OPTIMASI PANJANG GELOMBANG CAHAYA LAMPU CELUP DALAM AIR SEBAGAI ALAT BANTU PENANGKAP IKAN DI BAGAN APUNG PERAIRAN BARRU, SULAWESI SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI PANJANG GELOMBANG CAHAYA LAMPU CELUP DALAM AIR SEBAGAI ALAT BANTU PENANGKAP IKAN DI BAGAN APUNG PERAIRAN BARRU, SULAWESI SELATAN"

Transkripsi

1 OPTIMASI PANJANG GELOMBANG CAHAYA LAMPU CELUP DALAM AIR SEBAGAI ALAT BANTU PENANGKAP IKAN DI BAGAN APUNG PERAIRAN BARRU, SULAWESI SELATAN ANUGRAH PERMANA PUTRA SYAFAAT DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 i

2 ii

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Optimasi Panjang Gelombang Lampu Celup Dalam Air sebagai Alat Bantu Penangkap Ikan di Bagan Apung Perairan Barru, Sulawesi Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Anugrah Permana Putra Syafaat NIM G iii

4 ii

5 ABSTRAK ANUGRAH PERMANA PUTRA SYAFAAT. Optimasi Panjang Gelombang Cahaya Lampu Celup Dalam Air sebagai Alat Bantu Penangkap Ikan di Bagan Apung Perairan Barru, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh Dr. Ir. IRZAMAN, M.Si dan HERIYANTO SYAFUTRA M.Si. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan lampu celup dalam air sebagai alat bantu penangkapan ikan. Lampu tersebut terbuat dari light emitting diode (LED) jenis super bright yang dirangkai pada sebuah sumber daya batere 9 volt. Ada empat jenis lampu dengan panjang gelombang masing-masing yaitu biru, kuning, merah dan putih. Lampu celup dalam air dirancang tertutup sempurna sehingga kedap terhadap air. Dilakukan pengujian terhadap lampu celup dalam air, yaitu mengukur kuat penerangan cahaya lampu celup dalam air di udara (Iu) dan kuat penerangan cahaya lampu saat dicelupkan di air (Ia). Melalui perbandingan nilai Iu dan Ia dan perhitungan memperkirakan nilai kuat penerangan dapat ditentukan jarak kedalaman lampu celup dalam air pada operasi penangkapan. Penangkapan dilakukan dengan variasi tanpa lampu celup dalam air dan menggunakan tambahan lampu celup dalam air. Dari pengujian didapatkan bahwa hasil tangkapan lampu dengan cahaya putih dan biru lebih banyak dibandingkan cahaya kuning dan merah. Hal ini menunjukkan bahwa panjang gelombang mempengaruhi nilai kuat penerangan lampu celup dalam air dan kuat penerangan cahaya yang lebih tinggi membuat reaksi fototaksis ikan lebih positif sehingga hasil tangkapan menjadi semakin banyak. Kata kunci : hasil tangkapan, kuat penerangan cahaya, lampu celup dalam air, LED ABSTRACT ANUGRAH PERMANA PUTRA SYAFAAT. Optimization of Wavelenght of Light from Lamp in Water as A Tool in Floating Fishing Platform in Barru, South Celebes. Supervised by Dr. Ir. Irzaman, M.Si and Heriyanto Syafutra, M.Si. In this Research, a lamp in water is manufactured as a fishing tool. The lamp is made by super bright light emitting diode (LED) which is assembled on a 9 volt battery power source. There are four kinds of lamp with variated wavelenght, there are blue, yellow, red and white. Experiments of lamp is held in water, which measure the illuminance of light in the air (I u ) and the illuminance of the light in the water (I a ). Through the comparison of I u and I a and predicted the illuminance values calculation can be determined within a depth of lamp in water lamp lights on fishing operations. The variation of fishing is the existence of additional lamp in water. The experiment result is the catches with white and blue light are more than yellow and red do. It shows that the wavelenght affect the value of illuminance and the higher illuminance make fishes photothaksis reaction more positive to get more catches. Key words : lamps in water, LED, lights illuminance, the catches iii

6 iv

7 OPTIMASI PANJANG GELOMBANG CAHAYA LAMPU CELUP DALAM AIR SEBAGAI ALAT BANTU PENANGKAP IKAN DI BAGAN APUNG PERAIRAN BARRU, SULAWESI SELATAN ANUGRAH PERMANA PUTRA SYAFAAT Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 v

8 vi

9 Judul Skripsi : Optimasi Panjang Gelombang Cahaya Lampu Celup Dalam Air sebagai Alat Bantu Penangkap Ikan di Bagan Apung Perairan Barru, Sulawesi Selatan Nama : Anugrah Permana Putra Syafaat NIM : G Disetujui oleh Dr. Ir. Irzaman, M.Si Pembimbing I Heriyanto Syafutra, S.Si, M.Si Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si Kepala Departemen Fisika Tanggal lulus : vii

10 viii

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Optimasi Panjang Gelombang Cahaya Lampu Celup Dalam Air pada Alat Bantu Penangkapan Ikan di Bagan Apung Perairan Barru, Sulawesi Selatan sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Dalam penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Irzaman, M.Si, dan bapak Heriyanto Syafutra, M.Si, selaku pembimbing skripsi serta semua dosen dan staff Departemen Fisika IPB. 2. Ayahanda Asyir Syafaat, ibunda Luqmiaty, Adinda Widya Utami Syafaat, Ananda Muhammad Alfisyah Syafaat dan semua keluarga besar yang selalu memberikan doa, nasehat, dukungan, dan motivasi pada penulis. 3. Bapak Edy beserta keluarga dan karyawan PT Saniri Jaya (Rian, Ani, Martin, dll) yang memberikan fasilitas dan akomodasi selama penulis menetap di Kabupaten Barru. 4. Bapak H. Jamal dan para ABK yang memperbolehkan penulis melakukan kegiatan penelitian di atas bagan dan sangat membantu dalam pelaksanaannya. 5. Sahabat-sahabat Fisika 46 yang selalu memberikan bantuan dan dukungan semangat (Helen, Niken, Rian, Chriss, Nadia, Rady, Indri, Upri, Zas, dll) 6. Keluarga UKM Futsal IPB yang memberikan warna lain dalam kehidupan perkuliahan. 7. Serta pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Selanjutnya, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan penelitian ini. Bogor, Februari 2014 Penulis ix

12 x

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Bagan Apung 2 Peranan Cahaya Terhadap Operasi Penangkapan Ikan 3 METODE 4 Waktu dan Tempat 4 Alat dan Bahan 4 Tahapan Penelitian 4 Perancangan dan Pembuatan Lampu Celup Dalam Air 4 Pengujian Spektroskopi 6 Pengujian Kuat Penerangan Cahaya Lampu Celup Dalam Air 6 Pengoperasian Lampu Celup Dalam Air pada Operasi Penangkapan 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Hasil Perancangan dan Pembuatan Lampu Celup Dalam Air 9 Hasil Uji Spektroskopi 10 Hasil Uji Kuat Penerangan Cahaya 13 Proses Pengoperasian Lampu Celup Dalam Air pada Penangkapan 15 SIMPULAN DAN SARAN 22 Simpulan 22 Saran 22 DAFTAR PUSTAKA 23 LAMPIRAN 25 RIWAYAT HIDUP 29 xi

14 xii

15 DAFTAR TABEL Tabel 1 Warna dan panjang gelombang cahaya 3 Tabel 2 Warna LED dan tegangan kerja maksimalnya 4 Tabel 3 Nilai kuat penerangan cahaya lampu celup dalam air 14 Tabel 4 Nilai koefisien rata-rata pemudaran cahaya oleh air laut 14 Tabel 5 Nilai perkiraan nilai kuat penerangan cahaya lampu 17 Tabel 6 Hasil tangkapan 19 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Bagan apung 2 Gambar 2 Rangkaian elektronik lampu 5 Gambar 3 Rancangan lampu celup dalam air 6 Gambar 4 Penempatan lampu celup dalam air pada tampak atas bagan 7 Gambar 5 Penempatan lampu celup dalam air pada tampak bawah bagan 8 Gambar 6 Sumber cahaya lampu celup dalam air 9 Gambar 7 Hasil pembuatan lampu celup dalam air 10 Gambar 8 Diagram spektrum lampu A 12 Gambar 9 Diagram spektrum lampu B 12 Gambar 10 Diagram spektrum lampu C 12 Gambar 11 Diagram spektrum lampu D 13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Diagram alir penelitian 23 Lampiran 2 Jadwal kegiatan penelitian 24 Lampiran 3 Hasil perhitungan koefisien pemudaran cahaya oleh air laut 24 Lampiran 4 Dokumentasi penelitian 25 xiii

16 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan panjang pantai lebih dari km yang dua pertiga wilayah kedaulatannya berupa perairan laut. 1 Laut merupakan sumber kehidupan yang penting bagi masyarakat Indonesia karena memiliki potensi kekayaan alam yang berlimpah. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat di Indonesia memiliki profesi sebagai nelayan. Menangkap ikan merupakan kegiatan pokok seorang nelayan dan dari kegiatan menangkap ikan pula para nelayan beserta keluarganya dapat memenuhi kebutuhan hidup. Tidak sedikit nelayan yang berpikiran menangkap ikan dengan meracik bahan tertentu seperti potasium untuk mengebom ikan-ikan. Hal tersebut dipercaya lebih efektif daripada menangkap ikan dengan perangkap jaring maupun jala yang belum pasti keberadaan ikannya (invisible), sedangkan pola pengeboman seperti itu membuat ekologi dan ekosistem laut menjadi rusak. Keberadaan ikan yang invisible menginspirasi untuk membuat suatu alat pemanggil ikan agar mendekat dan lebih mudah terperangkap jaring nelayan. Bagan adalah alat penangkap ikan yang digolongkan ke dalam kelompok jaring angkat. 2 Tujuan penangkapannya berupa jenis-jenis ikan pelagis kecil. Jenis alat tangkap ini masih banyak digunakan oleh nelayan di Perairan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Alasannya bagan mudah dioperasikan dan lokasi penangkapannya dekat dengan pantai. Alat bantu yang dapat digunakan untuk mengumpulkan ikan antara lain adalah lampu, rumpon, dan umpan hidup. Pada alat tangkap bagan, alat bantu penangkapan yang sering digunakan adalah lampu. Lampu memegang peranan penting pada keberhasilan pengoperasian bagan. Jenis lampu yang biasa digunakan berupa lampu petromaks, lampu neon, dan lampu merkuri. Seiring dengan perkembangan teknologi, telah diciptakan lampu khusus untuk bagan, yaitu lacuba (lampu celup bawah air). Lacuba terbukti dapat meningkatkan hasil tangkapan, namun nelayan di Indonesia masih tetap menggunakan lampu petromaks atau lampu merkuri sebagai alat bantu, karena harga lacuba yang lebih mahal jika dibandingkan dengan menggunakan petromaks. 3 Permasalahan yang terdapat pada perikanan bagan ketika menggunakan cahaya sebagai alat bantu adalah kurang terfokusnya ikan target di areal tangkap yang diinginkan, yaitu dibagian atas jaring, karena masih ada ikan yang berkumpul di bagian-bagian sekitar jaring, baik itu di bawah maupun di samping areal jaring yang diturunkan. 3 Jika menggunakan lampu petromaks atau lampu merkuri yang berada di atas permukaan air, sebagian cahaya akan dipantulkan dan sebagian cahaya akan diteruskan ketika cahaya menemui batas medium antara udara dan air. Nelayan di Perairan Barru juga masih belum menemukan cara yang paling efektif untuk mengoperasikan penangkapan dengan menggunakan bantuan lampu. Dalam pengoperasian bagan apung, untuk memikat dan mengumpulkan ikan, nelayan terbiasa memakai lampu merkuri yang menggunakan diesel generator set sebagai sumber tenaga dengan solar sebagai bahan bakarnya, karena minyak tanah mengalami kenaikan harga, maka diperlukan sebuah inovasi untuk

17 2 menggunakan sumber daya yang lebih murah, salah satunya dengan menggunakan batere. Penelitian ini mencoba untuk memecahkan permasalahan nelayan melalui sebuah rancangan lampu celup dalam air yang dapat menyala lebih lama dan dinyalakan sumber daya batere serta memiliki daya rendah sehingga lebih murah harga pembuatan dan pengoperasiannya. LED yang digunakan terdiri dari berbagai warna dengan panjang gelombang yang berbeda-beda dengan tujuan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang optimal. Perumusan Masalah Perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana membuat rancangan lampu celup dalam air yang secara ekonomi lebih murah dan efektif untuk meningkatkan jumlah hasil tangkapan, serta panjang gelombang cahaya mana yang lebih efektif untuk menarik ikan lebih banyak. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah merancang lampu celup dalam air pemanggil ikan yang murah dan efektif untuk melakukan penangkapan serta menganalisa pengaruh dari kuat penerangan cahaya dan panjang gelombang terhadap jumlah hasil tangkapan. Hipotesis Cahaya dari lampu celup dalam air ini berfungsi untuk mengumpulkan ikan agar terkonsentrasi di areal di atas jaring. Lampu celup dalam air dengan kuat penerangan cahaya yang lebih tinggi dan panjang gelombang yang lebih rendah akan meningkatkan jumlah hasil tangkapan. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi bagi nelayan tentang penggunaan lampu celup dalam air yang murah dalam pembuatannya dan mudah dalam pengoperasiannya pada penangkapan ikan dengan bagan apung, serta sebagai masukan untuk penelitian lebih lanjut dalam rangka pemanfaatan kemajuan teknologi perikanan tangkap.

18 3 TINJAUAN PUSTAKA Bagan Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang menggunakan cahaya sebagai alat bantu penangkapan. Berdasarkan cara pengoperasiaannya bagan dapat dikelompokkan ke dalam jaring angkat. 4 Alat tangkap bagan menggunakan bantuan cahaya lampu untuk mengumpulkan ikan, maka bagan disebut juga light fishing 3. Ada dua jenis tipe bagan yang ada di Indonesia, yang pertama adalah bagan tancap yaitu bagan yang ditancapkan secara tetap di perairan. Jenis kedua adalah bagan apung yaitu bagan yang dapat berpindah dari satu daerah penangkapan ke daerah penangkapan lainnya. Selanjutnya dapat diklasifikan menjadi bagan dengan satu perahu, bagan dua perahu, bagan rakit, dan bagan dengan menggunakan mesin. Bagan apung ditunjukkan pada Gambar 1. Peranan Cahaya terhadap Operasi Penangkapan Ikan Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat merambat tanpa medium perantara. Untuk cahaya tampak panjang gelombang berkisar nm dan frekuensi berkisar 3,87x ,35x10 14 Hz. Cahaya menyebar dalam bentuk gelombang elektromagnetik dengan kecepatan mencapai m/s pada ruang hampa. 5 Bila cahaya ditransmisikan dari satu medium ke medium yang lain, maka frekuensinya tidak akan berubah. Hal ini terjadi karena setiap siklus gelombangnya tidak mengalami perubahan. Perubahan hanya terjadi pada panjang gelombang dan laju gelombang. Hal ini disebabkan oleh panjang gelombang secara umum akan berbeda pada material yang berbeda. 6 Cahaya merupakan bagian fundamental dalam menentukan tingkah laku ikan di laut. Stimuli cahaya terhadap tingkah laku ikan sangat kompleks antara lain intensitas, sudut penyebaran, polarisasi, komposisi spektralnya dan lama penyinarannya. 6 Suatu telaah dilakukan untuk mengetahui tentang pengelihatan dan penerimaan cahaya oleh ikan dan disimpulkan bahwa mayoritas mata ikan laut sangat tinggi sensitivitasnya terhadap cahaya Kalau cahaya biru-hijau yang mampu diterima mata manusia hanya sebesar 30% saja, mata ikan mampu menerimanya sampai 75%. Retina mata beberapa jenis ikan laut bahkan dapat menerimanya sampai 90% cahaya yang datang. 7 Penerimaan cahaya pada retina mata ikan secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi pergerakan dan tingkah laku ikan. 8 Umumnya, ikan mencari makan dengan memanfaatkan indera pengelihatan dan menyesuaikan ukuran makanan dengan besar mulutnya. 9 Tingkah laku ikan dibedakan menjadi dua, yaitu fototaksis positif dan fototaksis negatif. 10 Tingkah laku ikan yang tertarik mendekati sumber cahaya disebut fototaksis positif, sedangkan tingkah laku menjauhi sumber cahaya disebut fototaksis negatif. Penetrasi cahaya dalam air sangat erat hubungannya dengan panjang gelombang. Semakin besar panjang gelombangnya maka semakin kecil daya tembusnya ke dalam perairan. Hubungan antara warna dan panjang gelombang cahaya dapat dilihat pada Tabel 1.

19 4 Gambar 1 Bagan apung 4 Tabel 1 Warna dan panjang gelombang cahaya 11 Warna Spektrum Panjang gelombang (nm) Ungu Biru Hijau Kuning Jingga Merah Putih Kuat penerangan cahaya adalah kuatnya pancaran cahaya yang jatuh pada suatu permukaan bidang. Kuat penerangan cahaya sangat tergantung pada jenis sumber cahaya dan jarak antara sumber cahaya dengan permukaan bidang. Semakin jauh jarak sumber cahaya dengan bidang, maka juat penerangannya semakin menurun. Pendugaan nilai kuat penerangan cahaya pada suatu kedalaman dapat ditentukan menggunakan Persamaan 1. 5 (1) dimana Ia adalah kuat penerangan cahaya lampu di air, Iu adalah kuat penerangan cahaya lampu di udara, e adalah konstanta Euler sebesar 2.718, adalah koefisien pemudaran cahaya oleh air laut, dan x adalah jarak terhadap sumber cahaya. Cahaya yang masuk ke dalam air mengalami penurunan kuat penerangan yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan udara. Hal tersebut terutama diakibatkan adanya penyerapan cahaya oleh berbagai partikel dalam air. Kedalaman penetrasi cahaya dalam laut tergantung beberapa faktor, antara lain absorpsi cahaya oleh partikel-partikel air, panjang gelombang cahaya, kejernihan air, pemantulan cahaya oleh permukaan air, serta lintang geografis dan musim. 5 Dijelaskan oleh Laevastu dan Hayes (1991), ikan sudah memberikan reaksi dengan adanya rangsangan cahaya pada 15x10-6 W/m Namun demikian tertariknya ikan oleh cahaya tidak semata-mata disebabkan oleh cahaya tetapi juga karena motif lain bahwa ternyata cahaya juga merupakan indikasi adanya makanan, sehingga ikan yang berada dalam keadaan lapar akan lebih mudah tertarik ke arah datangnya cahaya. 1

20 5 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor dan Perairan Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan dari bulan Maret 2013 sampai dengan bulan September Alat dan Bahan Alat dan bahan yang akan digunakan pada penelitian ini antara lain bagan apung, luxmeter lutron LX-100, Vis-IR spektrofotometer, multimeter digital, penggaris, pisau, tang, gergaji mesin, gergaji besi, gunting, pisau, light emitting diode (LED) putih, LED biru, LED kuning, LED merah, resistor, timah, batere 9 volt, kabel, printed circuit board (PCB), pipa paralon, kain reflektor, penutup pipa semipermanen (dop), tali tambang, mika, lem, dan besi pemberat. Tahapan Penelitian Perancangan dan Perakitan Lampu Celup Dalam Air LED yang digunakan pada penelitian ini ada empat macam LED jenis super bright yang masing-masing warnanya adalah putih, biru, kuning, dan merah. Karakterisasi LED dilakukan untuk mengetahui besarnya arus maksimal yang dapat lewat pada masing-masing LED agar lampu tidak putus ketika disambungkan pada sebuah sumberdaya 9 volt, alat ukur yang digunakan adalah amperemeter dengan memvariasikan besaran hambatan yang digunakan, hasil dari karakterisasi LED digunakan sebagai acuan dalam proses pembuatan rangkaian senter. Dalam perancangan pembuatan rangkaian lampu celup dalam air, digunakan persamaan 2 untuk menentukan pemasangan resistor pada rangkaian. 13 R : Nilai resistansi (ohm) Vcc : Tegangan batere = 9 V Vd : Tegangan kerja pada dioda (Vd<Vcc), lihat Tabel 2 Id : Arus maksimal yang lewat pada dioda = 20 ma (2) Tabel 2 Jenis LED dan tegangan kerjanya 14 LED Merah Kuning 2.4 Biru Putih Tegangan Kerja (V)

21 6 Jumlah lampu celup dalam air yang dibutuhkan sebanyak 16 buah rangkaian terdiri dari empat buah lampu berwarna biru, empat buah lampu berwarna kuning, empat buah lampu berwarna merah dan empat buah lampu berwarna putih. Masing-masing lampu dirangkaikan pada sebuah PCB yang telah dipotong dengan ukuran 5x5 cm. Rangkaian elektronika dari lampu ditunjukkan pada Gambar 2. Dalam sebuah rangkaian terdiri delapan buah LED satu jenis warna yang dihubungkan pada sebuah sumber daya batu batere sembilan volt dengan menggunakan kabel sepanjang 30 cm. Kain reflektor kemudian dipasang menyelimuti rangkaian, fungsinya adalah agar cahaya lebih terfokus ketika dipancarkan. V V R1 D D R2 D D R3 D D Keterangan R1=R2=R3=R4= Resistor=100 ohm D= Dioda Cahaya (LED) V= Sumber Tengangan (Baterai) = 9 V R4 D D Gambar 2 Rangkaian elektronika lampu Gambar 3 Rancangan lampu celup dalam air

22 7 Setelah pembuatan rangkaian LED selesai, rangkaian ditempelkan pada dudukan yang terbuat dari mika (acrylyc). Fungsi dudukan adalah agar rangkaian tidak berpindah posisinya saat terjadi guncangan. Masing-masing rangkaian yang telah ditempelkan pada dudukan, dimasukkan ke dalam pipa paralon yang telah disiapkan. Pipa paralon yang digunakan adalah pipa paralon berdiameter 7.5 cm dan telah dipotong menjadi 16 buah dengan masing-masing sepanjang 20 cm. Pipa dibuat kedap air dengan cara merekatkan ujung pipa menggunakan mika pada ujung yang digunakan untuk tempat keluarnya cahaya dan menutup ujung lainnya menggunakan dop semi-permanen, ujung yang ditutup menggunakan dop dimaksudkan untuk mempermudah pergantian batu batere saat senter kehabisan daya. Agar senter tidak mengapung ke permukaan ketika dioperasikan, ditambahkan pemberat 2 kg yang terbuat dari besi pada sisi ujung pipa yang ditutup mika, hal ini karena agar lampu tetap menghadap ke bawah saat dicelupkan. Pada ujung yang ditutup dop, dipasang tali tambang sepanjang 10 m untuk mencelupkan lampu ke dalam air. Skema rancangan pembuatan lampu celup dalam air ditunjukkan oleh Gambar 3. Lampu yang berwarna putih dinamakan lampu A, sedangkan lampu yang berwarna biru, kuning, dan merah berturut-turut dinamakan lampu B, lampu C, dan lampu D. Pengujian Spektroskopi Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek. 15 Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui profil panjang gelombang cahaya dari masing-masing warna dari LED yang digunakan pada lampu celup dalam. Pengujian ini dilakukan dengan alat Vis-IR spektroskopi. Pengujian Kuat Penerangan Cahaya Lampu Celup Dalam Air 3 Pengujian dilakukan dengan mengukur kuat penerangan cahaya lampu celup dalam air di udara (I u ) dan kuat penerangan cahaya lampu di dalam air (I a ). Nilai kuat penerangan cahaya diukur menggunakan alat ukur luxmeter. Untuk I u diukur secara langsung menggunakan alat ukur dengan variasi jarak 0 m, 0.1 m, 0.2 m, 0.3 m, 0.4 m, 0.5 m, 0.6 m, 0.7 m, 0.8 m, 0.9 m dan 1 m dari sumber cahaya. Untuk mencari nilai I a, lampu yang telah dibuat dinyalakan dan dicelupkan ke dalam air, pengukuran dilakukan pada jarak 0 m, 0.1 m, 0.2 m, 0.3 m, 0.4 m, 0.5 m, 0.6 m, 0.7 m, 0.8 m, 0.9 m dan 1 m dari sumber cahaya. Setelah mendapatkan nilai I u dan I a, dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 3 untuk mencari nilai koefisien pemudaran cahaya oleh air laut (k). Melalui perbandingan antara nilai I u dan I a, makan akan didapatkan nilai k. k = - (3) keterangan k = koefisien pemudaran cahaya oleh air laut (m -1 )

23 8 Jika nilai k telah didapatkan, dapat ditentukan perkiraan nilai kuat penerangan cahaya lampu ketika lampu dicelupkan pada kedalaman 10 meter dengan menyubstitusikan persamaan 4 dengan persamaan 1. dengan I adalah nilai kuat penerangan cahaya lampu di udara, Io adalah nilai kuat penerangan sumber cahaya, dan c adalah konsentrasi medium yang diasumsikan konstan, sedangkan k adalah konstanta pelemahan kuat penerangan cahaya. Melalui perbandingan antara nilai kuat penerangan cahaya lampu maksimal dari lampu celup dalam air dengan nilai kuat penerangan cahaya minimal yang dapat direspon oleh ikan-ikan pelagis kecil, maka dapat ditentukan kedalaman lampu celup dalam air diturunkan untuk mendapatkan hasil tangkap yang optimal. Pengoperasian Lampu Celup Dalam Air pada Proses Penangkapan Penelitian menggunakan lampu celup dalam air ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi warna lampu celup dalam air terhadap jumlah hasil tangkapan. Ada lima variasi tangkapan yang dilakukan. Pada hari pertama, penangkapan dilakukan tanpa menggunakan tambahan lampu celup dalam air (hanya menggunakan lampu bagan). Hari kedua penangkapan dilakukan dengan menggunakan empat buah lampu D yang berwarna merah, hari ketiga menggunakan lampu C yang berwarna kuning, hari keempat menggunakan lampu B yang berwarna biru, dan hari kelima menggunakan lampu A yang berwarna putih. Dalam satu hari, dilakukan dua kali operasi penangkapan. Data yang diambil adalah banyaknya hasil tangkapan yang diperoleh. Penangkapan dilakukan selama tiga minggu. (4) Gambar 4 Penempatan lampu celup dalam air pada tampak atas bagan

24 9 Gambar 5 Penempatan lampu celup dalam air pada tampak bawah bagan Proses penangkapan dimulai dengan menentukan lokasi penangkapan (fishing ground). Setelah jaring diturunkan sampai dasar perairan pada kedalaman 40 meter, lampu-lampu bagan dinyalakan, kemudian lampu celup dalam air diturunkan pada posisi yang ditunjukkan pada Gambar 4. Lampu bawah air diturunkan ke kedalaman 10 meter sehingga jarak dari jaring terhadap sumber cahaya menjadi 30 meter. Ketika lampu bagan dimatikan secara bertahap mulai dari bagian luar bagan hingga menyisakan lampu fokus yang ada pada bagian dalam bagan, lampu celup dalam air juga dinaikkan secara bertahap tiap satu meter hingga mencapai kedalaman satu meter agar ikan semakin terkonsentrasi ke arah dekat perahu. Kemudian jaring diangkat dengan cepat agar ikan tidak sempat keluar dari areal jaring.

25 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Perancangan dan Pembuatan Lampu Celup Dalam Air LED yang digunakan adalah jenis super bright. Sebuah rangkaian lampu terbuat dari 8 buah yang diparalelkan empat yang masing-masing paralelnya diserikan dua buah lampu, ditunjukkan oleh Gambar 6. Rangkaian dipasangkan pada sebuah PCB yang telah dipotong dengan ukuran 7x7 cm dengan posisi delapan buah LED dibentuk melingkar, ditambahkan kain reflektor yang berfungsi untuk lebih memfokuskan cahaya yang terpancar. Pada penelitian ini dibuat 16 buah lampu celup dalam air dengan empat warna yang berbeda, yaitu Lampu A yang menghasilkan cahaya putih, Lampu B yang menghasilkan cahaya berwarna biru, Lampu C yang menghasilkan cahaya berwarna kuning, dan Lampu D yang menghasilkan cahaya berwarna merah. Pembuatan lampu celup dalam air ini dibuat tertutup rapat sempurna sehingga tidak dapat ditembus oleh air. Penutupan senter lampu dilakukan dengan menggunakan sebuah pipa paralon berdiameter 7.5 cm yang telah dipotong dengan ukuran panjang 15 cm dengan salah satu sisi ujung paralon tempat keluarnya cahaya ditutup menggunakan mika dan sisi lainnya ditutup menggunakan penutup pipa semipermanen (dop). Penggunaan dop dimaksudkan agar mempermudah pergantian batere ketika senter kehabisan daya. Agar lampu tenggelam dengan posisi mengarah ke bawah, ditambahkan pemberat 2 kg dari besi yang dipasang pada sisi bawah paralon yang ditutup oleh mika. Digunakan tali tambang sepanjang 10 meter dalam proses pengoperasian lampu ini. Tali tambang dikaitkan pada bagian sisi-sisi pemberat. Dengan demikian, lampu celup dalam air dapat berfungsi untuk digunakan dalam operasi penangkapan ikan. Hasil akhir dari pembuatan lampu celup dalam air ditunjukkan oleh Gambar 7. Lampu ini berfungsi dengan menggunakan sumber daya sebuah batere kotak sembilan volt, lampu memiliki daya tahan lebih panjang yang dapat menyala selama 12 jam karena konsumsi daya LED yang rendah. Penangkapan ikan dengan menggunakan lampu yang terbuat dari LED ini lebih menguntungkan dibanding melakukan penangkapan ikan menggunakan lampu petromaks, lampu merkuri, lampu neon dan lacuba. Lacuba di pasaran berharga mahal dan menggunakan accumulator sebagai sumber daya, sedangkan lampu celup dalam air ini memiliki harga yang murah dan menggunakan sebuah batere sebagai sumber daya. Gambar 6 Sumber cahaya lampu celup dalam air

