BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimental Laboratoris.Kegiatan percobaan yang memiliki tujuan untuk mengungkapkan suatu pengaruh yang muncul sebagai akibat pemberian perlakuan tertentu. 3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini adalah nilon murni, nilon daur ulang dan nilon murni 60% ditambah nilon daur ulang 40% dengan ukuran model induk berupa silinder berdiameter 40 ± 0,1 mm dan tebal 2 ± 0,1 mm menurut Duyumus dkk (2016) (Gambar 4). 15 Gambar 4. Ukuran sampel kekerasan permukaan Besar Sampel Penelitian Pada penelitian ini besar sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus Federer sebagai berikut: (t-1) (r-1) 15 Keterangan: t : Jumlah perlakuan

2 r : Jumlah ulangan Dalam penelitian ini akan digunakan t = 3 karena jumlah perlakuan sebanyak tiga perlakuan yaitu nilon murni, nilon daur ulang dan kombinasi nilon murni 60% dengan nilon daur ulang 40%. Jumlah ( r ) tiap kelompok sampel dapat ditentukan sebagai berikut: ( t 1 ) ( r 1 ) 15 ( 3 1 ) ( r 1 ) 15 2 ( r 1 ) 15 2r r r 17 / 2 r 8,5 Dari hasil di atas, jumlah sampel minimal untuk tiap kelompok adalah senilai 8,5 sampel, maka jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 9 sehingga jumlah sampel untuk tiga kelompok adalah 27 sampel.

3 3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Bebas: Bahan basis gigi tiruan Nilon Termoplastik (Bioplast, Japan), yang berasal dari : Variabel Terikat: Kekerasan Permukaan 1. Nilon murni 2. Nilon daur ulang 3. Kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang Variabel Terkendali: 1. Ukuran sampel 2. Jenis dan berat nilon termoplastik yang digunakan 3. Perbandingan adonan gips dengan air 4. Waktu pengadukan gips keras 5. Suhu pemanasan nilon murni 6. Suhu pemanasan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang 7. Lama pemanasan nilon termoplastik 8. Teknik pemolesan 9. Ratio perbandingan campuran nilon murni dengannilon daur ulang 10. Proses pembersihan nilon sisa 11. Lama dan suhu pengeringan nilon sisa 12. Lama indentasi dan berat indentasi Definisi Operasional Variabel Tidak Terkendali : Proses pemotongan dan ukuran nilon sisa

4 3.3.2 Definisi Operasional Tabel 1. Definisi operasional variabel bebas Variabel Bebas Definisi Operasional Skala Ukur Alat ukur 1. Nilon murni Nilon termoplastik golongan poliamida yang melunak bila dipanaskan dan diproses menjadi basis gigi tiruan dengan sistem injection moulding Nilon daur ulang Nilon hasil dari injection moulding yang berbentuk spru saat pembuatan sampel yang telah melalui proses daur ulang secara mekanis Nilon murni 60% Kombinasi bahan nilon murni dengan - ditambah nilon daur nilon daur ulang dengan perbandingan Timbangan ulang 40% berat 60% : 40%. digital Tabel 2. Definisi operasional variabel terikat Variabel Terikat Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur Kekerasan didefenisikan sebagai 1. Kekerasan permukaan basis nilon termoplastik ketahanan sebuah benda terhadap penetrasi yaitu daya tembus dari bahan lain yang lebih keras atau adanya Ratio Vicker hardness tester indentasi (penekanan)

5 Tabel 3. Definisi operasional variabel terkendali Skala Variabel Terkendali Definisi Operasional Ukur Alat Ukur 1. Ukuran sampel Ukuran model induk berdiameter 40 mm ± 0,1 mm dan ketebalan 2 mm ± 0,1mm - Kaliper digital Bioplast (Japan) - 2. Jenis dan berat nilon yang 1 sampel = 8 gram Timbangan digunakan Nilon murni 60 % = 4,8 gram digital Nilon daur ulang 40 % = 3,2 gram Perbandingan adonan gips keras - 3. Perbandingan adonan dengan air untuk menanam sampel Gelas Ukur gips dengan air dalam kuvet yaitu 100 gram gips dan keras : 30 ml air Timbangan 4. Waktu pengadukan gips keras Waktu yang diperlukan untuk mengaduk gips keras adalah sekitar 1 menit (hingga homogen) - Stopwatch 5. Suhu pemanasan nilon Suhu pemanasan untuk melunakkan nilon termoplastik yaitu 225⁰ 6. Lama pemanasan nilon Lama pemanasan adalah 11 menit 7. Teknik Pemolesan Cara pemolesan sampel yaitu dihaluskan dengan kertas pasir waterproof ukuran yang dipasangkan pada rotary grinder dengan air mengalir masing-masing Stopwatch - -

6 Skala Variabel Terkendali Defenisi Operasional Ukur Alat Ukur selama 3 menit dengan kecepatan 500rpm kemudian dilanjutkan dengan Sotch-Brite brush yang dipasangkan pada polishing motor dengan kecepatan 500 rpm dan menggunakan coarse purmice hingga mengkilat Nilon spru dipotong menggunakan - 8. Proses pemotongan dan pisau cutter atau gunting sama Penggaris panjang nilon spru hasil panjang dengan nilon murni yang injection moulding belum dilelehkan 9. Proses pembersihan nilon spru hasil injection moulding 10. Lama dan suhu pengeringan nilon spru hasil injection moulding 11. Ratio perbandingan campuran nilon murni dengan nilon daur ulang Nilon spru dibersihkan dari bekas gips yang menempel menggunakan bur fraser dan air Nilon spru yang telah dicuci dikeringkan menggunakan desikator dengan suhu 37 C selama 24 jam. Persentase nilon murni adalah 60% sementara nilon daur ulang adalah 40% dari berat total Tabel 4. Definisi operasional variabel tak terkendali Variabel Tak Terkendali Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur 1. Diameter potongan nilon daur ulang Nilon spru yang dipotong sesuai dengan diameter nilon spru yang terbentuk - Jangka

7 3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Pembuatan Sampel 1. Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU 2. Laboratorium Teknik Mesin UNIMED 3. Laboratorium Penelitian Fitokimia Farmasi Lokasi Pengujian Sampel 1. Laboratorium Teknik Mesin UNIMED Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 10 Maret- 8 Mei Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian 1. Kuvet ( Gambar 5) 2. Vibrator ( Pulsar 2 Filli Manfredi, Italy)(Gambar 6) 3. Furnace (Type /220V) (Gambar 7) 4. Alat Injection (Fresto Pneumatic type) (Gambar 8) 5. Cartridge (Gambar 9) 6. Alat pemanasan desikator ( Gambar 10) 7. Mata bur fraser ( Gambar 11) 8. Alat uji kekerasan permukaan (Vicker s Hardness Test, Japan) (Gambar 12) 9. Ultrasonic ( Italy) ( Gambar 13) 10. Rotary grinder (Metaserv, England)(Gambar 14) 11. Timbangan digital (Krisbow) 12. Lekron (SMIC) 13. Oven pemanas (Denpo)

8 14. Rubber bowl dan spatula 15. Plugger 16. Polishing Motor 17. Scotch Brite Brush 18. Portable Dental Engine (Olympia, Japan) 19. Disk pemotong 20. Stopwatch 21. Gunting / pisau / cutter Gambar 5. Kuvet Gambar 6.Vibrator Gambar 7.Furnace Gambar 8. Alat Injeksi

9 Gambar 9. Cartridge Gambar 10. Desikator Gambar 11. Bur fraser Gambar 12. Viker s hardness test machine Gambar 13. Ultrasonic Gambar 14. Rotary grinder Bahan Penelitian 1. Nilon termoplastik ( Bioplast, Japan)(Gambar 15) 2. Malam spru (Gambar 16) 3. Cincin plastik (Gambar 17)

10 4. Gips keras (Moldano, Germany) 5. Aquades 6. Vaselin untuk bahan separasi 7. Aluminium foil 8. Kertas pasir waterproof ukuran ( Atlas) 9. Coarse pumice Gambar 15. Nilon termoplastik. Gambar 16. Spru. Gambar 17. Cincin plastik 3.6 Cara Penelitian Pembuatan Model Induk Model induk berdiameter 40 ± 0,1 mm dan tebal 2 ± 0,1 mm untuk pembuatan mold sampel nilon.

11 3.6.2 Pembuatan Sampel Sampel yang dibuat terdiri dari tiga kelompok, yaitu kelompok sampel nilon murni (kelompok A), nilon daur ulang (kelompok B) dan sampel kombinasi nilon murni 60% ditambah nilon daur ulang 40% (kelompok C). Gambar 18. Nilon termoplasik murni Gambar 19. Nilon sisa di daur ulang Pembuatan Sampel Kelompok A A. Penanaman Model Induk pada Kuvet Bawah 1. Penanaman kuvet dengan teknik injection moulding dilakukan dengan menggunakan kuvet khusus untuk injeksi. 2. Kuvet diolesi dengan bahan separasi vaselin. 3. Adonan gips keras dibuat dengan perbandingan 100 gram gips keras : 30 ml air.

12 4. Adonan gips keras diaduk hingga homogen kemudian dituang ke dalam kuvet bawah yang telah disiapkan di atas vibrator. Model dengan diameter 40 ± 0,1 mm dan tebal 2 ± 0,1 mm dibenamkan sampai setinggi permukaan adonan gips keras dalam kuvet, satu kuvet berisi enam model induk. 5. Gips dibiarkan 20 menit hingga mengeras. Gambar 20. Penanaman model induk B. Pemasangan Spru dan Pengisian Kuvet Atas 1. Spru terbuat dari malam yang digunakan sebagai jalan masuk nilon diletakkan pada tepi model induk 2. Olesi seluruh permukaan gips keras dengan vaselin. 3. Kuvet atas dipasangkan di atas kuvet bawah dan dikunci hingga rapat. 4. Membuat adonan gips keras dengan perbandingan 100 gram gips keras : 30 ml air. 5. Adonan gips diaduk hingga homogen dan dituang ke dalam kuvet melalui salah satu lubang pengisian pada kuvet di atas vibrator. 6. Tunggu gips mengeras selama 60 menit.

13 C. Pengangkatan Model Induk dan Pembuangan Spru 1. Setelah Gambar gips mengeras, 21. Pemasangan kuvet atas spru dan kuvet bawah dibuka dan model induk dikeluarkan. 2. Setelah itu kuvet atas dan bawah dipasang kembali. 3. Spru dibuang dengan cara dipanaskan dengan air mendidih hingga tidak ada lagi sisa spru pada gips Gambar 22. Pembuangan sisa spru D. Pengisian Nilon Murni pada Mold 1. Kuvet bawah dan atas dipasang kembali. 2. Siapkan cartridge untuk pengisian butiran nilon murni kemudian potong aluminium foil membentuk lingkaran dan diletakkan pada dasar cartridge. 3. Butiran nilon termoplastik murni lalu dimasukkan ke dalam cartridge. 4. Furnace dipanaskan selama 20 menit. 5. Kemudian cartridge yang berisi butiran nilon murni dipanaskan dalam furnace pada suhu 225 o C selama 11 menit. 6. Setelah butiran nilon meleleh, bagian dasar cartridge dilekatkan karet injeksi dan dipasangkan pada alat injector.

14 7. Cartridge diletakkan pada posisi vertikal di atas lubang spru pada kuvet dan nilon diinjeksikan ke dalam mold selagi panas kemudian dibiarkan di bawah tekanan selama 3 menit dan biarkan selama 30 menit hingga mengeras Pembuatan Sampel Kelompok B dan C A. Penanaman Model Induk pada Kuvet Bawah Prosedur sama dengan penanaman model induk untuk sampel kelompok A. B. Pemasangan Spru dan Pengisian Kuvet Atas Prosedur sama dengan pemasangan spru dan pengisian kuvet atas untuk sampel kelompok A. C. Pengangkatan Model Induk dan Pembuangan Spru Prosedur sama dengan pengangkatan model induk dan pembuangan spru untuk sampel kelompok A. D. Pengolahan Nilon Spru Hasil Injection Moulding 1. Proses pencucian (washing) Proses pencucian dapat dilakukan dengan cara manual atau mekanikal. Proses pencucian manual dilakukan menggunakan air yang bersih atau aquades, selain itu penambahan zat kimia seperti surfaktan dapat digunakan namun hanya dilakukan apabila bahan yang didaur ulang terkontaminasi bahan tertentu. Pencucian dapat dilakuan menggunakan alat ultrasonic. 2. Tahap pemotongan (cutting) Bahan yang akan didaur ulang dipotong dengan pisau cutter atau gunting menjadi bentuk serpihan dibentuk menjadi bagian-bagian yang kecil. 3. Tahap pemisahan dengan bahan terkontaminasi (contaminant separation) Bahan-bahan asing yang dapat mengontaminasi disingkirkan dan dipisahkan dari bahan yang akan didaur ulang. 4. Separator drum Fungsi separator drum adalah untuk menyeleksi bahan yang akan didaur ulang berdasarkan ukuran partikel. 5. Proses pengeringan (drying)

15 Nilon sisa yang sudah dicuci dikeringkan di dalam desikator selama 24 jam dengan suhu 37 o C.Pengeringan yang dilakukan minimal harus 6 jam untuk mendapatkan hasil nilon yang lebih baik. E. Pengisian Nilon Daur Ulang pada Mold 1. Kuvet bawah dan atas dipasang kembali. 2. Siapkan Gambar cartridge 23. Tahap untuk pemotongan pengisian butiran nilon daur ulang kemudian potong aluminium foil membentuk lingkaran dan diletakkan pada dasar cartridge. 3. Butiran nilon daur ulang lalu dimasukkan ke dalam cartridge. 4. Furnace dipanaskan terlebih dahulu selama 20 menit. Gambar 24. Tahap Pengeringan

16 5. Kemudian cartridge yang berisi butiran nilon daur ulang dipanaskan dalam furnace pada suhu 210 o C selama 15 menit. 6. Setelah bahan termoplastik nilon meleleh, bagian dasar cartridge dilekatkan karet injeksi dan dipasangkan pada alat injector. 7. Cartridge diletakkan pada posisi vertikal di atas lubang spru pada kuvet dan nilon daur ulang diinjeksikan ke dalam mold selagi panas kemudian dibiarkan di bawah tekanan selama 3 menit dan biarkan selama 30 menit hingga mengeras. F. Pengisian Kombinasi dari Nilon Murni 60% dengan Nilon Daur Ulang 40% pada Mold 1. Kuvet bawah dan atas dipasang kembali 2. Siapkan cartridge untuk pengisian butiran nilon termoplastik kemudian potong aluminium foil membentuk lingkaran dan diletakkan pada dasar cartridge 3. Butiran nilon kombinasi berisi nilon murni dengan nilon daur ulang dimasukkan ke dalam cartridge dengan perbandingan nilon murni 60% dan nilon daur ulang 40% dari berat keseluruhan 4. Furnace dipanaskan terlebih dahulu selama 20 menit 5. Kemudian cartridge yang berisi butiran nilon kombinasi dipanaskan dalam alat furnace pada suhu 225 o C selama 15 menit 6. Setelah bahan termoplastik nilon meleleh, bagian dasar cartridge dilekatkan karet injeksi dan dipasangkan pada alat injector 7. Cartridge diletakkan pada posisi vertikal di atas lubang spru pada kuvet kemudian nilon murni dan nilon daur ulang dengan perbandingan 60%:40% diinjeksikan ke dalam mold selagi panas. Selanjutnya, biarkan di bawah tekanan selama 3 menit dan biarkan selama 30 menit hingga mengeras Penyelesaian Sampel Kelompok A, B dan C

17 a. Sampel dikeluarkan dari kuvet dan dirapikan dengan fraser bur untuk menghilangkan bagian yang tajam. b. Permukaan sampel dihaluskan dengan kertas pasir waterproof ukuran yang dipasangkan pada rotary grinder dengan air mengalir masing-masing selama 5 menit dengan kecepatan 500 rpm. Untuk mencegah terlepasnya sampel pada saat pemolesan maka sampel diletakkan pada pemegang sampel yang terbuat dari stainless steel. c. Pemolesan dilanjutkan dengan Scotch-Brite brush yang dipasangkan pada polishing motor dengan kecepatan 500 rpm dan menggunakan coarse purnice hingga mengkilat Pengujian Kekerasan Permukaan Cara Pengujian Kekerasan Permukaan a. Alat Vickers Hardness Tester dikalibrasi. b. Pengukuran dilakukan dengan cara permukaan poles sampel diberi beban oleh berlian berbentuk piramida dengan puncak sudut Permukaan akan terkena beban 200 Gambar 25. Sampel A,B, dan C

18 gf dengan waktu penekanan selama 15 detik melalui berlian berbentuk piramida tersebut. Diagonal lekuk yang dihasilkan diukur di bawah mikroskop Pengumpulan Gambar Data 26. Pengujian sampel Pada saat sampel uji kekerasan permukaan, nilai numerik yang dihasilkan alat vicker s hardness test dicatat. Data yang didapat kemudian dicatat dalam tabel untuk sampel kelompok A, B dan C. 3.7 Analisis Data Analisis data pada penelitian ini yaitu: 1. Analisis Univarian untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi kekerasan permukaan masing-masing kelompok. 2. Uji Anova satu arah untuk mengetahui perbedaan kekerasan permukaan rata-rata kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang dibandingkan dengan nilon murni dan nilon daur ulang 3. Uji LSD (Least Significant Different) untuk mengetahui pasangan perlakuan mana yang bermakna antar kelompok yang diberi perlakuan.

19 3.8 Kerangka Operasional Penelitian Pembuatan Sampel Penelitian Model induk dari logam diameter 40 ± 0,1 mm dan tebal 2 ± 0,1 mm Penanaman model induk pada kuvet bawah Pemasangan malam spru Pemasangan kuvet atas Sisa spru dibuang dan model induk diangkat Pemanasan furnace dan persiapan cartridge Cartridge dimasukka n nilon termoplastik Injeksi bahan nilon murni ke dalam kuvet

20 Sampel nilon termoplastik Nilon spru dibuang sebelum pemolisan Nilon sisa Pembuatan Nilon Daur Ulang Nilon Sisa Daur ulang sekunder Pencucian dilakukan dengan menggunakan air maupun aquadest menggunakan alat ultrasonic Proses pemotongan nilon dilakukan dengan pisau atau cutter menjadi bentuk serpihan yang lebih kecil Pemisahan dari kontaminan seperti bahan asing yang dapat menggangu bahan yang didaur ulang Separator drum dengan menyeleksi berdasarkan ukuran partikel Pengeringan dengan suhu 37ᵒC di desikator selama 24 jam. Pengeringan yang dilakukan minimal 6 jam untuk mendapatkan hasil yanng lebih baik

21 Nilon daur ulang Pengujian sampel Pengukuran nilai kekerasan permukaan Meletakan sampel pada alat vickers hardness test kemudian permukaan diobservasi dibawah mikroskop Sampel kelompok A (Nilon Murni) Sampel kelompok B (Nilon Daur Ulang) Sampel kelompok C (kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang) Pengukuran sampel diberi beban oleh berlian berbentuk piramida dengan puncak sudut Permukaan akan terkena beban 200 gf dengan waktu penekanan selama 15 detik melalui berlian berbentuk piramida Diagonal lekuk yang dihasilkan diukur di bawah mikroskop Pengumpulan data

