Abstrak. Kata Kunci: analisis wajah, Geometric Morphometric, program thin-plate-splin (tps), Desa Panglipuran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Abstrak. Kata Kunci: analisis wajah, Geometric Morphometric, program thin-plate-splin (tps), Desa Panglipuran"

Transkripsi

1 Abstrak Bali Aga merupakan desa adat yang terdapat di Pulau Bali. Desa Panglipuran merupakan Desa Bali Aga yang masih mempertahankan adat istiadat dan kebudayaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk wajah pria dan wanita penduduk Desa Panglipuran. Analisis bentuk wajah dengan menggunakan metode Geometric Morphometric, dengan program thin-plate-splin (tps). Pengambilan foto dilakukan dari arah frontal dan lateral dari 18 wanita dan 14 pria yang berumur tahun. Pengambilan foto menggunakan kamera digital Canon EOS 60D. Data diolah lebih lanjut dengan program pengolah foto tpsdig versi 2.04, tpssuper versi 1.13, tpsrelw versi 1.42, TpsSplin 1.20 dan paket ape serta gee program R versi Dalam penelitian ini didapatkan rata-rata tipe wajah pria di Desa Panglipuran berbentuk ellip, sedangkan pada wanita berbentuk bulat. Tipe variasi wajah ditemukan 2 tipe wajah frontal dan 2 tipe wajah lateral pada pria, serta 3 tipe wajah frontal dan 3 tipe wajah lateral pada wanita. Bagian frontal wajah pria dan wanita yang memiliki variasi tinggi adalah subaurale kanan, subaurale kiri, gonion kanan, gonion kiri, dan gnathion. Sedangkan bagian lateral wajah pria dan wanita dengan variasi yang tinggi adalah trichion, frontozygomaticus, superciliare, superaurale, pogonion, glabella, titik minimum kurva bawah daun telinga, gonion dan gnathion. Kata Kunci: analisis wajah, Geometric Morphometric, program thin-plate-splin (tps), Desa Panglipuran v

2 Abstract Bali Aga are traditional villages located on Bali island, Indonesia. Panglipuran village is one of Bali Aga village that still maintain their cultures. This study aims to determine the face shape of male and female of Panglipuran village. The face shape was analyzed using Geometric Morphometric methods by a thin plate spline (tps) program. The face image of 18 female and 14 male (aged years old) of Panglipuran village were captured from the frontal and lateral views by using a digital camera Canon EOS 60D. Data was processed further by the image processing programs of tpsdig version 2.04, tpssuper version 1.13, tpsrelw version 1.42, TpsSplin 1.20 and also ape and gee package of R program version In this study, the average face types of Panglipuran male were ellips, while the female were round. There were two frontal and two lateral male face types, as well as, three frontal and three lateral female face types, respectively. The frontal part of male and female faces that have the highest variation are right and left subaurale, right and left gonion, and gnathion. The lateral part of male and female faces that have the highest variation are trichion, frontozygomaticus, superciliare, superaurale, pogonion, glabella, the minimum point of curve below earlobes, gonion and gnathion. Keywords: facial analysis, Geometric morphometric, thin-plate-splints (tps) program, Panglipuran village vi

3 DAFTAR ISI Lembar Judul... i Lembar Pengesahan... ii KATA PENGANTAR... iii Abstrak... v Abstract... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi DAFTAR ISTILAH... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Suku Bali Desa Adat Panglipuran (Bali Aga) Variasi Wajah Metode GM (Geometric Morphometric) Program Thin-plate-splin (tps) Identifikasi Wajah dalam Antropologi Forensik III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Tempat dan Waktu Penelitian Variabel Penelitian Teknik Pengambilan Sampel Tahapan Analisis Bentuk Wajah Program tpsdig Program tpssuper vii

4 Program tpsrewl Program R Program tpssplin IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Bentuk wajah rata-rata pria dan wanita di Desa Panglipuran Bentuk wajah rata-rata frontal pria dan wanita Rata-rata wajah lateral pria dan wanita Tipe Variasi Wajah Pria dan Wanita di Desa Panglipuran Tingkat Variasi Wajah Pria dan Wanita Tertinggi di Desa Panglipuran Pembahasan Rata-rata wajah pria dan wanita di Desa Panglipuran Tipe Variasi Wajah Pria dan Wanita di Desa Panglipuran Tingkat Variasi Bagian Wajah Pria dan Wanita di Desa Panglipuran 33 V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

5 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Desa Panglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali... 6 Gambar 2.2. Bentuk Wajah ellip (I), oval (II), oval terbalik (III), bulat (IV), persegi empat (V), kuadratis (VI), rombhoid (VII), trapesium (VIII), trapesium terbalik (IX), bersegi lima (X)... 8 Gambar 2.3. Contoh digitasi probandus pada foto wajah pria pada bidang frontal (a) dan bidang lateral (b) Gambar 3.1. Posisi titik-titik digitasi landmark pada wajah bidang frontal (a) dan lateral wanita (b) Gambar 3.2. Pengolahan wajah rata-rata dengan tpssuper Gambar 3.3. Tahap pengolahan foto di tpsrewl Gambar 3.4. Hasil olahan tpsrewl berupa score Gambar 3.5. Olahan score di TexPad Gambar 3.6. Hasil olahan tpsrewl berupa unrooted tree di Program R Gambar 3.7. Grid deformasi wajah hasil olahan dengan program tpssplin Gambar 4.1. Wajah rata-rata frontal (A) pria dan frontal (B) wanita dengan menggunakan tpssuper, dan grid deformasi dengan tpssplin Gambar 4.2. Wajah rata-rata lateral (A) pria dan lateral (B) wanita dengan menggunakan tpssuper, dan grid deformasi dengan tpssplin Gambar 4.3. Pohon pengelompokkan atau unrooted tree frontal pria untuk Tipe I (A) dan Tipe II (B) dengan paket ape dan paket gee dalam program R Gambar 4.4. Tipe I (A) dan Tipe II (B) wajah frontal pria dengan menggunakan tpsrewl dan paket ape dan paket gee pada program R Gambar 4.5. Pohon pengelompokkan atau unrooted tree frontal wanita untuk Tipe I (A), Tipe II (B) dan Tipe III (C) dengan paket ape dan paket gee dalam program R Gambar 4.6. Tipe I (A), Tipe II (B) dan Tipe III (C) wajah frontal wanita dengan menggunakan tpsrewl dan paket ape dan paket gee pada program R ix

6 Gambar 4.7. Pohon pengelompokkan atau unrooted tree lateral pria untuk Tipe I (A) dan Tipe II (B) dengan paket ape dan paket gee dalam program R Gambar 4.8. Tipe I (A) dan Tipe II (B) wajah lateral pria dengan menggunakan tpsrewl dan paket ape dan paket gee pada program R Gambar 4.9. Pohon pengelompokkan atau unrooted tree lateral wanita untuk Tipe I (A), Tipe II (B) dan Tipe III (C) dengan paket ape dan paket gee dalam program R Gambar Tipe I (A), Tipe II (B) dan Tipe III (C) wajah lateral wanita dengan menggunakan tpsrewl dan paket ape dan paket gee pada program R Gambar Plot vektor yang menunjukkan tingkat variasi wajah tertinggi pada masing-masing landmark wajah pria frontal (A1) lateral (A2) dan wajah wanita frontal (B1) dan lateral (B2) dalam program tpssuper x

7 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Foto wajah bagian frontal dan lateral probandus pria umur tahun, Desa Panglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali Lampiran 2. Foto wajah probandus wanita bidang frontal dan lateral dari umur tahun, Desa Adat Panglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali Lampiran 3. Koordinat Landmark Wajah Rata-rata Bidang Frontal pada Pria dan Wanita Lampiran 4. Koordinat Landmark Wajah Rata-rata Bidang Lateral pada Pria dan Wanita Lampiran 5. Nilai koordinat landmark tipe wajah frontal I dan tipe wajah frontal II pada pria Lampiran 6. Nilai koordinat landmark tipe wajah frontal I, tipe II dan tipe III pada wanita Lampiran 7. Nilai koordinat landmark tipe wajah lateral I dan tipe wajah lateral II pada pria Lampiran 8. Nilai koordinat landmark tipe wajah lateral I, tipe II dan tipe III pada wanita Lampiran 9. Silsilah Tetua I dan Tetua II Probandus Pria di Desa Panglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali Lampiran 10. Silsilah Tetua I dan Tetua II Probandus Wanita di Desa Panglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali Lampiran 11. Persetujuan Probandus (Informed Consent) xi

8 DAFTAR ISTILAH Ape = analysis of phylogenetics and evolution Database = Kumpulan data yang disimpan secara sistematis di komputer Digitasi = Titik-titik anatomi yang ada pada wajah Dimorfisme Seksual = Perbedaan sistematik luar antar individu yang berbeda jenis kelamin dalam spesies yang sama Frontal = Bidang pengambilan gambar wajah dari depan Gee = generalized estimating equations GM = Geometric morphometric Grid = Titik titik pola geometris Koordinat = Titik hasil dari pemotongan antara x dan y yang menyatu Koordinat kartesius = Digunakan dalam menentukan tiap titik dalam bidang dengan menggunakan dua bilangan yang biasa disebut koordinat x (absis) dan koordinat y (kordinat) dari titik tersebut Landmark = Titik titik pada program tps Lateral = Bidang pengambilan gambar wajah dari samping Perspektif = Pengamatan Sketsa = Lukisan kasar berupa gambar 2 dimensi Tps = Merupakan sebuah program pengolahan wajah (Thinplate-spline) Visual = Komunikasi melalui penglihatan Wajah Komposit = Wajah rata-rata xii

9 DAFTAR ISTILAH No. Landmark Wajah Frontal Istilah Indonesia 1 Trichion Titik tengah garis rambut pertama 2 Glabella Titik pada dahi 3 Superciliare kanan Titik maksimum alis mata (kanan) 4 Superciliare kiri Titik maksimum alis mata (kiri) 5 Frontozygomaticus kanan Akhir alis mata (kanan) 6 Frontozygomaticus kiri Akhir alis mata (kiri) 7 Palpeebrale superius kanan Titik atas kelopak mata (kanan) 8 Palpeebrale superius kiri Titik atas kelopak mata (kiri) 9 Exocanthion kanan Pertemuan lateral kelopak mata atas dan bawah (kanan) 10 Endocanthion kanan Pertemuan kelopak mata atas dan bawah bagian dalam (kanan) 11 Maxillofrontale kanan Titik minimum atau dasar batang hidung (kanan) 12 Nasale Titik minimum kurva jembatan hidung 13 Maxillofrontale kiri Titik minimum atau dasar batang hidung (kiri) 14 Endochantion kiri Pertemuan kelopak mata atas dan bawah bagian dalam (kiri) 15 Exocanthion kiri Pertemuan lateral kelopak mata atas dan bawah (kiri) 16 Palperbrale inferius kanan Titik bawah kelopak mata (kanan) 17 Palperbrale inferius kiri Titik bawah kelopak mata (kiri) 18 Zygion kanan Titik paling lateral dari lengkung zigomatik (kanan) 19 Zygion kiri Titik paling lateral dari lengkung zigomatik (kiri) 20 Pronasale Titik maksimum kurva hidung 21 Alare kanan Titik paling lateral dari hidung (kanan) 22 Alare kiri Titik paling lateral dari hidung (kiri) 23 Columella kanan Titik maksimum lubang hidung (kanan) 24 Columella kiri Titik maksimum lubang hidung (kiri) 25 Subnasale Pertemuan antara columella dan philtrum 26 Subaurale kanan Titik terendah pada batas bawah lobus telinga (kanan) 27 Subaurale kiri Titik terendah pada batas bawah lobus telinga (kiri) 28 Vermelion atas Perbatasan bibir (atas) 29 Chelion kanan Pertemuan lateral antara batas bibir atas dan bawah (kanan) 30 Stomion Titik garis tengah antara bibir atas dan bawah 31 Chelion kiri Pertemuan lateral antara batas bibir atas dan bawah (kiri) 32 Vermelion bawah Perbatasan bibir (bawah) 33 Gonion kanan Titik kurva maksimum pada sudut mandibula (kanan) 34 Gonion kiri Titik kurva maksimum pada sudut mandibula (kiri) 35 Pogonion Titik minimum antara vermilion bawah dengan gnathion 36 Gnathion Titik maksimum kurva dagu xiii

