MANAJEMEN SIMPANAN POKOK KHUSUS SEBAGAI SALAH SATU SUMBER MODAL DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS PINCURAN BONJO PAYAKUMBUH SUMATERA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN SIMPANAN POKOK KHUSUS SEBAGAI SALAH SATU SUMBER MODAL DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS PINCURAN BONJO PAYAKUMBUH SUMATERA BARAT"

Transkripsi

1 MANAJEMEN SIMPANAN POKOK KHUSUS SEBAGAI SALAH SATU SUMBER MODAL DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS PINCURAN BONJO PAYAKUMBUH SUMATERA BARAT Rezi Ferina 1 Raeza Firsta Wisra 2 RINGKASAN Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui sumber modal yang ada pada Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Pincuran Bonjo, mengetahui manajemen yang dilakukan terhadap Simpanan Pokok Khusus sebagai salah satu sumber modal di LKMA Pincuran bonjo dan untuk mengetahui bagaimana prosedur yang dilakukan dalam menghimpun Simpanan Pokok Khusus. Pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2016 sampai dengan tanggal 20 Mei Kegiatan ini bertempat di Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Pincuran Bonjo, Kelurahan Padang Alai Bodi, Kecamatan Payakumbuh Timur, Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Topik yang dibahas dalam artikel ini yaitu mengenai Simpanan Pokok Khusus sebagai salah satu sumber modal. Simpanan Pokok Khusus merupakan salah satu sumber modal di LKMA Pincuran Bonjo. Simpanan Pokok Khusus adalah simpanan yang diwajibkan kepada calon anggota berupa lembaran sertifikat yang menjadi salah satu syarat untuk menjadi anggota. Manajemen yang dilakukan terhadap Simpanan Pokok Khusus akan menjadi kunci utama dalam keberhasilan operasional LKMA Pincuran Bonjo, karena sama-sama diketahui bahwa modal yang ada pada suatu perusahaan akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya aktivitas suatu perusahaan. Kata Kunci : Manajemen, Modal, Simpanan Pokok Khusus, LKMA 1 Mahasiswa Program Studi Agribisnis BP , Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh 2 Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh 1

2 PENDAHULUAN a. Latar Belakang Dalam menjalankan aktifitasnya setiap perusahaan selalu membutuhkan sejumlah dana atau biasa disebut modal. Menurut Bambang Riyanto (2008) pengertian modal secara klasik yaitu sebagai hasil produksi yang dipergunakan untuk produksi lebih lanjut. Perusahaan memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung jenis usaha yang dijalankan. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) adalah salah satu lembaga keuangan yang menyediakan sumber modal bagi petani. Salah satu LKMA yang sudah berdiri yaitu LKMA Pincuran Bonjo yang berada di Kelurahan Padang Alai Bodi, Kecamatan Payakumbuh Timur, Kota Payakumbuh. LKMA Pincuran Bonjo juga memiliki beberapa sumber dana, sumber dana di LKMA Pincuran Bonjo yaitu : Modal Sendiri, Modal Hutang dan Modal Penyertaan. Modal sendiri adalah modal dasar LKMA Pincuran Bonjo yang diperoleh dari simpanan saham yang terdiri dari : Simpanan Pokok, Simpanan wajib, dan Simpanan Pokok khusus atau lebih dikenal dengan saham (Bab III Standar Operasional Prosedur Pengelolaan Usaha LKMA Pincuran Bonjo). Simpanan Pokok Khusus adalah simpanan yang diwajibkan kepada calon anggota berupa lembaran sertifkat yang menjadi salah satu syarat untuk menjadi anggota, dimana setiap calon anggota dapat menjadi anggota jika telah memiliki minimal satu lembar Simpanan Pokok Khusus. Simpanan Pokok Khusus sebagai salah satu sumber modal yang ada di LKMA Pincuran Bonjo perlu dilakukannya manajemen yang baik. Manajemen yang dilakukan terhadap Simpanan Pokok Khusus akan menjadi kunci utama dalam keberhasilan operasional LKMA Pincuran Bonjo, karena sama-sama diketahui bahwa modal yang ada pada suatu perusahaan akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya aktivitas suatu perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, penulis memilih untuk membahas lebih lanjut terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan manajemen simpanan pokok khusus yang ada pada Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Pincuran Bonjo, maka Manajemen Simpanan Pokok Khusus Sebagai Salah Satu Sumber Modal di Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Pincuran Bonjo Payakumbuh Sumatera Barat dipilih sebagai judul dalam penulisan artikel. b. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui sumber modal yang ada pada Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Pincuran Bonjo. 2. Untuk mengetahui manajemen yang dilakukan terhadap Simpanan Pokok Khusus sebagai salah satu sumber modal di LKMA Pincuran bonjo. 3. Untuk mengetahui bagaimana prosedur yang dilakukan dalam menghimpun Simpanan Pokok Khusus. METODE PELAKSANAAN a. Tempat dan Waktu Pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2016 sampai dengan tanggal 20 Mei Kegiatan ini bertempat di Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Pincuran Bonjo, Kelurahan Padang Alai Bodi, Kecamatan Payakumbuh Timur, Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. 2

3 b. Ruang Lingkup Topik yang dibahas dalam artikel ini yaitu mengenai Simpanan Pokok Khusus sebagai salah satu sumber modal. Simpanan Pokok Khusus adalah simpanan yang diwajibkan kepada calon anggota berupa lembaran sertifikat yang menjadi salah satu syarat untuk menjadi anggota di LKMA Pincuran Bonjo. c. Teknik Pengumpulan Data Wawancara Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk penyusunan artikel yaitu dengan melakukan tatap muka dan tanya jawab langsung dengan orang-orang yang ada di lokasi seperti pengurus, anggota dan karyawan. Observasi Observasi ini dilakukan dengan mengikuti kegiatan magang yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan ketentuan dan batasan-batasan yang harus diikuti dengan baik di LKMA Pincuran Bonjo, sehingga penulis dapat berinteraksi secara langsung. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Lahirnya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Pincuran Bonjo (LKMA) Pincuran Bonjo ini berawal dari beberapa orang petani penggarap yang berdomisili di Kelurahan Padang Alai Kecamatan Payakumbuh Timur, tahun 2004 mereka mencoba menumpang hidup di hamparan lahan rawa yang berlokasi dibagian Timur Kelurahan Padang Alai berbatasan langsung dengan Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat. Hamparan lahan rawa tersebut mereka kenal dengan nama areal baliak mayang. Lahan tersebut kemudian ditanami dengan komoditi sayur seperti kacang panjang, terung dan mentimun. Dalam beberapa kali musim tanam ternyata lahan tersebut sangat cocok ditanami dengan sayuran mentimun. Lahan yang semula tidak produktif, sudah dapat ditanami dan berproduksi dengan baik. Melihat keberhasilan tersebut, banyak petani penggarap lainnya yang bergabung dalam mengelola lahan dihamparan baliak mayang. Pertengahan November 2007, dari hasil musyawarah yang dilakukan oleh petani dengan melihat kondisi yang ada, maka timbul niat untuk membuat kelompok tani dengan nama kelompok tani baliak mayang. Nama ini sesuai dengan nama hamparan lahan tempat para petani bercocok tanam. Sejalan dengan itu, untuk mengatasi permasalahan pemasaran, maka sesama anggota mengumpulkan uang dan uang tersebut digunakan untuk menyewa rumah penduduk yang tidak berpenghuni sebagai tempat menampung hasil produksi. Oleh sebab itu, maka berdirilah sebuah gudang penjualan yang dikenal dengan nama Sub Terminal Agribisnis (STA) Baliak Mayang. Sub Terminal Agribisnis yang didirikan memberikan dampak yang positif bagi pendapatan petani. Permintaan akan sayuran ke STA Baliak Mayang semakin meningkat. Pada tanggal 15 Februari 2008 Kelompok Tani Baliak Mayang bekerjasama dengan Kelompok Tani Ujung Pandang dan Kelompok Tani Sei Baih yang kemudian menjadi gabungan kelompok tani (gapoktan) yang diberi nama Kelompok Tani Tigo Sapilin membentuk sebuah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LMKA) dengan nama Pincuran Bonjo. Pincuran Bonjo ini didasarkan atas nama mata air yang terus mengeluarkan air walaupun pada saat musim kering, mata air ini terletak didaerah Baliak Mayang. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Pincuran Bonjo memiliki badan hukum pada tanggal 3 juni 2008 No. 29/BH/KUMK-PYK/VI/2008. Badan hukum dari LKMA ini merupakan badan 3

4 hukum koperasi, karena untuk badan hukum khusus LKMA sendiri belum ada diterapkan oleh pemerintah. LKMA Pincuran Bonjo dijadikan sebagai induk organisasi dengan unit-unitnya yaitu unit pemasaran (STA Baliak Mayang dan Kios Saprodi), unit budidaya (Kelompok Tani Baliak, Kelompok Tani Ujuang Padang, Kelompok Tai Sei Baih, Kelompok Tani Ternak Subur Jaya, Kelompok Wanita Tani Bunga Setangkai, Kelompok Wanita Tani Melati), Unit Pupuk Organik, Unit Sarana dan Prasarana, Unit Penggalangan Dana. Setelah membentuk STA dan LKMA, anggota kelompok tani juga membentuk kegiatan P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya). Peranan P4S sangat penting untuk meningkatkan kualitas petani dengan memberikan penambahan pengetahuan dan keterampilan, sehingga hasil budidaya juga akan semakin meningkat. Pelatihan tidak hanya diberikan kepada kelompok tani saja, namun juga kepada instansi lain yang menginginkan. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh LKMA Pincuran Bonjo terdiri atas beberapa kegiatan : 1. Simpanan Simpanan Masyarakat (Simas) Simpanan pendidikan (Sipen) Simpanan Idul Fitri (Sidufi) Simpanan Ibu Hamil (Sibumil) Simpanan Kenduri (Sikendur) Simpanan Qurban (Siaqur) Simpanan Berjangka (Siska) Simpanan penagihan gadai (Sipandai) Simpanan wajib pinjaman 2. Pembiayaan (Pinjaman) Pembiayaan merupakan jenis usaha yang memberikan layanan atau jasa pinjaman kepada anggota LKMA Pincuran Bonjo sebagai modal usaha. Jumlah pinjaman yang diberikan maksimal Rp ,-. Adapun jenis dari produk pembiayaan yang dimiliki yaitu: Al-Mudharabah (Bagi hasil/basil) Pembiayaan berjangka 3. Budidaya Budidaya yang dimiliki oleh LKMA Pincuran Bonjo berasal dari kelompok tani yang tergabung di LKMA. 4. P4S (Pusat pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya) P4S merupkan lembaga pendidikan dan pelatihan dibidang pertanian dan perdesaan yang dimilliki dan dikelola oleh LKMA Pincuran Bonjo uyang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani. 5. Kios Saprodi LKMA Pincuran Bonjo memiliki unit kios saprodi yang menjual berbagai macam kebutuhan sarana produksi pertanian seperti benih berbagai sayuran, pupuk kimia dan juga menyediakan pupuk organik seperti kompos. 6. Sub Terminal Agribisnis Unit STA yang dimiliki oleh LKMA Pincuran Bonjo ini diberi nama STA Baliak Mayang. STA Baliak Mayang merupakan tempat pemasaran hasil komoditi pertanian yang dibudidayakan oleh kelompok tani yang tergabung di LKMA Pincuran Bonjo. b. Pembahasan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Pincuran Bonjo dulunya merupakan lembaga pemupukan modal petani. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Pincuran Bonjo mempunyai sumber modal yaitu: Dana PUAP, Hibah, Simpanan Pokok, Simpanan wajib, Simpanan Pokok Khusus, Modal Cadangan, Sisa Hasil Usaha dan Simpanan Wajib Usaha. 1. Dana PUAP PUAP merupakan program kementerian bagi petani di pedesaan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan 4

5 dengan memberikan fasilitas bantuan modal usaha untuk petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang salah satu tujuannya yaitu memberikan kepastian akses pembiayaan kepada petani anggota Gapoktan. Pada LKMA Pincuran Bonjo besar dana PUAP yang diterima yaitu sebesar Rp ,- 2. Hibah Hibah adalah bantuan, sumbangan atau pemberian cuma cuma yang tidak mengharapkan pengembalian atau pembalasan dalam bentuk apapun. 3. Simpanan Pokok Simpanan pokok adalah jumlah nilai uang tertentu yang sama banyaknya yang diwajibkan kepada anggota pada waktu masuk menjadi anggota. Pada LKMA Pincuran Bonjo simpanan pokok yang wajib dibayarkan oleh calon anggota yaitu sebesar Rp / anggota. 4. Simpanan Wajib Simpanan wajib yaitu simpanan yang diwajibkan pada anggota setiap pertemuan. Besar simpanan wajib pada LKMA Pincuran Bonjo yaitu Rp / anggota. Yang mana pertemuan dilakukan 1 kali 15 hari yaitu pada tanggal 1 dan 15 setiap bulannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa besar simpanan wajib pada LKMA Pincuran Bonjo yaitu Rp / bulan. 5. Simpanan Pokok Khusus Simpanan pokok khusus adalah simpanan yang diwajibkan kepada calon anggota berupa lembaran sertifkat yang menjadi salah satu syarat untuk menjadi anggota. 6. Modal cadangan Cadangan dinyatakan sebagai kekayaan yang dicadangkan untuk menutupi kerugian, sehingga tidak dibagikan di antara anggota, sedangkan cadangan itu sendiri ada atau timbul karena penyisihan dari Sisa Hasil Usaha koperasi yang bersangkutan. Pada LKMA Pincuran Bonjo besar modal cadangan yaitu 27% dari sisa hasil usaha (SHU). Yang mana dana modal cadangan ini berguna untuk penambah modal dan menutupi kerugian dalam pinjaman. 7. Sisa hasil usaha Pada LKMA Pincuran Bonjo laba juga disebut sebagai Sisa Hasil Usaha (SHU). Pada LKMA Pincuran Bonjo, persentasi pembagian SHU adalah sebagai berikut : 27% = Cadangan 21% = Jasa Pinjaman 25% = Simpanan 10% = Pengurus 7% = Pengawas 4% = Dana Pendidikan 2% = Kesejahteraan pegawai 2% = Dana Sosial 2% = Pembangunan Daerah 8. Simpanan Wajib Usaha Simpanan wajib usaha merupakan salah satu modal LKMA Pincuran Bonjo yang mana simpanan ini baru diadakan pada tahun Simpanan wajib usaha ini besarnya yaitu 10% dari simpanan wajib pinjaman dan dihitung per tahun. Pada suatu perusahaan, baik yang usahanya sudah besar maupun masih dalam skala yang kecil manajemen sangat penting untuk diterapkan. Karena pada dasarnya manajemen itu penting, sebab : perusahaan akan berhasil baik, jika manajemen mampu diterapkan dengan baik. Manjemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki, manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan pemborosan dan manajemen dapat mencapai suatu tujuan dengan teratur serta manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan. Simpanan Pokok Khusus merupakan salah satu sumber modal di LKMA Pincuran Bonjo. Simpanan Pokok Khusus ini pada LKMA Pincuran Bonjo adalah simpanan yang diwajibkan kepada calon anggota berupa lembaran sertifkat 5

6 yang menjadi salah satu syarat untuk menjadi anggota, dimana setiap calon anggota dapat menjadi anggota jika telah memiliki minimal satu lembar Simpanan Pokok Khusus, hal ini sesuai dengan Anggaran Dasar Bab XIV Pasal 42 ayat 3, bahwa : Simpanan Pokok Khusus merupakan simpanan yang diwajibkan pada anggota koperasi yang ditetapkan sebesar Rp ,-. Adapun ketentuan mengenai Simpanan Pokok Khusus adalah sebagai berikut : Setiap calon anggota dapat menjadi anggota jika telah memiliki minimal satu lembar Simpanan Pokok Khusus. Sesuai dengan Anggaran Dasar Bab XIV Pasal 42 ayat 3, bahwa : Simpanan Pokok Khusus merupakan simpanan yang diwajibkan pada anggota koperasi yang ditetapkan sebesar Rp ,-. Satu orang pemegang lembaran Simpanan Pokok Khusus hanya memiliki satu hak suara dengan kata lain jumlah saham yang dimiliki tidak menambah hak suara. Jika anggota mengundurkan diri atau berhenti, lembar Simpanan Pokok Khusus tidak dapat diuangkan, namun dapat dipindah tangankan kepada orang lain. Masyarakat yang bukan anggota dapat membeli lembaran Simpanan Pokok Khusus namun hak dan kewajiban tidak sama dengan anggota. Jasa Simpanan Pokok Khusus diberikan berupa pembagian SHU, yang mana perhitungan bagi hasil Simpanan Pokok Khusus adalah 60% dari total jasa simpanan anggota. Untuk seseorang yang ingin menjadi anggota dari LKMA Pincuran Bonjo atau dengan kata lain calon anggota, diwajibkan untuk membeli minimal satu lembar Simpanan Pokok Khusus. Simpanan Pokok Khusus ini tidak hanya dilakukan oleh anggota dari LKMA Pincuran Bonjo, namun juga bisa dilakukan oleh masyarakat di luar LKMA Pincuran Bonjo. Dengan demikian Simpanan Pokok Khusus ini berasal dari anggota dan bukan anggota LKMA Pincuran Bonjo. Saat ini sudah 199 orang tercatat sebagai penanam modal dalam bentuk Simpanan Pokok Khusus di LKMA Pincuran Bonjo. Yang mana 195 orang merupakan anggota dari LKMA Pincuran Bonjo dan 4 orang bukan merupakan anggota dari LKMA Pincuran Bonjo. Total Simpanan Pokok Khusus sampai pada bulan April 2016 adalah sebesar Rp ,-, yang mana besar Simpanan Pokok Khusus ini adalah 8,9% dari total modal yang ada di LKMA Pincuran Bonjo. Untuk melihat manajemen yang diterapkan pada Simpanan Pokok Khusus ini dapat diketahui melalui pelaksanaan empat fungsi manajemen yaitu : Planning, organizing, actuating, dan controlling. 1. Perencanaan (Planning) Pada Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Pincuran Bonjo penerapan fungsi perencanaan untuk Simpanan Pokok Khusus dilakukan dengan cara menerima masukan dari pihak terkait yang terdiri dari seluruh pengurus, pengawas, pembina serta manajer, kemudian dilakukan suatu rapat yang nantinya akan menghasilkan suatu keputusan, yang mana keputusan tersebut akan dijadikan perencanaan untuk masa yang akan datang. Rapat ini dilaksanakan satu kali dalam satu tahun. Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai rencana untuk simpanan pokok khusus. Perencanaan yang dilakukan LKMA Pincuran Bonjo untuk Simpanan Pokok Khusus adalah : LKMA Pincuran Bonjo merencanakan kenaikan jumlah anggota 10% dari jumlah anggota tahun sebelumnya. 6

