperinci