PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
|
|
- Susanto Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi tugas dan persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran MUHAMMAD BAIHAQY IBNU HAKIM PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013
2 LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KTI PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL Disusun oleh MUHAMMAD BAIHAQY IBNU HAKIM Telah disetujui Semarang, Juli 2014 Pembimbing 1 Pembimbing 2 dr. Asih Budiastuti, SpKK (K) dr. Helmia Farida, SpA, MKes Ketua Penguji Penguji dr. Buwono Puruhito, SpKK dr. Endang Sri Lestari, PhD
3 PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL Muhammad Baihaqy Ibnu Hakim*, Asih Budiastuti**, Helmia Farida*** ABSTRAK Latar belakang: Tinea pedis merupakan dermatofitosis pada telapak kaki yang memiliki prevalensi 10% di seluruh dunia. Pekerja pabrik tekstil bagian pencelupan diperkirakan memiliki risiko lebih tinggi terkena Tinea pedis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian dan faktor risiko Tinea pedis pada pekerja pabrik tekstil. Metode: Penelitian yang bersifat belah lintang dilakukan pada 34 pekerja pabrik tekstil PT. Batamtex sebagai subjek penelitian pada bulan Juni Diagnosis Tinea pedis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis residen ilmu kesehatan kulit dan kelamin. Data diambil dengan kuesioner meliputi hygiene perorangan, durasi terpapar air per hari, dan masa kerja di bagian pencelupan. Analisa data menggunakan uji regresi logistik dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 ; Interval Kepercayaan 95%. Hasil: Angka kejadian Tinea pedis pada pekerja pabrik tekstil 29,5%. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa hygiene perorangan yang buruk RP = 32 (C.I. = 2 503) p = 0,001, dan masa kerja di bagian pencelupan yang lama merupakan faktor risiko Tinea pedis RP = 19 (C.I. = 1,4 255) p = 0,002. Simpulan: Tingkat hygiene perorangan buruk dan masa kerja di bagian pencelupan yang lama merupakan faktor risiko Tinea pedis. Kata kunci: Tinea pedis, faktor risiko, hygiene, masa kerja di bagian pencelupan. * Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang ** Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang *** Staf Pengajar Bagian Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
4 PREVALENCE AND RISK FACTORS FOR TINEA PEDIS IN TEXTILE INDUSTRY WORKERS ABSTRACT Background: Tinea pedis, a dermatophytosis of the feet has prevalence of 10% worldwide. Dyeing division of textile industry workers are estimated to have higher risk of suffering from Tinea pedis. This study aims to determine the prevalence and risk factors of Tinea pedis in textile industry workers. Methods: A crosssectional study was carried among 34 textile industry workers of PT. Batamtex as research samples in June Tinea pedis diagnosis was established by dermatology resident s clinical examination. The data were collected from questionnaire that included personal hygiene, water exposure duration each day, and working time at dyeing division. The data were analyzed using logistic regression test with statistical significance p < 0,05 ; confidence interval 95%. Results: The prevalence of Tinea pedis in textile industry workers was 29,5%. Multivariate analysis resulted that poor personal hygiene RP = 32 (C.I. = 2 503) p = 0,001 and long working time at dyeing division were risk factors for Tinea pedis RP = 19 (C.I. = 1,4 255) p = 0,002. Conclusion: Poor personal hygiene and long working time at dyeing division were risk factors for Tinea pedis. Key words: Tinea pedis, risk factors, hygiene, working time at dyeing division.
5 PENDAHULUAN Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor fisik, faktor kimia, dan faktor biologis. Lingkungan kerja ataupun jenis pekerjaan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. 1 Industri tekstil Indonesia termasuk dalam 10 eksportir tekstil terbesar di dunia. 2 Banyaknya industri ini tentu diiringi dengan banyaknya pekerja pada pabrik tekstil tersebut. Salah satu infeksi kulit pada sela jari kaki dan telapak kaki yang disebabkan oleh jamur atau yang lebih dikenal sebagai tinea pedis atau Athlete s foot maupun ringworm of the foot. 3 Tinea pedis disebabkan oleh Trichophyton rubrum yang sering memberikan kelainan menahun. 4,5,6,7 Tinea pedis sering menyerang orang dewasa yang bekerja ditempat basah seperti tukang cuci, petani atau orang yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup misalnya tentara. 4,7,8 Selain karena pemakaian sepatu tertutup untuk waktu yang lama, bertambahnya kelembaban karena keringat, pecahnya kulit karena mekanis, tingkat kebersihan perorangan, dan paparan terhadap jamur merupakan faktor risiko yang menyebabkan terjadinya tinea pedis. 9,10 Kondisi lingkungan yang lembab dan panas di selasela jari kaki karena pemakaian sepatu dan kaus kaki, juga akan merangsang tumbuhnya jamur. 4 Keadaan sosial ekonomi serta kurangnya kebersihan memegang peranan yang penting pada infeksi jamur, yaitu insiden penyakit jamur lebih sering terjadi pada sosial ekonomi rendah. 8 Hal ini berkaitan dengan status gizi yang mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit. 8 Saat ini diketahui bahwa angka kejadian (prevalensi) tinea pedis di seluruh dunia mencapai angka yang cukup tinggi yakni 10%. 11 Penelitianpenelitian terdahulu tentang kejadian tinea pedis di kota Semarang pada kelompok kerja tertentu menunjukkan bahwa angka kejadian tinea pedis termasuk tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh TM Sri Redjeki Soekandar pada tahun 2004 menyebutkan bahwa pemakaian sepatu boot merupakan faktor resiko terjadinya tinea pedis dan didapatkan angka kejadian tinea pedis sebesar 24,35% di Asrama Brimob Semarang. 9 Penelitian Ratna Dian Kurniawati tahun 2006 menyatakan
6 angka kejadian tinea pedis sebesar 46,4% pada pemulung di TPA Jatibarang Semarang. 10 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data prevalensi dan apa saja faktor resiko terjadinya tinea pedis pada pekerja pabrik tekstil. METODE Rancangan penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan belah lintang. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Batamtex, Ungaran pada bulan Juli Subjek penelitian dipilih dengan metode purposive sampling. Data didapat dari diagnosis yang ditegakkan oleh residen PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNDIP serta kuesioner yang telah dilakukan uji validasi pakar dan uji reliabilitas. Didapatkan 34 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Dengan kriteria inklusi yakni pekerja pabrik tekstil yang bekerja di bagian pencelupan dan bagian pengeringan pada PT. Batamtex, telah bekerja dalam kurun waktu lebih dari satu bulan pada PT. Batamtex, Ungaran serta bersedia mengikuti penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah durasi terpapar air, lama masa kerja dan hygiene perorangan dengan variabel tergantung adalah infeksi tinea pedis. Analisis data dilakukan menggunakan uji chisquare atau fisher dan dilanjutkan menggunakan uji regresi logistik. HASIL Karakteristik Responden Hasil penelitian terhadap pekerja pabrik tekstil PT. Batamtex, Ungaran diperoleh karakteristik subjek penelitian yang dapat dilihat pada tabel 1. Ditemukan 10 sampel penelitian yang terdiagnosis tinea pedis. Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian Umur (tahun) Jenis Kelamin LakiLaki Perempuan Karakteristik Nilai tengah N (%) 42,32 (SD 7,48) 26 (76,5%) 8 (23,5%)
7 Durasi terpapar air per hari (jam) Sebentar (< 5,9) Lama ( 6) Lama bekerja di bagian pencelupan (bulan) Sebentar (< 8,9) lama ( 9) Skor hygiene Baik ( 15) Buruk (< 14,9) Infeksi Tinea pedis Positif (+) Negatif () 3,55 (SD 1,21) 6,44 (SD 4,62) 15,73 (SD 2,39) 30 (88%) 4 (12%) 22 (65%) 12 (35%) 24 (71%) 10 (29%) 10 (29%) 24 71%) Hubungan antara durasi terpapar air dan tinea pedis Dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan titik potong optimum ROC. Didapatkan titik potong optimum ROC sebesar 6 jam per hari. Empat pekerja dikategorikan durasi panjang dimana 3 diantaranya terdiagnosis tinea pedis dan 30 pekerja dikategorikan durasi pendek dimana 7 diantaranya terdiagnosis tinea pedis. Tabel 2. Hubungan antara durasi terpapar air dan tinea pedis Durasi terpapar Air Tinea Pedis Nilai p Tinea Pedis (+) Tinea Pedis () Lebih dari 6 jam / hari 3 (75%) 1 (25%) 0,067 Kurang dari 6 jam / hari 7 (23,3%) 23 (76,7%) Total 10 (100%) 24 (100%) Hubungan antara lama masa kerja dan tinea pedis Dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan titik potong optimum ROC. Didapatkan titik potong optimum ROC sebesar 9 bulan. Dua belas pekerja dikategorikan lama dimana 8 diantaranya terdiagnosis tinea pedis dan 22 pekerja dikategorikan durasi pendek dimana 2 diantaranya terdiagnosis tinea pedis.
8 Tabel 3. Hubungan antara lama masa kerja dan tinea pedis Lama Masa Kerja Tinea Pedis Nilai p Tinea Pedis (+) Tinea Pedis () Lebih dari 9 bulan 8 (66,7%) 4 (33,3%) 0,001 Kurang dari 9 bulan 2 (9,1%) 20 (90,9%) Total 10 (100%) 24 (100%) Hubungan antara tingkat hygiene perorangan dan Tinea pedis Dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan titik potong optimum ROC. Didapatkan titik potong optimum ROC yakni 15. Sepuluh pekerja dikategorikan hygiene buruk dimana 7 diantaranya terdiagnosis tinea pedis dan 24 pekerja dikategorikan hygiene baik dimana 3 diantaranya terdiagnosis tinea pedis. Tabel 4. Hubungan antara tingkat hygiene perorangan dan tinea pedis Hygiene Perorangan Tinea Pedis Nilai p Tinea Pedis (+) Tinea Pedis () Hygiene Buruk < 14,9 7 (70%) 3 (30%) 0,002 Hygiene Baik > 15 3 (12,5%) 21 (87,5%) Total 10 (100%) 24 (100%) Hasil data pada penelitian ini dianalisis menggunakan uji chisquare dan dilanjutkan menggunakan uji regresi logistik. Didapatkan nilai p = 0,067 pada durasi terpapar air, p = 0,001 pada lama masa kerja dan p = 0,002 pada hygiene perorangan (p < 0,2) yang memenuhi syarat untuk dilanjutkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Tabel 5. Analisis multivariat Exp(B) 95% C.I for Exp(B) Sig Lower Upper Durasi terpapar air 21,267 0,56 809,32 0,100 Lama masa kerja 31,763 2,0 503,39 0,014 Hygiene perorangan 18,831 1,39 255,36 0,027 Constant 0,015 0,003
9 Berdasarkan hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik didapatkan bahwa lama masa kerja dan hygiene perorangan merupakan faktor resiko terjadinya tinea pedis. Dengan rasio prevalen sebesar 31,7 pada lama masa kerja yang berarti pekerja pabrik tekstil yang bekerja di bagian pencelupan dalam waktu yang lama 31,76 kali lebih berisiko terinfeksi tinea pedis dibandingkan yang bekerja dalam waktu sebentar RP = 31,76 (C.I. = 2,0 503,39) p = 0,001. Didapatkan rasio prevalen sebesar 18,831 pada hygiene perorangan yang berarti pekerja pabrik dengan hygiene buruk 18,83 kali lebih berisiko terinfeksi tinea pedis dibandingkan dengan hygiene baik RP = 18,83 (C.I. = 1,39 255,36) p = 0,002. PEMBAHASAN Hasil penelitian membuktikan bahwa insidensi tinea pedis pada pekerja pabrik tekstil bagian pencelupan cukup tinggi dibanding populasi umum pada daerah tropis. Penelitian juga membuktikan lama masa kerja dan hygiene perorangan merupakan faktor risiko tinea pedis. Lama masa kerja yang diasumsikan sebagai akumulasi paparan air dan durasi pemakaian sepatu tertutup berhubungan terhadap tinea pedis. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh peneliti terdahulu dalam Dermatofitosis Superfisialis oleh perdoski (2001). 4 Selain itu, hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ratna Dian Kurniawati pada tahun 2006 bahwa hygiene perorangan merupakan faktor risiko kejadian tinea pedis. 10 Pentingnya menjaga hygiene perorangan merupakan salah satu bentuk pencegahan terhadap tinea pedis seperti yang dikemukakan oleh Vikas Kumar dkk (2011). 12 Terdapat data yang menunjukkan bahwa kategori yang kurang berisiko terinfeksi tinea pedis pada lama masa kerja dan hygiene perorangan ternyata memiliki sampel yang terdiagnosis positif tinea pedis, meskipun lama masa kerja dan hygiene perorangan terbukti sebagai faktor risiko tinea pedis. Ditemukan 2 subjek penelitian yang terdiagnosis tinea pedis pada lama masa kerja kurang dari 9 bulan dan 3 subjek penelitian yang terdiagnosis tinea pedis pada hygiene perorangan yang baik. Hal ini terjadi karena tingkat kelembapan kaki, sumber air
10 yang digunakan, dan status imunitas mempengaruhi kejadian tinea pedis pada kepustakaan namun tidak diteliti dalam penelitian ini sehingga menjadi variabel perancu. Dalam penelitian yang dilakukan TM Sri Redjeki Soekandar (2004) dan Ratna Dian Kurniawati (2006), dinyatakan bahwa pemakaian sepatu tertutup untuk waktu yang lama, bertambahnya tingkat kelembapan karena keringat dan paparan terhadap jamur merupakan faktor risiko yang menyebabkan terjadinya tinea pedis. 10 Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa terdapatnya sampel penelitian yang terdiagnosis positif pada kategori yang kurang berisiko terinfeksi tinea pedis adalah karena walaupun masa kerja pada bagian pencelupan terhitung dalam waktu sebentar ataupun menjaga hygiene perorangan dengan baik tetapi memiliki tingkat kelembapan daerah kaki yang tinggi, maka akan tetap terinfeksi tinea pedis. Hal ini dikarenakan pekerjaan sebagai pekerja pabrik tekstil bagian pencelupan diwajibkan memakai sepatu kedap air dengan durasi yang cukup panjang selama jam kerjanya yang menyebabkan meningkatnya kelembapan pada daerah kaki. Kelemahan pada penelitian ini adalah tidak dilakukan penelitian pada variabel lain seperti sumber air yang digunakan, status gizi serta status imunitas. Sumber air yang digunakan dapat menjadi media reservoir jamur seperti yang dikemukakan oleh Siregar (2005) bahwa penularan infeksi jamur seperti tinea pedis secara tidak langsung dapat melalui tanaman, barangbarang, tanah, hingga air yang terkontaminasi spora jamur. 8 Sumber air tidak menjadi variabel yang diteliti pada penelitian ini dikarenakan peneliti yang tidak mendapat izin untuk melihat serta memeriksa tempat kerja pekerja pabrik tekstil bagian pencelupan PT. Batamtex, Ungaran. Faktor dari host seperti status imunitas memiliki peran penting yakni mempengaruhi respon seseorang terhadap infeksi dermatofita. 11 Kondisi seperti diabetes dan HIV/AIDS yang melemahkan fungsi imunitas tubuh seseorang telah terbukti menjadikan seseorang lebih berisiko terinfeksi dermatofita. Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk menentukan status imunitas seseorang. Status
11 imunitas tidak diteliti pada penelitian ini dikarenakan keterbatasan alat dan kemampuan peneliti. Selain itu, penelitian ini hanya terbatas pada satu pabrik tekstil yang mungkin terdapat perbedaan dengan pabrik lain dalam hal kebijakan perusahaan dan pengawasan terhadap keselamatan kerja. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah melalui uji validasi pakar sehingga memiliki daya diskriminasi yang tinggi dan dapat dijadikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Data kuesioner menunjukkan bahwa pekerja PT. Batamtex sebagian besar mendapat skor yang buruk pada kebersihan yang terkait dengan pekerjaan, terutama pada pertanyaan seputar banyaknya sepatu yang dimiliki, kebiasaan pemakaian sepatu dan kebiasaan mencuci sepatu. Sembilan dari 10 pekerja pabrik tekstil yang terdiagnosis tinea pedis hanya memiliki satu pasang sepatu kedap air dan 8 pekerja tidak mengganti sepatu setiap harinya. Berdasarkan penelitian ini, diharapkan adanya pengawasan yang lebih dari pihak pabrik tekstil terhadap kesehatan pekerjanya dengan memberikan edukasi tentang pentingnya hygiene perorangan, karena penelitian ini membuktikan bahwa hygiene perorangan yang buruk meningkatkan resiko tinea pedis. Dokter perusahaan hendaknya melakukan pemeriksaan kesehatan kulit kaki pekerja bagian pencelupan secara berkala dan menyediakan obat untuk tinea pedis dalam jumlah cukup. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hygiene perorangan dan lama masa kerja merupakan faktor risiko dari tinea pedis. Durasi terpapar air bukan merupakan faktor risiko tinea pedis. Saran Perlunya edukasi pada para penderita tinea pedis dan orangorang yang beresiko menderita tinea pedis tentang pencegahan dan penatalaksanaan yang baik dan benar, mengingat angka kejadian penyakit jamur kulit di Indonesia termasuk tinggi. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada kelompok kerja lain yang
12 berisiko terkena tinea pedis atau dermatofitosis lainnya, seperti TNI dan pemulung dikarenakan pemakaian alas kaki kedap air dengan durasi yang lama. Perlu diadakan penelitian terhadap kejadian tinea pada bagian tubuh yang lain, mengingat agen penyebab tinea pedis juga dapat menyebabkan infeksi pada bagian tubuh selain telapak kaki. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dr. Asih Budiastuti, Sp.KK (K) dan dr. Helmia Farida, Sp.A, M.Kes atas bimbingan dan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Buwono Puruhito, Sp.KK selaku ketua penguji dan dr. Endang Sri Lestari, Ph.D selaku penguji, serta pihakpihak lain yang telah membantu dalam penelitian ini hingga dapat terlaksana dengan baik.
13 DAFTAR PUSTAKA 1. Malaka T. Kesehatan kerja dan penyakit akibat kerja. Proceeding Seminar dan Muker I IDKI. Jakarta: pengurus pusat Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia; World Trade Organization. Leading exporters and importers of textiles. c2010. Available at : 3. Makatutu HA, Manginsengi M. Diagonsis dan penatalaksanaan dermatomikosis: Tinea pedis. Jakarta: balai penerbit FKUI; Perdoski. Dermatofitosis superfisialis. Jakarta: balai penerbit FKUI; Hafeez ZH. The pattern of tinea pedis in 90 patients in the San Fransisco Bay Area. Departement of dermatology research. University of California Available from: Japanese Society for Contact Dermatitis. 6. YiCheng S. A prospective epidemiological study on tinea pedis and onychomycosis in Hongkong. Departement of health. Yaumatei Available from Chinese Medical Journal. 7. Courtney MR. Tinea pedis. c2013. Available at : 8. Siregar. Penyakit jamur kulit. Palembang; Soekandar TM. Angka kejadian dan pola jamur penyebab tinea pedis di asrama Brimob Semarang. Semarang : Ilmu kesehatan kulit dan kelamin FK Undip; Kurniawati RD. Faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian tinea pedis pada pemulung di TPA Jatibarang Semarang. Semarang (Indonesia) : Ilmu Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro; Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leffel D, Wolff K. Fitzpatrick's dermatology in general medicine. USA: Mc GrawHill Companies; Kumar V, Tilak R, Prakash P, et al. Tinea pedis an update. Banaras Hindu University. India Available from Asian Journal of Medical Sciences.
PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA PEKERJA PABRIK TEKSTIL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata 1 kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun jenis pekerjaan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor
Lebih terperinciPREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA PITYRIASIS VERSICOLOR PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA PITYRIASIS VERSICOLOR PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatomikosis superfisialis merupakan jenis infeksi yang paling sering terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama dermatomikosis superfisialis
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ruang lingkup disiplin Ilmu Kesehatan. Kulit dan Kelamin dan Mikrobiologi Klinik.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup ruang lingkup disiplin Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan Mikrobiologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian
Lebih terperinciPREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar
Lebih terperinciFAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA BANGUNAN
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA BANGUNAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Studi Strata-1
Lebih terperinciLinda Welly*, Dewi Sumaryani Soemarko**, Rusmawardiana***
Pengaruh Intervensi Edukasi dan Monitoring Personal Foot Hygiene terhadap Insiden Tinea Pedis pada Pekerja Pemakai Sepatu Boot di Pabrik Pengolahan Karet di Palembang Linda Welly*, Dewi Sumaryani Soemarko**,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan Mikrobiologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Semarang. Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciPREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA PITYRIASIS VERSICOLOR PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
PREVALENSI DAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA PITYRIASIS VERSICOLOR PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyakit kulit masih tinggi di Indonesia dibuktikan dengan Riset Kesehatan Dasar oleh Departemen Kesehatan tahun 2007 prevalensi nasional penyakit kulit adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit jamur yang menyerang kulit. 2 Mikosis dibagi menjadi empat kategori yaitu: (1) superfisialis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi kulit dan ini sama seriusnya dengan penyakit hati dan ginjal. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan kulit perlu diperhatikan karena kulit merupakan bagian yang paling vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit adalah jaringan, yang selama
Lebih terperinci12. Aly R. Ecology and epidemiology of dermatophyte infections. J Am Acad Dermatol. 1994: 31:S21. PMid: Graser Y, Scott J, Summerbell R.
DAFTAR PUSTAKA 1. Malaka T. Kesehatan kerja dan penyakit akibat kerja. Proceeding Seminar dan Muker I IDKI. Jakarta: pengurus pusat Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia; 1994. 2. World Trade Organization.
Lebih terperinciPREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-nya penulis dapat
i ii KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir karya tulis ilmiah yang berjudul Hubungan Faktor Risiko Stroke Non Hemoragik Dengan Fungsi
Lebih terperinciPENGARUH HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN TINEA KRURIS PADA SANTRI LAKI-LAKI DI PESANTREN RHOUDLOTUL QURAN KAUMAN SEMARANG
PENGARUH HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN TINEA KRURIS PADA SANTRI LAKI-LAKI DI PESANTREN RHOUDLOTUL QURAN KAUMAN SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Sarjana Kedokteran Faris Budiyanto G0012074
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan Ilmu
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,penginderaan terjadi
Lebih terperinciFAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA SALON
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA SALON LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata
Lebih terperinciSKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA
SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA Oleh : Venerabilis Estin Namin 1523013024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian dan Kelamin. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Kulit 3.2 Tempat dan waktu penelitian Semarang. Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SYLVA MEDIKA PERMATASARI G0010186 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. 27,6% meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. baru (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi, terutama di negara-negara tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit yang sering muncul di Indonesia.
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH.
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH Oleh: ERNY TANDANU 060100018 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS
PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS Oleh : ABDUL RAHIM B ABDUL RAUF 100100283 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 PENGETAHUAN
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Kelamin. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Kesehatan Kulit dan Lokasi pengambilan sampel adalah FakultasKedokteran Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis Kontak akibat kerja merupakan suatu keadaan kulit yang disebabkan oleh paparan yang berhubungan dengan pekerjaan. Hal ini terjadi pada pekerja yang terpapar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua yang menginfeksi manusia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan menyebabkan angka kematian
Lebih terperinciHUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN SEPATU BOOTS DENGAN ANGKA KEJADIAN TINEA PEDIS PADA PEKERJA PEMUNGUT SAMPAH DINAS KEBERSIHAN DAERAH KOTA SURAKARTA
HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN SEPATU BOOTS DENGAN ANGKA KEJADIAN TINEA PEDIS PADA PEKERJA PEMUNGUT SAMPAH DINAS KEBERSIHAN DAERAH KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa.
BAB IV METODE PENILITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Klinik VCT RSUP dr. Kariadi Semarang pada bulan Maret-Juni2015.
Lebih terperinciPENGARUH HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN TINEA KRURIS PADA SANTRI LAKI-LAKI DI PESANTREN RHOUDLOTUL QURAN KAUMAN SEMARANG
PENGARUH HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN TINEA KRURIS PADA SANTRI LAKI-LAKI DI PESANTREN RHOUDLOTUL QURAN KAUMAN SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai
Lebih terperinciPREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO INFEKSI. Helicobacter pylori DI JOYOTAKAN SURAKARTA. Astri tantri i, harsono salimo, endang dewi lestari
PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO INFEKSI Helicobacter pylori DI JOYOTAKAN SURAKARTA Astri tantri i, harsono salimo, endang dewi lestari Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS astri_tan3@yahoo.com
Lebih terperinciRelation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan
Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Hubungan antara Polusi Udara Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia Balita
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LEPTOSPIROSIS DI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA. Karya Tulis Ilmiah
ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN LEPTOSPIROSIS DI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran IVAN JAZID ADAM G.0009113 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciAZIMA AMINA BINTI AYOB
Kejadian Anemia Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Rawat Jalan dan Ruang Rawat Inap Divisi Endokrinologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik, Medan Pada Tahun 2011-2012 AZIMA
Lebih terperinciAll about Tinea pedis
All about Tinea pedis Tinea pedis? Penyakit yang satu ini menyerang pada bagian kulit. Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh dikata sangat menjengkelkan.
Lebih terperinciPERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum
Lebih terperinciMETODE DAN POLA WAKTU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI FAKTOR RISIKO GROWTH FALTERING PADA BAYI USIA 2-6 BULAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
METODE DAN POLA WAKTU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI FAKTOR RISIKO GROWTH FALTERING PADA BAYI USIA 2-6 BULAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya
Lebih terperinciPENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016
UNIVERSITAS UDAYANA PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016 I KADEK DWI ARTA SAPUTRA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PADA INFORMASI MP-ASI DI BUKU KIA DENGAN PEMBERIAN MP-ASI BALITA USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN BANDARHARJO SEMARANG UTARA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan
Lebih terperinciGAMBARAN PERILAKU PENGHUNI PANTI ASUHAN BAIT ALLAH MEDAN TERHADAP PENCEGAHAN SKABIES. Oleh : TRINYANASUNTARI MUNUSAMY
GAMBARAN PERILAKU PENGHUNI PANTI ASUHAN BAIT ALLAH MEDAN TERHADAP PENCEGAHAN SKABIES Oleh : TRINYANASUNTARI MUNUSAMY 070100235 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 GAMBARAN PERILAKU
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian akan dilakukan di pondok pesantren Darut Taqwa
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat
Lebih terperinciSri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG
Lebih terperinciPerbandingan Minyak Biji Singkong (Manihot esculenta) dengan Ketokonazol 2 % dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp pada Kandidiasis Interdigital
Perbandingan Minyak Biji Singkong (Manihot esculenta) dengan Ketokonazol 2 % dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp pada Kandidiasis Interdigital LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan
Lebih terperinciKUALITAS HIDUP PENDERITA MELASMA PADA IBU-IBU PENGUNJUNG POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU) DI KELURAHAN TANJUNG REJO KARYA TULIS ILMIAH
KUALITAS HIDUP PENDERITA MELASMA PADA IBU-IBU PENGUNJUNG POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU) DI KELURAHAN TANJUNG REJO KARYA TULIS ILMIAH Oleh : SARAVANAN NAIR A/L PATHMANABAN 110100467 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***
ANALISA FAKT RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka*** * Program Studi Pendidikan Dokter UHO ** Bagian Kimia Bahan Alam Prodi Farmasi
Lebih terperinciBEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKREJA BATIK BAGIAN PEWARNAAN DI CIGEUREUNG KOTA TASIKMALAYA
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKREJA BATIK BAGIAN PEWARNAAN DI CIGEUREUNG KOTA TASIKMALAYA Kharima Siti Amna 1) Sri Maywati 2) dan H.Yuldan Faturahman 2) Mahasiswa
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013
i KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 Oleh : YAATHAVI A/P PANDIARAJ 100100394 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum
FAKTOR DETERMINAN PENINGKATAN BERAT BADAN DAN JUMLAH CD4 ANAK HIV/AIDS SETELAH ENAM BULAN TERAPI ANTIRETROVIRAL Penelitian Cohort retrospective terhadap Usia, Jenis kelamin, Stadium klinis, Lama terapi
Lebih terperinciJURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum
FAKTOR DETERMINAN PENINGKATAN BERAT BADAN DAN JUMLAH CD4 ANAK HIV/AIDS SETELAH ENAM BULAN TERAPI ANTIRETROVIRAL Penelitian Cohort retrospective terhadap Usia, Jenis kelamin, Stadium klinis, Lama terapi
Lebih terperinciRisk Factors of Moderate and Severe Malnutrition in Under Five Children at East Nusa Tenggara
Laporan hasil penelitian Faktor Risiko Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita di Kabupaten Sumba Barat Daya Nusa Tenggara Timur K. Dwi Ariesthi 1, K. Tresna Adhi 1,2, D.N. Wirawan 1,3 1 Program Studi Magister
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan suatu observasional
Lebih terperinciArtikel Karya Tulis Ilmiah
HUBUNGAN HIGIENE DAN SANITASI PRODUSEN SUSU SAPI DENGAN ANGKA LEMPENG TOTAL DALAM SUSU SAPI SIAP MINUM DI DAERAH GUNUNG PATI, SEMARANG Artikel Karya Tulis Ilmiah Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Tati Sri Wahyuni R. 0209054 PROGRAM
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RS dr. Kariadi/ FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
Lebih terperinciKedokteran Universitas Lampung
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR HBA1C PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG Aqsha Ramadhanisa (1), TA Larasati (2), Diana Mayasari
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN IRITASI KULIT PADA PEKERJA BAGIAN FINISHING PEWARNAAN INDUSTRI BATIK MASARAN SRAGEN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN IRITASI KULIT PADA PEKERJA BAGIAN FINISHING PEWARNAAN INDUSTRI BATIK MASARAN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN PEMULUNG TENTANG PENYAKIT TINEA PEDIS DI DESA GAMPONG JAWA KECAMATAN KUTARAJA BANDA ACEH
GAMBARAN PENGETAHUAN PEMULUNG TENTANG PENYAKIT TINEA PEDIS DI DESA GAMPONG JAWA KECAMATAN KUTARAJA BANDA ACEH THE DESCRIPTION OF SCAVENGERS KNOWLEDGE ABOUT TINEA PEDIS ILLNESS AT GAMPONG JAWA VILLAGE OF
Lebih terperinciDALAM PEWARNA RAMBUT TERHADAP KERUSAKAN RAMBUT
HUBUNGAN ANTARA KANDUNGAN Hidrogen peroksida DALAM PEWARNA RAMBUT TERHADAP KERUSAKAN RAMBUT ARTIKEL PENELITIAN Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masuk dalam kategori penyakit infeksi yang bersifat kronik. TB menular langsung melalui udara yang tercemar basil Mycobakterium tuberculosis, sehingga
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO KOLONISASI Klebsiella sp. PADA NASOFARING BALITA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR RISIKO KOLONISASI Klebsiella sp. PADA NASOFARING BALITA (Penelitian belah lintang pada balita yang tinggal di daerah tengah dan pinggiran kota Semarang) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan
Lebih terperinciHubungan Faktor Risiko Hipertensi Dan Diabetes Mellitus Terhadap Keluaran Motorik Stroke Non Hemoragik LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
Hubungan Faktor Risiko Hipertensi Dan Diabetes Mellitus Terhadap Keluaran Motorik Stroke Non Hemoragik LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal Karya Tulis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian respirologi. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak, sub ilmu 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah mengetahui mengenai dermatitis. Beberapa penelitian tentang dermatitis telah dilakukan sehingga meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi 385.000 kejadian luka akibat benda tajam yang terkontaminasi darah pada tenaga kesehatan di rumah
Lebih terperinciPrevalensi dan Gambaran Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Skabies di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Medan Tahun 2015
Prevalensi dan Gambaran Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Skabies di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Medan Tahun 2015 Oleh : MUTIA MAYWINSIH JAUHARI 120100293 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea
PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup
Lebih terperinciHUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI
HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI Rhea Auliya Anggareni 1, Fitri Hartanto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN DURASI PENYAKIT, UMUR, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISTRES PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan
HUBUNGAN DURASI PENYAKIT, UMUR, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISTRES PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran GITA PUSPANINGRUM G0013103
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat
Lebih terperinciPENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS
PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J
PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN DIARE BALITA PADA KELOMPOK MASYARAKAT YANG SUDAH MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DENGAN KELOMPOK MASYARAKAT YANG BELUM MEMILIKI JAMBAN KELUARGA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : Januariska
Lebih terperinciPERBANDINGAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS CEFTRIAXON DAN NON-CEFTRIAXON TERHADAP KEJADIAN SURGICAL SITE INFECTION
PERBANDINGAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS CEFTRIAXON DAN NON-CEFTRIAXON TERHADAP KEJADIAN SURGICAL SITE INFECTION PASCA KOLESISTEKTOMI Studi pada Pasien Kolesistolitiasis yang dilakukan Laparoskopik
Lebih terperinciABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc
ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDUDUK TERHADAP TINGGINYA PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DI DESA MESA KECAMATAN TNS (TEO NILA SERUA) KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2010 Helendra Taribuka,
Lebih terperinciPENGARUH TINGKAT BAHAYA BAHAN KIMIA TERHADAP DERMATITIS KULIT DAN ISPA PADA PEKERJA LABORATORIUM KIMIA PKBS
PENGARUH TINGKAT BAHAYA BAHAN KIMIA TERHADAP DERMATITIS KULIT DAN ISPA PADA PEKERJA LABORATORIUM KIMIA PKBS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Putri Septiani R. 0209042
Lebih terperinciRisk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)
Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 4, Desember 2013 Hal : 175-180 Penulis : 1. Junus Widjaja 2. Hayani Anastasia 3. Samarang
Lebih terperinciPROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012
HUBUNGAN KELENGKAPAN PEMBERIAN INFORMED CONCENT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL BEDAH RSUP DR. KARIADI SEMARANG (MEI - JUNI 2012) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA NI MADE ARIEK ASRI ARYANTI
UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN ANGGOTA BINA KELUARGA BALITA (BKB) DALAM KEGIATAN BKB DI BANJAR MANUKAYA LET DESA MANUKAYA KECAMATAN TAMPAKSIRING KABUPATEN GIANYAR
Lebih terperinciPERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU
PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU Norhalida Rahmi 1, Syamsul Arifin 2, Endang Pertiwiwati 3 1,3 Program Studi Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciPENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES
PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pelayanan
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :
i SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PETUGAS DAN METODE PEMBIAYAAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk
Lebih terperinciHUBUNGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DENGAN JARAK RUMAH DAN STATUS PEKERJAAN DI FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN (BBKPM) SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DENGAN JARAK RUMAH DAN STATUS PEKERJAAN DI FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN (BBKPM) SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciBAB 4. METODE PENELITIAN
BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bagian Hematologi Onkologi. 4.2.Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia sangat penting. Oleh karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan
Lebih terperinciSKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DAN NON- OBESITAS PADA MAHASISWA FK USU TAHUN Oleh: ZUHDINA KAMALIAH
SKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DAN NON- OBESITAS PADA MAHASISWA FK USU TAHUN 2016 Oleh: ZUHDINA KAMALIAH 130100280 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian ini adalah Rumah Sakit
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI Sarah Damayanti R.P. Marbun 1, Titis Hadiati 2, Widodo Sarjana 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciPERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata-1
Lebih terperinciPERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA
PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA DENGAN DIABETES MELLITUS DAN TANPA DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Lebih terperinciHUBUNGAN FEAR OF FAILURE DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI
HUBUNGAN FEAR OF FAILURE DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Safira Widyaputri
Lebih terperinci