26 11 Gambar 7 Hasil pembuatan lampu celup dalam air Hasil Uji Spektroskopi Pengujian dilakukan terhadap semua lampu, yaitu lampu A, lampu B, lampu C, dan lampu D. Warna lampu yang digunakan pada lampu celup dalam air ini adalah biru, kuning, dan merah pada lampu B,C dan D, sedangkan sebagai gabungan dari warna-warna monokromatis digunakan lampu putih pada lampu A. Untuk mengetahui panjang gelombang dari masing-masing lampu dilakukan uji spektroskopi menggunakan sumber cahaya dari lampu celup dalam air. Hasil uji spektroskopi pada setiap jenis lampu celup dalam air ditunjukkan oleh Gambar 8, Gambar 9, Gambar 10, dan Gambar 11. Gambar 8 menunjukkan diagram spektrum yang tampak dari LED berwarna putih. Gambar 8 Diagram spektrum lampu A (putih)

27 12 Gambar 9 Diagram spektrum lampu B (biru) Gambar 10 Diagram spektrum lampu C (kuning) Gambar 11 Diagram spektrum lampu D (merah) Gambar 9 menunjukkan diagram spektrum cahaya yang tampak dari LED berwarna biru, sedangkan Gambar 10 dan Gambar 11 menunjukkan diagram spektrum yang tampak dari LED berwarna kuning dan merah.

28 13 Gambar 12 Diagram sensitivitas mata ikan 7 Berdasarkan hasil yang diperoleh, lampu putih mempunyai dua puncak panjang gelombang, yaitu pada nm dan nm, dengan panjang gelombang yang paling dominan pada lampu ini adalah panjang gelombang biru dan hijau. Hasil yang diperoleh dari pengujian terhadap lampu B, C, dan D adalah terdapat satu puncak panjang gelombang, yaitu nm pada Lampu B, nm pada lampu C, dan nm pada lampu D. Dari nilai panjang gelombang yang diuji, dapat diketahui bahwa lampu B, C, dan D berturut-turut merupakan lampu berwarna biru, kuning, dan merah. Dari hasil pengujian spektroskopi, dapat dilihat nilai spektrum dari tiap-tiap warna lampu celup dalam air. Dengan menggunakan perbandingan sensitivitas mata ikan pada Gambar 12 terhadap spektrum cahaya lampu pada Gambar 8, Gambar 9, Gambar 10, dan Gambar 11, dapat diketahui jika nilai panjang gelombang yang lebih membuat reaksi fototaksis ikan lebih positif adalah lampu putih dan biru yaitu spektrum yang memiliki panjang gelombang di sekitar nm, sedangkan lampu kuning dan merah kurang membuat reaksi fototaksis ikan menjadi lebih positif. Hasil Uji Kuat Penerangan Cahaya Lampu Pada penelitian ini, pengujian kuat penerangan cahaya dilakukan dalam dua tahap, yaitu mengukur nilai kuat penerangan cahaya lampu celup dalam air di udara (Iu) dan nilai kuat penerangan cahaya pada lampu celup saat dicelupkan ke dalam air (Ia). Pengujian nilai kuat penerangan cahaya lampu dilakukan terhadap masing-masing warna lampu. Pengujian dimulai dari pengukuran nilai kuat penerangan cahaya lampu dengan jarak tertentu dari sumber cahaya. Pengukuran nilai kuat penerangan cahaya lampu di udara (Iu) dilakukan di darat dengan jarak alat ukur yaitu dari 0 sampai 1 meter terhadap sumber cahaya. Sedangkan pada pengukuran nilai kuat penerangan cahaya lampu di dalam air (Ia) dilakukan saat pengoperasian lampu

29 14 celup dalam air di dalam air laut pada variasi jarak 0 sampai 1 meter dari alat ukur terhadap sumber cahaya. Pengujian dilakukan pada lampu A, lampu B, lampu C, dan lampu D. Hasil dari pengujian kuat penerangan cahaya lampu ditunjukkan oleh Tabel 3. Hasil pengukuran kuat penerangan cahaya terhadap jarak untuk masingmasing warna lampu mempunyai pola yang hampir sama, dengan penurunan secara eksponensial dimana semakin jauh jaraknya nilai kuat penerangannya semakin berkurang. Pengurangan kuat penerangan akibat absorpsi oleh air laut dari yang paling besar ke yang paling kecil berturut turut adalah warna merah, kuning, biru, dan putih. Pada panjang gelombang monokromatis, warna biru mempunyai panjang gelombang paling pendek sehingga memiliki energi tembus paling besar dibandingkan dengan panjang gelombang warna lainnya, sedangkan lampu putih yang merupakan cahaya polikromatis memiliki nilai energi tembus yang lebih besar dibanding lampu biru, kuning dan merah. Pada pengukuran nilai kuat penerangan cahaya lampu, hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai kuat penerangan yang paling besar berturut-turut adalah mulai lampu A, B, C dan D. Hal ini karena panjang gelombang dari suatu sumber cahaya mempengaruhi energi tembus dari cahaya, sehingga semakin besar energi yang terpancar, maka nilai kuat penerangan cahaya juga semakin besar. 16 Warna biru memiliki panjang gelombang terpendek, sehingga lampu B memiliki nilai kuat penerangan cahaya yang lebih besar dibandingkan dengan lampu C dan D yang memiliki warna kuning dan merah. Pada lampu A, panjang gelombang yang paling dominan adalah panjang gelombang warna biru dan hijau yang mempengaruhi nilai kuat penerangan dari lampu A yang memiliki warna putih dengan panjang gelombang polikromatis. Tabel 3 Nilai kuat penerangan cahaya lampu celup dalam air Jarak Lampu A Lampu B Lampu C Lampu D (m) Iu Ia Iu Ia Iu Ia Iu Ia (Lux) (Lux) (Lux) (Lux) (Lux) (Lux) (Lux) (Lux) Keterangan : Iu = Nilai kuat penerangan cahaya lampu di udara Ia = Nilai kuat penerangan cahaya lampu di dalam air Lampu A= Warna putih Lampu B= Warna biru Lampu C= Warna kuning Lampu D= Warna merah

30 15 Tabel 4 Nilai koefisien rata-rata pemudaran cahaya oleh air laut Lampu A B C D k rata-rata (m -1 ) 0,1553 0,3654 0,5139 0,8630 Dari kedua variasi pengukuran nilai kuat penerangan yang dilakukan (di udara dan di air), didapat hasil yang menunjukkan bahwa nilai Ia lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai Iu, hal ini terjadi karena ketika lampu berada di dalam air, ada penyerapan cahaya (absorbsi) di air laut yang disebabkan oleh partikelpartikel dalam air laut. Cahaya yang paling banyak terserap oleh air laut yaitu cahaya dari lampu berwarna merah, sedangkan yang paling sedikit terserap adalah cahaya dari lampu berwarna biru. Melalui perbandingan antara nilai Iu dan Ia diperoleh nilai koefisien pemudaran cahaya oleh air laut (k) yang didapatkan dari perhitungan menggunakan persamaan 2. Hasil perhitungan nilai koefisien rata-rata dari pemudaran cahaya oleh air laut ditunjukkan oleh Tabel 4. Data yang digunakan dalam perhitungan yaitu data nilai kuat penerangan pada jarak 0 sampai 1 meter dari dari masing-masing warna lampu. Diperoleh nilai krata-rata adalah sebesar m -1 untuk lampu A, m -1 untuk lampu B, m -1 untuk lampu C, dan m -1 untuk lampu D. Nilai ini menunjukkan bahwa pada lampu A, nilai kuat penerangan cahayanya berkurang lux setiap satu meter perseginya, begitu pula untuk warna cahaya lainnya. Cahaya yang paling sedikit nilai pemudarannya adalah warna putih, sedangkan warna yang paling banyak nilai pemudarannya adalah warna merah. Dengan diketahuinya kisaran data kuat penerangan cahaya lampu celup dalam air, serta faktor pemudaran cahaya oleh air, melalui perbandingan antar nilai kuat penerangannya maka dapat diketahui jarak lampu celup dalam air terhadap posisi jaring ketika lampu celup dalam air dicelupkan agar dapat mengoptimalkan penangkapan. Nilai hasil pelemahan kuat penerangan cahaya dari masing-masing cahaya lampu dapat didekati dengan persamaan Beer Lambert, dimana kuat penerangan cahaya berkurang secara eksponensial terhadap jarak, 16 dengan menyubtitusikan I u dari Persamaan 4 ke Persamaan 1 diperoleh: Nilai m merupakan konstanta pelemahan cahaya di udara, dan I o merupakan kuat penerangan cahaya yang dihasilkan sumber, dengan menyubtitusikan data hasil penelitian ke Persamaan 5 diperoleh nilai m dan I o. Persamaan 5 dapat digunakan untuk memperkirakan kuat penerangan cahaya lampu pada kedalaman tertentu, sehingga kedalaman minimal untuk mencelupkan lampu dapat ditentukan. Hasil dari perkiraan nilai kuat penerangan cahaya yang dihitung menggunakan Persamaan 5 ditunjukkan oleh Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan perkiraan penurunan kuat penerangan cahaya pada kedalaman satu sampai sepuluh meter. Menurut Laevastu dan Hayes ikan pelagis kecil merespon cahaya dengan nilai kuat penerangan minimal lux. 8 Hasil dari perkiraan pada lampu A, nilai kuat penerangan cahaya di dalam air minimal dipenuhi pada jarak maksimal 7 meter dari sumber cahaya, sedangkan jarak (5)

