BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Data Objek Perancangan. tim dosier penggagas kota kreatif untuk Solo untuk mendapat inisiasi dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Data Objek Perancangan. tim dosier penggagas kota kreatif untuk Solo untuk mendapat inisiasi dari"

Transkripsi

1 1 BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Objek Perancangan 1. Sejarah Solo Creative City Network Solo Creative City Network atau SCCN adalah program yang dibentuk oleh tim dosier penggagas kota kreatif untuk Solo untuk mendapat inisiasi dari UNESCO menjadi salah satu dari sekian banyak kota kreatif di dunia yang sudah resmi dinobatkan. Dimulai dengan pengajuan konsep SCCN pada sosialisasi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Direktorat Pengembangan Zona Kreatif tanggal 8-9 November Kemudian pada tanggal 21 November 2012 dilanjutkan dengan workshop pengisian dosier dengan permulaan ini dapat menjadi batu loncatan untuk membangun kota Solo secara lebih kreatif, sesuai pola kebijakan pemerintah kota yang telah ada. SCCN dibentuk oleh komunitas kreatif Solo creative city yaitu pelaku di bidangnya maupun insan-insan yang peduli atau memilki atensi dengan keprofesian di bidang kreatif. SCCN yang bersifat network / jaringan yang merupakan gabungan dan juga menghubungkan lintas komunitas, pemerintah yaitu Badan Ekonomi Kreatif (BEK) dan Badan Pembangunan Daerah (Bappeda), dinas pariwisata, swasta yaitu Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), akademisi, dan media (empat unsur yang membentuk quadro-helix). Pada

2 2 perkembangannya hingga sekarang memiliki 16 sub sektor sesuai dengan cakupan aspek pengembangan dengan kepengurusan yang berdiri sendiri / terpisah seuai bidangnya. Program SCCN secara makro melakukan pendampingan / advokasi pengembangan ekonomi kreatif melaui pemerintah kota (BAPPEDA), melakukan pemetaan potensi kreatif kota, menyusun blue print pengembangan ekonomi kreatif kota, menyusun RAD yang berisi rekomendasi teknis yang merupakan bagian dari materi walikota dalam menyusun menerapkan kebijakan pembangunan yang mencakup lintas SKPD. Sehingga program kerja atau grand strategy SCCN. melakukan perencanaan yang secara tidak langsung memotret dan mengolah bersama pemerintah lalu membuat kebijakan yang bisa diterapkan oleh pemerintah. Sedangkan program yang langsung ke masyarakat yang telah dilakukan contohnya konferensi tentang kota kreatif Indonesia Creative City Conference (ICCC) dan Solopolah. SCCN diposisikan untuk mewakili kota solo khususnya komunitas dalam forum kreatif yang bersifat nasional maupun internasional. Sementara sasaran untuk program ini adalah masyarakat kota Solo dengan fungsi ikut memdinamisir pergerakan kreatif di kota solo dengan melibatkan unsur quadro-helix serta menjalin kerjasama melalui Memorandum of Understanding (MoU). Dengan adanya program ini diharapkan masyarakat khususnya di kota Solo memiliki mindset kreatif atau menjadikan kreatif sebagai alat untuk meningkatkan daya saing dan value. (Sumber : wawancara dengan Irfan Soetikno Kasubbid SCCN)

3 3 2. Struktur Organisasi Solo Creative City Network Gambar 7. bagan konsep struktur organisasi SCCN Sumber : dokumen dosier SCCN Gambar 8. bagan Board of executive SCCN Sumber : dokumen dosier SCCN

4 4 3. Promosi yang pernah dilakukan Solo Creative City Network telah menyelenggarakan konferensi tingkat internasional yaitu Indonesia Creative City Conference (ICCC) yang diprogramkan untuk mengkaji sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat Solo sebagai kota kreatif. Untuk identitas visual, SCCN menggunakan logo yang pernah dibuat seperti pada gambar di bawah. Logo ini dirancang oleh board of executive dan telah banyak digunakan pada acara yang didukung maupun yang diikuti oleh SCCN. Gambar 9. Logo Solo Creative City Network Sejatinya karena SCCN berdiri sebagai wadah komunitas yang menjembatani antara quadro-helix dan bukan merupakan badan korporasi / instansi, maka belum ada material promosi yang khusus dibuat untuk memperkenalkan mengenai SCCN sendiri ke masyarakat. Bentuk media pendukung promosi yang pernah ada dibuat dalam rangka mempromosikan acara atau program langsung ke masyarakat seperti ICCC karena program SCCN tidak bertujuan untuk diperkenalkan secara esensial kepada masyarakat umum.