22 Analisis data Hasil BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Nilai Kekerasan Permukaan pada Nilon Murni, Nilon Daur Ulang, dan Kombinasi 60% Nilon Murni dengan 40% Nilon Daur Ulang Hasil penelitian menunjukkan nilai kekerasan permukaan yang terkecil pada kelompok A adalah 7,000 HVN dan nilai yang terbesar adalah 8,060 HVN. Nilai kekerasan permukaan yang terkecil pada kelompok B adalah 5,566 HVN dan nilai yang terbesar adalah 6,633 HVN.Nilai kekerasan permukaan yang terkecil pada kelompok C adalah 6,400 HVN dan nilai yang terbesar adalah 7,833 HVN (Tabel 5). Nilai rerata kekerasan permukaan dianalisis dengan uji Univarian. Nilai rerata kekerasan permukaan pada kelompok A adalah7,400 HVN dengan standar deviasi sebesar 3,411. Nilai rerata kekerasan permukaan pada kelompok B adalah6,266hvn dengan standar deviasi sebesar3,659.nilai rerata kekerasan permukaan pada kelompok C adalah 7,233 HVN dengan standar deviasi sebesar 5,111 (Tabel 5). Tabel 5.Nilai kekerasan permukaan pada nilon murni, nilon daur ulang, dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang

23 No. Sampel Kelompok A (Nilon murni) Kekerasan Permukaan (HVN) Kelompok B (Nilon Daur ulang) Kelompok C (Kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang) 1 7,000** 6,366 7, ,600 6,233 7,833* 3 7,430 6,533 6,400** 4 8,060* 6,533 7, ,200 5,566** 7, ,300 5,800 7, ,000** 6,533 6, ,300 6,200 7, ,660 6,633* 7,633 Keterangan X = 7,400 SD= 3,411 : * nilai terbesar ** nilai terkecil X = 6,266 SD= 3,659 X = 7,233 SD=5, Perbedaan Nilai Kekerasan Permukaan antara Nilon Murni, Nilon Daur Ulang, dan Kombinasi 60% Nilon Murni dengan 40% Nilon Daur Ulang Perbedaan nilai kekerasan permukaan antara nilon murni, nilon daur ulang, dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang dianalisis dengan menggunakan uji Anova satu arah. Sebelum pengujian Anova, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui bahwa sebaran data normal. Hasil uji normalitas data diperoleh nilai signifikansi p = 0,0001untuk kelompok A diperoleh p = 0,592. Kelompok B diperoleh nilai signifikansi p = 0,098 dan nilai signifikansi p = 0,414 untuk kelompok C (p > 0,05). Hal ini menunjukkan data yang diperoleh normal. Setelah itu, dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai 926 dengan tingkat signifikansip = 0,410> 0,05. Hal ini menunjukkan data yang diperoleh homogen. Dari hasil uji Anova diperoleh signifikansi p = 0,0001< 0,05hal ini berarti terdapat perbedaan kekerasan permukaan secara bermakna minimal pada dua kelompok ( Tabel 6).

24 Tabel 6.Perbedaan nilai kekerasan permukaan antara nilon murni, nilon daur ulang, dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang Kekerasan Permukaan (HVN) Kelompok N X ± SD p A (Nilon Murni) 9 7,400 ± 3,411 B (Nilon Daur Ulang) 9 6,266 ± 3,659 0,0001* C ( Nilon Kombinasi) 9 7,233 ± 5,111 Keterangan : * signifikan 4.3 Pengaruh Penambahan 60% Nilon Murni pada 40% Nilon Daur Ulang terhadap Kekerasan Permukaan Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan bermakna maka dilakukan uji LSD (Least Significant Different). Berdasarkan hasil uji LSD terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok A dengan kelompok B dengan nilai p = 0,0001(p > 0,05) serta terdapat perbedaan bermakna antara kelompok B dengan kelompok C dengan nilai p = 0,0001 ( p < 0,05) tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok A dan C dengan nilai p = 0,400 (p < 0,05) (Tabel 7). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kekerasan permukaanpada kelompok A dan kelompok B. Di sisi lain, nilai kekerasan permukaan kelompok C lebih besar dibandingkan dengan kelompok B. Berdasarkan hal tersebut, kelompok C memililiki kekerasan permukaan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok B. Hal ini menunjukkan ada pengaruh penambahan 60% nilon murni pada 40% nilon daur ulang terhadap kekerasan permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik. Tabel 7. Pengaruh penambahan 60% nilon murni pada 40% nilon daur ulang terhadap kekerasan permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik Kelompok P

25 A ( Nilon Murni) B (Nilon Daur Ulang) C ( Nilon Kombinasi) Keterangan : * signifikan A B C A B C A B C - 0,0001* 0,400 0,0001* - 0,0001* 0,400 0,0001* - BAB 5 PEMBAHASAN Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan nilon murni pada nilon daur ulang terhadap kekerasan permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik. Penelitian ini menyelidiki kemungkinan adanya pengaruh penambahan nilon murni pada nilon daur ulang terhadap kekerasan permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik dengan cara memberi perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen kemudian hasil dari kelompok yang diberi perlakuan tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol (kelompok nilon murni). 5.1 Nilai Kekerasan Permukaan pada Nilon Murni, Nilon Daur Ulang, dan Kombinasi 60% Nilon Murni dengan 40% Nilon Daur Ulang Hasil penelitian menunjukkan nilai kekerasan permukaan yang terkecil pada kelompok A adalah 7,000 HVN dan nilai yang terbesar adalah 8,060 HVN. Nilai kekerasan permukaan yang terkecil pada kelompok B adalah 5,566 HVN dan nilai yang terbesar adalah 6,633 HVN.Nilai kekerasan permukaan yang terkecil pada kelompok C adalah 6,400

26 HVN dan nilai yang terbesar adalah 7,833 HVN.Dari hasil tersebut didapatkan nilai kekerasan permukaan yang bervariasi pada setiap sampel dari kelompok A, B, dan C. Pada proses pembuatan sampel pemolisan dilakukan dengan menggunakan rotary grinder. Proses pemolisan tersebut akan menghasilkan garis-garis pada permukaan sampel. Proses pemolisan tersebut juga melalui penekanan yang berbeda-beda pada setiap sampel sehingga menghasilkan permukaan yang tidak sama rata. Tekanan yang berbeda-beda pada setiap sampel disebabkan pemegang sampel hanya diberi tekanan oleh tangan, sehingga diperlukan penambahan pengunci pegangan yang direkatkan pada tempat pemegang sampel agar tekanan yang diberikan lebih stabil. Garis-garis dan permukaan tidak rata yang dihasilkan dari proses pemolisan akan menghasilkan pengaruh optik saat dilakukan pengukuran panjang diagonal dari proses indentasi. Permukaan yang bergelombang, tepi dari sudut diagonal yang sulit dikenali dan ketidak sempurnaan permukaan mengakibatkan pengukuran garis diagonal menjadi tidak akurat. Hal ini akan menyulitkan operator dalam menilai garis diagonal yang dihasilkan. Selain itu hal yang dapat memengaruhi optik adalah kebersihan dari bahan. Bahan yang mengandung partikel asing akan menyebabkan kesan atau garis ukur yang berpengaruh pada penilaian optik. 56 Pada proses pengujian, sampel diberi tekanan yang diaplikasikan melalui indentor yang berbentuk berlian yang selanjutnya akan menghasilkan retakan berbentuk diagonal yang kemudian akan dievaluasi. 15 Panjang diagonal retakan yang diukur pada arah horizontal ditandai dengan d-1 dan panjang diagonal jejakan pada arah vertikal ditandai dengan d-2, lalu dihitung d-rerata sebagai panjang diagonal retakan. Diagonal retakan panjang pada suatu material memberikan pengertian bahwa nilai kekerasan material rendah, sebaliknya diagonal jejakan yang lebih pendek memberikan pengertian bahwa nilai kekerasan material tinggi.makin besar beban diagonal indentasi makin besar pula retakan yang dihasilkan. 10 Selain itu permukaan dari tempat sampel diletakkan juga memengaruhi diagonal yang dihasilkan. Tempat yang lebih keras, tebal, dan kokoh akan menghasilkan jejakan yang lebih dalam. 56

27 Pada penelitian ini nilon murni memiliki kekerasan permukaan 7,400 HVN, nilon daur ulang 6,266 HVN, dan nilon campuran 7,233 HVN.Penelitian Gladstone dkk (2012) mengemukakan nilon memiliki kekerasan 7,670 HVN (Lucitone FRS) sedangkan menurut Duymus dkk (2016) dari pengujian empat jenis bahan basis gigi tiruan yang berbeda nilai dari kekerasan nilon 9,620 HVN. 14,15 Adanya perbedaan merek menyebabkan perbedaan kekerasan permukaan nilon termoplastik. Hal ini kemungkinan karena setiap merek nilon termoplastik memiliki jumlah ikatan amida yang berbeda. 37 Penelitian ini menghasilkan nilai yang berbeda-beda tetapi dengan besar pembebanan yang sama serta waktu pembebanan yang sama. 10 Nilai yang terdapat pada penelitian yang dilakukan pada nilon murni, nilon daur ulang dan kombinasi 60 % nilon murni dengan 40 % daur ulang belum melewati batas nilai standar kekerasan permukaan dimana nilai kekerasan permukaan nilon termoplastik yang dapat ditoleransi adalah 14,5 HVN. 5.2 Perbedaan Nilai Kekerasan Permukaan antara Nilon Murni, Nilon Daur Ulang, dan Kombinasi 60% Nilon Murni dengan 40% Nilon Daur Ulang Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 5, Nilai kekerasan permukaan pada kelompok A yaitu sebesar (7,400 ± 3,411 ), kelompok B ( 6,266 ± 3,659 HVN) dan kelompok C ( 7,233 ± 5,111HVN). Dari hasil uji Anova satu arah pada tabel 6 terlihat bahwa ada perbedaan bermakna minimal pada dua kelompok karena diperoleh signifikansi p = 0,0001 (p < 0,05). Nilon termoplastik memiliki ikatan amida yang memengaruhi kekerasan permukaan karena adanya kecenderungan ikatan tersebut untuk mengkristal diperkuat dengan pembentukan ikatan hidrogen antara atom oksigen dan nitrogen dari dua kelompok amida. 37 Nilon juga merupakan polimer semi-crystalline sehingga pada keadaan solid, nilon memiliki ikatan rantai yang lebih teratur karena adanya tekanan yang kuat antar rantai. 7 Pada proses daur ulang nilon sisa, ikatan C-C yang dimiliki nilon akan terpotong sehingga akan meningkatkan CH3 dan menurunkan CH2 yang berdampak pada rantai kimia yang menjadi tidak teratur kemudian bentuk kristal mengecil juga terjadi kecepatan kristalisasi yang meningkat dan kristal tidak terbentuk sempurna. 18,55 Rantai kimia yang terpotong 13

28 diakibatkan ketika proses pencucian dan pemanasan pada nilon. Adanya molekul air akan menempati posisi antar rantai polimer. Sebagai akibatnya, rantai polimer yang terganggu dipaksa memisah. 8 Semakin mudah suatu bahan menyerap air maka bahan akan lebih mudah melunak sehingga kekerasan permukaan dapat berkurang. 5,10 Menurut penelitiandutta (2008) nilon akan menyerap air walau telah dikeringkan hal ini akibat adanya pemotongan rantai kimia karena polimer mengikat air dan air akan tetap berikatan dengan rantai kimianya walaupun telah dikeringkan. 57 Selain itu, proses pemanasan akan menghasilkan uap air yang meningkatkan atom H kemudian berikatan dengan nilon. Atom H akan masuk kedalam rantai dan berikatan dengan atom C pada nilon sehingga CH3 lebih banyak dari CH2. 55,58 Presentase dari nilon daur ulang juga memengaruhi kekerasan permukaan. Presentasi pada kelompok B (nilon daur ulang) adalah 100% sementara pada kelompok C (Nilon kombinasi) adalah 40%. Meyabadi dkk (2010) dalam penelitiannya melakukan proses daur ulang nilon yaitu dengan mengkombinasikan nilon murni dengan nilon daur ulang pada masing-masing sampel 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Hasil penelitian menjelaskan bahwa sifat fisis dan mekanis pencampuran 50% nilon daur ulang lebih baik dibandingkan 25% nilon daur ulang.hal ini dapat disebabkan oleh cabang rantai molekul yang dihasilkan akibat pencampuran nilon daur ulang dan nilon murni.semakin banyak cabang rantai molekul yang terbentuk, semakin rendah kristalisasinya dan semakin rendah pula berat molekulnya. 17 Pada penelitian ini, pencampuran 60% nilon murni pada 40 % nilon daur ulang akan menghasilkan kekerasan permukaan yang baik dimana nilon murni akan meningkatkan berat molekul dengan melipatgandakan ikatan kimia yang mengalami degradasi ketika proses daur ulang berlangsung sehingga berat molekul nilon akan meningkat. 59 Faktor lain yang dapat memengaruhi kekerasan yaitu kehalusan permukaan dan porositas. 10 Proses injection moulding saat pembuatan sampel akan menghasilkan tekanan yang mengakibatkan perubahan pada mold. Perubahan pada mold akan menghasilkan pengaruh pada kehalusan dan bentuk dari sampel. 8,44 Porositas dapat timbul oleh beberapa penyebab yaitu adanya udara yang terdapat pada rongga mold yang terjadi saat proses injection moulding dan adanya bahan asing yang terperangkap pada bahan seperti gips.

