BADAN STANDARDISASI NASIONAL
|
|
- Handoko Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL NOVOR: 21KEPBSN TENTANG PENETAPAN 33 (TGA PULLH TGA) STANDAR NASONAL NDONESA KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kepentingan perlindungan terhadap konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya, c serta mengembangkan tumbuhnya persaingan yang sehat yang berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan, [ kesehatan, kelestarian fungsi lingkungan h dup, Rancangan Standar Nasional lndonesia (RSN) yang disusun oleh Panitia Teknis perlu ditetapkan menjadi Standar Vasional lndonesia b. bahwa Rancangan Standar Nasional lndonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a, telah dikonsensuskan dan dinyatakan memenuhi persyaratan untuk ditetapkan menjadi Standar Nasional ndonesia; C c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional tentang Penetapan 33 (Tiga Puluh Tiga) Standar Nasional ndonesia; Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020); 2. Keputusan Presiden Nomor 162lM Tahun 2002 tentang Pengangkatan Kepala Badan Standardisasi Nasional;
2 Memperhatikan : Surat Direktur Mutu dan Pengolahan Hasil, Sekretaris Panitia Teknis Perikanan, Ditjen Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan, Nomor: 265O/DPT.51P /\/1/05 tanggal 9 Juni 2005, Perihal: Penetapan Revisi SN Produk Perikanan 2. Surat Direktur Standardisasi dan Akreditasi selaku Ketua Panitia Teknis Perikanan, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Has11 Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Nomor: B.687/P2HP2.2/PS.220//2006 tanggal 21 Maret 2006, Perihal : Perbaikan Persyaratan Mutu revisi SN Es Balok untuk Penanganan ikan; 3. Surat Direktur Standardisasi dan Akreditasi selaku Ketua Panitia Teknis Perikanan, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Has11 Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Nomor: B.1944/P2HP2.2/PS.220N/2006 tanggal 13 Juli 2006, Perihal : Penetapan 20 (Dua Puluh) RSNl Perikanan Budidaya; MEMUTUSKAN: G Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL TENTANG PENETAPAN 33 (TGA PULUH TGA) STANDAR NASONAL NDONESA. PERTAMA : Menetapkan 6 (enam) Standar Nasional ndonesia sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. KEDUA : Menetapkan 27 (dua puluh tujuh) Standar Nasional ndonesia pada lajur 2 sebagai revisi dari Standar Nasional ndonesia pada lajur 3 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini
3 - 3 - KETGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Februari 2007 KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL, NP
4 KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL NOMOR : 21/KEP/BSN/2/2007 TANGGAL : 20 Februari 2007 DAFTAR PENETAPAN 6 (ENAM) STANDAR NASONAL NDONESA c Nomor Nomor Standar 1 Judul Standar Nasional lndonesia urut Nasional ndonesia (2) (3) -- SN Karamba jaring apung (KJA) kayu untuk pembesaran 1 1 ikan kerapu di laut i SNl Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih 1 i 1 sebar SN~ SNl Produksi ben~h nduk udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas induk pokok ikan patin jambal (Pangesius djambal) kelas) benih sebar 1 SN lnduk udang rostris (Litopenaeus stylirostr/s) kelas induk pokok - SN Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL. ~-./MAN SUDARWO NP
5 KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL NOMOR : 21/KEP/BSN/2/2007 TANGGAL : 20 Februari 2007 DAFTAR 27 (DUA PULUH TUJUH) STANDAR NASONAL NDONESA HASlL REVlSl YANG DTETAPKAN WlENJADl STANDAR NASONAL NDONESA Nomor Standar Nasional ndonesia yang ditetapkan Standar Nasional ndonesia yang direvisi (1) 1. 