Perbandingan Kinerja Peramalan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Antara ARMA, FFNN dan Hybrid ARMA-FFNN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perbandingan Kinerja Peramalan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Antara ARMA, FFNN dan Hybrid ARMA-FFNN"

Transkripsi

1 Perbandingan Kinerja Peramalan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Antara ARMA, FFNN dan Hybrid ARMA-FFNN Oleh: MUHAMMAD FAJAR (NIP ) Mahasiswa Magister Statistika Terapan UNPAD ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk membandingkan kinerja peramalan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan model ARMA, FFNN (Feed Forward Neural Network), dan model Hybrid ARMA-FFNN. Data yang digunakan dalam penelitian adalah pertumbuhan ekonomi (quarter to quarter) 1983 Q Q2 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa model Hybrid ARMA (0, 0) FFNN memberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan model ARMA dan FFNN dalam peramalan pertumbuhan ekonomi. Kata Kunci: Neural Network, Hybrid ARMA-Neural Network, pertumbuhan ekonomi. 1. Pendahuluan Salah satu indikasi pembangunan dikatakan berhasil bila ditunjang oleh sektor ekonomi yang mapan, karena pada hakikatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha peningkatan taraf hidup masyarakat, mengusahakan kesempatan kerja serta mengurangi ketimpangan kesejahteraan dan pendapatan. Untuk dapat mengembangkan suatu sistem ekonomi yang dapat mendukung pembangunan masyarakat perlu adanya data sebagai indikator perencanaan ekonomi, dimana dengan data yang tersedia akan mempermudah dalam mengambil kebijakan sehingga pembangunan ekonomi tidak salah sasaran dan tepat guna. Salah satu indicator atau untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Terjadinya suatu peristiwa adakalanya tidak bersamaan waktunya dengan saat peristiwa ketika peristiwa itu diharapkan untuk terjadi. Biasanya ada selang waktu (time lag) antara harapan dan kenyataan kemudian terjadi. Ini merupakan alasan pokok, mengapa diperlukan adanya suatu peramalan. Apabila selang waktu itu adalah nol atau sangat pendek, tentu saja tidak diperlukan adanya peramalan. Sebaliknya, jika selang waktu itu relatf panjang, maka peranan peramalan akan sangat penting artinya. Dalam situasi semacam itu, peramalan diperlukan untuk menentukan kapan suatu perisiwa akan terjadi atau diharapkan akan terjadi, sehingga segera dapat diambil keputusan atau langkah-lagkah yang tepat. Sehingga tercapai suatu pembangunan struktur ekonomi nasional yang ideal dengan mekanisme perencanaan dalam menentukan strategi dan kebijaksanaan agar keputusan yang diambil dapat mencapai sasaran yang optimal dan tepat waktu dengan menggunakan sumber daya yang ada. Peramalan adalah dalah seni dan ilmu memprediksi peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dengan menggunakan data historis dan memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa bentuk model matematis. Terdapat dua pendekatan untuk melakukan peramalan yaitu dengan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Metode peramalan kualitatif digunakan ketika data historis tidak tersedia. Metode peramalan kualitatif adalah metode subyektif (intuitif). Metode ini didasarkan pada informasi kualitatif. Dasar informasi ini dapat memprediksi kejadian-kejadian di masa yang akan datang. Keakuratan dari metode ini sangat subjektif. Metode peramalan kuantitatif dapat dibagi menjadi dua tipe, causal dan time series. Metode peramalan causal meliputi faktorfaktor yang berhubungan dengan variabel yang diprediksi seperti analisis regresi. Peramalan time series merupakan metode kuantitatif untuk menganalisis data masa lampau yang telah dikumpulkan

2 secara teratur menggunakan teknik yang tepat. Hasilnya dapat dijadikan acuan untuk peramalan nilai di masa yang akan datang (Makridakis, et al, 1999). Khususnya peramalan time series mengalami perkembangan yang maju seiring dengan kemajuan teknologi komputasi dan informasi ditandai aplikasi neural network pada proses peramalan time series, yang berbeda dengan model ARIMA standar dan bahkan Zhang (2001) menggabungkan neural network dengan model ARIMA (Hybrid ARIMA-NN). Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja peramalan pertumbuhan ekonomi dari ketiga metode peramalan tersebut. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Definisi Pertumbuhan Ekonomi Pengertian pertumbuhan ekonomi harus dibedakan dengan pembangunan ekonomi. Dalam makalah pertumbuhan ekonomi ini, penulis ingin menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi hanyalah merupakan salah satu aspek saja dari pembangunan ekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan output agregat khususnya output agregat per kapita. Berikut beberapa definisi pertumbuhan ekonomi dari para ahli antara lain: (1) Menurut Boediono (1994) pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses pertumbuhan output perkapita jangka panjang yang terjadi apabila ada kecenderungan (output perkapita untuk naik) yang bersumber dari proses intern perekonomian tersebut (kekuatan yang berada dalam perekonomian itu sendiri), bukan berasal dari luar dan bersifat sementara. Atau dengan kata lain bersifat self generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan suatu kekuatan atau momentum bagi kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode-periode selanjutnya, (2) Todaro dan Smith (2006) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu proses yang mantap dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan nasional yang semakin besar, (3) Prof. Simon Kuznet (1964) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologinya dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan, dan (4) Sadono Sukirno (2004) berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Sehingga untuk mengetahuinya harus diadakan perbandingan pendapatan naional dari tahun ke tahun, yang dikenal dengan laju pertumbuhan ekonomi. Dari definisi pertumbuhan ekonomi di atas terdapat tiga komponen pokok, yaitu: (1). Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi dari pertumbuhan ekonomi sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang merupakan tanda kematangan ekonomi (economic maturity) pada negara bersangkutan, (2). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkesinambungan dimana pemerintah berperan dalam investasi bidang pendidikan, (3). Mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung dalam kemajuan teknologi dilakukan penyesuaian kelembagaan, sikap, dan ideologi. Sehingga secara sosial dan ekonomi terjadi pertumbuhan yang seiring Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan PNB (Produk Nasional Bruto) atas dasar harga konstan atau PDB (Produk Domestik Bruto) atas dasar harga konstan tahun/ kuartal yang sedang berjalan dengan tahun/kuartal sebelumnya. Di Indonesia pertumbuhan ekonomi diukur menggunakan PDB atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya

3 merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan (PDB riil) menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. g t = PDB Riil t PDB Riil t 1 PDB Riil t 1 100% dengan g t : Pertumbuhan ekonomi waktu t, PDB Riil t : PDB riil waktu t, dan PDB Riil t 1 : PDB riil waktu t Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi a. Faktor Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan. b. Faktor Sumber Daya Alam Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dianataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan laut. c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian. d. Faktor Budaya Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. e. Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas. 2.2 Time series Time series atau data time series adalah serangkaian data observasi yang berasal dari sumber tetap, yang terjadinya berdasarkan indeks waktu t secara berurutan dan interval waktu yang tetap. Berdasarkan proses pengamatan, data time series terbagi menjadi dua, yaitu data kontinu dan diskrit. Time series kontinu adalah time series yang sebenarnya, dimana pengamatan dilakukan sepanjang waktu. Time series diskrit adalah data yang diperoleh dengan mengambil pengamatan pada waktu-waktu tertentu, atau dengan cara lain untuk memperoleh time series yang diskrit adalah

4 dengan mengakumulasikan pengamatan untuk suatu periode waktu tertentu. Penelitian ini menggunakan data time series diskrit untuk bahan analisis. Berdasarkan sifat ada tidaknya kepastian terjadinya suatu keadaan di waktu-waktu yang akan datang, analisis time series dibedakan menjadi dua yaitu analisis time series deterministik dan time series stokastik. Analisis time series deterministik adalah time series yang nilai observasi yang akan datang dapat diramalkan secara pasti berdasarkan observasi lampau. Analisis time series stokastik adalah time series dengan nilai observasi yang akan datang bersifat probabilistik, berdasarkan observasi yang lampau, dimana untuk setiap waktu t, variabel acak y t merupakan realisasi atau fungsi sampel dari suatu proses stokastik, artinya y t merupakan observasi yang tersusun melalui waktu mengikuti hukum probabilitas (Soejoeti, 1987). Suatu time series yang stokastik dapat dipandang sebagai satu realisasi dari suatu proses stokastik. Dalam praktek biasanya tidak mungkin diperoleh realisasi yang lain untuk suatu proses stokastik, yaitu tidak dapat mengulang kembali keadaan untuk memperoleh himpunan pengamatan yang serupa seperti yang telah dikumpulkan (Salamah, Suhartono, dan Wulandari, 2003). Berdasarkan domainnya, analisis time series stokastik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu domain waktu dan domain frekuensi. Domain waktu sederhananya mempelajari bagaimana data atau sinyal berubah sepanjang waktu, jadi data time series bisa dianalogikan sebagai sinyal. Sedangkan domain frekuensi sederhananya mempelajari banyaknya sinyal dalam rentang frekuensi tertentu. 2.3 Stasioneritas Stasioneritas pada data time series (x t ) adalah hal yang fundamental dalam model ARIMA. Kondisi stasioner dinyatakan sebagai berikut: 1. Rata-rata konstan, tidak terpengaruh waktu, E(x t ) = μ x (1) 2. Varians data konstan untuk seluruh data time series, Var (x t ) = E(x t μ x ) 2 = ρ 0 (2) 3. Kovarians antar nilai dari waktu yang berbeda hanya tergantung dari lag time, bukan pada posisi dimana otokovarians tersebut dihitung: Cov(x t, x t m ) = E[(x t μ x )(x t m μ x )] = ρ m (3) Dengan kata lain data time series dikatakan stasioner jika rata-rata, varians, dan kovarians pada setiap lag adalah konstan pada setiap waktu. Data time series dikatakan tidak stasioner, jika rataratanya maupun variansnya tidak konstan, berubah-ubah sepanjang waktu (time-varying mean and variance). Untuk menguji stasioneritas dengan melihat keberadaan unit root, penelitian ini menggunakan uji ADF (Augmented Dickey Fuller) sebagai berikut: 1. Misal terdapat persamaan: x t = a 0 + Ψx t + u t, (4) dengan: Ψ: koefisien autoregressive, a 0 : intersep, u t : white noise term 1. Jika nilai Ψ = 1, maka x t memiliki sebuah akar unit. Dalam ekonometrika, suatu time series yang memiliki akar unit disebut random walk time series. Apabila dinyatakan dalam bentuk hipotesis, menjadi: H o : Ψ = 1, berarti data mengandung akar unit (nonstasioner); H 1 : Ψ < 1, berarti data tidak mengandung akar unit (stasioner). 1 Kondisi dimana u t mempunyai mean sama dengan nol, varians konstan, dan kovarians sama dengan nol.

5 Jika data asli dari suatu series sudah stasioner, maka data tersebut berintegrasi pada order 0 atau dilambangkan I(0). Akan tetapi, bila data asli non-stasioner, maka harus di-difference 2 -kan sehingga diperoleh data yang stasioner pada order d. 2. Persamaan (4) di atas dapat juga dinyatakan dalam bentuk turunan pertama (first difference), sebagai berikut: x t = a 0 + (Ψ 1)x t 1 + u t (5) x t = a 0 + θx t 1 + u t, θ = Ψ 1, sehingga hipotesis yang diuji mempunyai bentuk: H o : θ = 1, berarti data mengandung unit root (non-stasioner) H 1 : θ < 1, berarti data tidak mengandung unit root (stasioner). 3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya akar unit, lakukan penghitungan nilai statistik uji ADF berdasarkan (t ): t = θ se(θ ). (6) 2.4 Neural network (NN) Artificial Neural network lahir setelah McCulloc dan W.H.Pitts, pada tahun 1943, memperkenalkan pemodelan matematis neuron. Lalu pada tahun 1949, Hebb mencoba mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh neuron yang dikenal sebagai Hebbian Law. Tahun 1958, Rosenblatt memperkenalkan konsep perseptron, suatu jaringan yang terdiri dari beberapa lapisan yang saling berhubungan melalui umpan maju (feed forward). Pada tahun 1962, beliau membuktikan bahwa bila setiap perseptron dapat memilah-milah dua buah pola yang berbeda maka siklus pelatihannya dapat dilakukan dalam jumlah yang terbatas. Teorema ini dikenal juga sebagai perceptron convergence theorem. Pada tahun 1960, Widrow dan Hodd menemukan ADALINE (Adaptive Linear Neuron). ADALINE mampu beradaptasi dan beroperasi secara linier. Penemuan ini telah memperluas aplikasi jaringan syaraf tiruan, tidak hanya untuk pemilihan pola saja, namun juga untuk pengiriman sinyal khususnya dalam bidang adaptive filtering. Pada tahun 1969, konsep perseptron yang diperkenalkan oleh Rosenblatt mendapat kritikan dari Minsky dan Papert atas kelemahannya dalam memilah polapola yang tidak linier. Sejak saat itu, penelitian mengenai jaringan syaraf tiruan terhenti selama satu dasawarsa. Hopfield, pada tahun 1982, berhasil memperhitungkan fungsi energi ke dalam jaringan syaraf agar dapat mengingat atau memperhitungkan suatu obyek dengan obyek yang telah dikenal / diingat sebelumnya (associative memory). Hasil penelitian Hopfield ini sering disebut sebagai recurrent network atau Hopfield Net. Pada tahun 1986 Rumelhart, Hinton, dan William menciptakan suatu algoritma pembelajaran yang disebut dengan propagasi balik (back propagation). Metode ini dapat menyelesaikan masalah yang telah dilontarkan oleh Minsky dan Papert apabila algoritma ini diterapkan dalam perseptron dengan banyak lapisan (multi-layer perceptron) (Rahajaan, 2011) Arsitektur Neural network Di dalam neural network (JST, jaringan saraf tiruan), istilah simpul (node) sering digunakan untuk menggantikan neuron, dimana setiap simpul pada jaringan menerima atau mengirim sinyal dari/ ke simpul-simpul lainnya. Pengiriman sinyal disampaikan melalui penghubung. Kekuatan 2 Membuat deret angka baru yang terdiri dari perbedaan angka antara periode yang berturut-turut dengan rumus: y t = y t y t 1.

6 hubungan yang terjadi antara setiap simpul yang saling terhubung dikenal dengan nama bobot atau weight. Gambar 2.1 Artificial Neural network sederhana Berdasarkan arsitekturnya, model JST terbagi menjadi 3, yaitu: 1. Jaringan Layar Tunggal (Single Layer Network) Pada jaringan ini, sekumpulan input neuron dihubungkan langsung dengan sekumpulan outputnya. Sinyal mengalir searah dari lapisan input sampai ke lapisan output. Setiap simpul dihubungkan dengan simpul lainnya yang berada di atasnya dan di bawahnya, tetapi tidak dengan simpul yang berada pada lapisan yang sama. Contoh: ADALINE, Hopfield, Perceptron, LVQ, dan lain-lain. Gambar 2.2 Jaringan Layar Tunggal 2. Jaringan Layar Jamak (Multiple Layer Network) Model ini merupakan pengembangan dari single layer network. Dalam jaringan ini, selain unit input dan output, terdapat pula unit-unit lain yang sering disebut dengan layar tersembunyi (hidden layer). Layar tersembunyi ini tidak pasti satu. Bisa saja sebuah multiple layer network memiliki lebih dari satu hidden layer. Contoh: back propagation dan MADALINE. Gambar 2.3 Jaringan Layar Jamak 3. Jaringan Recurrent Model jaringan recurrent mirip dengan jaringan layar tunggal maupun jamak. Hanya saja, pada jaringan ini terdapat simpul keluaran yang memberikan sinyal pada unit masukan, sering juga disebut dengan feedback loop. Dengan kata lain, pada model ini sinyal berjalan dua arah, yaitu maju dan mundur. Contoh: Hopfield network, Jordan network, dan Elmal network.

7 2.4.2 Fungsi Aktivasi Dalam Neural network, bagian yang paling penting adalah fungsi aktivasinya atau seringkali disebut juga dengan threshold function maupun transfer function. Fungsi aktivasi digunakan untuk membatasi output keluaran yang dihasilkan oleh neuron. Beberapa contoh fungsi aktivasi yang sering digunakan adalah: fungsi sigmoid biner dan fungsi sigmoid bipolar (Karlik & Olgac, 2011). 1. Sigmoid Biner Fungsi aktivasi sigmoid biner f(x) = 1 (7) 1 + e x Gambar 2.4 Grafik Fungsi Aktivasi Sigmoid Biner Fungsi ini sangat berguna untuk digunakan dalam Neural network yang melakukan proses pelatihan dengan metode Back propagation karena mudah dibedakan dan mengurangi kapasitas yang diperlukan. 2. Sigmoid Bipolar Fungsi aktivasi ini mirip dengan fungsi aktivasi sigmoid biner. Fungsi ini bekerja dengan baik untuk aplikasi yang memproduksi nilai dalam jarak [-1, 1]. Fungsi aktivasi sigmoid bipolar f(x) = 1 e x (8) 1 + e x Gambar 2.5 Grafik Fungsi Aktivasi Sigmoid Bipolar

8 3. Fungsi Hyperbolic Tangent Fungsi ini sangat mirip dengan fungsi sigmoid bipolar, yaitu: Fungsi aktivasi sigmoid bipolar f(x) = e x e x e x (9) + e x Gambar 2.6 Grafik Fungsi Aktivasi Sigmoid Bipolar 3. Metode Penelitian 3.1 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian menggunakan pertumbuhan ekonomi (quarter to quarter) periode 1983 Q (quarter/ kuartal) Q2 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data tersebut terbagi untuk training sebanyak 107 (80%) observasi pertama dan sisanya 26 (20%) observasi digunakan untuk testing. 3.2 Metode Analisis ARMA (Autoregressive-Moving Average) Secara umum model ARMA (a, b) untuk suatu data runtun waktu x t stasioner adalah sebagai berikut: x t = c + φ 1 x t 1 + φ 2 x t φ p x t a + ε t + θ 1 ε t 1 + θ 2 ε t θ b ε t b (10) dengan: x t : Nilai aktual observasi a, b : order AR, order differencing, dan order MA (non-musiman). φ 1,, φ a : Koefisien autoregressive. θ 1,, θ b : Koefisien moving average. ε t : error/ noise term Setelah diperoleh dugaan model awal ARIMA, selanjutnya parameter dari model tersebut ditaksir, sehingga didapatkan besaran koefisien model. Secara umum, penaksiran parameter model ARIMA Box-Jenkins dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode seperti metode moment, metode least square, metode maximum likelihood, dan sebagainya. Dalam penentuan order ARMA menggunakan AIC minimum. AIC dirumuskan:

9 Sum Square Residual of ARMA (a, b) AIC = ln ( ) + n Feed-Forward Neural network 2(a + b) n (11) Secara umum, proses bekerjanya jaringan neural network menyerupai cara otak manusia memproses data input sensorik, diterima sebagai neuron input. Selanjutnya neuron saling berhubungan dengan sinapsis (node), dan sinyal dari neuron bekerja secara paralel digabungkan untuk menghasilkan informasi maupun reaksi (Paul, 2005). Feed forward neural network (FFNN) merupakan salah satu model neural network yang banyak dipakai dalam berbagai bidang. Arsitektur model FFNN terdiri atas satu lapis input, satu atau lebih lapis tersembunyi, dan satu lapis output.dalam model ini, perhitungan respon atau output Y dilakukan dengan memproses input x mengalir dari satu lapis maju ke lapis berikutnya secara berurutan. Single layer feedforward dengan satu neuron pada lapisan tersembunyi adalah jaringan saraf yang paling dasar dan umum digunakan dalam ekonomi dan aplikasi keuangan. Kompleksitas dari arsitektur FFNN tergantung pada jumlah lapis tersembunyi dan jumlah neuron pada masing masing lapis. Gambar 2.7 adalah arsitektur feedforward neural network dengan n buah masukan (ditambah sebuah bias), sebuah lapisan tersembunyi yang terdiri dari p unit (ditambah sebuah bias), serta m buah unit keluaran. Algoritma Backpropagation Network Gambar 2.7 Arsitektur Feed-Forward Neural network Algoritma pelatihan backpropagation terdiri dari dua proses, yaitu feedforward dan backpropagation dari erornya. Algoritmanya sebagai berikut: Langkah 0: Inisialisasi bobot (ambil bobot awal dengan nilai random yang cukup kecil). Langkah 1: Jika kondisi penghentian belum terpenuhi, lakukan langkah 2 9. Langkah 2: untuk setiap pasang data pelatihan, lakukan langkah 3 8. Fase I : Feedforward Langkah 3 : tiap unit masukan (x i, i = 1,2,, n) menerima sinyal dan meneruskannya ke unit selanjutnya yaitu lapisan tersembunyi Langkah 4 : hitung semua keluaran pada lapisan tersembunyi (Z j, i = 1,2,, p). Z_net j = v jo + x i + v ji i=1 Gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya: Z j = f(z netj ) Dan kirimkan sinyal tersebut ke semua unit lapisan atasnya (unit-unit output). n