29 Porositas yang terbentuk mengakibatkan adanya molekul air akan menempati posisi antar rantai polimer. Pada penelitian ini, nilai rerata kekerasan permukaan kelompok B sebesar ( 6,266 ± 3,659 HVN) lebih kecil dibandingkan dengan nilai rerata pada kelompok A yaitu sebesar (7,400 ± 3,411 ) dan kelompok C ( 7,233 ± 5,111HVN). Hal ini disebabkan nilon daur ulang memiliki derajat kristalisasi yang rendah dan rantai kimia yang tidak terbentuk sempurna. 5.3 Pengaruh Penambahan 60% Nilon Murni pada 40% Nilon Daur Ulang terhadap Kekerasan Permukaan Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik Hasil uji LSD (Least Significant Different) terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok A dengan kelompok B dengan nilai p = 0,0001(p > 0,05) serta terdapatperbedaan bermakna antara kelompok B dengan kelompok C dengan nilai p = 0,0001 ( p <0,05) tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna pada kelompok A dan C dengan nilai p = 0,400 (p < 0,05) (Tabel 7). Dari uji statistik, terlihat pada kelompok C yaitu kelompok nilon kombinasi dengan perbandingan ratio 60% pada nilon murni dan 40% nilon daur ulang memiliki nilai kekerasan permukaan yang sama baiknya dengan kelompok A yaitu nilon murni. Pada proses daur ulang nilon sisa, ikatan C-C yang dimiliki nilon akan terdegradasi sehingga meningkatkan CH3 dan menurunkan CH2 yang berdampak pada rantai kimia yang menjadi tidak teratur sehingga bentuk kristal mengecil juga terjadi kecepatan kristalisasi yang meningkat sehingga kristal tidak terbentuk sempurna. Kondisi tersebut mengakibatkan kristalitas yang menurun yang dapat berdampak pada penurunan kekerasan permukaan dari nilon. Menurut Soja J dkk (2013) mendaur ulang nilon sisa dan hasil darifourier Transformed Infrared Spectroscopy (FTIR) menunjukkan nilon daur ulang mengalami degradasi polimer karena ikatan antar C-C terpotong sehingga menyebabkan rantai kimianya menjadi pendek.terpotongnya rantai kimia karena proses daur ulang akan berpengaruh pada ukuran dan derajat kristalisasi nilon. Kombinasi nilon murni dengan nilon daur ulang akan menghasilkan struktur nilon yang lebih baik, nilon termoplastik memiliki ikatan amida yang mempengaruhi kekerasan permukaan karena adanya kecenderungan ikatan tersebut untuk mengkristal dan 17,55

30 diperkuat dengan pembentukan ikatan hidrogen antara atom oksigen dan nitrogen dari dua kelompok amida. 37 Nilon juga merupakan polimer semi-crystalline sehingga pada keadaan solid, nilon memiliki ikatan rantai yang lebih teratur karena adanya tekanan yang kuat antar rantai. 7 Nilon murni juga memiliki berat molekul lebih besar sehingga memiliki ketahanan terhadap tekanan yang lebih besar. 17 Selain itu, ikatan amida terjadi diakibatkan oleh reaksi chain extension atau pemanjangan rantai kimia ketika nilon murni ditambahkan pada nilon daur ulang.nilon murni yang bertindak sebagai chain extendersakan meningkatkan berat molekul dengan melipatgandakan ikatan kimia yang mengalami degradasi ketika proses daur ulang berlangsung sehingga berat molekul nilon meningkat. 59 Pada penelitian ini, nilai rerata kekerasan permukaan pada kelompok C adalah sebesar(7,233 ± 5,111HVN), lebih besar dibandingkan dengan kelompok B sebesar(6,266 ± 3,659 HVN). Berdasarkan hal tersebut, kelompok C memiliki nilai kekerasan permukaan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok B. Hal ini menunjukkan penambahan 60% nilon murni pada 40% nilon daur ulang akan menghasilkan nilai kekerasan permukaan yang lebih besar.peneliti memilih persentase 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang dengan harapan dapat memanfaatkan lebih banyak nilon sisa dan menghasilkan struktur yang hampir atau sama baiknya dengan nilon murni. Kelemahan pada penelitian ini adalah peneliti tidak dapat memastikan kondisi udara yang terdapat pada rongga mold sehingga ada kemungkinan sebagian udara yang terperangkap saat proses injection moulding. Kelemahan lain yaitu pada saat proses pemolisan, tekanan yang diberikan terhadap sampel menggunakan tangan sehingga permukaan tidak sama rata. Selain itu, perlu dibuat penampang yang lebih keras dengan bahan seperti kayu atau logam tempat sampel diletakkan saat dilakukan pengujian agar indentasi yang diberikan merata. Peneliti juga kesulitan pada saat pemotongan nilon sehingga ukuran dan bentuk yang dihasilkan tidak sesuai dengan ukuran nilon.kelemahan

31 lain dari penelitian ini adalah penggunaan gips tipe III yang cenderung patah ketika model induk akan dikeluarkan dari kuvet sehingga mengubah bentuk sampel yang dihasilkan. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini antara lain: 1. Nilai rerata ± SDkekerasan permukaan pada nilon murni adalah7,400 ± 3,411, nilon daur ulang adalah 6,266 ± 3,659 HVN dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang adalah 7,233 ± 5,111HVN 2. Ada perbedaan nilai kekerasan permukaan antara nilon murni, nilon daur ulang, dan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang dengan p = 0,0001 (p < 0,05) 3. Ada pengaruh penambahan 60% nilon murni pada 40% nilon daur ulang terhadap kekerasan basis gigi tiruan nilon termoplastik. Berdasarkan hasil uji LSD untuk melihat nilai kekerasan permukaan basis gigi tiruan nilon termoplastik, maka terlihat perbedaan antara nilon murni dengan nilon daur ulang dengan nilai p = 0,0001(p > 0,05) serta terlihat

32 perbedaan bermakna antara nilon daur ulang dengan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05) tetapi tidak terdapatperbedaan bermakna antara nilon murni dengan kombinasi 60% nilon murni dengan 40% nilon daur ulang dengan nilaip = 0,400 ( p < 0,05). Pada penelitian ini terlihat bahwa dengan penambahan 60% nilon murni pada 40% nilon daur ulang akan menghasilkan nilai kekerasan permukaan yang sama baiknya dari nilon murni.kekerasan permukaan pada nilon daur ulang masih di bawah nilai dari nilon kombinasi 60% nilon murni dan 40% nilon daur ulang. Dari hasil tersebut, maka dapat disimpulkan penambahan 60 % nilon murni pada 40 % nilon daur ulang memberikan dampak kekerasan permukaan yang lebih baik dibanding nilon daur ulang. 6.2 Saran 1. Pembuatan pemegang sampel yang disambungkan dengan pengunci pegangan dari sampel agar saat dilakukan pemolisan menggunakan rotary grinder dapat memberikan tekanan yang secara merata. 2. Pembuatan tempat sampel yang lebih keras dan kuat agar setiap daerah dari sampel mendapatkan tekanan indentasi yang merata. 3. Perlu dilakukan pergantian gips tipe III menjadi gips tipe IV untuk meminimalisasi patahnya gips ketika model induk akan dikeluarkan dari kuvet. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara pemotongan nilon daur ulang untuk mendapatkan ukuran yang sama atau mendekati ukuran nilon murni dan perlu dilakukan pemanasan terlebih dahulu pada ukuran nilon daur ulang yang lebih besar sehingga hasil dari nilon yang dilelehkan lebih homogen.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris 3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.2.1 Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian pada penelitian ini merupakan jenis eksperimental laboratoris dengan desain post test group only control. 3.2 Sampel dan Besar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris 3.2 Sampel dan Besar Sampel 3.2.1 Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini digunakan resin akrilik polimerisasi panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin termoplastik merupakan material yang telahdigunakan pada kedokteran gigi selama lebih dari 50 tahun.resin termoplastik dapat secara berulang dilelehkan melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dan dengan desain penelitian post-test only control group. B. Sampel Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian uji kekerasan email dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05% BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Mulai Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05% Pengecoran suhu cetakan 250 C Pengecoran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN SODA SKRIPSI

PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN SODA SKRIPSI PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN SODA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories. 3.2 Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Post test with control

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Untuk dapat mengetahui hasil dari penelitian ini maka pada bab ini akan di bahas mengenai metode penelitian yakni mengenai proses pelaksanaan dan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis penelitian Analitik eksperimen laboratoris 4.2 Populasi Sampel yang dibuat sesuai kriteria 4.3 Sampel penelitian a. Bentuk dan ukuran Lempeng akrilik berbentuk persegi

Lebih terperinci

Daya tahan, penampilan, dan sifat-sifat dari suatu basis gigitiruan sangat. menarik perhatian sebagai bahan basis gigitiruan karena memiliki beberapa

Daya tahan, penampilan, dan sifat-sifat dari suatu basis gigitiruan sangat. menarik perhatian sebagai bahan basis gigitiruan karena memiliki beberapa Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2010 Trisna Perbedaan Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Nilon Dengan Resin Akrilik Polimerisasi Panas xiv + 70 Halaman Daya tahan, penampilan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. Mulai Mempersiapkan Alat dan Bahan Proses Peleburan Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan post-test only control group design. B. Sampel Penelitian Sampel pada penelitian

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan cohort study.

BAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan cohort study. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan cohort study. 4.2. Kriteria Sampel Penelitian 4.2.1. Jenis Sampel Spesimen resin pit & fissure sealant

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memberi perlakuan terhadap sampel penelitian, dan perubahan yang

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memberi perlakuan terhadap sampel penelitian, dan perubahan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian ekperimental laboratoris, dimana peneliti memberi perlakuan terhadap sampel penelitian, dan perubahan yang akan timbul

Lebih terperinci

Gambar1. Sifat polimer crystallinedan amorphous 7

Gambar1. Sifat polimer crystallinedan amorphous 7 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Termoplastik Resin termoplastik adalah bahan yang dapat dilunakkan dengan pemanasan dan diubah menjadi bentuk solid tanpa mengalami perubahan struktur kimia. Resin termoplastik

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. 14 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. group design. 3.2 Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Untuk dapat mengetahui hasil dari penelitian ini maka pada bab ini akan di bahas mengenai metode penelitian yakni mengenai proses pelaksanaan dan prosedur

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN Untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas pada kondisi struktur mikro dan sifat kekerasan pada paduan Fe-Ni-Al dengan beberapa variasi komposisi, dilakukan serangkaian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Mulai Studi Literatur Persiapan Bahan Pengecoran Dengan Penambahan Ti-B Coran dg suhu cetakan 200 o C Coran dg suhu cetakan 300 o C Coran dg suhu cetakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass 250 ml Blender Cawan platina Gelas ukur 200 ml Gunting Kertas saring

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3

III. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3 III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Dalam pengambilan data untuk laporan ini penulis menggunakan mesin motor baker 4 langkah dengan spesifikasi sebagai berikut : Merek/ Type : Tecumseh TD110 Jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta 3.1.2. Alat dan bahan 3.2.1 Alat Alat yang dipergunakan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alur Penelitian Penelitian dalam tugas akhir ini dilakukan dalam beberapa tahapan meliputi: menentukan tujuan penelitian, mengumpulkan landasan teori untuk penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian adalah Eksperimental Laboratoris dengan desain penelitian complete randomized design. Eksperimental Laboratoris yaitu kegiatan

Lebih terperinci

Bahan basis gigitiruan resin. Resin akrilik. Swapolimerisasi. Konduktivitas termal. Minuman soda Obat Kumur Kopi Teh Nikotin

Bahan basis gigitiruan resin. Resin akrilik. Swapolimerisasi. Konduktivitas termal. Minuman soda Obat Kumur Kopi Teh Nikotin Lampiran 1 Kerangka Teori PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN KOPI Bahan basis gigitiruan resin Resin akrilik Polimerisasi panas Swapolimerisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitan the post test only control group design. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Mulai Studi Literatur Spesifikasi bearing Metode pengujian Persiapan Pengujian: Pengambilan bahan pengujian bearing baru, bearing bekas pakai dan bearing

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BEBAS) ABSTRAK

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BEBAS) ABSTRAK PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BEBAS) ABSTRAK Berbagai teknik pembentukan produk benda keramik dapat dilakukan, diantaranya adalah dengan teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling),

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH SNI 03-1742-1989 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Rancangan kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Eksperimen Fisika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di Laboratorium Fisika Material Universitas Lampung, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan 47 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat penelitian Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut : a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN 1. Ruang Lingkup a. Metode ini meliputi pengujian untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan pada campuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah jamur Fusarium oxysporum. Penelitian eksperimen yaitu penelitian

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN SNI 13-6427-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode pengujian ini meliputi prosedur penentuan kehilangan campuran tanah semen, perubahan kadar

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 36 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Peralatan yang Digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian dan pengujian ini antara lain: 1. Tabung Nitridasi Tabung nitridasi merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 38 3.2. ALAT DAN BAHAN 3.2.1 Alat Gambar 3.2 Skema Peralatan Penelitian Die Soldering 3.2.2 Bahan Bahan utama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN komposisi tidak homogen akan memiliki perbedaan kelarutan dalam pembersihan, sehingga beberapa daerah ada yang lebih terlarut dibandingkan dengan daerah yang lainnya. Ketika oksida dihilangkan dari permukaan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di Laboratorium Material Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor disel 4-langkah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur dan Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Untuk dapat mengetahui hasil dari penelitian ini maka pada bab ini akan di bahas mengenai metode penelitian yakni mengenai proses pelaksanaan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan sampel Sampel yang digunakan adalah pelat baja karbon rendah AISI 1010 yang dipotong berbentuk balok dengan ukuran 55mm x 35mm x 8mm untuk dijadikan sampel dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratories (murni) B. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium FMIPA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku dan pembuatan papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh suhu tempering terhadap sifat mekanik baja

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu 1. Tempat. Penelitian ini akan di lakukan di Kampus STIPAP Beberapa kegiatan penelitian yang dilakukan seperti diperlihatkan pada tabel 3.1. No Tabel 3.1. Kegiatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Laboratorium Instrumentasi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus ICS 91.100 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor diesel empat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor diesel empat III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Spesifikasi Motor Diesel 4-Langkah Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor diesel empat langkah satu silinder dengan spesifikasi

Lebih terperinci

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016 BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1 Diagram Alir Penelitian Perancangan Tugas Akhir ini direncanakan di bagi dalam beberapa tahapan proses, dituliskan seperti diagram alir berikut ini : Mulai Studi literatur

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Simple Random Sampling. itu direndam dalam larutan fisiologis. Silinder dengan diameter 4 mm dan tinggi 4 mm

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Simple Random Sampling. itu direndam dalam larutan fisiologis. Silinder dengan diameter 4 mm dan tinggi 4 mm BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian The Post Test-Only Control Design Group. 4.2 Sampel Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini penulis meneliti tentang pengaruh penahanan waktu pemanasan (holding time) terhadap kekerasan baja karbon rendah pada proses karburasi dengan menggunakan media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. B. Bahan Uji dan Bakteri Uji Bakteri uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan bahan-bahan berupa tandan kosong sawit (TKS) yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Penimbangan Serbuk Alumunium (Al), Grafit (C), dan Tembaga (Cu) Pencampuran Serbuk Al dengan 1%Vf C dan 0,5%Vf Cu Kompaksi 300 bar Green Compact

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai November

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai November BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2010. Tempat yang dipergunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut : untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. Mulai Mempersiapkan Alat dan Bahan Proses Peleburan Al-Si

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut : a. Analisa struktur mikroskofis komposit (scanning electron microscope) di Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan the post test only control group design. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : a) Timbangan digital Digunakan untuk menimbang serat dan polyester.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku, pembuatan dan pengujian sifat fisis papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian sifat mekanis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan. Proses Pengecoran. Hasil Coran. Analisis. Pembahasan Hasil Pengujian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan. Proses Pengecoran. Hasil Coran. Analisis. Pembahasan Hasil Pengujian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan Proses Pengecoran Hasil Coran Tidak Ya Pengujian Komposisi kimia Pengujian Strukturmikro Pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratoris In Vitro. B. Populasi dan Sampel Penelitian Subyek pada penelitian ini yaitu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan selama proses treatment atau perlakuan alkalisasi serat kenaf dapat dilihat pada Gambar 3.1. (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) Gambar 3.1. Peratalatan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN SNI 03-6877-2002 1. Ruang Lingkup 1.1 Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas (tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah quasy-eksperiment dengan desain after only control group design yaitu mengamati variabel hasil pada saat yang sama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Menurut Darmawan 2004, perancangan itu terdiri dari serangkaian kegiatan yang beruntun, karena itu disebut sebagai proses perancangan. Kegiatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur mikro.

III. METODOLOGI. ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur mikro. 30 III. METODOLOGI 3.1 Material dan Dimensi Spesimen Bahan yang dipilih dalam penelitian ini adalah baja karbon rendah. Baja karbon ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan. 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengukur nilai sifat mekanis hasil sintesis dan kualitas hasil sintesis pada bahan dasar kaca laminating dan tempered. Sifat mekanis yang diukur

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30%

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium teknik tekstil Universitas Islam Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium teknik tekstil Universitas Islam Indonesia. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian secara in vitro. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni laboratoris B. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di LPTT Universitas

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN 11 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan September 2011 yang bertempat di laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Kategori penelitian dan rancangan percobaan yang digunakan adalah kategori penelitian eksperimental laboratorium. 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4-langkah BAB III METODE PENELITIAN 3. Alat dan Bahan Pengujian. Motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4-langkah 0 cc dengan merk Honda Blade. Adapun spesifikasi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Sebelum melakukan suatu penelitian, maka perlu adanya perencanaan dalam penelitian. Pelaksanaan pengujian dilakukan secara bertahap, yaitu pemeriksaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah Motor diesel 4 langkah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah 40 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian a. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah Motor diesel 4 langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. 2. Pengujian Sifat Mekanik (Kekuatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012 di Laboratorium Material Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung. Karakaterisasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DOKUMENTASI

LAMPIRAN C DOKUMENTASI LAMPIRAN C DOKUMENTASI C.1 Pembuatan Reaktor Pulp 1. Penyiapan peralatan penunjang reaktor pulp Pengaduk Ternokopel Pemarut Pembaca Suhu Digital Pengatur Suhu Pemanas Motor Pengaduk Peralatan Lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 25 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 AlaT Penelitian Peralatan yang digunakan selama proses pembuatan komposit : a. Alat yang digunakan untuk perlakuan serat Alat yang digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk HASIL DAN PEMBAHASAN Peubah yang diamati dalam penelitian ini, seperti kadar air, uji proksimat serka kadar kalsium dan fosfor diukur pada kerupuk mentah kering, kecuali rendemen. Rendemen diukur pada

Lebih terperinci