Laporan Indeks Pemenuhan Hak Dasar Anak di Indonesia K A W A S A N I N D O N E S I A T I M U R J A U H T E R T I N G G A L

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Indeks Pemenuhan Hak Dasar Anak di Indonesia K A W A S A N I N D O N E S I A T I M U R J A U H T E R T I N G G A L"

Transkripsi

1 Laporan Indeks Pemenuhan Hak Dasar Anak di Indonesia K A W A S A N I N D O N E S I A T I M U R J A U H T E R T I N G G A L

2 Laporan Indeks Pemenuhan Hak Dasar Anak di Indonesia Kawasan Indonesia Timur Jauh Tertinggal Penyusun: Bagus Yaugo Wicaksono Wahyu Minarno Ibnu Mubaroq Cetakan pertama 2017 Penerbit: Perkumpulan Kamuka (Kaum Muda Merdeka) Jl. Kecapi 1 No. 52 C4 Jakarta Selatan Indonesia Phone: office@kamuka.org Website: Diperbolehkan untuk mengutip sepanjang tidak untuk kepentingan komersial serta dengan menyebutkan sumber aslinya.

3 Laporan Indeks Pemenuhan Hak Dasar Anak di Indonesia Kawasan Indonesia Timur Jauh Tertinggal Pengantar 1 Capaian Pemerintah dan Rekomendasi Komite Hak Anak 2 Konsep Hak Dasar Anak 5 Metodologi 8 Hasil Penghitungan Indeks 11 Penghitungan Menyeluruh 11 Peringkat Dalam Setiap Dimensi 13 Pemenuhan Terhadap Hak Kewarganegaraan 13 Pemenuhan Terhadap Hak Hidup 16 Pemenuhan Hak Kesehatan 18 Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan 21 Pemenuhan Hak Dasar Anak atas Perlindungan 24 Rekomendasi 27 Lampiran 30

4 Pengantar Indeks Pemenuhan Hak Anak dibuat untuk memberikan informasi terkini atas pemenuhan hak anak di Indonesia. Tujuan utamanya adalah sebagai bahan masukan baik oleh pemerintah, organisasi nonpemerintah maupun masyarakat sipil dalam proses diskusi pengambilan keputusan maupun advokasi pembelaan hak-hak anak. Indeks ini diterbitkan secara berkala setiap tahun oleh Perkumpulan KAMUKA. Indeks ini sekaligus menjadi tolok ukur dalam memonitor kinerja Pemerintah Republik Indonesia pasca mendapat rekomendasi dari Komite Hak Anak Perserikatan Bangsa Bangsa. Meski harus diakui, dalam indeks ini tidak sepenuhnya mengakomodir semua poin-poin rekomendasi tersebut. Namun, sengaja dalam indeks ini hanya memberikan informasi-informasi dasar bagi pemenuhan hakhak anak, terlebih terhadap pemenuhan hak yang akan berdampak langsung jika belum dipenuhi. Secara lebih rinci, lihat konsep Pemenuhan Hak Dasar Anak di halaman 5. Hasil dari indeks menunjukan bahwa pemenuhan hak dasar anak masih belum merata. Khususnya anak-anak di kawasan Indonesia bagian timur harus mendapat prioritas utama. Misalkan saja hak dalam mendapat pengakuan kewarganegaraan, baru sebatas 17,64 dari anak-anak di Provinsi Papau yang mempunyai dan bisa menunjukan akta kelahiran mereka. Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, pelayanan kesehatan bagi anak masih butuh untuk lebih ditingkatkan. Provinsi ini berada pada posisi paling rendah. Selain menunjukan adanya gap pemenuhan hak dasar anak antara provinsi-provinsi di Indonesia, indeks ini juga membuktikan bahwa pemenuhan hak perlindungan di Provinsi Jawa Barat berada pada urutan paling bawah. Artinya, dalam permasalahan anak yang terkait dengan (1) buruh anak; (2) perkawinan usia anak; (3) kebiasaan anak merokok; dan (4) korban kejahatan anak, Provinsi Jawa Barat masih tertinggal dari provinsi-provinsi lainnya. Mengingat segala keterbatasan sumberdaya, di tahun 2017 indeks dibuat sebatas tingkat provinsi. Harapannya, kedepan akan bisa dibuat indeks pemenuhan hak dasar anak sampai tingkat kabupaten bahkan tingkat desa. Tim juga sangat menyadari bahwa indeks ini masih membutuhkan banyak perbaikan. Untuk itu, kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran. Akhir kata, semoga laporan ini bisa berkontribusi dalam jalan panjang pemenuhan hak anak di Indonesia. Jakarta, 21 Agustus 2017 Tim Perkumpulan Kamuka 1

5 Capaian Pemerintah dan Rekomendasi Komite Hak Anak Dalam upaya pemenuhan hak-hak anak, Pemerintah Republik Indonesia (selanjutnya disebut Pemerintah) telah melakukan berbagai langkah-langkah positif. Hal ini disampaikan langsung oleh Komite Hak Anak Perserikatan Bangsa Bangsa (selanjutnya disebut Komite) melalui Pengamatan Kesimpulan dari Laporan Periodik Pemerintah RI yang ke 3 dan ke 4. Dalam Kesimpulan Pengamatan tersebut, Komite menjelaskan langkah-langkah positif apa saja yang telah diambil. Langkah-langkah itu terkait dengan pebuatan perundang-undangan, penyusunan kebijakan dan program, serta ratifikasi terhadap instrumen hukum internasional terkait hak anak. Langkah-langkah yang telah dicapai oleh Pemerintah dalam peraturan perundang-undangan domestik antara lain; 1. Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Jaminan Sosial; 2. Undang-Undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak; 3. Undang-Undang No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis; 4. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar; 5. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang Undang-Undang No. 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan untuk merevisi Undang-Undang No. 23 Tahun 2006; 7. Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia; 8. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional; 9. Revisi Pasal 43 (1) UU No 1/1974 tentang Perkawinan, oleh Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 pada tanggal 17 Februari 2012, memperluas status hukum anak-anak "luar nikah". Selain capaian dalam membuat peraturan domestik ini, Komite juga memberikan apresiasi Pemerintah dengan terkait dengan upaya memasukan instrumen-instrumen internasional yang relevan dengan hak-hak anak di antaranya adalah: 1. Ratifikasi Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang Keterlibatan Anak dalam Konflik Bersenjata pada bulan September 2012; 2. Pengesahan Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak pada bulan September 2012; 3. Pengesahan Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak-hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya Mei 2012; 4. Ratifikasi Konvensi Hak Penyandang Disabilitas pada bulan November 2011; 5. Aksesi pada Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya pada bulan Februari

6 Selain memberikan penilaian terhadap langkah-langkah positif yang telah diambil oleh Pemerintah, tugas Komite adalah memberikan rekomendasi terkait pemenuhan hak anak yang perlu untuk ditingkatkan. Terkait dengan pemenuhan hak dasar anak, Komite menekankan Pemerintah untuk melakukan tindak lanjut dalam pemenuhan hak-hak ini. Berikut adalah petikan rekomendasi Komite terhadap hak-hak dasar anak: Hak sipil Komite merekomendasikan agar Indonesia memastikan semua anak yang lahir di Indonesia telah terdaftar dan diterbitkan akta kelahiran, terlepas dari kebangsaan, agama, dan status saat lahir, dan pencatatan kelahiran difasilitasi dan gratis dalam semua keadaan, menghapus persyaratan untuk menunjukkan afiliasi agama pada kartu identitas, serta menutup celah dalam undang-undang yang dapat meninggalkan beberapa anak tanpa kewarganegaraan. Komite selanjutnya merekomendasikan Indonesia menyetujui Konvensi 1954 mengenai Status Tanpa Kewarganegaraan dan Konvensi 1961 tentang Pengurangan Tanpa Kewarganegaraan. Hak Hidup dan Kesehatan Komite, dalam Komentar Umum No. 15 (2013) tentang hak anak untuk menikmati standar kesehatan tertinggi (pasal 24), mendesak Indonesia untuk meningkatkan anggaran kesehatan dan memperluas akses pelayanan perawatan kesehatan primer di seluruh provinsi, dan memberikan layanan dengan kemudahan akses dan dapat dijangkau oleh masyarakat, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan, terlepas dari latar belakang ekonomi mereka, dan khususnya dalam: A. Menjamin penyediaan layanan-layanan kesehatan dasar bagi semua perempuan hamil, termasuk akses ke perawatan antenatal, perawatan persalinan yang aman, perawatan obstetrik darurat serta perawatan pasca melahirkan, dan untuk anak-anak, difokuskan pada intervensi untuk mengurangi penyakit yang dapat dicegah, terutama diare, infeksi saluran pernafasan akut, dan gizi dan lain-lain, serta mempromosikan praktik pemberian makanan bayi dan balita yang baik; B. Memperkuat dan memperluas akses ke perawatan kesehatan preventif dan layanan terapi untuk semua perempuan hamil dan anak-anak, terutama bayi dan balita. Harus mencakup intervensi kesehatan preventif seperti layanan imunisasi universal, terapi rehidrasi oral, dan pengobatan untuk infeksi saluran pernapasan akut; C. Memberikan bantuan profesional gratis yang cukup sebelum dan selama persalinan, termasuk di daerah terpencil dan pedesaan, dan mengambil alih semua upaya yang diperlukan, termasuk perawatan kebidanan darurat, untuk mengurangi angka kematian ibu; dan D. Merekrut, melatih, dan memonitor penyedia layanan kesehatan serta memperbaiki infrastruktur kesehatan dan memastikan bahwa pelayanan kesehatan termasuk akses ke sanitasi dan air minum yang bersih. Hak Pendidikan Komite mendesak Indonesia untuk mengambil tindakan segera untuk menjamin aksesibilitas pendidikan berkualitas untuk semua anak dalam wilayah Indonesia, khususnya untuk: A. Menjamin bahwa pendidikan tersedia untuk semua pencari suaka dan pengungsi anak, anak-anak pekerja migran, dan untuk anak-anak yang tidak mempunyai akta kelahiran; B. Meningkatkan pendanaan pendidikan, memfokuskan pada keluarga yang tinggal di kabupaten paling miskin dan terpencil, serta mengambil tindakan efektif untuk mengatasi alasan di balik kegagalan untuk menyelesaikan sekolah; 3

7 C. Memastikan bahwa remaja yang sudah menikah, remaja hamil, dan ibu remaja yang didukung dan dibantu dalam melanjutkan pendidikan mereka di sekolah umum dan dapat bergabung membesarkan anak dan menyelesaikan pendidikan; dan D. Meningkatkan jumlah guru, melatih mereka dan memastikan kehadiran mereka di tempat kerja, serta mengambil semua langkah yang diperlukan, termasuk rencana spesifik tindakan sekolah, dan inspeksi sekolah secara reguler, untuk mengakhiri hukuman fisik dan bentuk-bentuk kekerasan di sekolah, termasuk intimidasi. Hak Perlindungan Komite mendesak Indonesia untuk melakukan segala upaya untuk memastikan anak-anak yang bekerja melakukannya sesuai dengan standar internasional, dan mendesak Indonesia untuk: A. Menjamin tidak ada anak yang terkena kondisi berbahaya atau bentuk- bentuk pekerjaan terburuk anak, dan keterlibatan anak dalam kerja didasarkan pada pilihan bebas murni, sesuai dengan peraturan internasional, tunduk pada batas waktu yang wajar, dan sama sekali tidak menghambat pendidikan mereka; Komite mendesak Indonesia untuk mencari langkah-langkah yang efektif untuk mencegah dan memberantas praktik pernikahan usia anak atau kawin paksa, termasuk semua tindakan legislatif yang diperlukan serta pembentukan kesadaran dan kampanye tentang kerugian dan bahaya yang dihasilkan dari pernikahan usia anak. Komite, mengingat Komentar Umum No. 13 (2011) tentang hak anak untuk bebas dari segala bentuk kekerasan, mendesak Indonesia untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk: A. Membangun mekanisme pemantauan yang memadai secara efektif untuk menghilangkan kekerasan yang dialami oleh anak yang berkonflik dengan hukum; dan B. Memastikan perempuan terlindungi dari segala bentuk kekerasan, dan didukung oleh program yang memberikan bantuan keuangan dan hukum untuk memungkinkan akses penuh ke sistem peradilan formal. 4

8 Konsep Hak Dasar Anak Konvensi Hak Anak (KHA) memuat hak-hak anak yang harus dilindungi, dipenuhi dan dihormati. Hak-hak tersebut kemudian dikelompok-kelompokkan kedalam satuan yang hak yang terkait erat. Khusus untuk hak, pengelompokan terdiri dari 5 kluster, yaitu (1) sipil dan kebebasan; (2) lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif; (3) kesehatan dasar dan kesejahteraan; (4) pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya; dan (5) langkah-langkah perlindungan khusus. Ada 41 hak yang secara substantif dijamin dalam KHA. Indeks ini, sengaja tidak menggunakan keseluruhan hak yang dijamin di KHA. Melainkan, hanya sebatas hak dasar yang harus dipenuhi oleh Pemerintah dalam waktu dekat. Selebuhnya, Jika pemenuhan itu belum bisa tercapai, maka seorang anak akan mendapatkan dampak langsung sehingga akan terganggu dalam menikmati hak-hak lainnya. Ada tiga dimensi utama yang menjadi konsep hak dasar di sini yaitu, (1) hak hidup dan kewarganegaraan; (2) hak kelangsungan hidup dan perkembangan; dan (3) hak atas perlindungan khusus. Asumsinya adalah, dalam dimensi pertama, hak hidup dan kewarganegaraan adalah menjadi dasar seorang anak untuk bisa menikmati hak-hak mereka selebihnya. Untuk bisa menikmati hak-hak mereka, seseorang haruslah hidup. Selanjutnya, seseorang tersebut haruslah mendapat pengakuan kewarganegaraan. Hal ini menjadi syarat utama karena tanpa kewarganegaraan, dalam logika pengelolaan wilayah sekarang dewasa ini, maka seseorang tidak akan mendapat perlindungan, baik fisik, mental, sosial maupun kesejahteraan. Setelah asumsi pertama tercukupi, bagi seseorang untuk mempersiapkan diri mereka menghadapi / terjun dalam lingkungan sosial seutuhnya, maka mereka harus mempunyai keahlian-keahlian yang dibutuhkan dalam suatu lingkungan alam dan sosial tertentu. Di sinilah perlu adanya intervensi negara untuk memberikan hak perkembangan bagi seseorang, khususnya dalam hal ini adalah seorang anak. Bentuk nyata dari pemenuhan terhadap perkembangan adalah terdiri dalam dua hal yaitu (1) kesehatan dan (2) pendidikan. Dua variabel ini yang anggapannya bisa menjadi penunjang seorang anak bisa bertahan hidup dan berkembang baik fisik, mental dan kemampuan bersosial mereka. Asumsi ketiga adalah perlindungan khusus. Perlindungan ini mensyaratkan adanya intervensi spesifik pada seorang anak dalam situasu tertentu. Misalkan anak dalam budaya sosial yang membahayakan bagi perkembangan mereka. Ataupun lingkungan tertentu yang mengeskploitasi tenaga anak untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang membahayakan dan bisa berdampak buruk bagi perkembangan seorang anak. Dalam dimensi ini terdiri dari 4 variabel yaitu, (1) buruh anak; (2) perkawinan anak; (3) kebiasaan merokok anak; dan (4) anak korban kejahatan. 5

9 Berikut adalah skema dari hak dasar anak yang akan digunakan dalam penghitungan indeks di sini: Skema 1 - Konsep Hak Dasar Anak Hidup dan Kewarganegaraan Perlindungan Khusus Hak Dasar Anak Survival dan Perkembangan Konsep tersebut kemudian diturunkan dalam dimensi operasional berikut: Table 1- Dimensi, Variabel dan Indikator Dimensi Variabel Indikator Pemenuhan hak kewarganegaraan Pemenuhan hak Hidup Pemenuhan hak untuk Sehat Kepemilikan akta kelahiran Kematian bayi Kematian anak usia di bawah 5 tahun Gizi buruk dan gizi kurang Imunisasi Lengkap Akses sumber air minum yang layak Kepemilikan sanitasi yang layak Umnet Need terhadap layanan kesehatan Angka kesakitan anak Proporsi anak usia 0-17 tahun yang memiliki dan dapat menunjukan akta kelahiran dari kantor catatan sipil Angka kematian bayi Angka kematian anak usia di bawah 5 tahun % anak penyandang gizi buruk dan gizi kurang % anak di bawah 5 tahun yang mendapat imunisasi lengkap (BCG; DPT; Polio; Hepatitis B; Campak) % rumah tangga yang memiliki akses pada sumber air minum yang layak % rumah tangga yang memiliki sanitasi yang layak % anak yang mempunyai keluhan kesehatan dan tidak berobat jalan karena alasan (1) tidak punya biaya berobat; (2) tidak ada biaya transport; (3) tidak ada sarana transportasi; (4) waktu tunggu pelayanan lama % anak yang mempunyai keluhan kesehatan dan terganggu aktivitas sehari-harinya 6

10 Dimensi Variabel Indikator Pemenuhan hak atas Pendidikan Pemenuhan hak Perlindungan Angka Partisipasi Sekolah Angka partisipasi sekolah kelompok umur 7-12 tahun Angka partisipasi sekolah kelompok umur Angka partisipasi sekolah kelompok umur Angka Partisipasi Murni Buruh Anak Perknikahan anak Angka pasrtisipasi murni jenjang SD Angka partisipasi sekolah jenjang SMP Angka partisipasi sekolah jenjang SMP % pekerja anak (usia tahun) terhadap total anak (usia tahun) % anak perempuan usia tahun yang berstatus pernah kawin Kebiasaan merokok % anak (usia 5-17 tahun) terhadapan kebiasaan (1) merokok setiap hari dan (2) merokok kadangkadang dalam sebulan terakhir Anak yang menjadi korban kejahatan % anak korban kejahatan 7

