PENERAPAN POLA PBMP MELALUI COOPERATIF LEARNING MODEL TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR DI KELAS V SDN KAYEN I PACITAN. Oleh: Sugeng Suryanto*

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN POLA PBMP MELALUI COOPERATIF LEARNING MODEL TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR DI KELAS V SDN KAYEN I PACITAN. Oleh: Sugeng Suryanto*"

Transkripsi

1 PENERAPAN POLA PBMP MELALUI COOPERATIF LEARNING MODEL TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR DI KELAS V SDN KAYEN I PACITAN Oleh: Sugeng Suryanto* Abstrak Setiap pendidik seharusnya menyadari pentingnya pemberdayaan berfikir dalam proses pembelajaran. Rendahnya tingkat berfikir peserta didik biasanya disebabkan metode pembelajaran yang digunakan kurang merangsang pemberdayaan berfikir, apalagi metode yang digunakan adalah metode konvensional seperti ceramah. Pola pembelajaran PBMP sangat sejalan dengan filsafat konstruktivisme. Pada pembelajaran ini tidak ada proses pembelajaran yang berlangsung secara informatif. Karena, penerapan pola PBMP yang menggabungkan strategi pembelajaran kooperatif dengan model TGT mengedepankan peran aktif peserta didik, tidak lagi dari pendidiknya. Kata kunci: Pola PBMP, model TGT dan berfikir tingkat tinggi. A. Pendahuluan Peningkatan sumber daya manusia merupakan hal yang tidak dapat ditunda, mengingat kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia sangat melimpah. Untuk itu, diperlukan peningkatan sumber daya manusia guna mengejar ketertinggalan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejalan dengan hal itu, peningkatan mutu pendidikan idealnya terus dikembangkan. Seperti sekarang ini, kurikulum 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) telah disempurnakan menjadi kurikulum 2006 atau lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sesuai dengan namanya, kurikulum 2006 menitik beratkan pada kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Setiap pendidik seharusnya menyadari pentingnya pemberdayaan berpikir dalam proses pembelajaran. Rendahnya tingkat berpikir peserta didik biasanya disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan kurang merangsang pemberdayaan berpikir, apalagi metode yang digunakan adalah metode konvensional seperti ceramah an-sich. Dalam pelaksanaannya, metode ini cenderung berpusat pada guru dan sedikit melibatkan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Peserta didik cenderung pasif dan kurang mengasah kemampuan berpikir untuk memecahkan suatu masalah, karena semua informasi yang mereka inginkan dapat langsung diperoleh dari guru. Terkait hal itu, pola pembelajaran Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) dapat dijadikan salah satu alternatif solutif. Karena model PBMP sejalan dengan filsafat konstruktivisme. Pada pembelajaran tersebut tidak ada proses pembelajaran yang berlangsung secara informatif. Seluruhnya 8

2 dilakukan melalui rangkaian atau jalinan pertanyaan yang dirancang secara tertulis. Peserta didik pun diarahkan untuk memecahkan masalah dengan pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara teratur. Perlu dipahami bersama, bahwa pola pengajaran PBMP menyajikan pengalaman langsung bagi peserta didik. Peserta didik diharapkan memperoleh pengetahuan dengan cara mengamati, megidentifikasikan dan melakukan eksperimen. Bukan hanya menerima pengetahuan langsung jadi dari gurunya. Pada penerapan pola pembelajaran PBMP dapat pula digabungkan dengan strategi pembelajaran kooperatif. Salah satunya, dengan TGT (Teams-Games- Tournament). Persoalannya kemudian, apakah penerapan pola PBMP dan TGT efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir para peserta didik? B. Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) PBMP pada hakikatnya merupakan singkatan dari pemberdayaan berpikir melalui pertanyaan, pola PBMP merupakan suatu pola pembelajaran yang diimplementasikan dalam bentuk suatu lembar peserta didik (lembar PBMP) yang kesemuanya berisi kalimat tanya dan kalimat perintah. Pertanyaan-pertanyaan pada PBMP dirancang secara tertulis yang merupakan rangkaian pertanyaan mulai pertanyaan tingkat rendah sampai pertanyaan tingkat tinggi. Dengan pertanyaan tersebut, peserta didik diminta untuk mencari jawabannya, jawaban dari pertanyaan itu nantinya akan membentuk suatu konsep yang utuh yang dimiliki oleh peserta didik. Hal itu memperlihatkan bahwa peserta didik memperoleh pengetahuan dengan usahanya sendiri dengan cara mengkonstruksi beberapa informasi yang terpisah menjadi konsep yang utuh. Hal ini sesuai dengan filosofi konstruktivisme. Disamping berisi pertanyaan, lembar PBMP juga berisi tentang suatu prosedur kerja (praktikum) yang harus dilakukan peserta didik. Prosedur kerja dirumuskan dengan kalimat perintah yang dapat membantu peserta didik mengkonstruk pemahaman tentang suatu konsep. Pembelajaran IPA yang menggunakan pola PBMP telah terbukti sangat memberdayakan penalaran peserta didik. Mengacu kepada pendapat Corebina (122: 1999) menyatakan, bahwa Pola PBMP merupakan salah satu cara yang sangat efisien dalam memberdayakan penalaran peserta didik. Selain itu, pola ini juga memperhatikan tata bahasa yang digunakan dalam pertanyaan dalam lembar PBMP, pertanyaan dan jawaban yang dikemukakan oleh peserta didik. Beberapa karakteristik lembar PBMP yang dapat dijadikan acuan dalam menyusun pertanyaan, pada pengembangan lembar PBMP sebagai berikut: 1. Gramatika bahasa Indonesia yang dipakai harus selalu benar. 2. Pertanyaan dapat diupayakan agar dimulai dalam konsep besar ke konsep kecil 3. Jalinan antar pertanyaan ditata logis. 4. Pertanyaan tentang hal yang sama diulang dan dirumuskan dari sudut pandang yang berbeda. 9