5 5 Gambar 10. Baliho acara ICCC sebagai salah satu bentuk promosi program SCCN Sumber : dokumentasi ICCC 2015 di Surakarta 4. Pelaku Kreatif yang Tergabung dalam Solo Creative City Network Solo Creative City Network yang secara khusus dibentuk untuk menyatukan berbagai unit di wilayah kantong kesenian baik itu dari instansi pemerintah maupun swasta, komersil maupun non-komersil memiliki pembagian sebagai berikut: pemerintah lewat BEK (Badan Ekonomi Kreatif) di Dinas Pariwisata

6 6 Kota Surakarta dan Bappeda Solo, swasta yang meliputi KADIN dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Komunitas (Red Batik Solo, Asosiasi Desainer Grafis Indonesia Regional Solo (ADGI Solo), Rempah Rumah Karya, Paadepokan Lemah Putih, dll), Seni Pertunjukan (SBC, Solo Kampung Art, Festival Dolanan Bocah, Festival Jenang Solo, Solo International Performing Art, Festival Film Solo, Wayang Orang Sriwedari, Solo International Ethnic Music, dsb), dan UKM / craft (Mataya Arts & Heritage, Industri Gamelan Wirun, Kampung Batik Laweyan, Jenang Laweyan, Kampung Batik Kauman, Seni Liping Jopa Japu, dll). Pada dasarnya karena SCCN dibangun dan merupakan wadah yang memfasilitasi ataupun menjadi jembatan penghubung antara pelaku industri kreatif secara kolektif dengan masyarakat, maka tugas SCCN terbatas sebagai konektor dan membuat jaringan antar pelaku industri kreatif baik itu di komunitas, UMKM maupun seni pertunjukan. Hal ini membuat SCCN dapat mendukung semua pergerakan kreatif di kota Solo, sehingga tidak ada pendataan yang spesifik untuk kolektif pelaku kreatif yang tergabung di dalamnya dikarenakan tidak terhitung jumlahnya dan kemungkinan akan terus bertambah seiring berjalannya program SCCN.

7 7 B. Target Market & Target Audience Segmentasi pembagiannya : a. Geografi : Solo dan sekitar b. Demografi 1) usia : tahun 2) jenis kelamin : laki-laki dan perempuan 3) agama : semua agama 4) sosial ekonomi : semua lapisan masyarakat c. Psikografi : semua orang yang mengunjungi tempat wisata, dan pengguna fasilitas umum di kota Solo d. Segmentasi Perilaku (behavior segmentations) : pengunjung atau pengamat event yang berkaitan dengan industri kreatif di Solo, praktisi industri kreatif, pelaku bisnis / pengusaha / investor / stakeholder yang berminat terhadap khususnya UKM industri kreatif, masyarakat Indonesia maupun asing yang berminat terhadap perkembangan industri kreatif di Solo lewat SCCN. Berdasarkan status maupun tingkat penggunaan : baik bagi awam yang belum mengenal SCCN maupun yang sudah tahu atau pernah mengenal program ini.

8 8 C. Instansi / Lembaga Terkait Sebagai salah satu bentuk promosi kepariwisataan Solo khususnya di bidang ekonomi kreatif, SCCN didukung penuh oleh instansi dan dinas pemerintah kota Surakarta. Berbagai instansi mulai dari HIPMI dan komunitas atau lebih tepatnya kelompok penggiat acara-acara SCCN yang terhimpun dari berbagai komunitas dan UKM kota Solo dalam SoloPolah. Baik Pemkot Surakarta lewat Badan Ekonomi Kreatif (BEK) maupun SoloPolah mendukung dan membantu kegiatan SCCN, hal ini sudah dibuktikan dengan program acara yang pernah diselenggarakan oleh SCCN yaitu ICCC di Kota Solo pada Oktober 2015 lalu yang merupakan salah satu acara terpenting bagi SCCN. SoloPolah ikut menyukseskan acara ini dengan mengurus penyelenggaraan acara dari awal hingga akhir. Melihat dari bentuk dukungan lewat salah satu acara SCCN ini maka penulis mengambil BEK dan SoloPolah sebagai sponsor untuk perancangan bentuk promosi SCCN ini sehingga diharapkan ke depannya perancangan promosi mengenai SCCN dapat direalisasikan. D. Komparasi Kota kreatif yang telah atau sedang menggarap program yang serupa dengan SCCN ataupun yang sudah melakukan city branding dengan baik contohnya: Bandung, dan Yogyakarta. Ini dapat dijadikan kompetitor / pembanding bagi

9 9 SCCN dalam penyusunan identitas visual dan bentuk promosi berkaitan dengan penelitian ini. 1. Studi Kasus Kota Bandung sebagai salah satu kota kreatif a. Kota Bandung yang telah diresmikan oleh UNESCO sebagai kota kreatif Kota Bandung disebut juga dengan Paris van Java perkembangan industri kreatif juga mencakup industri kuliner, tempat hiburan, serta kerajinan tangan. Contohnya ekonomi kreatif yang sangat berkembang di Bandung adalah factory outlet (FO). Bandung adalah salah satu kota yang cukup kondusif untuk mengembangkan industri kreatif. Masyarakat kota Bandung yang toleran terhadap ide-ide baru dan menghargai kebebasan individu menjadi modal utama Bandung dalam pengembangan industri kreatif. Selain itu kota Bandung merupakan tempat yang sangat potensial untuk mensinergikan dan mengkolaborasikan perguruan tinggi, pelaku bisnis, masyarakat, pemerintah dan media dalam rangka menciptakan kultur ekonomi kreatif. Sejauh ini, subsektor industri kreatif yang dapat dijadikan unggulan kota Bandung diantaranya yaitu musik, fashion, seni, desain, arsitektur, IT dan makanan (kuliner). b. Perkembangan aspek kreatif melalui forum dan komunitas Masyarakat Bandung khususnya pelaku industri kreatif maupun komunitas yang sadar akan pariwisata kreatif didukung oleh pemerintah membangun menjadi kota yang sadar akan estetika juga kenyamanan kota. Beberapa upaya