11 Metodologi Metodologi Indeks Sumber data Indeks Pemenuhan Hak Anak disusun dengan menggunakan sumber data yang diambil berdasar dari laporan-laporan yang sangat bisa dipertanggungjawabkan. Sumber data dalam IPHDA ini menggunakan laporan resmi dari pemerintah di antaranya; 1. Profil anak Indonesia 2015 diterbitkan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) 2. Dalam tabel angka kematian bayi dan Balita BPS 2014 Badan Pusat Statistik Indonesia 3. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2016 Diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia 4. Profil kesehatan Ibu dan anak 2015 deterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia 5. Tabel Sanitasi Layak BPS 2016 Diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia 6. Potret Pendidikan Indonesia. Statistik Pendidikan 2016 Badan Pusat Statistik Indonesia Dimensi Indeks Pemenuhan hak dasar anak disusun dengan 5 hak dasar anak yang dijamin dalam Konvensi Hak Anak yang telah dimasukan dalam hukum domestik. Dampak dari itu, kelima hak tersebut telah menjadi kewajiban untuk dipenuhi oleh negara. Lima dimensi yang dianggap sebagai landasan seorang anak untuk bisa menikmati hak-hak mereka yaitu, (1) Pemenuhan hak kewarganegaraan; (2) Pemenuhan hak hidup; (3) pemenuhan hak kesehatan; (4) pemenuhan hak pendidikan dan; (5) perlindungan terhadap anak. Semua dimensi dalam pemenuhan hak ini bersifat kuantitaif. Secara keseluruhan, indeks ini terdiri dari 19 indikator (lihat tabel 1di atas). Penghitungan Indeks Pemenuhan Hak Dasar Anak ini menggunakan 2 tahap penghitungan yaitu, pertama masingmasing menghitung indikator. Hasil hitungan dalam setiap indikator tersebut kemudian dijumlahkan dalam dimensi masing-masing. Tahap I Penghitungan di tahap ini adalah dengan menggunakan teknik skala linier. Tujuannya adalah menciptakan angka standar untuk seterusnya bisa diagregasi kedalam indeks. Skala standar yang akan digunakan di sini adalah antara 0 sebagai angka terkecil dan 1 sebagai angka tertinggi. Penghitungan adalah dengan mengurangi nilai aktual (berdasarkan data) dari indikator x dengan nilai terendah dari keseluruhan indikator x. Hasil kemudian dibagi dengan hasil dari nilai tertinggi dari indikator x dikurangi dengan nilai terendah indikator x. Dx = Xaktu al Xminimal Xmaksimal Xminimal 8

12 Berikut adalah contoh penggunaan dalam beberapa indikator: Table 2 - Contoh Penghitungan Dimensi Indikator Minimum Maksimum Pemenuhan hak kewarganegaraan Proporsi kepemilikan akta kelahiran Pemenuhan hak hidup Angka kematian bayi Pemenuhan hak untuk sehat % unmet need pelayanan kesehatan 6 25 Pemenuhan hak pendidikan Angka partisipasi murni tingkat SD Pemenuhan hak perlindungan Anak korban kejahatan Tahap 2 Selanjutnya adalah mengagregasi dari masing-masing dimensi dengan cara menjumlahkan masingmasing dimensi dan membagi dengan jumlah dimensi. Xh a = Xsipil + Xh idu p + Xseh at + Xpendidik an+ Xperlindu ngan 5 Misalkan hal ini dipraktekan dalam contoh kasus berikut: Provininsi X telah memenuhi kepemilikan akte sebesar 75% dari jumlah anak. Dalam hal angka kematian bayi, survei terakhir di provinsi tersebut adalah 27 per 1000 kelahiran. Sedangkan jumlah unmet need dalam pelayanan kesehatan mencapai 17% dari total anak-anak yang sakit. Angka partisipasi murni jenjang pendidikan SD sebesar 89%. Dan angka anak korban kejahatan adalah 1578 anak. Penghitungan dimensional Dsipi l = Dh i d u p = = 0, = 0,600 Dseh a t = = 0,579 D p e nd i d i k a n = D p erli nd u ng a n = = 0, = 0,295 9

13 Penghitungan Indeks Hak Anak Xh a = 0, , , , ,295 5 = 0,508 Kemudian hasil dari keseluruhan penilaian indeks ini akan dibaut pengkategorian pemenuhan hak dasar anak. Ada 4 jenis kategori yang digunakan yaitu, Sangat tinggi, Tinggi, Menengah, dan Rendah. Nilai untuk setiap kategori adalah sebagai berikut: 1. Kategori pemenuhan hak dasar anak Sangat Tinggi berkisar antara 0,800-1, Kategori pemenuhan hak dasar anak Tinggi berkisar antara 0,700-0, Kategori pemenuhan hak dasar anak Menengah berkisar antara 0,600-0, Kategori pemenuhan hak dasar anak Rendah adalah <0,599 10

14 Hasil Penghitungan Indeks Penghitungan Menyeluruh Secara keseluruhan, hasil penghitungan ini telah menempatkan masing-masing provinsi kedalam 4 kategori. Pertama adalah kategori Sangat Tinggi provinsi-provinsi yang masuk dalam kategori ini berjumlah 3 provinsi. Kedua adalah kategori Tinggi ada 8 provinsi yang masuk dalam kategori Tinggi. Selanjutnya ketiga adalah kategori Menengah hasil penghitungan menunjukan ada 12 provinsi yang masuk dalam kategori Menengah. Sedangkan yang terakhir, keempat adalah kategori Rendah provinsi-provinsi yang termasuk dalam kategori ini berjumlah 11 provinsi. Hasil dari penghitungan Indeks Pemenuhan Hak Dasar Anak (IPHDA) dari 34 provinsi di Indonesia menunjukan bahwa pemenuhan hak dasar anak masih perlu upaya untuk pemerataan. Hal ini dikarenakan munculnya gap yang terpaut berjauhan antara peringkat tertinggi dan peringkat terendah. Provinsi yang menempati peringkat tertinggi adalah DI Yogyakarta, dengan skor 0,887. Sedangkan peringkat terendah adalah Provinsi Papua, dengan skor 0,235. Berikut adalah peta sebaran provinsi berdasarkan kategori: Peta 1 Sebaran Provinsi Berdasar Kategori 11

15 Daftar Provinsi Berdasar Kategori IPHDA Kategori Sangat Tinggi Ada tiga provinsi yang termasuk dalam kategori Sangat Tinggi, yaitu: 1. DI Yogyakarta, dengan skor 0,887, 2. Kepulauan Riau, dengan skor 0,880, 3. Kalimantan Timur, dengan skor 0,814. Kategori Tinggi Provinsi yang termasuk dalam kategori Tinggi berjumlah 8 provinsi, rincianya sebagai berikut: 1. DKI Jakarta, dengan skor 0,780, 2. Kepulauan Bangka Belitung, dengan skor 0,762, 3. Jambi, dengan skor 0,761, 4. Bali, dengan skor 0,754, 5. Riau, dengan skor 0,743, 6. Jawa Tengah, dengan skor 0,718, 7. Sumatera Barat, dengan skor 0,716, 8. Jawa Timur, dengan skor 0,712. Kategori Menengah Dalam kategori Menengah, hasil penghitungan IHPDA menunjukan ada 12 provinsi, kesemuanya adalah; 1. Aceh, dengan skor 0,691, 2. Bengkulu, dengan skor 0,689, 3. Sulawesi Utara, dengan skor 0,688, 4. Lampung, dengan skor 0,678, 5. Sulawesi Selatan, dengan skor 0,674, 6. Maluku, dengan skor 0,671, 7. Sumatera Selatan, dengan skor 0,655, 8. Kalimantan Selatan, dengan skor 0,650, 9. Kalimantan Barat, dengan skor 0,649, 10. Sumatera Utara, dengan skor 0,640, 11. Banten, dengan skor 0,622, 12. Jawa Barat, dengan skor 0,618. Kategori Rendah Sedangkan provinsi-provinsi yang termasuk dalam kategori rendah terdiri dari 11 provinsi yaitu; 1. Sulawesi Tenggara, dengan skor 0,597, 2. Kalimantan Tengah, dengan skor 0,585, 3. Maluku Utara, dengan skor 0,548, 4. Nusa Tenggara Barat, dengan skor 0,541, 5. Gorontalo, dengan skor 0,526, 6. Sulawesi Tengah, dengan skor 0,506, 7. Sulawesi Barat, dengan skor 0,504, 8. Nusa Tenggara Timur, dengan skor 0,474, 9. Papua Barat, dengan skor 0,397, 10. Kalimantan Utara, dengan skor 0,321, 11. Papua, dengan skor 0,