3 5. Satu konsep dan sub konsep dikaji sebanyak-banyaknya. 6. Pertanyaan lain terkait dikembangkan dan diutamakan yang terkait dengan pengalaman kehidupan sehari-hari. 7. Pertanyaan dibagian awal tidak perlu langsung dijawab. Dalam hal ini dapat terjawab dengan sendirinya, jika pertanyaan berikutnya dapat terjawab. Hal ini akan terjadi dengan lancar, jika jalinan antar pertanyaan ditata dengan baik dan logis, disamping mempertahankan konsistensinya. C. Pembelajaran Kooperatif Model TGT (Team-Games-Tounament) Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pengajaran yang berasosiasi pada pendekatan kontekstual. Pembelajaran kooperatif adalah metode belajar yang didesain untuk mengembangkan kerjasama dan tanggung jawab peserta didik yang dirancang untuk mengurangi persaingan yang banyak ditemui dikelas (Slavin, 29: 1995). Definisi di atas, menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada aktivitas belajar dari sekelompok kecil peserta didik yang didalamnya terjadi kerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif mendorong adanya kerjasama setiap anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan bersama. Adanya kerjasama kelompok tersebut, menunjukkan bahwa keberhasilan kelompok ditentukan oleh hasil belajar bersama dalam kelompok. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan melaksanakan tanggung jawab perseorangan, maka setiap anggota kelompok berkesempatan untuk ikut andil bagi kesuksesan kelompoknya. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama, hal tersebut terlihat dari unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yaitu: 1. Peserta didik dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. 2. Peserta didik bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri. 3. Peserta didik haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memilki tujuan yang sama. 4. Peserta didik haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. 5. Peserta didik akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/ penghargaan yang juga untuk semua anggota kelompok. 6. Peserta didik berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selam proses belajarnya. 7. Peserta didik akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif Terdapat banyak model pembelajaran kooperatif yang berhasil dikembangkan peneliti-peneliti pendidikan. Model pembelajaran ini telah diterapkan pada beragam materi yang salah satunya adalah model TGT (Team- Games-Tournament), sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif TGT sangat mudah diterapkan. 10

4 Terdapat beberapa komponen dari pembelajaran kooperatif model TGT (Slavin, 1995), yaitu: 1. Presentasi kelas Guru memulai siklus TGT dengan perintah langsung, guru seharusnya aktif dalam membangun ketertarikan peserta didik, aktif mendemonstrasikan konsep, atau ketrampilan dan melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran. 2. Teams Setelah menerima instruksi secara langsung dari guru, murid kemudian belajar materi dalam kelompok yang terdiri dari 4 anggota dengan memperhatikan heterogenitas dalam kelompok. Masing-masing anggota mendiskusikan masalah bersama-sama, membandingkan jawaban dan mengoreksi apabila terdapat salah konsep dan jika teman dalam satu kelompok ada yang salah konsep (Jacob,123: 999). 3. Games Games disusun dari pertanyaan yang relevan, dirancang untuk menguji pengetahuan peserta didik yang diperoleh dari presentasi kelas dan diskusi team. Games dimainkan pada meja turnamen yang terdiri dari 3 orang dan masing-masing mewakili dari kelompok yang berbeda. Peserta didik dikelompokkan berdasarkan hasil akademik sebelumnya. Pada masingmasing meja turnamen terdapat kartu dengan sejumlah pertanyaan, jawaban yang sesuai dalam posisi yang tertutup pada meja. Kemudian, peserta didik terus membacakan pertanyaan secara bergantian sampai semua pertanyaan dijawab atau guru mengumumkan bahwa turnamen telah berakhir, pada akhir turnamen, peserta didik menghitung jumlah kartu yang didapat selama turnamen. Skor individu kemudian dimasukkan dalam point turnamen. Nilai rata-rata team dihitung dengan jumlah poin yang didapat oleh masing-masing anggota team, karena peserta didik pada masingmasing meja turnamen mempunyai catatan yang mirip pada prestasi akhir. 4. Team Recognize Guru mengumumkan team yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah, apabila rata skor mencapai skor criteria Team mendapat julukan Super Team; jika nilai rata-rata 45 atau lebih, kelompok tersebut mendapat predikat Great Team, dan jika nilai rata-rata kelompok tersebut mencapai 40-45, maka mereka memperoleh predikat Good Team. D. Siklus I 1. Pelaksanaan Siklus I a. Pertemuan I (3 Agustus 2008) Pada pertemuan pertama diterapkan pola PBMP, lembar PBMP diberikan pada pertemuan sebelumnya untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mempelajarinya terlebih dahulu. Peserta didik menggambar hasil pengamatannya pada buku tugas. Dari hasil pengamatan tersebut, dapat menjawab pertanyaan yang ada pada lembar PBMP dan didiskusikan secara berkelompok. b. Pertemuan II (8 Agustus 2008) 11