31 16 maksimal berturut-turut pada lampu B, C, dan D adalah 6 meter, 5 meter, dan 5 meter. Dari hasil ini, dapat ditentukan kedalaman minimal lampu dicelupkan dengan membandingkan kedalaman jaring diturunkan dan nilai kuat penerangan cahaya lampu yang digunakan. Tabel 5 Perkiraan nilai kuat penerangan cahaya lampu celup dalam air Jarak (m) Lampu A Lampu B Lampu C Lampu D Ia Iu Ia Iu Ia Iu (Lux) (Lux) (Lux) (Lux) (Lux) (Lux) Iu (Lux) Ia (Lux) , x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x10-3 6, x x10-3 5x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x10-9 Keterangan I u = Nilai kust penerangan cahaya lampu di udara I a = Nilai kuat penerangan cahaya lampu di dalam air Lampu A= Warna Putih Lampu B= Warna Biru Lampu C= Warna Kuning Lampu D= Warna Merah

32 17 Pengoperasian Lampu Celup Dalam Air Proses penangkapan dimulai dengan menentukan lokasi penangkapan (fishing ground) kemudian perahu bagan ditarik menggunakan perahu motor kecil menuju fishing ground. Setting dimulai setelah fishing ground ditentukan, kemudian jangkar diturunkan dan semua ujung jaring diikatkan pada bingkai bagan yang selanjutnya dilakukan penyalaan lampu-lampu bagan. Jaring diturunkan sampai ke dasar perairan di kedalaman 40 meter. Lampu celup dalam air dicelupkan ketika jaring dipastikan telah mencapai dasar perairan. Empat buah lampu celup dalam air dengan warna yang sama ditempatkan pada empat titik pada sekitar lampu fokus pada bagan (Gambar 4) dan diturunkan ke kedalaman 10 meter. Jadi jarak dasar jaring ke sumber lampu 30 meter. Pada setiap satu kali penangkapan digunakan satu jenis warna lampu. Warna-warna lampu yang digunakan yaitu merah, kuning, biru, dan putih. Sebagai pembanding, dilakukan juga penangkapan tanpa tambahan lampu celup dalam air yaitu penangkapan dilakukan hanya menggunakan lampu bagan saja. Dua sampai tiga jam setelah lampu bagan dinyalakan dilakukan pemadaman lampu bagan dan penurunan lampu celup dalam air. Pemadaman lampu bagan dilakukan secara bertahap untuk menghindari agar ikan tidak kaget dan ikan semakin mendekat ke tengah jaring. Lampu pertama yang dipadamkan adalah lampu yang berada pada bagian pinggir rangka bagan, bersamaan dengan itu lampu fokus dinyalakan dan lampu tiang juga dipadamkan, sementara lampu celup dalam air dinaikkan posisinya. Ketika lampu bagan dimatikan secara bertahap mulai dari bagian luar rangka badan menuju bagian dalam ke arah perahu, lampu celup dalam air juga dinaikkan secara bertahap hingga kedalaman satu meter, sehingga ikan diharapkan semakin terkonsentrasi ke arah perahu. Proses selanjutnya adalah pengangkatan jaring dan penggiringan ikan ke bagian sisi jaring yang berfungsi sebagai kantong. Jika jaring sudah mencapai permukaan, lampu celup dalam air juga dinaikkan ke atas kapal dan disiapkan untuk penangkapan selanjutnya. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengamati pengaruh dari penangkapan tanpa menggunakan lampu celup dalam air (hanya menggunakan lampu yang ada pada bagan) dan penangkapan menggunakan tambahan lampu celup dalam air dengan variasinya menggunakan empat buah lampu dari masing-masing warna, terhadap jumlah hasil tangkapan bagan apung. Penangkapan dilakukan selama 15 hari dan dioperasikan setiap malam hari. Hari penangkapan ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya bulan purnama saat malam hari, hal ini dikarenakan kondisi yang semakin gelap akan meningkatkan kinerja dari lampu-lampu yang digunakan sebagai alat bantu penangkapan pada bagan. Pada penelitian ini, selain lampu bagan, digunakan lampu celup dalam air sebagai alat bantu penangkapan. Penggunaan lampu celup dalam air dilakukan dalam tiga kali pengulangan. Setiap pengulangan dilakukan selama lima hari dalam satu minggu. Banyaknya hasil tangkapan dan jenis-jenis tangkapan menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Hasil dan jenis-jenis tangkapan dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil penangkapan mulai dari pengulangan pertama sampai ke pengulangan ketiga menunjukkan bahwa hasil tangkapan dengan menggunakan lampu celup

33 18 dalam air C dan D memiliki jumlah yang hampir sama dengan penangkapan tanpa menggunakan lampu celup dalam air. Hasil tangkapan dari lampu C dan D tidak terdapat perbedaan yang signifikan dibanding penangkapan tanpa menggunakan lampu celup dalam air, namun hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penangkapan dengan menggunakan lampu C dan D lebih banyak menarik ikan teri. Jika menggunakan lampu A dan B, hasil tangkapan yang diperoleh meningkat secara signifikan dibanding penggunaan lampu C dan D, hasil yang diperoleh juga menunjukkan bahwa penggunaan lampu A dan B lebih banyak menarik jenis ikan kembung. Dari keempat warna lampu yang digunakan, penangkapan dengan menggunakan lampu A dan B dapat memperoleh jumlah hasil tangkapan yang lebih banyak dibanding menggunakan lampu berwarna C dan D, ataupun tidak menggunakan lampu celup dalam air. Penyerapan cahaya putih dan biru oleh air laut lebih kecil sehingga kuat penerangannya berkurang lebih kecil dibanding kuat penerangan dari cahaya kuning dan merah. Menurut Martua 3 kuat penerangan cahaya yang tinggi meningkatkan reaksi fototaksis positif pada ikan, sehingga cahaya dari lampu A dan B lebih meningkatkan reaksi fototaksis positif pada ikan. Pada penelitian ini, hasil tangkapan bagan difokuskan pada penangkapan ikan teri, ikan kembung, dan cumi-cumi, selain hasil tangkapan tersebut, terdapat tangkapan lainnya seperti udang, ikan terbang, rajungan, ikan kakap, dan sebagainya, namun hasil tangkapan ini bukan merupakan tangkapan utama dari bagan atau biasa disebut by-catch. 17 Dari hasil penelitian ini, jumlah hasil tangkapan meningkat sehingga nelayan sangat mengapresiasi penggunaan lampu celup dalam air ini dalam penangkapan ikan di bagan. Oleh karena itu, untuk penangkapan selanjutnya nelayan akan tetap menggunakan lampu ini sebagai alat bantu.

34 19 Tabel 6 Hasil tangkapan No Jenis Lampu Tanpa Lampu Celup Dalam Air Lampu A (Putih) Lampu B (Biru) Lampu C (Kuning) Lampu D (Merah) Jumlah Tangkapan(kg) Jenis Tangkapan Ulangan Ulangan Ulangan Teri Kembung Cumi-cumi Lain-lain Teri Kembung Cumi-cumi Lain-lain Teri Kembung Cumi-cumi Lain-lain Teri Kembung Cumi-cumi Lain-lain Teri Kembung Cumi-cumi Lain-lain Keterangan Lampu A= Warna Putih Lampu B= Warna Biru Lampu C= Warna Kuning Lampu D= Warna Merah

35 20 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Lampu celup dalam air ini bekerja sebagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan pada operasi penangkapan bagan apung. Lampu ini bekerja dengan cara dicelupkan ke dalam air pada kedalaman yang disesuaikan kondisi perairan dan jaring penangkapan. Ada empat warna yang digunakan pada pembuatan lampu celup dalam air ini, yaitu putih, biru, kuning, dan merah. Nilai absorbansi dari cahaya merah dan kuning sangat besar, sehingga nilai kuat penerangan cahayanya lebih kecil dibandingkan dengan nilai kuat penerangan cahaya pada cahaya biru dan putih dengan nilai kuat penerangan mulai dari yang terbesar berturut-turut adalah putih, biru, kuning, dan merah. Hasil tangkapan yang diperoleh dengan bantuan lampu A yang berwarna putih dan lampu B yang berwarna biru lebih banyak dibanding dengan hasil tangkapan yang diperoleh dengan lampu C yang berwarna kuning dan lampu D yang berwarna merah, hal ini karena cahaya kuning dan merah diserap lebih banyak oleh air laut. Dengan diketahui nilai koefisien pemudaran cahaya oleh air, dapat ditentukan perkiraan nilai kuat penerangan cahaya pada lampu celup dalam air. Hasil dari perkiraan pada lampu A, kuat penerangan cahaya minimal untuk menarik ikan pelagis kecil dipenuhi pada jarak maksimal 7 meter dari sumber cahaya, sedangkan jarak maksimal berturut-turut pada lampu B, C, dan D adalah 6 meter, 5 meter, dan 5 meter dengan membandingkan kuat penerangan minimal ikan pelagis kecil merespon cahaya pada kuat penerangan lux. Dari hasil ini, dapat ditentukan kedalaman minimal lampu dicelupkan dengan membandingkan kedalaman jaring diturunkan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal. Pada penggunaan lampu celup dalam air ini, semakin tinggi kuat penerangan cahaya dan semakin rendah panjang gelombang cahaya, maka semakin banyak ikan yang tertarik ke arah sumber cahaya sehingga meningkatkan hasil tangkapan. Saran Untuk pengembangan lebih lanjut, perlu dilakukan penambahan jumlah lampu celup dalam air yang digunakan dengan kombinasi pemasangan antar warna lampu.