16 Peringkat Dalam Setiap Dimensi Pemenuhan Terhadap Hak Kewarganegaraan Dimensi pemenuhan terhadap hak kewarganegaraan fokus untuk melihat sejauh mana negara melalui pemerintah tingkat provinsi telah memberikan kewarganegaraan kepada semua anak di wilayah mereka. Hak kewarganegaraan ini dibuktikan dengan kepemilikan akte kelahiran. Kepemilikan akte kelahiran dipilih sebagai indikator dalam dimensi ini karena akte kelahiran merupakan salinan resmi bagi seseorang yang telah diakui sebagai warganegara oleh Negara Republik Indonesia. Dalam dimensi pemenuhan hak kewarganegaraan, indikator dalam pemenuhan hak kewarganegaraan sebanyak satu indikator yaitu, proporsi anak usia 0-17 tahun yang memiliki dan dapat menunjukan akta kelahiran dari kantor catatan sipil. Table 3- Pemenuhan Hak Dasar Kewarganegaraan Dimensi Variabel Indikator Pemenuhan hak kewarganegaraan Kepemilikan akta kelahiran Proporsi anak usia 0-17 tahun yang memiliki dan dapat menunjukan akta kelahiran dari kantor catatan sipil Ringkasan Penghitungan Keseluruhan Dari 34 provinsi se Indonesia, berdasarkan pengkategorian, menunjukan bahwa 7 provinsi mendapat kategori pemenuhan hak kewarganegaraan Sangat Tinggi; 4 provinsi masuk dalam kategori Tinggi; 8 provinsi masuk kategori Menengah; dan 15 provinsi masuk dalam kategori Rendah dalam pemenuhan hak kewarganegaraan anak. Hasil penghitungan terhadap pemenuhan hak kewarganegaraan tertinggi adalah Prov. Kepulauan Bangka Belitung, dengan skor 1,000. Nilai aktual dari proporsi pemenuhan atas hak kewarganegaraa di Kepulauan Bangka Belitung adalah 75,10%. 1 Sedangkan skor terendah adalah Prov. Papau, dengan skor 0,000. Nilai aktual proporsi pemenuhan hak kewarganegaraan di Prov. Papua adalah 17,64%. Kategori Sangat Tinggi Kategori Sangat Tinggi dalam pemenuhan indikator ini berkisar pada skor 0,800-1,000. Hasil dari penghitungan dalam dimensi ini ada 7 provinsi yang skornya masuk dalam kriteria tersebut. Dari ke tujuh provinsi tersebut, Kepulauan Bangka Belitung menunjukan nilai teratas. Nilai aktual dari proporsi pemenuhan hak kewarganegaraan Kepulauan Bangka Belitung adalah 75,10%. Artinya dari keseluruhan anak berusia 0-17 tahun di Kepulauan Bangka Belitung 75,10% memiliki dan bisa menunjukan akte kelahiran mereka. Sedangkan sisanya, belum bisa menunjukan atau bahkan tidak mempunyai akte. Berikut adalah daftar dari ketujuh provinsi yaitu: 1 Nilai aktual adalah nilai proporsi sebenarnya yng telah dicapai dalam pemenuhan pemberian akte kelahiran 13

17 1. Kepulauan Bangka Belitung, dengan skor 1,000 dan nilai aktual 75,10%, 2. Jambi, dengan skor 0,943 dan nilai aktual 71,80%, 3. DI Yogyakarta, dengan skor 0,918 dan nilai aktual 70,38, 4. Kalimantan Selatan, dengan skor 0,893 dan nilai aktual 68,95%, 5. Jawa Tengah, dengan skor 0,892 dan nilai aktual 68,87%, 6. Kepulauan Riau, dengan skor 0,873 dan nilai aktual 67,79%, 7. Jawa Timur, dengan skor 0,863 dan nilai aktual 67,25%. Kategori Tinggi Provinsi-provinsi yang tergolong dalam kategori Tinggi pada pemenuhan hak kewarganegaraan ada 4 provinsi. Nilai dari keempat provinsi tersebut berkisar 0,700-0,799. Keempatnya adalah (1) Kalimantan Barat; (2) Gorontalo; (3) Kalimantan Timur; (4) Bengkulu. Berikut adalah rincian skornya; 1. Kalimantan Barat, dengan skor 0,775 dan nilai aktual 62,18%, 2. Gorontalo, dengan skor 0,767 dan nilai aktual 61,91%, 3. Kalimantan Timur, dengan skor 0,708 dan nilai aktual 58,30%, 4. Bengkulu, dengan skor 0,702 dan nilai aktual 57,96%. Kategori Menengah Untuk provinsi yang tergolong sedang dalam pemenuhan hak kewarganegaraanya terdiri dari 8 provinsi. Nilai dari kedelapan provinsi tersebut berkisar antara 0,600-0,699. Kedelapan provinsi tersebut terdiri dari (1) Riau; (2) Lampung; (3) Sumatera Selatan; (4) DKI Jakarta; (5) Kalimantan Tengah; (6) Aceh; (7) Sulawesi Selatan; (8) Sumatera Barat. Berikut adalah rincian skornya; 1. Riau, dengan skor 0,699 dan nilai aktual 57,83%, 2. Lampung, dengan skor 0,694 dan nilai aktual 57,50%, 3. Sumatera Selatan, dengan skor 0,665 dan nilai aktual 55,84%, 4. DKI Jakarta, dengan skor 0,655 dan nilai aktual 55,28%, 5. Kalimantan Tengah, dengan skor 0,654 dan nilai aktual 55,24%, 6. Aceh, dengan skor 0,644 dan nilai aktual 54,65% 7. Sulawesi Selatan, dengan skor 0,630 dan nilai aktual 53,83%, 8. Sumatera Barat, dengan skor 0,608 dan nilai aktual 52,56%. Kategori Rendah Sedangkan provinsi yang tergolong rendah dalam pemenuhan hak kewarganegaraan berjumlah 15 provinsi 2. Skor pemenuhan tersebut berkisar antara 0,000-0,590. Detail dari kelima belas provinsi tersebut adalah: 1. Sulawesi Barat, dengan skor 0,590 dan nilai aktual 51,56%, 2. Jawa Barat, dengan skor 0,584 dan nilai aktual 51,22%, 3. Bali, dengan skor 0,559 dan nilai aktual 49,76%, 4. Maluku, dengan skor 0,559 dan nilai aktual 49,74%, 5. Sulawesi Utara, dengan skor 0,554 dan nilai aktual 49,46%, 6. Sulawesi Tenggara, dengan skor 0,541 dan nilai aktual 48,74% 7. Banten, dengan skor 0,480 dan nilai aktual 45,24%, 2 Provinsi Kalimantan Utara tidak ditemukan data untuk indikator ini *Tidak ditemukan indikator pemenuhan hak kewarganegaraan di Prov. Kalimantan Utara 14

18 8. Sumatera Utara, dengan skor 0,475 dan nilai aktual 44,93%, 9. Maluku Utara, dengan skor 0,447 dan nilai aktual 43,33%, 10. Nusa Tenggara Barat, dengan skor 0,418 dan nilai aktual 41,66%, 11. Sulawesi Tengah, dengan skor 0,333 dan 36,77%, 12. Nusa Tenggara Timur, dengan skor 0,222 dan nilai aktual 30,37%, 13. Papua Barat, dengan skor 0,131 dan nilai aktual 25,15%. 14. Kalimantan Utara, dengan skor 0,000 dan nilai aktual *, 15. Papua, dengan skor 0,000 dan nilai aktual17,64. 15

19 Pemenuhan Terhadap Hak Hidup Dimensi Pemenuhan terhadap Hak Hidup menunjukan sejauh mana setiap provinsi-provinsi di Indonesia mencapai hasil dalam menjamin keselamatan hidup anak di wilayah provinsi masingmasing. Fokus dalam dimensi ini adalah menunjukan angka kematian bayi dan angka kematian anak usia dibawah lima tahun di masing-masing provinsi. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi usia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Sedangkan Angka Kematian Balita adalah banyaknya kematian bayi usia dibawah lima tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Table 4- Dimensi, Variabel dan Indikator Pemenuhan Hak Hidup Dimensi Variabel Indikator 1. Kematian bayi Angka kematian bayi Pemenuhan hak Hidup 2. Kematian anak usia di bawah 5 tahun Angka kematian anak usia di bawah 5 tahun Ringkasan Penghitungan Keseluruhan Hasil penghitungan dari dimensi pemenuhan hak hidup menunjukan bahwa 18 provinsi telah masuk dalam kategori Sangat Tinggi. Satu (1) provinsi masuk dalam kategori pemenuhan Tinggi; enam (6) provinsi dalam kategori pemenuhan menengah dan; sembilan (8) provinsi masuk dalam kategori Rendah. Sedangkan 1 provinsi lainya, Kalimantan Utara tidak termasuk dalam penghitungan karena keterbatasan akses data. Skor tertinggi dari pemenuhan hak hidup ditempati provinsi Kalimantan Timur, 0,983. Sedangkan skor terendah adalah provinsi Papua Barat, 0,035. Kategori Sangat Tinggi Provinsi-provinsi yang menempati kategori Sangat Tinggi dalam pemenuhan hak hidup terdiri dari 18 provinsi. Dari kesemua itu, Kalimantan Timur menunjukan peringkat tertinggi dengan skor 0,983. Selanjutnya diikuti oleh DKI Jakarta dengan skor 0,972; Provinsi Riau 0, 972; Provinsi DI Yogyakarta 0,951; dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan skor 0,921. Berikut adalah daftar dari 18 provinsi yang masuk dalam kategori Sangat Tinggi dalam pemenuhan hak hidup anak: 1. Kalimantan Timur, dengan skor 0,983, 2. DKI Jakarta, dengan skor 0,974, 3. Riau, dengan skor 0,972, 4. DI Yogyakarta, dengan skor 0,951, 5. Kepulauan Bangka Belitung, dengan skor 0,921, 6. Sulawesi Selatan, dengan skor 0,911, 7. Sumatera Barat, dengan skor 0,909, 8. Bali, dengan skor 0,896, 9. Bengkulu, dengan skor 0,885, 10. Jawa Timur, dengan skor 0,881, 11. Sumatera Selatan, dengan skor 0,873, 12. Lampung, dengan skor 0,858, 13. Jawa Barat, dengan skor 0,858, 16

20 14. Kalimantan Barat, dengan skor 0,854, 15. Jawa Tengah, dengan skor 0,839, 16. Banten, dengan skor 0,839, 17. Sulawesi Utara, dengan skor 0,836, 18. Jambi, dengan skor 0,832. Kategori Tinggi Provinsi yang termasik dalam kategori Tinggi dalam pemenuhan hak hidup hanya 1 provinsi yaitu Kepulauan Riau, dengan skor 0,788. Kategori Menengah Provinsi yang tergolong dalam kategori Menengah dalam pemenuhan hak hidup berjumlah 6 provinsi. Kesemuanya adalah (1) Provinsi Maluku dengan skor 0,675; (2) Provinsi Sumatera Utara dengan skor 0,672; (3) Provinsi Sulawesi Tenggara dengan skor 0,619; (4) Provinsi Aceh dengan skor 0,617; (5) Kalimantan Selatan dengan skor 0,617 dan; (6) Nusa Tenggar Timur dengan skor 0, Maluku, dengan skor 0,675, 2. Sumatera Utara, dengan skor 0,672, 3. Sulawesi Tenggara, dengan skor 0,619, 4. Aceh, dengan skor 0,617, 5. Kalimantan Selatan, dengan skor 0,617, 6. Nusa Tenggara Timur, dengan skor 0,601. Kategori Rendah Total provinsi yang termasuk dalam kategori Rendah terhadap pemenuhan hak anak berjumlah 8 provinsi. Sedangkan 1 provinsi dalam daftar ini, Kalimantan Utara, tidak bisa dimasukan dalam perbandingan karena kurangnya keterbatasan data. Kisaran skor yang termasuk dalam kategori ini adalah <0,599. Daftar kesemua provinsi dalam kategori Rendah adalah berikut ini: 1. Kalimantan Tengah, dengan skor 0,575, 2. Nusa Tenggara Barat, dengan skor 0,391, 3. Sulawesi Barat, dengan skor 0,391, 4. Sulawesi Tengah, dengan skor 0,324, 5. Maluku Utara, dengan skor 0,286, 6. Gorontalo. dengan skor 0,279, 7. Papua, dengan skor 0,189, 8. Papua Barat, dengan skor 0,035, 9. Kalimantan Utara, dengan skor 0,000 (data tidak ditemukan). 17

21 Pemenuhan Hak Kesehatan Dimensi pemenuhan hak dasar anak atas kesehatan terdari dari 6 variabel. Keenam variabel tersebut terdiri dari (1) gizi buruk dan kurang gizi; (2) imunisasi lengkap; (3) akses sumber air minum layak; (4) kepemilikan sanitasi layak; (5) unmet need terhadap layanan kesehatan; (6) angka kesakitan. Kesemua variabel itu dianggap menjadi landasan dasar untuk mengukur pemenuhan hak dasar kesehatan anak. Tabel berikut menunjukan detail dimensi, variabel dan indikator: Table 5- Dimensi, Variabel dan Indikator Pemenuhan Hak Dasar Kesehatan Dimensi Variabel Indikator 1. Gizi buruk dan gizi kurang % anak penyandang gizi buruk dan gizi kurang 2. Imunisasi Lengkap % anak di bawah 5 tahun yang mendapat imunisasi lengkap (BCG; DPT; Polio; Hepatitis B; Campak) Pemenuhan hak untuk Sehat 3. Akses sumber air minum yang layak 4. Kepemilikan sanitasi yang layak 5. Unmet Need terhadap layanan kesehatan % rumah tangga yang memiliki akses pada sumber air minum yang layak % rumah tangga yang memiliki sanitasi yang layak % anak yang mempunyai keluhan kesehatan dan tidak berobat jalan karena alasan (1) tidak punya biaya berobat; (2) tidak ada biaya transport; (3) tidak ada sarana transportasi; (4) waktu tunggu pelayanan lama 6. Angka kesakitan anak % anak yang mempunyai keluhan kesehatan dan terganggu aktivitas sehari-harinya Ringkasan Hasil Penghitungan Keseluruhan Penghitungan dalam pemenuhan hak dasar kesehatan masih menunjukan bahwa provinsi-provinsi di Indonesia perlu banyak meningkatkan pelayanannya. Dari ke 34 provinsi, hanya dua (2) provinsi yang tergolong dalam kategori pemenuhan Sangat Baik. Sementara provinsi yang tergolong dalam kategori pemenuhan Tinggi berjumlah lima (5) provinsi. Provinsi-provinsi yang tergolong pemenuhan hak dasar kesehatan kategori Menengan berjumlah tiga (3) provinsi. Sedangkan sisanya, 24 provinsi masih tergolong dalam pemenuhan kategori pemenuhan hak kesesahatan Rendah. Kategori Sangat Tinggi Dua provinsi yang tergolong dalam kategori pemenuhan hak kesehatan Sangat Tinggi adalah; 1. Kepulauan Riau dengan skor, 0,818; 2. Sulawesi Tengah dengan skor, 0,

22 Kategori Tinggi Sementara provinsi-provinsi yang tergolong dalam kategori pemenuhan hak dasar kesehatan Tinggi adalah sebagai berikut: 1. Bali dengan skor, 0,789, 2. DKI Jakarta, dengan skor 0,778, 3. DI Yogyakarta, dengan skor 0,771, 4. Kepulauan Bangka Belitung, dengan skor 0,733, 5. Kalimantan Timur, dengan skor 0,726. Kategori Menengah Tiga provinsi yang tergolong kategori pemenuhan hak dasar kesehatan Menengah adalah terpapar dalam daftar berikut: 1. Jawa Tengah, dengan skor 0,654, 2. Sulawesi Utara, dengan skor 0,643, 3. Jambi, dengan skor 0,603. Kategori Rendah Provinsi yang tergolong pada kategori rendah dalam dimensi pemenuhan hak dasar anak berjumlah 24 provinsi. Ini menunjukan bahwa hampir dua per tiga provinsi-provinsi di Indonesia masih rendah dalam pemenuhan hak dasar kesehatan terhadap anak. Daftar dari ke 24 provinsi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Jawa Timur, dengan skor 0,591, 2. Sulawesi Selatan, dengan skor 0,589, 3. Sumatera Selatan, dengan skor 0,577, 4. Jawa Barat, dengan skor 0,574, 5. Kalimantan Utara, dengan skor 0,546, 6. Sumatera Utara, dengan skor 0,538, 7. Riau dengan skor 0,526, 8. Sulawesi Tenggara, dengan skor 0,525, 9. Banten, dengan skor 0,516, 10. Gorontalo, dengans skor 0,506, 11. Nusa Tenggara Barat, dengan skor 0,505, 12. Lampung, dengan skor 0,503, 13. Sumatera Barat, dengan skor 0,483, 14. Kalimantan Selatan, dengan skor 0,480, 15. Maluku, dengan skor 0,480, 16. Maluku Utara, dengan skor 0,466, 17. Kalimantan Barat, dengan skor 0,463, 18. Kalimantan Tengah, dengan skor 0,460, 19. Sulawesi Barat, dengan skor 0,444, 20. Papua Barat, dengan skor 0,440, 21. Bengkulu, dengan skor 0,429, 22. Papua, dengan skor 0,421, 19