5 Proses belajar mengajar dilanjutkan dengan kegiatan presentasi dan diskusi kelas. Kelompok A dan B mendapat kesempatan untuk mempersentasikan hasil pengamatan dan diskusi kelompok yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan presentasi mengalami kendala, hal ini disebabkan oleh penyajian yang kurang siap dan kurang terarah, sehingga mengakibatkan suasana kelas yang gaduh. Untuk memotivasi peserta didik dalam mengajukan pertanyaan, peserta didik diberi tugas agar membuat pertanyaan pada kertas berwarna merah yang telah disediakan. Bagi peserta didik yang mengajukan pertanyaan mendapat point, begitu pula peserta didik yang mengajukan jawaban atau pendapat. c. Pertemuan III (11 Agustus 2008) Kegiatan praktikum banyak mengalami kendala, sebagian besar peserta didik kurang terampil dalam menyiapkan alat dan bahan. Hal itu pulalah yang menyebabkan kurangnya antusiasme peserta didik dalam praktikum. Waktu yang minimpun menjadi kendala, hanya ada 3 perlakuan untuk setiap kelompok. Tiap kelompok besar, menuliskan data pengamatan di papan. Kemudian, data tersebut didiskusikan dan digunakan untuk menjawab pertanyaan pada lembar PBMP. d. Pertemuan IV (15 Agustus 2008) Data dari praktikum sebelumnya, kemudian didiskusikan secara berkelompok. Peserta didik menjawab pertanyaan yang ada pada lembar PBMP. Hasil diskusi kelompok tersebut, lalu dipresentasikan. Berdasarkan hasil observasi pada presentasi dan diskusi sebelumnya yang didominasi oleh peserta didik tertentu dan peserta didik yang kurang tertib, maka presentasi pada pertemuan IV dan berikutnya ditunjuk peserta didik sebagai moderator dan penyangga utama. Presentasi hanya dilakukan 1 jam pelajaran, sedangkan 1 jam pelajaran berikutnya dilakukan dengan tanya jawab dan klarifikasi jawaban peserta didik saat presentasi. Hasil observasi terhadap kegiatan presentasi memperlihatkan bahwa banyak peserta didik yang ingin mengajukan pertanyaan, namun karena waktu yang terbatas maka hanya beberapa pertanyaan peserta didik yang bisa ditanggapi penyaji. Kelas tidak lagi didominasi oleh peserta didik tertentu. Peserta didik yang tidak aktif (diam) pada pertemuan sebelumnya, turut aktif pula mengajukan pertanyaan. Pertanyaan peserta didik tidak lagi berasal dari lembar PBMP, melainkan sudah berubah menjadi pertanyaan terbuka. Partisipasi peserta didik dalam menjawab ataupun mengajukan pendapat juga mengalami peningkatan. Peserta didik tidak lagi harus ditunjuk untuk menjawab pertanyaan baik dari guru ataupun peserta didik lain. Sebagian besar peserta didik merasa senang dengan alasan pembelajaran tersebut. e. Pertemuan V (24 Agustus 2008) Pembelajaran dilakukan dengan tanya jawab antara guru dan peserta didik dengan tetap mengacu pada lembar PBMP, disamping pertanyaan spontan dari guru. Diawal pembelajaran, guru memberi kesempatan 12

6 kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas saat diskusi pada pertemuan sebelumnya. Banyak peserta didik yang mengangkat tangan untuk bertanya. Guru sebagai fasilitator tidak secara langsung menjawab pertanyaan tersebut, namun mengembalikan pertanyaannya pada peserta didik. Peserta didik menjawab dan mengemukakan pendapatnya tanpa harus ditunjuk. Jawaban peserta didik pun berupa jawaban panjang dan runtun. Selain memperhatikan ketrampilan berpikir, pola PBMP juga memperhatikan gramatika bahasa yang digunakan. Jika, ditinjau dari segi bahasa, gramatika bahasanya kurang begitu mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan guru lebih menitik beratkan pada bagaimana membangkitkan keaktifan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan jawaban ataupun mengemukakan pendapat dalam suatu proses pembelajaran. f. Pertemuan VI ( 28, Agustus 2008) Peserta didik melakukan kegiatan yang ada pada lembar PBMP Kegiatan dilakukan di luar jam pelajaran. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa peserta didik kurang memiliki tanggung jawab untuk melakukan tugasnya. Percobaan yang seharusnya dilakukan seminggu sebelumnya, hanya dilakukan satu hari sebelum diskusi dilakukan bahkan ada yang tidak melakukan percobaan tersebut. Hanya ada satu kelompok yang mengerjakan, maka kesempatan presentasi diberikan pada kelompok tersebut. Seperti hanya pertemuan sebelumnya, pada saat presentasi peserta didik yang duduk dibelakang kurang memperhatikan, alasannya tidak mendengar apa yang disampaikan oleh penyaji. Keterlibatan mereka dalam diskusi pun kurang begitu efektif, namun keaktifan peserta didik mengajukan pertanyaan dan menjawab masih dapat dipertahankan. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik selama siklus I penerapan pola PBMP, maka diadakanlah tes. Soal tes dibuat oleh guru yang berjumlah 15 orang. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berupa 10 soal uraian singkat dan 5 soal uraian panjang. Presentase hasil belajar peserta didik dalam rentangan di siklus 1 ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel. I Hasil Belajar Peserta didik dalam Rentangan 5 pada Siklus I No Rentang Nilai Jumlah Peserta didik Prosentase , , , , ,55 Jml ,00 2. Observasi pada siklus I a. Peserta didik kurang terampil menggunakan alat ketika praktikum di ruang laboratorium. 13