10 Langkah ini dilakukan sebanyak jumlah lapisan tersembunyi. Langkah 5: hitung semua keluaran jaringan di lapisan output (Y k, i = 1,2,, m) Y_net k = w k0 + Z j w kj j=1 Gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal outputnya: Y k = f(y_net k ) Fase II: Backpropagation Langkah 6: hitung faktor δ unit keluaran berdasarkan kesalahan di setiap unit keluaran (Y k, i = 1,2,, m) δ k = (target k Y k )f (Y_net k ) δ merupakan unit kesalahan yang akan dipakai dalam perubahan bobot layer di bawahnya (langkah 7). Kemudian hitung koreksi bobot (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki w kj ) dengan laju percepatan α, Δw kj = αδ k Z j Kemudian hitung juga koreksi bias (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki nilai w k0 ) memperbaiki nilai w k0 ) Δw k0 = αδ k Langkah 7 : Hitung faktor δ unit tersembunyi berdasarkan kesalahan di setiap unit tersembunyi (Z j, i = 1,2,, p). m p δ_net j = δ k w kj Faktor δ unit tersembunyi (hidden): δ j = δ_net j f (Z_net j ) Kemudian hitung koreksi bobot (yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki nilai v j0 ): Δv j0 = αδ j Fase III: Perubahan bobot Langkah 8: Tiap-tiap unit output (Y k, k = 1,2,, m) memperbaiki bias dan bobotnya (j = 0,1,2,, p). w kj (baru) = w kj (lama) + Δw kj Tiap-tiap unit tersembunyi (Z j, j = 1,2,, p) memperbaiki bias dan bobotnya (i = 0,1,2,, n). v ji (baru) = v ji (lama) + Δv ji Langkah 9: Kondisi pelatihan berhenti. k=1 Dalam penelitian ini menggunakan satu hidden layer saja, jumlah input node berdasarkan order AR pada model ARMA (a, b), berarti input variable adalah lagged variable dan jumlah hidden nodes dari 1 15, kemudian kombinasi dari Untuk memilih arsitektur FFNN yang telah proses training sebanyak iterasi didasarkan pada mean squared error (MSE) yang dirumuskan: n MSE = 1 n (N t N t) 2 dengan: N t : nilai aktual; N t: nilai fitted dari berbagai model, n: banyaknya training sample. t=1 (12)

11 3.2.2 Hybrid ARMA-FFNN Model Hybrid ARMA-FFNN backpropagation merupakan gabungan model ARMA dan feedforward NN backpropagation Runtun waktu yang tersusun terdiri dari struktur autokorelasi linear dan nonlinear, sehingga dapat direpresentasikan dalam bentuk: x t = L t + M t (13) dengan merupakan L t komponen linear dan merupakan M t komponen nonlinear. ARMA digunakan untuk memodelkan komponen linear, kemudian residu dari komponen linear hanya berisi hubungan nonlinear. Memodelkan residu menggunakan NN (JST) dapat mengatasi komponen nonlinear dalam data. Model residu dapat ditulis dalam bentuk: e t = f(e t 1, e t 2,, e t n ) + ε t (14) Dengan e t merupakan residu model ARMA, f(.) merupakan fungsi aktivasi yang ditentukan menggunakan backpropagation. Dalam penelitian penulis menggunakan fungsi aktivasi sigmoid dengan satu hidden layer. Dalam penelitian ARMA pada model Hybrid menggunakan spesifikasi model ARMA yang menghasilkan MSE minimum, sedangkan FFNN menggunakan kombinasi sama seperti pada peramalan FFNN sebelumnya. 3.3 Pengukuran Kinerja Peramalan Untuk mengukur kinerja peramalan dari berbagai model, penelitian menggunakan MSFE, yang dirumuskan: MSFE = 1 u u h (N t F t ) 2 1 = u n + 1 (N t F t ) 2 (15) t=n+1 t=n+1 dengan: N t : nilai aktual; F t : nilai peramalan dari berbagai model, n: banyaknya training sample, dan h: forecast period. 4. Analisis dan Pembahasan 4.1 Stasioneritas gtrain Time Gambar 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (quarter to quarter) Periode 1983 Q Q4 Gambar 4.1 menunjukkan secara visual perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 1983 Q (quarter/ kuartal) Q4 tidak ada unsur trend yang kuat berpengaruh

12 didalamnya dan cukup berfluktuatif. Pada masa krisis 1998 tercatat pertumbuhan mencapai titik terbawah sepanjang periode observasi, yaitu pertumbuhan ekonomi mencapai % dan % pada kuartal pertama dan kedua Berdasarkan pengujian ADF test pada level alpha lima persen menyimpulkan pertumbuhan ekonomi (q to q) telah stasioner pada data asli, dimana p-value mencapai (kurang dari 0.05) sehingga dapat dimodelkan ARMA. 4.2 ARMA Berdasarkan nilai AIC dari berbagai kombinasi ARMA, ternyata model ARMA (0, 0) yang memiliki nilai AIC minimum mencapai sehingga model tersebutlah yang digunakan untuk peramalan. Berikut model ARMA (0, 0): > fit1=auto.arima(gtrain,stationary=true,seasonal=false,ic="aic")###sintaks l angsung memilih model ARMA berdasarkan AIC minimum dari berbagai kombinasi or der ARMA (0 a 5, 0 b 5) > fit1 Series: gtrain ARIMA(0,0,0) with non-zero mean Coefficients: intercept s.e sigma^2 estimated as 10.62: log likelihood= AIC= AICc= BIC= dan secara visual kinerja peramalan ARMA (0,0) yang menghasilkan MSFE sebesar disajikan pada gambar 10 5 series % ARMA(0,0) 0 Data Year Gambar 4.2 Kinerja Peramalan ARMA (5,5)

13 4.3 FFNN-Backpropagation Karena FFNN menggunakan satu hidden layer saja dan menggunakan node hidden dari 1 sampai 15 sehingga menghasilkan MSFE dari berbagai arsitektur FFNN tersebut sebagai berikut: Tabel 4.2 Nilai MSFE Dari Berbagai Arsitektur FFNN Arsitektur FFNN Input node hidden node-output MSE Sumber: Pengolahan penulis, Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dengan membuat jumlah variabel input (lagged variable) konstan dan menggunakan single hidden layer serta meningkatkan jumlah node hidden, maka MSE semakin menurun. FFNN-Backpropagation dengan satu hidden layer dan jumlah nodes hidden sebanyak lima node memberikan MSFE sebesar Secara visual kinerja peramalan FFNN- Backpropagation (5-15-1) disajikan pada gambar 4.3 berikut: 10 5 series % Data 0 FFNN-BP (5-15-1) Year Gambar 4.3 Kinerja Peramalan FFNN-Backpropagation (5-15-1)

14 4.4 Hybrid ARMA-FNNN Tabel 4.3 Nilai MSFE Dari Berbagai Arsitektur FFNN Hybrid ARMA-FFNN MSE ARMA(0,0) FFNN ARMA(0,0) FFNN ARMA(0,0) FFNN ARMA(0,0) FFNN ARMA(0,0) FFNN ARMA(0,0) FFNN ARMA(0,0) FFNN ARMA(0,0) FFNN ARMA(0,0) FFNN ARMA(0,0) FFNN ARMA(0,0) FFNN ARMA(0,0) FFNN ARMA(0,0) FFNN ARMA(0,0) FFNN ARMA(0,0) FFNN Sumber: Pengolahan penulis, Berdasarkan tabel 4.3, proses training dengan iterasi kali menunjukkan model Hybrid ARMA (0, 0) FFNN menghasilkan MSE minimum sebesar 0.154, dimana dari sebelumnya diketahui bahwa ARMA (0, 0) dan FFNN memberikan MSE minimum juga. Kinerja model Hybrid ARMA (0, 0) FFNN menghasilkan MSFE sebesar dan secara visual disajikan pada gambar 4.4 berikut 10 5 series % Data 0 Hybrid ARMA (0,0) FFNN Year Gambar 4.3 Kinerja Peramalan Hybrid ARMA (0,0) FFNN

15 5. Penutup 5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya menyimpulkan bahwa diantara model ARMA, FFNN, dan Hybrid ARMA-FFNN dalam meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia (q to q) yang memberikan kinerja terbaik adalah model Hybrid-FFNN dengan spesifikasi Hybrid ARMA (0, 0) FFNN dan menghasilkan MSFE minimum dibandingkan MSFE dari ARMA dan FFNN. 5.2 Saran Untuk penelitian selanjutnya perlu dikembangkan Hybrid model ARCH/GARCH dengan neural network, dimana dapat mengakomodir data non stasioner yang memiliki volatilitas tinggi. REFERENSI Boediono Ekonomi Makro. Yogyakarta: Penerbit BPFE. Fausset, L Fundamental of Neural network (Archetectures, Algorithms, and Applications). Upper Saddle River, New-Jersey: Prentice-Hall. Günther, F. dan Fritsch, S Neuralnet: Training of Neural networks. Karlik, B., dan Olgac, A. V Performance Analysis of Various Activation Function in Generalized MLP Architectures of Neural networks. International Juurnal of Artificial Intelligence and Expert Systems (IJAE), 1 (4), 1. Kuznet, Simon Economic Growth and the Contribution of Agriculture, CK dan Witt, LW (ed). Agriculture in Economic Development.. New York: McGraw-Hill. Makridakis, Wheelwright, dan MacGee Metode dan Aplikasi Peramalan. Jakarta: Binarupa Aksara. Paul, D Neural network in Finance: Gaining Predictive Edge in the market. USA: Elsevier. Rahajaan, Jusro Ali Pengembangan Wahana Pencitraan Bawah Air Guna Identifikasi dan Kuantifikasi Terumbu Karang dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan [Tesis]. Bogor: IPB. Salamah, M., Suhartono, dan Wulandari, S Buku Ajar: Analisis Time series. Surabaya: FMIPA ITS. Soejoeti, Z Analisis Runtun Waktu. Jakarta: Universitas Terbuka. Sukirno, Sadono Makroekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sukirno, Sadono Makroekonomi Modern. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

16 Todaro, M.P. dan Smith, S.C Pembangunan Ekonomi. Jilid I Edisi Kesembilan. Haris Munandar (penerjemah). Jakarta: Erlangga. Zhang, G.P Time series Forecasting using a Hybrid ARIMA and Neural networks Model. Neurocomputing, 50: 159.

PERAMALAN PRODUKSI CABAI RAWIT DENGAN NEURAL NETWORK Muhammad Fajar

PERAMALAN PRODUKSI CABAI RAWIT DENGAN NEURAL NETWORK Muhammad Fajar PERAMALAN PRODUKSI CABAI RAWIT DENGAN NEURAL NETWORK Muhammad Fajar Abstrak Tujuan penelitian ini untuk melakukan peramalan produksi cabai rawit dengan menggunakan neural network. Data yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umum 2.1.1 Genetic Algorithm Genetic algorithm adalah suatu algoritma yang biasanya digunakan untuk mencari solusi-solusi yang optimal untuk berbagai masalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR

ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR Jurnal Barekeng Vol. 8 No. Hal. 7 3 (04) ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR Analysis of Backpropagation Artificial Neural Network to

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 65-72 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hujan merupakan salah satu unsur iklim yang berpengaruh pada suatu daerah aliran sungai (DAS). Pengaruh langsung yang dapat diketahui yaitu potensi sumber daya air. Besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua negara mempunyai mata uang sebagai alat tukar. Pertukaran uang dengan barang yang terjadi disetiap negara tidak akan menimbulkan masalah mengingat nilai uang

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) A-31

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) A-31 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol 4, No2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-31 Perbandingan Performansi Metode Peramalan Fuzzy Time Series yang Dimodifikasi dan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation (Studi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, peneliti akan memberikan penjelasan tentang teori metode backpropagation jaringan syaraf tiruan dan metode deret berkala ARIMA(Boxjenkins) sehingga dapat mempermudah

Lebih terperinci

PEMODELAN NEURO-GARCH PADA RETURN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA

PEMODELAN NEURO-GARCH PADA RETURN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 771-780 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN NEURO-GARCH PADA RETURN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Feng PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK... 211 PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Tan

Lebih terperinci

WAVELET -JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI DATA TIME SERIES

WAVELET -JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI DATA TIME SERIES J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 4, No. 2, November 2007, 53 64 WAVELET -JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PREDIKSI DATA TIME SERIES Daryono Budi Utomo Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioneritas Stasioneritas berarti bahwa tidak terdapat perubahan yang drastis pada data. Fluktuasi data berada di sekitar suatu nilai rata-rata yang konstan, tidak tergantung

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer Perceptron (Joni Riadi dan Nurmahaludin) APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Joni Riadi (1) dan Nurmahaludin

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manfaat Peramalan Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suatu dugaan atau perkiraan tentang terjadinya suatu keadaan dimasa depan, tetapi dengan menggunakan metode metode tertentu

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di: ISSN: 2339-24 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 20, Halaman 74-74 Online di: http://ejournal-s.undip.ac.id/index.php/gaussian PERAMALAN BEBAN PEMAKAIAN LISTRIK JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: Aditya Wisnu Broto J2E

SKRIPSI. Disusun Oleh: Aditya Wisnu Broto J2E vii PERBANDINGAN APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DENGAN METODE OPTIMAL BRAIN DAMAGE DAN ARCH - GARCH UNTUK MEMPREDIKSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) SKRIPSI Disusun Oleh: Aditya Wisnu

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2000-2014 NADIA IKA PURNAMA Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : nadiaika95@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan materi yang mendukung dalam pembahasan evaluasi implementasi sistem informasi akademik berdasarkan pengembangan model fit HOT menggunakan regresi linier

Lebih terperinci

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA Anggi Purnama Undergraduate Program, Computer Science, 2007 Gunadarma Universiy http://www.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi yang digambarkan sebagai berikut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

Prosiding Statistika ISSN:

Prosiding Statistika ISSN: Prosiding Statistika ISSN: 2460-6456 Pemodelan Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) dan Feedforwar Neural Network (FFNN) dengan Algoritma Backpropagation untuk Meramalkan Harga Open Emas Dunia

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu data saham Astra Internasional Tbk tanggal 2 Januari

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, Desember 2014 : 55-10 PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Nurmahaludin (1) (1) Staff Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Jaringan Syaraf Tiruan Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Susilo Nugroho Drajad Maknawi M0105047 M0105068 M01040 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL HYBRID ARIMA BACKPROPAGATION UNTUK PERAMALAN HARGA GABAH INDONESIA. Abstract

PENERAPAN MODEL HYBRID ARIMA BACKPROPAGATION UNTUK PERAMALAN HARGA GABAH INDONESIA. Abstract Penerapan Model (Sufia Nur Janah) PENERAPAN MODEL HYBRID ARIMA BACKPROPAGATION UNTUK PERAMALAN HARGA GABAH INDONESIA Sufia Nur Janah 1, Winita Sulandari 2, Santoso Budi Wiyono 2 2 Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Desy Yuliana Dalimunthe Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) 1 Musli Yanto, 2 Sarjon Defit, 3 Gunadi Widi Nurcahyo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Purworejo adalah daerah agraris karena sebagian besar penggunaan lahannya adalah pertanian. Dalam struktur perekonomian daerah, potensi daya dukung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Analisis adalah kemampuan pemecahan masalah subjek kedalam elemen-elemen konstituen, mencari hubungan-hubungan internal dan diantara elemen-elemen, serta mengatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber kas negara yang digunakan untuk pembangunan. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS HYBRIDIZING EXPONENTIAL SMOOTHING DAN NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN DATA RUNTUN WAKTU

KAJIAN TEORITIS HYBRIDIZING EXPONENTIAL SMOOTHING DAN NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN DATA RUNTUN WAKTU Bimaster Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No.3 (2013), hal 205-210 KAJIAN TEORITIS HYBRIDIZING EXPONENTIAL SMOOTHING DAN NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN DATA RUNTUN WAKTU Muhlasah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

PREDIKSI DATA RUNTUN WAKTU MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

PREDIKSI DATA RUNTUN WAKTU MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PREDIKSI DATA RUNTUN WAKTU MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN TIME SERIES DATA PREDICTION USING ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS Agung Mubyarto Prodi Teknik Elektro, Universitas Jenderal Soedirman Jl. Kampus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioner Analisis ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average umumnya mengasumsikan bahwa proses umum dari time series adalah stasioner. Tujuan proses stasioner adalah rata-rata,

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

PERAMALAN BEBAN PEMAKAIAN LISTRIK JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN

PERAMALAN BEBAN PEMAKAIAN LISTRIK JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN PERAMALAN BEBAN PEMAKAIAN LISTRIK JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN HYBRID AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE NEURAL NETWORK Disusun oleh : Berta Elvionita Fitriani 24010211120005

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

Farah Zakiyah Rahmanti

Farah Zakiyah Rahmanti Farah Zakiyah Rahmanti Latar Belakang Struktur Dasar Jaringan Syaraf Manusia Konsep Dasar Permodelan JST Fungsi Aktivasi JST Contoh dan Program Jaringan Sederhana Metode Pelatihan Supervised Learning Unsupervised

Lebih terperinci

Unnes Journal of Mathematics

Unnes Journal of Mathematics UJM 2 (2) (2013) Unnes Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm PERBANDINGAN PREDIKSI HARGA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DAN ARIMA Dwi Prisita

Lebih terperinci

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A ARTIFICIAL NEURAL NETWORK CAHYA YUNITA 5213100001 ALVISHA FARRASITA 5213100057 NOVIANTIANDINI 5213100075 TEKNIK PERAMALAN - A MATERI Neural Network Neural Network atau dalam bahasa Indonesia disebut Jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ginjal Ginjal adalah organ tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan urine, yang merupakan sisa hasil metabolisme tubuh dalam bentuk cairan. Ginjal terletak pada dinding bagian luar

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA Pembimbing: Desi Fitria Utami M0103025 Drs. Y. S. Palgunadi, M. Sc

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network) Intelligent Systems Pembahasan Jaringan McCulloch-Pitts Jaringan Hebb Perceptron Jaringan McCulloch-Pitts Model JST Pertama Diperkenalkan oleh McCulloch

Lebih terperinci

Penerapan Model Hybrid ARIMA-Neural Network pada Data Saham IHSG

Penerapan Model Hybrid ARIMA-Neural Network pada Data Saham IHSG Penerapan Model Hybrid ARIMA-Neural Network pada Data Saham IHSG ¹) Ariane Yustisiani Mutmainah 1, Jadi Suprijadi 2, Zulhanif 3 Mahasiswa Program Studi Magister Statistika Terapan Universitas Padjajaran

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Iklim Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu. Curah hujan ialah suatu jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah pada kurun waktu

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Asti Rahma Julian 1, Nanik Suciati 2, Darlis Herumurti 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Investasi pada

BAB I PENDAHULUAN. finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Investasi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi pada hakikatnya merupakan komitmen terhadap sejumlah sumber daya pada saat ini dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa depan (Abdul halim,

Lebih terperinci

Kenyo Puspito Rini 1), Ir. Usman Effendi, MS. 2), Dhita Morita Ikasari, STP, MP. 2)

Kenyo Puspito Rini 1), Ir. Usman Effendi, MS. 2), Dhita Morita Ikasari, STP, MP. 2) PERAMALAN PERMINTAAN MINUMAN KESEHATAN INSTAN JAHE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN dan METODE TIME SERIES (Studi Kasus di Agroindustri Minuman Kesehatan Instan DIA Malang) Kenyo Puspito Rini 1), Ir.

Lebih terperinci

PREDIKSI DISTRIBUSI AIR PDAM MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DI PDAM KOTA MALANG

PREDIKSI DISTRIBUSI AIR PDAM MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DI PDAM KOTA MALANG Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK) Vol. 3, No. 2, Juni 2016, hlm. 83-87 PREDIKSI DISTRIBUSI AIR PDAM MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DI PDAM KOTA MALANG Daneswara

Lebih terperinci

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE Data yang digunakan adalah data M2Trend.wf1 (buku rujukan pertama, bab-8). Model analisisnya adalah Xt = M2 diregresikan dengan t = waktu. Model yang akan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan 07/06/06 Rumusan: Jaringan Syaraf Tiruan Shinta P. Sari Manusia = tangan + kaki + mulut + mata + hidung + Kepala + telinga Otak Manusia Bertugas untuk memproses informasi Seperti prosesor sederhana Masing-masing

Lebih terperinci

Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Algoritma One Step Secant Backpropagation dalam Return Kurs Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat

Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Algoritma One Step Secant Backpropagation dalam Return Kurs Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Algoritma One Step Secant Backpropagation dalam Return Kurs Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat SKRIPSI Disusun oleh: MAULIDA NAJWA 24010212130028 DEPARTEMEN STATISTIKA

Lebih terperinci

PEMODELAN NEURO-GARCH PADA RETURN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA

PEMODELAN NEURO-GARCH PADA RETURN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PEMODELAN NEURO-GARCH PADA RETURN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SKRIPSI Disusun Oleh: UMI SULISTYORINI ADI 24010212140082 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE LOMBOK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE LOMBOK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE LOMBOK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Titik Misriati AMIK BSI Jakarta Jl. R.S Fatmawati No. 24 Pondok Labu, Jakarta Selatan titik.tmi@bsi.ac.id ABSTRACT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang II.. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Harga Konsumen (IHK Menurut Monga (977 indeks harga konsumen adalah ukuran statistika dari perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang didapatkan.

Lebih terperinci

PEMODELAN GENERAL REGRESSION NEURAL NETWORK (GRNN) PADA DATA RETURN INDEKS HARGA SAHAM EURO 50

PEMODELAN GENERAL REGRESSION NEURAL NETWORK (GRNN) PADA DATA RETURN INDEKS HARGA SAHAM EURO 50 PEMODELAN GENERAL REGRESSION NEURAL NETWORK (GRNN) PADA DATA RETURN INDEKS HARGA SAHAM EURO 50 SKRIPSI Disusun Oleh : REZZY EKO CARAKA 240 102 111 400 85 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM Ayu Trimulya 1, Syaifurrahman 2, Fatma Agus Setyaningsih 3 1,3 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Combined for Time Series Forecasting

Combined for Time Series Forecasting RBF and ARIMA Combined for Time Series Forecasting Dian Tri Wiyanti Teknik Informatika Universitas Semarang Semarang, Indonesia deediy87@gmailcom Reza Pulungan Jurusan Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION

PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 20 (SNATI 20) ISSN: 19-5022 Yogyakarta, 16 Juni 20 PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION

Lebih terperinci

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Penerapan Neural Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Klasifikasi citra penginderaan jarak jauh (inderaja) merupakan proses penentuan piksel-piksel masuk ke dalam suatu kelas obyek tertentu. Pendekatan

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Estimasi Needs

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION Zulkarnain Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci