BAB II. Tinjauan Pustaka
|
|
- Yuliana Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 7 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Kajian Pustaka Literatur yang dikaji dalam tulisan ini meliputi karya-karya yang berkaitan dengan tema penelitian yang penulis pilih. Tema yang dimaksud adalah mengenai peran mediator dalam melakukan mediasi sengketa wilayah yang melibatkan unsur identitas kelompok. Tema tersebut kemudian menjadi pengantar peneliti dalam memilih kajian pustaka dalam penelitian ini. Kajian pustaka tersebut antara lain: 1) Peran Uni Afrika dalam Resolusi Konflik Darfur tahun (2013) karya Ihsan., 2) Keterlibatan Rusia dalam Resolusi Konflik Nagorno-Karabakh Antara Armenia dan Azerbaijan (2013) karya Ensi Adistya. Tulisan pertama yang dibahas adalah skripsi mahasiswa Hubungan Internasional dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta bernama Ihsan. Tulisan Ihsan yang berjudul Peran Uni Afrika dalam Resolusi Konflik Darfur tahun (2013). Tulisan tersebut secara umum mendeskripsikan mengenai peran Uni Afrika sebagai sebuah organisasi kawasan dalam penyelesaian konflik etnis yang terjadi disalah satu negara anggotanya. Ihsan menggunakan konsep peran, organisasi internasional, resolusi konflik, dan responsibility to protect. Konflik etnis yang Ihsan soroti dalam penelitiannya adalah konflik etnis yang terjadi di Darfur, Sudan. Sedangkan fokus tahun yang diambil adalah tahun Menurut Ihsan, Uni Afrika dalam jangka waktu telah melakukan
2 8 berbagai peranan dalam upaya resolusi konflik di Darfur. Peran tersebut antara lain: sebagai fasilitator perundingan damai, sebagai mediator perundingan damai, melakukan misi pengawasan kesepakatan genjatan senjata dan melakukan operasi perdamaian Uni Afrika di Darfur. Masih menurut Ihsan, misi perdamaian Uni Afrika untuk Darfur, African Union Mission in Sudan (AMIS), tidak berhasil dalam melakukan tugasnya untuk mendamaikan pihak-pihak yang terlibat dalam perseteruan di Darfur. Ihsan juga menyimpulkan kegagalan peran AMIS sebagai misi perdamaian Uni Afrika untuk Darfur disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: keterbatasan mandat AMIS, tidak diperkenankannya personil perdamaian untuk menggunakan deadly force (tembak ditempat) ketika berhadapan dengan kelompok pemberontak Darfur maupun misili Janjaweed, dan peralatan serta logistik yang tidak memadai dari AMIS sendiri selaku misi perdamaian dari Uni Afrika dalam menjalakan tugasnya di Darfur, Sudan. Penelitian Ihsan dan penelitian ini memiliki kesamaan konteks mengenai tema penulis yaitu terkait peran mediator dalam melakukan mediasi dalam sengketa wilayah yang melibatkan unsur identitas kelompok. Namun, penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ihsan karena mediator dan lokasi penelitian yang berbeda. Jika penelitian Ihsan melakukan penelitian terhadap peran Uni Afrika dalam konflik di Sudan, penelitian ini lebih memfokuskan kepada OSCE Minsk Group dalam konflik Nagorno-Karabakh.
3 9 Pada penelitiannya, Ihsan mendeskripsikan peran dari organisasi kawasan dalam menangani konflik etnis dalam satu wilayah negara, sedangkan dalam penelitian ini menggambarkan peran dari organisasi internasional dalam menangani konflik etnis yang melibatkan dua negara berdaulat. Selain itu, Ihsan mendeskripsikan peran Uni Afrika sebagai fasilitator tetapi tidak menjelaskan mengenai hal tersebut dalam konsep penelitiannya. Penelitian ini akan menjelaskan konsep mediasi dan peran-peran mediator yang salah satunya adalah sebagai fasilitator perundingan damai. Tulisan selanjutnya adalah tulisan jurnal ilmiah yang ditulis oleh Ensi Adistya dengan judul Keterlibatan Rusia dalam Resolusi Konflik Nagorno-Karabakh Antara Armenia dan Azerbaijan (2013). Ensi memaparkan bahwa Rusia memiliki keinginan besar untuk ikut dalam penyelesaian kasus di Nagorno-Karabakh. Menurut Ensi, kedekatan historis Rusia dengan negara post-uni Soviet membuat Rusia merasa perlu melakukan prioritas terhadap negara-negara tersebut kedalam kebijakan luar negerinya. Dalam penelitiannya, Ensi menggunakan konsep resolusi konflik dan mediasi. Menurut Ensi, Rusia merupakan leading role dalam upaya resolusi konflik di wilayah Nagorno-Karabakh. Selain sebagai co-chair OSCE Minsk Group, kedekatan Rusia sebagai bekas negara Uni Soviet membuat Rusia berusaha untuk selalu terlibat dalam resolusi konflik di Nagorno-Karabakh. Dalam penelitiannya, Ensi menekankan pada peran Rusia dalam resolusi konflik di Nagorno-Karabakh. Ensi juga menyebutkan mengenai OSCE Minks Group karena Rusia merupakan bagian dari
4 10 negara co-chairs OSCE Minsk Group. Dalam penelitiannya Ensi menggunakan konsep resolusi konflik dan mediasi. Berdasarkan penelitian Ensi, keterlibatan Rusia dalam resolusi konflik di Nagorno-Karabakh dapat dikatakan cukup positif. Hal tersebut dideskripsikan melalui keterlibatan Rusia yang dinilai bertanggung jawab menfasilitasi komunikasi dan menciptakan atmosfer yang positif dalam hubungan Armenia dan Azerbaijan. Selain itu Rusia juga terlibat sebagai mediator konflik yang terjadi antara Armenia dan Azerbaijan atas Nagorno-Karabakh. Mediasi yang dilakukan Rusia adalah mediasi murni yang tidak menggunakan hadiah dan hukuman kepada pihak yang berkonflik. Penelitian Ensi dan penelitian ini memiliki kesamaan konteks mengenai Nagorno-Karabakh. Namun, penelitian ini berbeda karena memiliki unit analisis yang digunakan berbeda. Ensi yang menekankan pada peran Rusia belum menggambarkan peran Rusia dalam posisinya sebagai salah satu co-chair OSCE Minsk Group dalam konflik Nagorno-Karabakh. Penelitan ini akan menutupi hal tersebut dan akan menggambarkan peran dari OSCE Minsk Group, termasuk peran Rusia, sebagai salah satu co-chair yang dilakukan bersama dua co-chairs OSCE Minsk Group lainnya, Amerika Serikat dan Prancis. 2.2 Kerangka Konseptual Konsep adalah sebuah kata yang melambangkan suatu atau sebuah gagasan. Suatu konsep adalah abstraksi yang mewakili suatu obyek, sifat suatu obyek, atau suatu fenomena tertentu (Mas oed, 1990, hal ). Sedangkan teori adalah
5 11 pernyataan yang menghubungkan konsep-konsep secara logis (Mas oed, 1990, hal. 186). Konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Ethnonationalist Menurut Geldenhuys dan Rossouw (2001, hal. 2), sejak tahun 1990 isu mengenai hak dari kaum minoritas dalam masyarakat plural telah menjadi agenda utama dalam politik global. Meskipun telah sejak lama, tepatnya pada tahun 1950 telah terjadi pengakuan terhadap perlindungan hak-hak dari kelompok minoritas. Naiknya isu hak-hak minoritas terjadi akibat banyaknya konflik-konflik etnis yang terjadi pasca jatuhnya communist dictatorships di Eropa Timur. Hingga saat ini, kondisi dari kelompok minoritas masih menjadi isu yang sentral diberbagai negara di dunia. Dalam bukunya Ethnic Conflict in World Politic, Gurr dan Harff (1994, hal. 18) menjelaskan ethnonationalist sebagai sekumpulan etnis grup dengan kuantitas cukup besar yang mendiami wilayah di dalam teritori sebuah negara atau berbatasan langsung dengan sebuah negara. Ethnonationalist biasanya memiliki sebuah pergerakan politik modern yang mengarah kepada pencapaian autonomi yang lebih baik atau bahkan bertujuan untuk mendirikan sebuah negara yang independen. Pergerakan ethnonationalist dapat disebabkan karena kelompok etnis tersebut ingin mendapatkan pengakuan dan mendapatkan hak-hak lebih sebagai sebuah negara merdeka.
6 12 Ethnonationalist tidak terlepas dari ethnocultural minority, yaitu kelompok marginal yang terdapat di dalam suatu wilayah. Menurut Geldenhuys dan Rossouw (2001, hal. 4) dalam tulisannya The International Protection of Minority Rights, kelompok marginal biasanya merupakan imigran dan pengungsi yang mendiami suatu wilayah lebih lama dari daerah asalnya. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa kelompok marginal berbeda dari yang disebutkan diatas. Kelompok minoritas dibanyak kasus berbeda dari kelompok mayoritas. Perbedaan tersebut terlihat dalam hal ras, budaya atau agama. Sejak tahun 1960, terjadi peningkatan jumlah grup etnis yang menginginkan hak dan pengakuan lebih (Gurr & Harff, hal.2). Pecahnya Uni Soviet dan perubahan kekuasaan dalam sistem negara telah membuka kesempatan bagi kelompok etnis untuk mencapai kepentingan mereka. Kepentingan yang dimaksud adalah kepentingan yang tidak dapat tercapai apabila merela tidak berdiri sendiri sebagai sebuah negara. Selain itu, permasalahan identitas yang dianggap berbeda dari identitas mayoritas disuatu negara juga dapat menjadi pondasi dasar sebuah gerakan grup etnis untuk membentuk negara sendiri. Konsep ini penulis gunakan untuk mempresentasikan sebuah kelompok yang menginginkan autonomi lebih Mediasi Mediasi merupakan sebuah tindakan yang dilakukan secara sukarela oleh pihak ketiga yang netral dengan melakukan negoisasi yang terpusat dan terstruktur
7 13 terhadap pihak yang bersengketa. Pihak ketiga membantu menyelesaikan permasalahan atau konflik yang terjadi dengan melakukan komunikasi khusus dan teknik-teknik negoisasi. Meskipun mediator menjadi fasilitator dalam mediasi tersebut, kedua belah pihak yang bertikai memiliki kontrol penuh terhadap hasil yang dihasilkan dalam mediasi tersebut (Supreme Court of India, n.d.). Mediasi tidak menjamin dihasilkannya solusi yang sempurna, melainkan menyediakan dasar untuk kelompok yang berkonflik untuk mengidentifikasi, menempatkan dan mendiskusikan isu-isu mereka (Effendi, 2007, hal. 27). Mediasi memiliki beberapa model. Menurut Drews (2008, hal. 44) mediasi memiliki empat model mediasi, yaitu facilitative mediation, settlement mediation, transformative mediation, dan evaluative mediation. Facilitative mediation adalah mediasi yang dilakukan dengan meminta aktor-aktor yang terlibat untuk bernegosiasi berdasarkan kebutuhan dan kepentingan mereka. Settlement mediation adalah mediasi yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan antara aktor-aktor yang terlibat. Transformative mediation adalah mediasi yang dilakukan dengan meminta aktoraktor memahami penyebab konflik diantara mereka untuk memperbaiki hubungan diantara mereka. Evaluative mediation adalah mediasi yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan berdasarkan hak-hak setiap aktor. Mediator dalam melakukan mediasi memiliki beberapa peran. Menurut Mitchell, profesor dari Universitas George Mason dan praktisi dari berbagai daerah konflik, peran tersebut dibagi menjadi tiga bagian: sebelum mediasi, saat mediasi, dan pasca kesepakatan. Penelitian ini hanya menggunakan peran saat terjadinya
8 14 proses mediasi dikarenakan pada tahun 2009 hingga 2013 mediasi masih dilakukan oleh OSCE Minsk Group. Peran-peran tersebut menurut Micthell (2005, hal. 20), tidak dapat dilakukan sepenuhnya, tetapi seringkali digunakan dalam melakukan mediasi sebuah konflik. Peran-peran tersebut antara lain: 1. Facilitator, mediator berperan sebagai fasilitator pertemuan yang memungkinkan terjadinya pertukaran visi dan tujuan antara pihak yang berkonflik. 2. Envisioner, mediator berperan menyediakan data baru, teori, ide-ide dan pemikiran baru dalam proses mediasi. 3. Enhancer, mediator berperan menyediakan sumber daya baru untuk membantu dalam mencari solusi terbaik. 4. Guarantor, mediator berperan sebagai penjamin atau memberikan asuransi agar pembicaraan terus berjalan serta mampu memberikan solusi yang tahan lama. 5. Legitimazer, mediator berperan memberikan prestise dan legitimasi terhadap solusi yang telah disepakati bersama. Selain peran-peran tersebut, mediator juga memiliki peran sebagai scapegoat atau kambing hitam yang menurut Fuller dalam Rahmadi (2010, hal. 14) diartikan sebagai pihak yang dipersalahkan dalam proses mediasi apabila pihak-pihak tidak puas terhadap hasil proses mediasi. Kambing hitam atau scapegoating dipahami sebagai strategi untuk meminimalisir perasaan bersalah dan tanggung jawab individu atau kelompok terhadap hasil negatif dengan mentransfer kesalahan tersebut kepada
9 15 individu atau kelompok lain (Rothschild, Landau, Sullivan, dan Keefer, 2012, hal. 1148). Dengan kata lain peran mediator sebagai scapegoat atau kambing hitam dapat mengurangi kemungkinan pihak-pihak berkonflik saling menyalahkan satu dengan lain dengan menjadikan mediator sebagai pihak yang dipersalahkan. Mediasi juga memiliki beberapa proses dan tahapan. Menurut Smith dan Smock (2008) terdapat enam proses dan tahapan yang harus dilakukan dalam melakukan sebuah proses mediasi. Proses dan tahapan tersebut antara lain: 1. Assess the conflict, dalam tahap ini mediator diharapkan mampu memahami konflik yang terjadi, konten dalam konflik dan aktor-aktor yang terlibat dalam konflik tersebut. 2. Ensure mediator readiness, dalam tahapan ini mediator menentukan peran yang tepat untuk dilakukan untuk penyelesaian konflik. 3. Ensure conflict ripeness, dalam tahapan proses mediasi ini mediator memastikan kematangan dari konflik dengan melakukan berbagai hal seperti membantu aktor-aktor konflik memahami cost and benefits dari konflik ini dan meyakinkan mereka untuk melakukan kesepakatan. 4. Conduct track-i mediation, dalam tahap ini mediator meningkatkan kepercayaan antar pihak dan menggunakan berbagai cara untuk menfasilitasi kesepakatan. 5. Encourage track-ii dialogue, dalam tahap ini mediator fokus pada aktifitas yang dapat meningkatkan kapasitas pihak yang berkonflik untuk berpartisipasi secara efektif dalam meraih perdamaian.
10 16 6. Construct a peace agreement, merupakan tahapan akhir proses mediasi untuk mencapai kesepakatan damai. Kesepakatan damai biasanya dimulai dengan membangun sebuah prinsip-prinsip dasar yang biasanya berisi keinginan untuk hidup berdampingan secara damai, perlindungan hak warga sipil, dan saling menghargai. Konsep dan teori terkait mediasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini, antara lain negosiasi dan mediasi multipartai: Negosiasi Negosiasi dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menyelidiki dan mendamaikan posisi yang bertentangan dalam rangka untuk mencapai hasil yang dapat diterima pihak yang berkonflik (Barston, 1988, hal. 75). Tujuan dari negosiasi adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan kepentingan bersama antara pihak yang berkonflik. Terdapat beberapa klasifikasi dari tujuan negosiasi menurut Ikle dalam Barston (1988, hal. 77), antara lain: extension agreement, normalization of agreement, redistribution of agreement, innovative agreement dan effect not corcerning agreement. Extension of agreement merupakan bentuk negosiasi dengan membawa isu dan konflik menuju upaya perluasan kesepakatan yang berkelanjutan. Perluasan kesepakatan ini tidak lepas dari kesepakatan negosiasi terdahulu yang diperbaharui atau diperpanjang. Normalization of agreement adalah tahap yang dimaksudkan untuk mengakhiri konflik dengan berbagai cara seperti; perjanjian genjatan senjata,
11 17 traktat perdamaian atau membangun kembali hubungan diplomatik. Redistribution of agreement merupakan tahap ketiga dalam negoisasi. Dalam tahap ini terjadi evaluasi pada status quo dan kesepakatan yang telah dibuat sebelumya. Evaluasi tersebut dilakukan dengan membicarakan kembali kesepakatan lama dengan lebih rinci. Innovative agreement merupakan tahapan pihak-pihak yang terlibat berusaha untuk membangun berbagai set berbeda terhadap kewajiban dan hubungan diantara mereka dengan memberikan kuasa politik dan hukum kepada lembaga-lembaga nonpemerintah. Tahap yang terakhir dalam negosiasi adalah effect not corcerning agreement. Dalam tahap negosiasi ini salah satu pihak atau lebih berusaha untuk meraih tujuan mereka masing-masing yang tidak berhubungan langsung dalam mencapai perjanjian diantara kedua belah pihak. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan propaganda, meningkatkan informasi mengenai posisi negosiasi dan lainlain. Menurut Ikle dalam Barston (1988, hal. 78), kelima tujuan tersebut tidak selalu dapat menginterpretasikan sebuah negoisasi karna seringkali sebagian pihak memiliki tujuan berbeda meskipun berada dalam negoisasi yang sama. Tujuan negosiasi diatas dapat dijadikan sebagai klasifikasi dasar dalam sebuah negosiasi yang mana dapat juga digunakan sebagai melihat perubahan hubungan antar negara Mediasi Multipartai Mediasi multipartai adalah kerjasama antara dua mediator atau lebih dalam suatu mediasi (Mason & Kassam, 2011, hal. 69). Mediasi multipartai tidak seperti mediasi tunggal yang hanya menggunakan satu mediator, melainkan gabungan dari
12 18 beberapa mediator. Gabungan mediator tersebut dapat berupa gabungan mediator antar-negara, gabungan mediator non-negara atau bahkan merupakan gabungan dari keduanya. Mediasi multipartai yang beranggotakan negara biasanya berfungsi dalam menyusun pertemuan formal antara pihak yang bertikai. Mediator negara juga dapat menjadi pihak yang menyediakan sumberdaya untuk membantu mediasi pihak yang bertikai seperti para ahli dan bantuan dana. Konsep mediasi yang sesuai dengan OSCE Minsk Group adalah mediasi multi partai yang beranggotakan negara-negara. Menurut Mason & Kassam (2011, hal. 70) mediasi multipartai memiliki beberapa kelebihan dibandingankan mediator tunggal, salah satunya adalah dapat menyusun pertemuan dengan lebih baik dibandingkan mediator tunggal. Mediator multipartai juga dapat menjadi strategi untuk mengatasi tantangan dalam mempertemukan pihak-pihak yang berkonflik. Jangkauan dari mediasi multipartai juga lebih luas dibandingkan dengan mediator tunggal. Mason dan Kassam juga menjelaskan bahwa mediasi multipartai yang cenderung lebih diterima oleh pihakpihak yang berkonflik karena memiliki lebih dari satu mediator sehingga dinilai memiliki tingkat kenetralan yang tinggi. Para mediator dalam mediasi multipartai akan sulit untuk memaksakan kehendak dan kepentingannya, sehingga menuntut mereka untuk bertindak secara lebih profesional.
BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya
Lebih terperinciPeran Dari OSCE Minsk Group Dalam Mediasi Konflik Di Wilayah Nagorno-Karabakh
Peran Dari OSCE Minsk Group Dalam Mediasi Konflik Di Wilayah Nagorno-Karabakh I Putu Angga Prasada Arnaya 1), I Made Anom Wiranata 2), Anak Agung Ayu Intan Prameswari 3) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lebih terperinciPERAN DARI OSCE MINSK GROUP DALAM MEDIASI KONFLIK DI WILAYAH NAGORNO-KARABAKH
PERAN DARI OSCE MINSK GROUP DALAM MEDIASI KONFLIK DI WILAYAH NAGORNO-KARABAKH SKRIPSI Disusun oleh: I Putu Angga Prasada Arnaya NIM: 1121105004 Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.
BAB V KESIMPULAN Krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, Sudan telah menarik perhatian masyarakat internasional untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasi tersebut dilakukan dengan pemberian bantuan kemanusiaan
Lebih terperincinegara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk
BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah
Lebih terperinciPada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace
Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak
Lebih terperinciH. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperinciSENGKETA INTERNASIONAL
SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi
Lebih terperinciPeranan hamas dalam konflik palestina israel tahun
Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada
Lebih terperinciKEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA
KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan
99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konflik atau perang sipil merupakan salah satu fenomena yang terjadi di negara-negara yang memiliki tatanan pemerintahan yang belum stabil. Afrika adalah kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. yang terjadi di kawasan Kaukasus tepatnya di Nagorno-Karabakh. Secara geografis,
BAB 1. PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Masalah Peninggalan sejarah yang diwariskan dapat menimbulkan suatu konflik, seperti yang terjadi di kawasan Kaukasus tepatnya di Nagorno-Karabakh. Secara geografis,
Lebih terperinciBAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG
BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG A. Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Pandeglang Berdasarkan hasil wawancara dengan Nuning selaku Panitera di Pengadilan Agama Pandeglang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini
Lebih terperinciGLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21
Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1
Lebih terperinciKonstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut
Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut Leif STENBERG Direktur, AKU- Dalam makalah berikut ini, saya akan mengambil perspektif yang sebagiannya dibangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana
Lebih terperinciKETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN
KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN 2006-2009 RESUME Oleh: Angling Taufeni 151 040 132 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti
Lebih terperinciPERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN
PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN 1947-1988 Skripsi Oleh: RINI SUBEKTI NIM 020210302011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki
Lebih terperinciTERJADINYA PERANG SUDAN
TERJADINYA PERANG SUDAN Oleh : Davy Nuruzzaman Abstraksi Sudan adalah sebuah negara yang terletak di benua Afrika,negara yang dikenal sebagai ladang minyak ini berbatasan dengan negara Mesir di sebelah
Lebih terperinciMENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM
SEMINAR DAN WORKSHOP Proses Penanganan Kasus Perkara dengan Perspektif dan Prinsip Nilai HAM untuk Tenaga Pelatih Akademi Kepolisian Semarang Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 7-9 Desember 2016 MAKALAH
Lebih terperinciA. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan
A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Litigasi atau jalur pengadilan merupakan suatu proses gugatan atas suatu konflik yang diritualisasikan yang menggantikan konflik sesungguhnya, dimana para pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tesis ini akan membahas tentang peran Komunitas Internasional dalam menghadirkan dan mendukung Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Bosnia Herzegovina pada proses
Lebih terperinciMENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL
MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai beberapa konflik yang mewujud ke dalam bentuk separatisme. Salah satunya adalah gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di tanah Papua. Tulisan
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan. Mediasi yang..., Henny Lusia, FISIP UI, 2010.
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah mengalami beberapa konflik internal, beberapa konflik horisontal dan ada juga konflik vertikal salah satu konflik yang terjadi di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan peace building atau pembangunan damai pasca konflik menjadi salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat signifikan
Lebih terperinciBAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara
BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH A. Alasan Pemilihan Judul Liga Arab adalah organisasi yang beranggotakan dari negara-negara Arab. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Studi Hubungan Internasional memiliki beberapa perspektif dalam melihat berbagai permasalahan internasional, yaitu realisme, liberalisme dan globalisme. Pada
Lebih terperinciBimbingan dan Konseling Sosial
Bimbingan dan Konseling Sosial Situasi Sosial Situasi yang menggambarkan adanya interaksi antar individu, yang didalamnya terdapat sikap saling mempengaruhi. Situasi dalam keanekaragaman. Konflik Kata
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME
PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang
Lebih terperinciBAB IV KONTRIBUSI UNI EROPA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK GEORGIA DAN RUSIA TAHUN 2008
BAB IV KONTRIBUSI UNI EROPA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK GEORGIA DAN RUSIA TAHUN 2008 Dalam bab IV penulis akan membahas tentang beberapa hal yang menjadi alasan organisasi internasional Uni Eropa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dalam hal ini adalah Amerika. Setelah kemenangannya dalam Perang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyak konflik dan perang saudara yang terjadi di dunia ini tidak pernah terlepas dari unsur campur tangan dari negara negara barat yang besar dan kuat yang
Lebih terperinciBAB IV UNI AFRIKA DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK DARFUR
BAB IV UNI AFRIKA DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK DARFUR Bab ini akan menjelaskan tentang peranan yang dilakukan oleh Uni Afrika dalam usahanya sebagai Organisasi Regional Afrika untuk menyelesaikan konflik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang
BAB V KESIMPULAN Dalam bab V ini saya akan membahas tentang kesimpulan dari bab-bab yang sebelumnya. Dimulai dari sejarah di kedua negara yang bersengketa dan point-point yang telah di bahas di bab sebelumnya.
Lebih terperinciHUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX. By Malahayati, SH, LLM
HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX By Malahayati, SH, LLM 1 TOPIK PRINSIP UMUM JENIS SENGKETA BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA PENYELESAIAN POLITIK PENYELESAIAN
Lebih terperinciinternasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan
BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia
BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pembahasan dari bab ini adalah kesimpulan dan saran yang merujuk pada jawaban-jawaban permasalahan penelitian yang telah dikaji. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada tahun 1956 dari jajahan Mesir dan Inggris 1. Keinginan terbesar Sudan
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sudan merupakan Negara yang terletak di Afrika Utara. Negara dengan beragam etnis, bahasa, dan agama ini memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1956 dari jajahan
Lebih terperinciIdentitas Kewarganegaraan. By : Amaliatulwalidain
Identitas Kewarganegaraan By : Amaliatulwalidain Pengantar Identitas adalah unsur penting yang tidak dapat diabaikan ketika berbicara tentang kewarganegaraan, baik di level teoritis maupun di level praksis
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya
BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ini melibatkan aktor lain seperti organisasi internasional untuk mengatasi
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kelaparan di Korea Utara merupakan permasalahan domestik yang telah lama terjadi semenjak 1990 yang masih belum terselesaikan oleh pemerintah. Hal ini melibatkan aktor lain
Lebih terperinciProfil Lulusan, Capaian Belajar, dan Bahan Kajian
Profil Lulusan, Capaian Belajar, dan Bahan Kajian a. Profil Lulusan 1. Perumus dan pelaksana hubungan untuk pemerintah (diplomat, staf kementerian luar negeri, staf pemerintah daerah, staf lembaga pemerintah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP KESIMPULAN. Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan
BAB V PENUTUP KESIMPULAN Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan Strategi Republik Kosovo dalam Proses Mencapai Status Kedaulatannya pada Tahun 2008 telah berlangsung sejak didirikannya
Lebih terperinciAgen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan
Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa
Lebih terperinciMEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS
MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa Disusun Oleh: Raden Zulfikar Soepinarko Putra 2011 200 206 UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK (AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE
Lebih terperinciPemberdayaan KEKUASAAN (POWER)
1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap
Lebih terperinci2016 PERANG ENAM HARI
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setelah Perang Dunia I (selanjutnya disingkat PD I) berakhir, negara-negara di Dunia khususnya negara-negara yang berada dikawasan Timur Tengah dihadapkan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. diplomasi Muhammadiyah di tengah pusaran konflik Mindanao Filipina Selatan,
129 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya terkait langkah diplomasi Muhammadiyah di tengah pusaran konflik Mindanao Filipina Selatan, maka dapat
Lebih terperinciSumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.
Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan
Lebih terperinciA. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi
BAB IV ANALISIS A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara umum mediasi diartikan sebagai
Lebih terperinciPara filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.
Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama
Lebih terperinciKEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004
KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004 1. Ketentuan UUD 1945: a. Pra Amandemen: Pasal 11: Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa konflik Irlandia Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.10, 2016 AGREEMENT. Pengesahan. Republik Indonesia. Republik Polandia. Bidang Pertahanan. Kerja Sama. Persetujuan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciDUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)
Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman
Lebih terperinciSarana utama memulai & mengembangkan hubungan internasional. Bentuk semua perbuatan hukum dan transaksi masyarakat internasional
Perjanjian Internasional Sarana utama memulai & mengembangkan hubungan internasional Bentuk semua perbuatan hukum dan transaksi masyarakat internasional Sarana menetapkan kewajiban pihak terlibat dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,
Lebih terperinciPidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011
Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM)
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) dalam proses peacebuilding di Aceh paska konflik GAM dengan Pemerintah Indonesia. Paska konflik GAM dengan
Lebih terperinciSTATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*
STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI
KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional
Lebih terperinciBAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia
BAB I - PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini ingin melihat kebijakan eksternal Uni Eropa (UE) di Indonesia yang dapat dikategorikan sebagai bentuk implementasi dari konsep kekuatan normatif. Konsep
Lebih terperinciPerlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN. Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016
Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016 Struktur presentasi Apa itu perlindungan sosial? Perlindungan
Lebih terperinciPengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia
Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR-LESTE TENTANG KEGIATAN KERJA SAMA DI BIDANG
Lebih terperinci4.2.Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah dengan Bangsamoro Faktor Pendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk
DAFTAR ISI Judul... i Halaman Pengesahan... ii Halaman Pernyataan... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... x ABSTRACT... xi Bab I Pendahuluan... 1 1.1.Latar Belakang
Lebih terperinciDAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.
DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciTEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN DIPLOMASI
TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN Modul ke: DIPLOMASI Metode Pertarungan dan Penutupan Negosiasi: 1.Mengenal metode pertarungan dan taktik negosiasi. 2.Menghadapi metode pertarungan. 3.Penutupan negosiasi Fakultas
Lebih terperinciMenakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA --------- POINTERS Dengan Tema : Menakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri OLEH : WAKIL KETUA MPR RI HIDAYAT NUR
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan
BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan masyarakat di Asia Tenggara meluas mencangkup persolan-persoalan yang tidak terbatas pada
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA QATAR MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang
Lebih terperinciAlternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis
Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis P R E P A R E D B Y : I R M A M. N A W A N G W U L A N, M B A M G T 4 0 1 - H U K U M B I S N I S S E M E S T E R G A N J I L 2 0 1 4 U N I V E R S
Lebih terperinci