7 b. Kerjasama peserta didik dalam kelompok kurang dan tidak ada pembagian tugas ketika praktikum. c. Peserta didik mulai termotivasi untuk bertanya, namun kualitas pertanyaannya hanya pada tingkat ingatan. Sehingga frekuensi pertanyaan menurut taksonomi Bloom dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. II Tingkat Berpikir Menurut Taksonomi Bloom Pada Siklus I Pokok bahasan Tingkat kognitif No Pecahan Sub Pokok Bahasan C1 C2 C3 C4 C5 C6 1 Mengubah pecahan biasa menjadi desimal Mengubah persen menjadi desimal Penunjukan nilai tempat angka desimal Nilai tempat angka pada pecahan desimal Keterangan: C1 = Ingatan C2 = Pemahaman C3 = Penerapan C4 = Analisis C5 = Sintesis C6 = Evaluasi d. Aktivitas peserta didik menjawab dan mengemukakan pendapat mengalami peningkatan. Peserta didik tidak lagi harus ditunjuk untuk menjawab jawaban, mereka mulai mengubah dari jawaban pendek menjadi jawaban panjang dan sitemik. Ringkasan frekuensi jawaban peserta didik berdasarkan gramatika kebahasaannya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. III Jawaban Peserta Didik Berdasarkan Bahasa Pada Siklus I Pokok bahasan Kriteria No Pecahan Sub Pokok Bahasan Mengubah pecahan biasa menjadi desimal Mengubah persen menjadi desimal Penunjukan nilai tempat angka desimal Nilai tempat angka pada pecahan desimal Keterangan: C1 = Ingatan C2 = Pemahaman 14

8 C3 = Penerapan C4 = Analisis C5 = Sintesis C6 = Evaluasi e. Soal tes berupa 10 soal esay tertutup dan 5 soal esay terbuka, rata-rata nilainya Refleksi siklus I Dari beberapa pertemuan pada siklus I, pola pembelajaran PBMP mengalami peningkatan. Terutama tingkat berpikir peserta didik dan kualitas pertanyaan dan jawaban mereka. Pada awalnya yang hanya berupa pertanyaan tertutup,--berada pada tingkat pertanyaan C1 dan C3--mulai berubah menjadi pertanyaan terbuka menuju tingkat pertanyaan C4 dan C5. Peserta didik tidak lagi dipaksa untuk bertanya, dan mengemukakan pendapat. Hal tersebut terjadi karena peserta didik sudah terbiasa untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah yang ada pada lembar PBMP. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada siklus I, di antaranya; 1) kurangnya kerja sama kolektif peserta didik; 2) peserta didik kurang terlibat secara aktif pada saat diskusi, terutama peserta didik yang duduk di belakang; 3) tidak semua peserta didik mampu mengemukakan pendapatnya, sehingga masih ada sebagian peserta didik yang belum berani berpendapat dan bertanya. E. Siklus II 1. Perencanaan Siklus II Dari refleksi siklus I, maka pada siklus II direncanakan pembelajaran yang menggabungkan pola PBMP dengan pembelajaran kooperatif model TGT. Siklus II ini berlangsung dari tanggal 7 September sampai 26 Oktober Pelaksanaan Siklus II Uraian dari masing-masing pertemuan pada siklus II adalah sebagai berikut: a. Pertemuan I (19, September 2008) Berdasarkan tahapan TGT, tahapan pertama adalah Class Presentation. Pada tahap ini guru mengeksplorasi pengetahuan awal peserta didik dengan pertanyaan yang dapat meningkatkan ketertarikan pada materi yang akan dipelajari. Kemudian, peserta didik berkelompok sesuai dengan kelompok yang baru dibentuk. Belajar kelompok (teams), adalah tahap 2 TGT. Pada tahap inilah, terjadi penggabungan antara PBMP dan TGT. Peserta didik secara berkelompok belajar memecahkan masalah melalui pengamatan, diskusi, melengkapi dan mencocokkan jawaban dengan teman sekelompoknya. Pelaksanaan turnamen banyak mengalami kendala, hal ini terjadi karena tidak semua peserta didik terlibat dalam turnamen. Hanya 3 kelompok yang terlibat, yaitu kelompok 1, 2 dan 3 sedangkan yang lain hanya memperhatikan dan mendengarkan ketiga kelompok tersebut selesai 15

9 turnamen. Peserta didik pun dalam kondisi kurang siap, mereka beralasan belum belajar sehingga menghambat jalannya turnamen. Kurang berhasilnya pembelajaran tersebut, akibat dari kurang terlibatnya seluruh peserta didik dalam prosesi diskusi. Hal ini berdampak pula pada hasil belajar peserta didik yang mengalami penurunan, bila dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas pada siklus I. Hasil belajar peserta didik dalam rentangan 5 dapat dilihat pada tabel IV. Penurunan tersebut, tidak semata-mata akibat dari pembelajaran yang diterapkan, namun akibat soal tes yang lebih serta tipe soal yang berbentuk uraian panjang. Tabel. IV Frekuensi hasil belajar siklus II No Rentang Nilai Jumlah Peserta didik Prosentase , , , , ,00 N ,00 b. Pertemuan II (21, September 2008) Dari hasil pengamatan pada pembelajaran sebelumnya, guru mencoba memperbaiki penerapan penggabungan pola PBMP dengan pembelajaran kooperatif model TGT. Seluruh tahapan TGT tidak dapat dilaksanakan pada 1 kali pertemuan, sehingga harus dipisah dalam 2-3 kali pertemuan. Pertemuan ke-ii digunakan untuk tahapan class presentation dan teams. Hasil pengamatan didiskusikan dan dapat menjawab petanyaan yang ada pada lembar PBMP. Dengan kelompok yang heterogen, diharapkan peserta didik mempunyai kemampuan akademik yang tinggi dapat menjadi tutor bagi temannya, yang kemampuan akademiknya sedang bahkan yang kurang. c. Pertemuan III ( 25, September 2008) Pada pertemuan II peserta didik berkelompok sesuai dengan kelompok heterogen. Untuk mengetahui bahwa pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari sesuai atau tidak, maka diadakan diskusi kelas yaitu; dengan cara menjawab pertanyaan pada lembar PBMP secara bergiliran untuk masing-masing kelompok. Guru menunjuk salah satu kelompok untuk menjawab pertanyaan pertama, jika kelompok tersebut dapat menjawabnya maka berhak untuk menunjuk kelompok lain untuk menunjuk pertanyaan selanjunya, begitu seterusnya. Pertanyaan dapat pula tidak berasal dari lembar PBMP, melainkan hasil diskusi kelompok. Dengan demikian, kelompok yang ditunjuk untuk menjawab pertanyaan akan berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Hal tersebut dapat meningkatkan kerjasama dalam kelompok dan setiap individu akan merasa keberhasilan kelompoknya tergantung pada setiap individu dalam kelompok tersebut. d. Pertemuan IV (28, September 2008) 16

10 Berdasar hasil observasi pada pelaksanaan turnamen sebelumya, maka tahapan turnamen selanjutnya dimodifikasi pelaksanaannya. Peserta didik diminta duduk di meja turnamen berdasar tingkat akademiknya, semua peserta didik telibat dalam turnamen tersebut. Pada meja disediakan 4 soal, 4 jawaban yang masing-masing 1 soal dan jawaban untuk 1 peserta didik, suasana kelas menjadi ramai, karena pada masing-masing meja tournamen peserta didik saling bertanya dan menjawab pertanyaan. Namun, ada beberapa kendala yaitu waktu yang diperlukan kurang memadai, sehingga ada 2 peserta didik yang belum menyelesaikan pertanyaan, hal tersebut terjadi karena peserta didik belum terbiasa, bocornnya jawaban juga bisa terjadi, karena 4 pertanyaan dan soal diberikan seluruhnya pada peserta didik. e. Pertemuan V (2, Oktober 2008) Pembelajaran tetap dengan menggabungkan pola PBMP dengan TGT. Penulis memperbaiki penerapan pembelajaran tersebut, seperti halnya pembelajaran sebelumnya. Class Presentation dilakukan oleh guru dengan mengeksplorasi pengetahuan awal peserta didik dan membangkitkan ketertarikan peserta didik. Kemudian, peserta didik di beri kesempatan untuk belajar dengan kelompoknya. f. Pertemuan VI (8, Oktober 2008) Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi kelompok yang belum presentasi pada pertemuan sebelumnya. Banyak pertanyaan dari peserta didik ± 9 pertanyaan, ringkasan frekuensi pertanyaan peserta didik berdasarkan taksonomi Bloom pada siklus II dapat dilihat pada tabel v. Namun pertanyaan tersebut tetap berupa pertanyaan ingatan dan pemahaman. Dari pengamatan tersebut, dapat dilihat peningkatan keaktifan peserta didik, namun tingkat berpikirnya belum mengalami peningkatan secara konsisten seperti hanya siklus I. Tabel. V Tingkat Berpikir Menurut Taksonomi Bloom pada Siklus II Pokok bahasan Tingkat kognitif No Pecahan Sub Pokok C1 C2 C3 C4 C5 C6 Bahasan Mengubah pecahan biasa menjadi decimal Mengubah persen menjadi decimal g. Pertemuan VII ( 12, Oktober 2008) Peserta didik duduk di kursi turnamen, pelaksanaan turnamen berbeda dengan sebelumnya. Peserta didik lebih tertib, karena di meja hanya diberikan 1 set soal dan jawaban. Apabila peserta didik I sudah selesai menjawab seluruh pertanyaan barulah soal II diberikan peserta didik ke-2. Peserta didik mulai beradaptasi dengan pembelajaran tersebut, sehingga peserta didik dapat menyelesaikan seluruh pertanyaan. Waktu yang tersisa digunakan untuk mengulang apa yang dibahas pada pertemuan tersebut. 17

11 Dari jawaban tersebut, diketahui bahwa tingkat berpikir peserta didik tidak lagi berupa jawaban singkat. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada siklus II diadakan tes, tipe soalnya sama dengan tes II, yaitu 20 soal uraian terbuka. Nilai rata-rata hasil tes peserta didik mengalami peningkatan, yaitu 76,36 hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. VI Hasil Belajar Siklus II (Tes III) No Rentang Nilai Jumlah Peserta didik Prosentase , , , , ,00 Jml ,00 3. Observasi pada siklus II a. Pada umumnya peserta didik tidak lagi mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pada lembar PBMP. b. Dalam hal menjawab pertanyaan guru, tidak lagi harus menunjuk peserta didik tertentu, karena peserta didik mengangkat tangan untuk menjawabnya. c. Dengan adanya tutor sebaya, peserta didik akan lebih mudah bertanya kepada teman dalam kelompoknya. Jika, peserta didik tersebut malu bertanya pada saat diskusi kelas, hal ini akan membantu peserta didik yang kemampuan akademiknya kurang dalam memahami konsep tertentu. d. Peranan guru sebagai sumber informatif mulai berkurang. Karena ia hanya berperan menjawab pertanyaan-pertanyaan balik peserta didik yang tidak bisa dipecahkan oleh penyaji diskusi. Berdasarkan analisis tersebut, dapat terlihat bahwa pada awal siklus I jumlah peserta didik yang berpartisipasi untuk mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan relatif sedikit. Ini terjadi karena peserta didik masih berada dalam masa adaptasi terhadap pola pembelajaran baru. Karena pada awalnya, proses pembelajaran hanya dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, berubah menjadi model cooperatif learning. Namun, akhir siklus I, tingkat berpikir peserta didik mengalami peningkatan. Pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik merupakan pertanyaan tingkat tinggi (C1-C4). Hal ini terjadi karena peserta didik mulai terbiasa untuk memberdayakan kemampuan berpikirnya dengan menjawab pertanyaan yang ada pada lembar PBMP. Hal ini tentu sesuai dengan apa yang diungkap Freeze dan Rudniski (1995) dalam Zubaidah (23: 2000) bahwa salah satu kegunaan terpenting dari pertanyaan adalah memacu ketrampilan berpikir tingkat tinggi. Selain itu, jalinan pertanyaan pada lembar PBMP dapat membantu peserta didik untuk memperoleh konsep yang utuh. Terutama untuk mengkonstruksi sumber informasi menjadi konsep yang utuh. 18

12 F. Kesimpulan Berdasar uraian tersebut di atas, dapat ditarik konklusi sebagai berikut: 1. Siklus I Dari beberapa pertemuan, pola pembelajaran PBMP dapat meningkatkan tingkat berfikir peserta didik. Kualitas pertanyaan dan jawaban peserta didik mengalami peningkatan. Peserta didik tidak lagi dipaksa untuk bertanya atau untuk mengemukakan pendapat. Hal ini terjadi karena peserta didik sudah terbiasa untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah yang ada pada lembar PBMP, dengan pertanyaan tersebut akhirnya dapat merangsang peserta didik untuk aktif berfikir. 2. Siklus II Dengan adanya tutor sebaya, peserta didik akan lebih mudah bertanya kepada teman dalam kelompoknya. Selain itu, hal ini bermanfaat bagi peserta didik yang malu bertanya pada saat diskusi kelas sedang berlangsung. Lebih dari itu, tutor sebaya akan membantu peserta didik yang kemampuan akademiknya kurang, untuk memahami suatu konsep yang belum jelas. Pada siklus II, tanggung jawab perseorangan, kerjasama dalam kelompok mulai nampak. Hal ini terlihat, tatkala peserta didik menyelesaikan tugas membuat gambar/ poster, seluruh kelompok menyelesaikan tugas tersebut dengan tepat waktu. Bahkan mereka telah siap untuk menjelaskan hasilnya, pada teman sekelasnya. Peranan Guru sebagai pemberi informasi mulai berkurang, guru hanya berusaha menjawab pertanyaan-pertayaan peserta didik yang tidak bisa dipecahkan oleh penyaji materi. 19

13 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jakarta: Depdikbud Dikti P2LPTK, , Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta,1988. Bogdan, R., & Taylor, S.J, Kualitatif: Dasar-dasar Penelitian. Alih bahasa Khozin Affandi, Surabaya: Usaha Nasional, Likert, R, Organisasi Manusia: Nilai dan Manajemen, Alih bahasa P. Suratho, Jakarta: Erlangga, Manalu, P, Strategi Belajar dengan Pemecahan Masalah, Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Moleong, L.J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,1986. Muhajir, N, Perencanaan dan Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Roke Sarasin,1986. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: P. T. Rineka Cipta, Soetoe, S, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Universitas Indonesia, Sudjana, Metode Statistik, Bandung: Tarsito, Sulardi, Pandai Berhitung Matematika SD 1-6, Jakarta: Erlangga,1996. Supranto, Statisik Teori dan Aplikasi 2. Jakarta: Erlangga, J Yin, R.K, Studi Kasus: Desain dan Metode, Alih bahasa Djauzi Mudzakir. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, J

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS Ermayanti ermayanti@unsri.ac.id Abstrak. Telah dilakukan Penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA Widyo Pramono Universitas Negeri Surabaya widyo@rocketmail.com

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Achmad Hasbi Ash Shiddiq. Program studi pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran TGT Ismail (2002:12) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran mengutamakan adanya kerja sama, yakni

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN Nelli Ma rifat Sanusi 1, Fitri Widyaningsih 2 1 Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG MALANG

