Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun"

Transkripsi

1 ARTIKEL ASLI Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Penyakit Tahun (Superficial Mycosis in Mycology Division - Out Patient Clinic of Dermatovenereology Dr. Soetomo General Hospital Surabaya in ) Afif Nurul Hidayati, Sunarso Suyoso, Desy Hinda P, Emilian Sandra Departemen/Staf Medik Fungsional Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya ABSTRAK Latar belakang: telah dilakukan penelitian retrospektif mikosis superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan (URJ) Penyakit tahun Tujuan: untuk mengetahui gambaran penderita serta penegakan diagnosis mikosis superfisialis yang meliputi: jumlah kasus baru, distribusi menurut jenis kelamin, umur, jenis penyakit, pemeriksaan laboratorium dengan KOH + tinta Parker, serta pemeriksaan kultur. Hasil: Dalam kurun waktu antara didapatkan kasus baru mikosis superfisialis di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2003 sebesar 12,7%, tahun 2004 sebesar 14,4%, dan tahun 2005 sebesar 13,3%. Kesimpulan: Kasus mikosis superfisialis masih cukup banyak diderita oleh penduduk Indonesia yang merupakan negara tropis. Kata kunci: mikosis superfisialis, pitiriasis versikolor, kandidiasis superfisialis, KOH, tinta Parker ABSTRACT Background: A retrospective study of superficial mycosis had been done at Dermato-Venereology Out Patient Clinic Dr. Soetomo General Hospital Surabaya from January 2003 to December The aim: the aim of study is to know the morbidity of superficial mycosis and distribution patterns of age, sex, disease, KOH + Parker's ink, and culture examinations. Result: the incidence of superficial mycosis is 12.7% in 2003, 14.4% in 2004, and 13.3% in Conclusion: this result shows that superficial mycosis is still a problem in Indonesia as a tropical country. Key words: superficial mycosis, pityriasis versicolor, superficial candidiasis, KOH, Parker ink Korespondensi: Afif Nurul Hidayati, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya. Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 6 8 Surabaya Indonesia. Telp Pendahuluan Mikosis superfisialis adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan oleh kolonisasi jamur atau ragi. 1 Penyakit yang termasuk mikosis superfisialis adalah dermatofitosis, pitiriasis versikolor, dan kandidiasis superfisialis. 1 4 Dermatofitosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi jamur dermatofit yang menyerang jaringan yang mengandung keratin seperti stratum korneum epidermis, rambut, dan kuku. Penyebab dermatofitosis adalah spesies dari Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. 1 4 Pitiriasis versikolor merupakan penyakit infeksi jamur superfisial kronis pada kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare. 3,4 Kandidiasis superfisialis merupakan infeksi primer dan sekunder pada kulit dan mukosa dari genus Candida, terutama karena spesies Candida albicans. Kandidiasis superfisialis yang sering dijumpai yaitu mengenai lipatan-lipatan kulit seperti inguinal, aksila, lipatan di bawah dada (kandidiasis intertriginosa), daerah popok/diaper, paronikia, onikomikosis, dan mengenai mukosa (kandidiasis oral, vaginitis, balanitis). 3 5 Mikosis superfisialis cukup banyak diderita penduduk negara tropis. Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi, merupakan suasana yang baik bagi pertumbuhan jamur, sehingga jamur dapat ditemukan hampir di semua tempat. 4,5 Pengarang Utama 5 SKP. Pengarang Pembantu 1 SKP (SK PB IDI No. 318/PB/A.7/06/1990) 1

2 Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April 2009 Di Indonesia angka yang tepat teratasi, insidensi mikosis superfisialis belum ada. 5 Insidensi di berbagai rumah sakit pendidikan di Indonesia tahun 1998 bervariasi. 5 Penelitian retrospektif ini kami buat untuk mengetahui gambaran mikosis superfisialis di URJ (Unit Rawat Jalan) Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo tahun 2003 sampai dengan Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran umum mikosis superfisialis di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode (3 tahun), yang meliputi: kasus baru, distribusi jenis penyakit, distribusi umur penderita, distribusi kelamin penderita, distribusi waktu, distribusi geografis, gambaran penegakan diagnosis. Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan melihat catatan medik kasus mikosis superfisialis di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama periode 1 Januari Desember Hasil Penelitian DAN Pembahasan Jumlah kasus baru mikosis superfisialis menempati urutan ke-3 setelah dermatitis dan akne dalam daftar 10 penyakit terbanyak di URJ Penyakit tahun Kasus baru mikosis superfisialis dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 semakin menurun, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pola hidup yang bersih dan sehat dan semakin Grafik (12,7% ) (14,9% ) Mikosis superfisialis URJ Peny. Kulit & Kelamin Perbandingan Kasus Baru Mikosis Superfisialis Divisi Mikologi dengan Kasus Baru URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode (13,3% ) Grafik Grafik (9,32%) 941 (4,93%) 982 (5,36%) 7160 UrJ Peny. Kulit & Kelamin Mikosis superfisialis Divisi Mikologi Mikosis superfisialis Grafik 3. Perbandingan Kasus Baru Mikosis Superfisialis Divisi Mikologi dengan Kasus Baru dan Lama URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode (6,1%) 982 (93,9%) ( 6 6, 6 %) Bukan Mikosis superfisialis Mikosis superfisialis 72 (7,1%) 941 (92%) (10,1%) banyaknya tempat pelayanan kesehatan sehingga kasus yang datang ke Divisi Mikologi URJ Kulit dan Kelamin semakin menurun ( 6 7, 7 %) 667 (89,9%) ( 6 3, 0 %) Perbandingan Kasus Baru Mikosis Superfisialis dengan Kasus Baru dan Lama Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode Perbandingan Kasus Baru Mikosis Superfisialis dengan Kasus Baru Bukan Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode

3 Artikel Asli Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun Kasus baru mikosis superfisialis dibandingkan kasus baru URJ Kulit Kelamin pada tahun 2003 sebesar 12,7%, tahun 2004 sebesar 14,9%, dan tahun 2005 sebesar 13,3%. Insidensi dermatomikosis terhadap seluruh kasus dermatosis di berbagai rumah sakit pendidikan dokter di Indonesia menunjukkan angka yang bervariasi, dari yang terendah 2,3% (Yogyakarta) tahun 1996 hingga yang tertinggi 39,2% (Denpasar) tahun Hal tersebut mungkin disebabkan karena sistem pencatatan yang kurang akurat atau pasien enggan berobat ke rumah sakit besar, dan cenderung memilih berobat ke fasilitas pengobatan lainnya. 6,7 Grafik 5. 53,2% P versikolor Dermatofitosis Kandidiasis superfisialis Onikomikosis T incognito inkognito Distribusi Jenis Penyakit Mikosis Superfisialis. Penelitian ini menunjukkan insidensi terbanyak adalah dermatofitosis. Menurut Budimulja 8 mikosis superfisialis yang banyak dijumpai adalah pitiriasis versikolor, kandidosis, dan dermatofitosis.di beberapa rumah sakit insidensi kandidiasis kutis dapat melampaui insidensi pitiriasis versikolor (Ujungpandang, Medan, Denpasar). Berbeda dengan laporan Budimulja Jakarta tahun 1989 dan Dhiana dkk tahun 1994 di Semarang yakni pitiriasis versikolor menempati urutan pertama disusul dengan dermatofotosis dan kandidiasis kutis. 5 Ditinjau dari masing-masing kasus, pitiriasis versikolor merupakan kasus yang paling banyak dijumpai dari seluruh kasus mikosis superfisialis. Pitiriasis versikolor merupakan penyakit infeksi jamur superfisial pada kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur yang tersebar di seluruh dunia, terutama banyak ditemukan pada daerah tropis dan subtropis dengan temperatur dan kelembaban relatif tinggi. 2 Penyakit tersebut banyak ditemukan pada penderita dengan sosial ekonomi rendah dan berhubungan dengan buruknya higiene perorangan. Faktor predisposisi sangat berperan pada terjadinya pitiriasis versikolor, 2 antara lain genetik, pemakaian kortikosteroid atau antibiotika jangka panjang, gizi kurang, dan banyak keringat. 9 Prevalensi pitiriasis versikolor sekitar 50% pada daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab. Faktor lingkungan (kelembaban kulit) dan faktor suseptibilitas individual (kecenderungan genetik, penyakit lain yang mendasari, malnutrisi) berperan pada patogenesis pitiriasis versikolor. 10 Faktorfaktor tersebut banyak didapatkan di Indonesia yang merupakan daerah tropis sehingga insidensi pitiriasis versikolor masih tinggi. Selain hal itu, banyaknya kasus yang ditemukan dapat terjadi karena penyakit tersebut memberikan keluhan yang tidak berarti sehingga jarang yang datang berobat pada saat penyakit masih dini. Alasan malu atau kosmetik juga bisa merupakan penyebab keterlambatan penderita untuk mencari pengobatan, pada umumnya penderita baru akan berobat ke pusat kesehatan saat penyakitnya sudah meluas. Di National Skin Centre Singapura pada tahun didapatkan kasus mikosis superfisialis. Kasus yang paling banyak adalah tinea pedis (27,3%), kemudian pitiriasis versikolor (25,2%), dan tinea kruris (13,5%). Kandidiasis juga sering didapatkan dengan kasus terbanyak adalah kandidiasis intertriginosa. Tinea kapitis jarang didapatkan. Kasus onikomikosis mulai meningkat. 11 Di Bangkok, Thailand pada tahun 1986, dari penderita perempuan kasus yang banyak didapatkan adalah tinea korporis (29%), tinea kruris (23%), dan tinea pedis (16%). Sedangkan pada penderita laki-laki adalah tinea kruris (39%), tinea korporis (28%), dan tinea pedis (14%). 12 Di Kimitsu Chuo Hospital, Tokyo, Jepang, kasus dermatofitosis yang terbanyak adalah tinea pedis (64,2%), diikuti tinea unguium (14,6%) dan tinea korporis (11,9%). 13 Banyaknya kasus tinea pedis di beberapa negara Asia tersebut mungkin disebabkan karena kebiasaan pemakaian sepatu tertutup dalam aktivitas atau pekerjaan sehari-hari, hal tersebut berkaitan dengan banyaknya industri di negara-negara tersebut. Kelompok umur yang terbanyak menderita mikosis superfisialis di Divisi Mikologi URJ Penyakit tahun adalah kelompok umur tahun, merupakan kelompok usia produktif yang banyak mempunyai faktor predisposisi, misalnya pekerjaan basah, trauma, dan banyak berkeringat, sehingga risiko untuk menderita mikosis superfisialis lebih besar dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Sedangkan kelompok usia yang paling jarang menderita mikosis superfisialis di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah kelompok usia

4 Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April tahun yang merupakan golongan balita yang sedikit mempunyai faktor risiko thn 624(24,1%) >65 thn 123 (4,7%) 0-<1 thn 1-4 thn 86 (3,3%) 80 (3,1%) 5-14 thn 196 (7,6%) thn 532 (20,5%) Luar Surabaya 349 (13,5%) Surabaya 2241 (86,5%) Grafik Peb Jan Apr Mar Juni Mei Ags Juli Okt Sep 2004 Des Nop Grafik (36,3%) Distribusi Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kasus Baru Mikosis Superfisialis Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode Kasus baru mikosis superfisialis di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya, secara umum jumlah penderita perempuan lebih banyak dibandingkan penderita laki-laki. Distribusi waktu kasus mikosis superfisialis tahun 2003, 2004, dan 2005 menunjukkan gambaran yang kurang khas. Hal tersebut bisa didapatkan karena pada tahun-tahun tersebut pergantian musim di Indonesia sering tidak berjalan dengan normal selain disebabkan penderita mencari pengobatan saat penyakitnya sudah diderita agak lama tidak pada saat baru menderita Distribusi Waktu Kasus Baru Mikosis Superfisialis Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya periode Grafik 8. Blastospora/arthrokonidia+Pseudohifa/hifa Grafik 9. Distribusi Geografis Penderita Baru Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode Pseudohifa/Hifa Blastospora/arthrokonidia Negatip 356 (13,7%) 636 (24,6%) 475 (18,3%) 1123 (43,4%) Hasil Pemeriksan Laboratorium KOH 20% + tinta Parker Kasus Baru Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya Periode Dari seluruh kasus mikosis superfisialis yang datang ke Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun ,5% berasal dari Surabaya. Penderita yang berasal dari luar Surabaya meliputi daerah pesisir pantai seperti Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Tulung Agung, P. Madura (Kamal, Bangkalan, Sumenep, Sampang, Pamekasan), serta daerah dataran yang lebih tinggi seperti Malang, Kediri, Nganjuk, Magetan, Ponorogo, Mojokerto. Pada tahun 2003 pemeriksaan KOH 20% + tinta Parker kasus pitiriasis versikolor yang menunjukkan elemen jamur berbentuk hifa dan spora (spaghetti and meat balls) menunjukkan hasil positif yang paling besar (87,1%), diikuti dermatofitosis (86,0%), kemudian kandidiasis (77,0%). Sedangkan pemeriksaan KOH 20% + tinta Parker pada satu kasus onikomikosis menunjukkan hasil yang negatif.

5 Artikel Asli Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun Pada tahun 2004 pemeriksaan KOH 20% dan tinta Parker pada kasus pitiriasis versikolor juga menunjukkan hasil positif yang paling besar (91,7%), diikuti oleh dermatofitosis (83,4%), kemudian kandidiasis (73,6%). Dua kasus onikomikosis pemeriksaan KOH 20% + tinta Parker menunjukkan hasil negatif. Hasil yang sama juga terjadi pada tahun 2005, pemeriksaan KOH 20% + tinta Parker kasus pitiriasis versikolor menunjukkan hasil positif yang paling tinggi (87,1%), diikuti dermatofitosis (86,0%), kemudian kandidiasis (77,0%). Sedangkan pemeriksaan KOH 20% + tinta Parker pada satu kasus onikomikosis menunjukkan hasil yang positif berupa blastospora. Seharusnya diagnosis onikomikosis disesuaikan pemeriksaan klinis dan hasil pemeriksaan KOH + tinta Parker yang ditemukan. Hasil pemeriksaan laboratorium dengan KOH 20% + tinta Parker pada kasus baru pitiriasis versikolor di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama tahun didapatkan hasil negatif yaitu tidak ditemukannya elemen jamur yaitu sebesar 11,6% (2003), 8,3% (2004), dan 12,9% (2005). Jika pada pemeriksaan dengan KOH 20% hanya dijumpai blastospora saja, maka dikatakan kasus tersebut tidak dapat didiagnosis sebagai pitiriasis versikolor, oleh karena spora yang ada merupakan golongan flora yang sering ditemukan pada kulit dan hidup sebagai saprofit di permukaan kulit manusia. 14 Sedangkan bentuk filamen hifa (miselial) merupakan fase patogen yang tidak dapat ditemukan pada kulit normal atau pada kultur. 10,15 Namun apabila dijumpai blastospora saja pada pemeriksaan KOH 20% + tinta Parker pada kasus baru tetap didiagnosis sebagai pitiriasis versikolor. Jika secara klinis menunjukkan gambaran pitiriasis versikolor tetapi pengobatannya belum adekuat yang diketahui dari anamnesis bahwa penderita telah berobat atau mengobati sendiri penyakitnya di mana pengobatannya belum memenuhi syarat untuk dikatakan sembuh. Pada penelitian ini, hasil yang negatif pada pemeriksaan KOH 20% + tinta Parker untuk kasus baru dermatofitosis di Divisi Mikologi URJ Penyakit didapatkan sebesar 21,9% (2003), 16,3% (2004), dan 16,0% (2005). Tingginya hasil pemeriksaan yang negatif tersebut kemungkinan disebabkan karena penderita sudah mengobati sendiri dengan obatobatan topikal seperti antijamur topikal maupun kortikosteroid topikal atau kemungkinan lain pengambilan bahan pemeriksaan yang tidak pada daerah yang mengandung elemen jamur atau mungkin karena pada satu penderita bisa terdapat lebih dari satu diagnosis mikosis superfisialis, namun pada pemeriksaan elemen jamurnya dilakukan hanya pada salah satu diagnosis saja. Sedangkan pada penelitian ini ditemukan hasil pemeriksaan KOH 20% + tinta Parker yang negatif pada kasus baru kandidiasis di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya yaitu 27,7% (2003), 26,4% (2004), dan 23,0% (2005). Elemen jamur terbanyak yang dijumpai pada pemeriksaan KOH 20% + tinta Parker untuk kasus baru dermatofitosis di Divisi Mikologi URJ Penyakit adalah bentuk hifa sebesar 39,9% (2003), 48,7% (2004), dan 40,9% (2005). Elemen jamur dermatofita yang dijumpai pada pemeriksaan langsung dengan KOH berupa filamen yang panjang, bercabang, dan bersepta dengan diameter 3 8 μ atau filamen yang lebih pendek dan lebih bundar Filamen tersebut tampak sebagai garis sejajar yang memiliki indeks bias yang berbeda dengan sekitarnya dan pada jarak tertentu dipisahkan oleh sekat (septa). 19 Elemen jamur dermatofit lain yang umum dijumpai yaitu berupa deretan spora di ujung hifa/chains of rectanguler spores (arthrospora) Elemen jamur terbanyak yang dijumpai pada pemeriksaan KOH 20% + tinta Parker untuk kasus baru kandidiasis di Divisi Mikologi URJ Penyakit adalah blastospora yaitu sebesar 52,2% (2003), 53,8% (2004), 58,0% (2005). Jamur Candida merupakan jamur dimorfik, yang bentuknya tergantung lingkungannya. Bentuk "mould" atau bentuk pseudohifa/hifa ditemukan pada penyakit, karenanya bentuk ini dianggap sebagai bentuk patogen. Sedangkan bentuk ragi atau blastospora merupakan bentuk istirahat yaitu sebagai saprofit. 2,20,21 Pada pemeriksaan mikroskopik akan tampak jamur Candida dalam bentuk sel ragi (yeast form), berupa sel-sel tunas berbentuk lonjong (blastospora), pseudohifa sebagai sel-sel memanjang seperti sosis yang tersusun bersambung-sambung dan hifa yang bersepta. 22 Diagnosis tinea kapitis dan pitiriasis versikolor dengan pemeriksaan lampu Wood juga dilakukan di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya, namun tidak tercatat secara teratur pada rekam mediknya sehingga tidak dapat dilaporkan.

6 Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April 2009 Negatif 52 (67,3%) Grafik 10. Jumlah Pemeriksaan Kultur Positif 19 (37,3%) Diagnosis mikosis superfisialis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan mikologi langsung (KOH + tinta Parker). Pemeriksaan kultur/biakan tidak selalu dikerjakan, hanya dilakukan pada kasus-kasus dermatofitosis dan kandidosis tertentu atau pada penelitian. Idealnya penegakan diagnosis mikosis superfisialis berdasarkan klinis, pemeriksaan KOH, kultur dan bila perlu pemeriksaan histopatologis. 5 Kasus-kasus mikosis superfisialis yang dikultur selama tahun di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah sebanyak 51 kasus atau sekitar 2% dari seluruh kasus baru mikosis superfisialis. Dari jumlah yang diperiksa tersebut, hasil kultur yang positif sebesar 37,3%, hasil negatif sebanyak 62,7%. Pemeriksaan kultur jamur ini dilakukan bila hasil pemeriksaan dengan sediaan langsung KOH + tinta Parker negatif, sedangkan secara klinis masih meragukan. Dari hasil kultur yang tumbuh didapatkan spesies yang terbanyak ditemukan adalah T. mentagrophytes sebanyak delapan kasus (15,7%) yang terdiri dari empat kasus tinea kruris, dua kasus tinea korporis, dan dua kasus tinea unguium. Tak ada pertumbuhan C.albicans T.rubrum T.mentagrophytes 4 ( 7, 8 %) 7 ( 13, 7 %) 8 ( 15, 7 %) 3 2 ( 6 2, 7 %) Grafik 11. Hasil Pemeriksaan Kultur T. rubrum sebanyak tujuh kasus (13,7%) pada tiga kasus tinea korporis, tiga kasus tinea kruris, dan satu kasus tinea kruris et korporis. C. albicans sebanyak empat kasus (7,8%) yang terdiri atas tiga kasus kandida onikia dan satu kasus kandidiasis kutis. Menurut Rippon penyebab tinea korporis yang sering dijumpai adalah T. rubrum, T. mentagrophytes, M. audounii, dan M. canis. Penyebab tinea kruris yaitu T. mentagrophytes, T. rubrum, serta E. floccosum. 2 Penelitian ini menunjukkan bahwa spesies yang terbanyak ditemukan dari pemeriksaan kultur adalah T. mentagrophytes, kemudian T. rubrum, selanjutnya C. albicans. Hal ini sesuai dengan penggolongan ekologi dari spesies T. mentagrophytes var. mentagrophytes termasuk zoofilik, spesies T. mentagrophytes var. interdigitale, T. rubrum, dan E. floccosum termasuk antropofilik, sedangkan spesies M. gypseum termasuk geofilik, 2 di mana penularan dermatofitosis pada manusia secara berurutan mulai dari yang paling banyak terjadi dari hewan (zoofilik) ke manusia, dari manusia lainnya (antropofilik), serta dari tanah (geofilik) ke manusia. 5 Namun hasil kultur yang didapatkan dari penelitian ini belum mencerminkan jumlah yang sebenarnya dari masing-masing spesies tersebut, karena pemeriksaan kultur bukan pemeriksaan rutin di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan pemeriksaan kultur dilaksanakan apabila dijumpai kasus yang gambaran klinisnya meragukan dan hasil pemeriksaan dengan KOH 20% + tinta Parker negatif. Pembuktian dengan biakan dari M. furfur pada pitiriasis versikolor tidak dilakukan karena pemeriksaan dengan KOH merupakan gold standard selain dapat juga dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan Lampu Wood. 10 Di Singapura spesies yang tersering menyebabkan mikosis superfisialis adalah T. rubrum, kecuali tinea pedis banyak disebabkan oleh T. interdigitale dan onikomikosis pada jari kaki adalah spesies Candida. 11 Di Malaysia pada tahun dari 576 dermatofitosis yang dilakukan pemeriksaan kultur didapatkan 10 spesies yang teridentifikasi yaitu E. floccosum (0,7%), M. audouinii (1,1%), M. gypseum (0,3%), T. concentricum (3,5%), T. equinum (0,2%), T. mentagrophytes (36,1%), T. rubrum (53,8%), T. verrucosum (0,2%), T. violaceum (1,0%). 22 Di Bangkok (Thailand) tahun 1986 berhasil mengisolasi 4 spesies penyebab dermatofitosis yaitu T. rubrum (66%), T. mentagrophytes (15%), E. floccosum (13%), dan M. gypseum (6%). 12 Di Kimitsu Chuo Hospital, Tokyo, Jepang pada tahun dari 1 610

7 Artikel Asli Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun spesies yang diisolasi didapatkan T. rubrum (57,7%), T. mentagrophytes (40,4%), M. gypseum (0,6%), M. canis (0,5%), E. floccosum (0,5%), T. vioalecum (0,3%). 13 Kesimpulan Telah dilakukan penelitian di Divisi Mikologi URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama tahun 2003 sampai dengan 2005, ternyata kasus mikosis superfisialis masih cukup banyak, dengan kasus terbanyak yang dijumpai adalah pitiriasis versikolor, disusul dengan tinea kruris, kemudian tinea korporis. Tinea imbrikata tidak pernah ditemukan pada tahun Perbandingan angka kesakitan mikosis superfisialis pada perempuan lebih besar daripada laki-laki. Kelompok umur terbanyak yang menderita mikosis superfisialis ialah kelompok usia produktif yaitu tahun. Sedangkan kelompok usia yang paling sedikit menderita mikosis superfisialis adalah kelompok balita yaitu usia 1 4 tahun. Penderita mikosis superfisialis yang berasal dari Surabaya sebanyak 86,5%, sedangkan sisanya 14,5% berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur yang meliputi daerah pesisir pantai hingga daerah pegunungan. Pada pemeriksaan KOH + tinta Parker, elemen jamur yang terbanyak ditemukan pada pitiriasis versikolor adalah spora dan hifa (spaghetti and meat balls), pada dermatofitosis ditemukan elemen jamur berupa hifa dan arthrospora, sedangkan pada kandidiasis ditemukan elemen jamur berupa blastospora. Pemeriksaan kultur dilakukan pada semua kasus yang gambaran klinisnya meragukan dan pemeriksaan dengan KOH 20% + tinta Parker menunjukkan hasil yang negatif, yaitu sebanyak 51 kasus (atau 1,96% dari seluruh kasus baru mikosis superfisialis selama tahun ), dengan hasil kultur positif (ada pertumbuhan jamur) sebanyak 19 kasus (37,3%), sedangkan sisanya sebanyak 31 kasus (62,7%) tidak menunjukkan adanya pertumbuhan jamur. Spesies yang ditemukan pada pemeriksaan kultur yang positif ada pertumbuhan jamur adalah T. mentagrophytes (15,7%), T. rubrum (13,7%), dan C. albicans (7,8%). SARAN Dari penelitian retrospektif yang telah dilakukan, beberapa saran yang bisa dipertimbangkan untuk pelayanan di Divisi Mikologi URJ Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah sebagai berikut: sistem pencatatan penderita di Divisi Mikologi URJ Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo tahun dilakukan tidak pada kartu rekam medik penderita melainkan pada buku kunjungan yang memberikan informasi terbatas tentang penderita, sedangkan pada tahun 2005 pencatatan penderita memakai sistem komputerisasi yang bisa memberikan data lebih lengkap tentang penderita. Hal tersebut menyebabkan kesulitan pengambilan dan evaluasi data dari masing-masing sistem dengan kelengkapan data yang berbeda, data tentang Pemeriksaan Lampu Wood yang dilakukan pada pitiriasis versikolor dan tinea kapitis sebaiknya dilengkapi sehingga bisa dievaluasi hasilnya. Karena berbagai keterbatasan pemeriksaan kultur hanya dilakukan pada sedikit kasus (1,92%). Untuk keperluan pengobatan dan penelitian, sebaiknya pemeriksaan kultur lebih sering dilakukan pada supaya bisa dievaluasi atau diperoleh informasi yang lebih mencerminkan spesies dari kasus mikosis superfisialis di Divisi Mikologi URJ Kulit Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Sebaiknya diagnosis onikomikosis disesuaikan setelah diketahui jamur penyebabnya. Apabila dari pemeriksaan KOH + Tinta Parker atau kultur telah ditemukan maka didiagnosis disesuaikan dengan hasil yang didapatkan tidak hanya sebagai onikomikosis. KEPUSTAKAAN 1. Nelson MM, Martin AG, Heffernan MP. Superficial fungal infection: Dermatophytosis, onychomycosis, tinea nigra, piedra. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, editors. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 6 th ed. New York: McGraw-Hill Inc; p Rippon JW. Rippon Medical Mycology. The pathogenic fungi and the pathogenic actinomycetes. 3 rd ed. Philadelphia: WB Saunders Company; p , Hay RJ, Moore M. Mycology. In: Champion RH, Burton JL, Burns DA, Breathnach SM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling. Textbook of dermatology. 6 th ed. Oxford: Blackwell Scientific Publication; p Zuber TJ, Baddam K. Superficial fungal infection of the skin. Postgraduate Medicine 2001 Jan; 109(1). Available from: URL: com/issues/2001/01_01/zuber.htm 5. Adiguna MS. Epidemiologi dermatomikosis di Indonesia. Dalam: Budimulya U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S. editor. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai Pustaka FKUI; h. 1 6.

8 Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April Kapantow MG. Suyoso S. Mikosis superfisialis pada penderita rawat jalan di UPF Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama tahun BIPKK 1994; 6(3): Hamzah MS. Insiden Dermatomikosis di RSU Dr. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Dalam: Program dan Abstrak Kongres dan Temu ilmiah Nasional II PMKI; 2000; Jakarta, Indonesia h Budimulja U. Epidemiologi penyakit jamur. Dalam: Budimulja U, Sunoto, Tjokronegoro A, editor. Penyakit Jamur, Klinis, Epidemiologi, Diagnosis, dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; h Klenk AS, Martin GA, Heffernan MP. Yeast infections: candidiasis, pityriasis (tinea) versicolor. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Stephen IK, editors. Fitzpatrick's Dermatology in general medicine. 6 th ed. New York: McGraw-Hill Inc; p Radiono S. Pitiriasis versikolor. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editor. Dermatomikosis Superfisialis, Pedoman untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; h Tan HH. Superficial fungi infection seen at the National Skin Centre, Singapore. Jpn J Med Mycol 2005; 46: Imwidthaya S, Thianprasit M. A study of dermatophytoses in Bangkok (Thailand). Mycopathologia 1988; 102(1): Takahashi Y, Nishimura K. Dermatophyte flora at the dermatology clinic of Kimitsu Chuo Hospital from 1994 through Nippon Ishinkin Gakkai Zasshi 2002; 43(1): Partosuwiryo S, Danukusumo HAJ. Pitiriasis versikolor. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Basuki S, Menaldi SL, Suriadireja A, Dwihastuti P, editor. Diagnosis dan Penatalaksanaan Dermatomikosis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; h Richardson DM, Warnock DW. Dermatophytosis. Fungal Infection Diagnosis and Management. 3 rd ed. London: Blackwell Scientific Publication; Goedadi M, Suwito H. Tinea korporis dan tinea kruris. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editor. Dermatomikosis Superfisialis, Pedoman untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; h Clayton YM. Superficial Mycoses. Milano: Farmitalia Carlo Erba; Jacobs PH. Medical mycology notes. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Basuki S, Menaldi SL, Suriadireja A, Dwihastuti P, editor. Diagnosis dan Penatalaksanaan Dermatomikosis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; h Cholis M. Tinea korporis dan kruris. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Basuki S, Menaldi SL, Suriadireja A, Dwihastuti P, editor. Diagnosis dan Penatalaksanaan Dermatomikosis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; h Ramali LM, Werdani S. Kandidiasis kutan dan mukokutan. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editor. Dermatomikosis Superfisialis, Pedoman untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; h Redjeki TMS, Subakir, Buditjahjono S. Tinea pedis et manum. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editor. Dermatomikosis Superfisialis. Pedoman untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; h Nugroho SA, Siregar RS. Pemeriksaan penunjang diagnosis dermatomikosis superfisialis. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Basuki S, Menaldi SL, Suriadireja A, Dwihastuti P, editor. Diagnosis dan Penatalaksanaan Dermatomikosis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; h

Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun

Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun (Superficial Mycosis in Mycology Division Out Patient Clinic of Dermatovenereology Dr.

Lebih terperinci

Penelitian Retrospektif: Mikosis Superfisialis. (Retrospective Study: Superficial Mycoses)

Penelitian Retrospektif: Mikosis Superfisialis. (Retrospective Study: Superficial Mycoses) Penelitian Retrospektif: Mikosis Superfisialis (Retrospective Study: Superficial Mycoses) Fatma Rosida, Evy Ervianti Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

PROFIL KANDIDIASIS KUTIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE

PROFIL KANDIDIASIS KUTIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE PROFIL KANDIDIASIS KUTIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE 2009-2011 1 Rara Safira Seru 2 Pieter Levinus Suling 2 Herry E.J. Pandeleke 1 Kandidat Skripsi Fakultas

Lebih terperinci

Profil Pasien Baru Infeksi Kandida pada Kulit dan Kuku (Profile of New Patients with Candida Infection in Skin and Nail)

Profil Pasien Baru Infeksi Kandida pada Kulit dan Kuku (Profile of New Patients with Candida Infection in Skin and Nail) Profil Pasien Baru Infeksi Kandida pada Kulit dan Kuku (Profile of New Patients with Candida Infection in Skin and Nail) Shinta Dewi Rahmadhani Soetojo, Linda Astari Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatomikosis superfisialis merupakan jenis infeksi yang paling sering terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama dermatomikosis superfisialis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit jamur yang menyerang kulit. 2 Mikosis dibagi menjadi empat kategori yaitu: (1) superfisialis,

Lebih terperinci

Profil dan Evaluasi Pasien Dermatofitosis. (Profile and Evaluation of Dermatophytosis)

Profil dan Evaluasi Pasien Dermatofitosis. (Profile and Evaluation of Dermatophytosis) Profil dan Evaluasi Pasien Dermatofitosis (Profile and Evaluation of Dermatophytosis) Ardhiah Iswanda Putri, Linda Astari Departemen/Staf Medik Fungsional Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Profil Mikosis Superfisialis Pada Pasien Dermatologi Anak. (Profile of Superficial Mycoses in Pediatric Dermatology Patient)

Profil Mikosis Superfisialis Pada Pasien Dermatologi Anak. (Profile of Superficial Mycoses in Pediatric Dermatology Patient) Profil Mikosis Superfisialis Pada Pasien Dermatologi Anak (Profile of Superficial Mycoses in Pediatric Dermatology Patient) Maria Ulfa Sheilaadji, Iskandar Zulkarnain Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu

Lebih terperinci

Profil dermatofitosis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari Desember 2013

Profil dermatofitosis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari Desember 2013 Profil dermatofitosis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari Desember 2013 1 Cyndi E. E. J. Sondakh 2 Thigita A. Pandaleke 2 Ferra O. Mawu 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah sekelompok infeksi yang disebabkan oleh Candida

BAB I PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah sekelompok infeksi yang disebabkan oleh Candida BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kandidiasis adalah sekelompok infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans dan spesies lain dari genus kandida (Pappas, et al., 2009). Ada lebih dari 20 spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004),

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004), insidensi penyakit jamur

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anaissie, EJ Clinical Mycology 2 edition. Churchill Livingstone. Elsevier.

DAFTAR PUSTAKA. Anaissie, EJ Clinical Mycology 2 edition. Churchill Livingstone. Elsevier. DAFTAR PUSTAKA Anaissie, EJ. 2009. Clinical Mycology 2 edition. Churchill Livingstone. Elsevier. Anwar, R. 2005. Beberapa Jamur yang Diisolasi Dari Kulit Penderita Jamur. Artikel Ilmiah. Bagian Mikrobiologi.

Lebih terperinci

PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 0 Samuel Rian Wowor Herry E. J. Pandaleke Marlyn Grace Kapantow Kandidat

Lebih terperinci

Profil Manifestasi Klinis dan Spesies Penyebab Dermatofitosis pada Pasien HIV

Profil Manifestasi Klinis dan Spesies Penyebab Dermatofitosis pada Pasien HIV Profil Manifestasi Klinis dan Spesies Penyebab Dermatofitosis pada Pasien HIV (The profile of Dermatophytosis Cases in HIV Patient at Dr. Soetomo Hospital ) Amrita Rosvanti, Sunarso Suyoso, Dwi Murtiastutik

Lebih terperinci

TINEA KAPITIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUPN DR CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA PERIODE TAHUN

TINEA KAPITIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUPN DR CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA PERIODE TAHUN Laporan Kasus TINEA KAPITIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUPN DR CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA PERIODE TAHUN 2005 2010 Andina B. Sari, Sandra Widaty, Kusmarinah Bramono, Eliza Miranda, Mardiati Ganjardani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua

BAB I PENDAHULUAN. Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua kelompok infeksi jamur yang mengenai kuku, baik itu merupakan infeksi primer ataupun infeksi sekunder

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit merupakan organ terluar yang membatasi manusia dan lingkungannya. Kulit mudah dilihat dan diraba serta berperan dalam menjamin kelangsungan hidup (Wasitaatmadja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Onikomikosis 2.1.1 Pendahuluan Onikomikosis adalah infeksi kuku yang disebabkan jamur golongan dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh dermatofita.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuku dan rambut, baik yang disebabkan oleh dermatofita maupun non

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuku dan rambut, baik yang disebabkan oleh dermatofita maupun non BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dermatomikosis superfisial Dermatomikosis superfisial adalah infeksi jamur yang mengenai kulit, kuku dan rambut, baik yang disebabkan oleh dermatofita maupun non dermatofita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 27,6% meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. baru (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 27,6% meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. baru (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi, terutama di negara-negara tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit yang sering muncul di Indonesia.

Lebih terperinci

TINEA KORPORIS ET CAUSA Trichophyton rubrum TIPE GRANULAR

TINEA KORPORIS ET CAUSA Trichophyton rubrum TIPE GRANULAR TINEA KORPORIS ET CAUSA Trichophyton rubrum TIPE GRANULAR Irma Suryani Idris Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Makassar Parang tambung, Jl. Dg. Tata Raya, Makassar 90222 e-mail: irmaaries@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Superficial mycoses merupakan hal yang lazim terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan pernyataan para ilmuan St. John's Institute of Dermatology London, memperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuku yang menyebabkan dermatofitosis.penyebab dermatofitosis terdiri dari 3

BAB I PENDAHULUAN. kuku yang menyebabkan dermatofitosis.penyebab dermatofitosis terdiri dari 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatofita merupakan kelompok jamur keratinofilik yang dapat mengenai jaringan keratin manusia dan hewan seperti pada kulit, rambut, dan kuku yang menyebabkan dermatofitosis.penyebab

Lebih terperinci

PROFIL KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI - DESEMBER 2012

PROFIL KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI - DESEMBER 2012 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 215 PROFIL KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI - DESEMBER 212 1 Aljufri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah tinea unguium (Monero dan Arenas, 2010). merupakan kelainan kuku paling sering (Welsh et al, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah tinea unguium (Monero dan Arenas, 2010). merupakan kelainan kuku paling sering (Welsh et al, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Onikomikosis merupakan infeksi kuku yang disebabkan oleh jamur. Khusus untuk infeksi kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita dikenal dengan istilah tinea unguium

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UJI KEPEKAAN ITRAKONAZOL TERHADAP AGEN PENYEBAB DERMATOFITOSIS PADA KULIT GLABROUS DI MAKASSAR

PERBANDINGAN UJI KEPEKAAN ITRAKONAZOL TERHADAP AGEN PENYEBAB DERMATOFITOSIS PADA KULIT GLABROUS DI MAKASSAR PERBANDINGAN UJI KEPEKAAN ITRAKONAZOL TERHADAP AGEN PENYEBAB DERMATOFITOSIS PADA KULIT GLABROUS DI MAKASSAR THE COMPARISON OF SENSITIVITY TEST OF ITRACONAZOLE AGENT THE CAUSES OF DERMATOPHYTOSIS IN GLABROUS

Lebih terperinci

PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2013

PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2013 PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2013 Saranita Vikani Gabriele Polii 1 Herry E.J. Pandaleke 2 Marlyn G. Kapantow

Lebih terperinci

KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK

KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK Modul KJP KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK Dr. Sri Linuwih Menaldi, Sp.KK(K) PENDAHULUAN kulit merupakan organ tubuh terluar berhubungan dengan lingkungan perubahan lingkungan berdampak pada kesehatan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Adams G., BoiesL., Highler P., 1998.Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta :

DAFTAR PUSTAKA. Adams G., BoiesL., Highler P., 1998.Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : DAFTAR PUSTAKA Adams G., BoiesL., Highler P., 1998.Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : EGC. pp. 196-8. Adiguna M.S., 2004. Epidemiologi Dermatomikosis di Indonesia. Dalam : Budimulja U., Kuswadi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN SEPATU BOOTS DENGAN ANGKA KEJADIAN TINEA PEDIS PADA PEKERJA PEMUNGUT SAMPAH DINAS KEBERSIHAN DAERAH KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN SEPATU BOOTS DENGAN ANGKA KEJADIAN TINEA PEDIS PADA PEKERJA PEMUNGUT SAMPAH DINAS KEBERSIHAN DAERAH KOTA SURAKARTA HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN SEPATU BOOTS DENGAN ANGKA KEJADIAN TINEA PEDIS PADA PEKERJA PEMUNGUT SAMPAH DINAS KEBERSIHAN DAERAH KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

(Parker ink-koh stain, Chicago Sky Blue (CSB) stain, and Fungi Culture, for The Diagnosis of Superficial Dermatomycoses)

(Parker ink-koh stain, Chicago Sky Blue (CSB) stain, and Fungi Culture, for The Diagnosis of Superficial Dermatomycoses) Pemeriksaan Pewarnaan Kalium Hidroksida (KOH) 20% + Tinta Parker TM Blue-Black, Chicago Sky Blue (CSB), dan Kultur Jamur pada (Parker ink-koh stain, Chicago Sky Blue (CSB) stain, and Fungi Culture, for

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Kulit Akibat Infeksi Jamur Superfisial 2.1.1. Klasifikasi Menurut Budimulja (2010), mikosis superfisialis terbagi atas dermatofitosis dan nondermatofitosis. Penyakit

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DERMATOFITA PADA SISIR TUKANG PANGKAS DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU

IDENTIFIKASI DERMATOFITA PADA SISIR TUKANG PANGKAS DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU IDENTIFIKASI DERMATOFITA PADA SISIR TUKANG PANGKAS DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU Oleh: BENNY 120100250 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015 IDENTIFIKASI DERMATOFITA PADA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida sp. Candida adalah anggota flora normal yang hidup di dalam kulit, kuku, membran mukosa, saluran pencernaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mikosis superfisialis adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan oleh kolonisasi jamur atau ragi. Penyakit yang termasuk mikosis superfisialis adalah

Lebih terperinci

Tatalaksana Dermatomikosis pada Pasien Morbus Hansen dengan Reaksi Reversal

Tatalaksana Dermatomikosis pada Pasien Morbus Hansen dengan Reaksi Reversal Tatalaksana Dermatomikosis pada Pasien Morbus Hansen dengan Reaksi Reversal Dwi Indria Anggraini Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Penggunaan steroid jangka

Lebih terperinci

All about Tinea pedis

All about Tinea pedis All about Tinea pedis Tinea pedis? Penyakit yang satu ini menyerang pada bagian kulit. Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh dikata sangat menjengkelkan.

Lebih terperinci

PREVALENSI DERMATOFITOSIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUD TANGERANG PERIODE 1 JANUARI 2011 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2011

PREVALENSI DERMATOFITOSIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUD TANGERANG PERIODE 1 JANUARI 2011 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2011 PREVALENSI DERMATOFITOSIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUD TANGERANG PERIODE 1 JANUARI 2011 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2011 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatomikosis cukup banyak diderita penduduk Negara tropis. Salah satunya Indonesia akan tetapi angka kejadian yang tepat belum diketahui. Iklim yang panas dan lembab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dermatofitosis adalah mikosis superfisialis yang banyak ditemukan di negeri tropis

BAB I PENDAHULUAN. Dermatofitosis adalah mikosis superfisialis yang banyak ditemukan di negeri tropis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dermatofitosis adalah mikosis superfisialis yang banyak ditemukan di negeri tropis yang beriklim panas dan lembab seperti Indonesia (Kusmarinah, 2009; Adiguna 2013).

Lebih terperinci

Linda Welly*, Dewi Sumaryani Soemarko**, Rusmawardiana***

Linda Welly*, Dewi Sumaryani Soemarko**, Rusmawardiana*** Pengaruh Intervensi Edukasi dan Monitoring Personal Foot Hygiene terhadap Insiden Tinea Pedis pada Pekerja Pemakai Sepatu Boot di Pabrik Pengolahan Karet di Palembang Linda Welly*, Dewi Sumaryani Soemarko**,

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS TINEA KRURIS ET KORPORIS PADA PASIEN WANITA

LAPORAN KASUS TINEA KRURIS ET KORPORIS PADA PASIEN WANITA LAPORAN KASUS TINEA KRURIS ET KORPORIS PADA PASIEN WANITA Ida Bagus Reza Nanda Iswara, dr. IGK Darmada, Sp.KK (K), dr. Luh Made Mas Rusyati, Sp.KK Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. batang dan daun. cendawan tidak bisa mengambil makanan dari tanah dan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. batang dan daun. cendawan tidak bisa mengambil makanan dari tanah dan tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Cendawan Pada Manusia Cendawan termasuk kedalam filum telofita yang tidak mempunyai akar, batang dan daun. cendawan tidak bisa mengambil makanan dari tanah dan tidak

Lebih terperinci

Disusun oleh : PUTRI NASTITI RARASATI NIM : G2A004144

Disusun oleh : PUTRI NASTITI RARASATI NIM : G2A004144 KESESUAIAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM ANTARA LESI UTAMA DAN LESI SATELIT PADA PENDERITA KANDIDOSIS KUTIS Artikel Karya Tulis Ilmiah Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Persyaratan dalam menempuh

Lebih terperinci

Profil pitiriasis versikolor di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2013

Profil pitiriasis versikolor di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2013 Profil pitiriasis versikolor di Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2013 1 Dwi Y. F. Isa 2 Nurdjannah J. Niode 2 Herry E. J. Pandaleke 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Lebih terperinci

Angka Kejadian dan Karakteristik Tinea Versikolor di Rs Al Islam Bandung

Angka Kejadian dan Karakteristik Tinea Versikolor di Rs Al Islam Bandung Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Angka Kejadian dan Karakteristik Tinea Versikolor di Rs Al Islam Bandung 1 Ridha Diastari, 2 Tony S. Djajakusumah, 3 Arief Budi Yulianti 1,2,3 Pedidikan Dokter,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR CD4 + DENGAN INFEKSI JAMUR SUPERFISIALIS PADA PASIEN HIV DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

HUBUNGAN KADAR CD4 + DENGAN INFEKSI JAMUR SUPERFISIALIS PADA PASIEN HIV DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Artikel Asli HUBUNGAN KADAR CD4 + DENGAN INFEKSI JAMUR SUPERFISIALIS PADA PASIEN HIV DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Lukmanul Hakim Nasution, Sri Yusfinah Masfah Hanum, Sudarsono, Meidina Kusuma Wardani Departemen

Lebih terperinci

Penderita Kusta Anak Baru sebagai Tolok Ukur Derajat Endemisitas Penyakit Kusta

Penderita Kusta Anak Baru sebagai Tolok Ukur Derajat Endemisitas Penyakit Kusta Penderita Kusta Anak Baru sebagai Tolok Ukur Derajat Endemisitas Penyakit Kusta (Leprosy in Children as a Standard for Leprosy Endemicity) Amrita Rosvanti, Dian Kencana Dewi, Monika Hadimulyono, Muhammad

Lebih terperinci

BioLink Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan

BioLink Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan iolink Vol. 2 (2) Januari 2016 p-issn: 2356-458x e-issn:2597-5269 iolink Jurnal iologi Lingkungan, Industri, Kesehatan vailable online http://ojs.uma.ac.id/index.php/biolink IDENTIFIKSI DN PENENTUN JENIS

Lebih terperinci

MICROSPORUM GYPSEUM. Microsporum Scientific classification

MICROSPORUM GYPSEUM. Microsporum Scientific classification MICROSPORUM GYPSEUM Microsporum Scientific classification Kingdom: Fungi Division: Ascomycota Class: Eurotiomycetes Order: Onygenales Family: Arthrodermataceae Genus: Microsporum Spesies: Microsporum gypseum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dermatomikosis 1. Pengertian Dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur (Mawarli, 2000). Dermatomikosis mempunyai arti

Lebih terperinci

Kandidiasis Vulvovaginalis di Divisi Infeksi Menular Seksual Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode

Kandidiasis Vulvovaginalis di Divisi Infeksi Menular Seksual Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode Kandidiasis Vulvovaginalis di Divisi Infeksi Menular Seksual Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode 2007 2009 (Vulvovaginal Candidiasis in Sexually Transmitted Infection

Lebih terperinci

DIAGNOSIS AND TREATMENT OF Tinea cruris

DIAGNOSIS AND TREATMENT OF Tinea cruris [ ARTIKEL REVIEW ] DIAGNOSIS AND TREATMENT OF Tinea cruris Tanti Yossela Faculty of Medicine, University of Lampung Abstract Dermatophytosis is a disease that contain horn tissue substances, such as the

Lebih terperinci

PENDAHULUAN MIKOSIS SUPERFISIAL MIKOSIS SUPERFISIALIS MIKOSIS 4/18/2011. MIKOSIS : Penyakit yang disebabkan oleh jamur;

PENDAHULUAN MIKOSIS SUPERFISIAL MIKOSIS SUPERFISIALIS MIKOSIS 4/18/2011. MIKOSIS : Penyakit yang disebabkan oleh jamur; MIKOSIS David Sudarto Oeiria Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya PENDAHULUAN MIKOSIS : Penyakit yang disebabkan oleh jamur; Dibedakan menjadi Mikosis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LAPORAN KASUS

PENDAHULUAN LAPORAN KASUS PENDAHULUAN Tinea kruris yang sering disebut jock itch merupakan infeksi jamur superfisial yang mengenai kulit pada daerah lipat paha, genital, sekitar anus dan daerah perineum. 1,2,3 Tinea kruris masuk

Lebih terperinci

PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 1 Patricia I. Tiwow 2 Renate T. Kandou 2 Herry E. J. Pandaleke 1

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abbas KA, Mohammed AZ, Mahmoud SI Superficial Fungal infections. Mustansiriya Medical Journal. 11:75-7

DAFTAR PUSTAKA. Abbas KA, Mohammed AZ, Mahmoud SI Superficial Fungal infections. Mustansiriya Medical Journal. 11:75-7 DAFTAR PUSTAKA Abbas KA, Mohammed AZ, Mahmoud SI. 2012. Superficial Fungal infections. Mustansiriya Medical Journal. 11:75-7 Abdelal EB, Shalaby MAS, Abdo HM, Alzafarany MA, Abubakr AA. 2013. Detection

Lebih terperinci

Ketepatan Diagnosis Dermatofitosis oleh Dokter: Perbandingan dengan Diagnosis yang Dikonfirmasi Pemeriksaan KOH

Ketepatan Diagnosis Dermatofitosis oleh Dokter: Perbandingan dengan Diagnosis yang Dikonfirmasi Pemeriksaan KOH Artikel Penelitian Ketepatan Diagnosis Dermatofitosis oleh Dokter: Perbandingan dengan Diagnosis yang Dikonfirmasi Pemeriksaan KOH Anjas Asmara, Kusmarinah Bramono, Siti Aisah Boediardja Departemen Ilmu

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN LAMPU WOOD PADA PASIEN DERMATOSIS DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA SKRIPSI

PEMERIKSAAN LAMPU WOOD PADA PASIEN DERMATOSIS DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA SKRIPSI PEMERIKSAAN LAMPU WOOD PADA PASIEN DERMATOSIS DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA SKRIPSI Oleh: Nama : Monica Goenawan NRP : 1523012041 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

POLA PENYAKIT KULIT NON-INFEKSI PADA ANAK DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE

POLA PENYAKIT KULIT NON-INFEKSI PADA ANAK DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE POLA PENYAKIT KULIT NON-INFEKSI PADA ANAK DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 2009-2011 1 Ananias Malak 2 Herry E. J. Pandaleke 2 Marlyn. G. Kapantow 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional study). 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu

Lebih terperinci

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN TINEA CORPORIS DI DESA KUAPAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS XIII KOTO KAMPAR TAHUN 2016 RIANI Dosen FIK Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2

BAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma adalah hipermelanosis yang didapat yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai drajat sarjana strata-1 kedokteran umum

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai drajat sarjana strata-1 kedokteran umum PERBANDINGAN EKSTRAK DAUN KETEPENG CINA (CASSIA ALATA, LINN.) DENGAN KETOKONAZOL 2 % DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN MALASSEZIA FURFUR PADA PITYRIASIS VERSICOLOR SECARA IN VITRO ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS

Lebih terperinci

ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI JUNI 2016

ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI JUNI 2016 ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI 2015- JUNI 2016 Pioderma merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman staphylococcus, streptococcus,

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Umum. Oleh :

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Umum. Oleh : HUBUNGAN KONTROL GULA DARAH DENGAN KEJADIAN DERMATOFITOSIS PADA PASIEN DENGAN RIWAYAT DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr MOEWARDI SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

Anggraeni Janar Wulan, Dyah Wulan Sumekar, Hanna Mutiara, Rekha Nova Iyos. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Abstrak

Anggraeni Janar Wulan, Dyah Wulan Sumekar, Hanna Mutiara, Rekha Nova Iyos. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Abstrak Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Aktif di dalam Pencegahan Penyakit Jamur Pada Kulit Kepala Santri di Pondok Pesantren Jabal Annur Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandarlampung Anggraeni Janar Wulan,

Lebih terperinci

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA TINEA FASIALIS. Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA TINEA FASIALIS. Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA TINEA FASIALIS 1 I Pt Agus Suryantara P. 2 L.M Rusyati 3 I.G.K Darmada 1 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2,3 Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

TINEA NIGRA. Sunarso Suyoso, Linda Astari

TINEA NIGRA. Sunarso Suyoso, Linda Astari TINEA NIGRA Sunarso Suyoso, Linda Astari SINONIM Tinea nigra palmaris, keratomikosis nigrikans palmaris, kladosporiosis epidemika, pitiriasis nigra, mikrosporosis nigra. 1,2 DEFINISI Tinea nigra adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Akne Vulgaris merupakan permasalahan yang sangat akrab diperbincangkan baik di kalangan dewasa muda maupun remaja. Saat ini tidak begitu banyak sumber yang memuat tulisan

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi tugas dan persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas

Lebih terperinci

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung TINEA CORPORIS WITH GRADE I OBESITY IN WOMEN DOMESTIC WORKERS AGE 34 YEARS Eka Aprillia Arum Kanti, Soraya Rahmanisa Medical Faculty of Universitas Lampung, Medical Biology of Faculty Medicine Universitas

Lebih terperinci

PROFIL DERMATOMIKOSIS SUPERFISIAL PADA PEKERJA PABRIK TAHU DI DESA MABAR KECAMATAN MEDAN DELI

PROFIL DERMATOMIKOSIS SUPERFISIAL PADA PEKERJA PABRIK TAHU DI DESA MABAR KECAMATAN MEDAN DELI PROFIL DERMATOMIKOSIS SUPERFISIAL PADA PEKERJA PABRIK TAHU DI DESA MABAR KECAMATAN MEDAN DELI TESIS Oleh JAMALIYAH NIM 107105006 PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK SPESIALIS ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus

BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga (Asroel, 2010). Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus auditori eksternal (Barati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang tumbuh di lapisan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. pedikur dengan koloni Candida sp. pada kuku ibu jari kaki mahasiswi. FK UKWMS, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. pedikur dengan koloni Candida sp. pada kuku ibu jari kaki mahasiswi. FK UKWMS, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara pedikur dengan koloni Candida sp. pada kuku ibu jari kaki mahasiswi FK UKWMS, didapatkan kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang rendah menyebabkan keadaan yang menguntungkan bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang rendah menyebabkan keadaan yang menguntungkan bagi pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi jamur pada kulit sering diderita oleh masyarakat yang tinggal di negara tropis seperti Indonesia. Suhu udara yang panas dan lembab ditambah dengan lingkungan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS TINEA KRURIS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

LAPORAN KASUS TINEA KRURIS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS LAPORAN KASUS TINEA KRURIS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Made Kresna Yudhistira Wiratma Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar ABSTRAK Tinea kruris merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim

BAB I PENDAHULUAN. Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit yang sering muncul di tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun jenis pekerjaan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. 1

BAB I PENDAHULUAN. ataupun jenis pekerjaan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pakar Medis Untuk Kasus Dermatomikosis Superfisialis

Perancangan Sistem Pakar Medis Untuk Kasus Dermatomikosis Superfisialis Perancangan Sistem Pakar Medis Untuk Kasus Dermatomikosis Superfisialis Galang Prihadi Mahardhika, Izzati Muhimmah Magister Teknik Informatika Universitas islam Indonesia Jl. Kaliurang km 14 Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi yang didapat pada pasien di Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi yang didapat pada pasien di Pediatric Intensive Care Unit (PICU). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Infeksi merupakan penyebab utama dari kesakitan dan kematian pasien termasuk pada anak. Infeksi melalui aliran darah merupakan penyebab utama infeksi yang

Lebih terperinci

PROFIL PSORIASIS DI POLIKLNIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012

PROFIL PSORIASIS DI POLIKLNIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012 PROFIL PSORIASIS DI POLIKLNIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012 1 Anggelina Moningka 2 Renate T. Kandou 2 Nurdjanah J. Niode 1 Kandidat Skripsi Fakultas

Lebih terperinci

UJI BANDING EFEKTIVITAS MENGKUDU 2% DENGAN KETOKONAZOL 2% SECARA IN VITRO TERHADAP PERTUMBUHAN Malassezia furfur PADA PITIRIASIS VERSIKOLOR

UJI BANDING EFEKTIVITAS MENGKUDU 2% DENGAN KETOKONAZOL 2% SECARA IN VITRO TERHADAP PERTUMBUHAN Malassezia furfur PADA PITIRIASIS VERSIKOLOR UJI BANDING EFEKTIVITAS MENGKUDU 2% DENGAN KETOKONAZOL 2% SECARA IN VITRO TERHADAP PERTUMBUHAN Malassezia furfur PADA PITIRIASIS VERSIKOLOR ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan

Lebih terperinci

Nova Faradilla, S. Ked Manora Nababan, S. Ked Wan Rita Mardhiya, S. Ked

Nova Faradilla, S. Ked Manora Nababan, S. Ked Wan Rita Mardhiya, S. Ked Authors : Nova Faradilla, S. Ked Manora Nababan, S. Ked Wan Rita Mardhiya, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk 0 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Anaissie, Elias J Clinical Mycology. United State of America. Churchill Livingstone.. p

Daftar Pustaka. Anaissie, Elias J Clinical Mycology. United State of America. Churchill Livingstone.. p 40 Daftar Pustaka ADA. 2007. Clinical Practise Recommendation : Report of the Expert Committeeon the Diagnosis and Classifications of Diabetes Mellitus Diabetes Care.USA : ADA, 2-24. Anaissie, Elias J.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 Albert Jonathan, 2013 Pembimbing 1 : Oeij Anindita Adhika, dr., M.kes Pembimbing 2 : Sri Utami Sugeng, Dra.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial kronik ringan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial kronik ringan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pitiriasis Versikolor 2.1.1 Definisi Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial kronik ringan yang disebabkan oleh jamur malassezia dengan ciri klinis discrete atau

Lebih terperinci

TINEA KORPORIS ET KRURIS KRONIS DISEBABKAN OLEH TRICHOPHYTON TONSURANS PADA PASIEN OBESITAS

TINEA KORPORIS ET KRURIS KRONIS DISEBABKAN OLEH TRICHOPHYTON TONSURANS PADA PASIEN OBESITAS MDVI Vol. 40 No.4 Tahun 2013: 182-187 Laporan Kasus TINEA KORPORIS ET KRURIS KRONIS DISEBABKAN OLEH TRICHOPHYTON TONSURANS PADA PASIEN OBESITAS Jihan Rosita, Kusmarinah Bramono, Sandra Widaty, Eliza Miranda

Lebih terperinci

JURNAL LABORATORIUM KHATULISTIWA

JURNAL LABORATORIUM KHATULISTIWA JURNAL LABORATORIUM KHATULISTIWA e-issn : 2597-9531 p-issn : 2597-9523 JMLK 1 (1) (2017) PERSONAL HYGIENE TERHADAP INFEKSI PITYRIASIS VERSIKOLOR PADA NELAYAN DI DESA PENJAJAP KECAMATAN PEMANGKAT Supriyanto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan suatu observasional

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007 ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007 Yanuarita Dwi Puspasari, 2009. Pembimbing I : July Ivone, dr., MS Pembimbing II : Caroline Tan Sardjono,

Lebih terperinci

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 ) LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA

Lebih terperinci

PROFIL VARISELA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

PROFIL VARISELA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 PROFIL VARISELA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 1 Christa C. Sondakh 2 Renate T. Kandou 2 Grace M. Kapantow 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

PROFIL DERMATITIS ATOPIK DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

PROFIL DERMATITIS ATOPIK DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 PROFIL DERMATITIS ATOPIK DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2010 - DESEMBER 2012 1 Juan P. E. Febriansyah 2 Grace M. Kapantow 2 Agus Hariyanto Bagian/SMF Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr. 33 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Lingkup ilmu : Ilmu penyakit kulit dan kelamin Lingkup lokasi : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang Lingkup

Lebih terperinci