10 DAFTAR ISTILAH No. Landmark Wajah Lateral Istilah Indonesia 1 Trichion Titik tengah garis rambut pertama 2 Glabella Titik pada dahi 3 Superciliare Titik maksimum alis mata 4 Frontozygomaticus Akhir alis mata 5 Palpeebrale superius Titik atas kelopak mata 6 Nasale Titik minimum kurva jembatan hidung 7 Exocanthion Pertemuan lateral kelopak mata atas dan bawah 8 Superaurale Titik terendah pada batas bawah lobus telinga 9 Palperbrale inferius Titik bawah kelopak mata 10 Titik maksimum kurva atas Titik maksimum kurva atas lubang telinga lubang telinga 11 Columella Titik maksimum lubang hidung 12 Tulang pipi Tulang pipi 13 Pronasale Titik maksimum kurva hidung 14 Columella Titik maksimum lubang hidung 15 Titik minimum kurva Titik minimum kurva bawah lubang telinga bawah lubang telinga 16 Subnasale Pertemuan antara columella dan philtrum 17 Labiale superius Titik median garis vermilion bibir atas 18 Subaurale Titik terendah pada batas bawah lobus telinga 19 Stomion Titik garis tengah antara bibir atas dan bawah 20 Labiale inferius Titik median garis vermilion bibir bawah 21 Chin fissure Chin fissure 22 Gonion Titik kurva maksimum pada sudut mandibula 23 Pogonion Titik minimum antara vermilion bawah dengan gnathion 24 Gnathion Titik maksimum kurva dagu xiv

11 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki jumlah penduduk 241 juta jiwa yang terdiri atas 360 suku dengan budaya yang berbeda-beda. Banyaknya suku tersebut juga berpengaruh terhadap variasi keragaman manusia, hal ini dapat dilihat dari perbedaan yang ada pada tiap suku (Ahira, 2008). Adanya keragaman manusia termasuk keragaman suku yang ada di Indonesia mengakibatkan keragaman genetik yang dapat diamati dari variasi fenotip. Variasi fenotip yang mendapatkan pengaruh dari lingkungan akan membuat bentuk tubuh manusia menjadi berbeda dari tiap individunya. Selain akibat variasi fenotip, semakin meningkatnya jumlah penduduk dan juga pencampuran antar suku akan menghasilkan individu baru yang memiliki ciri-ciri perpaduan antar suku, hal ini dapat dilihat dari kepribadian dan juga dari bentuk fisik yang merupakan karakter yang paling tampak. Bentuk fisik yang tampak berupa keragaman bentuk wajah, tinggi badan, warna kulit, ukuran jari-jari kaki dan telapak kaki (Wooding, 2004). Dari berbagai keragaman tersebut yang paling mudah diamati yaitu bentuk wajah. Wajah paling sering digunakan dalam membedakan seseorang dan merupakan bentuk visual yang paling diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari (Perrett et al., 1998). Terdapat beberapa bentuk wajah antara lain ellip, oval, oval terbalik, bulat, persegi empat, kuadratis, rombhoid, trapesium, trapesium terbalik, bersegi lima (Glinka, 1987). Penilaian terhadap persepsi mengenai wajah cantik atau ganteng kadang bergantung pada perspektif tiap individu (Perrett et al., 1998). Pendapat dalam menilai bentuk wajah dapat berbeda juga akibat proporsi morfologi wajah itu sendiri. Morfologi wajah terdiri dari bentuk telinga, hidung, pipi, alis, dagu, rahang, dahi dan bibir. Morfologi wajah antara pria dan wanita berbeda, hal ini dikarenakan lekuk tulang yang membentuk cranium dari keduanya berbeda (Richards, 2006). Variasi wajah ditimbulkan oleh dua faktor yaitu gen dan lingkungan (Liliana et al., 2013). Faktor gen sebagai pembawa sifat diturunkan dari satu generasi ke generasi melalui rangkaian DNA. Faktor lingkungan lebih berkaitan 1

12 dengan budaya, iklim, makanan, dan status sosial (Ross et al., 2012). Budaya berkaitan dengan aturan adat, misalnya tradisi memahat wajah di Sudan, juga tradisi memanjangkan telinga pada wanita di Thailand dan suku Dayak di Indonesia (Veronica dan Damayanti, 2009). Pada penelitian Candramila (2014) mengenai variasi wajah suku sunda dan suku jawa, didapatkan hasil salah satunya yaitu bahwa ciri khas wajah wanita sunda yaitu wajah bulat, rahang lebar, dagu tumpul dan tidak terlalu panjang, dahi relatif lebar, hidung lebar dan tidak terlalu mancung serta tulang pipi yang sedikit menonjol. Pria sunda umumnya memiliki ciri yaitu wajah oval, rahang lebar, dagu tumpul dan sedikit memanjang, dahi lebar, hidung sedikit mancung dan lebar, serta tulang pipi tidak menonjol. Dengan demikian dapat dilihat terdapat perbedaan nyata antara wajah pria dengan wanita. Salah satu suku di Indonesia yang memiliki kebudayaan unik yaitu suku bali yang berada di Provinsi Bali. Suku bali yang terdapat di Pulau Bali ini dibagi menjadi 2, yaitu Bali Aga dan Bali Dataran. Bali Dataran merupakan percabangan dari suku bali yang awalnya berasal dari majapahit yang bermigrasi ke Pulau Bali, sedangkan Bali Aga merupakan bagian dari suku bali yang asli berasal dari Pulau Bali. Beberapa desa yang termasuk Bali Aga yaitu Desa Adat Tenganan, Desa Adat Panglipuran dan Desa Adat Terunyan (Veronica, 2009). Desa adat yang memiliki keunikan bangunan dan budaya yaitu Desa Adat Panglipuran yang terletak di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Desa Panglipuran terletak di daerah pegunungan sehingga memiliki iklim cuaca bersuhu dingin. Desa ini terkenal dengan tata letak dan gapura rumahnya yang saling berhadapan. Desa ini memiliki penduduk sebanyak kurang lebih 1000 jiwa. Desa ini terkenal dengan penataan bangunannya dan kebersihan lingkungannya. Disisi lain desa ini memiliki tingkat kedekatan hubungan antara individu satu dengan lainnya. Pernikahan dengan orang di luar desa mengakibatkan menurunnya tingkat kemiripan wajah. Tidak seperti Desa Adat Tenganan yang masih memegang aturan hanya diperbolehkan menikah dengan individu dari desa itu sendiri, pencampuran yang terjadi di Desa Adat Panglipuran menjadi hal unik tersendiri dikarenakan warganya diperbolehkan menikah dengan orang dari luar desa 2

13 (Wayan Supat, Bendesa Adat Desa Panglipuran, Komunikasi pribadi, 2015), sehingga hal ini yang menarik minat peneliti dalam melakukan penelitian mengenai bentuk wajah warga Desa Panglipuran. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui bentuk wajah khas pria dan wanita di Desa Adat Panglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, dengan cara menggabungkan beberapa wajah warga Desa dan dirata-ratakan dengan menggunakan metode Geometric Morphometric Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana tipe wajah rata-rata pria dan wanita usia tahun di Desa Adat Panglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali? 2. Berapa banyak tipe wajah pria dan wanita usia tahun yang terdapat di Desa Panglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali? 3. Bagian mana dari wajah pria dan wanita usia tahun di Desa Panglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali yang memiliki tingkat variasi yang tinggi? 1.3. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Rata rata wajah pria dan wanita tahun yang ada di Desa Adat Panglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. 2. Variasi tipe wajah pria dan wanita usia tahun yang terdapat di Desa Panglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. 3. Bagian mana wajah pria dan wanita usia tahun di Desa Pangipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali yang memiliki tingkat variasi yang tinggi Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai rata-rata wajah, tipe variasi serta bagian wajah pria dan wanita yang memiliki 3

14 tingkat variasi tertinggi di Desa Adat Panglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Hasil yang didapatkan nantinya diharapkan dapat digunakan untuk menambah database masyarakat Bali, terutama dalam menambah wawasan mengenai bentuk wajah suku-suku bangsa di Indonesia untuk kepentingan forensik. 4

JURNAL BIOLOGI UDAYANA 21 (2): P ISSN: , E ISSN:

JURNAL BIOLOGI UDAYANA 21 (2): P ISSN: , E ISSN: INTISARI VARIASI BENTUK WAJAH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DARI DESA PANGLIPURAN, KABUPATEN BANGLI, PROVINSI BALI FACE SHAPE VARIATION OF MALE AND FEMALE IN PANGLIPURAN VILLAGE, BANGLI, BALI PROVINCE Agung

Lebih terperinci

MORFOMETRIK WAJAH PRIA DAN WANITA PAPUA ROSA KANDA TRIANA

MORFOMETRIK WAJAH PRIA DAN WANITA PAPUA ROSA KANDA TRIANA MORFOMETRIK WAJAH PRIA DAN WANITA PAPUA ROSA KANDA TRIANA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

VARIASI WAJAH SUKU BETAWI DI BEKASI SULFI APRIANA RIZQI

VARIASI WAJAH SUKU BETAWI DI BEKASI SULFI APRIANA RIZQI VARIASI WAJAH SUKU BETAWI DI BEKASI SULFI APRIANA RIZQI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

MORFOMETRIK WAJAH ORANG MINANGKABAU WILDA EKA PUTRI

MORFOMETRIK WAJAH ORANG MINANGKABAU WILDA EKA PUTRI MORFOMETRIK WAJAH ORANG MINANGKABAU WILDA EKA PUTRI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

VARIASI WAJAH PRIA DAN WANITA BETAWI DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN DESI LESTARI

VARIASI WAJAH PRIA DAN WANITA BETAWI DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN DESI LESTARI VARIASI WAJAH PRIA DAN WANITA BETAWI DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN DESI LESTARI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 ABSTRAK

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Pewarisan Sifat Autosomal, Variasi Genetik, Desa Subaya, Inbreeding