2' (2) SN SN Cara uji mikrobiologi-bagian 3:Penentuan Standar metode pengujian mikrobiologi produk angka lempeng total (ALT) pada produk perikanan penentuan total aerobic plate count perikanan SN Cara uji mikrobiologi-bagian 4: Penentuan Vibrio cholerae pada produk perikanan (3) SN Standar metode pengujian mikrobiologi produk perikanan penentuan Vibrio cholerae SN Cara uji mikrobiologi-bagian 5: ~~nentuan Vibrio firahaern~l~ticus pada Standar metode pengujian mikrobiologi produk produk perikanan perikanan penentuan Vbro parahaemolyticus 4. J. SN SNl Petunjuk pengujian organoleptik dan atau Standar metode pengujian kimia produk sensori perikanan petunjuk pengujian organoleptik Cara uji kimia-bagian 5: Penentuan kadar logam berat kadmium (Cd) pada produk perikanan Shll Standar metode pengujian kimia-produksi perikanan penentuan logam berat (CD, Cu, Cn,Cr, Mg, Mn, Co, Ni, FE?, ca) SN Cara uji kimia-bagian 6:Penentuan kadar logam berat merkuri (Hg) pada produk perikanan SN Standar metode pengujian kimia- Produksi perikanan penentuan kadar merkuri SlVl Cara uji kimia-bagian 7: Penentuan.kadar logam berat timbal (Pb) pada produk perikanan SN Standar metode pengujian k~mia-produksi per~kanan penentuan logam berat (CD, Cu, Cn,Cr, Mg, Mn, Co, Ni, Fe, ca)
6 Nomor Standar Nasional ndonesia yang ditetapkan Standar Nasional lndonesia yang direvisi (1) 8. (2) SN Cara uji fisika -Bagian 3: Penentuan kepekatan saus tomat dalam produk perikanan yang dikemas (3) SNl Standar metode pengujian fisika-produksi perikanan /, 6 9' SN Paha kodok (Rana spp) beku-bagian 1: Spesifikasi SN lo Paha kodok (Rana spp) beku-bagian 2: Persyaratan bahan baku SN Standar paha kodok beku SNl Standar paha kodok beku SN l Paha kodok (Rana spp) beku-bagian 3: Penanganandan pengolahan Shll Standar paha kodok beku SN l2 Fillet nila (Tilapia sp) beku-bagian :Spesifikasi SN Fillet nila merah beku 13' Shll F~llet nlla (Tilapia sp) beku-bagian 2:Persyaratan bahan baku SN Fillet nila merah beku i 0 SNl la' Fillet nila (Tilapia sp) beku-bagian 3:Penanganan dan pengolahan 15' Shll Es untuk penanganan ikan-bagian 1. Spesifikasi SN Fillet nila merah beku -' SNl Es balok untuk penanganan ikan SN l6 Es untuk penanganan ikan-bagian 2: Persyaratan bahan baku SN Es balok untuk penanganan ikan SNl l7 Es untuk penanganan ikan-bagian 3: Penanganan dan pengolahan SNl Es balok untuk penanganan ikan 181\ Pengemasan sidat atau belut hidup melalui SN Pengemasan sidat atau belut hidup (live eel) melalui Pengemasan ikan hias hidup melalui SN T998 Pengemasan ikan h~as hldup (ornamental fish) melalui sarana angkutan utlara
7 Nomor urut (1) ' 24. Standar Nasional ndonesia yang ditetapkan (2) SNl Pengemasan ikan hidup melalui S~O Pengemasan kepiting hidup melalui SN Pengemasan (kura-kura atau peny" atau labi-labi hidup) melalui sarana angkutan udara SN Pengemasan ikan segar melalui SN Pengemasan ular hidup melalui Standar Nasional ndonesia yang direvisi (3) -- - SN Pengemasan ikan hidup (live fish) melalui SN Pengemasan kepiting (crab) hidup melalu~ SN Pengemasan kura-kura atau penyu atau labilabi (turtle) hidup melalui sarana angkutan udara SN Pengemasan ikan segar (fresh fish) melalui s,arana angkutan udara SN Pengemasan ular hidup (live snake) melalui 26. lnduk udang windu Penaeus monodon (Fabricius, 1798) SN Benih udang windu Penaeus monodoll (Fabricius, 1798) kelas benih sebar lnduk udang windu (Penaeus monodon Fabricius) kelas induk pokok (parent stock) SNl Benih udang windu (Penaeus monodon Fabricius) kelas benih sebar Produksi benih udang windu Penaeus monodon (Fabricius, 1798) kelas benih sebar Produksi benih udang windu (Penaeus monodon Fabricius) kelas benih sebar KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL,
8 KETl GA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 0 Februari 2007 (&/ KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL, NP i
9 LAMPRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL VOMOR : /KEP/BSN/2/2007 TANGGAL : Febr~~ari 2007 DAFTAR PENETAPAN 6 (ENAM) STANDAR NASONAL NDONESA / Nomor Nomor Standar ) UrUt 1 Nasional lndonesia ~ Judul Standar Nasional lndonesia ks""""\ w jaring apung (KJA) kayu untuk pembesaran ikan kerapu di laut SNl Benih udang vaname (Litopenaeus vanname;) kelas benih sebar 3. SN kelas induk pokok 4. SN Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar SNl SN lnduk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok = Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan MKEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL, 9 /4! 'MAN SUDARWO '%d - * NP
10 Nomor urut Standar Nasional ndonesia yang ditetapkan - - Standar Nasional lndonesia yang direvisi (1) ' 24 (2) SNl Pengemasan ikan hidup melalui SN Pengemasan kepiting hidup melalui SN Pengemasan "*e atau labl-labi hidup) melalui sarana angkutan udara (kura-kura atau penyu SN l Pengemasan ikan segar melalui SlVl Pengemasan ular hidup melalui (3) SN Pengemasan ikan hidup (live fish) melalui SN Pengemasan kepiting (crab) hidup melalui SN Pengemasan kura-kura atau penyu atau labilabi (turtle) hidup melalui sarana angkutan udara SN Pengemasan ikan segar (fresh fish) melalui SN Pengemasan ular hidup (live snake) melalui lnduk udang windu Penaeus monodon (Fabricius, 1798) SN Benih udang windu Penaeus monodon (Fabricius, 1798) kelas benih sebar lnduk udang windu (Penaeus monodon Fabricius) kelas induk pokok (parent sfock) SNl Benih udang windu (Penaeus monodon Fabricius) kelas benih sebar SN Produksi benih udang windu Penaeus monodon (Fabricius, 1798) kelas benih sebar - - SNl Produksi benih udang windu (Penaeus monodon Fabricius) kelas benih sebar - & KEPALA BADAN STAhDARDSAS NASONAL, SUDARWO
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.61/MEN/2009 TENTANG PEMBERLAKUAN WAJIB STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.61/MEN/2009 TENTANG PEMBERLAKUAN WAJIB STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN
Lebih terperinciBADAN STANDARDISASI NASIONAL
KEPUTUSANKEPALABADANSTANDARDISASINASIONAL NOMOR: 201KEPIBSNI 212007 TENTANG PENETAPAN 10 (SEPULUH) STANDAR NASIONAL INDONESIA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kepentingan
Lebih terperinci6 serta mengembangkan tumbuhnya persaingan yang sehat yang
KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL NOMOR: 221KEPBSNl212007 TENTANG PENETAPAN 4 (EMPAT) STANDAR NASONAL NDONESA KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL \ Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kepentingan
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 171KEPIBSN TENTANG PENETAPAN 18 (DELAPAN BELAS) STANDAR NASIONAL INDONESIA
KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL NOMOR 171KEPBSN1312009 TENTANG PENETAPAN 18 (DELAPAN BELAS) STANDAR NASONAL NDONESA KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONA- a. bahwa untuk rnemenuhr kepent~ngan perllndungan
Lebih terperinci: a. bahwa untuk memenuhi kepentingan perlindungan terhadap
KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR: 17 /KEPIBSN1212007 TENTANG PENETAPAN 24 (DUA PULUH EMPAT) STANDAR NASIONAL INDONESIA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL C Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBADAN STANDARDISASI NASIONAL
BADAN STANDARDSAS NASONAL KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL NOMOR: 95KEPBSN92008 'TENTANG PENETAPAN 0 (SEPULUH) STANDAR NASONAL NDONESA KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciKepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi
Standar Nasional Indonesia Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciBADAN STANDARDISASI NASIONAL KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
BADAN STANDARDSAS NASONAL KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL NOMOR OKEPBSN 1212008 TENTANG PENETAPAN 52 (LMA PLLUH DUA) STANDAR NASONAL NDONESA KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL 1 f Menimbang :
Lebih terperinciBSN) KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 89/KEP/BSN/4/2013 TENTANG PENETAPAN REVISI 5 (LIMA) STANDAR NASIONAL INDONESIA
KEPUTUSAN KEPALA NOMOR 89/KEP/BSN/4/2013 TENTANG PENETAPAN REVISI 5 (LIMA) STANDAR NASIONAL INDONESIA KEPALA, Menimbang a. bahwa untuk menjaga kesesuaian Standar Nasional (SNI) terhadap kebutuhan pasar,
Lebih terperinciBADAN STANDARDISASI NASIONAL KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR: 82/KEP/BSN/ TENTANG KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL NOMOR: 82/KEP/BSN/912007 TENTANG ABOLlSl 11 (SEBELAS) STANDAR NASONAL NDONESA KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL Menimbang : a. bahwa berdasarkan hasil kaji ulang