7 LKMA Pincuran Bonjo merencanakan dalam satu tahun akan ada minimal 5 lembar simpanan pokok khusus yang akan terjual atau dibeli oleh calon anggota, baik itu calon anggota yang berasal dari dalam lingkungan LKMA Pincuran Bonjo maupun di luar lingkungan LKMA Picuran Bonjo. LKMA Pincuran Bonjo merencanakan akan lebih mengoptimalkan sosialisasi dalam hal memperkenalkan tentang LKMA Picuran Bonjo dan Simpanan Pokok Khusus kepada masyarakat luas. 2. Pengorganisasian (Organizing) Fungsi pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber - sumber yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat dilaksanakan dengan berhasil. Pada LKMA Pincuran Bonjo fungsi pengorganisaian yang diterapkan dalam manajemen Simpanan Pokok Khusus yaitu : a. Manejer b. Seksi penggalang dana c. Pembinaan anggota 3. Pelaksanaan (Actuating) Fungsi pelaksanaan yang dilakukan oleh LKMA Pincuran Bonjo yaitu : a. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi ini dilakukan ketika ada pertemuan dengan masyarakat seperti di mesjid pada saat pelaksanaan sholat jumat atau pada acara - acara besar lainnya yang dilaksanakan di sekitar lingkungan LKMA Pincuran Bonjo. Selain itu sosialisasi juga dilakukan di luar lingkungan LKMA Pincuran Bonjo dengan cara mengunjungi lansung orang orang yang dirasa berminat untuk menanamkan modalnya di LKMA Pincuran Bonjo. b. Mendatangi kantor kantor seperti kantor kelurahan, kantor kecamatan, puskesmas dan sekolah sekolah. c. Melakukan promosi. Promosi ini dilakukan ketika ada kunjungan ke LKMA Pincuran Bonjo, seperti kunjungan magang mahasiswa misalnya atau kunjungan dari berbagai instansi. Setelah itu, fungsi pelaksanaan yang juga dilakukan oleh LKMA Pincuran Bonjo untuk Simpanan Pokok Khusus setelah melakukan sosialisasi dan promosi adalah sebagai berikut : a. Petugas LKMA Pincuran Bonjo mengumpulkan biodata dari masyarakat atau calon anggota. b. Biodata yang sudah diberikan oleh masyarakat atau calon anggota, selanjunya akan disimpan dan dilakukan pengentrian ke komputer oleh petugas pembukuan LKMA Pincuran Bonjo. c. Petugas LKMA Pincuran Bonjo mempersiapkan lembaran sertifikat Simpanan Pokok Khusus sebagai bukti penyertaan modal di LKMA Pincuran Bonjo. d. Lembaran serifikat Simpanan Pokok Khusus yang telah dipersiapkan, kemudian diberikan kepada mereka yang telah melakukan penyertaan modal di LKMA Pincuran Bonjo dan menandatangani daftar penerimaan tanda bukti Simpanan Pokok Khusus. 7

8 Gambar 1. Simpanan Pokok Khusus Gambar 2. Bukti Penerimaan 4. Pengawasan (Controlling) Pada LKMA Pincuran Bonjo fungsi pengawasan untuk manajemen Simpanan Pokok Khusus diawasi atau dikontrol lansung oleh ketua dan badan pengawas dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini ketua dan badan pengawas melakukan pengawasan lansung terkait bagaimana pengelolaan terhadap Simpanan Pokok Khusus. Pengawasan untuk Simpanan Pokok Khusus ini dilakukan setiap 3 bulan sekali. Dalam pengawasan yang dilakukan akan dilihat apakah yang direncanakan sudah berjalan dengan baik, kemudian bagaimana hasilnya. Apabila dalam pelaksanaan ditemukan kesalahan, penyimpangan dan tidak kesesuaian maka badan pengawas akan memberikan peringatan kepada orang atau pihak pihak yang bertanggung jawab dalam mengelolah Simpanan Pokok Khusus. Pada LKMA Pincuran Bonjo, pengawasan juga dilakukan oleh semua anggota tentang bagaimana kinerja dari LKMA Pincuran Bonjo. Pengawasan dilakukan pada saat rapat rutin yaitu pada tanggal 1 dan 15 setiap bulannya. Pada rapat yang dilaksanakan tersebut kegiatan yang dilakukan yaitu melaporkan kondisi keuangan LKMA Pincuran Bonjo dalam satu bulan, setelah itu dilanjutkan dengan membahas permasalahan permasalahan yang terjadi di LKMA Pincuran Bonjo serta mencari solusi secara bersama sama. Dengan pelaksanaan rapat rutin ini, maka secara tidak lansung LKMA Pincuran Bonjo sudah melaksanakan pengawasan terhadap jalannya operasional dari LKMA Pincuran Bonjo. Manajemen Simpanan Pokok Khusus ini dilakukan dengan menerapkan empat fungsi manajemen yaitu : perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Melalui penerapan empat fungsi manajemen ini diharapkan LKMA Pincuran Bonjo mampu lebih baik lagi dalam memanfaatkan modal (uang) supaya lebih berdaya guna sehingga tujuan untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi agribisnis yang berorientasi pada kesejahteraan anggota dan lingkungan masyarakat yang umumnya adalah petani dapat dicapai. Cara Menghimpun Simpanan Pokok Khusus di Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Pincuran Bonjo Dalam menghimpun dan mengumpulkan Simpanan Pokok Khusus, LKMA Pincuran Bonjo melakukan dua cara sebagai berikut : a. Melakukan sosialisasi di dalam lingkungan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Pincuran Bonjo. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan disaat ada kunjungan dari pihak luar ke LKMA Pincuran Bonjo. Dalam kunjungan tersebut pihak LKMA Pincuran Bonjo memperkenalkan tentang Simpanan Pokok Khusus. b. Melakukan sosialisasi di luar lingkungan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Pincuran Bonjo. Sosialisasi ini dilakukan dengan cara mengunjungi orang orang yang 8

9 dirasa berminat untuk menanamkan modal di LKMA Pincuran Bonjo, baik itu orang perorangan ataupun mereka yang memiliki usaha. Selain itu sosialisasi ini juga dilakukan dengan mengunjungi berbagai instansi pemerintah. Hak Sebagai Pemegang Lembaran Sertifikat Simpanan Pokok Khusus di Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Pincuran Bonjo 1. Hak yang diterima jika sebagai anggota dari LKMA Pincuran Bonjo Jika mereka pemegang lembaran Simpanan Pokok Khusus yang berstatus sebagai anggota, maka mereka berhak atas : a. Semua fasilitas dan sarana sarana yang ada di LKMA Pincuran Bonjo, seperti pembiayaan dan simpan pinjam. b. Mendapatkan SHU yaitu sebesar 60% dari total jasa simpanan anggota. 2. Hak yang diterima jika bukan anggota dari LKMA Pincuran Bonjo Untuk mereka yang berstatus bukan anggota dari LKMA Pincuran Bonjo, mereka tidak dapat menikmati fasilitas dan sarana yang ada di LKMA Pincuran Bonjo, melainkan mereka hanya mendapatkan SHU. SHU yang didapatkan ini sama besarnya dengan mereka yang berstatus sebagai anggota yaitu sebesar 60% dari total jasa simpanan. Perhitungan Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) Untuk Simpanan Pokok Khusus di Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Pincuran Bonjo Pada LKMA Pincuran Bonjo persentasi pembagian Sisa Hail Usaha (SHU) secara umum adalah sebagai berikut : 27% = Cadangan 21% = Jasa Pinjaman 25% = Simpanan 10% = Pengurus 7% = Pengawas 4% = Dana Pendidikan 2% = Kesejahteraan pegawai 2% = Dana Sosial 2% = Pembangunan Daerah Contoh Perhitungan SHU : - Pendapatan Rp Biaya Rp SHU Pajak Rp Pajak Rp SHU Bersih Rp Masukan ke : 27% x ,- = ,- 21% x ,- = ,- 25% x ,- = ,- 10% x ,- = ,- 7% x ,- = ,- 4% x ,- = ,- 2% x ,- = ,- 2% x ,- = ,- Dari perhitungan di atas juga bisa dihitung SHU untuk Simpanan Pokok Khusus. Untuk Simpanan Pokok Khusus besar SHU yang diberikan yaitu sebesar 60%. Ini bisa dilihat pada contoh perhitungan berikut : Simpanan pokok khusus : 60% x total jasa simpanan Simpanan pokok khusus : 60% x = Dari perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa besar sisa hasil usaha untuk simpanan pokok khusus adalah sebesar 60% dari total jasa simpanan. Bagi hasil 60% yang diberikan oleh LKMA 9

10 Pincuran Bonjo ini menjadi salah satu motivasi bagi masyarakat untuk melibatkan dirinya menjadi bagian dari LKMA Pincuran Bonjo. Semakin banyak orang yang ingin melibatkan diri dalam LKMA Pincuran Bonjo, semakin besar modal yang akan tersedia. Semakin besar modal, maka semakin besar perekonomian bisa di tingkatkan. luar lingkungan LKMA Pincuran Bonjo. DAFTAR PUSTAKA Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan. Edisi 4. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta. KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan artikel Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) maka dapat disimpulkan : 1. Sumber modal Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Pincuran Bonjo adalah dana PUAP, hibah, simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan pokok khusus, modal cadangan, simpanan wajib usaha dan sisa hasil usaha. 2. Manajemen simpanan pokok khusus ini dilakukan dengan menerapkan empat fungsi manajemen, yaitu : planning, organizing, actuating, controling. Melalui penerapan empat fungsi manajemen ini diharapkan LKMA Pincuran Bonjo mampu lebih baik lagi dalam memanfaatkan modal (uang) supaya lebih berdaya guna sehingga tujuan untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi agribisnis yang berorientasi pada kesejahteraan anggota dan lingkungan masyarakat yang umumnya adalah petani dapat dicapai. 3. Cara menghimpun dan mengumpulkan simpanan pokok khusus pada LKMA Pincuran Bonjo dilakukan menggunakan dua cara yaitu melakukan sosialisasi di dalam lingkungan LKMA Pincuran Bonjo dan sosialisasi ke pada masyarakat di 10