36 21 DAFTAR PUSTAKA 1. Subani, W., Barus, H.R. Alat penangkapan ikan dan udang di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Nomor 50 Tahun 1988/1999. Edisi Khusus. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut, Badan Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian Subani, W. Penggunaan cahaya sebagai alat bantu penangkapan ikan. [Disertasi]. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut Sihombing, Martua Edison. Pengaruh intensitas cahaya lampu bawah air dengan senter light emitting diode pada reaksi fototaksis ikan di Perairan Kepulauan Seribu [Skripsi]. Bogor: Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Von Brandt, A. Fishing Catching Method of The World. Fishing News (Books) Ltd: Germany Sudirman. Teknik Penangkapan Ikan. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut Woodhead, P.M.J. The Behavior of Fish Relation to The Light in The Sea. Oceanografy Marine Biology: Horald Barnes Edition Ben Yami, M. Fishing with Light. Fishing News (Books) Ltd: England Laevastu, T. dan M. L. Hayes. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing News (Books) Ltd: Farnham Effendi M. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara Gunarso, W. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya dengan Alat, Metoda, dan Taktik Penangkapan. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Wanibesak, E. Spektrofotometri sinar tampak. [internet]. [diacu 8 September 2013]. Tersedia dari : /2011/02/21/Spektrofotometri-sinar-tampak-visible Fujaya. Fisiologi ikan. Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Jakarta: PT. Rineksa Cipta Tooley, Mike. Electronic Circuits : Fundamentals and Applications. Newcastle: Routledge Puguh Light emitting diode. [internet]. [diacu 8 September 2013]. Tersedia dari : Caprette DR. Experimental bioscience. [internet]. [diacu 8 September 2013]. Tersedia dari: methods/protein/spectrophotometer.html Young, HD. And R.A Freedman. Fisika Universitas. Jilid II Edisi ke-10. Jakarta: Erlangga

37 Ismajaya. Hubungan suhu permukaan air dengan daerah penangkapan ikan tongkol di Perairan Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Nomura, M.T dan Yamazaki. Fishing Techniques. Tokyo: Japan International Coorporation Agency

38 23 Lampiran 1 Diagram alir penelitian LAMPIRAN Mulai Preparasi alat dan bahan Pembuatan rangkaian elektronika Lampu A (Putih) Lampu B (Biru) Lampu C (Kuning) Lampu D (Merah) Pembuatan badan lampu Pembuatan lampu agar kedap air Pemasangan pemberat dan tali pengoperasian Lampu selesai Pengujian spektroskopi Pengujian lampu pada pperasi penangkapan Pengukuran kuat penerangan cahaya menggunakan luxmeter Pengolahan data Penulisan laporan Selesai

39 24 Lampiran 2 Tabel jadwal kegiatan penelitian Kegiatan Penelitian Penelaahan Pustaka Pembuatan Proposal Pembuatan Alat Pengambilan Data Pengolahan Data Pembuatan Proposal Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Lampiran 3 Hasil perhitungan koefisien pemudaran cahaya oleh air laut (k) Jarak (m) k Lampu A (m -1 ) k Lampu B (m -1 ) k Lampu C (m -1 ) k Lampu D (m -1 ) 0,1 0,0978 0,4435 0, ,2 0,0988 0,5083 0, ,3 0,2027 0,3988 0, ,4 0,1059 0,3833 0, ,5 0,1731 0,3482 0, ,6 0,1423 0,3392 0, ,7 0,1872 0,3104 0, ,8 0,2382 0,3023 0, ,9 0,0727 0,3074 0, ,0 0,2341 0,3127 0, k rata-rata 0,1553 0,3654 0, Keterangan : k = Nilai koefisien pemudaran cahaya oleh air laut Lampu A= Warna putih Lampu B= Warna biru Lampu C= Warna kuning Lampu D= Warna merah

40 Dokumentasi Penelitian 25

41 26 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ujung Pandang, Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 8 Juli 1992 dari pasangan Asyir Syafaat dan Luqmiaty Hasjim. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Depok dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan sarjana strata satu di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2009 (SNMPTN 2009). Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Eksperimen Fisika II pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Futsal di IPB dan aktif menjabat sebagai wakil ketua UKM Futsal IPB pada periode 2011/2012 dan menjadi Kapten Futsal IPB pada 2012 sampai 2014.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN tangkapan yang berbeda. Untuk hari pertama tanpa menggunakan lampu, hari ke menggunakan dua lampu dan hari ke menggunakan empat lampu. Dalam satu hari dilakukan dua kali operasi penangkapan. Data yang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bagan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bagan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bagan Bagan merupakan suatu alat tangkap yang termasuk kedalam kelompok jaring angkat dan terdiri atas beberapa komponen, yaitu jaring, rumah bagan, dan lampu. Jaring bagan umumnya

Lebih terperinci

PENENTUAN RESPON OPTIMAL FUNGSI PENGLIHATAN IKAN TERHADAP PANJANG GELOMBANG DAN INTENSITAS CAHAYA TAMPAK

PENENTUAN RESPON OPTIMAL FUNGSI PENGLIHATAN IKAN TERHADAP PANJANG GELOMBANG DAN INTENSITAS CAHAYA TAMPAK PENENTUAN RESPON OPTIMAL FUNGSI PENGLIHATAN IKAN TERHADAP PANJANG GELOMBANG DAN INTENSITAS CAHAYA TAMPAK Fita Fitria, Welina Ratnayanti K, Tri Anggono P Laboratorium Biofisika, Departemen Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA LAMPU BAWAH AIR DENGAN SENTER LIGHT EMITTING DIODE PADA REAKSI FOTOTAKSIS IKAN DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA LAMPU BAWAH AIR DENGAN SENTER LIGHT EMITTING DIODE PADA REAKSI FOTOTAKSIS IKAN DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU PENGARUH INTENSITAS CAHAYA LAMPU BAWAH AIR DENGAN SENTER LIGHT EMITTING DIODE PADA REAKSI FOTOTAKSIS IKAN DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU MARTUA EDISON SIHOMBING DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

Studi ketertarikan ikan di keramba jaring apung terhadap warna cahaya lampu di perairan Sindulang I, Kecamatan Tuminting, Kota Manado

Studi ketertarikan ikan di keramba jaring apung terhadap warna cahaya lampu di perairan Sindulang I, Kecamatan Tuminting, Kota Manado Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(Edisi Khusus): 39-43, Januari 2015 ISSN 2337-4306 Studi ketertarikan ikan di keramba jaring apung terhadap warna cahaya lampu di perairan Sindulang I, Kecamatan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Macam-macam lampu tabung (http://www.kumpulanistilah.com/2011/06/pengertian-lampu-tl.html)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Macam-macam lampu tabung (http://www.kumpulanistilah.com/2011/06/pengertian-lampu-tl.html) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lampu Tabung (Tubular Lamp) Lampu adalah alat untuk menerangi atau pelita, sedangkan lampu tabung sama halnya dengan lampu neon yaitu lampu listrik berbentuk tabung yang berisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehingga, Indonesia disebut sebagai Negara Maritim. alamnya mayoritas mata pencaharian masyarakat indonesia setelah petani adalah

I. PENDAHULUAN. sehingga, Indonesia disebut sebagai Negara Maritim. alamnya mayoritas mata pencaharian masyarakat indonesia setelah petani adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 Km yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan wilayah laut seluas 5,8

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengukuran iluminasi cahaya pada medium udara, pengoperasian bagan apung, dan pengukuran iluminasi

Lebih terperinci

SELEKSI UMPAN DAN UKURAN MATA PANCING TEGAK. (Selection on bait and hook number of vertical line) Oleh:

SELEKSI UMPAN DAN UKURAN MATA PANCING TEGAK. (Selection on bait and hook number of vertical line) Oleh: Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No.2, November 2012 Hal: 169-175 SELEKSI UMPAN DAN UKURAN MATA PANCING TEGAK (Selection on bait and hook number of vertical line) Oleh: Noor Azizah 1 *, Gondo Puspito

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lamongan dan di Laboratorium Biofisika Departemen Fisika Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. lamongan dan di Laboratorium Biofisika Departemen Fisika Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yang akan dilaksanakan di daerah pertambakan di Desa kemlagi kecamatan karanggeneng kabupaten lamongan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari - Mei 2014, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari - Mei 2014, bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari - Mei 2014, bertempat di Laboratorium Teknik Elektronika, Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metode penangkapan ikan dengan menggunakan cahaya sudah sejak lama diketahui sebagai perlakuan yang efektif untuk tujuan penangkapan ikan tunggal maupun berkelompok (Ben-Yami,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sejarah Penggunaan Cahaya pada Penangkapan Ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sejarah Penggunaan Cahaya pada Penangkapan Ikan 8 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Penggunaan Cahaya pada Penangkapan Ikan Pada mulanya penggunaan lampu untuk penangkapan masih terbatas pada daerah-daerah tertentu dan umumnya dilakukan hanya di tepi-tepi

Lebih terperinci

Balai Diklat Perikanan Banyuwangi

Balai Diklat Perikanan Banyuwangi Menangkap ikan, adalah kegiatan perburuan seperti halnya menangkap harimau, babi hutan atau hewan-hewan liar lainnya di hutan. Karena sifatnya memburu, menjadikan kegiatan penangkapan ikan mengandung ketidakpastian

Lebih terperinci

DISTRIBUSI CAHAYA LAMPU DAN TINGKAH LAKU IKAN PADA PROSES PENANGKAPAN BAGAN PERAHU DI PERAIRAN MALUKU TENGAH. Haruna *)

DISTRIBUSI CAHAYA LAMPU DAN TINGKAH LAKU IKAN PADA PROSES PENANGKAPAN BAGAN PERAHU DI PERAIRAN MALUKU TENGAH. Haruna *) DISTRIBUSI CAHAYA LAMPU DAN TINGKAH LAKU IKAN PADA PROSES PENANGKAPAN BAGAN PERAHU DI PERAIRAN MALUKU TENGAH Haruna *) *) Staf pengajar FPIK Univ.Pattimura E-mail ; har_flash@yahoo.co.id Abstract : The