23 23. Aceh, dengan skor 0,393, 24. Nusa Tenggara Timur, dengan skor 0,

24 Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Pemenuhan hak dasar anak terhadap pendidikan merupakan kewajiban negara dalam meberikan layanan pendidikan, dalam hal ini khususnya spesifik terkait dengan sekolah, yang bisa dijangkau oleh semua anak. Variabel yang ada dalam dimensi ini terdiri dari dua jenis yaitu, (1) Angka Partisipasi Sekolah / APS, dan (2) Angka Partisipasi Murni / APM. Kedua variabel tersebut merujuk pada terminologi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dimana keduanya merupakan bagian dari indikator untuk mewujudkan akses pendidikan yang meluas, merata dan berkeadilan. Masing-masing variabel di atas ditopang dengan 3 indikator. Ketiga indikator yang dimaksud adalah untuk melihat secara detail dari pengkelasan umur anak dan jenjang pendidikan mereka. Khususnya untuk APS diarahkan untuk mengetahui rasio anak yang sekolah pada kelompok umur tertentu terhadap jumlah penduduk pada kelompok umur yang sama. Sedangkan untuk APM ditujukan untuk mengetahui proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah tepat pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. Berikut adalah rincian dimensi, variabel dan indikator dari hak dasar pendidikan: Table 6- Dimensi, Variabel dan Indikator Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Dimensi Variabel Indikator 1. Angka Partisipasi Sekolah 1. Angka partisipasi sekolah kelompok umur 7-12 tahun 2. Angka partisipasi sekolah kelompok umur Pemenuhan hak atas Pendidikan 3. Angka partisipasi sekolah kelompok umur Angka pasrtisipasi murni jenjang SD 2. Angka Partisipasi Murni Angka partisipasi sekolah jenjang SMP Angka partisipasi sekolah jenjang SMA Hasil Penghitungan Menyeluruh Pemenuhan hak dasar pendidikan terhadap anak berdasarkan provinsi-provinsi di Indonesia memberikan gambaran bahwa sebagian besar provinsi telah berada pada kategori Sangat Tinggi dan Tinggi. Provinsi yang telah masuk dalam kategori Sangat Tinggi berjumlah 9 provinsi. Selanjutnya, provinsi yang masuk dalam kategori Tinggi berjumlah 11 provinsi. Sedangkan 11 provinsi masuk dalam kategori pemenuhan hak dasar pendidikan Menengah. Dan provinsi-provinsi yang masuk dalam kategori Rendah berjumlah 3 provinsi. Kategori Sangat Tinggi Dalam kategori pemenuhan hak dasar pendidikan Sangat Tinggi, DI Yogyakarta menempati urutan pertama. Berikut adalah daftar lengkap dari provinsi-provinsi yang termasuk dalam kategori Sangat Tinggi dalam pemenuhan hak dasar pendidikan; 1. DI Yogyakarta, dengan skor 0,970, 21

25 2. Kepulauan Riau, dengan skor 0,942, 3. Aceh, dengan skor 0,932, 4. Bali, dengan skor 0,912, 5. Kalimantan Timur, dengan skor 0,870, 6. Sumatera Barat, dengan skor 0,853, 7. Nusa Tenggara Barat, dengan skor 0,845, 8. Bengkulu, dengan skor 0,827, 9. Sumatera Utara, dengan skor 0,813. Kategori Tinggi Dalam pemenuhan hak dasar pendidikan, provinsi-provinsi yang termasuk dalam kategori Tinggi berjumlah 11 provinsi. Rincian dari ke 11 provinsi tersebut adalah berikut ini: 1. Maluku Utara, dengan skor 0,774, 2. Riau, dengan skor 0,764, 3. Jawa Timur, dengan skor 0,761, 4. Maluku, dengan skor 0,760, 5. DKI Jakarta, dengan skor 0,753, 6. Jambi, dengan skor 0,734, 7. Sulawesi Tenggara, dengan skor 0,722, 8. Lampung, dengan skor 0,717, 9. Kalimantan Utara, dengan skor 0,714, 10. Papua Barat, dengan skor 0,711, 11. Jawa Tengah, dengan skor 0,702. Kategori Menengah Dalam kategori Menengah, hasil dari penghitungan menunjukan ada 11 provinsi. Detail dari kesebelas provinsi tersebut adalah berikut ini: 1. Sulawesi Utara, dengan skor 0,699, 2. Banten, dengan skor 0,698, 3. Sumatera Selatan, dengan skor 0,680, 4. Jawa Barat, dengan skor 0,676, 5. Sulawesi Selatan, dengan skor 0,673, 6. Sulawesi Tengah, dengan skor 0,657, 7. Kalimantan Selatan, dengan skor 0,638, 8. Kalimantan Tengah, dengan skor 0,637, 9. Kepulauan Bangka Belitung, dengan skor 0,622, 10. Nusa Tenggara Timur, dengan skor 0,618, 11. Gorontalo, dengan skor 0,606. Kategori Rendah Provinsi-provinsi yang termasuk dalam kategori rendah dalam pemenuhan hak dasar pendidikan pada anak berjumlah 3 provinsi. Dari ketiga provinsi tersebut, nilai penghitungan di Provinsi Papua adalah 0,000. Hal ini ini disebabkan karena dari semua penghitungan indikator terhadap pemenuhan hak dasar pendidikan di Provinsi Papau selalu menempati posisi paling rendah di antara provinsiprovinsi lainya. Oleh sebab itu, Provinsi Papua mendapat skor terendah. Berikut adalah daftarnya: 1. Sulawesi Barat, dengan skor 0,570, 22

26 2. Kalimantan Barat, dengan skor 0,542, 3. Papua, dengan skor 0,

27 Pemenuhan Hak Dasar Anak atas Perlindungan Dalam dimensi pemenuhan hak dasar anak atas perlindungan terdiri dari 4 variabel. Keempat variabel ini terdiri dari, (1) Buruh Anak; (2) Pernikahan anak; (3) Kebiasaan merokok; dan terakhir (4) Anak yang menjadi korban kejahatan. Variabel perlindungan yang digunakan di sini sengaja terbatas pada keempat isu tersebut. Hal itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan ketersediaan data dalam isu perlindungan anak. Tabel berikut secara rinci menunjukan dimensi, variabel dan indikator hak dasar atas perlindungan anak; Table 7- Dimensi, Variabel dan Indikator Pemenuhan Hak atas Perlindungan Dimensi Variabel Indikator Pemenuhan hak Perlindungan Buruh Anak % pekerja anak (usia tahun) terhadap total anak (usia tahun) Pernikahan anak % anak perempuan usia tahun yang berstatus pernah kawin Kebiasaan merokok % anak (usia 5-17 tahun) terhadapan kebiasaan (1) merokok setiap hari dan (2) merokok kadangkadang dalam sebulan terakhir Anak yang menjadi korban kejahatan % anak korban kejahatan Hasil Penghitungan Menyeluruh Peghitungan menyeluruh dalam dimensi pemenuhan hak dasar terhadap perlindungan anak memberikan gambaran mengenai kategori provinsi-provinsi di Indonesia dalam melakukan kewajiban mereka. Dari 34 provinsi, 4 provinsi masuk dalam kategori pemenuhan perlindungan Sangat Tinggi. Sedangkan yang masuk dalam pemenuhan perlindungan dalam kategori Tinggi berjumlah 8 provinsi. Untuk provinsi yang masuk dalam kategori Menengah adalah 7 provinsi. Selebihnya, 15 provinsi masih masuk dalam kategori pemenuhan perlindungan Rendah. Pemenuhan perlindungan tertinggi ditempati oleh Provinsi Kepulauan Riau, dengan skor 0,977. Bertolak belakang dengan Kepulauan Riau, Provinsi Jawa Barat Menempati posisi terendah dalam pemenuhan perlindungan terhadap anak, dengan skor 0,400. Dalam penghitungan dimensi ini, Provinsi Kalimantan Utara tidak bisa dimasukan dalam perbandingan penghitungan. Hal ini disebabkan karena ada data dalam 2 indikator tidak bisa didapat. Kategori Sangat Tinggi Untuk kategori Sangat Tinggi dalam pemenuhan hak dasar perlindungan terhadap anak ditempati oleh 4 provinsi. Provinsi tertinggi dalam kategori ini adalah Kepulauan Riau. Disusul oleh Maluku, Aceh dan DI Yogyakarta. Rincian angka dari masing-masing provinsi adalah sebagai berikut: 1. Kepulauan Riau, dengan skor 0,977, 24

28 2. Maluku, dengan skor 0,879, 3. Aceh, dengan skor 0,872, 4. DI Yogyakarta, dengan skor 0,828. Kategori Tinggi Penghitungan dalam dimensi pemenuhan hak dasar perlindungan terhadap anak menunjukan ada 8 provinsi yang masuk dalam kategori tinggi. Berikut adalah daftar dari 8 provinsi tersebut: 1. Kalimantan Timur, dengan skor 0,785, 2. Maluku Utara, dengan skor 0,771, 3. Riau, dengan skor 0,756, 4. Nusa Tenggara Timur, dengan skor 0,743, 5. DKI Jakarta, dengan skor 0,741, 6. Sumatera Barat, dengan skor 0,725, 7. Sulawesi Utara, dengan skor 0,710, 8. Sumatera Utara, dengan skor 0,701. Kategori Menengah Provinsi-provinsi yang masuk dalam kategori Menengah dalam dimensi ini ada 7 provinsi. Berikut adalah rincian dari ke 7 provinsi tersebut: 1. Jambi, dengan skor 0,695, 2. Papua Barat, dengan skor 0,667, 3. Kalimantan Selatan, dengan skor 0,620, 4. Lampung, dengan skor 0,618, 5. Bali, dengan skor 0,613, 6. Kalimantan Barat, dengan skor 0,609, 7. Bengkulu, dengan skor 0,602. Kategori Rendah Sedangkan provinsi dalam kaderi Rendah, dalam dimensi ini menempati porsi yang terbanyak di antara 4 kategori tersebut. Ada 15 provinsi yang masuk dalam kategori ini. Dari lima belas propinsi dalam kategori ini, Jawa Barat menempati posisi yang paling rendah, dengan skor 0,400. Berikut adalah rincian daftar 15 provinsi yang menempati posisi pemenuhan hak dasar perlindungan anak dengan kategori rendah: 1. Kalimantan Tengah, dengan skor 0,597, 2. Sulawesi Tenggara, dengan skor 0,581, 3. Banten, dengan skor 0,576, 4. Papua, dengan skor 0,567, 5. Sulawesi Selatan, dengan skor 0,566, 6. Nusa Tenggara Barat, dengan skor 0,546, 7. Kepulauan Bangka Belitung, dengan skor 0,535, 8. Sulawesi Barat, dengan skor 0,527, 9. Jawa Tengah, dengan skor 0,504, 10. Sumatera Selatan, dengan skor 0,481, 11. Gorontalo, dengan skor 0,473, 12. Jawa Timur, dengan skor 0,465, 25

29 13. Sulawesi Tengah, dengan skor 0,402, 14. Jawa Barat, dengan skor 0,400, 15. Kalimantan Utara, dengan skor 0, data dari 4 indikator di Kalimantan Utara tidak tersedia. Untuk itu, Kalimantan Utara masih belum bisa untuk dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya 26

30 Rekomendasi Secara keseluruhan, hasil penghitungan ini telah menempatkan masing-masing provinsi kedalam 4 kategori. Pertama adalah kategori Sangat Tinggi di mana ada 3 provinsi masuk dalam kategori ini. Kedua adalah kategori Tinggi ada 8 provinsi yang masuk dalam kategori Tinggi. Selanjutnya, ketiga adalah kategori Menengah hasil penghitungan menunjukan ada 12 provinsi dalam kategori ini. Sedangkan yang terakhir, keempat adalah kategori Rendah provinsi-provinsi yang termasuk dalam kategori ini berjumlah 11 provinsi. Dari provinsi-provinsi yang menempati kategori Rendah tersebut, mayoritas berada di kawasan Indonesia timur. 4 Provinsi yang menempati peringkat tertinggi adalah DI Yogyakarta, dengan skor 0,887. Sedangkan peringkat terendah adalah Provinsi Papua, dengan skor 0,235. Pemenuhan hak Kewarganegaraan: Pengakuan Kewarganegaraan Pada Anak-anak Papua Masih Rendah Dalam dimensi pemenuhan hak kewarganegaraan, indikator yang digunakan adalah proporsi anak usia 0-17 tahun yang memiliki dan dapat menunjukan akta kelahiran dari kantor catatan sipil. Dari 34 provinsi se Indonesia, berdasarkan pengkategorian, menunjukan bahwa 7 provinsi mendapat kategori pemenuhan hak kewarganegaraan Sangat Tinggi; 4 provinsi masuk dalam kategori Tinggi; 8 provinsi masuk kategori Menengah; dan 15 provinsi masuk dalam kategori Rendah. Kepulauan Bangka Belitung menempati peringkat tertinggi, dengan skor 1,000. Nilai aktual dari proporsi pemenuhan atas hak kewarganegaraa di Kepulauan Bangka Belitung adalah 75,10%. 5 Sedangkan skor terendah adalah Provinsi Papau, dengan skor 0,000. Nilai aktual proporsi pemenuhan hak kewarganegaraan di Papua adalah 17,64%. Pemenuhan hak hidup: Bayi dan Balita di Papua Barat Paling Rentan Terhadap Kematian Dimensi pemenuhan hak hidup diukur dengan dua indikator, (1) Angka Kematian Bayi (AKB), banyaknya kematian bayi usia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu; dan (2) Angka Kematian Balita, banyaknya kematian bayi usia dibawah lima tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Hasil penghitungan dari dimensi pemenuhan hak hidup menunjukan bahwa 18 provinsi telah masuk dalam kategori Sangat Tinggi. Satu (1) provinsi masuk dalam kategori pemenuhan Tinggi; enam (6) provinsi dalam kategori pemenuhan menengah dan; delapan (8) provinsi masuk dalam kategori Rendah. Sedangkan 1 provinsi lainya, Kalimantan Utara tidak termasuk dalam penghitungan karena keterbatasan akses data. Skor tertinggi dari pemenuhan hak hidup ditempati provinsi Kalimantan Timur, 0,983. Sedangkan skor terendah adalah provinsi Papua Barat, 0, Lihat lampiran Indeks Pemenuhan Hak Dasar Anak di tingkat provinsi se Indonesia 2017 Nilai aktual adalah nilai proporsi sebenarnya yang telah dicapai dalam pemenuhan pemberian akte kelahiran 27

31 Pemenuhan hak kesehatan: Pelayanan Kesehatan di NTT Harus Menjadi Prioritas Utama Dimensi pemenuhan hak dasar anak atas kesehatan terdari dari 6 variabel. Keenam variabel tersebut terdiri dari (1) gizi buruk dan kurang gizi; (2) imunisasi lengkap; (3) akses sumber air minum layak; (4) kepemilikan sanitasi layak; (5) unmet need terhadap layanan kesehatan; (6) angka kesakitan. Kesemua variabel itu dianggap menjadi landasan dasar untuk mengukur pemenuhan hak dasar kesehatan anak. Dari ke 34 provinsi, hanya dua (2) provinsi yang tergolong dalam kategori pemenuhan Sangat Baik. Sementara provinsi yang tergolong dalam kategori pemenuhan Tinggi berjumlah lima (5) provinsi. Provinsi-provinsi yang tergolong pemenuhan hak dasar kesehatan kategori Menengah berjumlah tiga (3) provinsi. Sedangkan sisanya, 24 provinsi masih tergolong dalam pemenuhan kategori pemenuhan hak kesesahatan Rendah. Provinsi yang masuk dalam kategori Sangat Tinggi dalam pemenuhan hak dasar kesehatan adalah (1) Kepulauan Riau dengan skor, 0,818; dan (2) Sulawesi Tengah dengan skor, 0,816. Sedangkan lima provinsi peringkat paling rendah adalah sebagai berikut Papua Barat, dengan skor 0,440; Bengkulu, dengan skor 0,429; Papua, dengan skor 0,421; Aceh, dengan skor 0,393; Nusa Tenggara Timur, dengan skor 0,189. Pemenuhan Hak Pendidikan: Sulawesi Barat, Kalimantan Barat dan Papua Harus Meningkatkan Pemenuhan terhadap Akses ke Pendidikan Variabel yang ada dalam dimensi ini terdiri dari dua jenis yaitu, (1) Angka Partisipasi Sekolah / APS, dan (2) Angka Partisipasi Murni / APM. Kedua variabel tersebut merujuk pada terminologi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dimana keduanya merupakan bagian dari indikator untuk mewujudkan akses pendidikan yang meluas, merata dan berkeadilan. Pemenuhan hak dasar pendidikan terhadap anak berdasarkan provinsi-provinsi di Indonesia memberikan gambaran bahwa sebagian besar provinsi telah berada pada kategori Sangat Tinggi dan Tinggi. Provinsi yang telah masuk dalam kategori Sangat Tinggi berjumlah 9 provinsi. Selanjutnya, provinsi yang masuk dalam kategori Tinggi berjumlah 11 provinsi. Sedangkan 11 provinsi masuk dalam kategori pemenuhan hak dasar pendidikan Menengah. Dan provinsi-provinsi yang masuk dalam kategori Rendah berjumlah 3 provinsi. Tiga provinsi yang berada di peringkat paling rendah adalah Sulawesi Barat, dengan skor 0,570; Kalimantan Barat, dengan skor 0,542; Papua, dengan skor 0,000. Pemenuhan hak Perlindungan: Jawa Barat Harus Berbenah Dalam Pemenuhan Perlindungan Anak Dalam dimensi pemenuhan hak dasar anak atas perlindungan terdiri dari 4 variabel. Keempat variabel ini terdiri dari, (1) Buruh Anak; (2) Pernikahan anak; (3) Kebiasaan merokok; dan terakhir (4) Anak yang menjadi korban kejahatan. Variabel perlindungan yang digunakan di sini sengaja 28

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Banten

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

LAMPIRAN DATA INDONESIA

LAMPIRAN DATA INDONESIA LAMPIRAN DATA LAPORAN NEGARA PIHAK SESUAI PASAL 44 KONVENSI LAPORAN PERIODIK KETIGA DAN KEEMPAT NEGARA PIHAK TAHUN 2007 INDONESIA - 1 - DAFTAR TABEL DAN GRAFIK TABEL Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Golongan

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan

Lebih terperinci

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 1 PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 SURVEI NASIONAL 2013 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan mengamanatkan Otoritas Jasa Keuangan untuk

Lebih terperinci

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 1 Jumlah kabupaten/kota 8 Tenaga Kesehatan di fasyankes Kabupaten 9 Dokter spesialis 134 Kota 2 Dokter umum 318 Jumlah 11 Dokter gigi 97 Perawat 2.645 2 Jumlah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Indikasi adanya ledakan penduduk di Indonesia yang ditunjukkan beberapa indikator demografi menjadikan

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015 No. 46/08/32/Th.XVIII, 05 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015 RELATIF LEBIH TINGGI DIBANDINGKAN DENGAN IDI NASIONAL

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Indeks Tendensi Konsumen III-2017 Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 10/11/53/Th. XX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Indeks Tendensi Konsumen III-2017 Secara umum kondisi ekonomi dan tingkat optimisme

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN No.39/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,335 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG DATA SASARAN PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 No. 07/01/31/Th. XV, 2 Januari 2013 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2011 A. Penjelasan Umum

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Pendahuluan Landasan Hukum Hak-Hak Anak Batasan Usia Anak

Pendahuluan Landasan Hukum Hak-Hak Anak Batasan Usia Anak Pendahuluan Anak adalah aset bangsa dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara kita. Oleh karena itu perhatian dan harapan yang besar perlu diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit campak merupakan penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta orang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN NO PROVINSI LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 ACEH 197 435 632 2 SUMATERA UTARA 1,257 8,378 9,635 3 SUMATERA BARAT 116 476 592

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN 2011-2014 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Dalam rangka pemantauan rencana aksi percepatan pelaksanaan

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 454, 2016 ANRI. Dana. Dekonsentrasi. TA 2016. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN

PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN 2010-2014 NINA SARDJUNANI Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Rakornas

Lebih terperinci

KESEHATAN ANAK. Website:

KESEHATAN ANAK. Website: KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2017

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2017 LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 17 Pendahuluan Komnas HAM mau tidak mau harus diakui menjadi lembaga pertahanan terakhir bagi warga sipil untuk memperjuangkan

Lebih terperinci

Kesimpulan Pengamatan Komite Hak Anak PBB. Pelaksanaan KHA. terhadap Laporan Indonesia KPPPA. Periode ke tiga ( ) dan empat ( )

Kesimpulan Pengamatan Komite Hak Anak PBB. Pelaksanaan KHA. terhadap Laporan Indonesia KPPPA. Periode ke tiga ( ) dan empat ( ) Kesimpulan Pengamatan Komite Hak Anak PBB terhadap Laporan Indonesia Pelaksanaan KHA Periode ke tiga (1997-2002) dan empat (2002-2007) KPPPA Langkah-langkah umum pelaksanaan (Pasal 4, 42, dan 44, para.

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2016 No. 53/09/82/Th.XVI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA 2016 MENGALAMI PENINGKATAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI MALUKU UTARA

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154 ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011 TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 15/09/53/Th. XX, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI NTT TAHUN 2016 MENGALAMI KE

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI BPS PROVINSI LAMPUNG No. 04/10/18/Th. X, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NTP Provinsi Lampung September 2016 untuk masing-masing subsektor tercatat sebesar

Lebih terperinci

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara. LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 05/09/5300/Th. XX, 4 September 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN NTT TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN NTT TAHUN 2017 SEBESAR 68,98 PADA SKALA 0-100 Indeks

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 No. 41/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 GINI RATIO PROVINSI BANTEN MARET 2017 MENURUN Pada 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Banten yang diukur

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2015 No. 57/08/71/Th. X, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2015 SEBESAR 79,40 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA BARAT INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 No. 49/8/ 13/Th. XVIII, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA BARAT 2014 SEBESAR 63.99 DARI

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.46/07/52/Th.I, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,371 Pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 No. 06/08/81/Th. XIX, 03 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU 2015 SEBESAR 65,90 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI TURUN 6,82 POIN DIBANDINGKAN DENGAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015 No. 46/08/17/III, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI BENGKULU 2015 SEBESAR 73,60 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

NO KASUS PERLINDUNGAN ANAK RIAU JAMBI BENGKULU

NO KASUS PERLINDUNGAN ANAK RIAU JAMBI BENGKULU NANGGROE ACEH SUMATERA SUMATERA KEPULAUAN SUMATERA BANGKA NO KASUS PERLINDUNGAN ANAK RIAU JAMBI BENGKULU DARUSSALAM UTARA BARAT RIAU SELATAN BELITUNG 1 Sosial dan Anak Dalam Situasi Darurat 380 110 70

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2014 No. 49/08/82/Th.XIV, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) MALUKU UTARA, 2014 TINGKAT DEMOKRASI DI MALUKU UTARA BERADA PADA KATEGORI SEDANG Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Maluku Utara

Lebih terperinci

POLICY UPDATE WIKO SAPUTRA

POLICY UPDATE WIKO SAPUTRA POLICY UPDATE Arah dan Strategi Kebijakan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia WIKO SAPUTRA Peneliti Kebijakan Ekonomi dan Publik

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN No.12/02/Th.XI, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,392 Pada ember 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 - 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2 PANDUAN Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2 Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 No. 47/8/ 13/Th. XIX, 03 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SUMATERA BARAT 2015 SEBESAR 67,46 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 3,47 POIN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 47/08/Th. XX, 04 September 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI TENGGARA TAHUN 2017 Kebahagiaan Sulawesi Tenggara Tahun 2017 Sebesar 71,22 Pada Skala 0-100

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN DKI JAKARTA TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN DKI JAKARTA TAHUN 2017 Indeks Kebahagiaan DKI Jakarta Tahun 2017 No. 44/09/31/Th.XIX, 4 September 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN DKI JAKARTA TAHUN 2017 Indeks Kebahagiaan DKI Jakarta tahun 2017 sebesar 71,33 yang merupakan indeks komposit

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 No. 15/08/53/Th. XVIII, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI NTT TAHUN 2014 SEBESAR 68,81 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI TURUN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016* )

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016* ) INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016* ) No. 43/09/14/Th. XVIII, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DI PROVINSI RIAU TAHUN 2016 SEBESAR 71,89, MENGALAMI KENAIKAN DIBANDINGKAN TAHUN 2015

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI ACEH

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI ACEH B P S P R O V I N S I A C E H No. 43/09/Th. XX, 15 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI ACEH INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2016 PROVINSI ACEH MENGALAMI KENAIKAN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 B P S P R O V I N S I A C E H No. 39/08/Th. XIX, 5 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI ACEH TAHUN 2015 SEBESAR 67,78 Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN MALUKU UTARA TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN MALUKU UTARA TAHUN 2017 No. 48/08/82/Th XVI, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN MALUKU UTARA TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN MALUKU UTARA TAHUN 2017 SEBESAR 75,38 PADA SKALA 0-100 Kebahagiaan Maluku Utara tahun 2017 berdasarkan

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2016 No. 82/9/71/Th. XI, 15 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) SULAWESI UTARA TAHUN 2016 SEBESAR 76,34 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100. IDI adalah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 No. 12/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2012 A. Penjelasan Umum

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016 No. 54/09/36/Th.XI, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2016 MENGALAMI PENINGKATAN DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA IDI Banten 2016

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2014

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2014 No. 40/08/31/th.XVII, 13 Agustus 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) DKI JAKARTA 2014 SEBESAR 84,70 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 13,52 POIN

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2017 No. 48/08/94/Th.III 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2017 SEBESAR 67,52 PADA SKALA 0-100 Indeks Kebahagiaan Provinsi Papua pada tahun

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK No. 35/07/91 Th. XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,390 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2017 No. 56/08/19/Th.II, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KEP. BABEL TAHUN 2017 SEBESAR 71,75 PADA SKALA 0-100 Indeks Kebahagiaan Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 17/08/62/Th. II, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 SEBESAR 70,85

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 No. 14/08/62/Th. X, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2015 SEBESAR 73,46 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 47/08/16/Th. XIX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SUMSEL TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SUMSEL TAHUN 2017 SEBESAR 71,98 PADA SKALA 0-100 Kebahagiaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN SUMATERA UTARA TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN SUMATERA UTARA TAHUN 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 49/08/12/Th. XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SUMATERA UTARA TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SUMATERA UTARA TAHUN 2017 SEBESAR 68,41 PADA SKALA 0-100 Kebahagiaan Sumatera

Lebih terperinci

2

2 2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI BARAT TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI BARAT TAHUN 2017 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 79/08/Th. XX, 15 Agustus 2017 No. 51/08/76/Th.XI, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI BARAT TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI BARAT TAHUN 2017 SEBESAR 70,02

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 69/08/Th. XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017 Kebahagiaan Kalimantan Timur tahun 2017 berdasarkan hasil Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN FEBRUARI 2018

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN FEBRUARI 2018 LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN FEBRUARI A. Laporan Data Penerimaan Pengaduan Pada sampai dengan 3 Januari, Komnas HAM melalui Subbagian Penerimaan dan Pemilahan

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NUSA TENGGARA BARAT 2016

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NUSA TENGGARA BARAT 2016 No.61/09/52/Th. IV, 14 September 2017 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NUSA TENGGARA BARAT 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NTB 2016 MENGALAMI KENAIKAN DIBANDINGKAN DENGAN IDI NTB 2015. IDI adalah

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013 No. 14/07/53/Th.XVII, 04 Juli 2014 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) 2013 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) NTT 2013 SEBESAR 73,29 DARI SKALA 0 SAMPAI 100, ANGKA INI NAIK 0,62 POIN DIBANDINGKAN DENGAN IDI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN

Lebih terperinci