BAB 1. PENDAHULUAN. yang terjadi di kawasan Kaukasus tepatnya di Nagorno-Karabakh. Secara geografis,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1. PENDAHULUAN. yang terjadi di kawasan Kaukasus tepatnya di Nagorno-Karabakh. Secara geografis,"

Transkripsi

1 BAB 1. PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Masalah Peninggalan sejarah yang diwariskan dapat menimbulkan suatu konflik, seperti yang terjadi di kawasan Kaukasus tepatnya di Nagorno-Karabakh. Secara geografis, wilayah ini terletak di Azerbaijan, namun penduduknya didominasi etnis Armenia. Memang, apabila dilihat dari sejarahnya, Nagorno-Karabakh telah ditaklukkan berbagai bangsa selama berabad-abad, dan ketika kawasan Kaukasus terpecah menjadi tiga negara berdasarkan komposisi etnis dominannya yaitu Armenia, Azerbaijan dan Georgia. Di periode ini untuk pertama kalinya Armenia dan Azerbaijan terlibat perang terbuka dalam memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh. Konflik yang terjadi antara Armenia dan Azerbaijan di wilayah ini memang telah lama ada, namun konflik besarnya dimulai pada tahun 1988 dengan demonstrasi massal yang terjadi di Nagorno-Karabakh, yang merupakan wilayah dari Republik Soviet Azerbaijan, untuk bergabung dengan Republik Soviet Armenia. Kemudian pada tahun 1992 pemberontakan yang terjadi sejak 1988 menjadi perang antara Armenia dan Azerbaijan. 1 Sejak tahun 1994 perang terhenti dengan adanya sebuah perjanjian, meskipun tahap yang paling intensif dari konflik tersebut telah diikuti fase peredaman dengan adanya perjanjian gencatan senjata yang melahirkan Bishkek Protocol. Namun, hingga saat ini pihak yang bersengketa masih saling berkonflik di sepanjang daerah 1 H. Kruger, The Nagorno-Karabakh Conflict: A Legal Analysis, Springer, London, 2010, p. xi. 1

2 gencatan senjata. Wilayah yang diduduki Armenia pun masih terdiri dari Nagorno- Karabakh dan tujuh distrik administratif di sekitarnya. 2 Meskipun pada Mei 1994 kesepakatan gencatan senjata di Nagorno-Karabakh diadakan, tidak ada pasukan internasional ditempatkan untuk memantau garis depan dan tidak ada kesepakatan politik yang diikuti. Peranan mediator sebagai pihak ketiga dalam upaya perdamaian konflik ini telah tercapai dengan adanya penandatanganan perjanjian untuk melakukan gencatan senjata dalam jangka waktu yang tak terbatas dan ditandatangani para pemimpin militer dari Armenia, Azerbaijan, dan Nagorno- Karabakh pada tanggal 26 Juli Setelah periode gencatan senjata mulai berjalan tahun 1994, dinamika konflik yang terjadi di Nagorno-Karabakh tetap ada. Hal ini dibuktikan bahwa setelah perjanjian gencatan senjata, implementasi dalam protokol tersebut gagal diterapkan karena terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang dipicu dari serangan terorisme di Azerbaijan pada bulan Juli Kemudian pasukan Azerbaijan membangun pertahanan mereka di sekitar Nagorno-Karabakh dan pelanggaran perjanjian gencatan senjata menjadi lebih intens. Laporan resmi Karabakh melaporkan bahwa hampir pengungsi telah kembali ke Nagorno-Karabakh selama Kemudian, pada bulan November 2004 seorang tentara Azerbaijan tertembak di dekat 2 H. Kruger, The Nagorno-Karabakh Conflict: A Legal Analysis, p. xi. 3 T. D. Waal, Black Garden: Armenia and Azerbaijan Through Peace and War, University Press, New York, 2003, p Pusat Studi Strategis, Konflik Armenia-Azerbaijan, Departemen Luar Negeri Republik Azerbaijan, 2007, p

3 perbatasan Karabakh dan pada bulan Januari 2005 satu tentara Azerbaijan kembali tewas tertembak oleh tentara Armenia. 5 Tidak hanya itu, dari tahun 2006 sampai 2012 tercatat peningkatan pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan Azerbaijan walaupun upaya mediasi masih dilakukan oleh pihak OSCE sebagai mediator. Seperti yang dilansir oleh Minorities at Risk Project, pada tahun 2006 ada sekitar 600 dan terus meningkat sampai mencapai angka kali pelanggaran yang dilakukan oleh Azerbaijan pada tahun Sedangkan pada tanggal 8 November 2004 seorang tentara Armenia menembak dan membunuh tentara Azerbaijan di dekat perbatasan Nagorno-Karabakh. Ada kontak senjata yang terjadi antara Armenia dan Azerbaijan. 7 Dalam penyelesaian konflik ini, pihak ketiga yang turut campur adalah OSCE Minks Group. OSCE Minks Group bertujuan menyediakan forum forum negosiasi yang sesuai untuk resolusi konflik sebagai suatu usaha penyelesaian melalui cara-cara damai. Diketuai oleh Perancis, Amerika Serikat dan Rusia serta memiliki 57 negara partisipan dari Eropa, Asia Tengah dan Amerika Utara. Sejak Februari 1992, proses usaha mediasi terhadap penyelesaian konflik Armenia-Azerbaijan dalam Konferensi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (CSCE 5 Minorities at Risk Project (MAR), Chronology for Armenians in Azerbaijan, (16 Juli 2010) dalam jurnal Skripsi Ensi Aditya Kristiani Keterlibatan Rusia dalam Upaya Resolusi Konflik Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan , p. 3 6 Anonim, Azerbaijan violated ceasefire about times in 2012, News.am dalam jurnal Skripsi Ensi Aditya Kristiani Keterlibatan Rusia dalam Upaya Resolusi Konflik Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan , p Anonim, Azerbaijan violated ceasefire about times in 2012, News.am dalam jurnal Skripsi Ensi Aditya Kristiani Keterlibatan Rusia dalam Upaya Resolusi Konflik Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan , p. 3. 3

4 yang sekarang dikenal sebagai OSCE) terus berlangsung. Pada pertemuan Dewan Menteri OSCE yang diselenggarakan di Helsinki pada tanggal 24 Maret 1992, sebuah keputusan dikeluarkan untuk mengadakan sebuah konferensi mengenai Nagorno- Karabakh di Minks di bawah pengawasan OSCE. 8 Dibantu juga Commonwealth of Independent States (CIS), sebagai pihak yang turut serta dalam proses mediasi pada saat itu. OSCE menegaskan adanya partisipasi CIS untuk membantu OSCE ketika Rusia mendeklarasikan bahwa OSCE sendiri tidak dapat mengamankan wilayah yang berkonflik. Akhirnya di tahun 1994 CIS, Rusia, dan OSCE berhasil meyakinkan pihakpihak yang berkonflik untuk menandatangani perjanjian gencatan senjata dan mengakhiri kekerasan meskipun sebagian besar sengketa antara Armenia dan Azerbaijan masih belum terselesaikan. 9 Seperti yang telah disebutkan pada paragraf-paragraf sebelumnya, setelah periode gencatan senjata, masih terdapat dinamika konflik di Nagorno-Karabakh. Sehingga pihak OSCE sebagai mediator terus melakukan pertemuan-pertemuan dengan pihak yang berkonflik untuk usaha perdamaian setelah implementasi dari Protokol Bishkek gagal diterapkan dalam menghentikan konflik yang terjadi. Kedua pihak yang bersengketa masih memiliki konflik di sepanjang daerah perbatasan dan terlibat kontak senjata sehingga konflik ini dapat dikatakan sebagai konflik beku karena 8 Pusat Studi Strategis, Konflik Armenia-Azerbaijan, Departemen Luar Negeri Republik Azerbaijan, 2007, p B. Başer, Third Party Mediation In Nagorno-karabakh: Part Of The Cure Karabakh: Part Of The Cure Or Part Of The Disease?, OAKA, 2008, p

5 upaya damai masih belum berhasil walaupun juga telah diintervensi oleh berbagai pihak dalam penyelesaian konflik ini Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, bahwa upaya mediasi dalam konflik Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan masih berlangsung sejak adanya perjanjian gencatan senjata pada tahun 1994 hingga sekarang. Namun, konflik tersebut masih belum terselesaikan. Tulisan ini akan berusaha menjawab pertanyaan sebagai berikut: Mengapa upaya mediasi dalam konflik Nagorno-Karabakh berjalan tidak efektif? 1. 3 Tinjauan Pustaka Ada beberapa tulisan yang dirasa penting dalam membantu penulis untuk mengkaji penulisan tesis ini. Beberapa tulisan yang dimuat oleh penulis memberikan gambaran mengenai konflik Nagorno-Karabakh, sehingga dalam mengkaji penelitian mengenai upaya mediasi dalam konflik Nagorno-Karabakh. Tulisan-tulisan ini diharapkan membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini, walaupun dari kajiankajian tersebut masih belum ada yang menyebutkan keberhasilan upaya mediasi dalam penyelesaian konflik Nagorno-Karabakh namun dirasa cukup membantu penulis dalam mengkaji penulisan tesis ini. Seperti dalam tulisan Behlül Özkan, ia mengatakan bahwa ada tiga faktor penting dalam memahami dan menganalisis konflik Nagorno-Karabakh: perjuangan masyarakat dengan tragedi sejarah dan budaya yang menghasilkan ketidakamanan, 5

6 transformasi sosial dan perlawanan rezim otoriter, serta ekonomi dalam konteks warisan Soviet. Memang faktor tersebut sangat penting dalam menganalisis konflik antara Armenia dan Azerbaijan. Seperti yang ditulis oleh Thomas De Waal dalam bukunya, bahwa pada wilayah tersebut terdapat dua versi sejarah yang bertentangan, Nagorno- Karabakh merupakan suatu daerah yang terbagi antara Kristen dan Muslim, Armenia dan Turki, serta barat dan timur. Masalahnya adalah tidak ada pihak yang bisa memutuskan dimana letak pembagian daerah tersebut. Di satu sisi, bagi Armenia wilayah Nagorno-Karabakh merupakan bukit indah berhutan yang membentang, sedangkan bagi Azerbaijan, Nagorno-Karabakh adalah fakta sejarah keadilan. Arti budaya dan simbol dari Nagorno-Karabakh untuk Armenia adalah daerah terakhir dari peradaban Kristen dan tempat bersejarah bagi pangeran Armenia dan uskup sebelum dunia timur Turki dimulai. Azerbaijan berbicara mengenai wilayah Nagorno-Karabakh adalah sebagai tempat kelahiran maupun daerah sekolah seni musik, yang menjadi tempat kelahiran musisi dan penyair mereka. 10 Dalam upaya perdamaian antara kedua pihak tersebut, aktor eksternal memainkan peran penting di kawasan ini, seperti yang dikatakan Behlül Özkan 11 : Competition among them provides plenty of room to maneuver for the ruling elites of the Caucasian states to defend their self-interests. Rather than being pawns in the global energy game as the Great 10 T. D. Waal, Black Garden: Armenia and Azerbaijan Through Peace and War, p B. Özkan, Who Gains from the No War No Peace Situation A Critical Analysis of the Nagorno-Karabakh Conflict, Geopolitics, Vol. 13 issue 3, 2008, p

7 Gamers would have us believe, these elites play external actors against each other to maximize their profits. Salah satunya adalah peran Amerika Serikat sebagai salah satu Co-Chairman dari Minks Group yang campur tangan konflik ini, dalam Journal of Muslim Minority Affairs tulisan dari Kamer Kasim yang berjudul American Policy toward the Nagorno- Karabakh Conflict and Implications for its Resolution mengatakan bahwa Amerika Serikat mengalami kesulitan khusus dalam menangani konflik. Di satu sisi kepentingan Amerika Serikat membutuhkan perlindungan integritas teritorial dan stabilitas Azerbaijan karena memiliki sumber daya energi yang besar. Pada tahun 1992, Kongres Amerika Serikat mengeluarkan Undang-Undang Support Freedom. Namun, karena pengaruh dari lobi Armenia, pada Bagian 907 dari Undang-Undang Support Freedom mencegah pemerintah AS mengirim bantuan kemanusiaan ke Azerbaijan, hal itu tertulis dalam Undang-Undang Support Freedom yang berbunyi bahwa bantuan dari Amerika di bawah undang-undang ini maupun undang-undang lain (selain bantuan dengan Judul V Undang-Undang ini yaitu Pembatasan Bantuan untuk Azerbaijan) mungkin tidak tersedia kepada Pemerintahan Azerbaijan hingga Presiden menentukan, dan melaporkan kepada Kongres bahwa Pemerintahan Azerbaijan telah mengambil langkah-langkah nyata untuk menghentikan semua blokade dan penggunaan ofensif lain dari kekuatan terhadap Armenia dan Nagorno Karabakh K. Kasim, American Policy Toward the Nagorno-Karabakh Conflict and Implications for Its Resolution, Muslim Minority Affairs, Vol. 32, No. 2, 2012, p

8 Hal tersebut berarti bahwa Amerika akan melanjutkan bantuannya ke Azerbaijan ketika pemerintahan Azerbaijan berhenti melakukan tindakan perlawanan terhadap Armenia. Kemudian hal itu berdampak negatif terhadap hubungan Amerika-Azerbaijan untuk waktu yang lama. Pemerintah AS juga mengalami kesulitan dalam menganalisis peran Rusia dan menerapkan strategi terhadap konflik Nagorno-Karabakh. 13 Dalam jurnal yang berjudul Unfreezing the Nagorno-Karabakh Conflict? Evaluation Peacemaking Efforts under the Obama Administration sebuah tulisan dari Thomas Ambrosio, menulis bahwa baik pihak yang bertikai maupun aktor-aktor global merasa terdorong untuk menantang status quo dan mencari solusi damai untuk konflik. Sebuah gencatan senjata yang dicapai pada 1994 dan situasinya sebagian besar tetap statis. Meskipun ada insiden ancaman senjata dari kedua belah pihak yang masih berupaya untuk mempertahankan wilayah, dan upaya perdamaian yang dilakukan oleh kekuatan eksternal untuk menengahi kedua belah pihak, Nagorno-Karabakh dianggap sebagai salah satu dari beberapa konflik beku di bekas Uni Soviet. 14 Padahal dalam tulisannya Kamer Kasim juga mengatakan bahwa Azerbaijan adalah negara yang paling penting di antara negara-negara merdeka Republik Kaukasian dan menjadi pusat perhatian bagi kebijakan AS di kawasan Kaukasia, 13 K. Kasim, American Policy Toward the Nagorno-Karabakh Conflict and Implications for Its Resolution, p T. Ambrosio, Unfreezing the Nagorno-Karabakh Conflict? Evaluation Peacemaking Efforts Under the Obama Administration, Ethnopolitics, Vol. 10, No. 1. Maret, 2011, p

9 karena posisinya yang strategis juga dikombinasikan dengan sumber daya yang kaya minyak dan gas alam. Kerjasama Azerbaijan dengan Georgia, sekutu AS lainnya di kawasan itu terutama setelah "Revolusi Mawar" juga penting untuk strategi regional AS. Amerika Serikat dan Azerbaijan kemudian juga bekerja sama dalam program Caspia Guard, yang bertujuan untuk mencegah proliferasi senjata pemusnah massal, terorisme dan penyelundupan. Program ini juga bertujuan untuk melindungi pengembangan energi dan transportasi di Caspian. Meskipun adanya kerjasama dengan Azerbaijan, pemerintah AS masih belum mampu mengikuti kebijakan yang mencerminkan kepentingan strategis Azerbaijan yang juga disebabkan pengaruh dari Armenia. 15 Sehingga ketika Amerika mengeluarkan Undang-Undang Support Freedom memberikan pengaruh terhadap kerjasama antara Amerika dan Azerbaijan. 16 Dari paragraf sebelumnya, dapat kita lihat bahwa adanya keinginan dari Amerika dalam mencampuri masalah di wilayah itu yang dikarenakan adanya kerjasama dengan Azerbaijan. Dengan demikian, campur tangan dari pihak ketiga pun sebenarnya bukan hanya karena keinginan untuk mendamaikan, namun juga karena adanya faktor lain seperti kerjasama Amerika dengan Azerbaijan yang membutuhkan perlindungan integritas teritorial dan stabilitas Azerbaijan karena memiliki sumber 15 K. Kasim, American Policy Toward the Nagorno-Karabakh Conflict and Implications for Its Resolution, p T. Ambrosio, Unfreezing the Nagorno-Karabakh Conflict? Evaluation Peacemaking Efforts Under the Obama Administration, p

10 daya energi yang besar serta Azerbaijan adalah negara yang paling penting di antara negara-negara merdeka Republik Kaukasian. 17 Dalam latar belakang telah disebutkan mengenai tulisan dari Thomas De Waal bahwa peranan mediator sebagai pihak ketiga dalam upaya perdamaian konflik ini telah tercapai dengan adanya penandatanganan perjanjian untuk melakukan gencatan senjata dalam jangka waktu yang tak terbatas dan ditandatangani oleh para pemimpin militer dari Armenia, Azerbaijan, dan Nagorno-Karabakh pada tanggal 26 Juli Namun dinamika konflik yang terjadi di Nagorno-Karabakh tetap ada, masih terjadi baku tembak di wilayah tersebut seperti yang tertulis dalam Minorities at Risk Project (MAR), Chronology for Armenians in Azerbaijan, bahwa pada bulan November 2004 seorang tentara Azerbaijan tertembak di dekat perbatasan Karabakh. 18 Dan pada bulan Januari 2005 satu tentara Azerbaijan kembali tewas tertembak tentara Armenia, tidak hanya itu, dari tahun 2006 sampai 2012 tercatat peningkatan pelanggaran dari sekitar 600 hingga kali pelanggaran yang dilakukan oleh Azerbaijan pada tahun K. Kasim, American Policy Toward the Nagorno-Karabakh Conflict and Implications for Its Resolution, p Anonim, Azerbaijan violated ceasefire about times in 2012, News.am dalam jurnal Skripsi Ensi Aditya Kristiani Keterlibatan Rusia dalam Upaya Resolusi Konflik Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan , p Anonim, Azerbaijan violated ceasefire about times in 2012, News.am dalam jurnal Skripsi Ensi Aditya Kristiani Keterlibatan Rusia dalam Upaya Resolusi Konflik Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan , p

11 Walaupun telah dilakukan upaya perdamaian yaitu dengan adanya gencatan senjata yang melahirkan Bishkek Protocol, namun upaya tersebut hanya meredam konflik. Wilayah Nagorna-Karabakh masih dijaga ketat oleh pihak yang berkonflik karena masih terjadi kontak senjata antara pihak Armenia dan Azerbaijan. Hal itu juga didukung oleh tulisan dari Tim Potier dalam Jurnal yang berjudul Referendum to Determine Nagorno Karabakh's Final Status- A Critical Appraisal yang mengatakan bahwa pada realitanya kondisi yang memang benar damai masih belum dapat dicapai, penyelesaian mungkin tidak akan pernah tercapai, dikarenakan kedua belah pihak lebih memilih berjuang untuk wilayah Nagorno-Karabakh. 20 Pembahasan yang akan ditawarkan penulis dalam tesis ini yang tidak dijelaskan oleh beberapa penulis di atas mengenai mediasi dalam konflik Nagorno-Karabakh adalah penulis menganggap bahwa upaya mediasi dalam konflik Nagorno-Karabakh dianggap tidak efektif. Hal itu terbukti setelah adanya perjanjian gencatan senjata yaitu Protokol Bishkek, implementasi dalam protokol tersebut gagal diterapkan karena terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang dipicu dari serangan terorisme di Azerbaijan pada bulan Juli Setelah itu pasukan Azerbaijan membangun pertahanan mereka di sekitar Nagorno-Karabakh dan pelanggaran perjanjian gencatan senjata menjadi lebih intens. Masih terdapat kontak senjata yang dilakukan oleh kedua belah pihak di sepanjang daerah gencatan senjata yang 20 T. Potier, Referendum to Determine Nagorno Karabakh's Final Status - A Critical Appraisal, Muslim Minority Affairs, Vol. 32, No. 2, 2012, p

12 dikarenakan bahwa pihak yang berkonflik masih belum memiliki kesiapan dalam mencapai perdamaian. Kemudian, karena para pihak tidak siap untuk berdamai menjadi sebuah cerminan bahwa prinsip netralitas tidak dimiliki oleh pihak mediator, sehingga mediasi yang dilakukan pihak mediator tidak mampu menghentikan konflik yang terjadi Kerangka Konseptual Mediasi Touval dan Zartman (1989: 177) mendefiniskan mediasi sebagai intervensi yang diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa, yang mempunyai kerjasama diplomatis dengan pihak yang menjadi mediator, kerjasama diplomatis tersebut didasarkan pada penggunaan langsung tanpa kekerasan dan tidak ditujukan untuk membantu salah satu pihak yang menang. Seperti jasa baik, mediasi membantu pihakpihak yang bersengketa berkomunikasi, dan seperti konsiliasi hal tersebut menekankan mengubah pandangan dan sikap kedua belah pihak terhadap satu sama lain tetapi ia juga melakukan fungsi tambahan seperti menyarankan ide untuk kompromi dan mereka bernegosiasi dan berunding langsung dengan kedua belah pihak, mediasi pada dasarnya adalah sebuah proses politik tanpa komitmen sebelunya dari pihak-pihak terkait untuk menerima ide mediator W. Carlsnaes, T. Risse & B.A. Simmons, Handbook Hubungan Internasional, edisi Bahasa Indonesia Handbook Hubungan Internasional, diterjemahkan oleh Imam Baehaqi, Nusa Media, Bandung, 2013, p

13 Mediasi melibatkan keikutsertaan pihak ketiga yang netral dan independen dalam suatu sengketa. Tujuannya adalah untuk menciptakan adanya suatu kontak atau hubungan langsung di antara para pihak. 22 Mediasi bersifat adaptif dan responsif. Analisis umum dari karakteristik mediasi dapat didasarkan dari 23 : 1. Mediasi merupakan perpanjangan dan kelanjutan dari pihak-pihak yang memiliki upaya manajemen konflik; 2. Mediasi melibatkan intervensi dari individu, kelompok, atau organisasi untuk turut campur dalam sengketa yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih; 3. Mediasi adalah non-koersif, anti kekerasan dan tidak mengikat dalam suatu intervensi; 4. Mediasi mengubah sengketa bilateral menjadi interaksi nonbilateral, dengan menambahkan jumlah mediator menjadi lebih dari satu pihak. Efek mediasi yang struktual ini mengubah dan menciptakan suatu titik fokus baru untuk mencapai kesepakatan damai; 5. Mediator yang masuk dalam sengketa memengaruhi, mengubah, mengatasi, memodifikasi dengan berbagai cara; 22 H. Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, p J. Bercovitch, The Structure and Diversity of Mediation in International Relations, dalam J. Bercovitch (eds.), Mediation in Internation Relations, Multiple Approaches to Conflict Management, Palgrave, New York, 2003, p

14 6. Secara langsung maupun tidak, mediator perlahan membawa ide, pengetahuan, sumber daya dan kepentingan kepada pihak-pihak yang bersengketa. Mediator menjadi aktor penting berdasarkan asumsi dan agenda mereka sendiri mengenai sengketa yang diselesaikan. Dan mediator bersikap tertarik serta peduli dengan pihak-pihak yang bersengketa; 7. Mediasi merupakan bentuk intervensi yang bersifat sukarela. Hal ini berarti pihak-pihak yang bersengketa masih tetap bisa mengkaji atas hasil yang didapat oleh mediator dalam perselisihan mereka, serta pihak yang bersengketa mempunyanyi kebebasan untuk menerima maupun menolak hasil dari mediasi; 8. Mediasi beroperasi secara ad hoc atau sementara. Idealnya, kesuksesan mediasi dapat menghasilkan: terhentinya suatu kekerasan, perjanjian yang memungkinkan setiap pihak yang bersengketa mendapatkan nama baik dalam dunia internasional maupun nasional, suatu pandangan yang baik terhadap pemimipin negara yang bersengketa dalam masyarakat dunia, pengaturan yang akan menjamin dalam penerapan perjanjian apapun yang telah dicapai, dan hubungan yang lebih baik antara pihak yang bersengketa. Hal tersebut tentu saja tidak semuanya bisa dicapai ketika mediator memutuskan untuk menengahi sengketa yang terjadi. Tingkat kesuksesan mediator tentunya dapat diukur dengan jumlah hasil yang telah dicapai. Dalam upaya mediasi dapat dilihat dengan lima syarat 14

15 yang penting untuk menunjukkan bahwa mediasi yang dilakukan tersebut telah sukses, yaitu 24 : 1. Para pihak yang bersengketa harus sadar bahwa mereka tidak mungkin mendapatkan apa yang mereka inginkan secara sepihak; 2. Apabila memakan biaya, maka jalan alternatif untuk perjanjian haruslah tidak melibatkan biaya ekonomi maupun biaya politik yang tidak dapat diterima; 3. Perwakilan para pihak yang bersengketa harus memiliki otoritas yang cukup untuk berbicara mewakili pihak mereka dan berkomitmen dalam menjalankan tugasnya; 4. Kepentingan internasional maupun kepentingan regional dari pihak yang bersengketa harus memiliki tekanan atau desakan agar resolusi dapat tercapai; 5. Mediator yang tersedia harus diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa. Dalam menangani sebuah konflik, seharusnya pihak yang berkonflik memiliki kesiapan maupun kematangan agar upaya perdamaian yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif. Memang pihak mediator dalam konflik Nagorno-Karabakh dapat diterima oleh pihak yang berkonflik untuk menengahi perkara yang ada. Namun, pertemuan mediasi yang dilakukan oleh para pihak masih belum menghentikan perkara 24 L. Susskind and E. Babbitt, Overcoming the Obstacles to Effective Mediation of International Disputes, dalam J. Bercovitch dan J. Z. Rubin, Mediation in Internation Relations, Multiple Approaches to Conflict Management, Palgrave, New York, 2003, p

16 yang terjadi di antara para pihak. Hal tersebut disebabkan oleh suatu hal yang disebut dengan kematangan. Kematangan maupun kesiapan para pihak yang bersengketa merupakan hal yang harus dimiliki oleh para pihak yang bersengketa. Hal tersebut berarti bahwa apakah kematangan tersebut dapat meliputi kesiapan dari diri pihak yang bersengketa, sebagaimana juga atas dasar pertimbangan hubungan para pihak yang bersengketa. Konsep kesiapan menyediakan sebuah analisis untuk membantu menjelaskan mengapa kesepakatan dapat dicapai dalam situasi tertentu tetapi tidak pada pihak yang bersengketa. Konsep ini juga merupakan sebuah preskriptif atau bersifat memberi petunjuk maupun bantuan untuk membantu para pembuat kebijakan membedakan perselisihan yang mana disetujui untuk bernegosiasi dan memerlukan perubahan dalam diplomasi agar menjadi lancar. 25 Mengenai konsep kematangan atau kesiapan untuk menengahi sebuah perkara, berpusat dari persepsi dari para pihak agar tidak mendapati sebuah jalan buntu dalam mencapai resolusi konflik. Kematangan dalam mencapai upaya perdamaian tersebut sebenarnya hanya merupakan sebuah kondisi. Kondisi yang diperlukan oleh pihak yang berkonflik maupun pihak ketiga sebagai mediator dengan harapan agar konflik yang ada dapat terhenti dan hasil dari upaya perdamaian tersebut dapat diterima oleh pihak yang 1988, p R. N. Haass, Ripeness and the settlement of international disputes, Survival, Vol. 30, No. 3, 16

17 berkonflik. 26 Ketidaksiapan pihak yang berkonflik untuk dimediasi dapat dilihat setelah ditandatangani Protokol Bishkek, salah satu pihak dari Azerbaijan melakukan penyerangan terhadap pihak lain yaitu suatu Partai dari Armenia dan kemudian memicu adanya penyerangan yang terus berlanjut. Kemudian kedua pihak kembali saling berjaga di sepanjang daerah gencatan senjata dan memperkuat pertahanan mereka yang diawali oleh militer dari Azerbaijan setelah para pengungsi kembali ke Nagorno- Karabakh. Lagipula, karena ketidaksiapan atau kematangan dari pihak yang bersengketa menimbulkan adanya ketidaknetralan dari pihak mediator. Pelanggaran prinsip netralitas tersebut merupakan suatu cerminan dari sikap ketidaksiapan para pihak yang berkonflik untuk dimediasi dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi. Prinsip netralitas dalam suatu mediasi tentunya sangat diperlukan agar proses penyelesaian suatu konflik dapat terlaksana tanpa harus menyakiti salah satu pihak. Seperti yang telah disebutkan penulis di paragraf sebelumnya bahwa mediasi melibatkan keikutsertaan pihak ketiga yang netral dan independen dalam suatu sengketa. Prinsip netralitas tersebut dimaksudkan agar pihak-pihak yang bersengketa dapat menerima hasil dari pertemuan mediasi yang dilakukan oleh pihak ketiga, sehingga masalah yang terjadi antara para pihak yang bersengketa dapat diselesaikan tanpa adanya masalah yang muncul lagi di antara para pihak yang bersengketa. 26 I. W. Zartman, The Timing of Peace Initiatives: Hurting Stalemates and Ripe Moments, The Global Review of Ethnopolitics, Vol. 1, No. 1, 2001, p

18 Dalam menjalankan mediasi, mediator memang bebas menentukan bagaimana proses penyelesaian sengketanya berlangsung. Perannya di sini tidak semata-mata mempertemukan para pihak agar bersedia berunding, tetapi mediator juga terlibat dalam perundingan dengan para pihak dan dengan sifat netralitas yang dimiliki oleh mediator, pihak yang bersengketa dapat memberikan saran-saran atau usulan dalam proses penyelesaian sengketa. Dalam tulisan mengenai mediasi di atas memang tidak menyinggung secara rinci mengenai prinsip netralitas. Netralitas atau ketidakberpihakan bermaksud bahwa pihak ketiga sebagai mediator tidak memihak salah satu pihak dan dapat bersifat tegas dalam menengahi sengketa yang ada, sehingga prinsip netralitas haruslah dimiliki oleh mediator agar hasil dari upaya mediasi itu sendiri dapat diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa. Dan dalam upaya mediasi, seperti yang disebutkan dalam paragrafparagraf sebelumnya, mediator harus terampil, beralasan dan dapat dipercaya. Hal tersebutlah yang merupakan alasan bahwa prinsip keadilan dari pihak ketiga merupakan dasar dari etika mediasi. 27 Lagipula, kesuksesan mediasi yang dijelaskan sebelumnya menyebutkan bahwa para pihak yang bersengketa harus sadar bahwa mereka tidak mungkin mendapatkan apa yang mereka inginkan secara sepihak. Namun, pihak yang berkonflik seperti tidak dapat menerima hasil dari upaya mediasi yang hal tersebut dikarenakan bahwa pihak yang berkonflik sebenarnya tidak memiliki kesiapan untuk dimediasi. Hal 27 H. Hung, Neutality and Impartiality in Mediation, ADR Bulletin, Vol. 5. No. 3, 2002, p

19 tersebut dapat membantu untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam penulisan tesis ini mengenai ketidakefektifan upaya mediasi. Mediasi dalam konflik Nagorno-Karabakh memang telah dilakukan sejak tahun 1992, dan pada tahun 1994 kesepakatan telah dicapai dengan adanya penandatanganan perjanjian yang juga dibantu oleh CIS ketika Rusia mendeklarasikan bahwa OSCE sendiri tidak dapat mengamankan wilayah yang berkonflik. Kesepakatan tersebut dimaksudkan untuk melakukan gencatan senjata dalam jangka waktu yang tak terbatas dan ditandatangani oleh para pemimpin militer dari Armenia, Azerbaijan, dan Nagorno-Karabakh. Perjanjian gencatan senjata itu bertujuan agar kedua pihak menarik pasukannya dari wilayah yang diperebutkan dan tetap melaksanakan pertemuan-pertemuan resmi untuk mencari jalan damai. Namun, karena adanya ketidaksiapan para pihak untuk dimediasi, para pihak kembali mengangkat senjata mereka untuk mempertahankan wilayah Nagorno-Karabakh. Sehingga, upaya mediasi yang menghasilkan perjanjian gencatan senjata tidak tercapai dan dianggap tidak efektif. Seperti yang dikatakan oleh Susskind dalam buku yang dieditori oleh Bercovitch, upaya mediasi dapat dikatakan berhasil apabila terhentinya suatu kekerasan antara pihak yang bersengketa. Namun setelah periode gencatan senjata, kedua belah pihak perlahan memperkuat pertahanan mereka di sepanjang perbatasan wilayah yang diperebutkan. 28 Syarat yang menyatakan bahwa mediasi berjalan efektif 28 T. D. Waal, Black Garden: Armenia and Azerbaijan Through Peace and War, p

20 pun tidak terlaksana, karena pihak-pihak yang bersengketa yaitu Armenia dan Azerbaijan menginginkan sebuah keputusan yang bersifat secara sepihak. Hal itu dikarenakan kedua belah pihak lebih memilih untuk berjuang dalam mengklaim wilayah Nagorno-Karabakh, para pihak menginginkan wilayah Nagorno-Karabakh berada dalam kawasan mereka. 29 Sehingga pihak mediator yaitu OSCE terus melakukan pertemuan-pertemuan agar konflik tersebut dapat terselesaikan tanpa ada pihak yang dirugikan. Apabila mediasi yang dilakukan dalam konflik ini berjalan efektif, maka pihak yang bersengketa harusnya dapat menerima hasil dari mediasi yang pertama yaitu perjanjian gencatan senjata yang mengsyaratkan agar kedua pihak menarik pasukannya dari wilayah yang diperebutkan dan serta adanya pemberitaan mengenai kontak senjata antara kedua belah pihak Lagipula, pelanggaran prinsip netralitas oleh pihak mediator yang merupakan cerminan dari sikap tidak siap dari pihak yang berkonflik tersebut, membuat Azerbaijan menganggap para Co-Chairman OSCE yaitu Rusia, Amerika Serikat serta Perancis lebih memihak kepada Armenia. Hal tersebut dikatakan oleh Habib Marmadov yang merupakan Sekretaris II di Kedutaan Besar Azerbaijan untuk Indonesia bahwa pihak Azerbaijan menginginkan adanya negara tambahan seperti Turki dan Jerman untuk menjadi Co-Chairman namun ditolak oleh 3 negara tersebut karena adanya pengaruh lobi dari pihak Armenia. 30 p T. Potier, Referendum to Determine Nagorno Karabakh's Final Status - A Critical Appraisal, 30 H. Marmadov, dalam wawancara langsung dengan Kedutaan Azerbaijan untuk Indonesia 24 20

21 1. 5 Argumen Utama Berdasarkan paparan sebelumnya, argumen utama yang dapat ditarik adalah bahwa upaya mediasi yang dilakukan oleh OSCE dan CIS tidak efektif yang disebabkan oleh: 1. Ketidaksiapan dari para pihak yang berkonflik dalam upaya perdamaian, sehingga masing-masing pihak merasa dirugikan; 2. Pihak ketiga sebagai mediator tidak memiliki sikap netralitas dalam melakukan mediasi yang merupakan sebuah cerminan dari ketidaksiapan para pihak bersengketa dalam melakukan upaya perdamaian. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya permasalahan yang timbul setelah adanya kegagalan pada implementasi perjanjian gencatan senjata di tahun Pihak Armenia dan Azerbaijan sama-sama memperkuat pertahanan militer mereka di sepanjang wilayah yang diperebutkan yang dipicu dari serangan terorisme di Azerbaijan pada bulan Juli Dan kemudian masing-masing pihak masih terus berjaga dan melakukan kontak senjata meskipun perjanjian gencatan senjata telah ditandatangani, sehingga pihak OSCE sebagai mediator masih diperlukan agar sengketa yang terjadi dapat diselesaikan. Selain itu, ketidaknetralan dari pihak mediator timbul dari cerminan sikap ketidaksiapan para pihak yang bersengketa untuk Februari

22 dimediasi dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi sehingga hasil dari mediasi tidak dapat diterima oleh salah satu pihak yang berkonflik Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berdasarkan data-data sekunder (data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisis orang lain), studi literatur yang digunakan penulis untuk mengolah data dari jurnal, buku-buku, serta sumber-sumber dari internet yang merupakan situs resmi yang berhubungan konflik Nagorno-Karabakh serta upaya mediasi yang dilakukan oleh pihak ketiga yaitu OSCE dan CIS. Kemudian untuk metode selanjutnya penulis melakukan wawancara ke pihak terkait dengan penulisan tesis ini yaitu Sekretaris II Kedutaan Besar Azerbaijan untuk Indonesia. Setelah data diperoleh, penulis akan menggunakan data tersebut untuk menjawab rumusan masalah sekaligus membuktikan argumen utama yang telah disusun sebelumnya, selanjutnya digunakan dalam pengambilan kesimpulan Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini akan dibagi menjadi empat bab yaitu pada Bab 1 yang menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tinjauan pustaka, argumen utama, kerangka konseptual, metodologi penelitian dan, sistematika penulisan. Pada Bab 2, membahas mengenai awal mula konflik Nagorno-Karabakh dari tahun 1988 hingga tercapainya perjanjian gencatan senjata pada tahun 1994, serta membahas 22

23 mengenai terorisme Armenia di Azerbaijan serta sedikit mengulas mengenai Khojaly Genocide. Bab 3, akan membahas mengenai rumusan masalah dalam penulisan tesis ini yaitu mengapa upaya mediasi dalam konflik Nagorno-Karabakh berjalan tidak efektif. Bab 4 merupakan penutup dan kesimpulan dari semua bab serta pelajaran penting mengenai penulisan tesis ini. 23

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka 7 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Kajian Pustaka Literatur yang dikaji dalam tulisan ini meliputi karya-karya yang berkaitan dengan tema penelitian yang penulis pilih. Tema yang dimaksud adalah mengenai peran

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA) NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA) 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Protokol Piagam ASEAN

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

PERAN DARI OSCE MINSK GROUP DALAM MEDIASI KONFLIK DI WILAYAH NAGORNO-KARABAKH

PERAN DARI OSCE MINSK GROUP DALAM MEDIASI KONFLIK DI WILAYAH NAGORNO-KARABAKH PERAN DARI OSCE MINSK GROUP DALAM MEDIASI KONFLIK DI WILAYAH NAGORNO-KARABAKH SKRIPSI Disusun oleh: I Putu Angga Prasada Arnaya NIM: 1121105004 Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI. Dewi Triwahyuni

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI. Dewi Triwahyuni PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI Dewi Triwahyuni DASAR HUKUM Pencegahan penggunaan kekerasan atau terjadinya peperangan antar negara mutlak dilakukan untuk terhindar dari pelanggaran hukum

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses

Lebih terperinci

Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia

Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia Lebih dari dua abad lamanya Negara Rusia tidak pernah jauh dari pusat perpolitikan Iran, baik itu sebagai musuh politik dan terkadang menjadi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN. Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan

BAB V PENUTUP KESIMPULAN. Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan BAB V PENUTUP KESIMPULAN Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan Strategi Republik Kosovo dalam Proses Mencapai Status Kedaulatannya pada Tahun 2008 telah berlangsung sejak didirikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya Spanyol pada Perang Dunia II tahun 1939-1945 merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat empat hal

Lebih terperinci

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 SEJARAH PEAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Perang 30 Tahun & Perang Napoleon Perang Dunia I & Perang Dunia II Perang Dingin & Perang Global Melawan Terorisme

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU

Lebih terperinci

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65 Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris dalam Genosida 65 Majalah Bhinneka April 2, 2016 http://bhinnekanusantara.org/keterlibatan-pemerintah-amerika-serikat-dan-inggris-dalam-genosida-65/

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A.

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Introduction Transaksi-transaksi atau hubungan dagang banyak bentuknya, mulai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa Disusun Oleh: Raden Zulfikar Soepinarko Putra 2011 200 206 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN 1947-1988 Skripsi Oleh: RINI SUBEKTI NIM 020210302011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB IV KONTRIBUSI UNI EROPA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK GEORGIA DAN RUSIA TAHUN 2008

BAB IV KONTRIBUSI UNI EROPA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK GEORGIA DAN RUSIA TAHUN 2008 BAB IV KONTRIBUSI UNI EROPA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK GEORGIA DAN RUSIA TAHUN 2008 Dalam bab IV penulis akan membahas tentang beberapa hal yang menjadi alasan organisasi internasional Uni Eropa untuk

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai beberapa konflik yang mewujud ke dalam bentuk separatisme. Salah satunya adalah gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di tanah Papua. Tulisan

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH A. Alasan Pemilihan Judul Liga Arab adalah organisasi yang beranggotakan dari negara-negara Arab. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam hal ini adalah Amerika. Setelah kemenangannya dalam Perang

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam hal ini adalah Amerika. Setelah kemenangannya dalam Perang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyak konflik dan perang saudara yang terjadi di dunia ini tidak pernah terlepas dari unsur campur tangan dari negara negara barat yang besar dan kuat yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010 Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, 09-11-2010 Selasa, 09 November 2010 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN DIPLOMASI

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN DIPLOMASI TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN Modul ke: DIPLOMASI Metode Pertarungan dan Penutupan Negosiasi: 1.Mengenal metode pertarungan dan taktik negosiasi. 2.Menghadapi metode pertarungan. 3.Penutupan negosiasi Fakultas

Lebih terperinci

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis P R E P A R E D B Y : I R M A M. N A W A N G W U L A N, M B A M G T 4 0 1 - H U K U M B I S N I S S E M E S T E R G A N J I L 2 0 1 4 U N I V E R S

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008. BAB V KESIMPULAN Krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, Sudan telah menarik perhatian masyarakat internasional untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasi tersebut dilakukan dengan pemberian bantuan kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Rencana Iran menjadi tuan rumah KTT Non Blok mendapat perlawanan dari

BAB V KESIMPULAN. Rencana Iran menjadi tuan rumah KTT Non Blok mendapat perlawanan dari BAB V KESIMPULAN Rencana Iran menjadi tuan rumah KTT Non Blok mendapat perlawanan dari AS dan Israel. Kedua negara secara nyata mengajak negara anggota Non Blok untuk tidak hadir dalam agenda tersebut,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Oleh : I Gusti Ngurah Adhi Pramudia Nyoman A Martana I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Bagian Hukum

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Keamanan pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi setiap negara. World Trade Organization (WTO) adalah organisasi internasional yang sejak tahun 1995 memiliki peran sentral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI 1 Introduksi: Isu proliferasi senjata nuklir merupaka salah satu isu yang menonjol dalam globalisasi politik dunia. Pentingnya isu nuklir terlihat dari dibuatnya

Lebih terperinci

Bimbingan dan Konseling Sosial

Bimbingan dan Konseling Sosial Bimbingan dan Konseling Sosial Situasi Sosial Situasi yang menggambarkan adanya interaksi antar individu, yang didalamnya terdapat sikap saling mempengaruhi. Situasi dalam keanekaragaman. Konflik Kata

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a b c d e f bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel?

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel? Hafidz Abdurrahman Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Inggris melakukan berbagai upaya untuk mendudukkan Yahudi di Palestina namun selalu gagal. Tapi setelah khilafah runtuh dan ruh jihad mati barulah negara

Lebih terperinci

KONFLIK CHILE-ARGENTINA PADA KASUS BEAGLE CHANNEL

KONFLIK CHILE-ARGENTINA PADA KASUS BEAGLE CHANNEL RESUME SKRIPSI LATAR BELAKANG KONFLIK CHILE-ARGENTINA PADA KASUS BEAGLE CHANNEL Disusun oleh: DAHLIA NUR FARIDA NIM. 151040188 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang BAB V KESIMPULAN Dalam bab V ini saya akan membahas tentang kesimpulan dari bab-bab yang sebelumnya. Dimulai dari sejarah di kedua negara yang bersengketa dan point-point yang telah di bahas di bab sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

BAB IV UPAYA ASEAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM SENGKETATHAILAND-KAMBOJA. sengketa Thailand dan Kamboja ini dan akan di bagi menjadi beberapa sub bab

BAB IV UPAYA ASEAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM SENGKETATHAILAND-KAMBOJA. sengketa Thailand dan Kamboja ini dan akan di bagi menjadi beberapa sub bab BAB IV UPAYA ASEAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM SENGKETATHAILAND-KAMBOJA Dalam BAB IV adalah pembahasan yang terakhir dalam skripsi ini. Dalam BAB IV ini akan membahas bagaimana upaya ASEAN sebagai mediator

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi BAB V PENUTUP Penelitian ini berawal dari sebuah keputusan berani yang dikeluarkan oleh Presiden Perancis Nicholas Sarkozy pada tahun 2012 terkait penarikan pasukan Perancis dari Afghanistan. Dikatakan

Lebih terperinci

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A.

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A. BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 6 M E D I A S I A. Pengertian dan Karakteristik Mediasi Mediasi berasal dari bahasa Inggris mediation atau penengahan, yaitu penyelesaian

Lebih terperinci