BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Pengertian dan Tujuan Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman. Selain itu ergonomi juga merupakan suatu keilmuan yang multidisiplin, hal ini dikarenakan di sini akan mempelajari pengetahuan pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan (psichologi) dan kemasyarakatan (sosiologi). Tujuan utama dari ergonomi adalah upaya memperbaiki performan kerja manusia seperti keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat dan menghasilkan suatu produk yang nyaman, enak di pakai oleh pemakainya. Disamping itu diharapkan juga mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (humam errors).

2 Aspek-aspek Ergonomis Aspek-aspek ergonomis yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut: Sikap dan Posisi Kerja Pertimbangan-pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan sikap/ posisi kerja akan sangat penting. Untuk menghindari sikap dan posisi kerja yang kurang favourable ini pertimbangan-pertimbangan ergonomis antara lain menyarankan hal-hal seperti: Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau jangka waktu lama. Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang bisa dilakukan. Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap atau dalam posisi miring. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam periode yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi di atas level siku yang normal.

3 15 Anthropometri dan Dimensi Ruang Kerja Anthropometri pada dasarnya akan menyangkut ukuran fisik atau fungsi dari tubuh manusia. Data anthropometri akan sangan bermanfaat dalam perencanaan peralatan kerja atau fasilitas-fasilitas kerja. Dimensi ruang kerja akan dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu situasi fisik dan situasi kerja yang ada. Kondisi Lingkungan Kerja Situasi dan lingkungan kerja bervariasi, di antaranya dalam hal temperatur, kelembaban, getaran, kebisingan dan lain-lain; akan tetapi stress akibat kondisi lingkungan fisik kerja akan terus berkumulasi dan secara tiba-tiba dapat menyebabkan hal yang fatal. Oleh karena itu, sangat penting mempertimbangkan seluruh aspek lngkungan fisik kerja yang memiliki potensial bahaya. Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja Perancangan sistem kerja harus memperhatikan prosedurprosedur untuk mengekonomikasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja.

4 16 Enersi Kerja yang Dikonsumsikan Enersi kerja yang dikonsumsikan pada saat seseorang melaksanakan kegiatan merupakan faktor yang kurang diperhatikan, karena dianggap tidak penting bila mana dikaitkan dengan performans kerja yang ditunjukkan. Meskipun enersi dalam jumlah besar harus dikeluarkan untuk periode yan lama bisa menimbulkan kelelahan fisik, akan tetapi bahaya yang lebih besar justru kalau kelelahan menimpa pada mental manusia Anthropometri dan Data Anthropometri Pengertian dan Tujuan Istilah Anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Anthropometri merupakan suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan sebagainya) berat dan lain-lain yang berbeda antara satu dengan lainnya. Secara luas, antropometri akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia.

5 Anthropometri dan Aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas Kerja Data anthropometri yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal: Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain) Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan lain sebagainya Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/ meja komputer, dan lain-lain Perancangan lingkungan kerja fisik Dengan ini, dapat disimpulkan bahwa data anthropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan/ menggunakan produk tersebut. Dengan ini, maka perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum, sekurang-kurangnya 90% : 95% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya. Contohnya adalah

6 18 kursi mobil di mana dirancang secara fleksibel, dapat digerakkan maju-mundur dan sudut sandarannya dapat pula dirubah untuk menciptakan posisi yang nyaman. Pada dasarnya peralatan yang dibuat dengan mengambil referensi dimensi tubuh tertentu jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh range ukuran tubuh dari populasi yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian (adjustability) suatu produk merupakan satu prasyarat yang amat penting dalam proses perancangannya; terutama untuk produk-produk yang berorientasi ekspor Data Anthropometri dan Cara Pengukurannya Pada umumnya, manusia berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga perancang produk harus memperhatikan beberapa faktor, antara lain: a. Umur Dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur (sejak lahir sampai dengan umur sekitar 20 tahun). Dari penelitian yang dilakukan oleh A.F Roche dan G.H Davila (1972) diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan wanita 17.3

7 19 tahun; meskipun ada sekitar 10 % yang masih bertambah tinggi sampai dengan umur 23.5 tahun (untuk laki-laki) dan 21.1 tahun (untuk wanita). Setelah ini, tidak ada lagi perkembangan, bahkan cenderung untuk terjadi penurunan yang dimulai sekitar umur 40 tahun. b. Jenis kelamin (sex) Dimensi ukuran tubuh laki-laki pada umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, kecuali untuk bagian-bagian tertentu seperti pinggul dan lain sebagainya. c. Suku/ bangsa (ethnic) Setiap suku, bangsa ataupu kelompok memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan lainnya. d. Posisi tubuh (posture) Posisi tubuh (posture) berpengaruh terhadap ukuran tubuh, oleh sebab itu posisi tubuh standart harus diterapkan untuk survei pengukuran. Ada 2 cara pengukuran tubuh yaitu: Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension) Pada pengukuran ini, tubuh diukur dalam berbagai posisi standart dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini adalah static anthropometry. Dimensi tubuh yang diukur dengan

8 20 posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/ panjang lutut pada saat berdiri/ duduk, panjang lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan percentile tertentu seperti 5-th dan 95 th percentile. Pengukuran Dimensi Fungsional Tubuh (Functional Body Dimensions) Pada pengukuran ini dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan. Hal yang paling penting ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Jadi pengukuran dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan kerja atau dalam posisi yang dinamis. Cara pengukuran semacam ini akan menghasilkan data dynamic anthropometry. Anthropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja. Contohnya adalah perancangan kursi mobil di mana di

9 21 sini posisi tubuh pada saat melakukan gerakan mengoperasikan kemudi, tangkai pemindahan gigi, pedal, dan juga jarak antara dengan atap mobil maupun dashboard harus menggunakan data dynamic anthropometry Prinsip-prinsip dalam Perancangan Produk/ Fasilitas Kerja Agar rancangan suatu produk nantinya dapat sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka diperlukan prinsip-prinsip yang diambil dalam aplikasi data anthropometri, yaitu antara lain: a. Prinsip Perancangan Produk Bagi Individu Dengan Ukuran Yang Ekstrim Pada prinsip ini, rancangan produk dibuat agar dapat memenuhi 2 sasaran produk, antara lain: Dapat sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil apabila dibandingkan dengan rata-ratanya. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada).

10 22 Agar dapat memenuhi sasaran pokok tersebut, maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara: Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai percentile yang terbesar seperti 90-th, 95-th atau 99-th percentile. Contoh: pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi pintu darurat. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan adalah berdasarkan nilai percentile yang paling rendah (1-th, 5- th,10-th percentile) dari distribusi data anthropometri yang ada. Contoh: Dalam penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja. Secara umum, aplikasi data anthropometri untuk perancangan produk atau fasilitas kerja akan memetapkan nilai 5-th percentile untuk dimensi maksimum dan 95-th percentile untuk dimensi minimum.

11 23 b. Prinsip Perancangan Produk Yang Bisa Dioperasikan Di Antara Rentang Ukuran Tertentu Pada prinsip ini, rancangan dapat diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksible dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil di mana dalam hal ini letaknya dapat digeser maju/ mundur dan sudut sandarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Data anthropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai dengan 95-th percentile. c. Prinsip Perancangan Produk Dengan Ukuran Rata-rata Pada prinsip ini, rancangan produk didasarkan terhadap ratarata ukuran manusia. Produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan sendiri. Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran yang diberikan sesuai dengan langkahlangkah sebagai berikut:

12 24 Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut. Tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. Terapkan prinsip ukuran yang harus diikuti (misal: apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel ataukah ukuran rata-rata). Pilih prosentase populasi yang harus diikuti. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya pilih/ tetapkan nilai ukurannya dari tabel data anthropometri yang sesuai Metoda Pengukuran Anthropometri Metoda Ukur Dengan Anthropometer Dalam metoda ini, pengukuran dilakukan dengan mengunakan data anthropometri, di mana ketika kita akan merancang produk, digunakan perhitungan yang sudah baku yaitu dengan menggunakan

13 25 persentil, baik percentile besar (90-th, 95-th, 99-th) maupun percentile kecil (5-th,10-th) tergantung dengan produk yang akan kita desain. Contoh: mendesain sebuah pintu. Data rata-rata tinggi orang Indonesia sudah tersedia sehingga kita tinggal menghitungnya saja yaitu dengan menggunakan persentil besar (95-th) sehingga orang yang memiliki tinggi di atas rata-rata pun dapat melewati tinggi pintu tersebut apalagi untuk orang yang pendek Metoda Ukur Tukang Jahit Dalam metoda ini, pengukuran dilakukan dengan mengukur satu - persatu sumber data, setelah itu baru kita olah menjadi data yang dapat digunakan sebagai patokan untuk membandingkan sesuatu. Contoh: (contoh diatas); dengan menggunakan metoda ukur tukang jahit kita dapat mengira-ngira berapa tinggi pintu tersebut dengan cara mengukur satu persatu orang yang akan lewat pintu tersebut. Setelah diolah menjadi data, ukuran dari sumber data tersebut tidak dapat digunakan lagi untuk membuat pintu di tempat yang lain. Apabila kita mengukur dengan menggunakan metode ini, ketika kita mendesain sesuatu produk harus sesuai dengan pengguna produk tersebut (pemakainya).

14 Studi Gerakan (Motion Study) Definisi Studi Gerakan Studi gerakan atau lazimnya disebut dengan motion study adalah suatu studi dasar tentang gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dengan demikian diharapkan agar gerakangerakan yang kurang efektif dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga akan diperoleh waktu kerja yamg lebih efektif. Studi gerakan dikembangkan oleh sepasang suami istri. Frank dan Lilian Gilberth. Studi gerakan yang dikembangkan oleh Frank dan Lilian Gilberth, umumnya diklasifikasikan ke dalam dua macam studi, yaitu : 1) Visual Motion Study Melakukan pengamatan secara langsung (visual) terhadap operasi kerja yang sedang berlangsung dan untuk memudahkan dalam melakukan pengamatan Frank dan Lilian Gilberth menguraikan gerakan-gerakan dasar kerja ke dalam 17 gerakan dasar therblig, kemudian dibuat suatu peta yang dikenal sebagai Peta Proses Operasi (Operation Proses chart) dengan mengaplikasikan simbol-simbol therbligs. Selanjutnya melakukan analisa terhadap gerakan-gerakan kerja yang ada dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi gerakan.

15 27 2) Micromotion Study Dalam pelaksanaannya akan membutuhkan biaya yang lebih tinggi daripada Visual Motion Study dan biasanya dipergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung cepat dan berulang-ulang. Analisa dapat dilakukan lebih detail karena menggunakan peralatan khusus (movie camera) untuk merekam gerakan-gerakan kerja yang berlangsung Visual Motion Study Bila kita mengamati suatu pekerjaan yang sedang berlangsung, hal yang sudah pasti terlihat adalah gerakan-gerakan yang membentuk kerja tersebut. Setiap pekerjaan mempunyai uaraian/ elemen gerakan yang berbeda-beda antara satu pekerjaan dengan pekerjaan yang lain, sehingga untuk memudahkan penganalisaan terhadap gerakan-gerakan yang dipelajari, Frank B. Gilberth beserta istrinya Lilian Gilberth, menguraikan gerakan ke dalam 17 gerakan dasar atau elemen gerakan yang dinamakan therbligs. Pengertian dari setiap elemen gerakan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Mencari (Search). Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari pekerjaan untuk menemukan lokasi objek, yang bekerja dalam hal ini adalah mata.

16 28 2. Memilih (Select). Memilih merupakan gerakan untuk menemukan suatu objek yang tercampur, tangan dan mata adalah dua bagian badan yang digunakan untuk melakukan gerakan ini. 3. Memegang ( Grasp). Gerakan untuk memegang objek, biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan oleh gerakan membawa. Therblig ini merupakan gerakan yang efektif dari suatu pekerjaan dan meskipun sulit untuk dihilangkan dalam beberapa keadaan masih dapat dikurangi. 4. Menjangkau (Reach). Pengertian menjangkau dalam therblig adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek. 5. Membawa (Move). Elemen gerakan membawa juga merupakan gerak perpindahan tangan, tetapi dalam gerakan ini tangan dalam keadaan dibebani dan biasanya didahului oleh gerakan memegang kemudian dilanjutkan oleh melepas atau dapat juga oleh pengerahan (position).

17 29 6. Memegang atau Memakai (Hold). Pengertian memegang atau memakai disini adalah memegang tanpa menggerakkan objek yang dipegang tersebut, perbedaan dengan memegang yang terdahulu adalah perlakuan terhadap objek yang dipegang. 7. Melepas (Released load). Elemen gerak melepas terjadi apabila seorang pekerja melepaskan objek yang dipegangnya, gerakan ini relatif lebih singkat dibandingkan dengan gerakan yang lain. 8. Pengarahan (Position). Therblig merupakan gerakan mengarahkan suatu objek pada suatu lokasi tertentu, yang biasanya didahului oleh gerakan mengangkut dan diikuti oleh merakit (assemble). 9. Pengarahan Sementara (Pre Position). Mengarahkan sementara merupakan elemen gerakan mengarahkan pada suatu tempat sementara, yang tujuannya untuk memudahkan pemegangan apabila objek tersebut akan dipakai kembali dan mengurangi elemen gerak siklus kerja berikutnya. 10. Memeriksa (Inspection). Therblig ini merupakan pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Elemen ini dapat berupa gerakan melihat seperti untuk memeriksa

18 30 warna, meraba untuk memeriksa kehalusan permukaan, mencium, mendengarkan, dan kadang-kadang merasa dengan lidah. 11. Merakit (Assemble). Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu objek dengan objek lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului oleh salah satu therblig membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan oleh therblig melepas. 12. Lepas Rakit (Desassemble). Therblig ini merupakan kebalikan dari therblig diatas, disini dua bagian objek dipisahkan dari kesatuan. 13. Memakai (Use). Yang dimaksud dengan memakai disini adalah bila satu atau kedua tangan dipakai untuk menggunakan alat. 14. Kelambatan yang Tak Terhindar (Unavoidable delay). Kelambatan yang dimaksudkan disini adalah kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendalian si pekerja. Hal ini timbul karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu tangan menganggur sedangkan tangan yang lainnya bekerja.

19 Kelambatan yang Dapat Dihindarkan (Avoidable delay). Kelambatan ini disebabkan oleh hal yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pekerjanya, baik disengaja maupun tidak disengaja. 16. Merencana (Plan). Merencana merupakan proses mental, dimana operator berpikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya. Waktu therblig ini lebih sering terjadi pada seorang pekerja baru. 17. Istirahat untuk Menghilangkan Fatique (Rest to overcome fatoque). Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi secara periodik. Therblig yang efektif adalah semua elemen dasar yang berkaitan langsung dengan aktivitas pekerjaan. Therblig yang tidak efektif dan tidak berkaitan langsung dengan aktivitas pekerjaan dapat dihilangkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar dari analisa operasi kerja dan ekonomi gerakan Ekonomi Gerakan Di dalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja guna memperoleh metode kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi gerakan (The Principles of Motion Economy). Prinsip ekonomi gerakan dapat dipergunakan untuk

20 32 menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya. Adapun prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang dimaksudkan untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang terancang baik sehingga memudahkan dan menyamankan gerakan-gerakan kerja untuk sejauh mungkin menghindarkan atau melambatkan datangnya kelemahan (fatique), untuk menganalisa gerakan-gerakan setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan bisa pula untuk kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari suatu sistem kerja ke stasiun kerja lainnya. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dapat dihubungkan dengan tiga hal, yaitu : 1. Tubuh manusia dengan gerakannya. 2. Pengaturan tata letak tempat kerja. 3. Perancangan peralatan kerja yang digunakan

21 Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan Dengan Penggunaan Badan/ Anggota Tubuh Manusia 1) Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama. 2) Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama, kecuali pada saat istirahat. 3) Gerakan kedua tangan, akan lebih mudah jika satu terhadap yang lainnya simetris dan berlawanan arah (agar kedua tangan mencapai keseimbangan). 4) Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat. Maksudnya hanya menggerakkan tangan atau bagian badan yang diperlukan saja untuk melakukan pekerjaan sebaik-baiknya. contohnya gerakan tangan dapat diklasifikasikan dalam tingkat gerak sebagai berikut : - Gerakan jari. - Gerakan jari, telapak tangan. - Gerakan jari, telapak tangan, tangan bagian depan. - Gerakan jari, telapak tangan, tangan bagian depan, dan lengan atas.

22 34 - Gerakan jari, telapak tangan, tangan bagian depan, lengan atas dan bahu. 5) Sebaiknya pegawai memanfaatkan keadaan untuk membantu pekerjaannya, dan pemanfaaat ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam bekerja. 6) Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan memperlambat gerakan, dan perubahan arah gerakan dalam suatu pekerjaan akan memperlambat waktu penyelesaian kerja. 7) Gerakan balistik (gerak yang bebas) akan lebih cepat, menyenangkan, dan lebih teliti daripada gerakan yang dikendalikan, yaitu gerakan yang terjadi pada suatu pekerjaan dimana memerlukan dua otot yang berlawanan kerjanya (menulis; terdapat dua otot yang saling tahan, yaitu jari dan jempol). 8) Pekerjaan hendaknya dirancang semudah mungkin dan jika perlu irama kerja harus mengikuti irama yang alamiah bagi pegawai. Irama adalah suatu pengulangan yang teratur dari suatu siklus kerja oleh operator. 9) Usahakan sedikit mungkin gerakan mata. Objek-objek yang kecil, memerlukan gerakan mata untuk

23 35 mengerjakannya. Seringkali antara tangan dan mata terjadi koordinasi dimana fungsi mata sebagai pengarah tangan. Rasa lelah yang dirasakan dan dialami oleh mata akan menjalar ke seluruh badan dengan cepat Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan Dengan Tempat Kerja Berlangsung 1) Tempat-tempat tertentu yang tak sering dipindahpindah harus disediakan untuk semua peralatan dan bahan sehingga dapat menimbulkan kebiasaan tetap (gerak rutin). 2) Letakkan bahan dan peralatan pada jarak yang dapat dengan mudah dan nyaman dicapai pekerja sehingga mengurangi usaha mencari-cari. Oleh karena itu semua bahan dan peralatan sedapat mungkin harus diatur tata letaknya menurut prinsip ini. Bersangkutan dengan jarak jangkauan terdapat dua pengertian, yaitu : - Daerah kerja normal : adalah daerah di depan pekerja yang dapat disapu oleh kedua tangan

24 36 bagian depan dengan tidak menggerakan lengan bagian atas. - Daerah kerja maksimum : adalah daerah yang dapat dijangkau oleh tangan jika direntangkan secara penuh. 3) Tata letak bahan dan peralatan kerja diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan urut-urutan gerakan yang terbaik. 4) Tinggi tempat kerja (mesin, meja kerja, dan lainlainnya) harus sesuai dengan ukuran tubuh manusia sehingga pekerja dapat melaksanakan kegiatannya dengan mudah dan nyaman. Disini prinsip-prinsip anthropometri mutlak harus dipelajari pada saat akan merancang fasilitas kerja tersebut. 5) Kondisi ruangan pekerja seperti penerangan, temperatur, kebersihan, ventilasi udara, dan lainlainnya yang berkaitan dengan persyaratan ergonomic harus pula diperhatikan benar-benar sehingga dapat diperoleh area kerja yang nyaman, aman dan mampu menumbuhkan motivasi kerja yang lebih baik.

25 Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan Dengan Desain Peralatan Kerja Yang Dipergunakan 1) Kurangi sebanyak mungkin pekerjaan tubuh (manual) apabila hal tersebut dapat dilaksanakan dengan peralatan kerja. 2) Usahakan menggunakan peralatan kerja yang dapat melaksanakan berbagai macam pekerjaan sekaligus, baik yang sejenis maupun yang berlainan. 3) Siapkan dan letakkan semua peralatan kerja pada posisi tepat dan cepat untuk memudahkan pemakaian atau pengambilan pada saat diperlukan tanpa harus bersusah payah mencari-cari. Desain peralatan juga dibuat sedemikian rupa sehingga memberi kenyamanan genggaman tangan saat digunakan. 4) Jika tiap jari melakukan pekerjaan tertentu seperti pekerjaan mengetik misalnya, maka beban untuk masing-masing jari tersebut harus dibagi seimbang sesuai energi dan kekuatan yang dimilki oleh masingmasing jari.

26 Prinsip-Prinsip Pengaturan Komponen Pada Suatu Area Kerja o Frequency of Use Principle Merupakan prinsip pengaturan komponen pada suatu area kerja berdasarkan frekuensi penggunaannya. Semakin sering digunakannya komponen tersebut, maka peletakkan komponen tersebut semakin dekat terhadap operator. o Use Principle Merupakan prinsip pengaturan komponen pada suatu area kerja berdasarkan penggunaannya atau fungsi dari komponen tersebut. Misalnya dalam area kerja perakitan bentuk sepatu setengah jadi, pada work station 3 tidak diperlukan gunting, sedangkan pada work station 1 membutuhkan gunting, sehingga pada pengaturan komponen pada area kerja ini, gunting diletakkan pada work station 3. o Sequence of Use Principle Merupakan prinsip pengaturan komponen pada suatu area kerja berdasarkan urutan penggunaan komponen tersebut. Urutan yang dibuat pada pengaturan ini harus dibuat seefektifitas mungkin agar gerakan-gerakan yang dilakukan ekonomis (hanya seperlunya saja) sehingga tidak terjadi gerakan-gerakan yang tidak penting atau tidak diperlukan.