10 10 yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung dalam pengembangan Industri Kreatif antara lain : - Memfasilitasi pertemuan dengan komunitas kreatif, antara lain Bandung Creative City Forum (BCCF), Common Room maupun stakeholder lainnya. - Memfasilitasi terselenggaranya Helar Fest yang merupakan salah satu program yang dikembangkan oleh BCCF sebagai bagian dari strategi jangka panjang pengembangan platform ekonomi kreatif yang berkelanjutan di kota Bandung. (Sumber: Persentasi Pemda Bandung dalam PPKI 2009) Komunitas aktif terkait industri kreatif di Bandung antara lain; Bandung Creative City Forum; Simpul Space; Common Room Network Foundation; LINKART (Forum Apresiasi Budaya), dan DEATHROCKSTAR. c. Bentuk Promosi Kota Kreatif di Bandung Pada implementasinya Bandung sudah melakukan promosi di bidang kota kreatif seperti: adanya forum yang mewadahi/mengelola kota kreatif yaitu BCCF; promosi kepariwisataan lewat gelaran festival tahunan/musiman-art performance-dll (contoh. Helar Fest, Festival Kuliner Taman Ganesha, dll); berbagai studi maupun seminar/workshop/event yang diselenggarakan khusus bidang kreatif. Bandung sama halnya dengan Solo mendapat pengakuan kota kreatif di bidang desain, merespon dari predikat itu aktivis maupun pelaku industri kreatif di kota ini melakukan berbagai bentuk promosi dan pembentukan citra Bandung sebagai kota kreatif.

11 11 1) (dot) bdg Diakomodasi oleh Bandung Creative City Forum (BCCF) jenis subsektor industri kreatif setuju untuk memproduksi sebuah identitas, yang mampu menyatukan pemangku kepentingan kreatif Bandung menjadi kota kreatif. Identitas visual dinyatakan dalam karakter huruf-tipografi (dot).bdg. Bingkai tipografi ini bisa diisi dengan pola atau warna, tergantung pada karakteristik masing-masing pelaku ekonomi kreatif. Tipografi ini sangat mudah diingat dan menarik. Komunitas kreatif dan stakeholder mendukung visi 'Bandung Emerging Creative City' dengan menggabungkan kegiatan mereka dengan (dot) identitas.bdg, seperti helarfest.bdg, tourism.bdg, invest.bdg dan sebagainya. Identitas yang unik ini menjadi merek yang menyatukan kota, untuk sebuah ide milik rakyat dan diproduksi secara kolektif di tempat yang mendefinisikan Bandung. (dot) bdg ini menjadi simbol kota Bandung yang placement-nya sudah dapat kita temukan di beberapa sudut kota. Gambar 11. desain identitas (dot) bdg dan media placement-nya

12 12 2) Friendly Bandung Friendly Bandung dibuat pada tahun 2014 oleh seorang kurator DGi Andi Rahmat dan Tim dari Nusae Studio yang ditujukan kepada Pemerintah Kota Bandung. Gambar 12. desain identitas friendly Bandung 2. Studi Kasus Kota Yogyakarta sebagai salah satu kota kreatif Selain Bandung penulis mengambil data komparasi dari kota Yogyakarta. Yogyakarta termasuk salah satu kota kreatif di bidang Craft and Folk Art yang diajukan oleh Kemenparekraf. Kota Yogyakarta cocok untuk dijadikan contoh pembanding terkait pengembangannya di bidang kota kreatif karena sudah pernah melakukan rebranding. a. Kota Yogyakarta sebagai kota kreatif Setelah dipersiapkan sejak tahun 2012, Yogyakarta akhirnya resmi

13 13 diusulkan sebagai kandidat Kota Kreatif UNESCO. Pengajuan yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bertujuan agar Yogyakarta mendapat pengakuan internasional secara lebih luas sebagai kota yang memiliki keunggulan dalam bidang seni, budaya dan industri kreatif. b. Bentuk Promosi di Yogyakarta Pemerintah daerah DIY mengganti branding Jogja Never Ending Asia yang dipakai sejak tahun Rebranding dilakukan untuk menyesuaikan dengan keadaan masa kini. Dengan brand Jogja Istimewa diharapkan dapat menonjolkan ciri khas Yogyakarta dengan karakter keistimewaannya. Proses rebranding awalnya dilakukan bersama perusahaan pemasaran Markplus Inc. yang dipimpin Hermawan Kartajaya. Namun, logo yang dihasilkan dikritik banyak pihak sehingga dibentuklah Tim11 yang menggantikan untuk melakukan rework. Proses kurasi dan rework mewakili berbagai elemen masyarakat yang kompeten. Logo Jogja yang baru ini menggunakan huruf kecil yang melambangkan egaliterisme, kesederajatan, dan persaudaraan. Warna merah bata yang dominan sebagai warna yang melambangkan keraton dan spirit keberanian dan untuk menandai warna zaman baru yang berbekal pada akar budaya masa lalu. Merah mencerminkan keberanian, ketegasan, kebulatan tekad. Akar budaya ini diperkaya dengan kearifan lokal yang murni. Logo ini menggunakan jenis font original yang didesain berdasarkan aksara Jawa. Kemudian, dikemas ulang dalam font modern, simpel, dan dinamis.

14 14 Tagline Istimewa menggantikan Jogja Never Ending Asia, mencerminkan keistimewaan Jogja yang progresif, integritas, dan memiliki diferensiasi yang kuat dibanding daerah lain.

15 15 Gambar 13. Rebranding Jogja Istimewa E. Analisis SWOT Dalam penyusunan suatu rencana yang baik, perlu diketahui daya dan dana yang dimiliki pada saat akan memulai suatu kegiatan, mengetahui segala unsur kekuatan yang dimiliki, maupun segala kelemahan yang ada. Data yang terkumpul mengenai faktor-faktor internal tersebut merupakan potensi di dalam melaksanakan kegiatan yang direncanakan. Di lain pihak perlu diperhatikan faktor-faktor eksternal yang akan dihadapi yaitu peluang-peluang atau kesempatan yang ada, hal yang perlu diperhatikan akan timbul, ancaman atau hambatan yang diperkirakan akan muncul yang akan mempengaruhi usaha yang dilakukan.

16 16 Setelah melihat sekilas data-data yang ada dari komparasi, penulis bisa membuat analisis tentang Strength, Weakness, Opprtunity dan Threat (SWOT). SWOT adalah salah satu cara untuk menganalisis potensi suatu produk dan membandingkannya dengan kompetitor atau pembanding. Setiap suatu produk atau acara pasti memiliki kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat) masing-masing dan kesemuanya itu dapat dikumpulkan dan dianalisa sehingga kualitas penyampaian suatu acara dapat ditingkatkan, kelemahan dapat diredam, kesempatan dapat dikembangkan dan setiap ancaman dapat diminalisir. Analisis SWOT dapat dibuat dengan menggunakan tabel. Dari tabel tersebut kita dapat membandingkan secara langsung masing-masing SWOT dari kedua perencanaan tersebut. Berikut ini adalah tabel analisis SWOT perancangan promosi SCCN dengan Kota Kreatif Bandung dan Yogyakarta :

17 17 Pembanding Yang Dibahas (SCCN) Pembanding I (Bandung) Pembanding II (Yogyakarta) Solo yang memiliki kekuatan pada local culture, heritage dan industri kreatif BCC sudah memiliki lebih dari satu brand dan contoh aplikasinya sudah memiliki brand dan contoh aplikasinya Strength yang jika diolah secara optimal lewat visual branding-nya dapat menyaingi kota kreatif skala internasional hanya pernah sekali melakukan belum terlalu gencar penempatannya baru di beberapa city branding yaitu Solo Spirit of promosinya titik meskipun sudah Weakness Java untuk Solo Creative City sendiri rancu antara dua desain (belum ditentukan mana yang bisa menemukan media placement yang tepat belum ada standar visual untuk dipakai seterusnya) identitas visualnya

18 18 berpeluang menumbuhkan dengan dibuatnya identitas visual investor maupun lembaga profit minat untuk mempromosikan oleh designaction dan O2 indonesia ataupun non profit menyertakan SCCN melalui media lain untuk kota Bandung Emerging logo atau menggunakan identitas (dapat berupa video, buku, Creative City bermunculan ide lain visual jogja dalam kampanye / atau mungkin aplikasi untuk perancangan identitas yang unik promosi produknya (terbukti Opportunity smartphone) identitas visual dapat (misal Friendly Bandung) dengan bertebarannya penggunaan logo jogja istimewa digunakan sebagai ikon kota pada benchmark, baliho, banner yang baru maupun pada acara di kota) atau kegiatan dalam komunitas / forum maupun event budaya

19 19 Kurangnya aktivitas di forum kota kreatif dan promosi agenda kegiatannya juga berpengaruh terhadap promosi identitas SCCN akan menjadi tidak terlalu banyak identitas visual akan menjadi rancu sehingga penggunaannya akan menyulitkan rebranding kota yang awalnya sempat mengundang kontroversi tidak begitu berpengaruh, namun jika tidak ada sosialisasi maupun Threats efektif promosi yang tepat rebranding akan percuma, kecenderungan bagi orang yang menggunakan logo identitas yang lama tidak bisa dihindari. Tabel 1. Analisis SWOT perancangan promosi SCCN

20 20 F. Positioning Suatu brand atau merk dapat dikatakan baik jika telah memilki citra atau image yang dikenal oleh orang lain. Solo sebenarnya sudah pernah melakukan city branding, namun untuk kasus Solo Creative City Network perancangannya masih prematur sehingga belum terlihat jelas penggunaannya dalam bentuk material promosi yang akan diketahui oleh masyarakat luas. Maka media informasi perancangan identitas visual untuk SCCN harus didukung dengan adanya pengenalan (awareness). Positioning adalah strategi usaha menciptakan diferensiasi yang unik dalam benak audiens (sasaran) sehingga terbentuk citra atau imej merk (produk) yang lebih unggul (Hasan:2008 : 204) Memposisikan identitas visual langkah ini perlu dilakukan sebagai usaha awal dalam mempromosikan SCCN, karena tanpa adanya standar visual yang jelas akan menjadi rancu dalam penggunaan identitas SCCN. Selain itu perancangan identitas visual dan bentuk media promosi SCCN akan membantu memposisikan image kota kreatif bagi masyarakat dan promosi serta marketing yang berkaitan tentang Solo kota kreatif menjadi lebih tepat sasaran.

21 21 G. Unique Selling Preposition (USP) Unique Selling Preposition (USP), berorientasi pada keunggulan atau kelebihan produk yang tidak dimiliki oleh produk saingannya. Kelebihan tersebut juga merupakan sesuatu yang dicari atau dijadikan alasan konsumen menggunakan produk tersebut (M. Suyanto, 2004:116) Untuk bisa menjual produk supaya dapat diterima baik di pasaran selain dengan melakukan positioning yang tepat adalah dengan menggunakan USP atau keunggulan dari produk tersebut. USP bisa merupakan sesuatu yang sebenarnya dimiliki oleh semua produk sejenis namun tidak diolah dan diekspos dengan baik. Promosi Kota Solo sebagai kota kreatif dapat dilakukan dengan belajar dari pengalaman kota Bandung maupun Yogyakarta yang menerapkan rebranding. Namun ketiga kota yang sama-sama berada di Pulau Jawa ini tentunya memilki khazanah budaya, sejarah, dan kearifan lokal yang sangat berbeda sehingga masingmasing kota dapat menempatkan keunggulan karena memiliki keunikan tersendiri. Mengkaji ulang dan menentukan branding terhadap identitas visual kota Solo terkait kota kreatif akan membantu SCCN di masa yang akan datang. Solo dapat bersaing lewat keunggulannya jika dipromosikan dengan baik. Oleh karena itu dibuatlah perancangan identitas visual yang sesuai dengan tujuan SCCN untuk diaplikasikan. Selain itu melalui perancangan ini dapat dimanfaatkan untuk menarik

22 22 investor berinvestasi dan memudahkan masyarakat untuk mengenal identitas visual Solo Creative City.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Solo sebagai salah satu kota administratif di Jawa Tengah memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Solo sebagai salah satu kota administratif di Jawa Tengah memegang peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Solo sebagai salah satu kota administratif di Jawa Tengah memegang peranan penting dalam perkembangan secara regional dan nasional. Solo dikenal sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kota yang terkenal sebagai Kota Batik tersebut mengalami peningkatan dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kota yang terkenal sebagai Kota Batik tersebut mengalami peningkatan dari tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Solo merupakan salah satu kota yang tengah berkembang di bidang kepariwisataan Indonesia, ini terbukti dari jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota yang terkenal

Lebih terperinci

promosi batik genes bagi remaja di Surakarta Oleh :

promosi batik genes bagi remaja di Surakarta Oleh : 1 Perancangan desain komunikasi visual sebagai media promosi batik genes bagi remaja di Surakarta Oleh : Amelia Pitra Rizki Khoirunnisa NIM. C.0702002 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1. Strategi Perancangan Strategi perancangan yang akan dibuat mengenai identitas Kota Bandung ini adalah dengan merancang identitas yang dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL 3.1. Tujuan Komunikasi Dalam melakukan sebuah proses pembuatan / pengkaryaan sebuah karya akhir, agar karya tersebut ataupun informasi yang ingin disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana suatu kota mengawasi dan mengenalkan wilayahnya serta

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana suatu kota mengawasi dan mengenalkan wilayahnya serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Di era globalisasi ini persaingan antar kota menjadi semakin nyata, terlihat dari bagaimana suatu kota mengawasi dan mengenalkan wilayahnya serta memaksimalkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA

BAB III IDENTIFIKASI DATA BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Data Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya Red Batik Solo Awal berdirinya Red Batik Solo adalah tanggal 12 Februari 2012 pertama kali dicetuskan oleh seorang seniman dan budayawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batik merupakan sebuah warisan budaya Indonesia yang telah terdaftar dan ditetapkan UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRACK KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI ABSTRACK KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAK ABSTRACK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI i ii iii v ix xi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 3 1.3 Batas Lingkup Perancangan 3 1.3.1 Batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup untuk bertahan dan hidup. Tanpa makanan, manusia tidak dapat bertahan karena manusia menempati urutan teratas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara. Terdapat banyak daerah-daerah tujuan di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara. Terdapat banyak daerah-daerah tujuan di Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pariwisata sudah tentu menjadi salah satu industri yang menyumbangkan devisa yang cukup besar kepada negara. Begitu pun di Indonesia, pariwisata menjadi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... xi v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Perancangan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan

Lebih terperinci

Latar Belakang. Arahan Bapak Presiden RI. Ekonomi kreatif harus menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia

Latar Belakang. Arahan Bapak Presiden RI. Ekonomi kreatif harus menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia Latar Belakang Arahan Bapak Presiden RI Ekonomi kreatif harus menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia Latar Belakang Perpres No. 2 Tahun 2015 (RPJMN 2015-2019) Pengembangan ekonomi kreatif sebagai kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata sebaiknya tetap menjaga citra tujuan wisata dan lebih

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata sebaiknya tetap menjaga citra tujuan wisata dan lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata telah mengalami perkembangan yang pesat dalam satu dekade belakangan ini. Saat ini, pariwisata merupakan industri jasa terbesar di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang timbul dalam kehidupan kota, seperti kesenjangan sosial, kesemrawutan kota, dan tindakan kriminalitas mendorong masyarakat kota untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide, dan gagasan orisinil yang kemudian di realisasikan berdasarkan pemikiran insan kreatif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sendirinya dan dibuat tanpa aturan, dikarenakan logo menandakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan sendirinya dan dibuat tanpa aturan, dikarenakan logo menandakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logo adalah identitas yang sangat penting yang wajib diperlukan untuk sebuah perusahaan, karena bertujuan untuk memberikan identitas yang jelas, selain itu juga logo

Lebih terperinci

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM MENINGKATKAN CITRA POSITIF. (Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure pada jogja istimewa ) SKRIPSI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM MENINGKATKAN CITRA POSITIF. (Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure pada jogja istimewa ) SKRIPSI MAKNA LOGO DAN TAGLINE BARU CITY BRANDING DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM MENINGKATKAN CITRA POSITIF (Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure pada jogja istimewa ) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerekan tempat (Place Branding) saat ini masih merupakan salah satu strategi yang sedang tren digunakan oleh berbagai pemerintah, mulai dari skala kota hingga negara

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori / Metode Corporate Identity

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori / Metode Corporate Identity 15 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori / Metode 4.1.1 Corporate Identity Di dalam marketing, Corporate Identity (CI) adalah persona dari suatu korporasi yang disesuaikan dengan pencapaian terhadap sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Perkembangan Desain Komunikasi Visual di Dunia Pada awalnya, media desain grafis hanya terbatas pada media cetak dwi matra. Namun, seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu, maka yang menjadi tujuan pemasaran adalah brand loyality. Tanpa sebuah brand

BAB I PENDAHULUAN. satu, maka yang menjadi tujuan pemasaran adalah brand loyality. Tanpa sebuah brand BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika keseluruhan aktivitas pemasaran harus diringkas menjadi satu kata saja, maka kata yang keluar adalah branding. Jika semua tujuan pemasaran digabung menjadi satu,

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KABUPATEN BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. 4.1 Analisis Data

BAB IV ANALISA. 4.1 Analisis Data BAB IV ANALISA 4.1 Analisis Data Berdasarkan survey yang telah dilakukan, dapat dianalisa bahwa sebuah logo sebagai bagian dari corporate identity, memiliki peranan yang penting dalam sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era otonomi saat ini, kemampuan setiap daerah dalam memasarkan potensi daerahnya sangatlah penting, karena hal ini akan berpengaruh besar terhadap daya saing suatu

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. Menurut Alina Wheeler, dalam buku Designing Brand Identity disebutkan bahwa

BAB 4 KONSEP DESAIN. Menurut Alina Wheeler, dalam buku Designing Brand Identity disebutkan bahwa 21 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Brand Menurut Alina Wheeler, dalam buku Designing Brand Identity disebutkan bahwa brand identity adalah ekspresi secara visual dan verbal dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Semenjak sistem otonomi daerah berbasis desentralisasi di tetapkan oleh pemerintah reformasi pada tahun 1999, para kepala daerah di Indonesia mulai berlomba-lomba

Lebih terperinci

BAB III DATA PERANCANGAN Pengertian Desain Grafis & Multimedia.

BAB III DATA PERANCANGAN Pengertian Desain Grafis & Multimedia. BAB III DATA PERANCANGAN 3.1 Tinjauan Teoritis 3.1.1 Pengertian Desain Grafis & Multimedia. Desain adalah gagasan awal, rancangan, perencanaan, pola, susunan, rencana, membuat, mencipta, menyusun, dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI i ii iii v ix xii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Perancangan 2 1.4 Manfaat Perancangan

Lebih terperinci

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Strategi Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Hasil kajian Tim Inisiasi ( taskforce) Ekonomi Kreatif Propinsi Jawa Barat 2011, bersama Bappeda Jawa Barat, dimana penulis terlibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu. kota wisata dan budaya yang ada di indonesia, sehingga hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu. kota wisata dan budaya yang ada di indonesia, sehingga hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu kota wisata dan budaya yang ada di indonesia, sehingga hal ini menarik banyak minat wisatawan baik dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi dapat dipahami

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi dapat dipahami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana tertentu

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG 1.1. Latar Belakang Bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan bangga akan kebudayaannya sendiri. Dari kebudayaan suatu bangsa bisa dilihat kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern sekarang ini, industri memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Khususnya di Indonesia yang sering di bahas oleh

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1. Strategi Perancangan Startegi dalam perancangan city branding kecamatan ujungberung dengan merancang identitas yang mampu menggambungkan unsur modern

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Analisa Kecukupan Data Data yang telah didapat, baik itu berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan sebagai referensi dan literatur dari perancangan media promosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitar Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitar Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota yang memiliki beragam keindahan dan kenyamanan. Oleh karena itu, Kota Bandung memiliki banyak julukan seperti The Capital City of Asia Afrika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, sektor ekonomi Indonesia mengalami perubahan. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor pertanian. Namun seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dalam kondisi ini, para pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dalam kondisi ini, para pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran sebuah kota, daerah,dan negara telah menjadi sangat penting saat ini. Dalam kondisi ini, para pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri agar lebih

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Dalam pembuatan tugas akhir ini, Penulis memperoleh data melalui: 1. wawancara dengan pihak-pihak terkait di bagian promosi dan pemasaran di kantor Departemen Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Globalindo 21 Express atau yang lebih familiar disebut PT. 21 Express ini

BAB I PENDAHULUAN. PT. Globalindo 21 Express atau yang lebih familiar disebut PT. 21 Express ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perusahaan penyedia layanan jasa pengiriman paket dan dokumen, PT. Globalindo 21 Express atau yang lebih familiar disebut PT. 21 Express ini memiliki banyak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah ditarik kesimpulan mengenai beberapa hal yang dijadikan fokus. penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi bagaimana strategi

BAB V PENUTUP. telah ditarik kesimpulan mengenai beberapa hal yang dijadikan fokus. penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi bagaimana strategi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah berbagai data dan fakta diperoleh dari lapangan dan disesuaikan dengan teori yang menjadi dasar penelitian. Dengan demikian telah ditarik kesimpulan mengenai beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya dan komunitas masyarakat yang unik seperti ras, suku, agama, dan etnis. Kebudayaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. a. Forum Informal; b. Studi Banding; c. Focus Group Discussion (FGD); d.

BAB V PENUTUP. a. Forum Informal; b. Studi Banding; c. Focus Group Discussion (FGD); d. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dalam perencanaan strategis Solo Science Center sebagai pusat peraga iptek Kota Surakarta dilakukan dengan 9 tahapan oleh Bappeda Kota Surakarta, yaitu : a. Forum Informal;

Lebih terperinci

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : ANANG MARWANTO NIM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi satu dimensi baru, yaitu Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi satu dimensi baru, yaitu Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.2 Latar belakang Pada masa sekarang, seluruh predikat Yogyakarta itu luluh dan berkembang menjadi satu dimensi baru, yaitu Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata. Peranannya sebagai

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BIDANG DESAIN GRAFIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BIDANG DESAIN GRAFIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BIDANG DESAIN GRAFIS Disusun Oleh : Nama : Devit Surtianingsih NIM : 11.01.2851 Kelas Kelompok : 11-D3TI-01 : B STMIK AMIKOM YOGYAKARTA T.A 2012 Karya Imliah Peluang Bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur merupakan salah satu komponen penting untuk tata kehidupan karena dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Industri manufaktur sendiri yaitu sebuah

Lebih terperinci

HASIL KARYA PRIBADI...

HASIL KARYA PRIBADI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan kota kreatif dengan potensi sumber daya manusia kreatif terbesar. Sejak dulu Bandung telah dikenal sebagai pusat tekstil, mode, seni,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan mulai tahun 2011 hingga 2013. Menurut data yang dihimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Studi. Dewasa ini masyarakat di berbagai belahan dunia semakin sadar dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh manusia itu sendiri, alam seakan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu atau kelompok dalam strata sosial tertentu memiliki gaya hidup yang khas yang dapat menjadi simbol prestise dalam sistem stratifikasi sosial.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalananan wisatawan dunia mencapai 1 miliar pada tahun 2012. Menurut Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan kota wisata yang banyak diminati oleh para wisatawan baik domestik, maupun internasional. Banyaknya tempat wisata dan hiburan yang ditawarkan kota

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam bab hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi komunikasi pemasaran terpadu Dinas Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Implementasi city branding merupakan proses yang membutuhkan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang matang dan melibatkan banyak pihak. City branding merupakan sebuah konsep

Lebih terperinci

PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA

PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK DIAJUKAN OLEH: IGNASIUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan kota kreatif dengan potensi sumber daya manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota Bandung telah dikenal

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Yogyakarta dan Solo adalah dua wilayah yang memiliki kemiripan dan hubungan budaya yang kuat. Keduanya ingin memasarkan wilayah berdasarkan pada kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung mempunyai potensi yang tinggi di bidang hiburan. Ada beragam tempat yang mempunyai daya tarik bagi masyarakat lokal maupun internasional, misalnya ada

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga daya saing semakin meningkat, salah satu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga daya saing semakin meningkat, salah satu cara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dunia fashion saat ini berkembang pesat seiring dengan perkembangan jaman. Dimana fashion bukan saja digunakan sebagai alat untuk menutupi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Sejarah Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi 1.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Tama Cokelat, pertama didirikan di Yogyakarta dan usaha tersebut dimulai pada tahun 2007 bergerak di bidang Bakery dan Chocolate.

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERENCANAAN DAN STRATEGI KREATIF

BAB III STRATEGI PERENCANAAN DAN STRATEGI KREATIF BAB III STRATEGI PERENCANAAN DAN STRATEGI KREATIF 3.1. Strategi Perencanaan 3.1.1. Strategi Komunikasi Pada dasarnya komunikasi merupakan penyampaian pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Ide / Gagasan Perancangan 1. Ide desain a. Pembuatan identitas visual Angel eyes yang sesuai karakter b. Perancangan material dan media aplikasi yang lebih meyakinkan konsumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Puri Maerakaca Taman Wisata Budaya Jawa Tengah terdapat di Semarang, sudah banyak didengar dan diketahui oleh masyarakat tentunya orang Semarang sendiri pasti

Lebih terperinci

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun Uraian dan Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun No 1 2 3 1 Sekretariat Melaksanakan kebijakan pelayanan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Dinas meliputi pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain yang jeli melihat peluang yang tidak ditimbulkan pesaingnya.

BAB I PENDAHULUAN. lain yang jeli melihat peluang yang tidak ditimbulkan pesaingnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia bisnis di Indonesia telah penuh dengan kompleksitas persaingan, perubahan dan ketidakpastian yang sangat mempengaruhi aktivitas perusahaan. Keadaan tersebut

Lebih terperinci

BAB V ANALISA Solo Kota Budaya Jawa (Closing Identity)

BAB V ANALISA Solo Kota Budaya Jawa (Closing Identity) BAB V ANALISA 5.1. Solo Kota Budaya Jawa (Closing Identity) Jika dilihat pada garis tertutup, kota Solo diidentikkan dengan Kota Budaya (Jawa), dalam arti masyarakat Solo yang memiliki nilai-nilai kearifan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. resmi dimulai pada pertengahan Agustus nama perusahaan itu

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. resmi dimulai pada pertengahan Agustus nama perusahaan itu 37 BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Gambaran Perusahaan Chopinjava adalah sebuah perusahaan pakaian yang menggabungkan warisan budaya Indonesia dan fashion modern. Secara resmi dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara pada saat ini lebih fokus berorientasi kepada industri non migas seperti industri jasa yang didalamnya termasuk industri pariwisata,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penciptaan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penciptaan Wisata Kuliner saat ini telah menjadi sebuah pilihan yang tepat bagi masyarakat kota untuk mengisi waktu luang yang dimiliki. Berbagai jenis restoran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat membedakan antara kota yang satu dengan kota-kota yang lainnya. Sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dapat membedakan antara kota yang satu dengan kota-kota yang lainnya. Sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merek memberikan identitas yang berbeda pada sebuah kota, sehingga dapat membedakan antara kota yang satu dengan kota-kota yang lainnya. Sebuah merek yang kuat akan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R No.1015, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Pemasaran Produk Ekonomi Kreatif Nasional. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEMASARAN PRODUK EKONOMI KREATIF NASIONAL

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 CV. Rombongku CV. Rombongku adalah sebuah industri kreatif muda, yang aktif mengaplikasikan ide-ide kreatif melalui desain, branding, dan strategi periklanan. CV. Rombongku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang mungkin kiranya kita sebagai warga negara Indonesia patut untuk

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang mungkin kiranya kita sebagai warga negara Indonesia patut untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pariwisata dan turisme sangat pesat belakangan ini. Terlepas dari isu-isu keamanan yang terjadi di setiap negara, pariwisata tumbuh sebagai salah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

BAB V PENUTUP UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Condet pada dasarnya masih memiliki aset berharga berupa potensi yang beragam. Mulai dari aneka ragam flora khas Condet, seni budaya Betawi, kuliner, wahana outbond, hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain kemasan atau dapat disebut juga Packaging adalah salah satu dari sekian banyak hal yang harus menjadi pertimbangan strategis di ketiga elemen Positioning, Diferensisas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau yang sering disebut Taman Jurug adalah obyek wisata yang terletak di tepian sungai Bengawan Solo dengan luas lahan 13.9 Ha, memiliki

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN Bagian ini akan menganalisis gambaran umum objek yang direncanakan dari kajian pustaka pada Bab II dengan data dan informasi pada Bab

Lebih terperinci

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Baker dalam Dinnie (2011: xiii) kota dan kota-kota besar lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Baker dalam Dinnie (2011: xiii) kota dan kota-kota besar lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Baker dalam Dinnie (2011: xiii) kota dan kota-kota besar lainnya saat ini semakin menjadi pelaku utama antara wilayah geografis. Persaingan antara kota untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Untuk merancang corporate identity klien perusahaan FruityLOGIC Surabaya

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Untuk merancang corporate identity klien perusahaan FruityLOGIC Surabaya BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metode Penelitian Untuk merancang corporate identity klien perusahaan FruityLOGIC Surabaya sesuai dengan bidang keilmuan Desain Komunikasi Visual, maka metode

Lebih terperinci

Dalam konteks branding desa yang baru pada tahap awal, protokol branding dapat dimanfaatkan sedini mungkin :

Dalam konteks branding desa yang baru pada tahap awal, protokol branding dapat dimanfaatkan sedini mungkin : Pemanfaatan perangkat branding untuk membangun citra positif brand tempat telah dipilih menjadi strategi pembangunan lokal mengatasi hambatan pemasaran produk dan jasa Program OVOP yang diinisiasi pedesaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam sebuah perusahaan ataupun pemerintahan dibutuhkan sebuah identitas. Vos (1992:51) menjelaskan bahwa terdapat beberapa pendekatan di dalam identitas perusahaan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. Dilihat dari perkembanganya, industri jasa penyelenggara MICE (meeting,

BAB I LATAR BELAKANG. Dilihat dari perkembanganya, industri jasa penyelenggara MICE (meeting, BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Dilihat dari perkembanganya, industri jasa penyelenggara MICE (meeting, incentive, conference and exhibition) memberikan kontribusi tinggi secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metode Penelitian Untuk merancang Logo dan katalog produk profile hotel budget Bangkalan sesuai dengan bidang keilmuan Desain Komunikasi Visual, maka metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan kerajinan bernilai seni tinggi dan menjadi salah satu warisan budaya Indonesia. Kain batik yang memiliki corak yang beragam serta teknik pembuatannya

Lebih terperinci

Visual Branding dalam Periklanan

Visual Branding dalam Periklanan Visual Branding dalam Periklanan MELLY MAULIN P LOGO Branding adalah suatu kegiatan investasi, yang biasanya menelan biaya yang cukup besar. Dimulai dari penamaan (penentuan brand), pembuatan logo brand/merk,

Lebih terperinci

BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI 6.1. Kebijakan Pengembangan Investasi di Kabupaten Banyuaesin Konsep dan design arah pengembangan investasi di Kabupaten Banyuasin dibuat dengan mempertimbangkan potensi wilayah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Marketing Definisi Marketing menurut Kotler & Keller (2006, p. 6), adalah sebuah fungsi dari organisasi dan merupakan proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pokok manusia terbagi menjadi 3 bagian yaitu sandang, pangan dan papan. Manusia memiliki kebutuhan akan pangan yang terdiri dari makanan dan minuman, semata-mata

Lebih terperinci