Lebih terperinci

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo 58 5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo Dalam pengoperasiannya, bagan rambo menggunakan cahaya untuk menarik dan mengumpulkan ikan pada catchable area. Penggunaan cahaya buatan yang berkapasitas

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan tempat 4.2 Alat dan bahan 4.3 Metode pengambilan data

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan tempat 4.2 Alat dan bahan 4.3 Metode pengambilan data 21 4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan antara bulan Juli 2010 Juli 2011 bertempat di laboratorium Teknologi Alat Penangkapan Ikan, PSP, IPB ; dan perairan Teluk Palabuhanratu,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) 2.1 Potensi dan Usaha Perikanan di Indonesia 2.1.1 Perikanan dan Potensi Indonesia Berdasarkan UU. No 31 tahun 2004. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Pengaruh Lampu terhadap Hasil Tangkapan... Pemalang dan Sekitarnya (Nurdin, E.) PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Erfind Nurdin Peneliti

Lebih terperinci

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah 1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah A. y = 0,5 sin 2π (t - 0,5x) B. y = 0,5 sin π (t - 0,5x) C. y = 0,5 sin π (t - x) D. y = 0,5 sin 2π (t - 1/4 x) E. y = 0,5 sin 2π (t

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Reaksi Pengumpulan Pepetek terhadap Warna Cahaya dengan Intensitas Berbeda Informasi mengenai tingkah laku ikan akan memberikan petunjuk bagaimana bentuk proses penangkapan yang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengamatan tingkah laku ikan pada proses penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya dilakukan di perairan Kabupaten Barru Selat Makassar, Sulawesi

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 31 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 cahaya Menurut Cayless dan Marsden (1983), iluminasi atau intensitas penerangan adalah nilai pancaran cahaya yang jatuh pada suatu bidang permukaan. cahaya dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Visi

I. PENDAHULUAN Visi I. PENDAHULUAN 1.1. Visi Cahaya merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam kegiatan penangkapan ikan yang memiliki sifat fototaksis positif. Penggunaan cahaya, terutama cahaya listrik dalam kegiatan

Lebih terperinci

PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP DI DAERAH KAWAL, KABUPATEN TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU

PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP DI DAERAH KAWAL, KABUPATEN TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP DI DAERAH KAWAL, KABUPATEN TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU DAVID OCTAVIANUS SIAHAAN SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan 30 4 HSIL 4.1 Proses penangkapan Pengoperasian satu unit rambo membutuhkan minimal 16 orang anak buah kapal (K) yang dipimpin oleh seorang juragan laut atau disebut dengan punggawa laut. Juragan laut memimpin

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

2.2. Reaksi ikan terhadap cahaya

2.2. Reaksi ikan terhadap cahaya H. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagan apung Bagan adalah alat tangkap yang menggunakan cahaya sebagai alat untuk menarik dan mengumpulkan ikan di daerah cakupan alat tangkap, sehingga memudahkan dalam proses

Lebih terperinci

Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) :

Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENENTUAN DAERAH PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP GOMBANG DI PERAIRAN SELAT BENGKALIS KECAMATAN BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS PROPINSI RIAU Irwandy Syofyan 1), Rommie

Lebih terperinci

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE A. Handjoko Permana *), Ari W., Hadi Nasbey Universitas Negeri Jakarta, Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun, Jakarta 13220 * ) Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didunia. Ilmu pengetahuan dan teknologi ini dimanfaatkan dan dikembangkan

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 : Juni 2015

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 : Juni 2015 KONSUMSI BAHAN BAKAR LAMPU TABUNG DAN LAMPU LED PADA GENERATOR SET SKALA LABORATORIUM (Fuel Consumption of Tubular Lamp and Led Lamp in Generator Set On Laboratory Scale) Abid Mohamad Arif 1), Adi Susanto

Lebih terperinci

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(1): 9-13, Juni 2015 ISSN 2337-4306 Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara The effect of bait color

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika Kurikulum 2013 Kelas 12 SA Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: K13AR12FIS01UTS Version : 2016-04 halaman 1 01. Suatu sumber bunyi bergerak dengan kecepatan 10 m/s menjauhi seorang pendengar

Lebih terperinci

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH :

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH : PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DAN TAMAN DI AREAL KAMPUS USU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TENAGA SURYA (APLIKASI PENDOPO DAN LAPANGAN PARKIR) Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS SINAR MERAH, HIJAU, DAN BIRU (RGB) UNTUK MENGUKUR KELIMPAHAN FITOPLANKON (Chlorella sp.) Oleh: Merizawati C

ANALISIS SINAR MERAH, HIJAU, DAN BIRU (RGB) UNTUK MENGUKUR KELIMPAHAN FITOPLANKON (Chlorella sp.) Oleh: Merizawati C ANALISIS SINAR MERAH, HIJAU, DAN BIRU (RGB) UNTUK MENGUKUR KELIMPAHAN FITOPLANKON (Chlorella sp.) Oleh: Merizawati C64104004 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMENTASI PENGUKUR KELIMPAHAN CHLORELLA SP. BERDASARKAN ANALISIS RGB DENGAN MENGGUNAKAN EFEK FLUORESCENCE

PENGEMBANGAN INSTRUMENTASI PENGUKUR KELIMPAHAN CHLORELLA SP. BERDASARKAN ANALISIS RGB DENGAN MENGGUNAKAN EFEK FLUORESCENCE PENGEMBANGAN INSTRUMENTASI PENGUKUR KELIMPAHAN CHLORELLA SP. BERDASARKAN ANALISIS RGB DENGAN MENGGUNAKAN EFEK FLUORESCENCE Oleh: Dini Janiariska C64104059 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA DODY SIHONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

MAKALAH KOMPONEN ELEKTRONIKA

MAKALAH KOMPONEN ELEKTRONIKA MAKALAH KOMPONEN ELEKTRONIKA DISUSUN OLEH: NAMA: SUBHAN HUSAIN NIM:300014003 JURUSAN: D3 TEKNIK ELEKTRO SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2014 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT Tuhan

Lebih terperinci

Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 4 Nomor 2 November 2017

Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 4 Nomor 2 November 2017 PENANGKAPAN IKAN UMPAN HIDUP UNTUK PERIKANAN POLE AND LINE DIKELURAHAN MAWALI KECAMATAN BITUNG SELATAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI, PEMASARAN DAN KEUANGAN Lefrand Manoppo 1) Meta S. Sompie 2) 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA Agus Salim Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 29 Mei 2008; Diterima

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Iluminasi cahaya Cahaya pada pengoperasian bagan berfungsi sebagai pengumpul ikan. Cahaya yang diperlukan memiliki beberapa karakteristik, yaitu iluminasi yang tinggi, arah pancaran

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL DAN KOMPOSISI TANGKAPAN JARING INSANG PERMUKAAN DAN JARING INSANG DASAR DI PERAIRAN DESA SEI NAGALAWAN SERDANG BEDAGAI

PERBANDINGAN HASIL DAN KOMPOSISI TANGKAPAN JARING INSANG PERMUKAAN DAN JARING INSANG DASAR DI PERAIRAN DESA SEI NAGALAWAN SERDANG BEDAGAI PERBANDINGAN HASIL DAN KOMPOSISI TANGKAPAN JARING INSANG PERMUKAAN DAN JARING INSANG DASAR DI PERAIRAN DESA SEI NAGALAWAN SERDANG BEDAGAI RURI PERWITA SARI 090302004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS RESPONS TINGKAH LAKU IKAN PEPETEK (Secutor insidiator) TERHADAP INTENSITAS CAHAYA BERWARNA EVA UTAMI

ANALISIS RESPONS TINGKAH LAKU IKAN PEPETEK (Secutor insidiator) TERHADAP INTENSITAS CAHAYA BERWARNA EVA UTAMI ANALISIS RESPONS TINGKAH LAKU IKAN PEPETEK (Secutor insidiator) TERHADAP INTENSITAS CAHAYA BERWARNA EVA UTAMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa 2 Metode yang sering digunakan untuk menentukan koefisien serap bunyi pada bahan akustik adalah metode ruang gaung dan metode tabung impedansi. Metode tabung impedansi ini masih dibedakan menjadi beberapa

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 7 Nomor 2. Desember 2017 e ISSN Halaman :

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 7 Nomor 2. Desember 2017 e ISSN Halaman : Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN 2089 3469 Volume 7 Nomor 2. Desember 2017 e ISSN 2540 9484 Halaman : 167 180 Perbedaan Hasil Tangkapan Bagan Tancap dengan Menggunakan Lampu CFL dan LED Dalam Air (Leda)

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh.

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh. 1. Pendahuluan Sinar X adalah jenis gelombang elektromagnetik. Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen pada tanggal 8 November 1895, ia menemukan secara tidak sengaja sebuah gambar asing dari generator

Lebih terperinci

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN Vol. 4 No. 1 Hal. 14 Ambon, Mei 215 ISSN. 28519 HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG BERDASARKAN PERBEDAAN INTENSITAS CAHAYA LAMPU FLOURESCENT DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

Lebih terperinci

Lift Net & Traps. Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University 1

Lift Net & Traps. Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University 1 Lift Net & Traps Ledhyane Ika Harlyan Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University 1 Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa yg mengikuti materi ini

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Metode pengumpulan Data Secara garis besar metodelogi penelitian yang dilakukan seperti digambarkan pada flowchart dibawah ini : MULAI IDENTIFIKASI MASALAH PEMBAHASAN DAN PEMBATASAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. IImu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Maret 2015 sampai

III. METODE PENELITIAN. IImu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Maret 2015 sampai 43 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemodelan Fisika dan Laboratorium Elektronika Dasar Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan IImu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia yang 75% luas wilayahnya merupakan lautan memiliki potensi kekayaan yang tak ternilai. Oleh karenanya diperlukan perhatian serta penanganan

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL BERDASARKAN PENDEKATAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN BINUANGEUN, BANTEN TOPAN BASUMA

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL BERDASARKAN PENDEKATAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN BINUANGEUN, BANTEN TOPAN BASUMA PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL BERDASARKAN PENDEKATAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN BINUANGEUN, BANTEN TOPAN BASUMA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU TABUNG TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG NELA INDAH ERMAWATI

PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU TABUNG TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG NELA INDAH ERMAWATI PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU TABUNG TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG NELA INDAH ERMAWATI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LED ( Light Emitting Diode) Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED (light-emitting diode) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak

Lebih terperinci

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan 4 HASIL 4.1 Proses penangkapan Pengoperasian satu unit bagan rambo membutuhkan minimal 16 orang anak buah kapal (ABK) yang dipimpin oleh seorang juragan laut atau disebut dengan punggawa laut. Juragan

Lebih terperinci

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green. Par LED W PAR LED (Parabolic Light Emitting Diode) Tidak bisa dielakkan bahwa teknologi lampu LED (Light Emitting Diode) akan menggantikan lampu pijar halogen, TL (tube lamp) dan yang lain. Hal ini karena

Lebih terperinci

IKHWANUL CHAIR NAWAR PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

IKHWANUL CHAIR NAWAR PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 ANALISIS HASIL TANGKAPAN ALAT PENANGKAPAN JARING INSANG SATU LEMBAR (GILLNET) DAN TIGA LEMBAR (TRAMMEL NET) DI PERAIRAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI IKHWANUL CHAIR NAWAR 090302056 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Durasi keberadaan ikan di bawah cahaya lampu yang diamati melalui CCTV di perairan Teluk Manado, Sulawesi Utara

Durasi keberadaan ikan di bawah cahaya lampu yang diamati melalui CCTV di perairan Teluk Manado, Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(2): 94-1, Desember 215 ISSN 2337-436 Durasi keberadaan ikan di bawah cahaya lampu yang diamati melalui CCTV di perairan Teluk Manado, Sulawesi Utara Duration

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 7 3. Pengenceran Proses pengenceran dilakukan dengan menambahkan 0,5-1 ml akuades secara terus menerus setiap interval waktu tertentu hingga mencapai nilai transmisi yang stabil (pengenceran hingga penambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh aspek kehidupan. Seiring kemajuan zaman, penggunaan energi

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh aspek kehidupan. Seiring kemajuan zaman, penggunaan energi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan energi utama yang digunakan hampir diseluruh aspek kehidupan. Seiring kemajuan zaman, penggunaan energi listrik juga terus meningkat. Salah

Lebih terperinci

SEMIKONDUKTOR. Komponen Semikonduktor I. DIODE

SEMIKONDUKTOR. Komponen Semikonduktor I. DIODE SEMIKONDUKTOR Komponen Semikonduktor Di dunia listrik dan elektronika dikenal bahan yang tidak bisa mengalirkan listrik (isolator) dan bahan yang bisa mengalirkan listrik (konduktor). Gbr. 1. Tingkatan

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

Spektrofotometer UV /VIS

Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika

Lebih terperinci

Sukardi 1), Subari Yanto 2), Kadirman 3) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian FT UNM, 2) dan 3) Dosen FT UNM

Sukardi 1), Subari Yanto 2), Kadirman 3) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian FT UNM, 2) dan 3) Dosen FT UNM S242 PENGARUH WARNA CAHAYA LAMPU DAN INTENSITAS CAHAYA YANG BERBEDA TERHADAP RESPONS BENIH IKAN BANDENG (Chanos Chanos forskal) dan BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) The Influence of Light Color

Lebih terperinci

MAKALAH Spektrofotometer

MAKALAH Spektrofotometer MAKALAH Spektrofotometer Nama Kelompok : Adhitiya Oprasena 201430100 Zulfikar Adli Manzila 201430100 Henky Gustian 201430100 Riyan Andre.P 201430100 Muhammad Khairul Huda 20143010029 Kelas : A Jurusan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sebaran Tumpahan Minyak Dari Citra Modis Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12 dan 9 dengan resolusi citra resolusi 1km. Composite RGB ini digunakan

Lebih terperinci

UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C

UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C54101030 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENDEKATAN AKUSTIK DALAM STUDI TINGKAH LAKU IKAN PADA PROSES PENANGKAPAN DENGAN ALAT BANTU CAHAYA (THE ACOUSTIC APPROACH TO FISH BEHAVIOUR STUDY IN CAPTURE PROCESS WITH LIGHT ATTRACTION) MUHAMMAD SULAIMAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Spesifikasi Sistem 4.1.1. Spesifikasi Baterai Berikut ini merupakan spesifikasi dari baterai yang digunakan: Merk: MF Jenis Konstruksi: Valve Regulated Lead Acid (VRLA)

Lebih terperinci

Olimpiade Sains Nasional 2009 Eksperimen Fisika Hal 1 dari 13. Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus 2009 Waktu 4 Jam

Olimpiade Sains Nasional 2009 Eksperimen Fisika Hal 1 dari 13. Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus 2009 Waktu 4 Jam Olimpiade Sains Nasional 2009 Eksperimen Fisika Hal 1 dari 13 Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus 2009 Waktu 4 Jam Petunjuk umum 1. Hanya ada satu soal eksperimen, namun terdiri atas tiga

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 1 Sensor Cahaya dan Transistor NPN Serta Aplikasinya dalam Teknologi Otomatisasi

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 1 Sensor Cahaya dan Transistor NPN Serta Aplikasinya dalam Teknologi Otomatisasi LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 1 Sensor Cahaya dan Transistor NPN Serta Aplikasinya dalam Teknologi Otomatisasi AHMAD RIDWAN SIDIQ(1127030002) September 20, 2013 Asisten Praktikum : Hadian (1211703016)

Lebih terperinci

PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI

PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar RESPON IKAN DEMERSAL DENGAN JENIS UMPAN BERBEDA TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA PERIKANAN RAWAI DASAR Wayan Kantun 1), Harianti 1) dan Sahrul Harijo 2) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Sistem komunikasi optik adalah suatu sistem komunikasi yang media transmisinya menggunakan serat optik. Pada prinsipnya sistem komunikasi serat

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

Gambar 3 Lampu tabung.

Gambar 3 Lampu tabung. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama penelitian yaitu pengukuran nilai iluminasi pada medium udara yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Alat

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi 93 6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu Unit penangkapan bagan yang dioperasikan nelayan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar berukuran panjang lebar tinggi adalah 21 2,10 1,8 m, jika dibandingkan

Lebih terperinci

Asisten : Robby Hidayat / Tanggal Praktikum :

Asisten : Robby Hidayat / Tanggal Praktikum : MODUL 07 KARAKTERISASI LED OLEH IV-METER Devi Nurhanivah, Audia Faza I., Bram Yohanes S., Filipus Arie W, Hanandi Rahmad, Widya Hastuti 10212071, 10212079, 10212011, 10212051, 10212093, 10212068 Program

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. Perancangan alat penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Elektronika

Lebih terperinci

PENGARUH PERIODE HARI BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN DAN TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN BAGAN TANCAP DI KABUPATEN SERANG TESIS JAE WON LEE

PENGARUH PERIODE HARI BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN DAN TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN BAGAN TANCAP DI KABUPATEN SERANG TESIS JAE WON LEE PENGARUH PERIODE HARI BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN DAN TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN BAGAN TANCAP DI KABUPATEN SERANG TESIS JAE WON LEE SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MODUL SURYA 50 WP SEBAGAI ENERGI CADANGAN PADA RUMAH TINGGAL

RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MODUL SURYA 50 WP SEBAGAI ENERGI CADANGAN PADA RUMAH TINGGAL RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MODUL SURYA 50 WP SEBAGAI ENERGI CADANGAN PADA RUMAH TINGGAL LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

1. Pendahuluan [7] 2. Dasar Teori 2.1 Warna Sir Isaac Newton

1. Pendahuluan [7] 2. Dasar Teori 2.1 Warna Sir Isaac Newton 1. Pendahuluan Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong manusia untuk melakukan otomatisasi dan digitalisasi pada perangkat-perangkat manual. Dalam bidang tertentu seperti pada perusahan

Lebih terperinci

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT JEANNY FRANSISCA SIMBOLON SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara)

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SKRIPSI WINDI LISTIANINGSIH PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian dan di Laboratorium

Lebih terperinci

Olimpiade Sains Nasional 2009 Eksperimen Fisika Hal 1 dari 18. Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus 2009 Waktu 4 Jam

Olimpiade Sains Nasional 2009 Eksperimen Fisika Hal 1 dari 18. Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus 2009 Waktu 4 Jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://forum.pelatihan-osn.com Olimpiade Sains Nasional 2009 Eksperimen Fisika Hal 1 dari 18 Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus 2009 Waktu 4 Jam Petunjuk umum

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum aktivitas perikanan tangkap di Indonesia dilakukan secara open access. Kondisi ini memungkinkan nelayan dapat bebas melakukan aktivitas penangkapan tanpa batas

Lebih terperinci

ANTIREMED KELAS 10 FISIKA

ANTIREMED KELAS 10 FISIKA ANTIREMED KELAS 10 FISIKA Persiapan UAS 2 Doc. Name: AR10FIS02UAS Doc. Version: 2016-07 halaman 1 01. Seseorang berdiri di depan cermin datar sehingga ia dapat melihat keseluruhan bayangannya. Jika cermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat dalam kehidupan manusia. Banyaknya aktifitas manusia menyebabkan banyaknya sarana yang digunakan untuk mempermudah kegiatan

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER NIRKABEL WAJAN BOLIC. Oleh : Muhammad Luthfi Baihaqi

JARINGAN KOMPUTER NIRKABEL WAJAN BOLIC. Oleh : Muhammad Luthfi Baihaqi JARINGAN KOMPUTER NIRKABEL WAJAN BOLIC Oleh : Muhammad Luthfi Baihaqi 3.33.12.2.15 PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci