HUBUNGAN KADAR CD4 + DENGAN INFEKSI JAMUR SUPERFISIALIS PADA PASIEN HIV DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
|
|
- Sukarno Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Artikel Asli HUBUNGAN KADAR CD4 + DENGAN INFEKSI JAMUR SUPERFISIALIS PADA PASIEN HIV DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Lukmanul Hakim Nasution, Sri Yusfinah Masfah Hanum, Sudarsono, Meidina Kusuma Wardani Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik - Medan ABSTRAK Limfosit T CD4 + merupakan target utama HIV karena afinitas virus tersebut terhadap petanda molekul CD4 +. Limfosit T CD4 + berperan pada beberapa fungsi imunologik penting dan hilangnya fungsi limfosit tersebut menyebabkan penurunan respons imun secara progresif. Sistem imun pejamu merupakan faktor penting bagi terjadinya infeksi jamur, termasuk infeksi jamur superfisialis. Mengetahui hubungan kadar CD4 + dengan infeksi jamur superfisialis pada pasien HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan. Terhadap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan dermatologis, selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar CD4 + dan pemeriksaan KOH atau pewarnaan gram serta kultur jamur dari lesi kulit. Untuk melihat proporsi dan karakteristik pasien disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis.untuk melihat hubungan kadar limfosit T CD4 + dengan infeksi jamur superfisialis digunakan uji Chi-Square dengan kemaknaan p < 0,05. Proporsi infeksi jamur superfisialis sebesar 50,7%. Secara klinis, kandidiasis oral 4,%, dan dermatofitosis 6,4% dengan rincian tinea korporis 4,%, dan tinea kruris, tinea fasialis, onikomikosis masing-masing,7%; sedangkan tinea pedis, tinea manus, tinea kapitis masing-masing,4%. Penyebab terbanyak adalah spesies Candida terutama Candida albicans. Analisis statistik hubungan antara kadar limfosit T CD4 + dengan infeksi jamur superfisialis menunjukkan hasil p < 0,05. Ada hubungan antara kadar CD4 + dengan kejadian infeksi jamur superfisialis pada pasien HIV/AIDS. (MDVI 0: 38/; 6-0) Kata kunci : Infeksi jamur superfisialis, pasien HIV, kadar limfosit T CD4 +. Korespondensi : Jl. Bunga Lau No.7 Medan Telp/Fax.: lukmanulnst@yahoo.com ABSTRACT CD4 + T-lymphocytes are the prime target for HIV infection because the virus affinity against the marker molecule of CD4 +. CD4 + T-lymphocytes play a role in several important immunologic functions and loss of function causes a progressive decline in immune responsse. Host immune system is an important factor for the occurrence of fungal infections including superficial fungal infections. To determine the correlation between CD4 + level and superficial fungal infections in people with HIV/AIDS in H. Adam Malik General Hospital Medan. To the patients who meet the criteria of the study, anamnesis and dermatological examination, further examination of CD4 + levels and KOH examination and culture or Gram staining of preparations from patients with skin lesions were conducted. To see the proportions and characteristics of the patients, data is presented in tabular form and then analized. To see the correlation between CD4 + levels and superficial fungal infections, Chi-Square test was used with significance at p < The proportion of superficial fungal infection are 50.7%. Clinically, oral candidiasis 4.%, and dermatophytosis 6,4% with the details tinea corporis 4.%, and tinea cruris, tinea faciei, onychomycosis.7% respectively, whereas tinea pedis, tinea manuum, and tinea capitis.4% respectively. The most common cause is a species of Candida, especially Candida albicans. Statistical analysis of the correlation between CD4 + levels with superficial fungal infection showed p < There is a correlation between CD4 + levels with the incidence of superficial fungal infections in people with HIV / AIDS. (MDVI 0: 38/; 6-0) Keyword : superficial fungal infection, HIV patient, CD4 + level 6
2 LH. Nasution Hubungan kadar CD4 + dengan infeksi jamur superfisialis pada HIV PENDAHULUAN Infeksi HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia dewasa ini dan terdapat di hampir semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Pasien AIDS dapat mengalami infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik adalah infeksi akibat terdapatnya peluang pada kondisi tertentu yang memungkinkan, yang dapt disebabkan oleh organisme non patogen. 3 Akhir-akhir ini frekuensi penyakit jamur atau mikosis pada pasien imunokompromais meningkat tajam. Mikosis superfisialis yang ditemukannya pada pasien HIV/AIDS di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UI- RSCM umumnya adalah kandidiasis oral (5,9%) dan kuku (0,6%). Penyakit lainnya adalah tinea kruris atau korporis (3,8%) dan kuku (,3%) serta malasseziosis yang disebabkan pitiriasis versikolor (4,5%). 4 Menurut Bramono studi terbaru terhadap 69 pasien yang terinfeksi HIV, menunjukkan 57 kejadian penyakit karena jamur. Kandidiasis adalah infeksi yang paling sering ditemui, mengenai 83 pasien (54,7%) diikuti dengan malasseziosis 40,% dan dermatofitosis 5%. 5 Hampir semua jamur yang menginfeksi manusia dapat menginduksi produksi interleukin (IL)- melalui sel fagosit dan sel dendritik. IL- dan IL-8 dapat menginduksi sel T dan sel natural killer (NK) untuk memproduksi interferon (IFN)-. IFN- dapat merangsang migrasi, proses fagositosis dan oxidative killing sel netrofil dan makrofag, serta dapat mempertahankan reaktivitas sel Th melalui kemampuan IFN- untuk mempertahankan respons IL- pada sel limfosit CD4 +. Kegagalan pengiriman sinyal IFN- untuk aktivasi sel fagosit efektor merupakan predisposisi terjadinya infeksi jamur. 6 HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel yang mempunyai antigen permukaan CD4, terutama limfosit T CD4 + yang berperan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Selain limfosit T CD4 +, virus juga dapat menginfeksi sel monosit dan makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel dendritik folikular pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel mikroglia otak. Virus yang masuk ke dalam limfosit T CD4 + selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri. 7 Pasien HIV mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap infeksi yang berasal dari tubuh sendiri maupun nosokomial dibanding dengan individu yang tidak imunokompromais. Pada pasien HIV, terjadi penurunan jumlah sel T CD4 + disebabkan oleh kematian sel tersebut akibat HIV. 8 Secara klinis digunakan hitung jumlah limfosit CD4 + sebagai petanda munculnya infeksi oportunistik pada pasien HIV/AIDS. Infeksi oportunistik umumnya terjadi bila jumlah limfosit CD4 + < 00/ml. 3 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar limfosit T CD4 + dengan infeksi jamur superfisialis pada pasien HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan. Gambar. Peranan system imun terhadap jamur 6 7
3 MDVI Vol. 37. No. Tahun 00: -7 MDVI Vol.38 No.. Tahun 0: 6-0 METODE Disain penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang. Penelitian dilakukan di Poliklinik Pusyansus AIDS RSUP H. Adam Malik. Sampel penelitian adalah semua pasien HIV yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang berkunjung ke Pusyansus AIDS RSUP HAM yang diamati selama periode Desember 008 sampai Maret 009. Kriteria inklusi adalah semua pasien HIV dan bersedia ikut dalam penelitian dengan mengisi formulir informed consent. Kriteria eksklusi adalah pasien yang menggunakan obat antiretroviral (ARV). Variabel bebas penelitian adalah pasien HIV, variabel terikat adalah dermatomikosis superfisialis, dan variabel kendali adalah pemeriksaan KOH, kultur jamur dan pemeriksaan jumlah limfosit CD4 +. Alur penelitian dimulai dengan pemilihan sampel, pencatatan data dasar, anamnesis, pemeriksaan dermatologis, pengambilan dan pemeriksaan spesimen dengan KOH 0-30% atau pewarnaan gram apabila sediaan diperoleh dari swab mukosa oral dan kemudian dilakukan kultur pada media agar Sabouraud jika bahan pemeriksaan dari swab, sedangkan apabila bahan diperoleh dari kerokan kulit digunakan media agar Sabouraud dan media Potato Dekstrose agar. Pemeriksaan ELISA hanya sebagai screening untuk menegakkan diagnosis HIV. Pemeriksaan kadar limfosit CD4 + dilakukan dengan teknik flow cytometric cell sorting HASIL PENELITIAN Dari 766 pasien HIV yang berkunjung ke Poliklinik Pusyansus AIDS RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Desember 008 sampai Maret 009, sebanyak 73 pasien memenuhi kriteria penelitian. Tabel. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin (n = 73) Jenis kelamin Jumlah Persentase pasien Laki-laki 49 67, % Perempuan 4 3,9 % Jumlah 73 00,0 % Keterangan: n = jumlah subyek Sebagian besar subyek penelitian berjenis kelamin laki-laki (67,%) dengan rasio,04:. Tabel. Sebaran kadar limfosit CD4 + subyek penelitian (n=73) Kadar limfosit Jumlah pasien Persentase CD4 + < ,% ,9% >00 4 3,9% Jumlah 73 00,0% Keterangan : CD4 + = cluster of differentiation 4; n = jumlah subyek Sebagian besar pasien (45,%) memiliki kadar limfosit CD4 + kurang dari 5 sel/µl dan kadar limfosit CD4 + di bawah 00 sel/µl didapatkan pada 67,% pasien. Tabel 3. Proporsi kasus infeksi jamur superfisialis berdasarkan bentuk klinis (n=37) Infeksi jamur superfisialis Jumlah Persentase Kandidiasis oral Tinea korporis Tinea kruris Tinea fasialis Onikomikosis Tinea pedis Tinea manus Tinea kapitis ,% 4,%,7%,7%,7%,4%,4%,4% Keterangan: n=jumlah subyek Secara klinis infeksi jamur superfisialis yang tersering adalah kandidiasis oral. Tabel 4. Proporsi infeksi jamur superfisialis Proporsi Jumlah Persentase Infeksi jamur superfisialis - Positif 3 jenis (TK+TKr+TF, TP+TM+O) - Positif jenis (TK + TF) - Positif jenis (KO,TK,O,TKr) - Negatif 34 36,7%,4% 46,6% 49,3% Jumlah 73 00,0% Keterangan : n=jumlah subyek; TK=tinea korporis; TKr=tinea kruris; KO = kandidiasis oral; TF = tinea fasialis; O = onikomikosis; TP = tinea pedis; TM = tinea manus Proporsi infeksi jamur superfisialis sebesar 50,7%, dengan rincian,7% subyek di antaranya mengalami 3 jenis penyakit,,4% mengalami jenis penyakit dan 46,6% menderita jenis infeksi jamur superfisialis. Tabel 5. Distribusi jenis infeksi jamur superfisialis berdasarkan kadar limfosit CD4 + (n=37) CD4 + () () (3) (4) (5) (6) (7) Total < > Total Keterangan: n = jumlah subyek; () = kandidiasis oral; () = tinea korporis; (3) = tinea pedis + tinea manus + onikomikosis; (4) = tinea kapitis + tinea fasialis; (5) = onikomikosis; (6) = tinea kruris; (7) = tinea korporis + tinea kruris + tinea fasialis Semua subyek pasien yang mengalami infeksi jamur superfisialis (satu jenis, dua jenis, dan tiga jenis) memiliki kadar limfosit CD4 + < 00 sel/µl 8
4 LH. Nasution Hubungan kadar CD4 + dengan infeksi jamur superfisialis pada HIV Tabel 6. Penyebab infeksi jamur superfisialis No Spesies Jumlah pasien Persentase Candida albicans 59,5% Candida tropicalis 7 8,9% 3 Trichophyton rubrum 5 3,5% 4 Candida parapsilosis,7% 5 Trichophyton mentagrophytes,7% 6 Trichophyton schoenleinii,7% Jumlah 37 00,0% Keterangan: n = jumlah subyek Spesies penyebab infeksi jamur superfisialis terbanyak adalah Candida (59,5%). Tabel 7. Hubungan kadar limfosit CD4 + dengan infeksi jamur superfisialis (n=73) Kadar CD4 Infeksi jamur superfisialis Total Positif Negatif <5 30 (4,%) 3 (4,%) 33 (45,%) (9,6%) 9 (,3%) 6 (,9%) >00 0 (0%) 4 (3,9%) 4 (3,9%) Total 37 (50,7%) 36 (49,3%) 73 (00,0%) X = 46,336 df = p = 0,000 Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chisquare, didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar limfosit CD4 + dengan kejadian infeksi jamur superfisialis (p < 0,05). PEMBAHASAN Pada penelitian ini, pasien baru yang terdiagnosis sebagai kasus infeksi HIV dan belum mendapat ARV adalah sebanyak 73 pasien dengan rasio laki-laki dibandingkan perempuan sebesar,04:. Menurut laporan Ditjen PP&PL Depkes RI tahun 005, dari 9565 kasus HIV/ AIDS di seluruh Indonesia, rasio pasien HIV/AIDS lakilaki dan perempuan adalah 4,5:. 9 Menurut data Pusyansus AIDS RSUP HAM dari jumlah seluruh kunjungan selama periode tahun 007 dan 008 ditemukan rasio pasien HIV/AIDS laki-laki dibandingkan perempuan adalah sebesar,7:. 0 Data penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian oleh Esti yang dilakukan di RSUPN Dr.Ciptomangunkusumo Jakarta pada tahun 005 dengan subyek penelitian pasien HIV baik yang belum maupun yang telah mendapat terapi ARV dengan rasio laki-laki dan perempuan yaitu 5,6:. Hasil ini juga lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Rajesh R, dkk. di India (006) yang menemukan rasio laki-laki dan perempuan adalah 0,:. Bila dibandingkan dengan penelitian oleh Glassman dan Burgin di India (998) pada pasien yang baru terdiagnosis HIV, laki-laki dan perempuan adalah,7:, 3 hasil penelitian ini sedikit lebih tinggi. Retang kadar limfosit CD4 + subyek penelitian ini adalah antara -83 sel/µl. Nilai rerata kadar limfosit CD4 + adalah 9, ± 43,4 sel/µl. Sebagian besar pasien memiliki kadar limfosit CD4 + kurang dari 5 sel/µl (45,%), dan secara keseluruhan kadar limfosit CD4 + di bawah 00 sel/µl sebanyak 67,%. Hasil ini hampir sama dengan penelitian Esti (005) yang mendapatkan sebagian besar pasien memiliki kadar limfosit CD4 + kurang dari 00 sel/µl (83%); pasien yang memiliki kadar limfosit CD4 + kurang dari 5 sel/µl sebanyak 49%, dan rentang kadar limfosit CD4 + antara -70 sel/µl. Secara klinis, pada penelitian ini ditemukan 4 kasus infeksi jamur superfisialis pada 37 pasien dari 73 subyek penelitian. Penelitian ini mendapatkan kandidiasis sebanyak 4,% berupa kandidiasis oral, dan dermatofitosis sebanyak 6,4% dengan rincian 4,% tinea korporis, sedangkan tinea kruris, tinea fasialis dan onikomikosis masing-masing,7%, serta tinea pedis, tinea manus, tinea kapitis masing-masing sebanyak,4%. Menurut Diova, Mosam (004), kandidiasis adalah manifestasi mukokutaneus yang paling sering, mengenai 0% 70% individu dengan infeksi HIV. 4 Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian oleh Petmy dkk. di Yaonde (004) yang mendapatkan proporsi infeksi jamur superfisialis pada pasien HIV/AIDS sebesar 53%, dan secara klinis kandidiasis oral adalah yang tersering (77%). Temuan dermatofitosis pada penelitian ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian Petmy dkk. yang mendapatkan tinea korporis (%), tinea versikolor (5%), tinea pedis (3%) dan tinea unguium (%). 5 Bila dibandingkan dengan mikosis superfisialis yang terdapat pada pasien HIV/AIDS Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM yaitu 53,5% kandidiasis dan 5,% dermatofitosis,,4 hasil penelitian ini mendapatkan proporsi kandidiasis yang lebih kecil dan proporsi dermatofitosis yang lebih besar. Penelitian Kaviarasan dkk. di India (00) mendapatkan prevalensi dermatofitosis lebih tinggi yaitu,%. Tinea korporis adalah infeksi dermatofita yang paling lazim (53,7%) diikuti oleh tinea kruris (49,9%), tinea pedis (7,%) dan tinea fasialis (4,6%). Berbeda pula dengan yang ditemukan oleh Rajesh, dkk yang meneliti prevalensi dermatofitosis pada pasien HIV di India (006), mereka mendapatkan frekuensi dermatofitosis lebih rendah, yaitu 6,06% dengan jenis dermatofitosis terbanyak yaitu tinea korporis (8,4%), diikuti tinea kruris (69,64%), tinea manus (7,4%), tinea fasialis (5,35%), tinea aksilaris (3,53%) dan tinea genitalis (3,53%). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Kheira dkk. di Aljazair (007) yang mendapatkan frekuensi dermatofitosis yang lebih tinggi, yaitu tinea pedis sebanyak 45,5%, tinea kapitis 4,46%, tinea korporis 33,33% dan tinea unguium 0%. 6 Semua subyek pasien yang mengalami infeksi jamur superfisialis pada penelitian ini (satu jenis, dua jenis, dan tiga jenis penyakit) memiliki kadar limfosit CD4 + <00 sel/µl, yang menunjukkan rendahnya mekanisme per- 9
5 MDVI Vol.38 No.. Tahun 0: 6-0 tahanan diri subyek sehingga mempermudah timbulnya infeksi jamur superfisialis. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Esti (005) di RSUPN Dr.Ciptomangunkusumo yang menemukan bahwa pada kadar limfosit CD4 + <00 sel/µl lebih banyak ditemukan subyek yang mengalami infeksi jamur. Rentang kadar limfosit CD4 + pasien yang terinfeksi jamur superfisialis adalah 8,76 ±,648 sel/µl, dan rerata kadar limfosit CD4 + subyek yang tidak terinfeksi adalah 358,7 ± 54,546 sel/µl. Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square, didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar limfosit CD4 + dengan kejadian infeksi jamur superfisialis (p < 0,05). Hasil penelitian Cribier dkk. (998) di Perancis juga menunjukkan adanya hubungan derajat imunosupresi dengan infeksi jamur pada pasien HIV. 7 Dalam kepustakaan disebutkan bahwa sistem imun pejamu merupakan faktor penting untuk terjadinya infeksi jamur pada manusia. Terjadinya kontak dengan antigen jamur patogen akan merangsang diferensiasi dan proliferasi sel membentuk populasi sel T yang spesifik yang terdiri atas sel efektor dan sel memori. Sel memori berada dalam sirkulasi untuk beberapa tahun dan akan mencetuskan respons yang cepat apabila terjadi pajanan dengan antigen yang sama. 8 Rusaknya sistem imun akan mempermudah infeksi jamur. 6 Pada pasien HIV/AIDS, terjadi penurunan sel T CD4 + yang disebabkan oleh kematian sel T CD4 + yang dipengaruhi oleh HIV. Setelah infeksi akut, terjadi masa asimtomatik dengan penurunan kadar limfosit CD4 + secara lambat, dan penurunan kadar limfosit CD4 + semakin tajam pada stadium lanjut. Menurut sebagian peneliti, infeksi jamur dapat timbul sejalan dengan menurunnya jumlah limfosit CD4 +. Pada keadaan limfosit CD4 + <00 sel/µl risiko infeksi oportunistik akan meningkat. 8 Menurut Diova dan Mosam (004), insidens kandidiasis oral meningkat karena kadar limfosit CD4 + menurun, dan hal tersebut merupakan petanda dari perkembangan penyakit HIV yang cepat, namun frekuensi dermatofitosis tidak meningkat pada individu ini. 4 Menurut kepustakaan, faktor lain yang mempengaruhi infeksi jamur adalah pajanan jamur dan kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi tipe infeksi dan keparahan penyakit infeksi jamur. 3 Hal tersebut yang mungkin menyebabkan kejadian dermatofitosis khususnya pada penelitian ini jauh lebih kecil dibandingkan kandidiasis oral; meskipun imunitas terganggu namun dermatofitosis tidak terjadi karena tidak adanya pajanan jamur, atau kelembaban yang masih terjaga dengan baik. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara rendahnya kadar limfosit CD4 + dengan tingginya kejadian infeksi jamur superfisialis. Retak kadar limfosit CD4 + pasien yang terinfeksi jamur superfisialis adalah 8,76 sel/µl (dengan standar deviasi,648 sel/µl). DAFTAR PUSTAKA. Budiana. Mengenal infeksi oportunistik pada HIV/AIDS. Dalam : Opini, 6 Nov 007. Diunduh dari: poskup/007//6/edisi6/ opini.htm.. Yayasan Spiritia. Infeksi oportunistik November, 004. Diunduh dari: 3. Pohan HT. Infeksi di balik ancaman HIV. Farmacia, Maret 006:5(8): 4. Tianshi Community. Gorila, Jamur dan HIV. Desember, 006. Diunduh dari: 5. RCD II. Farmacia, Oktober 006:6(3). Diunduh dari: 6. Romani L. Immunity to fungal infections. Nat Rev Immunol. 004;4: Duarsa NW. Infeksi HIV dan AIDS. Dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J, penyunting. Infeksi Menular Seksual. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 005. h Djauzi S. Infeksi oportunistik pada AIDS: Mekanisme, pola infeksi dan pencegahan. buku program dan abstrak simposium sehari: update on fungal infection in immunocompromised patient. Jakarta: PMKI,008: h Data subdit AIDS & PMS Ditjen PP&PL Depkes RI tahun Data Pusyansus AIDS RSUP H.Adam Malik Medan tahun 007 dan Esti PK. Proporsi beberapa Malasseziosis pada ODHA dewasa di Pokdisus AIDS RSUPN Dr.Ciptomangunkusumo. Tesis, Rajesh R, Subramaniam K, Padmavathy BK, Vasanthi S. Prevalence and species profile of dermatophytosis among HIV positive patients in rural referral centre. Indian J Sex Transm Dis. 006:7(): Glassman S, Burgin S. Dermatological disease in HIV- seropositive patients at Baragwanath Hospital. S A M Journal. 998; 88(8): Diova N, Mosam A.Cutaneous manifestations of HIV/AIDS: Part I. The Southern African Journal of HIV Medicine. 004: Petmy JL, Lando AJ, Kaptue L, Tchinda V, Folefack M. Superficial mycoses and HIV infections infeksi Yaonde J. Eur Acad Dermatol Venereol. 004;8: Harjono T. Infeksi jamur pada pasien HIV. Dalam: Buku program dan abstrak simposium sehari: update on fungal infection in immunocompromised patient. Jakarta: PMKI 008:. 7. Cribier B, Mena ML, Rey D, Partisani M, Fabien V, Lang JM, dkk. Nail changes in patients infected with Human Immunodeficiency Virus. A prospective study. Arch Dermatol. 998;34: Cholis M. Imunologi dermatomikosis superfisialis. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, penyunting. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 004. h
BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh
Lebih terperinciProfil Manifestasi Klinis dan Spesies Penyebab Dermatofitosis pada Pasien HIV
Profil Manifestasi Klinis dan Spesies Penyebab Dermatofitosis pada Pasien HIV (The profile of Dermatophytosis Cases in HIV Patient at Dr. Soetomo Hospital ) Amrita Rosvanti, Sunarso Suyoso, Dwi Murtiastutik
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA
ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien HIV. Adanya hubungan yang kompleks antara HIV dan TB dapat meningkatkan mortalitas maupun morbiditas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan virus yang menyerang imunitas manusia. Kumpulan gejala penyakit yang muncul karena defisiensi imun tersebut disebut AIDS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sel Cluster of differentiation 4 (CD4) adalah semacam sel darah putih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sel Cluster of differentiation 4 (CD4) adalah semacam sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian terpenting dari sistem kekebalan tubuh, Sel ini juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, menyebabkan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
Lebih terperinciIntisari. Kata kunci:kadar CD4, Infeksi Oportunistik dan HIV/AIDS
HUBUNGAN KADAR CD4 TERHADAP KEJADIAN INFEKSI OPORTUNISTIK PADA PENDERITA HIV/AIDS DI KLINIK MELATI RSUD DR. SOEDARSO KOTA PONTIANAK TAHUN 2013 Diana Natalia, 1 Wiwi E Susanti, 2 Afifah Mukarromah. 3 Intisari
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP. Gambar 3.1: Kerangka konsep tentang pola kelainan kulit pada pasien AIDS.
BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep Dari kerangka pemikiran di atas dapat dibuat bagian kerangka konsep sebagai berikut: Pasien AIDS Pola Penyakit Kulit Gambar 3.1: Kerangka konsep tentang pola kelainan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1,2,3. 4 United Nations Programme on HIV/AIDS melaporkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus Human Immunodeficiency
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. AIDS didefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh memiliki kurang lebih 600 kelenjar getah bening, namun pada orang sehat yang normal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondiloma akuminata (KA) merupakan infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kuku yang menyebabkan dermatofitosis.penyebab dermatofitosis terdiri dari 3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatofita merupakan kelompok jamur keratinofilik yang dapat mengenai jaringan keratin manusia dan hewan seperti pada kulit, rambut, dan kuku yang menyebabkan dermatofitosis.penyebab
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit merupakan organ terluar yang membatasi manusia dan lingkungannya. Kulit mudah dilihat dan diraba serta berperan dalam menjamin kelangsungan hidup (Wasitaatmadja,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perannya melawan infeksi dan penyakit. Infeksi yang terkait dengan. daya tahan tubuh penderita (Murtiastutik, 2008).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsi sistem imun. Infeksi HIV menyebabkan kerusakan
Lebih terperinciABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS
ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS Ardo Sanjaya, 2013 Pembimbing 1 : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing 2 : Ronald Jonathan, dr., MSc., DTM & H. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dermatofitosis adalah mikosis superfisialis yang banyak ditemukan di negeri tropis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dermatofitosis adalah mikosis superfisialis yang banyak ditemukan di negeri tropis yang beriklim panas dan lembab seperti Indonesia (Kusmarinah, 2009; Adiguna 2013).
Lebih terperinciINFORMASI TENTANG HIV/AIDS
INFORMASI TENTANG HIV/AIDS Ints.PKRS ( Promosi Kesehatan Rumah Sakit ) RSUP H.ADAM MALIK MEDAN & TIM PUSYANSUS HIV/AIDS? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dipengaruhi epidemi ini ditinjau dari jumlah infeksi dan dampak yang
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Epidemi Human immunodeficiency virus (HIV) / Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan krisis global dan tantangan yang berat bagi pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. 27,6% meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. baru (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi, terutama di negara-negara tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit yang sering muncul di Indonesia.
Lebih terperinciTINEA KAPITIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUPN DR CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA PERIODE TAHUN
Laporan Kasus TINEA KAPITIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUPN DR CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA PERIODE TAHUN 2005 2010 Andina B. Sari, Sandra Widaty, Kusmarinah Bramono, Eliza Miranda, Mardiati Ganjardani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno Deficiency Syndrome(AIDS) saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Selama kurun
Lebih terperinciPROFIL KANDIDIASIS KUTIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE
PROFIL KANDIDIASIS KUTIS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE 2009-2011 1 Rara Safira Seru 2 Pieter Levinus Suling 2 Herry E.J. Pandeleke 1 Kandidat Skripsi Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekelompok
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekelompok kondisi medis yang menunjukkan lemahnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan istilah tinea unguium (Monero dan Arenas, 2010). merupakan kelainan kuku paling sering (Welsh et al, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Onikomikosis merupakan infeksi kuku yang disebabkan oleh jamur. Khusus untuk infeksi kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita dikenal dengan istilah tinea unguium
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida sp. Candida adalah anggota flora normal yang hidup di dalam kulit, kuku, membran mukosa, saluran pencernaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. helper Cluster of Differentiation 4 (CD4) positif dan makrofag),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu retrovirus yang menyerang sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T helper Cluster of Differentiation 4
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia terutama negara berkembang. Munculnya epidemik Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency
Lebih terperinciProsiding Pendidikan Dokter ISSN: X
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Angka Kejadian Penyakit Kulit Primer dan Kaitannya dengan Hitung CD4 pada Penderita HIV/AIDS Baru di Klinik Teratai Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun
Lebih terperinci4.6 Instrumen Penelitian Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Etika Penelitian BAB V.
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... I LEMBAR PERSETUJUAN... II PENETAPAN PANITIA PENGUJI... III KATA PENGANTAR... IV PRASYARAT GELAR... V ABSTRAK... VI ABSTRACT... VII DAFTAR ISI... VIII DAFTAR TABEL... X Bab I.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat di Indonesia dan hal ini sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menyebabkan kematian penderitanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004), insidensi penyakit jamur
Lebih terperinciABSTRAK. Adherence Scale (MMAS).
iv ABSTRAK HIV positif merupakan kondisi ketika terdapat infeksi Human Immunodeficiency Virus di dalam darah seseorang. Sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul
Lebih terperinciBAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). 10,11 Virus ini akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) semakin nyata menjadi masalah kesehatan utama di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatomikosis superfisialis merupakan jenis infeksi yang paling sering terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama dermatomikosis superfisialis
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodefeciency Virus (HIV). AIDS telah dilaporkan oleh lebih dari 93 negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Tropis. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni
Lebih terperinciABSTRAK ANALISIS KADAR INTERFERON GAMMA PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DAN BUKAN PENDERITA TUBERKULOSIS
ABSTRAK ANALISIS KADAR INTERFERON GAMMA PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DAN BUKAN PENDERITA TUBERKULOSIS Rina Lizza Roostati, 2008, Pembimbing I : Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes. Pembimbing II : J. Teguh
Lebih terperinciACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR
ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR PENDAHULUAN Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yg disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) HIV : HIV-1 : penyebab
Lebih terperinciPROFIL DERMATITIS KONTAK ALERGI DI PUSKESMAS II DENPASAR TIMUR PERIODE JANUARI 2013 SAMPAI DESEMBER 2013
SKRIPSI PROFIL DERMATITIS KONTAK ALERGI DI PUSKESMAS II DENPASAR TIMUR PERIODE JANUARI 2013 SAMPAI DESEMBER 2013 I G. N. A. Wisnu Kresnan Dana (1102005150) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciMikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun
Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode Tahun (Superficial Mycosis in Mycology Division Out Patient Clinic of Dermatovenereology Dr.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Infeksi Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menimbulkan masalah besar di dunia.tb menjadi penyebab utama kematian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala akibat penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi human immunodeficiency virus
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
ABSTRAK Penyakit HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia. Ini terjadi karena banyaknya infeksi oportunistik yang menyebabkan HIV/AIDS semakin berat. Sejalan dengan berkembangnya
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Accquired Immunodeficiency Syndrom) adalah stadium akhir pada serangkaian abnormalitas imunologis dan klinis yang dikenal sebagai spektrum infeksi Human Immunodificiency
Lebih terperinciMikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun
ARTIKEL ASLI Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Penyakit Tahun 2003 2005 (Superficial Mycosis in Mycology Division - Out Patient Clinic of Dermatovenereology Dr. Soetomo General
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit jamur yang menyerang kulit. 2 Mikosis dibagi menjadi empat kategori yaitu: (1) superfisialis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari penyakit menular di seluruh dunia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI Candida albicans PADA SPUTUM PASIEN TB DAN TB- HIV DI INSTALASI MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR
ABSTRAK PREVALENSI Candida albicans PADA SPUTUM PASIEN TB DAN TB- HIV DI INSTALASI MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR Latar belakang: Tuberculosis (TB) dan HIV adalah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Komplikasi infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komplikasi infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) terhadap perubahan status nutrisi telah diketahui sejak tahap awal epidemi. Penyebaran HIV di seluruh
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) semakin menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat kronis dan kompleks. Penyakit ini dapat menyerang segala usia dan jenis kelamin. Lesi yang
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. RSUP Dr. Kariadi Semarang telah dilaksanakan mulai bulan Mei 2014
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Pengambilan
Lebih terperinciTuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi
LOGO Pendahuluan Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhasil mencapai target Millenium Development Goal s (MDG s), peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global. Meskipun program pengendalian TB di Indonesia telah berhasil mencapai target
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) & Acquired Immunodeficieny Syndrome (AIDS) merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Onikomikosis 2.1.1 Pendahuluan Onikomikosis adalah infeksi kuku yang disebabkan jamur golongan dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh dermatofita.
Lebih terperinciProfil dermatofitosis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari Desember 2013
Profil dermatofitosis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari Desember 2013 1 Cyndi E. E. J. Sondakh 2 Thigita A. Pandaleke 2 Ferra O. Mawu 1 Kandidat Skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit
Lebih terperinciPENGARUH HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN TINEA KRURIS PADA SANTRI LAKI-LAKI DI PESANTREN RHOUDLOTUL QURAN KAUMAN SEMARANG
PENGARUH HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN TINEA KRURIS PADA SANTRI LAKI-LAKI DI PESANTREN RHOUDLOTUL QURAN KAUMAN SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. karena merupakan penyebab kematian paling tinggi (Ahira, 2013). Data
I.PENDAHULUAN A. Latar belakang Human Immunodeficiency Virus Positive/Aquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia karena merupakan penyebab kematian paling
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS
PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS Oleh : ABDUL RAHIM B ABDUL RAUF 100100283 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 PENGETAHUAN
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum
HUBUNGAN JENIS INFEKSI OPORTUNISTIK DENGAN MORTALITAS ANAK HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME Studi di RSUP Dr. Kariadi Semarang LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus RNA berpilin tunggal. HIV menginfeksi dan membunuh helper (CD4) T lymphocytes. Sel-sel lainnya yang mempunyai protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah sekelompok infeksi yang disebabkan oleh Candida
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kandidiasis adalah sekelompok infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans dan spesies lain dari genus kandida (Pappas, et al., 2009). Ada lebih dari 20 spesies
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum HIV/AIDS HIV merupakan virus yang menyebabkan infeksi HIV (AIDSinfo, 2012). HIV termasuk famili Retroviridae dan memiliki genome single stranded RNA. Sejauh ini
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
16 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Teori Patogenesis Definisi Inflamasi KGB yang disebabkan oleh MTB Manifestasi Klinis a. keras, mobile, terpisah b. kenyal dan terfiksasi
Lebih terperinciPenelitian Retrospektif: Mikosis Superfisialis. (Retrospective Study: Superficial Mycoses)
Penelitian Retrospektif: Mikosis Superfisialis (Retrospective Study: Superficial Mycoses) Fatma Rosida, Evy Ervianti Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciGambaran Status Kebersihan Gigi dan Mulut pada Pengidap HIV/AIDS di Yayasan Batamang Plus Bitung
Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 2, Juli-Desember 2017 Gambaran Status Kebersihan Gigi dan Mulut pada Pengidap HIV/AIDS di Yayasan Batamang Plus Bitung Fitrisya C. Kinontoa Christy N. Minjelungan Elita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah atopik pertama kali diperkenalkan oleh Coca (1923), yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat alergi/hipersensitivitas
Lebih terperinciINFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU
INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS TAMBAR KEMBAREN Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU 1 PENGENALAN HIV(Human Immunodeficiency Virus) ad alah virus yang menyerang SISTEM KEKEBALAN tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan global yang menjadi perbincangan masyarakat di seluruh
Lebih terperinciOleh: HAFIS NOVYAN NIM:
GAMBARAN MIKROSKOPIS BASIL TAHAN ASAM (BTA) PADA PASIEN SUSPEK KOINFEKSI TUBERKULOSIS PARU-HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) YANG BEROBAT DI KLINIK CARE SUPPORT AND TREATMENT (CST) PUSYANSUS RSUP. HAJI
Lebih terperinciPOLA PENYAKIT KULIT PADA PASIEN HIV/AIDS DIHUBUNGKAN DENGAN KADAR CD4 DI RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK MEDAN OLEH : RO RABIAN REIN ROZA TAMPUBOLON
POLA PENYAKIT KULIT PADA PASIEN HIV/AIDS DIHUBUNGKAN DENGAN KADAR CD4 DI RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK MEDAN OLEH : RO RABIAN REIN ROZA TAMPUBOLON 090100083 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah HIV merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS dan menyebabkan
Lebih terperinciINSIDENSI HEPATITIS B PADA PASIEN HIV- AIDS DI KLINIK VCT PUSYANSUS RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI TAHUN DESEMBER TAHUN 2012
INSIDENSI HEPATITIS B PADA PASIEN HIV- AIDS DI KLINIK VCT PUSYANSUS RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI TAHUN 2010- DESEMBER TAHUN 2012 KARYA TULIS ILMIAH Oleh: THILAKAM KANTHASAMY 100 100 415 FAKULTAS
Lebih terperinciJurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :
Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : 2302-8254 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang
Lebih terperinciProfil Pasien Kandidiasis Oral dengan Koinfeksi Tuberkulosis- HIV di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso
Profil Pasien Kandidiasis Oral dengan Koinfeksi Tuberkulosis- HIV di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso Profile of Oral Candidiasis Patients with Tuberculosis and HIV Co-infection
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Asma merupakan penyakit kronik yang sering ditemukan dan merupakan salah satu penyebab angka kesakitan pada anak di seluruh dunia. Di negara maju dan negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS DI KLINIK VCT RUMAH SAKIT UMUM HKBP BALIGE TAHUN ABSTRACT
KARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS DI KLINIK VCT RUMAH SAKIT UMUM HKBP BALIGE TAHUN 2008 2012 Desima M Hutapea 1, Sori Muda Sarumpaet 2, Rasmaliah 2 1 Mahasiswa Peminatan Epidemiologi FKM USU 2 Staf Pengajar
Lebih terperinciGambaran status kebersihan gigi dan mulut pada pengidap HIV/AIDS di Yayasan Batamang Plus Manado
Jurnal e-gigi (eg), Volume 4 Nomor 2, Juli-Desember 2016 Gambaran status kebersihan gigi dan mulut pada pengidap HIV/AIDS di Yayasan Batamang Plus Manado 1 I Putu G. E. Putrawan 2 Pieter L. Suling 2 Christy
Lebih terperinciPROFIL DERMATOMIKOSIS SUPERFISIAL PADA PEKERJA PABRIK TAHU DI DESA MABAR KECAMATAN MEDAN DELI
PROFIL DERMATOMIKOSIS SUPERFISIAL PADA PEKERJA PABRIK TAHU DI DESA MABAR KECAMATAN MEDAN DELI TESIS Oleh JAMALIYAH NIM 107105006 PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK SPESIALIS ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua kelompok infeksi jamur yang mengenai kuku, baik itu merupakan infeksi primer ataupun infeksi sekunder
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KOMPLIKASI PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER PASCA RADIOTERAPI/KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016
ABSTRAK GAMBARAN KOMPLIKASI PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER PASCA RADIOTERAPI/KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016 Prevalensi kanker kepala dan leher (KKL) di Indonesia cukup tinggi. Kanker kepala dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. imuno kompromis infeksius yang berbahaya, dikenal sejak tahun Pada
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu penyakit imuno kompromis infeksius yang berbahaya, dikenal sejak tahun 1981. Pada tahun 1983, agen penyebab
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum
FAKTOR DETERMINAN PENINGKATAN BERAT BADAN DAN JUMLAH CD4 ANAK HIV/AIDS SETELAH ENAM BULAN TERAPI ANTIRETROVIRAL Penelitian Cohort retrospective terhadap Usia, Jenis kelamin, Stadium klinis, Lama terapi
Lebih terperinci