LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA"

Transkripsi

1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

2 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa (PusKKPA) merupakan bentuk pertanggungjawaban terhadap pencapaian visi dan misi PusKKPA tahun 2016 sebagaimana dicantumkan dalam Rencana Strategis (Renstra) PusKKPA tahun Laporan Kinerja PusKKPA disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Renstra PusKKPA tahun Selama tahun anggaran 2016 PusKKPA telah melaksanakan berbagai kegiatan sebagaimana tertuang dalam peta strategis PusKKPA tahun 2016 yang dinyatakan dalam Perjanjian Kinerja PusKKPA tahun 2016 yang terdiri dari 4 Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai penjabaran dari dua sasaran strategis. Dalam Laporan Kinerja PusKKPA tahun 2016 akan dijelaskan sejauh mana capaian target-target IKU yang telah ditetapkan dan berbagai upaya yang telah dilakukan dalam rangka pencapaian IKU tersebut, serta capaian kinerja lainnya pada tahun anggaran Dengan memanfaatkan segala sumberdaya strategis yang dimiliki oleh PusKKPA, telah diupayakan agar target-target IKU yang telah ditetapkan pada tahun 2016 dapat dicapai yang dicerminkan dengan daya serap anggaran yang cukup tinggi sebesar 97,42%, tingkat kepuasan masyarakat yang melampaui target yang ditetapkan sebesar 108,04% dan capaian terkait dengan rumusan kebijakan yang implementatif sebesar 100%. Namun demikian terdapat target kinerja dengan capaian lebih rendah dari target yang telah ditetapkan yaitu terkait dengan publikasi ilmiah pada jurnal nasional dan internasional terakreditasi. Guna mengatasi hal ini telah dilakukan berbagai langkah strategis agar ditahun yang akan datang seluruh target IKU dapat dicapai sesuai dengan yang telah direncanakan. Semoga laporan kinerja ini dapat memberikan gambaran pertanggungjawaban kami kepada para pemangku kepentingan PusKKPA terhadap mandat yang telah diberikan, sekaligus sebagai bahan pembelajaran bagi seluruh komponen PusKKPA bagi upaya peningkatan kinerja di tahun-tahun mendatang. Kepala Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa AGUS HIDAYAT i

3 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa (Pusat KKPA) menyajikan informasi tentang tugas pokok dan fungsi serta hasil capaian kinerja tahun 2016 Pusat KKPA yang merujuk pada Rencana Strategis (Renstra) Tahun Pusat KKPA, Rencana Kinerja Tahun (RKT) tahun 2016, dan wujud pertanggungjawaban atas Perjanjian Kinerja (PK) yang telah dijanjikan oleh Pusat KKPA. Pusat KKPA telah menetapkan visi dan misi dalam Renstra Tahun , yaitu dengan visi sebagai MENJADI PUSAT UNGGULAN KAJIAN DAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA yang didukung dengan misi sebagai berikut : 1. Meningkatkan kualitas kajian kebijakan penerbangan dan antariksa. 2. Meningkatkan kualitas produk kebijakan di bidang penerbangan dan antariksa. Dalam rangka mencapai visi dan misi tersebut Pusat KKPA telah menetapkan dan merealisasikan tujuan dan sasaran strategis, dengan capaian kinerja pada tahun 2016 terlihat pada Tabel berikut: Sasaran Strategis Utama Indikator Kinerja Capaian (1) (2) (3) 1. Meningkatnya layanan publik di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa 2. Tersedianya rumusan kebijakan yang implementatif. 1. IKU 1 : indek kepuasan masyarakat atas layanan informasi kajian kebijakan. 2. IKU 2: rasio kebijakan yang tersedia dibandingkan dengan total kebijakan yang dibutuhkan. 3. IKU 3 : jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa. 4. IKU 4 : jumlah publikasi internasional di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa. 108,04% 100% 20% 0% ii

4 Capaian sasaran strategis Pusat KKPA melalui 4 (empat) indikator kinerja utama (IKU), yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 sebagaimana dijelaskan di atas, dimana untuk IKU-1, melebihi target yang telah ditetapkan dan IKU-2 sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Sementara untuk IKU-3 dan 4 belum mencapai seperti yang ditargetkan dalam perjanjian kinerja. Terdapat beberapa kendala mendasar yang menyebabkan tidak tercapainya IKU-3 dan IKU- 4, dan sudah dilakukan berbagai upaya guna menghindari hal serupa di masa yang akan datang. Capaian di luar IKU seluruhnya melebihi target yang ditetapkan, dimana capaian tersebut merupakan modal penting bagi pencapaian sasaran strategis Pusat KKPA untuk tahun-tahun berikutnya. Dalam mencapai kinerja tersebut Pusat KKPA pada tahun 2016 didukung dengan dana APBN sebesar Rp , dengan realisasi penggunaannya sebesar 97,42% (atau sebesar Rp , ). iii

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i RINGKASAN EKSEKUTIF... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR GRAFIK... viii DAFTAR BAGAN... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Mandat dan Peran Strategis SDM Dan Fasilitas Sistematika laporan...8 BAB II PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis Pusat KKPA Penetapan Kinerja Tahun Perjanjian Kinerja (PK) Tahun Pengukuran Kinerja...15 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN Capaian Kinerja Tahun Capaian Sasaran Strategis 1 Melalui Pencapaian Target IKU Capaian Sasaran Strategis 2 Melelui Pencapaian Target IKU Perbandingan Realisasi IKU Terhadap Tahun Sebelumnya Capaian Lain di Luar IKU Akuntabilitas Keuangan Realisasi Anggaran Tahun Pagu dan Realisasi Anggaran per Sasaran Strategis iv

6 Tahun Capaian IKU dan Realisasi Anggaran per Sasaran Tahun Perbandingan Pagu Anggaran dan Realisasi Tahun 2015 dan BAB IV PENUTUP v

7 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2-1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Pusat KKPA...10 Tabel 2-2 Rencana Kinerja Tahun Tabel 2-3 Perjanjian Kinerja Pusat KKPA Tahun Tabel 3-1 Capaian Sasaran Strategis 1 Melalui Pencapaian Target IKU-1 Pusat KKPA Tabel 3-2 Capaian Sasaran Strategis 2 Melalui Pencapaian Target IKU-2 Pusat KKPA Tabel 3-3 Capaian Sasaran Strategis 2 Melalui Pencapaian Target IKU-3 Pusat KKPA Tabel 3-4 Data Status Pengajuan Publikasi Ilmiah pada Jurnal Nasional Terakreditasi Tahun Tabel 3-5 Capaian Sasaran Strategis 2 Melalui Pencapaian Target IKU-4 Pusat KKPA Tabel 3-6 Realisasi IKU Tahun 2015 dan Tahun Tabel 3-7 Target Kinerja SS-3 dan SS-4 Tahun Tabel 3-8 Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa Pusat KKPA Tahun Tabel 3-9 Karya Tulis Ilmiah di Bidang Kebijakan Penerbangan dan Antariksa Pusat KKPA Tahun Tabel 3-10 Status Kerjasama Pusat KKPA dengan Perguruan Tinggi Tahun Tabel 3-11 Perubahan Pagu dan Realisasi Tahun Anggaran Tabel 3-12 Perubahan DIPA (kekurangan Belanja Pegawai) Tabel 3-13 Realisasi Anggaran tahun Tabel 3-14 Rincian Pagu anggaran Tidak Terserap Tabel 3-15 Perbandingan Pagu Anggaran dan Realisasi Tahun 2015 dan vi

8 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1-1 Kedudukan Pusat KKPA dalam Struktur Organisasi LAPAN... 3 Gambar 1-2 Struktur Organisasi Pusat KKPA... 3 Gambar 2-1 Peta Strategis BSC Pusat KKPA Gambar 3-1 Pembekalan Ilmiah tentang Metode Penelitian Kebijakan Gambar 3-2 Pembekalan Penulisan Publiaski Ilmiah pada Jurnal Nasional dan Internasional Gambar 3-3 Sidang ke 55 Sub Komite Hukum UNCOPUOS Wina Gambar 3-4 Seminar Nasional di UAJY- Yogyakarta Gambar 3-5 Evaluasi dan Persiapan Pedoman Delegasi RI ke Sidang UNCOPUOS Gambar 3-6 The 3 rd Intersessional Meeting Of The Working Group on the Long-Term Sustainability of Outer Space Activities, Wina, Austria, September Gambar 3-7 Acara NGOPI di UNPAS- Bandung Gambar 3-8 Sosialisasi dan Insiasi PKS dengan FISIP dan FEB UNDIP Gambar 3-9 Diskusi di FISIP UNAIR Gambar 3-10 Sosialisasi dan FGD di UNES Gambar 3-11 Padjadjaran Model United Nations (MUN) UNPAD Gambar 3-12 Kunjungan ke European Space Policy Institute (ESPI) Gambar 3-13 Buku Ilmiah, Buletin dan Brosur Pusat KKPA vii

9 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1-1 Komposisi SDM berdasarkan Jenjang Pendidikan... 5 Grafik 1-2 Komposisi SDM berdasarkan Jabatan... 6 viii

10 DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 2-1 SOP Pengumpulan Data Kinerja Pusat KKPA Bagan 2-2 SOP Monitoring Kinerja Pusat KKPA ix

11 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Rencana Kerja Tahunan (RKT) Pusat KKPATahun Lampiran 2 Penetapan Kinerja (PK) Pusat KKPA Tahun Lampiran 3 Pengukuran Kinerja Pusat KKPA Tahun x

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Empat kompetensi utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) terdiri dari Sains Antariksa dan Atmosfer, Teknologi Penerbangan dan Antariksa, Penginderaan Jauh, dan Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa. Kompetensi yang keempat tersebut selanjutnya ditugaskan kepada Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa (Pusat KKPA). Dengan demikian Pusat KKPA merupakan salah satu satuan kerja teknis yang sangat strategis dalam mendukung keberhasilan pelaksanan visi dan misi LAPAN. Dalam menjalankan tugasnya melakukan kajian kebijakan strategis dibidang penerbangan dan antariksa, Pusat KKPA dituntut untuk transparan, akuntabel, efektif dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) yang diamanatkan oleh berbagai peraturan diantaranya yaitu Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.Peraturanperaturan tersebut mewajibkan setiap instansi pemerintah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP). Azas akuntabilitas dimaksudkan untuk menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bentuk konkrit atas akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan Laporan Kinerja. Laporan kinerja disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Pusat KKPA selama Tahun 2016 dalam rangka pencapaian visi dan misi yang ditetapkan Pusat KKPA dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap unit/satuan kerja di lingkungan Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN), serta menjadi alat perolehan masukan dari para pihak (stakeholder) demi perbaikan kinerja Pusat KKPA. Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, Laporan Kinerja tersebut juga merupakan 1

13 amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI Dalam melaksanakan peran strategisnya sebagaimana dijelaskan di atas, berdasarkan Peraturan Kepala LAPAN No. 08 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja LAPAN maka secara spesifik dipertegas bahwa Pusat KKPA memiliki tugas untuk melaksanakan pengkajian kebijakan strategis di bidang penerbangan dan antariksa. Tugas tersebut kemudian dijabarkan kedalam fungsi sebagai berikut: a. Penyusunan rencana, program, kegiatan dan anggaran dibidang kajian kebijakan penerbangan dan antariksa; b. Pengkajian aspek hukum, politik, sosio-ekonomi, budaya dan pertahanan keamanan dibidang penerbangan dan antariksa; c. Pengkajian, perumusan dan penyusunan bahan peraturan perundangundangan di bidang penerbangan dan antariksa; d. Pengkajian kebijakan nasional di bidang penerbangan dan antariksa; e. Pelaksanaan kerjasama teknis dibidang kajian kebijakan; f. Pelaksaanaan administrasi keuangan, penatausahaan barang milik negara, pengelolaan rumah tangga, sumberdaya aparatur dan tata usaha pusat; dan g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala. Selanjutnya sebagaimana dijelaskan dalam pasal 140, Peraturan Kepala LAPAN No. 08 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja LAPAN, Pusat KKPA adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi LAPAN di bidang Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa yang secara fungsional berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala LAPAN, dan secara administratif berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris Utama. Guna menggambarkan kedudukan Pusat KKPA dalam struktur organisasi LAPAN, dapat digambarkan sebagai berikut: 2

14 KEPALA INSPEKTORAT SEKRETARIAT UTAMA PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA PUSAT PEMANFAATAN TEKNOLOGI DIRGANTARA PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN STANDAR PENERBANGAN DAN ANTARIKSA DEPUTI BIDANG SAINS ANTARIKSA DAN ATMOSFER DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI PENERBANGAN DAN ANTARIKSA DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH Gambar 1-1. Kedudukan Pusat KKPA dalam Struktur Organisasi LAPAN Adapun struktur organisasi Pusat KKPA sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Kepala LAPAN Nomor 08 Tahun 2015, terdiri dari dua kelompok besar yaitu kelompok jabatan fungsional dan kelompok administrasi. Berikut ini adalah struktur organisasi Pusat KKPA sebagaimana dimaksud: PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BAGIAN ADMINISTRASI SUB BAGIAN PROGRAM DAN KEUANGAN SUB BAGIAN SDM DAN UMUM Gambar 1-2. Struktur Organisasi Pusat KKPA 3

15 1.3. MANDAT DAN PERAN STRATEGIS Mandat yang diberikan kepada Pusat KKPA sesuai dengan Peraturan Kepala LAPAN Nomor 08 Tahun 2015, sebagaimana dijelaskan pada bagian terdahulu adalah melaksanakan kajian kebijakan strategis di bidang penerbangan dan antariksa. Mandat tersebut pada dasarnya merupakan penjabaran dari mandat yang tercantum dalam Pasal 9 UU No. 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaaan, maka Pusat KKPA bertanggung jawab untuk melakukan pengkajian kebijakan keantariksaaan dalam rangka pemutakhiran status kegiatan keantariksaan dan pemberian rekomendasi bagi kebijakan pengembangannya. Dalam rangka melaksanakan mandat tersebut tersebut, Pusat KKPA melakukan tiga fungsi utama: a. Pengkajian aspek hukum, politik, sosio-ekonomi, budaya, dan pertahanan keamanan di bidang penerbangan dan antariksa; b. Pengkajian, perumusan, dan penyusunan bahan peraturan perundangundangan di bidang penerbangan dan antariksa; c. Pengkajian kebijakan nasional di bidang penerbangan dan antariksa terkait forum internasional. Adapun peran strategis Pusat KKPA adalah memastikan bahwa setiap penyelenggaraan keantariksaan di Indonesia dilandasi dengan kebijakan yang baik dan memastikan bahwa kegiatan keantariksaan di Indonesia khususnya di LAPAN tidak bertentangan dengan UU No.21 tahun 2013 tentang Keantariksaan dan UU terkait lainnya, serta tidak bertentangan dengan penjanjian internasional di bidang Keantariksaan. Implementasi dari peran startegis tersebut diwujudkan dalam sasaran strategis utama Pusat KKPA berupa kebijakan yang implementatif yang merupakan salah satu sasaran strategis LAPAN. Dalam rangka melaksanakan peran strategis tersebut, maka Pusat KKPA melakukan strategi dan langkah operasional sebagai berikut: a. Menyediakan berbagai dokumen kebijakan yang impelementatif yang dibutuhkan oleh LAPAN maupun pemangku kepentingan lainnya secara tepat waktu; b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas publikasi ilmiah dengan sasaran utama jurnal nasional terakreditasi dan jurnal interansional terindeks; c. Mengelompokkan kegiatan kajian/penelitian di Pusat KKPA menjadi tiga kelompok besar, yaitu: 4

16 1) Kelompok kajian/penelitian aspek hukum, politik, sosio-ekonomi, budaya, dan pertahanan keamanan di bidang penerbangan dan antariksa (Poklit 1); 2) Kelompok kajian/penelitian tentang perumusan, dan penyusunan bahan peraturan perundang-undangan di bidang penerbangan dan antariksa (Poklit 2); 3) Kelompok kajian/penelitian kebijakan nasional di bidang penerbangan dan antariksa terkait forum internasional(poklit 3). d. Mengupayakan peningkatan kapasitas SDM Pusat KKPA melalui pendidikan bergelar maupun tidak bergelar. e. Melibatkan SDM Pusat KKPA, utamanya para pejabat fungsional khusus dalam berbagai pertemuan ilmiah seperti seminar, lokakarya, symposium, dan lain lain. f. Melakukan kerjasama dengan berbagai mitra strategis termasuk berbagai perguruan tinggi 1.4. SDM DAN FASILITAS a. SDM, Pusat KKPA per 31 Desember 2016 berjumlah 41 orang dengan rincian sebagai berikut : 1) SDM berdasar jenjang pendidikan SDM Berdasarkan Jenjang Pendidikan s3 s2 s1 d3 SLTA SD SD 2 SLTA 11 d3 2 s1 14 s2 11 s3 1 Grafik 1-1. Komposisi SDM berdasarkan Jenjang Pendidikan 5

17 Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya maka sampai dengan 31 Desember 2016, sebagaimana digambarkan pada Grafik 1-1 komposisi SDM pendukung kegiatan Pusat KKPA adalah sebagai berikut : 1) SDM dengan jenjang pendidikan dasar sebanyak 2 personil; 2) SDM dengan jenjang pendidikan menengah sebanyak 11 personil; 3) SDM dengan jenjang pendidikan diploma sebanyak 2 personil; 4) SDM dengan jenjang pendidikan S-1 sebanyak 14 personil; 5) SDM dengan jenjang pendidikan S-2 sebanyak 11 personil; dan 5) SDM dengan jenjang pendidikan S-3 sebanyak 1 personil. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa 41% dari SDM tersebut merupakan para peneliti yang terkait langsung dengan upaya pencapaian target yang dinyatakan pada sasaran strategis dan indikator kinerja utama Pusat KKPA. Sedangkan sisanya, sebanyak 59% merupakan staf bagian administrasi yang berperan dalam mendukung pencapaian target target tersebut. 2) SDM berdasarkan jabatan (Struktural, Fungsional Khusus, Fungsional Umum) SDM Berdasarkan Jabatan Fungsional Umum Teknisi Litkayasa Pranata Komputer Pertama Pustakwan Petama Pustakwan Madya Peneliti Pertama Peneliti Muda Peneliti Madya Eselon 4 Eselon 3 Eselon Grafik 1-2. Komposisi SDM berdasarkan Jabatan Selanjutnya, secara detil peran para personil Pusat KKPA dalam mendukung tugas dan fungsi Pusat KKPA dapat diamati pada Grafik 1-2. sebagai berikut: 1) Eselon 2 : 1 Orang 2) Eselon 3 : 1 Orang 3) Eselon 4 : 2 Orang 4) Peneliti Madya : 9 Orang 6

18 5) Peneliti Muda : 3 Orang 6) Peneliti Pertama : 3 Orang 7) Pustakawan Madya : 1 Orang 8) Pustakawan Pertama : 1 Orang 9) Pranata Komputer Pertama : 1 Orang 10) Teknisi Litkayasa : 1 Orang 11) Fungsional Umum : 19 Orang Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa pada tahun 2016 sebaran pegawai dengan posisi jabatan fungsional umum masih cukup besar yakni 46%. Prosentase tersebut masih lebih tinggi dibandingkan jumlah peneliti pusat KKPA sebesar 41%. Berdasarkan posisi tersebut maka penataan SDM pusat KKPA ke depan disamping meningkatkan kapasitas para peneliti melalui jalur pendidikan bergelar dan non gelar, juga akan memberi prioritas untuk meningkatkan kualitas staf bagian administrasi untuk dapat menduduki jabatan fungsional tertentu sehingga dapat memberi kontribusi yang lebih optimal dalam mendukung tugas dan fungsi pusat KKPA. b. Sumber daya keuangan yang dipergunakan untuk mendukung aktivitas Pusat KKPA pada TA 2016 hanya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) TA 2016 sebesar Rp ,- (Sepuluh Milyar Delapan Belas Juta Rupiah). c. Sarana penunjang yang dimilki oleh Pusat KKPA per 31 Desember 2016 berdasarkan Laporan Barang Milik Negara (BMN), terdiri atas : 1) Tanah, Rp ) Peralatan dan Mesin, Rp ) Gedung dan Bangunan, Rp ) Jaringan Listrik, Rp ) Aset Tetap Lainnya, Rp

19 1.5. SISTEMATIKA LAPORAN Sistematika penyajian laporan kinerja Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1. BAB I Pendahuluan. Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi. 2. Bab II Perencanaan Kinerja. Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan. 3. Bab III Akuntabilitas Kinerja A. Capaian Kinerja Organisasi B. Realisasi Anggaran 4. Bab IV Penutup Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya. 8

20 BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS PUSAT KKPA Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Pusat KKPA Tahun , Pusat KKPA telah menetapkan visi-nya untuk MENJADI PUSAT UNGGULAN KAJIAN DAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA. Pusat unggulan yang dimaksud adalah pusat unggulan iptek yang mengacu pada kriteria yang ditetapkan dalam Buku Pedoman Pengembangan Pusat Iptek, yang dikeluarkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi tahun Sedangkan kajian dan kebijakan penerbangan dan antariksa dimaksudkan bahwa Pusat KKPA melakukan kajian kebijakan dengan menggunakan metode ilmiah yang baku, dan menghasilkan kebijakan penerbangan dan antariksa yang implementatif sesuai yang dibutuhkan. Kemudian untuk mewujudkan pencapaian visi Pusat KKPA maka ditetapkan misi sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas kajian kebijakan penerbangan dan antariksa; dan b. Meningkatkan kualitas produk kebijakan dibidang penerbangan dan antariksa. Sesuai dengan Renstra Pusat KKPA Tahun , juga telah ditetapkan tujuan Pusat KKPA untuk periode yang terdiri dari: a. Terwujudnya layanan prima dibidang kebijakan penerbangan dan antariksa bagi pemangku kepentingan; dan b. Tersedianya kebijakan penerbangan dan antariksa bagi para pemangku kepentingan, khususnya bagi pimpinan LAPAN. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut Pusat KKPA menetapkan 6 sasaran strategis (SS) yang terdiri dari: 1. Meningkatnya layanan publik di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa; 2. Tersedianya rumusan kebijakan penerbangan dan antariksa yang implementatif; 3. Terselenggaranya kajian kebijakan penerbangan dan antariksa; 4. Meningkatnya kapasitas iptek penerbangan dan antariksa di bidang kajian kebijakan strategis; 5. Meningkatnya kapasitas SDM aparatur lingkup Pusat KKPA; dan 9

21 6. Terkelolanya anggaran Pusat KKPA secara optimal. Dari keenam sasaran strategis tersebut, hanya sasaran strategis 1 dan 2 yang yang dinyatakan sebagai indikator kinerja utama (IKU) dan selanjutnya akan diuraikan dalam penjanjian kinerja Pusat KKPA. Hal ini sesuai dengan Keputusan Kepala LAPAN nomor 13 A Tahun 2016, tentang perubahan atas keputusan Kepala LAPAN nomor 252 tahun 2015, tentang indikator kinerja utama Satuan Kerja yang secara fungsional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala. Adapun Strategis Pusat KKPA sebagaimana dijelaskan dalam Keputusan Kepala LAPAN nomor 13 A Tahun 2016, adalah sebagai berikut: Tabel 2-1. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Pusat KKPA Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Penjelasan 1. Meningkatnya layanan publik di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa. 2. Tersedianya rumusan kebijakan yang implementatif. 1. Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi kajian kebijakan penerbangan dan antariksa 2. Rasio kebijakan yang tersedia dibandingkan dengan total kebijakan yang dibutuhkan. 3. Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa 4. Jumlah publikasi internasional di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa Indeks Kepuasan Masyarakat adalah nilai hasil survey kepuasan masyarakat atas layanan kajian kebijakan. Kebijakan yang dihasilkan dapat berupa dokumen Delegasi RI maupun Peraturan/Keputusan Kepala LAPAN sebagai tindak lanjut dari kajian kebijakan penerbangan dan antariksa yang dilakukan. Publikasi nasional terakreditasi adalah terbitan pada jurnal nasional yang terakreditasi berdasarkan kriteria LIPI dan/atau DIKTI Publikasi yang terindeks adalah publikasi yang terdaftar dalam database publikasi internasional. 10

22 2.2. PENETAPAN KINERJA TAHUN 2016 Penetapan Kinerja merupakan amanat Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dan Surat Edaran Menteri Negara PAN Nomor: SE/31/M.PAN/12/2004 tentang Penetapan Kinerja. Penetapan kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu Tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus penetapan kinerja antara lain adalah untuk: meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi. Penetapan kinerja Pusat KKPA tahun 2016 telah disesuaikan dengan sasaran strategis dan IKU, sebagaimana dinyatakan pada Tabel 2-1 dan mengacu pada Balance Scorecard yang telah disusun berdasarkan tugas dan fungsi Pusat KKPA (cascading process) dari level tertinggi sampai dengan level operasional. Berikut gambar 2-1 tentang Peta Strategi BSC Pusat KKPA level 1: Gambar 2-1. Peta Strategis BSC Pusat KKPA 11

23 Peta strategis Pusat KKPA sebagaimana dijelaskan pada gambar 2-1 tersebut memuat tentang sasaran strategis yang dikelompokan menjadi empat prespektif, yakni: stakeholder perspective, costumer perspective, internal process perspective dan learn and growth perspective. Rencana kinerja Pusat KKPA tahun 2016 (berdasarkan BSC Level 1) difokuskan pada stakeholder perspective dan costumer perspective, yang sesuai dengan dengan Keputusan Kepala LAPAN nomor 13A Tahun 2016 dengan rincian sebagai berikut berikut : Tabel 2-2 Rencana Kinerja Tahun 2016 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Waktu Penyelesaian 1. Meningkatnya layanan publik di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa. 2. Tersedianya rumusan kebijakan yang implementatif. 1. Indeks Kepuasan Masyarakat atas layanan informasi kajian kebijakan penerbangan dan antariksa 2. Rasio kebijakan yang tersedia dibandingkan dengan total kebijakan yang dibutuhkan. 3. Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa 4. Jumlah publikasi internasional di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa 78.5 Desember 100% Desember 5 makalah Desember 1 makalah Desember Sasaran stategis 1. Meningkatnya layanan publik di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa. SS-1 dicapai melalui pencapaian IKU-1. Upaya pencapaian IKU-1 tentang Indek kepuasan masyarakat atas layanan informasi kajian kebijakan penerbangan dan antariksa didasarkan pada tugas dan fungsi Pusat KKPA. Jenis layanan tersebut antara lain: a. Pelayanan penyiapan bahan kebijakan dibidang penerbangan dan antariksa. b. Pelayanan penyiapan naskah akademik dan naskah urgensi peraturan perundang-undangan sebagai implementasi UU No.21 Tahun

24 c. Pelayanan di bidang penyiapan bahan pedoman Delegasi RI pada sidangsidang di forum Internasional. d. Pelayanan bimbingan riset dan praktek kerja lapangan. Metode yang dilakukan dalam pengambilan sampel yakni: purposive sampling dan dengan menggunakan skala likert: 5. Sasaran strategis 2: Tersedianya rumusan kebijakan penerbangan dan antariksa yang implementatif. SS-2 dicapai dengan pencapaian beberapa IKU, yakni: IKU-2, 3 dan 4. IKU-2 didefinisikan sebagai rasio kebijakan yang tersedia dibandingkan dengan total kebijakan yang dibutuhkan, yaitu berupa kebijakan yang dihasilkan dapat berupa dokumen Delegasi RI maupun Peraturan/Keputusan Kepala LAPAN sebagai tindak lanjut dari kajian kebijakan penerbangan dan antariksa yang dilakukan. Untuk 2016 target rasio kebijakan yang tersedia dibandingkan dengan total kebijakan yang dibutuhkan, berupa pedoman delegasi R.I. untuk sidang-sidang UNCOPUOS baik sidang-sidang Sub Komite maupun sidang Komite. Sedangkan IKU-3 didefinisikan sebagai jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa, dan IKU-4 adalah jumlah publikasi internasional terindeks di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa PERJANJIAN KINERJA (PK) TAHUN 2016 Perjanjian Kinerja Pusat KKPA Tahun 2016 adalah dokumen yang berisi pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/ perjanjian kinerja antara Kepala Pusat KKPA sebagai pihak yang menerima amanah/tanggung jawab/kinerja dengan Kepala LAPAN sebagai pihak yang memberikan amanah/tanggung jawab/kinerja untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan sasaran strategis dan indikator kinerja utama (IKU) yang telah ditetapkan, dan didukung sumber daya yang ada. Jadi perjanjian kinerja Pusat KKPA Tahun 2016 ini merupakan suatu Perjanjian Kinerja (PK) yang harus diwujudkan oleh Kepala Pusat KKPA selaku pejabat penerima amanah kepada Kepala LAPAN selaku atasan langsung. Untuk dapat mengukur kinerja tersebut, Pusat KKPA telah menetapkan perjanjian kinerja sebagaimana terlihat pada Tabel

25 Sasaran Strategis Utama Tabel 2-3. Perjanjian Kinerja Pusat KKPA Tahun 2016 Indikator Kinerja Target Waktu Penyelesaian Anggaran (ribuan) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Meningkat nya layanan publik di bidang kebijakan penerbang an dan antariksa 1. IKU 1 : indek kepuasan masyarakat atas layanan informasi kajian kebijakan bulan 2. Tersedian ya rumusan kebijakan yang implemen tatif. 2. IKU 2: rasio kebijakan yang tersedia dibandingka n dengan total kebijakan yang dibutuhkan. 100% 12 bulan Rp ,- 3. IKU 3 : jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang 5 makalah 12 bulan kebijakan penerbangan dan antariksa. 4. IKU 4 : jumlah publikasi internasional di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa. 1 makalah 12 bulan 14

26 2.4. PENGUKURAN KINERJA Pengukuran capaian kinerja Pusat KKPA Tahun 2016 atas target yang telah ditetapkan akan dilakukan dengan membandingkan antara rencana/target (perfomance plan) dengan realisasi (perfomance result) dari setiap indikator kinerja yang ditetapkan pada perjanjian kinerja Pusat KKPA. Indikator kinerja sasaran dan IKU telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Pusat KKPA yang digunakan dalam pengukuran capaian kinerja sasaran berdasarkan Peraturan Kepala LAPAN No. 13 A Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala LAPAN No. 252 Tahun 2015 tentang Indikator Kinerja Utama Satuan Kerja yang Secara Fungsional Berada di bawah dan Bertanggungjawab kepada Kepala adalah : a. Meningkatnya layanan publik di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa. b. Tersedianya rumusan kebijakan yang implementatif 1) Rasio kebijakan yang tersedia dibandingkan dengan total kebijakan yang dibutuhkan. 2) Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa. 3) Jumlah publikasi internasional di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa. Dalam rangka pemantauan kinerja untuk pencapaian sasaran strategi dan IKU tersebut maka dilakukan pengumpulan data kinerja dari individu (pemangku jabatan fungsional tertentu), kelompok penelitian sampai dengan level pusat sehingga terkumpul data capaian kinerja Pusat KKPA. Indikator kinerja kelompok penelitian dan masing-masing individu dituangkan dalam sasaran kerja pegawai (SKP) dan pentahapannya dituangkan dalam dokumen rencana aksi Tahun Anggaran 2016 sebagai penjabaran dari kontrak kinerja. Laporan kinerja individu yang dimaksud berupa logbook bagi para pejabat struktural dan fungsional umum, serta laporan teknis bagi para pejabat fungsional tertentu. Laporan kinerja individu tersebut sudah harus disampaikan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Agregasi dari kinerja individu tersebut merupakan kinerja dari masing-masing kelompok penelitian dan bagian administrasi sesuai dengan target kinerja yang telah ditetapkan. Selanjutnya dilakukan pemantauan kinerja dengan mereviu laporan kinerja individu melalui rapat-rapat poklit dan bagian adminstrasi. Pemantauan kinerja juga dilakukan secara berkala setiap bulan, triwulan, semester dan evaluasi akhir tahun. Bagan alir SOP perencanaan 15

27 dan pengumpulan data kinerja Pusat KKPA dapat diamati pada Bagan 2-1 dan Bagan 2-2 Bagan 2-1. SOP Pengumpulan Data Kinerja Pusat KKPA Bagan 2-2. SOP Monitoring Kinerja Pusat KKPA 16

28 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN CAPAIAN KINERJA TAHUN 2016 Kinerja Pusat KKPA tahun 2016 yang merupakan kinerja tahun pertama dari Pusat KKPA setelah dilakukan reorganisasi, diupayakan dengan menggunakan sumberdaya yang ada baik SDM, fasilitas maupun anggaran. Dengan mengacu pada Renstra Pusat KKPA yang kemudian dijabarkan pada penetapan kinerja Pusat KPA tahun 2016, maka capaian kinerja Pusat KKPA tahun 2016 dapat dijelaskan sebagai berikut: Capaian Sasaran Strategis 1 Melalui Pencapaian Target IKU-1 Capaian sasaran strategis 1 yaitu meningkatnya layanan publik di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa, melalui pencapaian target IKU-1 berupa pengukuran indeks kepuasan masyarakat atas layanan informasi kajian kebijakan sebagaimana disampaikan pada Tabel 3-1 berikut : TABEL 3-1. CAPAIAN SASARAN STRATEGIS 1 MELALUI PENCAPAIAN TARGET IKU-1 PUSAT KKPA Sasaran Indikator Kinerja Utama Target Realiasasi Capaian Strategis 1 (IKU-1) (1) (2) (3) (4) (5) Meningkatnya layanan publik di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa. Indeks kepuasan masyarakat atas layanan informasi kajian kebijakan ,81 108,04% Indeks kepuasan masyarakat dimaksudkan sebagai nilai hasil survei kepuasan masyarakat pengguna atas layanan informasi kajian kebijakan yang diberikan oleh Pusat KKPA. Jenis layanan yang diberikan oleh Pusat KKPA, sesuai dengan tugas dan fungsinya tediri dari: a. Pelayanan penyiapan bahan kebijakan dibidang penerbangan dan antariksa. 17

29 b. Pelayanan penyiapan naskah akademik dan naskah urgensi peraturan perundang-undangan sebagai impementasi UU No.21 Tahun c. Pelayanan di bidang penyiapan bahan pedoman Delegasi RI pada sidangsidang di forum Internasional. d. Pelayanan bimbingan riset dan praktek kerja lapangan. Tahapan yang dilakukan dalam rangka pengukuran indeks kepuasan masyarakat dimaksud, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Identifikasi jenis layanan informasi kajian kebijakan penerbangan dan antariksa. b. Identifikasi pengguna layanan, dan penyusunan kuesioner IKM. c. Penyebaran kuesioner. d. Analisis tingkat kepuasan masyarakat. Metode yang dilakukan dalam pengambilan sampel yakni: purposive sampling dan dengan menggunakan skala likert: 5 pada kuesioner yang disebarkan kepada responden. Berdasarkan Keputusan Menpan Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 Tentang Pedoman Umum Penyusunan IKM Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, maka unsur dalam pelayanan berjumlah 14 butir, namun pada praktiknya untuk menyusun kuesioner, unsurnya dapat diubah atau ditambah yang disesuaikan dengan kondisi unit layanannya. LAPAN sesuai dengan karakter tugas dan fungsi pada masing masing unit teknis (satuan kerjanya) menetapkan 8 unsur, yakni: persyaratan, prosedur, waktu pelayanan, produk layanan, kompetensi pelaksana, sikap pelaksana, penanganan pengaduan; saran dan masukan, serta maklumat pelayanan. Berdasarkan data 13 responden yang diukur diperoleh hasil pengukuran IKM Unit Pelayanan pada Pusat KKPA sebesar: Jumlah 13 orang responden yang dimaksud dipilih atas pertimbangan bahwa mereka adalah pihak-pihak yang benarbenar menerima layanan Pusat KKPA selama tahun Dari hasil pengukuran tersebut disimpulkan bahwa nilai IKM unit pelayan pada Pusat KKPA telah melampui target yang ditetapkan pada IKU-1 sebesar 78.5 atau dapat disampaikan bahwa realisasi hasil IKM pusat KKPA yang diukur pada TW4 tahun 2016 sebesar 108,04%. 18

30 Capaian Sasaran Strategis 2 Melalui Pencapaian Target IKU-2 a. Dokumen kebijakan di bidang penerbangan dan antariksa Capaian sasaran strategis 2 yaitu tersedianya rumusan kebijakan yang implementatif melalui pencapaian target IKU-2 berupa rasio kebijakan yang tersedia dibandingkan dengan yang dibutuhkan, maka untuk tahun 2016 capaian sasaran strategis tersebut adalah sebagai berikut: TABEL 3-2. CAPAIAN SASARAN STRATEGIS 2 MELALUI PENCAPAIAN TARGET IKU-2 PUSAT KKPA Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian strategis 2 Utama (IKU-2) (1) (2) (3) (4) (5) Tersedianya rumusan kebijakan yang implementatif. Rasio kebijakan yang tersedia dibandingkan dengan total kebijakan yang dibutuhkan. 100% 100% 100 % Sesuai dengan Ketentuan Peraturan Kepala LAPAN No. 13 A Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala LAPAN No. 252 Tahun 2015 tentang Indikator Kinerja Utama Satuan Kerja yang Secara Fungsional Berada di bawah dan Bertanggung jawab kepada Kepala, sasaran strategis 2 didefinisikan bahwa yang dimaksud dengan kebijakan yang implementatif dapat berupa dokumen delegasi RI maupun peraturan/keputusan Kepala LAPAN sebagai tindak lanjut dari kajian kebijakan penerbangan dan antariksa yang dilakukan. Untuk tahun 2016 dengan memahami segala sumberdaya yang ada maka telah ditetapkan bahwa kebijakan yang implementatif yang akan disediakan berupa dokumen pedoman delegasi R.I. untuk sidang-sidang United Nations Committee on Peaceful Uses of Outer Space (UNCOPUOS) baik sidang-sidang Sub Komite maupun sidang Komite. Berdasarkan penetapan kinerja tersebut diatas maka capaian sasaran strategis-2 melalui pencapaian target IKU-2 telah diwujudkan oleh Pusat KKPA dengan menyelesaikan penyusunan 3 (tiga) dokumen pedoman delegasi RI khususnya untuk sidang UNCOPUOS, yang meliputi: 1) Pedoman Delegasi RI untuk sidang ke-53 Sub Komite Ilmiah dan Tehnik UNCOPUOS; 19

31 2) Pedoman Delegasi RI untuk sidang ke-55 Sub Komite Hukum UNCOPUOS; 3) Pedoman Delegasi RI untuk sidang ke-59 Komite UNCOPUOS. Proses penyiapan Pedoman Delegasi RI tersebut diawali dengan penyiapan draft dokumen Pedoman Delegasi RI oleh salah satu kelompok penelitian yang ada di Pusat KKPA. Sumber-sumber yang digunakan dapat berupa dokumen laporan sidang sebelumnya, informasi yang diperoleh dari KBRI Wina, dokumen-dokumen terkait berupa laporan sub komite dan komite, laporan kelompok kerja, conference room papers, yang dapat diperoleh dari situs resmi United Nations Office of Outer Space Affairs (UNOOSA): informasi yang diperoleh dari satuan kerja yang ada di LAPAN dan dari kementerian/lembaga terkait. Kemudian dilakukan beberapa kali rapat antar kementerian guna memperoleh masukan terhadap draft dokumen Pedoman Delegasi RI tersebut. Tahap selanjutnya adalah penyusunan dokumen final Pedoman Delegasi RI untuk kemudian ditandatangani oleh Kepala LAPAN dan disampaikan kepada Menteri Luar Negeri untuk disahkan menjadi dokumen Pedoman Delegasi RI yang resmi, dan menjadi acuan resmi bagi para delegasi RI yang hadir pada sidang-sidang UNCOPUOS. b. Publikasi nasional terakreditasi di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa Salah satu kriteria yang digunakan bagi suatu pusat unggulan iptek adalah publikasi ilmiah pada jurnal nasional terakreditasi. Untuk tahun 2016 capaian sasaran strategis 2 melalui pencapaian target IKU-3 berupa publikasi ilmiah di bidang penerbangan dan antariksa pada jurnal nasional terakreditasi sebagai berikut: Tabel 3-3. Capaian Sasaran Strategis 2 Melalui Pencapaian Target IKU-3 Pusat KKPA Sasaran Indikator Kinerja Target Realiasasi Capaian strategis 2 Utama (IKU-3) (1) (2) (3) (4) (5) Tersedianya rumusan kebijakan yang implementatif. Jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa 5 makalah 1 makalah 20% 20

32 Dari 5 (lima) makalah yang ditargetkan, capaian sasaran strategis-2 Pusat KKPA Tahun 2016 melalui pencapaian target IKU-3 melalui penerbitan publikasi nasional terakreditasi di bidang penerbangan dan antariksa, hanya 3 (tiga) makalah yang berhasil dikirimkam ke beberapa jurnal nasional terkreditasi, dan hanya 1 (satu) makalah yang dapat terbit dalam jurnal nasional terakreditasi. Hambatan dalam pencapaian IKU-3 di pusat KKPA tersebut adalah: 1) LAPAN dan Pusat KKPA belum memiliki media jurnal ilmiah nasional terakreditasi dibidang kajian kebijakan penerbangan dan antariksa yang dikelola sendiri, sehingga Pusat KKPA masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pihak lain dalam upaya penerbitan hasil kajian khususnya pada jurnal nasional terakreditasi. 2) Cukup ketatnya persaingan di tingkat nasional dalam mempublikasikan naskah kajian/penelitian pada jurnal nasional terakreditasi sehingga mempersempit ruang gerak peneliti dalam publikasi tersebut khususnya terkait bidang kebijakan penerbangan dan antariksa yang bersifat khusus. 3) Masih kurangnya kemampuan SDM Pusat KKPA dalam menghasilkan karya tulis ilmiah untuk bisa diterbitkan pada jurnal nasional terakreditasi. Dengan membandingkan antara jumlah terbitan yang terealisasi dengan yang ditargetkan maka dapat dinyatakan bahwa capaian sasaran strategis untuk IKU-3 Pusat KKPA pada Tahun 2016 adalah sebesar 20 % (lihat Tabel 3-3). Jadi dengan demikian dapat dikatakan belum mencapai target yang telah direncanakan. Data status pengajuan publikasi ilmiah kajian kebijakan bidang penerbangan dan antariksa pada jurnal nasional terakreditasi Tahun 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 3-4. Data Status Pengajuan Publikasi Ilmiah pada Jurnal Nasional Terakreditasi Tahun 2016 No Judul Publikasi Pengarang Judul Jurnal Status 1. Legal Implication of Placing The Google Balloon in National Air Space 2. Towards the Ratification pf Asia Pacific Space Cooperation Cholifah Damayanti dan Anjar Supriadhie Shinta Rahma Diana Jurnal Dinamika Hukum Universitas Jenderal Soedirman Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Terbit pada Vol 16, No.3 (2016) Awaiting Assaignment 21

33 Organization (APSCO) : Organizational Performance 3. Mechanism of the Space Falling Objects Mitigation in Indonesia Dini Susanti dan Nurul Sri Fatmawati STI Policy and Mangement Journal Archived c. Publikasi internasional di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa. Capaian sasaran strategis 2 melalui pencapaian target IKU-4 yang terkait dengan target, realisasi, capaian Pusat KKPA Tahun 2016 untuk publikasi internasional di bidang penerbangan dan antariksa sebagai berikut: Tabel 3-5. Capaian Sasaran Strategis 2 Melalui Pencapaian Target IKU-4 Pusat KKPA Sasaran Indikator Kinerja Target Realiasasi Capaian strategis 2 Utama (IKU-4) (1) (2) (3) (4) (5) Tersedianya rumusan kebijakan yang implementatif. Jumlah publikasi internasional di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa 1 makalah 0 0% Capaian sasaran strategis-2 Pusat KKPA Tahun 2016 melalui pencapaian target IKU-4 melalui penerbitan publikasi internasional di bidang penerbangan dan antariksa berjumlah 0 (nol) dari 1(satu) makalah yang ditargetkan untuk dapat terbit dalam jurnal internasional. Dengan membandingkan antara jumlah terbitan yang terealisasi dengan yang ditargetkan maka dapat diketahui capaian sasaran strategis untuk IKU-4 Pusat KKPA pada Tahun 2016 adalah sebesar 0 % (lihat Tabel 3-5). Jadi dengan demikian dapat dikatakan belum mencapai target yang telah direncanakan. Hambatan dalam pencapaian IKU-4, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan hambatan untuk pencapaian IKU-3 pusat KKPA tersebut diatas, namun kriteria untuk menembus jurnal internasional ter-indeks tentunya berbeda dengan ketentuan pada publikasi nasional terakreditasi, misalnya : 1) Berdasarkan ketentuan Perka LIPI No. 2 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Peneliti maka terdapat prasyarat agar publikasi pada jurnal internasional terindeks Scopus. Hal ini juga 22

34 menjadi tantang tersendiri bagi para peneliti yang harus pandai memilah berbagai jurnal internasional yang termasuk terindeks Scopus. 2) Sebagaimana persaingan di tingkat nasional dalam mempublikasikan naskah kajian/penelitian maka publikasi internasional juga memerlukan cukup waktu untuk melakukan review sesuai standar jurnal tersebut. Upaya yang dilakukan untuk melakukan percepatan kompetensi SDM Pusat KKPA dalam mencapai target untuk mempublikasikan hasil karya ilmiahnya di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa baik pada jurnal nasional terakreditasi maupun jurnal internasional terindeks, antara lain: 1. Melaksanakan Pembekalan Ilmiah tentang Metode Penelitian Kebijakan yang dipandu oleh pakar kebijakan publik (Dr. Riant Nugroho). 2. Melaksanakan Pembekalan Penulisan Publikasi Ilmiah pada Jurnal Nasional dan Internasional yang dipandu praktisi pendidikan terkait (Dr. Adi Cilik Pierewan, Ph.D dan Dr. Tedi Sudrajat, SH, MH). Gambar 3-1. Pembekalan Ilmiah tentang Metode Penelitian Kebijakan 23

35 Gambar 3-2. Pembekalan Penulisan Publiaski Ilmiah pada Jurnal Nasional dan Internasional 3.2. PERBANDINGAN REALISASI IKU TERHADAP TAHUN SEBELUMNYA Sebagai implikasi dari penerapan Peraturan Kepala LAPAN No. 08 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata kerja LAPAN maka dilakukan reorganisasi di LAPAN termasuk pusat KKPA. Pada prinsipnya reorganisasi tersebut menekankan prioritas kinerja organisasi sehingga dilakukan perubahan nomenklatur organisasi LAPAN sebagai lembaga penelitian dan pengembangan dengan memberi prioritas utama fungsi dibandingkan struktur. Disisi lain untuk mendukung penerapan Renstra LAPAN juga dilakukan revisi atas penetapan IKU satuan kerja di lingkungan LAPAN melalui Perka LAPAN No. 13 A Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala LAPAN No. 252 Tahun 2015 tentang Indikator Kinerja Utama Satuan Kerja yang Secara Fungsional Berada di bawah dan Bertanggungjawab kepada Kepala. Akibatnya, IKU Pusat KKPA Tahun 2016 berbeda dengan IKU Tahun Pada tahun 2015 yang didasarkan pada Kepka IKU No. 73 Tahun 2013 tentang penetapan IKU di lingkungan Kedeputian Sains, Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan. Dengan demikian sebenarnya realisasi IKU tahun 2015 tidak bisa dibandingkan dengan IKU Untuk tahun 2016 jumlah kajian kebijakan dan jumlah publikasi ilmiah yang tidak diterbitkan pada jurnal nasional terakreditasi dan internasional terindeks (sebagaimana IKU-1 dan IKU-2 tahun 2015) tidak dimasukkan kecapaian IKU tahun 2016, melainkan pada capaian lain di luar IKU. 24

36 Tabel 3-6. Realisasi IKU Tahun 2015 dan Tahun 2016 TAHUN INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI 2015 (1) (2) (3) IKU-1: Jumlah kajian kebijakan, per- UU-an, dan pedoman Delri ke fora internasional di bidang kedirgantaraan. 15 Naskah 15 naskah (100%) IKU-2: Jumlah publikasi ilmiah di bidang kebijakan dan informasi kedirgantaraan IKU 1 : indek kepuasan masyarakat atas layanan informasi kajian kebijakan. IKU 2: rasio kebijakan yang tersedia dibandingkan dengan total kebijakan yang dibutuhkan. IKU 3 : jumlah publikasi nasional terakreditasi di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa. IKU 4 : jumlah publikasi internasional di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa. 15 makalah 21 makalah (140%) 78,5 84,81 (108,04%) 100% (3 dokumen) 100% (3 dokumen) 5 makalah 1 makalah 1 makalah 0 makalah 3.3. CAPAIAN LAIN DI LUAR IKU Sebagaimana diamanatkan dalam Renstra PusKKPA , terdapat dua sasaran strategis, SS-3 dan SS-4 pada perspektif internal process yang tidak dinyatakan dalam penetapan dan perjanjian kinerja. Tetapi pada dasarnya SS-3 dan SS-4 tersebut merupakan sasaran pendukung bagi pencapaian SS-1 dan SS-2. Capaian SS-3 melalui indikator kinerja-5 dimaksudkan sebagai bahan dasar bagi pencapaian SS-2 melalui IKU-2. Sedangkan capaian SS-4 melalui IKU-6 dimaksudkan untuk mendukung pencapaian SS-2 melalui IKU-3 dan 4, dimana melalui indikator kinerja-6 diharapkan kemampuan untuk menghasilkan publikasi ilmiah bagi para peneliti Psat KKPA dapat ditingkatkan. Adapun target kinerja SS- 3 dan SS-4 tahun 2016 adalah sebagai berikut: 25

37 Tabel 3-7. Target Kinerja SS-3 dan SS-4, Tahun 2016 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Waktu Penyelesaian 3. Terselenggaranya 5. Jumlah rumusan kajian kebijakan kebijakan penerbangan penerbangan dan dan antariksa 15 Desember antariksa 4. Meningkatnya kapasitas iptek penerbangan dan antariksa di bidang kajian kebijakan strategis 6. Jumlah karya tulis ilmiah di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa. 7. Jumlah kerjasama teknis di bidang kebijakan penerbangan dan antariksa 30 Desember 3 Desember Capaian kinerja SS-3 yaitu terselenggaranya kajian kebijakan penerbangan dan antariksa dan SS-4 peningkatan kapasitas iptek penerbangan dan antariksa di bidang kajian kebijakan strategis untuk tahun anggaran 2016, dapat dijelaskan pada beberapa tabel di bawah ini. Capaian SS-4 melalui indikator kinerja-6 dapat berupa karya tulis ilmiah baik yang diterbitkan pada jurnal terakreditasi maupun terbitan lainnya seperti Buku Ilmiah Pusat KKPA, dipresentasikan dalam seminar nasional, diterbitkan dalam proceeding, Buletin KKPA atau bentuk terbitan lainnya. Adapun capaian SS-3 dan SS-4 tahun 2016 dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa Tabel 3-8. Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa Pusat KKPA Tahun 2016 No. Judul Kajian Kegiatan Kelompok Penelitian 1. Kajian Biaya dan Manfaat Keanggotaan Indonesia Pada Poklit 1 APSCO 2. Kajian Biaya dan Manfaat Keanggotaan Indonesia Pada Poklit 1 ISNET 3. Kajian Pemilihan Lokasi Bandar Antariksa Poklit 1 4. Kajian Posisi Indonesia Terhadap MTCR Poklit 1 5. Finalisasi Penerjemahan Undang-undang No 21 Tahun Poklit Tentang Keantariksaan (Undang-undang Keantariksaan) 6. Penyusunan Naskah Policy Brief Pertimbangan Penentuan Penyusunan tiga RPP dari sembilan amanat Poklit 2 26

38 Pembentukan RPP dalam Undang-undang Keantariksaan 7. Penyusunan Naskah Policy Brief Pertimbangan Poklit 2 Pembentukan Forum atau Media Koordinasi Nasional Dalam Finalisasi Rumusan Kebijakan dan Penerbangan Antariksa 8. Penyusunan Naskah Urgensi dan Draft RPP Tentang Poklit 2 Tata Cara Perlindungan Dalam Penguasaan dan Pengembangan teknologi Keantariksaan 9. Draft Pedoman Delegasi RI untuk sidang ke-53 Sub Poklit 3 Komite Ilmiah dan Tehnik UNCOPUOS 10. Draft Pedoman Delegasi RI untuk sidang ke-55 Sub Poklit 3 Komite Hukum UNCOPUOS 11. Draft Pedoman Delegasi RI untuk sidang ke-59 Komite Poklit 3 UNCOPUOS 12. POLICY BRIEF Kepentingan Indonesia Di Centre For Poklit 3 Space Science And Technology Education In Asia And The Pacific (UN-CSSTEAP) 13. Draft Policy Brief Posisi Indonesia Terkait dengan ICC- Poklit 3 RESAP, ESCAP 14. POLICY BRIEF Kepentingan Indonesia di Regional Poklit 3 Centre for Space Science and Technology Education in Asia and the Pacific ( RCSSTEAP-China ) 15. Draft Space Activities of Indonesia in 2016 Poklit Bedah Isu GSO Poklit 3 Hasil-hasil kajian kebijakan sebagaimana disebut di atas, keseluruhannya disampaikan kepada stakeholder utama Pusat KKPA yaitu Kepala LAPAN. Sebagai contoh hasil Kajian Biaya dan Manfaat Keanggotaan Indonesia Pada Asia Pacific Space Cooperation Organization (APSCO), merekomendasikan kepada Kepala LAPAN agar Indonesia segera meratifikasi APSCO sehingga Indonesia dapat menjadi aggota penuh APSCO, dengan catatan Indonesia dapat mengambil seluruh manfaat yang ditawarkan oleh APSCO, diantaranya dengan menempatkan pegawai untuk bekerja di APSCO pada level direktur. Atas dasar rekomendasi tersebut, Kepala LAPAN menugaskan Pusat KKPA untuk berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) agar usulan ratifikasi tersebut segera dapat ditindak lanjuti. Saat ini usulan ratifikasi APSCO sudah disampaikan ke Kemlu. Serupa dengan APSCO hasil Kajian Biaya dan Manfaat Keanggotaan Indonesia Pada ISNET mengindikasikan bahwa Indonesia sebaiknya tetap menjadi anggota ISNET, karena dari hasil kajian menunjukkan bahwa manfaat yang bisa diperoleh dari ISNET jauh lebih besar dari kontribusi tahunan pemerintah Indonesia. Hasil kajian penentuan lokasi bandar antariksa dan keanggotaan Indonesia pada MTCR juga telah disampaikan kepada Kepala LAPAN. Dari hasil kajian penentuan lokasi bandar antariksa, nampaknya Pulau Biak akan dipilih sebagai alternatif lokasi. Atas dasar pemilihan tersebut untuk tahun 2017 hasil kajian 27

39 tersebut akan didiskusikan ketingkat nasional dan diharapkan rencana pembangunan bandar antariksa tersebut menjadi program nasional. Sedangkan untuk kajian MTCR diharapkan pada tahun 2017 dapat ditetapkan posisi nasional RI apakah akan bergabung dengan MTCR atau tidak. Hasil penyusunan naskah policy brief Pertimbangan Penentuan Penyusunan tiga RPP dari sembilan amanat Pembentukan RPP dalam Undangundang Keantariksaan, juga telah disampaikan kepada Kepala LAPAN. Atas penyampaian policy brief tersebut, Kepala LAPAN menyetujui bahwa sembilan amanat Pembentukan RPP akan dikelompokkan menjadi 3 RPP. Kemudian, dari hasil penyusunan naskah policy brief Pertimbangan Pembentukan Forum atau Media Koordinasi Nasional Dalam Finalisasi Rumusan Kebijakan dan Penerbangan Antarikasa, diusulkan kepada Kepala LAPAN agar pasca pembubaran DEPANRI perlu dibentuk panitia teknis (ad hoc) yang diketuai oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi guna menjembatani koordinasi antara LAPAN dengan kementerian dan lembaga terkait. Demikian juga dengan hasil-hasil kajian kebijakan yang lainnya telah disampaikan kepada Kepala LAPAN untuk dijadikan dasar pengambilan kebijakan dalam menyelenggarakan keantriksaan di Indonesia. b. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Kebijakan Penerbangan dan Antariksa Tabel 3-9. Karya Tulis Ilmiah di Bidang Kebijakan Penerbangan dan Antariksa Pusat KKPA Tahun 2016 No Judul Karya Tulis Media 1. Legal Implication of Placing The Google Balloon in National Air Space 2. Towards the Ratification pf Asia Pacific Space Cooperation Organization (APSCO) : Organizational Performance 3. Mechanism of the Space Falling Objects Mitigation in Indonesia 4. Dampak Dan Konsekuensi Hukum Pembubaran DEPANRI Terhadap Kepentingan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Kebijakan Penerbangan dan Antariksa Jurnal Dinamika Hukum Unsoed Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia STI Policy and Mangement Journal Buku Ilmiah Pusat KKPA TA

40 5. Reposisi Peran Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional (LAPAN) Setelah Pembubaran Dewan Penerbangan Dan Antariksa Nasional Republik Indonesia (DEPANRI) 6. Tanggung Jawab Terhadap Pihak Ketiga Dalam Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak di Indonesia 7. Masalah Definisi Dan Delimitasi Antariksa: Analisis Kecenderungan Pengaturan Dan Posisi Indonesia 8. Pertimbangan Yuridis Dan Konsekuensi Pengelompokan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Sebagai Amanat Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Keantariksaan 9. Penerapan Air Defence Identification Zone (ADIZ) Di Wilayah Ruang Udara Oleh Negara 10. Peluang Pemanfaatan Bandara Frans Kaisiepo Biak Sebagai Aerospaceport di Indonesia 11. Pemilihan Lokasi Pembangunan Bandar Antariksa Di Kabupaten Biak Numfor Dan Kabupaten Pulau Morotai Ditinjau Dari Kelayakan Politis 12. Skema Kerja Sama Bilateral Indonesia-Tiongkok Di Bidang Keantariksaan 13. Pertimbangan Dan Dasar Pembentukan Forum Atau Media Koordinasi Nasional Dalam Finalisasi Rumusan Kebijakan Penerbangan dan Antariksa 14. Dampak Dan Konsekuensi Hukum Pembubaran DEPANRI Terhadap Kepentingan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Kebijakan Penerbangan dan Antariksa 15. Aspek Politik Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembangunan Bandar Antariksa di Pulau Morotai dan Pulau Biak Buku Ilmiah Pusat KKPA TA 2016 Buku Ilmiah Pusat KKPA TA 2016 Buku Ilmiah Pusat KKPA TA 2016 Buku Ilmiah Pusat KKPA TA 2016 Buku Ilmiah Pusat KKPA TA 2016 Buku Ilmiah Pusat KKPA TA 2016 Buku Ilmiah Pusat KKPA TA 2016 Buku Ilmiah Pusat KKPA TA 2016 Buku Ilmiah Pusat KKPA TA 2016 Buku Ilmiah Pusat KKPA TA 2016 Presentasi Seminar Nasional 16. MTCR dalam Pengembangan Teknologi Peroketan Indonesia 17. Manfaat dan Biaya Keanggotaan Indonesia Pada Asia- Pacific Space Cooperation Organization (APSCO) 18. Beberapa Aspek Hukum Yang Harus Diperhatikan Dalam Membangun Bandar Antariksa : Alternatif Biak dan Morotai 19. Integrasi Global Penerbangan dan Antariksa: Tantangan Kedepan 20. Pertimbangan Pembentukan Forum atau Media Koordinasi Nasional Pasca Pembubaran DEPANRI Presentasi Seminar Nasional Presentasi Seminar Nasional Presentasi Seminar Nasional Presentasi Seminar Nasional 29

41 21. Potensi Permasalahan Hukum dari Penggunaan Pesawat Tanpa Awak 22. Posisi (sementara) Indonesia terhadap Draft Guidelines Long Term Sustainability of Outer Space Activities : Kategori International Cooperation, Capacity-Building and Awareness 23. Upaya-Upaya PBB serta Posisi Indonesia dalam Pengamanan Keantariksaan Presentasi Seminar Nasional Presentasi Seminar Nasional Presentasi Seminar Nasional 24. Mimpi Ikut Menguasai Antariksa 25. Indonesia Akan Membangun Bandar Antariksa 26. Menyoal Standar Keantariksaan Global Perkembangan Teknologi Unmanned Aircraft Vehicle (UAV) Dan Permasalahan Hukumnya Ratifikasi Asia-Pasific Space Cooperation Organization (PSCO):Perspektif Keuangan 29. Google Balloon, Solusi Atau Polemik? Pembahasan Isu Geo Stationary Orbit (GSO) Di Uncopuos Long-Term Sustainability Of Outer Space Sebuah Perdebatan Yang Belum Usai Menambang Di Ruang Angkasa: Antara Profit Dan Legalitas 33. Menjadikan Keantariksaan Sebagai Isu Strategis Dalam Politik Indonesia Buletin Pusat KKPA Edisi Pertama tahun 2016 Buletin Pusat KKPA Edisi Pertama tahun 2016 Buletin Pusat KKPA Edisi Pertama tahun 2016 Buletin Pusat KKPA Edisi Pertama tahun 2016 Buletin Pusat KKPA Edisi Pertama tahun 2016 Buletin Pusat KKPA Edisi Pertama tahun 2016 Buletin Pusat KKPA Edisi Pertama tahun 2016 Buletin Pusat KKPA Edisi Pertama tahun 2016 Buletin Pusat KKPA Edisi Pertama tahun 2016 Buletin Pusat KKPA Edisi Kedua tahun Ekonomi Antariksa Buletin Pusat KKPA Edisi Kedua tahun Perlunya Perumusan National Space Policy Indonesia Ditinjau Dari Aspek Kerja Sama Internasional Buletin Pusat KKPA Edisi Kedua tahun Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh Untuk Mendukung Pertahanan Keamanan Negara 37. Space Debris Dan Kebutuhan Akan Pengaturan Mitigasi Nasional 38. Indonesia Sebagai Negara Kolong Khususnya Orbit Geostasioner Buletin Pusat KKPA Edisi Kedua tahun 2016 Buletin Pusat KKPA Edisi Kedua tahun 2016 Buletin Pusat KKPA Edisi Kedua tahun

42 Tahun Moon Agreement: Salah Satu Instrumen Hukum Internasional Yang Lemah 40. Tarik Ulur Pengelolaan Pulau Santolo: Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan Dan Antariksa 41. Pemahaman Mengenai Jenis, Hierarki Fungsi Dan Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 (8) Buletin Pusat KKPA Edisi Kedua tahun 2016 Buletin Pusat KKPA Edisi Kedua tahun 2016 Buletin Pusat KKPA Edisi Kedua tahun 2016 c. Kerjasama Teknis Tabel Status Kerjasama Pusat KKPA dengan Perguruan Tinggi Tahun 2016 No Perguruan Tinggi Inisiator Status 1. Fakultas Hukum Universitas Atmadjaya Yogyakarta 2. Fakultas Ekonomi dan FISIP Universitas Diponegoro 3. Fakultas Hubungan Internasional Universitas Airlangga Poklit 2 Poklit 1 Poklit 3 PKS telah ditandatangi pada 20 Oktober 2016 Draft PKS di PT Draft PKS di PT d. Keikutsertaan Dalam Sidang Sidang UNCOPUOS Sebagaimana biasanya maka setiap tahun Pusat KKPA selalu ikut serta dalam sidang-sidang UNCOPUOS yang diadakan di Wina, yaitu pada sidang ke-53 Sub Komite Ilmiah dan Tehnik UNCOPUOS, sidang ke-55 Sub Komite Hukum UNCOPUOS, dan sidang ke-59 Komite UNCOPUOS. Keikutsertaan Pusat KKPA dimulai dari penyiapan bahan Pedoman Delegasi RI untuk digunakan pada sidangsidang tersebut, maupun ikut hadir pada sidang-sidang yang diadakan di Wina. Sebagai contoh pada bulan April 2016, Kepala Pusat KKPA menghadiri Sidang ke 55 Sub Komite Hukum UNCOPUOS yang dilaksanakan di Wina, Austria, dari 4 hingga15 April 2016, Delegasi Republik Indonesia (Delri) yang terdiri dari wakil dari LAPAN, Kementerian Komunikasi dan Informasi, Kementerian Pertahanan dan TNI Angakatan Udara, menyampaikan pandangan umum (general statement), yang dibacakan oleh Ketua Delri yaitu Duta Besar RI untuk Austria dan Slovenia, Bapak Rachmat Budiman. Dalam pandangan umumnya, Bapak Rachmat menyampaikan bahwa Indonesia sejalan dengan pernyataan dari Kelompok 77 dan Cina, 31

43 menyatakan hal-hal sebagai berikut: Delri yakin bahwa Sub Komite Hukum dan Sub Komite Ilmiah dan Teknik, perlu melakukan identifikasi kemajuan dan pencapaian yang telah dibuat oleh negara-negara anggota dalam hal meningkatkan kerjasama internasional, dan melihat berbagai tantangan dalam rangka menerapkan hukum antariksa termasuk pelaksanaan ke lima Penjanjian PBB dibidang keantariksaan dan penerapan peraturan nasional yang relevan dengan pemanfaatan antariksa untuk tujuan damai. Dalam kaitan itu, Delri menghimbau agar seluruh anggota UNCOPUOS, khususnya yang memiliki kemampuan teknologi yang tinggi, untuk secara aktif berkontribusi dalam rangka meningkatkan kerjasama internasional dalam pemanfaatan antariksa untuk tujuan damai, termasuk mencegah perlombaan senjata di antariksa. Terkait dengan status dan peleksanaan Perjanjian PBB dibidang Keantariksaan, Pemerintah Indonesia sudah meratifikasi Space Treaty 1967, Rescue Agreement 1968, Liability Convention 1972, dan Registration Convention Perjanjian PBB tersebut ditindaklanjuti dengan disahkannya Undang Undang tentang Keantariksaan pada tahun 2013, yang berfungsi sebagai landasan hukum bagi penyelanggaraan kegiatan keantariksaan di Indonesia. Delri juga menyampaikan pandangannya bahwa pembahasan mengenai definisi dan delimitasi ruang antariksa perlu terus dilanjutkan guna mencapai konsensus. Indonesia berpandangan pentingnya menetapkan batas ruang udara dengan ruang antariksa suatu negara, mengingat ruang udara adalah bagian dari kedaulatan suatu negara. Dengan tidak adanya definisi dan delimitasi yang jelas yang ditetapkan oleh PBB menciptakan ketidakpastian hukum yang berpotensi pada terjadinya perselisihan antar negara dan kemungkinan pelanggaran wilayah kedaulatan suatu negara. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat semakin meningkatnya kegiatan keantariksaan yang dilakukan oleh berbagai negara maupun oleh kalangan swasta. Dengan adanya definisi dan delimitasi yang disepakati bersama, maka akan ada kejelasan terhadap penerapan dua regim hukum yaitu hukum udara dan hukum antariksa. Terkait dengan orbit geostasioner, Indonesia berpandangan bahwa orbit tersebut merupakan sumberdaya alam yang terbatas dan berisiko mengalami kejenuhan. Dalam kaitan itu delegasi RI mengingatkan bahwa pada sidang yang ke 39 yang lalu, sub komite Hukum telah mencapai konsensus pada beberapa aspek. Untuk itu delegasi RI meminta agar sub komite hukum melanjutkan hal tersebut guna meningkatkan kerjasama internasional yang dapat menjamin pelaksanaan 32

44 prinsip-prinsip kesetaraan akses terhadap orbit geostasioner, dengan mempertimbangkan kepentingan negara-negara berkembang serta negara-negara yang memiliki posisi geografis tertentu. Sebelum mengakhiri pandangan umumnya, Ketua Delri menyampaikan bahwa LAPAN bekerjasama dengan Space Generation Advisory Council (SGAC) telah menyelenggarakan Asia Pacific Space Generation Workshop (AP-SGW) yang kedua, pada November 2015 di Bali, mengawali penyelenggraan APRSAF 22. APSGW tersebut dihadiri oleh beberapa orang mahasiswa dan profesional muda yang berasal dari 17 negara di kawasan Asia-Pasifik, dimana salah satu tema yang dibahas mengenai hukum antariksa. Akhirnya, Ketua Delri menyatakan dukungan dan komitmen Indonesia bagi upaya-upaya yang dilakukan oleh Sub Komite Hukum UNCOPUOS. Gambar 3-3. Sidang ke 55 Sub Komite Hukum UNCOPUOS - Wina e. Seminar Nasional Kebijakan Penerbangan dan Antariksa Tahun 2016 Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa LAPAN (Pusat KKPA) bekerjasama dengan Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya (FH UADY) menggelar acara Seminar Nasional Kebijakan Penerbangan dan Antariksa 2016 bertajuk, Pengembangan Kebijakan dan Regulasi Nasional Penerbangan dan Antariksa : Problem dan Tantangan. Kegiatan tersebut digelar pada Kamis, 20 Oktober 2016 bertempat di Gedung Bonaventura, Kampus III UAJY, Jl. Babarsari 43 Yogyakarta. 33

45 Opening Ceremonial seminar tersebut menghadirkan keynote speaker antara lain : Prof. Dr. Thomas Djamaluddin (Kepala LAPAN), Dr. Gregorius Sri Nurhartanto, SH. LL.M. (Rektor UAJY), dan Samudra Sukardi, MMIS, MSIS (Vice Chairman CSE Aviation Consultant), sedangkan moderator oleh Ir. Agus Hidayat, M.Sc. (Kepala Pusat KKPA). Kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan dari LSM yang concern dengan aktivitas keantariksaan nasional, praktisi pendidikan, serta para peneliti LAPAN. Secara spesifik seminar juga dimaksudkan untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang dukungan IPTEK penerbangan dan antariksa bagi kesejahteraan rakyat. Sampai dengan saat ini pemanfaatan teknologi keantariksaan di Indonesia telah diaplikasikan pada berbagai bidang, seperti : telekomunikasi, navigasi, penanggulangan bencana, bahkan pertahanan dan keamanan. LAPAN sesuai dengan tugas dan fungsinya merupakan aktor kunci dalam menggiring akselerasi nasional untuk menaikkan status agar tidak hanya sebagai pemanfaat teknologi tetapi inisiator pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa ke depan. Sebagai contoh, upaya pengembangan pesawat transportasi N219 dapat menjadi simbol kebangkitan.teknologi penerbangan dan antariksa kedua. Demikian halnya pengembangan teknologi satelit LAPAN (LAPAN satellite series) juga menjadi kebanggan nasional atas hal tersebut, meskipun terdapat catatan khusus terkait harapan besar Indonesia untuk dapat membangun dan mengoperasikan fasilitas peluncuran di bumi nusantara. Disamping upaya penguatan teknis dibidang IPTEK penerbangan dan antariksa maka perlu pula menguatkan pilar hukum dan kebijakan yang dapat mendukung pengembangan IPTEK tersebut secara efisien. Pengesahan UU No. 21/2013 tentang Keantariksaan menjadi tonggak legitimasi hukum penyelenggaraan keantariksaan nasional yang diiringi dengan konsekuensi capaian target untuk mewujudkan kemandirian dalam penguasaan IPTEK penerbangan dan antariksa secara komprehensif. Kepastian hukum di tingkat nasional merupakan filter dalam menghadapi berbagai isu hukum atau kebijakan dalam penyelenggaraan keantariksaan di tingkat nasional maupun internasional, seperti : definisi/delimitasi antariksa, pengoperasian pesawat nir awak, posisi Indonesia terhadap code of conduct Long Term sustainability of Outer Space Activities, dsb. Perlunya perhatian khusus terhadap landasan hukum atau rekomendasi kebijakan yang handal dalam penyelesaian isu-isu strategis tersebut juga menjadi fokus utama paparan Ka. LAPAN, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin pada sesi pleno kegiatan seminar tersebut. 34

46 Komitmen Indonesia untuk menyelesaikan isu-isu strategis tersebut menjadi upaya mengurangi ancaman dampak perkembangan teknologi penerbangan dan antariksa bagi Indonesia, misalnya dikaitkan dengan ancaman atas eksistensi kedaulatan Indonesia ke depan. Saat ini, salah satu agenda besar Indonesia (dhi. LAPAN) dalam penguatan aspek hukum dan kebijakan penyelenggaraan keantariksaan nasional adalah melakukan finalisasi penyusunan rangkaian aturan implementasi yang didelegasikan oleh UU No. 21/2013 tentang Keantariksaan. Sampai dengan saat ini aturan implementasi yang tengah dalam proses pembahasan final untuk memperoleh pengesahan dari Presiden meliputi : Perpres Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan Nasional dan PP tentang Tata Cara Penyelenggaraan Penginderaan Jauh. Selanjutnya sedang dilakukan proses pembahasan pararel untuk penyiapan naskah urgensi dan draft PP tentang komersialisasi keantariksaan, draft PP tentang teknologi sensitif, dan draft PP tentang bandar antariksa. Selanjutnya di aspek regulasi penerbangan, praktisi penerbangan, Samudra Sukardi, mencermati tentang kebutuhan penyempurnaan implementasi pengaturan penerbangan nasional sampai tingkat teknis (kepmen). Mengingat pada prakteknya menimbulkan berbagai masalah terhadap pemenuhan standar layanan keamanan dan keselamatan operasi penerbangan di Indonesia, baik terkait ketersediaan lembaga pengawas, pengelolaan SDM, maupun kepatuhan terhadap standar keamanan dan keselamatan yang berlaku. Terkait kepatuhan terhadap suatu standar keamanan dan keselamatan kegiatan maka dalam penyelenggaraan keantariksaan nasional juga telah diamanatkan oleh UU No. 21/2013 tentang Keantariksaan. Pada prinsipnya Indonesia harus memberi perhatian terhadap pemenuhan standar-standar penyelenggaraan IPTEK keantariksaan yang berlaku agar trust terhadap hasil IPTEK keantariksaan Indonesia makin meningkat. 35

47 Gambar 3-4. Seminar Nasional di UAJY- Yogyakarta f. Evaluasi dan Persiapan Pedoman Delegasi RI ke Sidang UNCOPUOS Pusat KKPA pada tanggal 16 dan 17 Mei 2016 telah menyelenggarakan pertemuan antar kementerian yang ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap penyusunan dan pelaksanaan pedoman Delegasi RI ke sidang STSC dan LSC UNCOPUOS tahun 2016 serta mempersiapkan draft awal pedoman Delegasi RI ke sidang Committee UNCOPUOS bulan Juni Pertemuan dihadiri perwakilan dari instansi-instansi yang selama ini terlibat bekerja sama dengan LAPAN terkait isuisu yang dibahas di UNCOPUOS yakni Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Kesehatan, dan TNI AU. LAPAN sendiri selain dari Pusat KKPA juga diwakili oleh Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) dan Biro Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Umum (KSHU). Pada hari kedua, pertemuan dihadiri oleh Kepala LAPAN dalam rangka memberikan arahan umum. Dari pertemuan selama dua hari tersebut, terkait dengan pelaksanaan sidang-sidang UNCOPUOS sebelumnya, peserta pertemuan menyepakati beberapa hal yang harus dievalusi, yakni kesiapan penguasaan materi oleh masing-masing anggota Delri untuk meningkatkan partisipasi aktif, teknis koordinasi sebelum dan selama berlangsungnya sidang, jumlah anggota Delri, dan prosedur pendaftaran presentasi teknis. Terdapat tiga isu penting dalam sidang-sidang subkomite maupun komite UNCOPUOS yang menurut Kepala LAPAN perlu diperhatikan oleh Indonesia secara komprehensif, yakni isu definisi dan delimitasi antariksa, GSO, dan LTS. Ketiga isu 36

48 ini menjadi penting karena berkaitan erat dengan kepentingan nasional Indonesia. Dalam isu definisi dan delimitasi, kita telah menyampaikan bahwa Indonesia menginginkan pembatasan pada ketinggian 110 km di atas permukaan laut. Definisi dan delimitasi antariksa juga diperlukan karena objek-objek antariksa tidak bisa dikendalikan melewati batas-batas negara, ada wahana-wahana yang berpotensi masuk ke dalam wilayah kedaulatan. Isu GSO terkait dengan hak negara-negara equator termasuk Indonesia dan terutama kemungkinan kehilangan slot orbit yang telah kita miliki sehingga menimbulkan ketidakadilan bagi kita yang berada di equator. Sedangkan dalam pembahasan draft guideline LTS, kita harus berhati-hati terutama terkait dengan masalah space debris, frekuensi, peaceful purposes, dan capacity building. LAPAN masih harus mempelajari isu ini secara lebih mendalam. Terkait keberadaan dan koordinasi Delegasi RI, Kepala LAPAN memberikan arahan untuk antara lain dapat belajar dari beberapa negara di mana ada delegasi yang mengikuti semua sesi, yang memiliki data satu bundel terkait informasi yang telah dikumpulkan sebelumnya. Briefing juga diperlukan walau tidak harus kaku untuk menyatukan pendapat dan berbagi tugas mencermati pandangan negaranegara. Pedoman Delri ke Sidang ke-59 UNCOPUOS sendiri masih akan dibahas lagi dalam beberapa pertemuan antar kementerian. LAPAN mengharapkan instansiinstansi terkait dapat terlibat aktif dalam penyiapan pedoman tersebut. Gambar 3-5. Evaluasi dan Persiapan Pedoman Delegasi RI ke Sidang UNCOPUOS 37

49 g. Keikutsertaan pada Sidang the 3 rd Intersessional Meeting Of The Working Group on the Long-Term Sustainability of Outer Space Activities, Wina, Austria, September 2016 Pertemuan tersebut yang dihadiri oleh delegasi yang mewakili lebih dari 30 negara anggota UNCOPUOS membahas sejumlah draft guidelines (kode etik) yang belum disepakati setelah bertahun - tahun dibahas. Pertemuan kali ini mencoba menyepakati draft guidelines yang termasuk dalam kategori preambular (pembukaan); policy and regulatory framework for space activities; safety of space operations; international cooperation, capacity building and awareness; scientific and technical reseach and development; dan implementation and updating. Terdapat 17 draft guidelines termasuk preambular yang diperdebatkan pada pertemuan yang akan berlangsung selama lima hari tersebut, yang termasuk dalam paket kedua draft guidelines LTS. Sedangkan 12 draft guidelines yang termasuk dalam paket pertama sudah disepakari pada sidang UNCOPUOS bulan Juni 2016 lalu. Pembahasan kali ini disamping memperdebatkan hal - hal yang bersifat teknis terkait kegiatan keantariksaan, juga memperdebatkan dengan cukup hangat yang menyangkut istilah-istilah hukum. Pertemuan intersesi yang dipimpin oleh Dr, Pieter Martinez dari Afrika Selatan, mencoba menyepakati 17 draft guidelines yang diharapkan pada tahun 2018 sudah seluruh draft guidelines dapat disepakati dan ditetapkan. Delegasi Indonesia pada dasarnya dapat menyetujui seluruh draft guidelines yang sedang dibahas, kerena secara normatif bertujuan untuk menjamin keberlangsungan penyelenggaraan kegiatan antariksa untuk tujuan damai. Delegasi Indonesia hanya mencermati dan mengusulkan adanya perubahan terhadap beberapa paragraf yang berpotensi bertentangan peraturan perundang-undangan yang berlaku maupun kepentingan nasioanal Indonesia. Disamping itu beberapa negara termasuk Indonesia menghendaki agar guidelines ini bersifat voluntary, nantinya tidak terlalu membatasi adanya transfer of knowledge dan transfer of technology dari negara - negara maju ke negara-negara berkembang. 38

50 Gambar 3-6. The 3 rd Intersessional Meeting Of The Working Group on the Long-Term Sustainability of Outer Space Activities, Wina, Austria, September 2016 h. Pelaksanaan Sosialisasi Hasil Kajian Pusat KKPA Pada Berbagai Perguruan Tinggi, sebagai berikut : 1) Universitas Pasundan Menindaklanjuti surat permohonan kepada Kepala Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa-LAPAN tanggal 30 November 2016 sebagai narasumber dalam kegiatan Diskusi Interaktif yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMHI), UNPAS, maka diselenggarakanlah diskusi publik dengan tema After The Cold War : Is Space Race Still An Issue In World Politics? pada 06 Desember 2016 di Ruang Rapat Dekanat FISIP Universitas Pasundan Bandung. Dibuka dengan penyampaian presentasi dari Bapak Ir. Agus Hidayat, M.Sc, selaku Kepala Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa, LAPAN. Dalam presentasi yang disampaikan oleh Bapak Ir. Agus Hidayat, M.Sc, dimulai dengan pembabakan periodisasi kegiatan antariksa internasional dari tahun 1950 hingga 1990an, dimana dalam era awal tersebut deskripsi space race sangat didominasi oleh kepentingan militer, pertahanan dan keamanan. Adapun aktor negara yang terlibat secara vis a vis adalah Uni Soviet dan Amerika Serikat. Akan tetapi seiring dengan waktu berjalan perlombaan antariksa mengalami pergeseran shifting direction dengan mulai diarahkan tidak hanya semata-mata untuk kepentingan militeristik tetapi lebih kepada hal-hal yang bersifat kemanusiaan atau human 39

51 welfare, meskipun tanpa menafikkan muatan militer dalam setiap proses kegiatannya. Selanjutnya disampaikan juga oleh Bapak Ir. Agus Hidayat, M.Sc, terkait posisi Indonesia dalam kegiatan antariksa khususnya LAPAN sebagai focal poin nasional, LAPAN dalam ini telah melakukan kontribusinya baik untuk kepentingan kegiatan sipil disatu sisi dan disisi lain secara tidak langsung atau laten mendukung semua kegiatan yang bersifat pertahanan dan keamanan khususnya dalam bidang peroketan selain itu juga dengan memberikan citra satelit kepada para pemangku keamanan nasional. Kemudian dilanjutkan dengan ulasan yang disampaikan oleh Bapak Drs. Awang Munawar, M.Si, selaku pengajar atau dosen jurusan hubungan internasional dengan spesialisasi geopolitik dan geostrategi. Dalam ulasan tersebut disampaikan secara garis besar bahwa memang dari sisi geopolitik ranah kekuatan darat dan laut pada awalnya merupakan perebutan yang signifikan untuk menunjukkan posisi hegemoni suatu negara, akan tetapi hal tersebut kemudian berkembang menjadi kekuatan udara, dimana dengan kekuatan udara yang dimiliki oleh suatu negara maka negara tersebut dapat melakukan kontrol dan pengawasannya terhadap kekuatan negara lain secara efektif. Memasuki era keantariksaan menjadikan konsep geopolitik berubah dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi antariksa membuat setiap negara khususnya negara besar atau negara hegemon berlomba untuk memiliki, mengembangkan dan memanfaatkan teknologi antariksa. Hal itu dikarenakan sangat efektif dan efisiennya teknologi antariksa dalam mewujudkan upaya dominasi suatu negara tidak saja terhadap suatu negara tetapi lebih luas lagi melakukan dominasi terhadap dunia secara global. Matra antariksa merupakan ranah yang sangat menjanjikan untuk tujuan-tujuan bersifat global, namun demikian keantariksaan juga menduduki peran yang sangat prioritas dalam meningkatkan taraf kehidupan manusia didunia. 40

52 Gambar 3-7. Acara NGOPI di UNPAS- Bandung 2) Universitas Diponegoro Dalam rangka memperkenalkan LAPAN dan Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa (Pusat KKPA), memperoleh masukan dan menjajaki kerjasama terkait kebijakan penerbangan dan antariksa, Pusat KKPA melakukan sisialisasi, focus group discussion (FGD), dan penjajakan kerjasama ke Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (UNDIP). Pada Kamis, 25 Agustus 2016 Tim Pusat KKPA dibagi menjadi dua untuk melaksanakan sosialisasi, FGD dan penjajakan kerjasama, tim pertama yang dipimpin oleh Agus Hidayat, Kepala Pusat KKPA melaksanakan kegiatan di FEB-UNDIP, sedangkan tim ke dua yang dipimpin oleh Husni Nasution, Kepala kelompok Penelitian (KaPoklit I) melaksanakan kegiatan di FISIP-UNDIP. Kedua kegiatan berjalan secara paralel di tempat yang berbeda. Kegiatan sosialisasi dihadiri oleh para dosen, mahasiswa program pascasarjana (S2 dan S3) maupun mahasiswa strata 1 (S1). Sedangkan kegiatan FGD dihadiri oleh dosendosen yang terkait dengan rencana pembangunan bandar antariksa. Tujuan dari FGD adalah dalam rangka memperoleh masukan dari pakar-pakar ekonomi dan ilmu sosial-politik yang ada di UNDIP terhadap hasil kajian bandar antariksa. Dari hasil kunjungan tersebut baik FEB maupun FISIP sepakat untuk menjalin kerjasama dengan Pusat KKPA terutama dalam hal penelitian bersama, publikasi bersama. 41

53 Gambar 3-8. Sosialisasi dan Insiasi PKS dengan FISIP dan FEB UNDIP 3) Universitas Airlangga Menindaklanjuti surat permohonan kepada Kepala Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa LAPAN tanggal 12 April 2016 sebagai narasumber dalam Diskusi Ilmiah Rabuan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, maka diadakanlah pertemuan pada tanggal 11 Mei 2016 di FISIP Universitas Airlangga - Kampus B Dharmawangsa Dalam - Surabaya. Dengan tema Isu dan Kebijakan Nasional dan Internasional Keantariksaan. Diskusi di buka oleh Bapak Wakil Dekan, dalam pembukaannya Bpk Wakil Dekan menyampaikan dua hal penting, yaitu terkait forum diskusi rabuan itu sendiri dan kaitannya dengan Isu dan Kebijakan Nasional dan Internasional Keantariksaan yang akan di sampaikan oleh Ka.PUSKKPA, Bapak Ir. Agus Hidayat, M.Sc. Disampaikan bahwa forum rabuan ini merupakan forum diskusi yang bersifat strategis. Disadari bahwa kemajuan yang telah dicapai oleh teknologi khususnya antariksa telah mengalami kemajuan yang sangat besar. Akan tetapi hal tersebut dirasakan masih mengalami hambatan dan kendala yang nyata. Kendala dan hambatan tersebut terkait dengan sifat kegiatan yang menekankan kepada R & D, khususnya keterlibatan dari kalangan akademisi dan Perguruan Tinggi. Oleh sebab itu jelas terlihat adanya suatu ketimpangan, dimana perkembangan dalam ranah teknologi telah melaju dengan pesat sedangkan di ranah akademis dan Perguruan Tinggi jauh tertinggal. 42

54 Gambar 3-9. Diskusi di FISIP UNAIR 4) Universitas Negeri Semarang Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa (PusKKPA) melakukan sosialisasi dan FGD di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dan Fakutas Teknik (FT) Universitas Negeri Semarang (UNNES). Sosialisasi dilakukan di FT-UNNES dan dihadiri oleh civitas akademika baik dari FIS maupun FT-UNNES. Dalam Sosialisasi tersebut Kapus KKPA, Agus Hidayat memaparkan gambaran umum tentang LAPAN, serta memberikan penjelasan mengenai tugas dan fungsi Pusat KKPA dengan berbagai kegiatan di dalamnya. Dalam kegiatan sosialisasi tersebut diberikan kesempatan kepada seluruh peserta untuk menyampaikan pertanyaan maupun masukan terhadap materi sisoalisasi. Setelah sosialisasi selesai dilakukan di kampus FT-UNNES, selanjutnya Tim Pusat KPPA diundang untuk menghadiri FGD yang dilakukan oleh FIS-UNNES. 43

55 FGD tersebut bertemakan "Pengembangan Edu Wisata Berbasis Kajian Gunung Unggaran". Dalam FGD tersebut menghadirkan perwakilan SKPD Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, dan perkumpulan Organisasi Pariwisata atau Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). FGD bertujuan untuk menghimpun masukan dari berbagai pihak yang hadir terkait rencana pengembangan Gunung Unggaran sebagai potensi Edu Wisata. Diharapkan dari FGD ini bisa dihasilkan output dan outcome untuk pengembangan Gunung Unggaran yang bisa memberikan manfaat bagi masyarakat Unggaran khususnya FIS-UNNES dan UNNES secara umum, Provinsi Jawa Tengah dan tentunya Indonesia secara keseluruhan. Dalam FGD tersebut Kapus KKPA menyampaikan bahwa LAPAN mendukung program ini dan siap membantu sesuai dengan kapasitas dan kewenangan LAPAN tentunya. Gambar Sosialisasi dan FGD di UNES 5) Padjadjaran Model United Nations (MUN) Fakultas Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. LAPAN turut menyemarakkan kegiatan Padjadjaran Model United Nations (MUN) di Ibis Style Hotel, Bandung, Jawa Barat, yang diselenggarakan oleh 44

56 Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung. Kepala Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan Antariksa (PusKPPA), Agus Hidayat tampil sebagai pembicara dalam kegiatan yang berlangsung tanggal Mei 2016 ini. Topik yang dipresentasikan adalah Space Mining atau menambang di antariksa. Terdapat berbagai isu penting yang dibahas dalam sidang-sidang UNCOPUOS, isu space mining merupakan isu baru yang hangat diperdebatkan. Beberapa negara maju yang dipelopori oleh Amerika Serikat menyatakan bahwa kegiatan tersebut sifatnya legal karena tidak bertentangan dengan beberapa perjanjian internasional yang sekarang ada. Bahkan sejak bulan November 2015 yang lalu, Amerika Serikat sudah mengesahkan semacam undang undang yang mengizinkan perusahaan swasta Amerika untuk melakukan penambangan asteroid dan boleh memiliki hasilnya. Sebaliknya beberapa negara lainnya masih menyoal gagasan tersebut karena dianggap bertentangan dengan perjanjian internasional. Pemaparan Agus tersebut berisi tentang apa itu space mining, teknologi apa yang diperlukan, berbagai aspek legal dan sikap pro dan kontra beberapa negara. Pada kesempatan tersebut juga disosialisasikan eksistensi LAPAN dengan 4 (empat) kompetensinya. Di bidang sains antariksa, LAPAN bertugas melakukan pengamatan di bidang cuaca antariksa dan penelitian tentang atmosfer tropis. Di bidang penginderaan Jauh, LAPAN melakukan pemantauan permukaan bumi menggunakan satelit, dengan data yang dihasilkan untuk berbagai keperluan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Kompetensi LAPAN di bidang teknologi penerbangan dan antariksa dicontohkan melalui kegiatan riset peroketan, pesawat terbang, dan satelit. Adapun kompetensi lainnya yaitu kiprah LAPAN dalam melakukan Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa, sebagai bidang kajian yang sedang dipimpinnya saat ini. Padjadjaran MUN 2016 merupakan rangkaian acara berupa simulasi sidang PBB tahunan. Kegiatan tersebut besutan Ikatan Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Memasuki tahun ke- 4 penyelenggaraan, diharap menjadi momen pembuktian kebesaran dan eksistensi Padjadjaran MUN di kancah MUN Nasional maupun internasional. Peserta MUN kali ini terdiri dari mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Konsep sidang Padjadjaran MUN kali ini dibagi dalam empat Dewan, Mars Constitution Convention 2121, Paris Peace Conference 1919, United Nations Entity for Gender Equality and the Environment of Women (UN Women), dan Expanded ASEAN Maritime Forum. 45

57 Gambar Padjadjaran Model United Nations (MUN) - UNPAD 6) Kunjungan ke European Space Policy Institute (ESPI) Guna menjajaki kemungkinan kerjasama maka pada tanggal 22 September 2016, Kepala Pusat KKPA, Agus Hidayat, berkesempatan berkunjung ke European Space Policy Institute (ESPI), sebuah organisasi think tank terkait kebijakan antariksa yang dibentuk oleh European Space Agency (ESA) dan Austrian Space Agency (ASA), yang berkantor di Wina. Pada kunjungan tersebut Kapus KKPA diterima langsung oleh Direktur ESPI, Mr. Jean-Jacques TORTORA. Pada kesempatan tersebut dijelaskan kegiatan yang dilakukan di Pusat KKPA, sedangkan Mr. TORTORA menjelaskan ruang lingkup kegiatan ESPI. Direktur ESPI menjelaskan bahwa fokus perhatian ESPI saat ini adalah space law & space law development, space economy, dan monitoring of worldwide space activities. Terkait dengan kajian tentang space economy, ESPI saat ini tengah menjalin kerjasama dengan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Pada pertemuan tersebut dibahas juga mengenai spaceport, dimana Direktur ESPI memyampaikan bahwa dalam pembangunan spaceport, terdapat 4 hal yang perlu diperhatikan: assessment terkait aspek keamanan dan keselamatan (security and safety), jarak dari equator (proximity from the equator), faktor-faktor lingkungan sekitar (kekuatan angin) dan tanggung jawab Pemerintah dalam pengelolaan spaceport. Terkait dengan komersialisasi luar angkasa, Direktur ESPI menyampaikan bahwa dalam rangka memajukan industri antariksa, pada awalnya sebaiknya 46

58 melibatkan BUMN dan selanjutnya perlu meningkatkan kolaborasi dengan pihak lain baik swasta dalam negeri maupun asing. Terkait kemungkinan kerjasama kedepan, Direktur ESPI menawarkan kerjasama dalam bentuk pemagangan, dimana peneliti Pusat KKPA dengan membawa gagasan besar melakukan magang di ESPI selama 3 hingga 12 bulan. Pihak ESPI bersedia menyiapkan segala fasilitas yang diperlukan termasuk akses terhadap seluruh informasi dan dokumen yang dimiliki ESPI. Pihak Kedutaan Besar RI di Wina sangat mendukung rencana kerjasama tersebut dan menyarankan agar LAPAN dapat menindaklanjutinya dengan kerangka kerjasama, baik dalam bentuk letter of intent maupun memorandum of understanding. Gambar Kunjungan ke European Space Policy Institute (ESPI) 7) Penerbitan Buku Ilmiah, Buletin dan Brosur Pusat KKPA Sebagai media publikasi karya tulis ilmiah bagi para peneliti Pusat KKPA, pada pada tahun 2016 diterbitkanlan Buku Ilmiah Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa, yang memuat karya tulis ilmiah para peneliti di Pusat KKPA. Disamping itu Pusat KKPA juga menerbitkan Buletin KKPA, yang digunakan sebagai wadah bagi para peneliti muda dan calon peneliti untuk mengungkapkan pemikirannya melalui tulisan-tulisan yang bersifat popular. Hal ini dimaksudkan untuk melatih para peneliti muda dan calon peneliti untuk dapat menghasilkan karya tulis ilmiah terkait kebijakan penerbangan dan antariksa. Selain dari itu, bulletin tersebut dimaksudkan sebagai media sosialisasi hasil-hasil kegiatan Pusat KKPA serta berbagai isu strategis yang menjadi topik kajian Pusat KKPA. 47

59 Tidak itu saja, tahun 2016 Pusat KKPA menerbitkan brosur tentang kegiatan Pusat KKPA atau semacam company profile yang bertujuan agar masyarakat dapat memahami dengan mudah tentang keberadaan Pusat KKPA, tugas fungsinya, lingkup kegiatannya, dan lain-lain. Gambar Buku Ilmiah, Buletin dan Brosur Pusat KKPA 48

RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA 2015-2019 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA Jl. Cisadane No. 25 Cikini, Jakarta Pusat www.puskkpa.lapan.go.id DAFTAR ISI

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan

BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i KATA PENGANTAR... ii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Kondisi Umum... 2 1.1.1 Profil Biro Perencanaan dan Keuangan/Biro Perencanaan dan Organisasi... 2 1.1.2 Capaian Biro Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

C. Pengelolaan Keuangan BAB IV PENUTUP Kesimpulan... 73

C. Pengelolaan Keuangan BAB IV PENUTUP Kesimpulan... 73 C. Pengelolaan Keuangan... 67 BAB IV PENUTUP... 73 Kesimpulan... 73 LAMPIRAN : - Pernyataan Telah Direviu - Formulir Checklist Reviu - Reviu Matrik Rencana Strategis Pengadilan Tinggi Jakarta Tahun 2010-

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemeri

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemeri BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1008, 2016 KEMENRISTEK-DIKTI. Laporan Kinerja. PTN. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN ANGGARAN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN ANGGARAN 2012 SERI LAPORAN TEKNIS OT 01 04 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN ANGGARAN 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Jl. Gajah Mada no. 8 Jakarta 10120 Telp. (62-21) 63858269-70

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Kerja Tahunan (RKT) merupakan suatu hal yang penting bagi terselenggaranya tatakelola kinerja yang baik, oleh karenanya, RKT menjadi suatu hal yang cukup kritikal yang harus

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

LAPORAN TRIWULAN I CAPAIAN PENETAPAN KINERJA ( P K ) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014

LAPORAN TRIWULAN I CAPAIAN PENETAPAN KINERJA ( P K ) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014 LAPORAN TRIWULAN I CAPAIAN PENETAPAN KINERJA ( P K ) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014 I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesulitan dalam mengukur keberhasilan atau kegagalan kinerja

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.242, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM - 2 - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maksud dari penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Bidang Dokumentasi dan Perpustakaan - BSN ini adalah sebagai pertanggungjawaban kepada

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BADUNG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BADUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BADUNG MANGUPURA, 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN.... 1 1.1 Latar Belakang........ 1 1.2

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo No.1452, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. SAKIP. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN 07 BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media / wahana

Lebih terperinci

Jakarta, Februari 2017 Sekretaris Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Jakarta, Februari 2017 Sekretaris Utama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional SEKRETARIS UTAMA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Laporan Kinerja (Lakin) Sekretariat Utama (Settama) merupakan pertanggungjawaban kepada publik atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran strategis

Lebih terperinci

Penataan sistem perencanaan yang akuntabel, yaitu perencanaan yang. terukur dan dapat dipertanggungjawabkan akan mewujudkan suatu manajemen

Penataan sistem perencanaan yang akuntabel, yaitu perencanaan yang. terukur dan dapat dipertanggungjawabkan akan mewujudkan suatu manajemen BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penataan sistem perencanaan yang akuntabel, yaitu perencanaan yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan akan mewujudkan suatu manajemen peradilan yang baik. Adapun

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel.

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel. RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA POLTEKKES KEMENKES BANTEN TAHUN Pembinaan dan Supervisi - Uang Makan Mahasiwa yang di asramakan

RENCANA KINERJA POLTEKKES KEMENKES BANTEN TAHUN Pembinaan dan Supervisi - Uang Makan Mahasiwa yang di asramakan RENCANA KINERJA POLTEKKES KEMENKES BANTEN TAHUN 2015 1 2 No Sasaran Indikator Kinerja Meningkatnya lulusan tepat waktu Meningkatnya prestasi akademik peserta didik Persentase lulusan tepat waktu target

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.01/2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA 2016 Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LKJ DITJEN IDP 2016 2016 LKJ DITJEN IDP KATA PENGANTAR Menjadi penjuru penguatan citra positif Indonesia

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT LAKIP 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO UMUM

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT LAKIP 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO UMUM PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT LAKIP 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO UMUM i KATA PENGANTAR LAKIP Biro Umum Tahun 2016 ini disusun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

LAPORAN TRIWULAN II CAPAIAN PENETAPAN KINERJA ( P K ) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014

LAPORAN TRIWULAN II CAPAIAN PENETAPAN KINERJA ( P K ) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014 LAPORAN TRIWULAN II CAPAIAN PENETAPAN KINERJA ( P K ) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014 I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesulitan dalam mengukur keberhasilan atau kegagalan kinerja

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I. PENDAHULUAN...1 1.1 Kondisi Umum...1 1.1.1 Profil Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang...1 1.1.2. Capaian Balai Pengamatan Antariksa Dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Jakarta, Ratih Nurdianti

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Jakarta, Ratih Nurdianti KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014 merupakan perwujudan dari pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi Deputi

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji Syukur ke hadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga Bagian Keuangan dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Bagian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2016 Kepala Biro Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Umum. Ir. Christianus R. Dewanto, M. Eng.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2016 Kepala Biro Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Umum. Ir. Christianus R. Dewanto, M. Eng. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Rencana strategis (Renstra) Biro Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Umum (KSHU) Periode tahun 2015-2019 telah selesai diperbaharui. Renstra ditetapkan

Lebih terperinci

L A K I P. Satuan Kerja (sebutkan) TAHUN ANGGARAN. PUSAT STATISTIK (sebutkan Satuan Kerja) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

L A K I P. Satuan Kerja (sebutkan) TAHUN ANGGARAN. PUSAT STATISTIK (sebutkan Satuan Kerja) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH L A K I P LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH Satuan Kerja (sebutkan) TAHUN ANGGARAN BADAN PUSAT STATISTIK (sebutkan Satuan Kerja) (tahun terbit) Satuan Kerja (Sebutkan) Kata Pengantar Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG LAKIP merupakan wujud akuntabilitas instansi pemerintah yang pedoman penyusunannya ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR 1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN JANUARI 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF 2 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien, dan akuntabel, Direktorat Penanganan Pelanggaran (Dit. PP) berpedoman pada dokumen perencanaan

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2015

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2015 KATA PENGANTAR Upaya Peningkatan Kinerja Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum dilaksanakan melalui Penilaian Kinerja terhadap Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia telah dimulai tahun 2014 yang lalu.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang LKj Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional 2014 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan kewajiban bagi instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

LAPORAN TRIWULAN IV CAPAIAN PENETAPAN KINERJA ( P K ) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014

LAPORAN TRIWULAN IV CAPAIAN PENETAPAN KINERJA ( P K ) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014 LAPORAN TRIWULAN IV CAPAIAN PENETAPAN KINERJA ( P K ) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014 I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perencanaan Kinerja adalah suatu proses penetapan kegiatan

Lebih terperinci

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara demokratis, Langsung Umum Bebas Rahasia, Jujur dan Adil dalam Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan BAB IV A. Simpulan Laporan kinerja Sekretariat Kabinet tahun 2015 ini merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian visi dan misi Sekretariat Kabinet dalam rangka menuju organisasi yang efektif,

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA BIRO AKUNTABILITAS KINERJA DAN REFORMASI BIROKRASI 2016 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2015 BIRO AKUNTABILITAS KINERJA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan kinerja Badan Litbang Perhubungan tahun 2016 ini merupakan laporan pertanggungjawaban kegiatan dan anggaran yang berisi informasi tentang keberhasilan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja (LKj) Asisten Deputi Bidang Pelaksanaan dan Pelaporan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1040, 2014 KEMENPOLHUKAM. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Sistem. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Memasuki awal tahun 2016 sesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat IV melakukan kegiatan yang

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang telah diperjanjikan Sekretariat Kabinet kepada kepada pimpinan dan stakeholders selama tahun 2015. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

prasarana yang terdiri dari 1 unit perangkat backup... dikarenakan... BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

prasarana yang terdiri dari 1 unit perangkat backup... dikarenakan... BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA BADAN STANDARDISASI NASIONAL prasarana yang terdiri dari 1 unit perangkat backup... dikarenakan LAPORAN... KINERJA BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 BIRO PERENCANAAN,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar efektif, efisien dan akuntabel, RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo berpedoman pada dokumen perencanaan yang

Lebih terperinci

13. Untuk pencapaian kinerja program yang terbagi dalam 2 (dua) program, terlihat nilai pencapaian kinerjanya sebagai berikut :

13. Untuk pencapaian kinerja program yang terbagi dalam 2 (dua) program, terlihat nilai pencapaian kinerjanya sebagai berikut : RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Jenderal Tahun 2011 adalah perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2015-2019 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Balai Pengamatan Antariksa Dan Atmsofer Pasuruan Jl. Raya Watukosek Gempol, Pasuruan, Jawa Timur 67155 Telp. 0343-851887,

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice.

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap pelaksanaan urusan kepemerintahan akan selalu dikaitkan dengan pengelolaan kepemrintahan yang baik (good governance) dengan tiga pilar utama yaitu, Partisipasi,

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 1 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum.wr.wb Alhamdulillah, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN DAN PELAPORAN KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN DAN PELAPORAN KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 8, 2015 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN DAN PELAPORAN KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa pedoman

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2017 D A F T A R I S I KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis BAB II Renstra Tahun 2015 2019 merupakan panduan pelaksanaan tugas dan fungsi pada periode 2015 2019 yang disusun berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra Tahun 2010

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA POLTEKKES KEMENKES BANTEN TAHUN Program / Kegiatan. Penyusunan Dokumen Perencanaan Program dan Anggaran

RENCANA KINERJA POLTEKKES KEMENKES BANTEN TAHUN Program / Kegiatan. Penyusunan Dokumen Perencanaan Program dan Anggaran RENCANA KINERJA POLTEKKES KEMENKES BANTEN TAHUN 2016 No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Program / Kegiatan Waktu Pelaksanaan Anggaran 1 Meningkatnya lulusan tepat waktu Persentase lulusan tepat

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba

2016, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba No.904, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. SAKIP. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1213, 2013 KEMENTERIAN SOSIAL. Kinerja. Rencana Tahunan. Rencana Aksi. LAKIP. Penyusunan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN TAHUN 2015

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN TAHUN 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN TAHUN 2015 BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN 2016 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA BIRO PERENCANAAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media/wahana pertanggungjawaban kepada publik atas penyelenggaran Pemerintahan. Untuk

Lebih terperinci

I. Pengertian BAB I PENDAHULUAN

I. Pengertian BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen

Lebih terperinci