ABSTRAK. : Pewarisan Sifat Autosomal, Variasi Genetik, Desa Subaya, Inbreeding ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variasi dan frekuensi alel penentu ciri-ciri pada wajah dan cuping, berdasarkan ada tidaknya cuping melekat, alis menyambung, lesung pipi dan lidah menggulung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada saat ini perawatan ortodonti tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan relasi rahang saja tetapi juga pada estetika wajah. 1,4 Pemeriksaan wajah merupakan suatu hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk. (2000). 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk. (2000). 22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lebar Mesiodistal Gigi Geligi Lebar mesiodistal gigi adalah jarak terbesar yang diukur dari titik kontak anatomis mesial sampai ke titik kontak anatomis distal pada masing-masing

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oklusi Oklusi merupakan hubungan statis antara gigi atas dan gigi bawah selama interkuspasi dimana pertemuan tonjol gigi atas dan bawah terjadi secara maksimal. Dikenal dua

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Saat ini bidang ilmu ortodonti mengalami kemajuan begitu pesat sehingga dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja tetapi juga pada estetis

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah BAHAN AJAR Tata Rias Korektif Wajah 1. Pengertian tata rias korektif wajah. Tata rias koreksi wajah adalah menonjolkan bagian wajah yang indah dan menutupi bagian wajah yang kurang sempurna. 2. Tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Sefalometri Ditemukannya sinar X di tahun 1985 oleh Roentgen merupakan suatu revolusi di bidang kedokteran gigi yang merupakan awal mula dari ditemukannya radiografi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perawatan ortodonti dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Diskrepansi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perawatan ortodonti dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Diskrepansi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kasus maloklusi yang disertai diskrepansi vertikal cenderung sulit dalam perawatan ortodonti dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Diskrepansi vertikal dapat bermanifestasi pada

Lebih terperinci

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading 4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading yang dilakukan mengambil bagian atas kening dan daerah

Lebih terperinci

untuk memperbaiki penampilan dari kekurangan kekurangan yang ada ke arah

untuk memperbaiki penampilan dari kekurangan kekurangan yang ada ke arah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang bertujuan untuk meningkatkan martabat manusia. Sekolah sebagai salah satu lembaga yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antropometri Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti man (orang) dan Metron yang berarti measure (ukuran), jadi antropometri adalah pengukuran manusia dan lebih

Lebih terperinci

MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT

MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT Yenni Sri Handayani *) ABSTRAKSI Salah satu warisan budaya luhur bangsa Inodnesia yaitu upacara adat perkawinan, yang tersebar hampir di setiap daerah. Salah

Lebih terperinci

BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF

BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF 86 BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah Tata rias koreksi wajah diperlukan atas prinsip dasar bahwa bentuk muka yang dianggap kurang sempurna dapat diubah sedemikian rupa, sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam lingkup luas, ada beberapa alasan-alasan dilakukannya sebuah perawatan ortodonti, sesuai frekuensinya, yang dijadikan pasien sebagai alasan dalam mencari perawatan ortodonti

Lebih terperinci

ABSTRAK. Calvin Kurnia, 2011 Pembimbing I : drg. Susiana, Sp.Ort Pembimbing II: dr. Winsa Husin, M.Sc, M.Kes

ABSTRAK. Calvin Kurnia, 2011 Pembimbing I : drg. Susiana, Sp.Ort Pembimbing II: dr. Winsa Husin, M.Sc, M.Kes ABSTRAK PERHITUNGAN INDEKS WAJAH PADA MAHASISWA DAN MAHASISWI ETNIS TIONGHOA UMUR 20-22 TAHUN DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA PADA TAHUN 2011 Calvin Kurnia, 2011 Pembimbing I : drg.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara rawan bencana karena kondisi geografisnya. Indonesia berada pada jalur pertemuan tiga lempeng raksasa yaitu lempeng Eurasia, Indoaustralia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. susunannya akan mempengaruhi penampilan wajah secara keseluruhan, sebab

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. susunannya akan mempengaruhi penampilan wajah secara keseluruhan, sebab BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi geligi adalah bagian dari wajah sehingga bila ada kelainan dalam susunannya akan mempengaruhi penampilan wajah secara keseluruhan, sebab susunan gigi-geligi dan hubungan rahang

Lebih terperinci

Tugas Online 2 Fisika 2 Fotometri

Tugas Online 2 Fisika 2 Fotometri Tugas Online 2 Fisika 2 Fotometri Beberapa penerapan fotometri disekitar kita yaitu : 1. Lampu jalanan dapat menyala otomatis ketika malam hari. Hal ini terjadi karena karena dilengkapi dengan LDR ( Light

Lebih terperinci

TIPS KOREKSI WAJAH KOTAK

TIPS KOREKSI WAJAH KOTAK TIPS KOREKSI WAJAH TIPS KOREKSI WAJAH KOTAK SEBELUM SESUDAH WAJAH KOTAK CIRI : Dahi Lebar Garis Rahang Kuat Dagu tidak terlalu lancip Langkah 1. Koreksi Wajah dengan Correcting Cream Medium, pada daerah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Ortodonti Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran gigi dibuka pada tahun 1839. 4 Dalam bidang ortodonti, foto merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH MAKE UP KOREKTIF TERHADAP HASIL RIASAN PADA WAJAH BULAT DAN MATA SIPIT

PENGARUH MAKE UP KOREKTIF TERHADAP HASIL RIASAN PADA WAJAH BULAT DAN MATA SIPIT PENGARUH MAKE UP KOREKTIF TERHADAP HASIL RIASAN PADA WAJAH BULAT DAN MATA SIPIT Arinta Fenty S.W.R Mahasiswa S-1 Pendidikan Tata Rias Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya Arinta.fenty@yahoo.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan III. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang perbedaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Rahang Tumbuh-kembang adalah suatu proses keseimbangan dinamik antara bentuk dan fungsi. Prinsip dasar tumbuh-kembang antara lain berkesinambungan,

Lebih terperinci

TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah

TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah Tata rias koreksi wajah dimaksudkan untuk menyempurnakan bentuk wajah yang kurang sempurna menjadi bentuk wajah ideal atau bentuk wajah oval (bulat telur

Lebih terperinci

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari :

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari : 116 BAB X ISOMETRIK Otot-otot Wajah terdiri dari : 1. Occopito Froratalis : otot-otot pada tulang dahi yang lebar yang berfungsi membentuk tengkorak kepala bagian belakang 2. Temporalis : otot-otot di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisa Profil Jaringan Lunak Wajah Analisa profil jaringan lunak wajah yang tepat akan mendukung diagnosa secara keseluruhan pada analisa radiografi sefalometri lateral. Penegakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan serangkaian pulau besar-kecil dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan serangkaian pulau besar-kecil dengan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan serangkaian pulau besar-kecil dengan lingkungan yang berbeda-beda terletak diantara dua benua yaitu Australia dan Asia. Bangsa Indonesia pada awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang

BAB I PENDAHULUAN. permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oklusi adalah berkontaknya permukaan oklusal gigi geligi rahang atas dengan permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang bawah menutup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bergantian (Hamilah, 2004). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. atau bergantian (Hamilah, 2004). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses tumbuh kembang pada anak bisa disebut masa rentan karena masa kanak-kanak merupakan masa kritis dalam proses tumbuh kembang. Pada umumnya proses tumbuh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Klinis Fotografi klinis telah berubah dalam beberapa tahun terakhir dengan adanya pengenalan desain kamera yang sesuai dengan kebutuhan fotografer dental. Fotografi

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi beberapa golongan ras. Masyarakat negara Indonesia termasuk ke dalam golongan ras Mongoloid. Jacob

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat dibutuhkan karena bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti tersebut, agar apa yang diharapkan dapat tercapai. Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suku Deutro-Melayu Sebagian besar penduduk Indonesia termasuk suku Paleomongoloid atau suku Melayu. Pada tahun 2000 s.m., suku Proto Melayu atau Melayu tua yang pertama datang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sefalometri Sefalometri rontgenografi atau yang lebih dikenal dengan sefalometri dibidang ortodonti dimulai sekitar awal tahun 1930 oleh Hofrath di Jerman dan Broadbent di Amerika

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang,

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang, PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Ortodontik merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pertumbuhan struktur jaringan pendukung gigi dan kraniofasial, perkembangan oklusi gigi geligi serta mempelajari

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN B. Pengetahuan dan Teknik Corective Make Up 1. Pengertian rias wajah korektif

A. PENDAHULUAN B. Pengetahuan dan Teknik Corective Make Up 1. Pengertian rias wajah korektif A. PENDAHULUAN Menikah merupakan momen khusus sebagai bentuk perayaan kasih sepasang manusia. Untuk itu berbagai persiapan direncanakan dengan seksama, tidak terkecuali rias pengantin. Setiap pengantin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN pulau dengan keanekaragaman suku yang tinggi (Kementerian

BAB 1 PENDAHULUAN pulau dengan keanekaragaman suku yang tinggi (Kementerian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 pulau dengan keanekaragaman suku yang tinggi (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Setiap suku

Lebih terperinci

Hal tersebut dapat kita lihat dari bentuk daun telinga menyeeupai daun telinga dari binatang

Hal tersebut dapat kita lihat dari bentuk daun telinga menyeeupai daun telinga dari binatang Analisis Non Narrative Film 1. Kostum Kostum yang digunakan dalam kedua film ini memiliki kesamaan nuansa yang hampir serupa. Dalam film Avatar, kita mendapatkan kaum navy menggunakan kostum asli pribumi.

Lebih terperinci

Keterkaitan Barisan Fibonacci dengan Kecantikan Wajah

Keterkaitan Barisan Fibonacci dengan Kecantikan Wajah Keterkaitan Barisan Fibonacci dengan Kecantikan Wajah Joshua Atmadja, 13514098 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH

LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH PERAWATAN MINGGUAN Selain perawatan harian, lakukan juga perawatan seminggu sekali untuk kulit wajah kita agar kulit terawat dengan maksimal. Langkah I Membersihkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asimetri Asimetri merupakan komposisi yang sering dikaitkan dalam dunia seni dan kecantikan, tetapi lain halnya dalam keindahan estetika wajah. Estetika wajah dapat diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. pembuatan facial animation untuk karakter-karakter yang ada di dalam film ini.

BAB III METODOLOGI. pembuatan facial animation untuk karakter-karakter yang ada di dalam film ini. BAB III METODOLOGI 3.1. Gambaran Umum Ekspresi Anime 2D memiliki efek ekspresi yang unik dan menarik, seperti pipi yang terlihat memerah pada saat bahagia atau malu, mata yang dapat tiba-tiba membesar,

Lebih terperinci

DISKRIPSI LUKISAN DUA PENARI

DISKRIPSI LUKISAN DUA PENARI DISKRIPSI LUKISAN DUA PENARI Dipamerkan Pada Pameran Dies Natalis Universitas Negeri Yogyakarta ke-43 Tahun 2007 Oleh Sigit Wahyu Nugroho,M.Si Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2007

Lebih terperinci

Maine Coon Published on KucingKita.com (http://www.kucingkita.com)

Maine Coon Published on KucingKita.com (http://www.kucingkita.com) Sejarah Maine Coon adalah salah satu ras kucing yang terbentuk secara alamiah. Sesuai namanya, ras ini berasal dari negara bagian Maine (Amerika serikat). Berbagai mitos dan legenda berhubungan dengan

Lebih terperinci

Gambar 1. Fotometri Profil 16. Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Fotometri Profil 16. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Profil jaringan lunak terbentuk dari beberapa komponen, antara lain komponen skeletal, dental dan jaringan lunak (hidung, dagu dan bibir). Analisis profil wajah yang baik dapat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik dapat dicapai jika diagnosis dan rencana perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik dapat dicapai jika diagnosis dan rencana perawatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan ortodontik dapat dicapai jika diagnosis dan rencana perawatan ditegakkan secara tepat sebelum perawatan dilakukan. Diagnosis ortodontik dapat diperoleh

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin 1 I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin dan usia. Bentuk wajah setiap orang berbeda karena ada kombinasi unik dari kontur

Lebih terperinci

MODUL TATA RIAS WAJAH PENGANTIN SUNDA PUTRI ( JAWA BARAT) Disusun oleh: Endang Kuncahyawati S.Pd

MODUL TATA RIAS WAJAH PENGANTIN SUNDA PUTRI ( JAWA BARAT) Disusun oleh: Endang Kuncahyawati S.Pd MODUL TATA RIAS WAJAH PENGANTIN SUNDA PUTRI ( JAWA BARAT) Disusun oleh: Endang Kuncahyawati S.Pd LKP MARINA BANTEN 2015 Kata Pengantar Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Perawatan ortodonti modern merupakan tujuan yang digunakan untuk mencapai suatu keselarasan estetika wajah, keseimbangan struktural pada wajah dan fungsional pengunyahan. 2 Penampilan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinilitas Topeng betawi adalah kedok yang di pakai dalam tari topong tunggal yang biasanya digunakan sebagai penggambaran tentang kehidupan masyarakat betawi melalui watak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia. I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia. Beberapa kasus tersebut antara lain kasus mutilasi di Malang dan Klaten pada bulan Februari,

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (GROOMING KECANTIKAN) 1.Kompentensi: Perawatan Wajah untuk diri sendiri.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (GROOMING KECANTIKAN) 1.Kompentensi: Perawatan Wajah untuk diri sendiri. Hal 1 dari 5 1.Kompentensi: Perawatan Wajah untuk diri sendiri Mahasiswa dapat : a. Mendiagnosa jenis-jenis kulit wajah b. Melakukan pembersihan wajah c. Melakukan pengangkatan sel kulit mati/ peeling

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI EKSTRAKSI CIRI PENGENALAN GENDER MENGGUNAKAN FITUR GEOMETRIS CITRA WAJAH DENGAN METODE FUZZY C-MEANS (FCM)

LAPORAN SKRIPSI EKSTRAKSI CIRI PENGENALAN GENDER MENGGUNAKAN FITUR GEOMETRIS CITRA WAJAH DENGAN METODE FUZZY C-MEANS (FCM) LAPORAN SKRIPSI EKSTRAKSI CIRI PENGENALAN GENDER MENGGUNAKAN FITUR GEOMETRIS CITRA WAJAH DENGAN METODE FUZZY C-MEANS (FCM) Oleh : NIHAYATUS SA ADAH 2010-51-206 SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Vertebra Servikalis Tulang vertebra servikalis merupakan bagian dari tulang belakang yang terdiri atas tujuh bagian (CV 1 -CV 7 ). Tulang vertebra servikalis merupakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alur Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2010 hingga bulan April 2011 di daerah Manokwari, Provinsi Papua Barat. Pengambilan data dilakukan dengan mengunjungi sekolah-sekolah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan yang disebabkan oleh pergerakan gigi. Ortodonsia mencakup diagnosis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi tiruan lengkap adalah protesa gigi lepasan yang menggantikan seluruh gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA

BAB IV PENYAJIAN DATA BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1. Penyajian Data Iklan Tim-Tam 4.1.1. Iklan 1 : Iklan Tim-Tam versi Kebahagiaan Kecil Berlapis Cokelat 4.1.1.1. Breakdown per Scene Kedua iklan ini akan dibreakdown berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susunan gigi dan penampilan wajah memainkan peranan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Susunan gigi dan penampilan wajah memainkan peranan yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susunan gigi dan penampilan wajah memainkan peranan yang penting dalam estetika wajah karena dapat mempengaruhi daya tarik seseorang. 1 Masalah estetika wajah sangat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam suatu data penyidikan untuk mengetahui identitas korban bencana massal seperti kecelakaan pesawat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini menjelaskan mengenai tahapan analisis dan perancangan sistem yang akan dikembangkan, yaitu Sistem Identifikasi Buron. Bab ini terbagi atas 5 bagian yang

Lebih terperinci

Definisi Bell s palsy

Definisi Bell s palsy Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pengambilan data cross sectional. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DUA CITRA HIDUNG MENGGUNAKAN PARAMETER JARAK DARI HIDUNG KE DAHI DAN KE DAGU, JUMLAH PIXEL, DAN SUDUT

PERBANDINGAN DUA CITRA HIDUNG MENGGUNAKAN PARAMETER JARAK DARI HIDUNG KE DAHI DAN KE DAGU, JUMLAH PIXEL, DAN SUDUT PERBANDINGAN DUA CITRA HIDUNG MENGGUNAKAN PARAMETER JARAK DARI HIDUNG KE DAHI DAN KE DAGU, JUMLAH PIXEL, DAN SUDUT Inggar Nugroho.W. / 0322179 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Sebuah karya seni dapat terlihat dari dorongan perasaan pribadi pelukis. Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya. Hal itu di awali

Lebih terperinci

Pengenalan Bentuk Wajah Manusia Pada Citra Menggunakan Metode Fisherface

Pengenalan Bentuk Wajah Manusia Pada Citra Menggunakan Metode Fisherface Pengenalan Bentuk Wajah Manusia Pada Citra Menggunakan Metode Fisherface (Studi Kasus pengenalan wajah pada manusia di teknik informatika universitas malikussaleh) Muthmainnah, Rahayu Dosen Teknik Informatika

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. tengkorak dan rahang berbeda. Pola tersebut sering kali dipengaruhi variasi

I.PENDAHULUAN. tengkorak dan rahang berbeda. Pola tersebut sering kali dipengaruhi variasi I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Ditinjau dari sejarah perkembangannya, Indonesia merupakan masyarakat multietnik. Kelompok etnik yang berbeda cenderung memiliki pola bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Pengertian Citra Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Sefalometri Sefalometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran kuantitatifbagianbagian tertentu kepala untukmendapatkan informasi tentang polakraniofasial.sefalometri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan teknologi informasi seperti saat ini, kebutuhan akan informasi dan sistem yang dapat membantu kebutuhan manusia dalam berbagai aspek sangatlah penting.

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal sel karsinoma dan skuamous sel karsinoma. Tumor ganas yang sering terjadi pada bagian bibir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sanggul tersebut hanya dapat ditemui pada saat-saat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. ini sanggul tersebut hanya dapat ditemui pada saat-saat tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adat istiadat yang ada disetiap suku di Indonesia merupakan warisan turun temurun yang patut dijaga kelestariannya. Salah satu bentuk kekayaan itu adalah tradisi penataan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: pengenalan wajah, perangkat keamanan, sistem benam. vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: pengenalan wajah, perangkat keamanan, sistem benam. vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Laporan penelitian ini berisi mengenai pengembangan sebuah perangkat keamanan mobil yang berfungsi mencegah akses orang yang tidak berwenang dalam menghidupkan mesin mobil. Perangkat ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lengkung Gigi Menurut DuBRUL (1980), bentuk lengkung gigi sangat bervariasi, akan tetapi secara umum lengkung gigi rahang atas berbentuk elips dan lengkung gigi rahang bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem biometrika merupakan teknologi pengenalan diri dengan menggunakan bagian tubuh atau perilaku manusia. Sidik jari, tanda tangan, DNA, telinga, wajah, infrared,

Lebih terperinci

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas Gigi Incisivus sentral atas adalah gigi kesatu di rahang atas, yang terletak dikiri kanan dari garis tengah / median (Itjingningsh,

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR

JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR PRIAMBODOTOMMY.BLOGSPOT.COM Lisensi dokumen: Copyright @2012 by Priambodotommy.blogspot.com Seluruh dokumen yang ada di Priambodotommy.blogspot.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemeriksaan identifikasi memegang peranan cukup penting dalam ilmu

I. PENDAHULUAN. Pemeriksaan identifikasi memegang peranan cukup penting dalam ilmu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemeriksaan identifikasi memegang peranan cukup penting dalam ilmu kedokteran forensik. Identifikasi diperlukan untuk mencari kejelasan identitas personal pada jenazah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG METODE SELEKSI DALAM PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG METODE SELEKSI DALAM PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG METODE SELEKSI DALAM PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

KISI KISI ULANGAN TENGAH SEMESTER PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEMESTER GENAP 2016/2017. No Butir Kisi Kisi No Soal

KISI KISI ULANGAN TENGAH SEMESTER PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEMESTER GENAP 2016/2017. No Butir Kisi Kisi No Soal KISI KISI ULANGAN TENGAH SEMESTER PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEMESTER GENAP 2016/2017 No Butir Kisi Kisi No Soal 1 Keragaman bangsa Indonesia 1-3, 41 2 Keberagaman Ras Indonesia 4-6 3 Sikap

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Kuda TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki klasifikasi ilmiah yaitu kerajaan Animalia (hewan), filum Chordata (bertulang belakang), kelas Mammalia (menyusui), ordo Perissodactylater

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Riau, hasil pemekaran dari Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan crosssectional yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konveksitas skeletal

Lebih terperinci

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada berbagai pedoman, norma dan standar yang telah diajukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada berbagai pedoman, norma dan standar yang telah diajukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Golden Proportion 2.1.1.Sejarah Golden Proportion Ada berbagai pedoman, norma dan standar yang telah diajukan untuk menggambarkan proporsi ideal pada wajah manusia dan salah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas adalah suku bangsa dan variabel

Lebih terperinci

SOAL EKSPLORASI 2010

SOAL EKSPLORASI 2010 SOAL EKSPLORASI 2010 1. A numberworm is made up of sixteen squares numbered consecutively from 1 to 16. It can be fit into a 4x4 grid so that two consecutive squares share a side, one possibility is given

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE MINIMUM DISTANCE PATTERN CLASSIFIER DAN NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION DALAM MENGENALI WAJAH MANUSIA DENGAN EKSPRESI YANG BERBEDA

PERBANDINGAN METODE MINIMUM DISTANCE PATTERN CLASSIFIER DAN NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION DALAM MENGENALI WAJAH MANUSIA DENGAN EKSPRESI YANG BERBEDA PERBANDINGAN METODE MINIMUM DISTANCE PATTERN CLASSIFIER DAN NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION DALAM MENGENALI WAJAH MANUSIA DENGAN EKSPRESI YANG BERBEDA Bharasaka Krisnandhika 51412445 Dr. Dewi Agushinta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

POTRET KESEJAHTERAAN RAKYAT DI PROVINSI BALI MENGGUNAKAN METODE CHERNOFF FACES

POTRET KESEJAHTERAAN RAKYAT DI PROVINSI BALI MENGGUNAKAN METODE CHERNOFF FACES E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.3, Agustus 2013, 1-6 ISSN: 2303-1751 POTRET KESEJAHTERAAN RAKYAT DI PROVINSI BALI MENGGUNAKAN METODE CHERNOFF FACES I WAYAN WIDHI DIRGANTARA 1, KOMANG GDE SUKARSA 2, KOMANG

Lebih terperinci