27 39 o Importance Principle Merupakan prinsip pengaturan komponen pada suatu area kerja berdasarkan prinsip kepentingan daripada komponen tersebut. Semakin penting penggunaan komponen tersebut dalam suatu perakitan, maka pengaturan atau peletakkan komponen tersebut lebih strategis (lebih dekat dengan operator). 2.3 Penelitian Waktu Definisi Penelitian Waktu Penelitian waktu ialah teknik pengukuran kerja untuk mencatat jangka waktu dan perbandingan kerja mengenai unsur pekerjaan tertentu yang dilaksanakan dalam keadaan tertentu pula serta untuk menganalisa keterangan itu hingga ditemukan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan itu pada tingkat prestasi tertentu. Pada garis besarnya, teknik-teknik pengukuran waktu kerja dapat dibagi atau dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu : a) Pengukuran waktu kerja secara langsung. Salah satu pengukuran cara kerja yaitu kita dapat melakukan secara langsung dengan menggunakan jam henti atau biasa kita sebut dengan stopwatch yang merupakan aktivitas yang mengawali dalam pengukuran kerja lain. Dengan kata lain pengukuran langsung adalah pengukurannya dilaksanakan dimana tempat pekrjaan yang diukur

28 40 dijalankan atau langsung pada saat melakukan pekerjaan. Pengukuran kerja dengan dengan jam henti ini merupakan cara pengukuran yang obyektif karena disini waktu ditetapkan berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak hanya sekedar diestimasi secara subyektif. Disini juga akan berlaku asumsi-asumsi dasar yaitu : Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan dibakukan terlebih dahulu sebelum kita mengaplikasikan waktu baku ini untuk pekerjaan serupa. Operator harus memahami benar prosedur dan metode pelaksanaan kerja sebelum dilakukan pengukuran kerja. Operator-operator yang akan dibebani dengan waktu baku ini diasumsikan memiliki tingkat ketrampilan dan kemampuan yang sama dan sesuai untuk pekerjaan tersebut. Untuk ini persyaratan mutlak pada waktu memilih operator yang akan dianalisa waktu kerjanya benar-benar memiliki tingkat kemampuan rata-rata. Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relatif tidak jauh bebeda dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan.

29 41 Performance kerja mampu dikendalikaan pada tingkat yang sesuai untuk seluruh periode kerja yang ada. Melakukan pengukuran secara langsung ditempat pekerjaan yang akan diukur. Pada pengukuran waktu kerja dengan cara ini terdapat dua cara yang biasa dilakukan, yaitu: 1) Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stopwatch time study). Pengukuran ini menggunakan jam henti sebagai alat utamanya (stopwatch). Cara ini banyak dikenal dan digunakan dikarenakan kesederhanaan dan kemudahannya. Pengukuran kerja dengan cara ini merupakan cara pengukuran yang obyektif karena disini waktu yang ditetapkan berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak berdasarkan perkiraan secara subyektif. 2) Sampling kerja (work sampling). Dengan cara ini pengamat tidak terus-menerus berada ditempat pekerjaan untuk mengamati, melainkan hanya pada waktu-waktu yang telah ditentukan secara acak untuk mengetahui apa yang terjadi ditempat kerja yang bersangkutan.

30 42 b) Pengukuran kerja secara tidak langsung. Pada dasarnya pengukuran kerja tidak langsung dapat melingkupi waktu baku dan waktu gerakan. Beberapa aktivitas pengukuran kerja seringkali dilaksanakan hanya untuk satu jenis operasi tertentu saja dan sama sekali tidak ada pemikiran yang jauh bahwa data yang diperoleh akan bisa dimanfaatkan untuk operasi kerja lainnya. Hal ini tentu dipertimbangkan sebagai langkah yang tidak efisien, karena bagaimanapun berbagai macam pekrjaan/ operasi akan memiliki elemen-elemen kerja yang sama. Pengukuran waktu kerja tanpa pengamat harus ditempat pekerjaan yang diukur di sini adalah aktivitas yang dilakukan hanya membaca tabel-tabel waktu yang tersedia. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung, dilakukan tanpa pengamat berada ditempat pekerjaan yang diukur. Penghitungan waktu kerja dilakukan dengan membaca tabel-tabel waktu yang tersedia, dengan catatan pengamat sudah mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemenelemen pekerjaan atau elemen-elemen gerakan. Cara pengukuran waktu kerja ini biasa dilakukan dalam aktivitas : 1) Data waktu baku (standard data). Waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Disini sudah termasuk kelonggaran waktu yang

31 43 diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang diberikan. Waktu baku untuk suatu proses kerja/ operasi bisa ditetapkan dengan berbagai macam cara yaitu dengan stopwatch atau standar data (data waktu baku). Pengukuran waktu dengan stopwatch atau sampling kerja penyelidikan harus dilakukan secara langsung, menyeluruh dan terus-menerus. Satu hal lain yang penting ialah bahwa pengamatan / pengukuran kerja hanya dapat diilaksanakan setelah kegiatan tersebut berlangsung beberapa lama. Ketidak-beruntungan ini dapat dieliminir melalui kegiatan pengukuran kerja dengan metode standard data. Di sini telah dikembangkan data waktu baku untuk elemen-elemen kegiatan dari suatu pekerjaan yang kiranya akan terdapat pula pada pekerjaan-pekerjaan lain; sehingga untuk suatu pekerjaan bila bagian-bagian pekerjaan yang harus dilakukan sudah diketahui, maka waktu baku secara keseluruhan dapat ditentukan dengan cara yaitu mengintesakan waktu-waktu baku dari bagian-bagiannya tersebut yang telah tersedia pada tabel-tabel data waktu baku. Berbagai cara pembagian suatu pekerjaan atas elemenelemen gerakan telah melahirkan beberapa metode penentuan waktu baku secara sistesa. Terdapat diantaranya, yaitu :

32 44 Analisa waktu gerakan. Waktu gerakan baku. Waktu gerakan dimensi. Faktor-faktor kerja. Pengukuran waktu gerakan. Pengukuran waktu gerakan dasar. Data waktu baku pada prinsipnya berisi tentang waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan secara wajar yang pengukurannya telah dilakukan pada masa lalu. 2) Waktu gerakan (predetermined time system). Dengan cara ini memperlihatkan elemen-elemen gerakan sebagai penguraian dari suatu pekerjaan. Suatu kumpulan data waktu dan prosedur sistematik dengan menganalisa dan membagi-bagi setiap operasi kerja (manual) yang dilaksanakan oleh operator ke dalam gerakan-gerakan kerja, gerakan-gerakan anggota tubuh, (body movements) ataupun elemen-elemen gerakan manual lainnya dan kemudian menetapkan nilai waktu masing-masing berdasarkan waktu yang ada. Masing-masing sistem dengan menggunakan data waktu ini ditetapkan berdasarkan study yang ekstensif dengan memperhatikan semua aspek yang berkaitan dengan performans

33 45 kerja manusia melalui prosedur pengukuran kerja, evaluasi dan pemakuan data waktu yang diperoleh. Data waktu gerakan yaitu kita mengukur segala gerakan dengan menggunakan jam henti atau stopwatch, pengukuran disini ada tiga cara yanng digunakan, yaitu : Mengukur waktu secara terus-menerus. Mengukur waktu secara berulang-ulang. Pengukuran waktu secara penjumlahan. Metode pengukuran kerja dengan menggunakan data waktu gerakan mempunyai beberapa kelebihan, yaitu : Karena setiap elemen gerakan sudah diketahui waktunya (data dikumpulkan dalam tabel-tabel), maka waktu penyelesaian suatu operasi kerja dapat ditentukan sebelum operasi itu sendiri. Waktu baku untuk setiap operasi kerja dapat ditentukan secara cepat, karena hanya sekedar menyintesa waktuwaktu dari elemen-elemen gerakannya. Karena biaya untuk sistem ini Sangat rendah. Untuk mengembangkan metode yang ada, maka disini perlu dievaluasi waktu dari metode lama dan dikembangkan metode baru.

34 46 Untuk membantu dalam merancang produk. Bila ternyata kondisi fisik produk memberi pengaruh buruk terhadap waktu kerja, maka dapat diusahakan perbaikan Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti (Stop Watch Time Study) Pengukuran waktu jam henti, diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor. Metode ini baik diaplikasikan pada pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang. Dari hasil pengukuran akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan siklus suatu pekerjaan. Waktu ini akan dijadikan standar penyelesaian pekerjaan bagi setiap pekerja yang akan melakukan pekerjaan yang sama. Ada tiga metode yang umum digunakan untuk mengukur elemen-elemen kerja dengan menggunakan jam henti (stopwatch), yaitu : 1. Pengukuran waktu secara terus-menerus (continous timing). Pada pengukuran waktu secara terus-menerus, pengamat akan menekan tombol stopwatch pada saat elemen kerja pertama dimulai dan membiarkan jarum penunjuk stopwatch berjalan secara terus-menerus sampai periode atau siklus kerja selesai berlangsung. Pengamat akan mencatat pembacaan waktu yang ditunjukkan jarum stopwatch pada setiap akhir elemen-elemen

35 47 kerja pada lembar pengamatan. Waktu sebenarnya dari masingmasing elemen kerja diperoleh dari pengurangan pada saat pengukuran waktu selesai dilaksanakan. 2. Pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing). Pengukuran waktu secara berulang-ulang atau kadang-kadang disebut sebagai snap back method, jarum penunjuk stopwatch akan selalu dikembalikan (snap back) lagi keposisi nol pada setiap akhir dari elemen kerja yang diukur. Setelah dilihat dan dicatat waktu kerja, kemudian tombol ditekan kembali dan segera jarum jam penunjuk bergerak untuk mengukur elemen kerja berikutnya. 3. Pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing). Dengan metode ini memungkinkan data dan waktu dibaca secara langsung untuk masing-masing elemen kerja yang ada. Disini akan digunakan dua atau tiga stopwatch yang akan bekerja secara bergantian. Secara garis besar langkah-langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Definisikan pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan diberitahukan maksud dan tujuan pengukuran ini

36 48 kepada pekerja yang dipilih untuk diamati dan supervisor yang ada. 2. Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan seperti layout, karakteristik/ spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang digunakan, dan lain-lain. 3. Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja selengkaplengkapnya tapi masih dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya. 4. Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyeleaikan elemen-elemen kerja tersebut. 5. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak? Test pula keseragaman data yang diperoleh. 6. Tetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of performance ini ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk performance operator. Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh mesin, maka performance dianggap normal.

37 49 7. Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance kerja yang ditunjukkan oleh operator tersebut, sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal. 8. Tetapkan waktu longgar (allowance time) guna memberikan fleksibilitas. Waktu longgar yang akan diberikan ini berguna untuk menghadapi kondisi-kondisi seperti kebutuhan personil yang bersifat pribadi, faktor kelelahan, keterlambatan material, dan lain-lainnya. 9. Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antara waktu normal dan waktu longgar Tingkat Ketelitian dan Keyakinan Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya dan biasanya dinyatakan dalam persen. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur, bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian dan biasanya dinyatakan dalam persen. Dalam aktifitas pengukuran kerja biasanya akan diambil 95% tingkat keyakinan dan 5% tingkat ketelitian yang mempunyai arti, bahwa sekurang-

38 50 kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari waktu yang dicatat/ diukur untuk suatu elemen kerja akan memiliki penyimpangan tidak lebih dari 5% Menentukan Jumlah Pengamatan Aktivitas pengukuran kerja pada dasarnya merupakan proses sampling. Akibatnya adalah bahwa semakin besar jumlah siklus kerja yang diamati/ diukur maka akan semakin mendekati kebenaran akan data waktu yang diperoleh. Disini diasumsikan bahwa variasi nilai waktu dari satu siklus pengamatan ke siklus pengamatan yang lainnya adalah disebabkan oleh faktor-faktor yang serba kebetulan (chance factor). Standard error dari harga rata-rata untuk setiap elemen-elemen kerja (standard error of the mean) dapat dinyatakan dalam rumus : δ X = δ N (1) dimana : = δ X = Penyimpangan standard dari distribusi rata-rata. δ = Penyimpangan standard dari polulasi untuk elemen kerja yang ada. N = Jumlah pengamatan untuk elemen kerja diukur.

39 51 Penyimpangan standard dinyatakan dengan tanda δ (sigma). Secara definisi hal ini dinyatakan sebagai the root-mean square deviation of the observed reading from their average, yang dinyatakan dengan formula : δ = X 1 2 X + X 2 2 X X N n X N 2 X X 2 X δ = = X (2) N N Dimana : X = Data waktu yang dibaca oleh stopwatch untuk tiap-tiap individu pengamatan. X = Harga rata-rata (mean) dari semua data waktu yang dibaca stopwatch per-elemen kerja. = Jumlah semua data waktu yang dibaca/ diukur. Karena : X X =, maka diperoleh : X

40 52 ( X ) 2 2 X 1 2 = = N X X ( ) 2 δ (3) N N N Dengan mengkombinasikan formula (1) dan (3), maka akan diperoleh 1 2 N X δ X = N (4) ' N Untuk menetapkan beberapa jumlah pengamatan yang seharusnya dibuat (N ) maka disini harus diputuskan terlebih dahulu berapa tingkat kepercayaan (convidence level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk pengukuran kerja biasanya akan diambil 95% convidence level dan 5% degree of accuracy. Dengan demikian dapat dihitung jumlah pengamatan/ pengukuran yang seharusnya dilaksanakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : X 0,05 X = 2δ X atau 0,05 = 2δ X N 0,05 = X N = 2 1 N N X 2 N ' ( X ) 2 ( X ) ' N X N = (5) X

41 53 Jika N ' < N, maka data telah cukup. Jika N ' > N, maka data tidak cukup dan harus dilakukan pengukuran kembali Uji Keseragaman Data Selain kecukupan data harus dipenuhi dalam pelaksanaan time study maka yang tidak kalah pentingnya adalah data yang diperoleh juga harus seragam. Uji keseragaman data dilakukan terhadap harga rata-rata kelas dari data waktu yang ada. Jika harga rata-rata kelas dari waktu yang ada. Jika harga rata-rata berada diluar batas-batas kontrol yang telah ditetapkan (lebih dari Batas Kontrol Atas atau kurang dari Batas Kontrol Bawah), maka dapat dikatakan bahwa data tidak seragam. Test keseragaman data bisa dilaksanakan dengan cara visual dan/ atau mengaplikasikan peta kontrol (control chart). Test keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana, mudah dan cepat. Disini peneliti hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya mengidentifikasikan data yang terlalu ekstrem. Yang dimaksud dengan data ekstrem disini adalah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang dari trend rata-ratanya. Data yang terlalu ekstrem ini sewajarnya kita buang dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya.

42 54 Peta kontrol (control chart) adalah suatu alat yang tepat guna untuk mengetest keseragaman data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Adapun langkah-langkah dalam pengujian keseragaman data dengan cara ini adalah sebagai berikut : a) Hitung rata-rata dari harga rata-rata sub group = X. Dimana : = X = Rata-rata dari harga rata-rata sub group. K = Harga yang banyaknya sub group yang terbentuk. i X = Harga rata-rata dari sub group ke- b) Menghitung standard deviasi sebenarnya ( σ ). σ = 2 X i X N 1 Dimana : σ = Standard deviasi sebenarnya. N = Banyaknya data keseluruhan. X i = Data pengukuran yang telah dilakukan. X = Rata-rata dari data keseluruhan.

43 55 c) Standard deviasi dari distribusi harga rata-rata sub group ( σ X ). σ X = σ n Dimana : n = Besarnya sub group. σ = Standard deviasi sebenarnya d) Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah (BKA dan BKB). Batas Kontrol Atas (BKA)/ Upper Control Limit (UCL) serta Batas Kontrol Bawah (BKB)/ Lower Control Limit (LCL) untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% : α = 5% = 0,05 α = 0,025 2 Z = 1,96 σ 2 Jadi rumus yang digunakan untuk tingkat ketelitian sebesar 5% adalah: BKA = BKB = + X X 2. σ x 2. σ x

44 56 Rata-rata waktu untuk kelompok-kelompok dari tempo pengamatan Batas Kontrol Atas Harga Rata-rata Batas Kontrol Bawah Kelompok dari data pengamatan Gambar 2.1. Peta Kontrol Untuk Test Keseragaman Data Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran/ Allowance Faktor Penyesuaian (p) Untuk menormalkan waktu kerja operator pada saat pengukuran kerja berlangsung, agar data waktu yang didapat tidak terlalu cepat ataupun terlalu lambat dari waktu normalnya, perlu

45 57 diadakan penyesuaian yaitu dengan cara mengalikan waktu pengamatan rata-rata (bisa waktu siklus ataupun waktu untuk tiaptiap elemen) dengan faktor penyesuaian/ rating p. Faktorfaktornya adalah sebagai berikut : 1 Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja diatas batas kewajaran (normal), maka rating faktor ini akan terlalu besar dari pada satu (p > atau p > 100%). 2 Apabila operator bekerja terlalu lambat yaitu bekerja dengan kecepatan dibawah kewajaran (normal), maka rating faktor akan lebih kecil dari pada satu (p < 1 atau p < 100%). 3 Apabila operator bekerja secara normal atau wajar, maka rating faktor ini diambil sama dengan satu (p = 1 atau p = 100%). Untuk kondisi kerja dimana operasi secara penuh dilaksanakan oleh mesin (operating atau machine time), maka waktu yang diukur dianggap merupakan waktu yang normal. Berikut ini akan diuraikan beberapa sistem untuk memberikan rating yang umumnya diaplikasikan di dalam aktivitas pengukuran kerja : 1. Skill and Effort Rating. Sekitar tahun 1916, Charles E. Bedaux memperkenalkan suatu sistem untuk pembayaran upah atau pengendalian tenaga kerja.

46 58 Sistem yang diperkenalkan ini berdasarkan pada pengukuran kerja dan waktu baku yang dinyatakan dengan Bs. Pengukuran kerja ini menentukan rating terhadap kecakapan (skill) dan usaha-usaha (effort) yang ditunjukkan operator pada saat bekerja, dan juga mempertimbangkan kelonggaran (allowance) waktu lainnya. Disini Bedaux menetapkan angka 60 Bs sebagai performance standar yang harus dicapai oleh seorang operator. 2. Sistem Westinghouse. Cara ini diperkenalkan oleh Westinghouse Company pada tahun 1927 dan dianggap lebih lengkap dibandingkan dengan sistem yang dilaksanakan oleh Bedaux. Dengan cara ini selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang telah dinyatakan oleh Bedaux sebagai faktor yang mempengaruhi performance manusia, maka Westinghouse menambahkan lagi dengan kondisi kerja (working condition) dan kemantapan (consistency) dari operator selama melaksanakan kerja. ntuk itu dibuat suatu tabel performance rating yang berisikan nilai-nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut. Untuk menormalkan waktu yang ada maka dilakukan dengan jalan mengalikan waktu yang diperoleh dari perngukuran

47 59 kerja dengan jumlah keempat rating factor yang dipilih sesuai dengan performance yang ditunjukkan oleh operator. 3. Cara Obyektif. Yaitu cara penyesuaian dengan memperhatikan 2 faktor, yaitu ; kecepatan kerja dan tingkat kesulitan kerja. Kedua faktor ini yang dipandang secara bersama-sama untuk mendapatkan harga p, untuk menentukan waktu normal. Tabel 2.1. Performance Ratings Dengan Sistem Westinghouse A A B B C C D E E F F A B C 0.00 D E F SKILL Superskill Excellent Good Average Fair Poor CONDITION Ideal Excellent Good Average Fair Poor A A B B C C D E E F F A B C 0.00 D E F EFFORT Superskill Excellent Good Average Fair Poor CONSISTENCY Ideal Excellent Good Average Fair Poor

48 Peta-Peta Kerja Definisi Peta Kerja Peta kerja atau sering disebut peta proses merupakan alat komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir, melalui peta proses ini kita mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki metode kerja anatara lain bisa dilihat seperti ini : Benda kerja, berupa gambar kerja, jumlah, spesifikasi material, dimensi ukuran pekerjaan dan lain-lain. Macam proses yang dilakukan, jenis dan spesifikasi mesin, peralatan produksi, tooling, dll. Waktu produksi (waktu standar) untuk setiap proses atau elemen kegiatan disamping total waktu penyelesaiannya. Kapasitas mesin ataupun kapasitas kerja lainnya yang dipergunakan dan sebagainya. Peta kerja atau peta proses (process chart) adalah suatu alat yang menggambarkan secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi) guna menganalisa proses kerja dari tahap awal hingga akhir. Dengan menggunakan peta-peta ini, kita mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki metode kerja. Lewat peta kerja ini pula kita bisa melihat secara rinci langkah atau proses yang berlangsung di dalam

49 61 suatu industri, mulai dari masuknya bahan baku ke pabrik dan semua kejadian yang dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin, pemeriksaan, dan perakitan, sampai pada akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap maupun bagian dari suatu produk lengkap Simbol-Simbol Yang Sering Digunakan Untuk memudahkan pembuatan dan pembacaan suatu peta kerja, maka dibuat simbol untuk mewakili masing-masing kegiatan kerja yang dilakukan yang telah dilakukan oleh ASME (American Society of Mechanical Engineering). Adapun simbol-simbol tersebut adalah : 1. Operasi Kegiatan operasi terjadi apabila suatu proyek (materials) akan mengalami perubahan bentuk (baik kimiawi maupun fisik) dalam suatu proses transformasi. Kegiatan merakit atau mengurai-rakit juga dipertimbangkan sebagai suatu operasi kerja. 2. Transportasi Kegiatan transportasi terjadi bila fasilitas kerja (benda kerja, operator, perlengkapan) bergerak berpindah tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi kerja. Suatu pergerakkan ynag merupakan bagian dari suatu operasi atau disebabkan oleh pekerja pada tempat kerja sewaktu

50 62 operasi atau pemeriksaan berlangsung bukanlah merupakan kegiatan transportasi. 3. Pemeriksaan/ Inspeksion Kegiatan inspeksi atau pemeriksaan terjadi apabila suatu objek diperiksa (baik pemeriksaan dari segi kwalitas maupun kwantitas), apakah sudah sesuai dengan syarat-syarat yang distandarkan. 4. Menunggu/ Delay Proses menunggu terjadi apabila material, benda kerja, operator atau fasilitas kerja dalam kondisi berhenti dan tidak terjadi kegiatan apapun selain menunggu. Kegiatan ini biasanya berlangsung sementara, dimana objek terpaksa menunggu atau ditinggalkan sementara sampai suatu saat dikerjakan/ diperlukan kembali. 5. Menyimpan/ Storage Proses menyimpan terjadi apabila proyek disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Simbol ini digunakan untuk menyatakan bahwa suatu objek mengalami proses penyimpanan permanent, yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa ijin tertentu.

51 63 6. Aktivitas Ganda Seringkali dijumpai dimana dua elemen kerja harus dilaksanakan secara bersamaan. Untuk ini penggambaran simbol yang dipergunakan adalah dengan meletakkan simbol kerja yang satu diatas simbol kerja yang lainnya Peta-Peta Kerja Guna Menganalisa Proses Kerja Setempat Peta-peta kerja yang digunakan menganalisa dan memperbaiki proses kerja yang ada dalam suatu stasiun kerja, sedikit berbeda dengan peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa proses kerja keseluruhan. Untuk menganalisa proses kerja secara keseluruhan digunakan peta proses operasi, peta aliran proses, dan diagram aliran yang merupakan peta yang bisa mengungkapkan keadaan nyata suatu proses secara keseluruhan yang kemudian bisa digunakan sebagai alat untuk menganalisa proses kerja yang berlangsung. Sedangkan peta-peta yang digunakan untuk proses kerja setempat ada tiga macam peta-peta kerja yang perlu dipakai sesuai dengan kondisi dan lingkungan kerjanya Peta Pekerja dan Mesin (man and machine chart) Peta pekerja mesin ini akan menunjukkan hubungan waktu kerja antara siklus kerja operator dengan siklus dari mesin atau fasilitas kerja lainnya yang ditangani oleh pekerja tersebut. Dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN

ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN By: Rini Halila Nasution, ST, MT STUDI GERAKAN Studi gerakan atau yang biasanya disebut dengan motion study adalah suatu studi tentang gerakan-gerakan

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Istilah ergonomi yang juga dikenal dengan human factors berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti kerja, dan nomos yang berarti hukum alam. Sehingga, ergonomi

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study ABIKUSNO DHARSUKY Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Untuk memperoleh prestasi kerja dan hasil kerja yang optimum diperlukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Time and Motion Study Time and motion study adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih) baik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Penentuan waktu standar akan mempunyai peranan yang cukup penting didalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan. Penentuan waktu standar yang tepat dan

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 6 MOTION STUDY Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com WORK TIME MEASUREMENT (MOTION

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL MICROMOTION AND TIME STUDY

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL MICROMOTION AND TIME STUDY TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL MICROMOTION AND TIME STUDY OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNWERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PETA PETA KERJA. Nurjannah

PETA PETA KERJA. Nurjannah PETA PETA KERJA Nurjannah Peta Kerja Peta kerja merupakan suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (Sutalaksana, 2006) Peta kerja merupakan alat komunikasi yang sistematis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu kerja Pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Berikut adalah

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI OLEH: Marianus T. Dengi 122080139 LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse 32 33 Tabel 2.5 Kelonggaran Tabel 2.5 Kelonggaran ( Lanjutan ) 34 Tabel 2.5 Kelonggaran ( Lanjutan ) 35 36 2.2 Peta Kerja 2.2.1 Pengertian Peta Kerja Peta kerja

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU KERJA

PENGUKURAN WAKTU KERJA PENGUKURAN WAKTU KERJA Usaha untuk menentukan lama kerja yg dibutuhkan seorang Operator (terlatih dan qualified ) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yg spesifik pada tingkat kecepatan kerja yg NORMAL

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah PENGUKURAN WAKTU Nurjannah Pengukuran waktu (time study) ialah suatu usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator (terlatih dan qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, sebagai pekerja yang baik harus mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan )

Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan ) Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan ) Indonesia merupakan negara terbesar ke 4 dunia dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 25 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran waktu metoda (Methods-Time Measurement) Pengukuran waktu metoda yang dalam istilah asingnya lebih dikenal sebagai Metods-Time Measurement (MTM) adalah suatu sistem

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran

Lebih terperinci

STUDY 07/01/2013 MOTION STUDY DAPAT DILAKUKAN DG: SEJARAH MUNCULNYA MOTION DEFINISI : 2. MEMOMOTION STUDY LANGKAH-LANGKAH MICROMOTION

STUDY 07/01/2013 MOTION STUDY DAPAT DILAKUKAN DG: SEJARAH MUNCULNYA MOTION DEFINISI : 2. MEMOMOTION STUDY LANGKAH-LANGKAH MICROMOTION TIME STUDY IS THE ONE ELEMENT IN SCIENTIFIC MANAGEMENT BEYOND ALL OTHERS MAKING POSSIBLE THE TRANSFER OF SKILL FROM MANAGEMENT TO MEN.. FREDERICK W. TAYLOR Etika Muslimah, ST, MT etika_muslimah@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkat Kinerja Operator (Performance Rating) Perancangan sistem kerja menghasilkan beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan alternatif rancangan

Lebih terperinci

STUDI DAN EKONOMI GERAKAN. Amalia, S.T., M.T.

STUDI DAN EKONOMI GERAKAN. Amalia, S.T., M.T. STUDI DAN EKONOMI GERAKAN Amalia, S.T., M.T. Learning Outcomes Pada akhir semester mahasiswa dapat menganalisa dan merancang sistem kerja yang efisien dan efektif dengan melakukan pengukuran kerja. Learning

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang dapat digunakan untuk menggunakan informasi/data sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk Laporan Tugas Akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suati pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1. Teknik Pengukuran Kerja Pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Teknik pengukuran kerja

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang operator yang

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO

PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO Darsini Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo E-mail : dearsiny@yahoo.com

Lebih terperinci

LOGO EKONOMI GERAKAN

LOGO EKONOMI GERAKAN LOGO EKONOMI GERAKAN PERENCANAAN SISTEM KERJA STUDI GERAKAN Faktor Sistem Kerja: EKONOMI GERAKAN Pekerja, Bahan, Mesin dan Perlatan, Lingkungan Perencanaan Sistem Kerja: Mendapatkan sistem kerja yang lebih

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK KARTON MELALUI PERBAIKAN DESAIN FASILITAS KERJA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK KARTON MELALUI PERBAIKAN DESAIN FASILITAS KERJA Gultom: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INSDUTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK... 169 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK KARTON MELALUI PERBAIKAN DESAIN FASILITAS KERJA Peniel Immanuel

Lebih terperinci

ANTHROPOMETRI NURJANNAH

ANTHROPOMETRI NURJANNAH ANTHROPOMETRI NURJANNAH Suatu studi yang menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia dan aplikasi rancangan yang menyangkut geometri fisik, massa dan kekuatan tubuh (Sritomo,2003). Satu kumpulan data numerik

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 1

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ergonomi adalah suatu study yang mengkaji tentang manusia dan interaksinya dengan unsure-unsur yang ada dalam lingkungan kerja, baik itu interaksinya dengan peralatan,

Lebih terperinci

MODUL 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA (MICROMOTION STUDY)

MODUL 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA (MICROMOTION STUDY) 1 MODUL 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA (MICROMOTION STUDY) I. TUJUAN PRAKTIKUM a. Tujuan Umum Memperkenalkan kepada Mahasiswa tentang metode Micromotion Study dalam aplikasi pengukuran waktu baku dengan menganalisis

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

PENDEKATAN ERGONOMIS DALAM PERANCANGAN STASIUN KERJA. Nama: Siti Krisnawati (12-039)

PENDEKATAN ERGONOMIS DALAM PERANCANGAN STASIUN KERJA. Nama: Siti Krisnawati (12-039) PENDEKATAN ERGONOMIS DALAM PERANCANGAN STASIUN KERJA Nama: Siti Krisnawati (12-039) Pendekatan Ergonomis dalam Perancangan stasiun Kerja Secara ideal perancangan stasiun kerja harus disesuaikan dengan

Lebih terperinci

Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti

Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti The major objective of this chapter is to learn how to calculate a time standard based on stopwatch time study procedures. Time Study Suatu proses untuk menghitung

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN PERAKITAN DAN TATA LETAK FASILITAS

PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN PERAKITAN DAN TATA LETAK FASILITAS 78 Purnomo: PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN... PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN PERAKITAN DAN TATA LETAK FASILITAS Helmi Indra Purnomo ),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Perkembangan Studi tentang Penelitian Kerja. Berbicara tentang perancangan sistem kerja dan aktivitas penelitian kerja yang terdiri dari gerakan kerja dan pengukuran

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Rating Factor Kriteria rating factor, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini : Super Skill: 1. Bekerja dengan sempurna 2. Tampak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Ergonomi Nurmianto (2003 : 1) mengatakan istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam dan juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Sistem Kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang bersangkutan. Teknikteknik dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai teori teori yang relevan dengan penelitian serta study literature yang telah dilakukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian 2.1 Pengukuran

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 8 STOPWATCH

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 8 STOPWATCH FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 8 STOPWATCH Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com TIME STUDY: METODE STOPWATCH

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang dipergunakan untuk pembuatan produk. Line Balancing (Lintasan Perakitan) biasanya

Lebih terperinci

DESAIN STASIUN KERJA

DESAIN STASIUN KERJA DESAIN STASIUN KERJA Antropologi Fisik Tata Letak Fasilitas dan Pengaturan Ruang Kerja Work Physiologi (Faal Kerja) dan Biomechanics Ruang Kerja Studi Metode Kerja DESAIN STASIUN KERJA Keselamatan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Fasilitas ergonomi telah menjadi suatu bidang khusus, itu semua dikarenakan dampak yang mengacu pada keselamatan, kesehatan, produktifitas dan perekonomian serta daya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Menentukan Waktu Siklus Tiap Proses. 4.1.1 Proses Pemasangan Komponen (Setting Part) 4.1.1.1 Elemen operasi pada proses ini adalah : 1. Setting holder magnet ke rotor dan

Lebih terperinci

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) PERTEMUAN #13 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran waktu kerja Pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Dari pengukuran

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Diagram Metodologi Gambar 4.1 Metodologi Penelitian 47 Gambar 4.2 Metodologi Penelitian (lanjutan) 48 4.2 Penelitian Pendahuluan Penelitian dilakukan di PT. Refconindo

Lebih terperinci

Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja

Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja Modul- 3 Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Kegiatan Belajar -4 POKOK BAHASAN KONSEP DASAR DAN APLIKASI PENGUKURAN ANTROPOMETRI VARIABEL ANTROPOMETRI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PASCA PANEN PADI 2.2 PENGGILINGAN PADI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PASCA PANEN PADI 2.2 PENGGILINGAN PADI II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PASCA PANEN PADI Penanganan pascapanen padi merupakan upaya sangat strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi. Konstribusi penanganan pasca panen terhadap

Lebih terperinci

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang

Lebih terperinci

GAMBARAN KESELURUHAN TEKNIK TATA CARA KERJA

GAMBARAN KESELURUHAN TEKNIK TATA CARA KERJA GAMBARAN KESELURUHAN TEKNIK TATA CARA KERJA TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN INDUSTRI Company LOGO Analisis Perancangan Kerja (Method engineering) Merupakan studi yang mempelajari secara

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam perancangan Stasiun penyemiran sepatu. Meliputi data antro pometri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Di dalam sebuah sistem kerja unsur manusia, mesin, peralatan kerja dan lingkungan fisik pekerjaan harus diperhatikan dengan baik secara sendirisendiri maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem 24 pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Pengertian dari waktu baku yang normal,wajar, dan terbaik dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data penelitian untuk perencanaan atau perancangan arsitektur atau kota dibagi dalam tiga kelompok yaitu survei, observasi dan arsip.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, khususnya pembuatan kaleng kemasan produk. Dalam perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Gerakan kerja operator yang dihubungkan dengan prinsip ekonomi gerakan Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dan gerakan-gerakannya

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly adalah digunakan untuk pengukuran waktu dimana pengukuran waktu

Lebih terperinci

Abstrak. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :

Abstrak. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas penulis membatasi permasalahan sebagai berikut : PERANCANGAN MEJA KONVEYOR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MEMPERTIMBANGANKAN FAKTOR ANTROPOMETRI DI LABORATORIUM ANALISA PERANCANGAN KERJA FAKULTAS TEKNIK Sigit Antoni 1, Zulfah 2, Tofik Hidayat 3 1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Penjadwalan Salah satu masalah yang cukup penting dalam system produksi adalah bagaimana melakukan pengaturan dan penjadwalan pekerjaan, agar pesanan dapat selesai sesuai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Antropometri Istilah Antropometri berasal dari kata Anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai

Lebih terperinci

Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating A1 Superskill 0.13 A A B1 Excellent 0.08 B B C1 Good 0.03 C2 0.

Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating A1 Superskill 0.13 A A B1 Excellent 0.08 B B C1 Good 0.03 C2 0. Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating. SKILL EFFORT 0.15 A1 0.13 A1 Superskill 0.13 A2 0.12 A2 Superskill 0.11 B1 0.1 B1 Excellent 0.08 B2 0.08 B2 Excellent 0.06 C1 0.05 C1 Good 0.03 C2 0.02 C2

Lebih terperinci

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja Lampiran 1 Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja WC 1 (Laminating) Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Sub Total Keterampilan Good C2 +0.03 Usaha Good C2 +0.02 Kondisi Fair E -0.03 Konsistensi Average

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran kerja atau work measurement adalah proses menentukan waktu yang diperlukan seorang operator dengan kualifikasi tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A2 + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B2 + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C2 + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNWERSITAS GADJAH MADA

Lebih terperinci

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment ERGONOMI Ergonomics Human Machine Work Environment RANCANGAN YANG ERGONOMIS Fokus Perhatian : MANUSIA dalam Perencanaan Man-Made Objects dan Lingkungan Kerja Tujuan Rancang Bangun dalam Menciptakan Produk,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 29 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Tata Letak Salah satu kegiatan rekayasa industri yang paling tua adalah menata letak fasilitas. Dan tata letak yang baik selalu mengarah kepada perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

APLIKASI ANTHROPOMETRI UNTUK PERANCANGAN STASIUN KERJA DI LOBBY PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS X, SURABAYA

APLIKASI ANTHROPOMETRI UNTUK PERANCANGAN STASIUN KERJA DI LOBBY PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS X, SURABAYA APLIKASI ANTHROPOMETRI UNTUK PERANCANGAN STASIUN KERJA DI LOBBY PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS X, SURABAYA Suryawirawan Widiyanto Program Studi Teknik Industri, Universitas Ma Chung, Malang Villa Puncak Tidar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Pengukuran Kerja Pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Teknik pengukuran

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT X )

USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT X ) Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perkembangan ekonomi nasional saat ini tak terlepas dari adanya peningkatan teknologi dan globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perindustrian dalam negeri, baik itu industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Menurut Sritomo (1989), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah anthropometri yang berasal dari anthro yang berarti manusia dan metron yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan cara melihat langsung pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja pada perusahaan yang diteliti. Data yang diambil

Lebih terperinci

Tujuan penggunaan antropometri pemakai :

Tujuan penggunaan antropometri pemakai : ANTROPOMETRI Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu atau kelompok. Ukuran tubuh manusia bervariasi berdasarkan

Lebih terperinci

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda BAB III Sumber Perbedaan Data Antropometri Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Di sini ada beberapa faktor yang akan memengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga

Lebih terperinci

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma ANTROPOMETRI Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma Definisi Antropos = manusia Metrikos = pengukuran Ilmu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Definisi Menurut Nurmianto (1996, p1) istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergon yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum alam, sehingga ergonomi

Lebih terperinci

ABSTRAK Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar. Semakin tinggi permintaan dari pasar, maka perusahaan harus dapat memenuhi permintaan tersebut, tetapi dalam suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. 20 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Kerja Menurut Sutalaksana dkk. (2006), Pengukuran waktu kerja ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Anthropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Sedangkan menurut Nurmianto (1991) anthropometri adalah satu

Lebih terperinci