PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA"

Transkripsi

1 PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi tugas dan persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran MUHAMMAD BAIHAQY IBNU HAKIM PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013

2 LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KTI PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL Disusun oleh MUHAMMAD BAIHAQY IBNU HAKIM Telah disetujui Semarang, Juli 2014 Pembimbing 1 Pembimbing 2 dr. Asih Budiastuti, SpKK (K) dr. Helmia Farida, SpA, MKes Ketua Penguji Penguji dr. Buwono Puruhito, SpKK dr. Endang Sri Lestari, PhD

3 PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL Muhammad Baihaqy Ibnu Hakim*, Asih Budiastuti**, Helmia Farida*** ABSTRAK Latar belakang: Tinea pedis merupakan dermatofitosis pada telapak kaki yang memiliki prevalensi 10% di seluruh dunia. Pekerja pabrik tekstil bagian pencelupan diperkirakan memiliki risiko lebih tinggi terkena Tinea pedis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian dan faktor risiko Tinea pedis pada pekerja pabrik tekstil. Metode: Penelitian yang bersifat belah lintang dilakukan pada 34 pekerja pabrik tekstil PT. Batamtex sebagai subjek penelitian pada bulan Juni Diagnosis Tinea pedis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis residen ilmu kesehatan kulit dan kelamin. Data diambil dengan kuesioner meliputi hygiene perorangan, durasi terpapar air per hari, dan masa kerja di bagian pencelupan. Analisa data menggunakan uji regresi logistik dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 ; Interval Kepercayaan 95%. Hasil: Angka kejadian Tinea pedis pada pekerja pabrik tekstil 29,5%. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa hygiene perorangan yang buruk RP = 32 (C.I. = 2 503) p = 0,001, dan masa kerja di bagian pencelupan yang lama merupakan faktor risiko Tinea pedis RP = 19 (C.I. = 1,4 255) p = 0,002. Simpulan: Tingkat hygiene perorangan buruk dan masa kerja di bagian pencelupan yang lama merupakan faktor risiko Tinea pedis. Kata kunci: Tinea pedis, faktor risiko, hygiene, masa kerja di bagian pencelupan. * Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang ** Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang *** Staf Pengajar Bagian Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

4 PREVALENCE AND RISK FACTORS FOR TINEA PEDIS IN TEXTILE INDUSTRY WORKERS ABSTRACT Background: Tinea pedis, a dermatophytosis of the feet has prevalence of 10% worldwide. Dyeing division of textile industry workers are estimated to have higher risk of suffering from Tinea pedis. This study aims to determine the prevalence and risk factors of Tinea pedis in textile industry workers. Methods: A crosssectional study was carried among 34 textile industry workers of PT. Batamtex as research samples in June Tinea pedis diagnosis was established by dermatology resident s clinical examination. The data were collected from questionnaire that included personal hygiene, water exposure duration each day, and working time at dyeing division. The data were analyzed using logistic regression test with statistical significance p < 0,05 ; confidence interval 95%. Results: The prevalence of Tinea pedis in textile industry workers was 29,5%. Multivariate analysis resulted that poor personal hygiene RP = 32 (C.I. = 2 503) p = 0,001 and long working time at dyeing division were risk factors for Tinea pedis RP = 19 (C.I. = 1,4 255) p = 0,002. Conclusion: Poor personal hygiene and long working time at dyeing division were risk factors for Tinea pedis. Key words: Tinea pedis, risk factors, hygiene, working time at dyeing division.

5 PENDAHULUAN Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor fisik, faktor kimia, dan faktor biologis. Lingkungan kerja ataupun jenis pekerjaan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. 1 Industri tekstil Indonesia termasuk dalam 10 eksportir tekstil terbesar di dunia. 2 Banyaknya industri ini tentu diiringi dengan banyaknya pekerja pada pabrik tekstil tersebut. Salah satu infeksi kulit pada sela jari kaki dan telapak kaki yang disebabkan oleh jamur atau yang lebih dikenal sebagai tinea pedis atau Athlete s foot maupun ringworm of the foot. 3 Tinea pedis disebabkan oleh Trichophyton rubrum yang sering memberikan kelainan menahun. 4,5,6,7 Tinea pedis sering menyerang orang dewasa yang bekerja ditempat basah seperti tukang cuci, petani atau orang yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup misalnya tentara. 4,7,8 Selain karena pemakaian sepatu tertutup untuk waktu yang lama, bertambahnya kelembaban karena keringat, pecahnya kulit karena mekanis, tingkat kebersihan perorangan, dan paparan terhadap jamur merupakan faktor risiko yang menyebabkan terjadinya tinea pedis. 9,10 Kondisi lingkungan yang lembab dan panas di selasela jari kaki karena pemakaian sepatu dan kaus kaki, juga akan merangsang tumbuhnya jamur. 4 Keadaan sosial ekonomi serta kurangnya kebersihan memegang peranan yang penting pada infeksi jamur, yaitu insiden penyakit jamur lebih sering terjadi pada sosial ekonomi rendah. 8 Hal ini berkaitan dengan status gizi yang mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit. 8 Saat ini diketahui bahwa angka kejadian (prevalensi) tinea pedis di seluruh dunia mencapai angka yang cukup tinggi yakni 10%. 11 Penelitianpenelitian terdahulu tentang kejadian tinea pedis di kota Semarang pada kelompok kerja tertentu menunjukkan bahwa angka kejadian tinea pedis termasuk tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh TM Sri Redjeki Soekandar pada tahun 2004 menyebutkan bahwa pemakaian sepatu boot merupakan faktor resiko terjadinya tinea pedis dan didapatkan angka kejadian tinea pedis sebesar 24,35% di Asrama Brimob Semarang. 9 Penelitian Ratna Dian Kurniawati tahun 2006 menyatakan

6 angka kejadian tinea pedis sebesar 46,4% pada pemulung di TPA Jatibarang Semarang. 10 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data prevalensi dan apa saja faktor resiko terjadinya tinea pedis pada pekerja pabrik tekstil. METODE Rancangan penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan belah lintang. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Batamtex, Ungaran pada bulan Juli Subjek penelitian dipilih dengan metode purposive sampling. Data didapat dari diagnosis yang ditegakkan oleh residen PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNDIP serta kuesioner yang telah dilakukan uji validasi pakar dan uji reliabilitas. Didapatkan 34 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Dengan kriteria inklusi yakni pekerja pabrik tekstil yang bekerja di bagian pencelupan dan bagian pengeringan pada PT. Batamtex, telah bekerja dalam kurun waktu lebih dari satu bulan pada PT. Batamtex, Ungaran serta bersedia mengikuti penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah durasi terpapar air, lama masa kerja dan hygiene perorangan dengan variabel tergantung adalah infeksi tinea pedis. Analisis data dilakukan menggunakan uji chisquare atau fisher dan dilanjutkan menggunakan uji regresi logistik. HASIL Karakteristik Responden Hasil penelitian terhadap pekerja pabrik tekstil PT. Batamtex, Ungaran diperoleh karakteristik subjek penelitian yang dapat dilihat pada tabel 1. Ditemukan 10 sampel penelitian yang terdiagnosis tinea pedis. Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian Umur (tahun) Jenis Kelamin LakiLaki Perempuan Karakteristik Nilai tengah N (%) 42,32 (SD 7,48) 26 (76,5%) 8 (23,5%)

7 Durasi terpapar air per hari (jam) Sebentar (< 5,9) Lama ( 6) Lama bekerja di bagian pencelupan (bulan) Sebentar (< 8,9) lama ( 9) Skor hygiene Baik ( 15) Buruk (< 14,9) Infeksi Tinea pedis Positif (+) Negatif () 3,55 (SD 1,21) 6,44 (SD 4,62) 15,73 (SD 2,39) 30 (88%) 4 (12%) 22 (65%) 12 (35%) 24 (71%) 10 (29%) 10 (29%) 24 71%) Hubungan antara durasi terpapar air dan tinea pedis Dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan titik potong optimum ROC. Didapatkan titik potong optimum ROC sebesar 6 jam per hari. Empat pekerja dikategorikan durasi panjang dimana 3 diantaranya terdiagnosis tinea pedis dan 30 pekerja dikategorikan durasi pendek dimana 7 diantaranya terdiagnosis tinea pedis. Tabel 2. Hubungan antara durasi terpapar air dan tinea pedis Durasi terpapar Air Tinea Pedis Nilai p Tinea Pedis (+) Tinea Pedis () Lebih dari 6 jam / hari 3 (75%) 1 (25%) 0,067 Kurang dari 6 jam / hari 7 (23,3%) 23 (76,7%) Total 10 (100%) 24 (100%) Hubungan antara lama masa kerja dan tinea pedis Dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan titik potong optimum ROC. Didapatkan titik potong optimum ROC sebesar 9 bulan. Dua belas pekerja dikategorikan lama dimana 8 diantaranya terdiagnosis tinea pedis dan 22 pekerja dikategorikan durasi pendek dimana 2 diantaranya terdiagnosis tinea pedis.

8 Tabel 3. Hubungan antara lama masa kerja dan tinea pedis Lama Masa Kerja Tinea Pedis Nilai p Tinea Pedis (+) Tinea Pedis () Lebih dari 9 bulan 8 (66,7%) 4 (33,3%) 0,001 Kurang dari 9 bulan 2 (9,1%) 20 (90,9%) Total 10 (100%) 24 (100%) Hubungan antara tingkat hygiene perorangan dan Tinea pedis Dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan titik potong optimum ROC. Didapatkan titik potong optimum ROC yakni 15. Sepuluh pekerja dikategorikan hygiene buruk dimana 7 diantaranya terdiagnosis tinea pedis dan 24 pekerja dikategorikan hygiene baik dimana 3 diantaranya terdiagnosis tinea pedis. Tabel 4. Hubungan antara tingkat hygiene perorangan dan tinea pedis Hygiene Perorangan Tinea Pedis Nilai p Tinea Pedis (+) Tinea Pedis () Hygiene Buruk < 14,9 7 (70%) 3 (30%) 0,002 Hygiene Baik > 15 3 (12,5%) 21 (87,5%) Total 10 (100%) 24 (100%) Hasil data pada penelitian ini dianalisis menggunakan uji chisquare dan dilanjutkan menggunakan uji regresi logistik. Didapatkan nilai p = 0,067 pada durasi terpapar air, p = 0,001 pada lama masa kerja dan p = 0,002 pada hygiene perorangan (p < 0,2) yang memenuhi syarat untuk dilanjutkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Tabel 5. Analisis multivariat Exp(B) 95% C.I for Exp(B) Sig Lower Upper Durasi terpapar air 21,267 0,56 809,32 0,100 Lama masa kerja 31,763 2,0 503,39 0,014 Hygiene perorangan 18,831 1,39 255,36 0,027 Constant 0,015 0,003

9 Berdasarkan hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik didapatkan bahwa lama masa kerja dan hygiene perorangan merupakan faktor resiko terjadinya tinea pedis. Dengan rasio prevalen sebesar 31,7 pada lama masa kerja yang berarti pekerja pabrik tekstil yang bekerja di bagian pencelupan dalam waktu yang lama 31,76 kali lebih berisiko terinfeksi tinea pedis dibandingkan yang bekerja dalam waktu sebentar RP = 31,76 (C.I. = 2,0 503,39) p = 0,001. Didapatkan rasio prevalen sebesar 18,831 pada hygiene perorangan yang berarti pekerja pabrik dengan hygiene buruk 18,83 kali lebih berisiko terinfeksi tinea pedis dibandingkan dengan hygiene baik RP = 18,83 (C.I. = 1,39 255,36) p = 0,002. PEMBAHASAN Hasil penelitian membuktikan bahwa insidensi tinea pedis pada pekerja pabrik tekstil bagian pencelupan cukup tinggi dibanding populasi umum pada daerah tropis. Penelitian juga membuktikan lama masa kerja dan hygiene perorangan merupakan faktor risiko tinea pedis. Lama masa kerja yang diasumsikan sebagai akumulasi paparan air dan durasi pemakaian sepatu tertutup berhubungan terhadap tinea pedis. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh peneliti terdahulu dalam Dermatofitosis Superfisialis oleh perdoski (2001). 4 Selain itu, hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ratna Dian Kurniawati pada tahun 2006 bahwa hygiene perorangan merupakan faktor risiko kejadian tinea pedis. 10 Pentingnya menjaga hygiene perorangan merupakan salah satu bentuk pencegahan terhadap tinea pedis seperti yang dikemukakan oleh Vikas Kumar dkk (2011). 12 Terdapat data yang menunjukkan bahwa kategori yang kurang berisiko terinfeksi tinea pedis pada lama masa kerja dan hygiene perorangan ternyata memiliki sampel yang terdiagnosis positif tinea pedis, meskipun lama masa kerja dan hygiene perorangan terbukti sebagai faktor risiko tinea pedis. Ditemukan 2 subjek penelitian yang terdiagnosis tinea pedis pada lama masa kerja kurang dari 9 bulan dan 3 subjek penelitian yang terdiagnosis tinea pedis pada hygiene perorangan yang baik. Hal ini terjadi karena tingkat kelembapan kaki, sumber air

10 yang digunakan, dan status imunitas mempengaruhi kejadian tinea pedis pada kepustakaan namun tidak diteliti dalam penelitian ini sehingga menjadi variabel perancu. Dalam penelitian yang dilakukan TM Sri Redjeki Soekandar (2004) dan Ratna Dian Kurniawati (2006), dinyatakan bahwa pemakaian sepatu tertutup untuk waktu yang lama, bertambahnya tingkat kelembapan karena keringat dan paparan terhadap jamur merupakan faktor risiko yang menyebabkan terjadinya tinea pedis. 10 Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa terdapatnya sampel penelitian yang terdiagnosis positif pada kategori yang kurang berisiko terinfeksi tinea pedis adalah karena walaupun masa kerja pada bagian pencelupan terhitung dalam waktu sebentar ataupun menjaga hygiene perorangan dengan baik tetapi memiliki tingkat kelembapan daerah kaki yang tinggi, maka akan tetap terinfeksi tinea pedis. Hal ini dikarenakan pekerjaan sebagai pekerja pabrik tekstil bagian pencelupan diwajibkan memakai sepatu kedap air dengan durasi yang cukup panjang selama jam kerjanya yang menyebabkan meningkatnya kelembapan pada daerah kaki. Kelemahan pada penelitian ini adalah tidak dilakukan penelitian pada variabel lain seperti sumber air yang digunakan, status gizi serta status imunitas. Sumber air yang digunakan dapat menjadi media reservoir jamur seperti yang dikemukakan oleh Siregar (2005) bahwa penularan infeksi jamur seperti tinea pedis secara tidak langsung dapat melalui tanaman, barangbarang, tanah, hingga air yang terkontaminasi spora jamur. 8 Sumber air tidak menjadi variabel yang diteliti pada penelitian ini dikarenakan peneliti yang tidak mendapat izin untuk melihat serta memeriksa tempat kerja pekerja pabrik tekstil bagian pencelupan PT. Batamtex, Ungaran. Faktor dari host seperti status imunitas memiliki peran penting yakni mempengaruhi respon seseorang terhadap infeksi dermatofita. 11 Kondisi seperti diabetes dan HIV/AIDS yang melemahkan fungsi imunitas tubuh seseorang telah terbukti menjadikan seseorang lebih berisiko terinfeksi dermatofita. Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk menentukan status imunitas seseorang. Status

11 imunitas tidak diteliti pada penelitian ini dikarenakan keterbatasan alat dan kemampuan peneliti. Selain itu, penelitian ini hanya terbatas pada satu pabrik tekstil yang mungkin terdapat perbedaan dengan pabrik lain dalam hal kebijakan perusahaan dan pengawasan terhadap keselamatan kerja. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah melalui uji validasi pakar sehingga memiliki daya diskriminasi yang tinggi dan dapat dijadikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Data kuesioner menunjukkan bahwa pekerja PT. Batamtex sebagian besar mendapat skor yang buruk pada kebersihan yang terkait dengan pekerjaan, terutama pada pertanyaan seputar banyaknya sepatu yang dimiliki, kebiasaan pemakaian sepatu dan kebiasaan mencuci sepatu. Sembilan dari 10 pekerja pabrik tekstil yang terdiagnosis tinea pedis hanya memiliki satu pasang sepatu kedap air dan 8 pekerja tidak mengganti sepatu setiap harinya. Berdasarkan penelitian ini, diharapkan adanya pengawasan yang lebih dari pihak pabrik tekstil terhadap kesehatan pekerjanya dengan memberikan edukasi tentang pentingnya hygiene perorangan, karena penelitian ini membuktikan bahwa hygiene perorangan yang buruk meningkatkan resiko tinea pedis. Dokter perusahaan hendaknya melakukan pemeriksaan kesehatan kulit kaki pekerja bagian pencelupan secara berkala dan menyediakan obat untuk tinea pedis dalam jumlah cukup. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hygiene perorangan dan lama masa kerja merupakan faktor risiko dari tinea pedis. Durasi terpapar air bukan merupakan faktor risiko tinea pedis. Saran Perlunya edukasi pada para penderita tinea pedis dan orangorang yang beresiko menderita tinea pedis tentang pencegahan dan penatalaksanaan yang baik dan benar, mengingat angka kejadian penyakit jamur kulit di Indonesia termasuk tinggi. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada kelompok kerja lain yang

12 berisiko terkena tinea pedis atau dermatofitosis lainnya, seperti TNI dan pemulung dikarenakan pemakaian alas kaki kedap air dengan durasi yang lama. Perlu diadakan penelitian terhadap kejadian tinea pada bagian tubuh yang lain, mengingat agen penyebab tinea pedis juga dapat menyebabkan infeksi pada bagian tubuh selain telapak kaki. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dr. Asih Budiastuti, Sp.KK (K) dan dr. Helmia Farida, Sp.A, M.Kes atas bimbingan dan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Buwono Puruhito, Sp.KK selaku ketua penguji dan dr. Endang Sri Lestari, Ph.D selaku penguji, serta pihakpihak lain yang telah membantu dalam penelitian ini hingga dapat terlaksana dengan baik.

13 DAFTAR PUSTAKA 1. Malaka T. Kesehatan kerja dan penyakit akibat kerja. Proceeding Seminar dan Muker I IDKI. Jakarta: pengurus pusat Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia; World Trade Organization. Leading exporters and importers of textiles. c2010. Available at : 3. Makatutu HA, Manginsengi M. Diagonsis dan penatalaksanaan dermatomikosis: Tinea pedis. Jakarta: balai penerbit FKUI; Perdoski. Dermatofitosis superfisialis. Jakarta: balai penerbit FKUI; Hafeez ZH. The pattern of tinea pedis in 90 patients in the San Fransisco Bay Area. Departement of dermatology research. University of California Available from: Japanese Society for Contact Dermatitis. 6. YiCheng S. A prospective epidemiological study on tinea pedis and onychomycosis in Hongkong. Departement of health. Yaumatei Available from Chinese Medical Journal. 7. Courtney MR. Tinea pedis. c2013. Available at : 8. Siregar. Penyakit jamur kulit. Palembang; Soekandar TM. Angka kejadian dan pola jamur penyebab tinea pedis di asrama Brimob Semarang. Semarang : Ilmu kesehatan kulit dan kelamin FK Undip; Kurniawati RD. Faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian tinea pedis pada pemulung di TPA Jatibarang Semarang. Semarang (Indonesia) : Ilmu Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro; Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leffel D, Wolff K. Fitzpatrick's dermatology in general medicine. USA: Mc GrawHill Companies; Kumar V, Tilak R, Prakash P, et al. Tinea pedis an update. Banaras Hindu University. India Available from Asian Journal of Medical Sciences.

PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata 1 kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun jenis pekerjaan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. 1

BAB I PENDAHULUAN. ataupun jenis pekerjaan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA PITYRIASIS VERSICOLOR PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA PITYRIASIS VERSICOLOR PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA PITYRIASIS VERSICOLOR PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatomikosis superfisialis merupakan jenis infeksi yang paling sering terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama dermatomikosis superfisialis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ruang lingkup disiplin Ilmu Kesehatan. Kulit dan Kelamin dan Mikrobiologi Klinik.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ruang lingkup disiplin Ilmu Kesehatan. Kulit dan Kelamin dan Mikrobiologi Klinik. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup ruang lingkup disiplin Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan Mikrobiologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA BANGUNAN

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA BANGUNAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA BANGUNAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Studi Strata-1

Lebih terperinci

Linda Welly*, Dewi Sumaryani Soemarko**, Rusmawardiana***

Linda Welly*, Dewi Sumaryani Soemarko**, Rusmawardiana*** Pengaruh Intervensi Edukasi dan Monitoring Personal Foot Hygiene terhadap Insiden Tinea Pedis pada Pekerja Pemakai Sepatu Boot di Pabrik Pengolahan Karet di Palembang Linda Welly*, Dewi Sumaryani Soemarko**,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan Mikrobiologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Semarang. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA PITYRIASIS VERSICOLOR PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA PITYRIASIS VERSICOLOR PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA PITYRIASIS VERSICOLOR PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyakit kulit masih tinggi di Indonesia dibuktikan dengan Riset Kesehatan Dasar oleh Departemen Kesehatan tahun 2007 prevalensi nasional penyakit kulit adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit jamur yang menyerang kulit. 2 Mikosis dibagi menjadi empat kategori yaitu: (1) superfisialis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kulit dan ini sama seriusnya dengan penyakit hati dan ginjal. 1

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kulit dan ini sama seriusnya dengan penyakit hati dan ginjal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan kulit perlu diperhatikan karena kulit merupakan bagian yang paling vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit adalah jaringan, yang selama

Lebih terperinci

12. Aly R. Ecology and epidemiology of dermatophyte infections. J Am Acad Dermatol. 1994: 31:S21. PMid: Graser Y, Scott J, Summerbell R.

12. Aly R. Ecology and epidemiology of dermatophyte infections. J Am Acad Dermatol. 1994: 31:S21. PMid: Graser Y, Scott J, Summerbell R. DAFTAR PUSTAKA 1. Malaka T. Kesehatan kerja dan penyakit akibat kerja. Proceeding Seminar dan Muker I IDKI. Jakarta: pengurus pusat Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia; 1994. 2. World Trade Organization.

Lebih terperinci

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-nya penulis dapat

KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-nya penulis dapat i ii KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir karya tulis ilmiah yang berjudul Hubungan Faktor Risiko Stroke Non Hemoragik Dengan Fungsi

Lebih terperinci

PENGARUH HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN TINEA KRURIS PADA SANTRI LAKI-LAKI DI PESANTREN RHOUDLOTUL QURAN KAUMAN SEMARANG

PENGARUH HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN TINEA KRURIS PADA SANTRI LAKI-LAKI DI PESANTREN RHOUDLOTUL QURAN KAUMAN SEMARANG PENGARUH HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN TINEA KRURIS PADA SANTRI LAKI-LAKI DI PESANTREN RHOUDLOTUL QURAN KAUMAN SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Sarjana Kedokteran Faris Budiyanto G0012074

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan Ilmu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,penginderaan terjadi

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA SALON

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA SALON FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA SALON LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata

Lebih terperinci

SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA

SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA Oleh : Venerabilis Estin Namin 1523013024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian dan Kelamin. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Kulit 3.2 Tempat dan waktu penelitian Semarang. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SYLVA MEDIKA PERMATASARI G0010186 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 27,6% meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. baru (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 27,6% meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. baru (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi, terutama di negara-negara tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit yang sering muncul di Indonesia.

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH. GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH Oleh: ERNY TANDANU 060100018 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS Oleh : ABDUL RAHIM B ABDUL RAUF 100100283 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 PENGETAHUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Kelamin. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Kesehatan Kulit dan Lokasi pengambilan sampel adalah FakultasKedokteran Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis Kontak akibat kerja merupakan suatu keadaan kulit yang disebabkan oleh paparan yang berhubungan dengan pekerjaan. Hal ini terjadi pada pekerja yang terpapar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua yang menginfeksi manusia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan menyebabkan angka kematian

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN SEPATU BOOTS DENGAN ANGKA KEJADIAN TINEA PEDIS PADA PEKERJA PEMUNGUT SAMPAH DINAS KEBERSIHAN DAERAH KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN SEPATU BOOTS DENGAN ANGKA KEJADIAN TINEA PEDIS PADA PEKERJA PEMUNGUT SAMPAH DINAS KEBERSIHAN DAERAH KOTA SURAKARTA HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN SEPATU BOOTS DENGAN ANGKA KEJADIAN TINEA PEDIS PADA PEKERJA PEMUNGUT SAMPAH DINAS KEBERSIHAN DAERAH KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa.

BAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa. BAB IV METODE PENILITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Klinik VCT RSUP dr. Kariadi Semarang pada bulan Maret-Juni2015.

Lebih terperinci

PENGARUH HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN TINEA KRURIS PADA SANTRI LAKI-LAKI DI PESANTREN RHOUDLOTUL QURAN KAUMAN SEMARANG

PENGARUH HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN TINEA KRURIS PADA SANTRI LAKI-LAKI DI PESANTREN RHOUDLOTUL QURAN KAUMAN SEMARANG PENGARUH HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN TINEA KRURIS PADA SANTRI LAKI-LAKI DI PESANTREN RHOUDLOTUL QURAN KAUMAN SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO INFEKSI. Helicobacter pylori DI JOYOTAKAN SURAKARTA. Astri tantri i, harsono salimo, endang dewi lestari

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO INFEKSI. Helicobacter pylori DI JOYOTAKAN SURAKARTA. Astri tantri i, harsono salimo, endang dewi lestari PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO INFEKSI Helicobacter pylori DI JOYOTAKAN SURAKARTA Astri tantri i, harsono salimo, endang dewi lestari Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS astri_tan3@yahoo.com

Lebih terperinci

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Hubungan antara Polusi Udara Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia Balita

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LEPTOSPIROSIS DI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA. Karya Tulis Ilmiah

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LEPTOSPIROSIS DI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA. Karya Tulis Ilmiah ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LEPTOSPIROSIS DI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran IVAN JAZID ADAM G.0009113 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

AZIMA AMINA BINTI AYOB

AZIMA AMINA BINTI AYOB Kejadian Anemia Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Rawat Jalan dan Ruang Rawat Inap Divisi Endokrinologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik, Medan Pada Tahun 2011-2012 AZIMA

Lebih terperinci

All about Tinea pedis

All about Tinea pedis All about Tinea pedis Tinea pedis? Penyakit yang satu ini menyerang pada bagian kulit. Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh dikata sangat menjengkelkan.

Lebih terperinci

PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

Lebih terperinci

METODE DAN POLA WAKTU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI FAKTOR RISIKO GROWTH FALTERING PADA BAYI USIA 2-6 BULAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

METODE DAN POLA WAKTU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI FAKTOR RISIKO GROWTH FALTERING PADA BAYI USIA 2-6 BULAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH METODE DAN POLA WAKTU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI FAKTOR RISIKO GROWTH FALTERING PADA BAYI USIA 2-6 BULAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya

Lebih terperinci

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016 UNIVERSITAS UDAYANA PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016 I KADEK DWI ARTA SAPUTRA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PADA INFORMASI MP-ASI DI BUKU KIA DENGAN PEMBERIAN MP-ASI BALITA USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN BANDARHARJO SEMARANG UTARA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

GAMBARAN PERILAKU PENGHUNI PANTI ASUHAN BAIT ALLAH MEDAN TERHADAP PENCEGAHAN SKABIES. Oleh : TRINYANASUNTARI MUNUSAMY

GAMBARAN PERILAKU PENGHUNI PANTI ASUHAN BAIT ALLAH MEDAN TERHADAP PENCEGAHAN SKABIES. Oleh : TRINYANASUNTARI MUNUSAMY GAMBARAN PERILAKU PENGHUNI PANTI ASUHAN BAIT ALLAH MEDAN TERHADAP PENCEGAHAN SKABIES Oleh : TRINYANASUNTARI MUNUSAMY 070100235 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 GAMBARAN PERILAKU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian akan dilakukan di pondok pesantren Darut Taqwa

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian akan dilakukan di pondok pesantren Darut Taqwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat

Lebih terperinci

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG

Lebih terperinci

Perbandingan Minyak Biji Singkong (Manihot esculenta) dengan Ketokonazol 2 % dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp pada Kandidiasis Interdigital

Perbandingan Minyak Biji Singkong (Manihot esculenta) dengan Ketokonazol 2 % dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp pada Kandidiasis Interdigital Perbandingan Minyak Biji Singkong (Manihot esculenta) dengan Ketokonazol 2 % dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp pada Kandidiasis Interdigital LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

KUALITAS HIDUP PENDERITA MELASMA PADA IBU-IBU PENGUNJUNG POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU) DI KELURAHAN TANJUNG REJO KARYA TULIS ILMIAH

KUALITAS HIDUP PENDERITA MELASMA PADA IBU-IBU PENGUNJUNG POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU) DI KELURAHAN TANJUNG REJO KARYA TULIS ILMIAH KUALITAS HIDUP PENDERITA MELASMA PADA IBU-IBU PENGUNJUNG POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU) DI KELURAHAN TANJUNG REJO KARYA TULIS ILMIAH Oleh : SARAVANAN NAIR A/L PATHMANABAN 110100467 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka*** ANALISA FAKT RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka*** * Program Studi Pendidikan Dokter UHO ** Bagian Kimia Bahan Alam Prodi Farmasi

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKREJA BATIK BAGIAN PEWARNAAN DI CIGEUREUNG KOTA TASIKMALAYA

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKREJA BATIK BAGIAN PEWARNAAN DI CIGEUREUNG KOTA TASIKMALAYA BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKREJA BATIK BAGIAN PEWARNAAN DI CIGEUREUNG KOTA TASIKMALAYA Kharima Siti Amna 1) Sri Maywati 2) dan H.Yuldan Faturahman 2) Mahasiswa

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 i KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 Oleh : YAATHAVI A/P PANDIARAJ 100100394 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum FAKTOR DETERMINAN PENINGKATAN BERAT BADAN DAN JUMLAH CD4 ANAK HIV/AIDS SETELAH ENAM BULAN TERAPI ANTIRETROVIRAL Penelitian Cohort retrospective terhadap Usia, Jenis kelamin, Stadium klinis, Lama terapi

Lebih terperinci

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum FAKTOR DETERMINAN PENINGKATAN BERAT BADAN DAN JUMLAH CD4 ANAK HIV/AIDS SETELAH ENAM BULAN TERAPI ANTIRETROVIRAL Penelitian Cohort retrospective terhadap Usia, Jenis kelamin, Stadium klinis, Lama terapi

Lebih terperinci

Risk Factors of Moderate and Severe Malnutrition in Under Five Children at East Nusa Tenggara

Risk Factors of Moderate and Severe Malnutrition in Under Five Children at East Nusa Tenggara Laporan hasil penelitian Faktor Risiko Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita di Kabupaten Sumba Barat Daya Nusa Tenggara Timur K. Dwi Ariesthi 1, K. Tresna Adhi 1,2, D.N. Wirawan 1,3 1 Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan suatu observasional

Lebih terperinci

Artikel Karya Tulis Ilmiah

Artikel Karya Tulis Ilmiah HUBUNGAN HIGIENE DAN SANITASI PRODUSEN SUSU SAPI DENGAN ANGKA LEMPENG TOTAL DALAM SUSU SAPI SIAP MINUM DI DAERAH GUNUNG PATI, SEMARANG Artikel Karya Tulis Ilmiah Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Tati Sri Wahyuni R. 0209054 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RS dr. Kariadi/ FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Kedokteran Universitas Lampung

Kedokteran Universitas Lampung HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR HBA1C PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG Aqsha Ramadhanisa (1), TA Larasati (2), Diana Mayasari

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN IRITASI KULIT PADA PEKERJA BAGIAN FINISHING PEWARNAAN INDUSTRI BATIK MASARAN SRAGEN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN IRITASI KULIT PADA PEKERJA BAGIAN FINISHING PEWARNAAN INDUSTRI BATIK MASARAN SRAGEN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN IRITASI KULIT PADA PEKERJA BAGIAN FINISHING PEWARNAAN INDUSTRI BATIK MASARAN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN PEMULUNG TENTANG PENYAKIT TINEA PEDIS DI DESA GAMPONG JAWA KECAMATAN KUTARAJA BANDA ACEH

GAMBARAN PENGETAHUAN PEMULUNG TENTANG PENYAKIT TINEA PEDIS DI DESA GAMPONG JAWA KECAMATAN KUTARAJA BANDA ACEH GAMBARAN PENGETAHUAN PEMULUNG TENTANG PENYAKIT TINEA PEDIS DI DESA GAMPONG JAWA KECAMATAN KUTARAJA BANDA ACEH THE DESCRIPTION OF SCAVENGERS KNOWLEDGE ABOUT TINEA PEDIS ILLNESS AT GAMPONG JAWA VILLAGE OF

Lebih terperinci

DALAM PEWARNA RAMBUT TERHADAP KERUSAKAN RAMBUT

DALAM PEWARNA RAMBUT TERHADAP KERUSAKAN RAMBUT HUBUNGAN ANTARA KANDUNGAN Hidrogen peroksida DALAM PEWARNA RAMBUT TERHADAP KERUSAKAN RAMBUT ARTIKEL PENELITIAN Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masuk dalam kategori penyakit infeksi yang bersifat kronik. TB menular langsung melalui udara yang tercemar basil Mycobakterium tuberculosis, sehingga

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KOLONISASI Klebsiella sp. PADA NASOFARING BALITA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR RISIKO KOLONISASI Klebsiella sp. PADA NASOFARING BALITA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR RISIKO KOLONISASI Klebsiella sp. PADA NASOFARING BALITA (Penelitian belah lintang pada balita yang tinggal di daerah tengah dan pinggiran kota Semarang) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Risiko Hipertensi Dan Diabetes Mellitus Terhadap Keluaran Motorik Stroke Non Hemoragik LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Faktor Risiko Hipertensi Dan Diabetes Mellitus Terhadap Keluaran Motorik Stroke Non Hemoragik LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Hubungan Faktor Risiko Hipertensi Dan Diabetes Mellitus Terhadap Keluaran Motorik Stroke Non Hemoragik LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal Karya Tulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian respirologi. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak, sub ilmu 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah mengetahui mengenai dermatitis. Beberapa penelitian tentang dermatitis telah dilakukan sehingga meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi 385.000 kejadian luka akibat benda tajam yang terkontaminasi darah pada tenaga kesehatan di rumah

Lebih terperinci

Prevalensi dan Gambaran Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Skabies di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Medan Tahun 2015

Prevalensi dan Gambaran Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Skabies di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Medan Tahun 2015 Prevalensi dan Gambaran Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Skabies di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Medan Tahun 2015 Oleh : MUTIA MAYWINSIH JAUHARI 120100293 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI Rhea Auliya Anggareni 1, Fitri Hartanto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DURASI PENYAKIT, UMUR, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISTRES PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN DURASI PENYAKIT, UMUR, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISTRES PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN DURASI PENYAKIT, UMUR, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISTRES PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran GITA PUSPANINGRUM G0013103

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS

PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN DIARE BALITA PADA KELOMPOK MASYARAKAT YANG SUDAH MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DENGAN KELOMPOK MASYARAKAT YANG BELUM MEMILIKI JAMBAN KELUARGA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : Januariska

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS CEFTRIAXON DAN NON-CEFTRIAXON TERHADAP KEJADIAN SURGICAL SITE INFECTION

PERBANDINGAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS CEFTRIAXON DAN NON-CEFTRIAXON TERHADAP KEJADIAN SURGICAL SITE INFECTION PERBANDINGAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS CEFTRIAXON DAN NON-CEFTRIAXON TERHADAP KEJADIAN SURGICAL SITE INFECTION PASCA KOLESISTEKTOMI Studi pada Pasien Kolesistolitiasis yang dilakukan Laparoskopik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDUDUK TERHADAP TINGGINYA PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DI DESA MESA KECAMATAN TNS (TEO NILA SERUA) KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2010 Helendra Taribuka,

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT BAHAYA BAHAN KIMIA TERHADAP DERMATITIS KULIT DAN ISPA PADA PEKERJA LABORATORIUM KIMIA PKBS

PENGARUH TINGKAT BAHAYA BAHAN KIMIA TERHADAP DERMATITIS KULIT DAN ISPA PADA PEKERJA LABORATORIUM KIMIA PKBS PENGARUH TINGKAT BAHAYA BAHAN KIMIA TERHADAP DERMATITIS KULIT DAN ISPA PADA PEKERJA LABORATORIUM KIMIA PKBS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Putri Septiani R. 0209042

Lebih terperinci

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data) Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 4, Desember 2013 Hal : 175-180 Penulis : 1. Junus Widjaja 2. Hayani Anastasia 3. Samarang

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012 HUBUNGAN KELENGKAPAN PEMBERIAN INFORMED CONCENT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL BEDAH RSUP DR. KARIADI SEMARANG (MEI - JUNI 2012) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA NI MADE ARIEK ASRI ARYANTI

UNIVERSITAS UDAYANA NI MADE ARIEK ASRI ARYANTI UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN ANGGOTA BINA KELUARGA BALITA (BKB) DALAM KEGIATAN BKB DI BANJAR MANUKAYA LET DESA MANUKAYA KECAMATAN TAMPAKSIRING KABUPATEN GIANYAR

Lebih terperinci

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU Norhalida Rahmi 1, Syamsul Arifin 2, Endang Pertiwiwati 3 1,3 Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES

PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pelayanan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : i SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PETUGAS DAN METODE PEMBIAYAAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DENGAN JARAK RUMAH DAN STATUS PEKERJAAN DI FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN (BBKPM) SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DENGAN JARAK RUMAH DAN STATUS PEKERJAAN DI FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN (BBKPM) SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DENGAN JARAK RUMAH DAN STATUS PEKERJAAN DI FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN (BBKPM) SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bagian Hematologi Onkologi. 4.2.Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia sangat penting. Oleh karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DAN NON- OBESITAS PADA MAHASISWA FK USU TAHUN Oleh: ZUHDINA KAMALIAH

SKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DAN NON- OBESITAS PADA MAHASISWA FK USU TAHUN Oleh: ZUHDINA KAMALIAH SKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DAN NON- OBESITAS PADA MAHASISWA FK USU TAHUN 2016 Oleh: ZUHDINA KAMALIAH 130100280 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian ini adalah Rumah Sakit

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI Sarah Damayanti R.P. Marbun 1, Titis Hadiati 2, Widodo Sarjana 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata-1

Lebih terperinci

PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA DENGAN DIABETES MELLITUS DAN TANPA DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN FEAR OF FAILURE DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

HUBUNGAN FEAR OF FAILURE DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI HUBUNGAN FEAR OF FAILURE DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Safira Widyaputri

Lebih terperinci