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG MALANG JURNAL ILMIAH MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA Volume 1 Nomor 1 (2015) ISSN: 2460-3481 PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan 34 BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bentuk kajian reflektif yang dilakukan peneliti untuk tujuan perbaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Menurut E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam suatu kelas dijadikan

Lebih terperinci

Charlina Ribut Dwi Anggraini

Charlina Ribut Dwi Anggraini METODE PEMBELAJARAN TGT MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI BEDIWETAN KECAMATAN BUNGKAL KABUPATEN PONOROGO Charlina

Lebih terperinci

Herdian, S.Pd., M.Pd. SMAN 1 Pagelaran Kab. Pringsewu,

Herdian, S.Pd., M.Pd. SMAN 1 Pagelaran Kab. Pringsewu, UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) (PTK Pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Pagelaran Kab.Pringsewu - Lampung) Herdian, S.Pd.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi antara subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengatahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Suprijono, (2012:46) model pembelajaran yaitu pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti di dalam kehidupan manusia, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK Journal of Mechanical Engineering Education, Vol.1, No.2, Desember 2014 323 MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK Wisnu D. Yudianto 1, Kamin Sumardi 2, Ega

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat Rohani SLBN 1 Palu, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

MAKALAH SIMPOSIUM GURU 2015

MAKALAH SIMPOSIUM GURU 2015 MAKALAH SIMPOSIUM GURU 2015 UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA KELAS XI.IA-3 SMA N 9 SEMARANG PADA PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA NUMBER CARD Oleh : Wiwik Indah Kusumaningrum,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan 69 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Siklus I Kelas X ATPH dan X ATU Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat,

Lebih terperinci

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Konsentrasi Larutan dan Perhitungan Kimia Kelas X Teknik Gambar Bangunan A SMK Negeri 3 Palu Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Untuk membangkitkan minat siswa terhadap mata pelajaran Matematika yang akan diajarkan, sebagai langkah awal pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

Disusun Oleh: IRMA KURNIAWATI NIM. A

Disusun Oleh: IRMA KURNIAWATI NIM. A PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN STRATEGI TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD N 4 BINANGUN. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Belajar aktif, ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa diberi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang mempengaruhi siswa dalam mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan yang diharapkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Matematika beragam manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Matematika beragam manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang wajib dikuasai oleh siswa. Matematika beragam manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, konsep

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Pelaksanaan Tindakan 1.1.1 Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia disusun

Lebih terperinci

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar PENERAPAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN MEDIA MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 GUNUNG PUTRI SITUBONDO Oleh Ria Dwi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dirancang secara sistematis dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri 08 Salatiga. Subyek yang menjadi fokus penelitian adalah siswa kelas 2

Lebih terperinci

Sri Irawati Program Studi Pendidikan Biologi JPMIPA FKIP UNIB

Sri Irawati Program Studi Pendidikan Biologi JPMIPA FKIP UNIB UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERKULIAHAN DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT Sri Irawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1. Kemampuan Guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe TGT

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1. Kemampuan Guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe TGT 90 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. PEMBAHASAN 1. Kemampuan Guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe TGT Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kemampuan guru dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR NEGERI KALIGENTONG 01 TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIID SMPN 2 BURAU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIID SMPN 2 BURAU Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIID SMPN 2 BURAU Maryana 1 SMP

Lebih terperinci

pembelajaran pada mata pelajaran Mencatat Dikte yang ada di Permasalahan yang ada di dalam penelitian ini adalah apakah

pembelajaran pada mata pelajaran Mencatat Dikte yang ada di Permasalahan yang ada di dalam penelitian ini adalah apakah 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Observasi pendahuluan yang dilakukan di kelas X.3 Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil mengidentifikasi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PENGUASAAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 3 NGUTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut tercantum pada Undang-

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut tercantum pada Undang- 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut tercantum pada Undang- Undang No.20 tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 8 A. Kajian Teori 1. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Menurut Joice dan Weil dalam Isjoni (2013, h. 50), Model pembelajaran adalah suatu pola

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan 7 B A B II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan keterangan guru, berpikir, berpendapat, berbuat, bertanya, dan berbagai aktifitas baik fisik

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Harsono M. Timumun, Muchlis L. Djirimu, Lestari M.P. Alibasyah Mahasiswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Matematika Menurut isjoni (2010:11), pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tipe Team Games Tournament (TGT). Pada siswa kelas VIII SMP Islam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tipe Team Games Tournament (TGT). Pada siswa kelas VIII SMP Islam BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Pada siswa kelas VIII SMP Islam Prestasi Almubtadi-IEN Bantul

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: PTK, Team Game Tournamen (TGT), Media Gambar Cetak, Hasil Belajar, Geografi

ABSTRAK. Kata kunci: PTK, Team Game Tournamen (TGT), Media Gambar Cetak, Hasil Belajar, Geografi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMEN (TGT) BERBANTUAN MEDIA GAMBAR CETAK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X MAN 3 RUKOH BANDA ACEH Muhammad Falik Arsa 1, A. Wahab Abdi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah adalah suatu penyelesaian yang belum diketahui sebelumnya dengan cara penugasan sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Gambaran Umum SDN Plumutan Penelitian ini dilaksanakan di SDN Plumutan Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang dengan subyek penelitian

Lebih terperinci

Ega Gradini 1. Abstrak

Ega Gradini 1. Abstrak Ega Gradini, Penerapan Model Pembelajaran,... Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Berbantukan Worksheet Untuk Meningkatkan Kemampuan Trigonometri Mahasiswa

Lebih terperinci

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 1 Tahun 2014, ISSN: halaman 60-65

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 1 Tahun 2014, ISSN: halaman 60-65 JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 1 Tahun 2014, ISSN: 2407-1269 halaman 60-65 Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode TGT (Team Game Tournament) Materi Sistem Pencernaan Makanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran koperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau siswa menuju pada keadaan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 86 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 128 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Desain pembelajaran Cooperative

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal) Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri Jogosuran 68 Kecamatan Pasarkliwon Surakarta khususnya di kelas 5 pada mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 4. 1.1. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru mengajar secara konvensional.

Lebih terperinci

Surakarta, Indonesia ABSTRAK

Surakarta, Indonesia ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 2 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Pada masa sekarang banyak model pembelajaran yang sering digunakan, salah satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif

Lebih terperinci

Rosnah Tenaga Edukatif pada SD Muhammadiyah 2 Parepare ABSTRACT

Rosnah Tenaga Edukatif pada SD Muhammadiyah 2 Parepare   ABSTRACT PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PADA SISWA KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 2 PAREPARE Rosnah

Lebih terperinci

Wendri, Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Berbantu

Wendri, Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Berbantu Wendri, Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Berbantu 1 Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Berbantu Media Ular Tangga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran

Lebih terperinci

Alifa Hamiim Farida, Rini Nurhakiki Universitas Negeri Malang

Alifa Hamiim Farida, Rini Nurhakiki Universitas Negeri Malang PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT DENGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN TIC TAC TOE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 1 SUTOJAYAN BLITAR Alifa Hamiim Farida,

Lebih terperinci

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Kondisi awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning Tipe STAD diketahui ketuntasan hasil belajar IPA semester I kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya pemahaman masyarakat mengenai perbedaan individual mengakibatkan semakin tingginya tuntutan terhadap variasi metode pembelajaran dalam lingkup pendidikan.

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN :

PROSIDING ISBN : P 54 UPAYA MENINGKATKAN KARAKTER POSITIF SISWA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE KOOPERATIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TRAVEL GAME DI SMP NEGERI 14 YOGYAKARTA Laela Sagita, M.Sc 1, Widi Asturi

Lebih terperinci

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pengurangan Bilangan Sampai Dengan 500 Kelas II SDN 2 Tinigi Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli Hasmiati,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT ( TGT) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SMA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT ( TGT) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SMA Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 29 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT ( TGT)

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAME TOURNAMENT

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAME TOURNAMENT Upaya Meningkatkan Hasil... (Atika Wulansari) 2.393 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAME TOURNAMENT IMPROVING MATHEMATIC LEARNING BY COOPERATIVE LEARNING

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research) (Wardani, dkk. 2007: 1.3). Setiap siklus terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research) (Wardani, dkk. 2007: 1.3). Setiap siklus terdiri 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) (Wardani, dkk. 2007: 1.3). Setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah MIN Ilung yang beralamat di Jalan H. Damanhuri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah MIN Ilung yang beralamat di Jalan H. Damanhuri 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah MIN Ilung yang beralamat di Jalan H. Damanhuri Ilung Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten Hulu

Lebih terperinci

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BIOLOGI

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BIOLOGI PENDEKATAN, STRATEGI Pendekatan pembelajaran: sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran Strategi pembelajaran : perencanaan yang berisi tentang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA TEKA-TEKI SILANG (TTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI MATERI EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VII B SMP AL ISLAM NGEMPLAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Siswa yang belajar akan mengalami perubahan baik dalam pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Siswa yang belajar akan mengalami perubahan baik dalam pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan terutama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) Kondisi awal adalah kondisi belajar siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS VIIB SMP PGRI KASIHAN Exa Jati Purwani Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SDN Rejowinangun Utara 03 Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN Rejowinangun Utara 03 Kota Magelang pada semester II tahun pelajaran 2012/

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI Yeni Sugianti Surel : yeni.sugianti00@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMK Negeri 1 Salatiga merupakan salah satu sekolah kejuruan di Salatiga yang mempunyai banyak prestasi. Prestasi siswa tentu tidak mungkin diperoleh begitu saja

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh. 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA Oleh Bustaman Asis Abstrak Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 1 KOKOP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 1 KOKOP PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 1 KOKOP Salma Drayatun 1 dan Ayu Rahmawati 2 1 SMP Negeri 1 Kokop Bangkalan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Menurut Nurulhyati dalam Rusman (2012:203) pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang membagi siswa kedalam beberapa kelompok dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam praktek pembelajaran di kelas IV SD Negeri 1 Dologan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai. Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan sekolah Dasar. Disusun Oleh : Disusun :

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai. Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan sekolah Dasar. Disusun Oleh : Disusun : PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 1 TEGALGONDO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan tersebut. Menurut

Lebih terperinci

Kata kunci: Aktivitas, Hasil belajar Matematika, dan Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) PENDAHULUAN

Kata kunci: Aktivitas, Hasil belajar Matematika, dan Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) PENDAHULUAN ABSTRAK RINAWAHYUNI. Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Team Game Tournament (TGT) Pada siswa kelas VIII Putri SMP IT SyuhadaTahun ajaran 2014/2015. Skripsi. Fakultas

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model

Lebih terperinci