Lebih terperinciTuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi
Standar Nasional Indonesia Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan
Lebih terperinciIkan beku Bagian 1: Spesifikasi
Standar Nasional Indonesia Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi
Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi
Standar Nasional Indonesia Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/KEPMEN -KP/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN PENERAPAN STANDAR INDONESIA PRODUK PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN
Lebih terperinciTugas Manajemen Mutu Terpadu. 3. Penanganan dan pengolahan Penanganan dan pengolahan cumi-cumi beku sesuai SNI :2010.
Nama : RaisAbdullah NPM : 230110097026 Kelas : Perikanan B Tugas Manajemen Mutu Terpadu Spesifikasi CUMI-CUMI BEKU SNI 2731.1:2010 1. Istilah dan definisi cumi-cumi beku merupakan produk olahan hasil perikanan
Lebih terperinciLAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM LP-103-IDN
LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM LP-103-IDN Mikrobiologi Udang segar, udang beku, Angka lempeng total SNI 01-2339-1991 udang kupas mentah beku, Escherichia coli SNI 01-2332-1991 udang kupas
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 481/Kpts/OT.210/5/98. Tentang PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOMODITAS HASIL PERTANIAN
G/SPS/N/IDN/4 REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN Nomor : 481/Kpts/OT.210/5/98 Tentang PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOMODITAS HASIL PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa Menteri Negara Riset dan Teknologi/Ketua
Lebih terperinciBSN) BADAN STANDARDISASI NASIONAL KEPUTUSAN KEPALA BAOAN STANDARDISASI NASIONAL TENTANG PENETAPAN REVISI 12 (OUA BELAS) STANDAR NASIONAL INDONESIA
KEPUTUSAN KEPALA BAOAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 115jKEPjBSNj5j2013 TENTANG PENETAPAN REVISI 12 (OUA BELAS) STANDAR NASIONAL INDONESIA KEPALA, Menimbang a. bahwa untuk rnenjaga kesesuaian Standar Nasional
Lebih terperinciUdang beku Bagian 1: Spesifikasi
Standar Nasional Indonesia Udang beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciBADAN STANDARDISASI NASIONAL
KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR: 23KEPIBSN1212007 TENTANG PENETAPAN 5 (LIMA) STANDAR NASIONAL INDONESIA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menim bang : a. bahwa untuk memenuhi kepentingan
Lebih terperinciBADAN STANDARDISASI NASIONAL KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
BADAN STANDARDISASI NASIONAL KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 109IKEPIBSN11212008 'TENTANG PENETAPAN 26 (DUA PULUH ENAM) STANDAR NASIONAL INDONESIA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
Lebih terperinciBADAN STANDARDISASI NASIONAL
NOMOR 1161KEPlBSN11212008 TENTANG PENETAPAN 16 (ENAM BELAS) STANDAR NASIONAL INDONESIA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kepentingan perlindungan terhadap konsumen,
Lebih terperinciSosis ikan SNI 7755:2013
Standar Nasional Indonesia Sosis ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini
Lebih terperinciEs untuk penanganan ikan - Bagian 1: Spesifikasi
Standar Nasional Indonesia Es untuk penanganan ikan - Bagian 1: Spesifikasi ICS 13.060.25 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM
WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang
Lebih terperinciBakso ikan SNI 7266:2014
Standar Nasional Indonesia Bakso ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini
Lebih terperinciAir mineral alami SNI 6242:2015
Standar Nasional Indonesia Air mineral alami ICS 67.160.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
Lebih terperinciSiomay ikan SNI 7756:2013
Standar Nasional Indonesia Siomay ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini
Lebih terperinciAir mineral SNI 3553:2015
Standar Nasional Indonesia ICS 67.160.20 Air mineral Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN
Lebih terperinciSarden dan makerel dalam kemasan kaleng
Standar Nasional Indonesia Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian
Lebih terperinciTuna dalam kemasan kaleng
Standar Nasional Indonesia Tuna dalam kemasan kaleng ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2015
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK NOMOR 23/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL 14 (EMPAT BELAS) PRODUK PERIKANAN NONKONSUMSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan
Standar Nasional Indonesia Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3
Lebih terperinciAir demineral SNI 6241:2015
Standar Nasional Indonesia Air demineral ICS 67.160.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
Lebih terperinciPengemasan sidat atau belut hidup melalui sarana angkutan udara
Standar Nasional Indonesia Pengemasan sidat atau belut hidup melalui sarana angkutan udara ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang Iingkup...1 2 Istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah adalah tempat mengkarantinakan sampah atau menimbun sampah yang diangkut dari sumber sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan.
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UDANG (Penaeus sp) UNTUK PENGANEKARAGAMAN MAKANAN RINGAN BERBENTUK STICK Tri Rosandari dan Indah Novita Rachman Program Studi Teknoogi Industri Pertanian Institut Teknologi Indonesia
Lebih terperinciBSN^ BADAN STANDARDISASI NASIONAL KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 7/KEP/BSN/1/2016 TENTANG
t f. BSN^ KEPUTUSAN KEPALA NOMOR 7/KEP/BSN/1/2016 TENTANG PENETAPAN REVISI 4 (EMPAT) STANDAR NASIONAL INDONESIA KEPALA, Menimbang a. bahwa untuk menjaga kesesuaian Standar Nasional Indonesia terhadap kebutuhan
Lebih terperinciPengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara
Standar Nasional Indonesia Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013 sampai dengan 5 Juni 2013 di PT. Awindo Internasional Jakarta. PT. Awindo Internasional terletak
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 181KEPIBSN TENTANG PENETAPAN 6 (ENAM) STANDAR NASIONAL INDONESIA
KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 181KEPIBSN1312009 TENTANG PENETAPAN 6 (ENAM) STANDAR NASIONAL INDONESIA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kepentingan
Lebih terperinciIkan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan
Standar Nasional Indonesia Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
PERATURAN NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.07.11.6662 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN CEMARAN MIKROBA DAN LOGAM BERAT DALAM KOSMETIKA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG
DRAFT PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2017 BPOM. Pangan Olahan. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat. PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
\ PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/PERMEN-KP/2015 TENTANG PENGENDALIAN RESIDU OBAT IKAN, BAHAN KIMIA, DAN KONTAMINAN PADA KEGIATAN PEMBUDIDAYAAN IKAN KONSUMSI DENGAN
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 di PT. AGB Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR: 921KEPIBSN TENTANG PENETAPAN 8 (DELAPAN) STANDAR NASIONAL INDONESIA
KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR: 921KEPIBSN11012007 TENTANG PENETAPAN 8 (DELAPAN) STANDAR NASIONAL INDONESIA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki panjang garis pantai mencapai 104.000 km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2 (Pusat Data, Statistik dan
Lebih terperinci2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
No.60, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN POM. Kosmetika. Cemaran. Mikroba. Logam Berat. Persyaratan. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara
SNI 7586:2010 Standar Nasional Indonesia Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7586:2010 Daftar isi Daftar isi...i
Lebih terperinciBADAN STANDARDISASI NASIONAL
KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL NOMOR 63/KEPBSN1712009 TENTANG PENETAPAN 1 (SEBELAS) STANDAR NASONAL NDONESA KEPALA BADAN STANDARDSAS NASONAL Menimbang : a. bahwa untuk memenuh~ kepentmgan perlmdungan
Lebih terperinciSNI 4230:2009. Standar Nasional Indonesia. Pepaya
Standar Nasional Indonesia Pepaya ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Ketentuan mengenai
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP. 07/MEN/2004 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN BENIH IKAN
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP. 07/MEN/2004 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN BENIH IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/20109 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.06/MEN/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggungpunggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah aliran sungai akan ditampung oleh punggung
Lebih terperinciMENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 202 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DAN ATAU TEMBAGA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh
Lebih terperinciSNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.
Standar Nasional Indonesia Jeruk keprok ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Ketentuan
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe
Standar Nasional Indonesia Saus cabe ICS 67.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Syarat
Lebih terperinciPengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat
SNI 7585:2010 Standar Nasional Indonesia Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7585:2010 Daftar isi Daftar isi...i
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 21/ KPTS/013/2005 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 21/ KPTS/013/2005 TENTANG PENUNJUKAN LABORATORIUM BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (BBTKLPPM) SURABAYA
Lebih terperinciTARIF LINGKUP AKREDITASI
TARIF LINGKUP AKREDITASI LABORATORIUM BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG BIDANG PENGUJIAN KIMIA/FISIKA TERAKREDITASI TANGGAL 26 MEI 2011 MASA BERLAKU 22 AGUSTUS 2013 S/D 25 MEI 2015 Bahan Atau Produk Pangan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN SNI SEBAGIAN PARAMETER PERSYARATAN KADAR FORMALDEHIDA DAN LOGAM TEREKSTRAKSI PADA TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL SECARA WAJIB
Lebih terperinciPengemasan kepiting hidup melalui sarana angkutan udara
Standar Nasional Indonesia Pengemasan kepiting hidup melalui sarana angkutan udara ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang Iingkup... 1 2 Istilah dan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBsy) BADAN STANDARDISASI NASIONAL KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 97/KEP/BSN/4/2017 TENTANG
Bsy) KEPUTUSAN KEPALA NOMOR 97/KEP/BSN/4/2017 TENTANG PENETAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA 8293:2017 SPESIFIKASI CAT PLASTIS DINGIN (COLD PLASTICS} UNTUK MARKA JALAN Menimbang Mengingat a. bahwa untuk
Lebih terperinciPERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi
PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi Definisi Akuakultur Berasal dari bahasa Inggris: aquaculture Aqua: perairan, culture: budidaya Akuakultur : kegiatan untuk memproduksi biota (organisme)
Lebih terperinciFilet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan
Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 110KEP/BSN/ 12/2008 /12/2005 TENTANG PENETAPAN 52 (LIMA PULUH DUA) STANDAR NASIONAL INDONESIA
KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 110KEP/BSN/ 12/2008 /12/2005 TENTANG PENETAPAN 52 (LIMA PULUH DUA) STANDAR NASIONAL INDONESIA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM
L A M P I R A N 268 BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/ton) TSS 20 0,40 Sianida Total (CN) tersisa 0,2 0,004 Krom Total (Cr) 0,5
Lebih terperinciMENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN,
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM MENTERI PERINDUSTRIAN
Lebih terperinciKonsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling
Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.05/MEN/2009 TENTANG SKALA USAHA DI BIDANG PEMBUDIDAYAAN IKAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.05/MEN/2009 TENTANG SKALA USAHA DI BIDANG PEMBUDIDAYAAN IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci1 BAB I. PENDAHULUAN
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu komponen penting bahan pangan bagi manusia. Hal ini disebabkan karena kandungan gizinya, terutama protein (Ababouch, 2012; Anene et al.,
Lebih terperinciPengemasan ular hidup melalui sarana angkutan udara
Standar Nasional Indonesia Pengemasan ular hidup melalui sarana angkutan udara ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang Iingkup...1 2 Istilah dan definisi...1
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/PERMEN-KP/2016 TENTANG LARANGAN PENANGKAPAN DAN/ATAU PENGELUARAN LOBSTER (Panulirus spp.), KEPITING (Scylla spp.), DAN RAJUNGAN (Portunus
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. bahwa pengawasan
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Saus tomat ICS Badan Standardisasi Nasional
Standar Nasional Indonesia Saus tomat ICS 67.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Persyaratan...1
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN
Lebih terperinciIkan beku SNI 4110:2014
Standar Nasional Indonesia Ikan beku ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR
1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
Lebih terperinciSNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12
LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-080-IDN Bahan atau produk yang Jenis Pengujian atau sifat-sifat yang Spesifikasi, metode pengujian, teknik yang Kimia/Fisika Pangan Olahan dan Pakan Kadar
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 112 TAHUN 2012
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 112 TAHUN 2012 TENTANG PENYESUAIAN TARIF RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G STANDARDISASI, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG INDUSTRI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan Benur udang vannamei yang digunakan dalam penelitian berasal dari Balai Benih Air Payau (BBAP) Situbondo menggunakan transportasi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.05/MEN/2009 TENTANG SKALA USAHA DI BIDANG PEMBUDIDAYAAN IKAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.05/MEN/2009 TENTANG SKALA USAHA DI BIDANG PEMBUDIDAYAAN IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciSusu segar-bagian 1: Sapi
Standar Nasional Indonesia Susu segar-bagian 1: Sapi ICS 67.100.01 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh
Lebih terperinciL A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH
L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH 323 BAKU MUTU AIR LIMBAH INDUSTRI KECAP PARAMETER BEBAN PENCEMARAN Dengan Cuci Botol (kg/ton) Tanpa Cuci Botol 1. BOD 5 100 1,0 0,8 2. COD 175 1,75 1,4 3. TSS
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).tiga perempat dari luas wilayah
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).tiga perempat dari luas wilayah Indonesia atau sekitar 5.8 juta km² berupa laut.garis pantai
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN SNI SEBAGIAN PARAMETER UNTUK HANDUK SECARA WAJIB
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN SNI SEBAGIAN PARAMETER UNTUK HANDUK SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 238/KPts/OT.210/4/2003 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN PUPUK AN-ORGANIK MENTERI PERTANIAN,
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 238/KPts/OT.210/4/2003 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN PUPUK AN-ORGANIK MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai
Lebih terperinciProduksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam
Standar Nasional Indonesia Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 02/Ka-BAPETEN/V-99 TENTANG BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya
Lebih terperinci