Bauran Pemasaran Terung ungu (Solanum melogena L.) di STA Baliak Mayang Unit LKMA Pincuran Bonjo

Bauran Pemasaran Terung ungu (Solanum melogena L.) di STA Baliak Mayang Unit LKMA Pincuran Bonjo Bauran Pemasaran Terung ungu (Solanum melogena L.) di STA Baliak Mayang Unit LKMA Pincuran Bonjo Lisa Dwi Nofrita 1 Raeza Firsta Wisra 2 RINGKASAN Terung ungu (Solanum melongena L.) merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman menuntut semua lapisan masyarakat harus turut

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman menuntut semua lapisan masyarakat harus turut I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman menuntut semua lapisan masyarakat harus turut bersaing untuk meningkatkan taraf hidup agar dapat memenuhi kebutuhankebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI SAYUR KACANG PANJANG PADA STA BALIAK MAYANG UNIT LKM-A PINCURAN BONJO. Mira Embun Dini 1 Hidayat Raflis 2

MANAJEMEN PRODUKSI SAYUR KACANG PANJANG PADA STA BALIAK MAYANG UNIT LKM-A PINCURAN BONJO. Mira Embun Dini 1 Hidayat Raflis 2 MANAJEMEN PRODUKSI SAYUR KACANG PANJANG PADA STA BALIAK MAYANG UNIT LKM-A PINCURAN BONJO Mira Embun Dini 1 Hidayat Raflis 2 Abstrak Manajemen dalam kegiatan produksi berkaitan dengan pengelolaan faktor-faktor

Lebih terperinci

Evaluasi Implementasi dan Perlakuan Akuntansi Syariah (Studi Kasus pada Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Pincuran Bonjo, Sumatera Barat)

Evaluasi Implementasi dan Perlakuan Akuntansi Syariah (Studi Kasus pada Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Pincuran Bonjo, Sumatera Barat) Evaluasi Implementasi dan Perlakuan Akuntansi Syariah (Studi Kasus pada Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Pincuran Bonjo, Sumatera Barat) Winahyu Ratu Fitria, Miranti Kartika Dewi Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA TEGALMULYO KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA TEGALMULYO KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN PENDAHULUAN ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN PENDAHULUAN Organisasi ekonomi perdesaan menjadi bagian penting sekaligus masih menjadi titik lemah dalam rangka

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Terminal Agribisnis Baliak Mayang adalah kepercayaan antara petugas Sub

BAB IV PENUTUP. Terminal Agribisnis Baliak Mayang adalah kepercayaan antara petugas Sub BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Kepercayaan antar aktor yang ditemukan pada pembangunan Sub Terminal Agribisnis Baliak Mayang adalah kepercayaan antara petugas Sub Terminal Agribisnis Baliak Mayang dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN DALAM KOPERASI

MANAJEMEN DALAM KOPERASI MANAJEMEN DALAM KOPERASI APA ITU MANAJEMEN? Pemahaman konsep manajemen tidak dapat dipisahkan dari pemahaman konsep organisasi. Organisasi adalah tempat orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Lestari (2005:47) meneliti tentang: Pengaruh modal terhadap sisa hasil usaha KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah positif,

Lebih terperinci

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015 No.257, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KUKM. USP oleh Koperasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 /PER/M.KUKM/ II /2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih banyak menghadapi permasalahan diberbagai bidang seperti ekonomi, sosial, hukum, politik dan bidang-bidang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

Pengelolaan Keuangan. Permodalan. Modal Sendiri

Pengelolaan Keuangan. Permodalan. Modal Sendiri Pengelolaan Keuangan 3 Permodalan Berhasil tidaknya suatu koperasi sangat tergantung pada pengelolaan keuangannya. Pengelolaan keuangan mencakup sumber pendanaan dan penggunaan modal koperasi. Banyak koperasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR : 01 TAHUN 2014 T E N T A N G PERUSAHAAN DAERAH PANRANNUANGKU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR : 01 TAHUN 2014 T E N T A N G PERUSAHAAN DAERAH PANRANNUANGKU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR : 01 TAHUN 2014 T E N T A N G PERUSAHAAN DAERAH PANRANNUANGKU BUPATI TAKALAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR : 01 TAHUN 2014 T E N T A N G PERUSAHAAN DAERAH

Lebih terperinci

VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN

VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN 6.1. Perkembangan Program PUAP Program PUAP berlangsung pada tahun 2008 Kabupaten Cianjur mendapatkan dana PUAP untuk 41 Gapoktan, sedangkan yang mendapatkan

Lebih terperinci

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut:

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut: Overview Koperasi 1 Pendahuluan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (1) menyatakan perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam penjelasan pasal 33 ayat

Lebih terperinci

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi Oleh : Ade Permana (H34096001), Desy Kartikasari (H34096017), Devi Melianda P (H34096020), Mulyadi(H34096068)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) dimana sektor pertanian menduduki posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka BAB I PENDAHULUAN A. Later Belakang Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang berjuang dalam bidang ekonomi dengan menempuh jalan yang tepat dan mantap dengan tujuan membebaskan diri para anggotanya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. rahmat dan Karunia-Nya atas selesainya laporan PUM ini dengan judul Pemanfaatan

KATA PENGANTAR. rahmat dan Karunia-Nya atas selesainya laporan PUM ini dengan judul Pemanfaatan KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya atas selesainya laporan PUM ini dengan judul Pemanfaatan Tithonia Sebagai Pupuk Hijau Untuk

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Akuntansi Perkoperasian Sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial, koperasi memiliki perbedaan dengan bentuk perusahaan lainnya. Namun apabila dilihat dari kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan tingginya tingkat kemiskinanberhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Menurut Nasution (2008), beberapa masalah pertanian yangdimaksud

Lebih terperinci

Lampiran V Keanggotaan sukarela dan terbuka 2.50

Lampiran V Keanggotaan sukarela dan terbuka 2.50 1 Lampiran V Peraturan Deputi Bid Nomor : 02 /Pe Tanggal : 28 Ap Tentang : Pedoman No Indikator Kepatuhan Skor Bobot Total Skor I. PRINSIP KOPERASI 20.00 1. Keanggotaan sukarela dan terbuka Kepatuhan Koperasi

Lebih terperinci

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas).

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas). KOPERASI.. Nomor : 12 Pada hari ini, Kamis, tanggal 10-09-2015 (sepuluh September dua ribu lima belas). Pukul 16.00 (enam belas titik kosong-kosong) Waktu Indonesia Bagian Barat. ------- - Hadir dihadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan kesejahteraan nasional.

Lebih terperinci

Contoh laporan keuangan koperasi

Contoh laporan keuangan koperasi Contoh laporan keuangan koperasi Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya atas dasar prinsip koperasi dan kaidah ekonomi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DESA BANJARAN. BAB I ANGGOTA BUMDES Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DESA BANJARAN. BAB I ANGGOTA BUMDES Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DESA BANJARAN BAB I ANGGOTA BUMDES Pasal 1 1. Anggota BUMDES adalah warga masyarakat desa Banjaran Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan pertanian yang berbasis agribisnis dimasa yang akan datang merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan perubahan struktur ekonomi tidak bisa dipisahkan dari

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGELOLAAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA

ANGGARAN DASAR. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA ANGGARAN DASAR Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN JANGKA WAKTU Pasal 1 (1) Badan Usaha ini adalah koperasi Pekerja dan Pengusaha Media dengan nama Koperasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOPERASI SERAI SERUMPUN. berdasarkan hasil dari kesepakatan seluruh kepala sekolah SD di Kecamatan Tanjung Pura.

BAB II GAMBARAN UMUM KOPERASI SERAI SERUMPUN. berdasarkan hasil dari kesepakatan seluruh kepala sekolah SD di Kecamatan Tanjung Pura. BAB II GAMBARAN UMUM KOPERASI SERAI SERUMPUN A. Sejarah Singkat Koperasi Serai Serumpun Koperasi Serai Serumpun didirikan pada tanggal 17 September 1989. Koperasi ini berdiri berdasarkan hasil dari kesepakatan

Lebih terperinci

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X ekonomi KOPERASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang konsep dasar koperasi. 2. Memahami perhitungan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan gabungan pendekatan kualitatif deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan analisis ekonometrika. 3.2. Spesifikasi Model

Lebih terperinci

VI. PROFIL DAN DINAMIKA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KELURAHAN MAHARATU

VI. PROFIL DAN DINAMIKA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KELURAHAN MAHARATU 68 VI. PROFIL DAN DINAMIKA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KELURAHAN MAHARATU 6.1. Profil KUBE Suka Makmur KUBE Suka Makmur berada di Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru, berdiri

Lebih terperinci

koperasi, dilakukan oleh anggota secara demokratis One man one vote, dalam Rapat Anggota Tahunan koperasi

koperasi, dilakukan oleh anggota secara demokratis One man one vote, dalam Rapat Anggota Tahunan koperasi 1 Lampiran III Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Nomor : 02 /Per/Dep.6/IV/2017 Tanggal : 28 April 2017 Tentang : Pedoman Pengawasan Kepatuhan Koperasi No Indikator Kepatuhan Skor Bobot I. PRINSIP KOPERASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan nasional karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan sumber

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi di mana setiap manusia mampu mengkonsumsi pangan dan gizi secara seimbang untuk status gizi baik. Menurut UU Pangan No 7 tahun

Lebih terperinci

BAB II KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPRI) SERAI SERUMPUN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT

BAB II KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPRI) SERAI SERUMPUN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT BAB II KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPRI) SERAI SERUMPUN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT A. Sejarah Ringkas Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto Koperasi Ttani Sari Ngaglik sebagai pusat pelayanan perekonomian untuk menyalurkan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOPERASI KARYAWAN PT PEMERINGKAT EFEK INDONESIA (PEFINDO) KOPPEFINDO BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOPERASI KARYAWAN PT PEMERINGKAT EFEK INDONESIA (PEFINDO) KOPPEFINDO BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA KOPERASI KARYAWAN PT PEMERINGKAT EFEK INDONESIA (PEFINDO) KOPPEFINDO BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota KOPPEFINDO terdiri dari: a. Anggota Pendiri yaitu anggota yang tercatat di Anggaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rentabilitas 2.1.1 Pengertian Rentabilitas Koperasi tiap tahun diharuskan oleh undang-undang hukum dagang membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 116, 1992 (PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warganegara. Kesejahteraan. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang dilakukan oleh Fandy Adi Putra dengan judul Analisis Kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang dilakukan oleh Fandy Adi Putra dengan judul Analisis Kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tinjauan dari penelitian terdahulu yang dijadikan pertimbangan adalah penelitian yang dilakukan oleh Fandy Adi Putra dengan judul Analisis Kinerja Keuangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Untuk memudahkan dalam memahami tentang bahasan Modal Sendiri dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Untuk memudahkan dalam memahami tentang bahasan Modal Sendiri dan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Untuk memudahkan dalam memahami tentang bahasan Modal Sendiri dan Sisa Hasil Usaha, maka perlu di jelaskan melalui kajian pustaka.

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat. Dalam rangka mensejahterakan hidup masyarakat di Desa Pagerwojo yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang sangat beragam yang menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di Indonesia sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan. Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dalam penjelasannya

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan. Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dalam penjelasannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan. Pasal 33 Undang-Undang

Lebih terperinci

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL USAHA TANAMAN HIAS POT PADA USAHA CATLYA DECORATION DI P4S ASTUTI LESTARI KABUPATEN BANDUNG BARAT

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL USAHA TANAMAN HIAS POT PADA USAHA CATLYA DECORATION DI P4S ASTUTI LESTARI KABUPATEN BANDUNG BARAT ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL USAHA TANAMAN HIAS POT PADA USAHA CATLYA DECORATION DI P4S ASTUTI LESTARI KABUPATEN BANDUNG BARAT Fani Mutiara Putri 1 Riva Hendriani 2 RINGKASAN Tanaman hias

Lebih terperinci

5.00 a. Kepatuhan Koperasi dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan dan pengelolaan koperasi,

5.00 a. Kepatuhan Koperasi dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan dan pengelolaan koperasi, 1 Lampiran I Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Nomor : 02 /Per/Dep.6/IV/2017 Tanggal : 28 April 2017 Tentang : Pedoman Pengawasan Kepatuhan Koperasi I. PRINSIP KOPERASI 20.00 1. Keanggotaan sukarela dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 13.1/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 13.1/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 13.1/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SKIM PENDANAAN KOMODITAS KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA,

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, - 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN PETANI DAN KOMODITAS PERTANIAN JAGUNG DAN KEDELAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orangorang,

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orangorang, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerjasama demi kesejahteraan bersama. Berdasarkan UU No 12 tahun 1967, koperasi Indonesia adalah organisasi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM ASISTEN DEPUTI ORGANISASI DAN BADAN HUKUM KOPERASI PENDIRIAN KOPERASI

KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM ASISTEN DEPUTI ORGANISASI DAN BADAN HUKUM KOPERASI PENDIRIAN KOPERASI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM ASISTEN DEPUTI ORGANISASI DAN BADAN HUKUM KOPERASI PENDIRIAN KOPERASI Jakarta, 3 Maret 2018 LANDASAN HUKUM 1. UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. 2. PP No.4 Tahun 1994

Lebih terperinci

Badan Usaha dalam Perekonomian Nasional

Badan Usaha dalam Perekonomian Nasional Badan Usaha dalam Perekonomian Nasional Pengertian Manajemen Dari segi seni: Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui l ipekerjaan orang lain (Mary Parker Foller) 1 Pengertian Manajemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DESA PERTANIAN ORGANIK BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN

PENGEMBANGAN DESA PERTANIAN ORGANIK BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN PENGEMBANGAN DESA PERTANIAN ORGANIK BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN LATAR BELAKANG Kementerian Pertanian telah menetapkan Rencana Strategis tahun 2015 2019 melalui Peraturan Menteri Pertanian nomor 19/Permentan/HK.140/4/2015.

Lebih terperinci

ASPEK PERMODALAN RASIO MODAL SENDIRI TERHADAP TOTAL ASET. Modal Sendiri. Total Aset

ASPEK PERMODALAN RASIO MODAL SENDIRI TERHADAP TOTAL ASET. Modal Sendiri. Total Aset Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam (KSP/USP) Koperasi haruslah dikelola agar sehat sehingga meningkatkan citra dan kredibilitas kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi sebagai lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Rudianto (2015:3), Koperasi adalah perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

Definisi Koperasi adalah bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.

Definisi Koperasi adalah bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. AD/ART KOPERASI: MENGENAL KOPERASI DI INDONESIA Definisi Koperasi adalah bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. UU No. 12 tahun 1967 tentang Pokok - Pokok Perkoperasian, Koperasi

Lebih terperinci

AKTA PENDIRIAN KOPERASI PEMASARAN... Nomor:.

AKTA PENDIRIAN KOPERASI PEMASARAN... Nomor:. AKTA PENDIRIAN KOPERASI PEMASARAN... Nomor:. Pada hari ini Tanggal ( ) Pukul ( )Waktu Indonesia Bagian. Berhadapan dengan saya,, Sarjana Hukum, Notaris, dengan dihadiri oleh saksi yang saya kenal dan akan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Budidaya Tomat Di Agrowisata Nagari Madani Kecamatan Matur Kabupaten Agam Sumatera Barat

Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Budidaya Tomat Di Agrowisata Nagari Madani Kecamatan Matur Kabupaten Agam Sumatera Barat Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Budidaya Tomat Di Agrowisata Nagari Madani Kecamatan Matur Kabupaten Agam Sumatera Barat Rahmad Hidayat 1 Hasan Ibrahim 2 ABSTRAK Indonesia sebagai Negara

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Koperasi Karyawan (Kopkar) Cipta Sejahtera PDAM Tirta Moedal Kota

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Koperasi Karyawan (Kopkar) Cipta Sejahtera PDAM Tirta Moedal Kota BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1.Sejarah Singkat Koperasi Karyawan (Kopkar) Cipta Sejahtera PDAM Tirta Moedal Kota Semarang didirikan pada 10 Juli 2001 dan beranggotakan seluruh karyawan PDAM Tirta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lahan pertanian yang potensial. Lahan pertanian tersebut memiliki potensi untuk ditanami beberapa tanaman pangan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI

ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI BAB I NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Koperasi ini bernama KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI dan selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut KOPERASI.

Lebih terperinci

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF 1 M. Syarif, 2 Wiwaha Anas Sumadja dan 1 H. Nasution 1 (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 (Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelembagaan Pertanian (Djogo et al, 2003) kelembagaan adalah suatu tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Pengertian 1.1.1 Analisis Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan perekonomian Indonesia beberapa tahun terakhir sempat mengalami keterpurukan. Hal tersebut diakibatkan oleh terjadinya krisis ekonomi dibeberapa negara yang

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Subandi (2011) Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang berarti usaha bersama. Dengan kata lain berarti segala

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba Awal berdirinya Bank Syariah di Indonesia adalah pada tanggal 1 November 1991,

Lebih terperinci