BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
|
|
- Yandi Sumadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Yogyakarta dan Solo adalah dua wilayah yang memiliki kemiripan dan hubungan budaya yang kuat. Keduanya ingin memasarkan wilayah berdasarkan pada kesadaran adanya keunikan/ kekayaan budayanya dengan langkah awal pemasaran dilakukan pembuatan brand. Kesadaran akan keunikan budaya menjadikan keduanya sebagai daerah budaya. Hal seperti ini sering dijumpai dalam realita kehidupan, misal ketika penduduk Provinsi DIY berada di luar Yogyakarta akan mengenalkan dirinya sebagai Wong Yogjo (orang Jogja). Begitu pula dengan penduduk yang masuk wilayah Solo Raya (Subosukawonosraten) akan mengenalkan dirinya sebagai Wong Solo (orang Solo). Strategi ini sesuai dengan kaidah pemasaran (brand association, Kartajaya & Yuswohady, 2003: 177), yang sering mengasosiasikan produk baru (yang akan dipasarkan) dengan sesuatu yang sudah dikenal oleh pasar. Pembuatan brand di kedua wilayah, dilatar belakangi hal yang berbeda. Kasus Yogyakarta dilatarbelakangi oleh: krisis ekonomi, globalisasi dan adanya kesadaran bahwa pemasaran wilayah adalah cara utama untuk mendorong perdagangan, pariwisata dan investasi. Sementara Kasus Solo dilatar-belakangi oleh: adanya kesamaan budaya untuk membentuk identitas bersama dalam rangka mempermudah dalam memasarkan wilayah mereka. Selanjutnya terkait aktor yang terlibat dalam branding, keduanya melibatkan para pakar pemasaran (IMA dan Markplus&Co), kalangan profesional (GTZ, desainer logodan akademisi), pengusaha, juga melibatkan multi stake-holder lainnya. Namun, dalam hal ini, Solo lebih banyak melibatkan pihak berkepentingan dibandingkan Yogyakarta. Dimana Solo menjadikan seluruh perwakilan dari multi-stakeholder sebagai panitia branding (Tim Kecil 117
2 Pemasaran), sedangkan kasus Yogyakarta multi-stakeholder hanya terlbat dalam penentuan brand name dan pembuatan Buku Induk Kraton. Dalam pelaksanaannya kedua wilayah diuji konsistensi dan kegigihannya dalam menggunakan brand. Yogyakarta diuji dengan: birokrasi yang sulit diubah mindset-nya, kejadian tak terduga (eksternal berupa: Terorisme bali; Bom Kuningan; JW Marriot; SARS; Antraks dan sebagainya, sementara internal berupa: gempa bantul), serta keterbatasan dana dalam melakukan promosi. Solo juga diuji dengan: gagalnya pembentukan PT. SRP (karena tidak memiliki dasar hukum), ketersediaan dana, serta egoisme daerah. 6.2 Kontribusi Teoritik Kedua kasus memiliki kelemahan baik dalam proses pembuatan maupun penerapannya. Dalam kasus Yogyakarta poin penting sebagai kekurangan dalam melakukan pemasaran branding dibandingkan teori faktor kesuksesan dalam melakukan pemasaran wilayah Rainisto (2003) adalah faktor: Keberuntungan dan Kerjasama Publik-Privat. Sementara pada kasus branding Solo, kekurangannya adalah faktor: Kepemimpinan; Dukungan Politik dan Pembangunan Lokal. Selanjutnya, apabila dilihat kembali proses pembuatan brand dan implementasinya di kedua kasus, dan dibandingkan dengan teori branding dari More & Raid (2008) dan Kavartzis (2004), dapat disimpulkan bahwa: a. Kasus Yogyakarta: Proses pembuatan brand memiliki pola yang serupa dengan teori, yakni: riset brand, pembuatan brand logo, pembuatan blueprint brand, dan launching brand. Sementara dalam tahap implementasi brand, secara umum komunikasi primer dan sekunder sudah terpenuhi (meskipun belum optimal), namun ada satu poin kekurangan di komunikasi primer. Kekurangan di komunikasi primer dalam bentuk lanskap (landscape) belum terpenuhi. Dimana komunikasi ini dilakukan dalam bentuk: urban design, architecture, art and public space. 118
3 b. Kasus Solo: secara keseluruhan dalam proses pembuatan memiliki urutan yang sama dengan teori, yakni: analisis situasi 7 kab/ kota, workshop pembuatan identitas bersama, sayembara slogan, desain logo, pembuatan panduan aplikasi dan launching. Hanya saja ada keunikan yang dimiliki kasus Solo, yakni: sayembara slogan. Selanjutnya, pada tahap implementasi brand lebih banyak melakukan komunikasi primer di struktur organisasi. Sementara komunikasi primer lainnya, yakni: infrastruktur dan lanskap belum tersentuh. Tabel 18. Perbandingan How antara Realita Kasus Yogyakarta dan Teori Tahap Pembuatan Implementasi Realita Kasus Yogyakarta Riset Awareness terhadap Jogja Pembuatan brand logo dan penentuan brand (dari beberapa alternatif) Pembuatan blueprint brand (the brand charter) Launching brand Perbandingan How antara Promosi JNEA dilakukan di berbagai Negara dan berbagai media Pembangunan infrastruktur guna membuka Jogja pada dunia internasional Dunia usaha dan masyarakat luas diperbolehkan menggunakan logo dan slogan JNEA Enterpreneural workshop Pembuatan Coffee Book Table Kraton Yogyakarta Sumber: Analisis Penulis (2013) Dalam Teori (More & Raid, 2008; Kavartzis, 2004) Market investigation, analysis and strategic recommendations identity development launch and introduction Komunikasi Sekunder (Pembuatan media center, promosi, iklan ) (Infrastruktur ) (Struktur Organisasi ) (Tingkah laku ) Komunikasi Sekunder (Pembuatan media center, events, iklan ) 119
4 Tabel 19. Perbandingan How antara Realita Kasus Solo dan Teori Tahap Pembuatan Realita Kasus Solo Perbandingan How antara Analisis situasi dan FGD 7 Kabupaten/ Kota Workshop Pembuatan Identitas Wilayah Sayembara Slogan Desain Logo Pembuatan Panduan Aplikasi Dalam Teori (More & Raid, 2008; Kavartzis, 2004) Market investigation, analysis and strategic recommendations identity development Pengelanan (launching) Pembentukan PT. Solo Raya Penyelenggaraan Berbagai Event Dimasukkannya anggaran untuk kebutuhan kegiatan promosi pariwisata bersama launch and introduction (Tingkah laku) Komunikasi sekunder (Pembuatan iklan) Implementasi Pembentukan Forum Pariwisata Solo Raya Penyediaan jaringan informasi kerjasama antar daerah berbasis IT Koordinasi penyelenggaraan administrasi pembangunan dan administrasi pemerintahan Penyediaan sarana untuk promosi/aktivitas bersama Solo Raya (Grha Solo Raya) Penjalinan kerjasama antar pelaku swasta melalui fasilitas BKAD Sumber: Analisis Penulis (2013) 120
5 Kemudian, apabila kita lihat kedua tabel diatas dan dikaitkan dengan teori dari Djunaedi (2002), tentang keterkaitan pemasaran dan perencanaan, terdapat benang merah. Bahwa kedua kasus (Wilayah Yogyakarta dan Solo) melakukan branding, agar dapat memasarkan wilayah mereka melalui proses membangun image yang positif terhadap target pemasaran (Tourist, Trade, Investor, dan sebagainya). Pemasaran yang dilakukan keduanya dengan menciptakan brand ini belum terencana dengan baik. Karena, badan perencana daerah, dinas pariwisata dan pihak pemerintah lainnya yang memiliki tanggung jawab untuk memasarkan wilayah keduanya belum memasukkan brand ini dalam rencana jangka panjang. Padahal, semestinya pemasaran wilayah (branding) dilakukan setelah rencana disusun dan pembangunan dilakukan. Meskipun dalam beberapa kasus keduanya (pemasaran dan pembangunan) dilakukan secara bersamaaan 6.3 Implikasi Kebijakan Berdasarkan perbandingan antara kasus Yogyakarta dan Solo, penulis memberikan saran kepada pemerintah di: a. Tingkat Nasional: Agar menambahkan pasal khusus terkait rincian pemasaran wilayah untuk tingkat nasional berikut pendanaannya dalam Permendagri No 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan tatacara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Penambahan pasal tentang pemasaran wilayah ini, penting agar nantinya pemerintah di tingkat nasional, daerah dan kota memiliki dasar hukum/ payung hukum yang secara jelas agar dapat mengenalkan secara lebih intensif kepada dunia internasional. Sehingga, dengan semakin dikenalnya segala potensi di Negara Indonesia dapat mengundang para tourist, trader, dan investor dari luar negeri. Selain itu, warga negara Indonesia akan semakin mencintai negerinya sendiri. Akhirnya, dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. 121
6 b. Tingkat Daerah: setelah pasal khusus tentang pemasaran wilayah di tingkat nasional terbentuk, selanjutnya sangat diharapkan para legislatif dan pemimpin di tiap daerah menindak-lanjuti dengan membuat Peraturan Daerah (Perda) tentang pemasaran daerahnya dan menyertakan rincian strategi dan pendanaan dalam perencanaan daerahnya (RPJPD, RPJMD dan RPJPd Daerah). Keberadaan payung hukum ini (berupa Perda), diharapkan dapat mengatur tentang segala sesuatu yang dibutuhkan oleh tiap daerah untuk memasarkan semua potensinya (infrastruktur, atraksi, citra, penduduk/ sdm-nya) ke daerah lain, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Tujuan dari penambahan pasal khusus untuk pemasaran wilayah di tingkat nasional, serta pembuatan Perda terkait pemasaran wilayah di tiap daerah di atas, adalah: agar tempat kita menjadi menarik untuk dikunjungi/ didatangi/ diminati oleh para target pasar. Sehingga apabila mereka berhasil tertarik, otomatis akan berdampak pada pergerakan ekonomi yang semakin membaik. Dengan semakin membaiknya perekonomian kita pembangunan daerah/ nasional juga membaik. Akhirnya, dengan semakin terbangunnya daerah/ nasional secara merata, diharapkan semakin sejahtera pula masyarakat kita. 6.4 Saran Penelitian Saran penulis kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian terkait place branding di Indonesia untuk: mengambil lokasi penelitian di daerah lain yang dilatar belakangi bukan dari kesamaan budaya dan sejarah melainkan murni untuk peningkatan ekonomi dan dibandingkan dengan wilayah lain dengan latar belakang ekonomi. Hal ini bertujuan agar dapat menghasilkan temuan yang baru terkait faktor-faktor yang mempengaruhinya. Karena hukum dasar ekonomi adalah modal sekecil-kecilnya, untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Jadi, kemungkinan ing yang dilatar belakangi untuk meningkatkan perekonomian murni (profit oriented) kemungkinan dapat lebih berhasil dan bertahan. 122
BAB I PENDAHULUAN. satu, maka yang menjadi tujuan pemasaran adalah brand loyality. Tanpa sebuah brand
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika keseluruhan aktivitas pemasaran harus diringkas menjadi satu kata saja, maka kata yang keluar adalah branding. Jika semua tujuan pemasaran digabung menjadi satu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerekan tempat (Place Branding) saat ini masih merupakan salah satu strategi yang sedang tren digunakan oleh berbagai pemerintah, mulai dari skala kota hingga negara
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Middleton dan konsep pengembangan city brand yang relevan dari berbagai
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari serangkaian kegiatan penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh penulis, yang didasarkan atas model perencanaan komunikasi John Middleton dan konsep pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dalam kondisi ini, para pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran sebuah kota, daerah,dan negara telah menjadi sangat penting saat ini. Dalam kondisi ini, para pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri agar lebih
Lebih terperinciBAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI
BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI 6.1. Kebijakan Pengembangan Investasi di Kabupaten Banyuaesin Konsep dan design arah pengembangan investasi di Kabupaten Banyuasin dibuat dengan mempertimbangkan potensi wilayah
Lebih terperinciBab VI. Penutup. Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa wisata MICE menjadi salah satu wisata yang menjanjikan
Bab VI Penutup 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa wisata MICE menjadi salah satu wisata yang menjanjikan bagi Daerah Istimewa Yogyakarta. Faktor-faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemasyarakatan dan investasi. Dalam perencanaan nation branding terkait
BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nation branding adalah strategi mempresentasikan sebuah negara dengan sasaran menciptakan nilai-nilai reputasi lewat turisme, keadaan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak wilayah potensi parawisata (Bridatul J, 2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak wilayah potensi parawisata (Bridatul J, 2014). Untuk memperkenalkan suatu daerah obyek wisata di berbagai wilayah Indonesia, maka pemerintah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sajian pemberitaan media oleh para wartawan narasumber penelitian ini merepresentasikan pemahaman mereka terhadap reputasi lingkungan sosial dan budaya Kota Yogyakarta.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Semenjak sistem otonomi daerah berbasis desentralisasi di tetapkan oleh pemerintah reformasi pada tahun 1999, para kepala daerah di Indonesia mulai berlomba-lomba
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran pemerintah daerah dalam
159 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran pemerintah daerah dalam pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Sragen, maka dapat disimpulkan sebagai
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Rata-rata kunjungan wisatawan sesudah city branding lebih besar dibanding
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebegai berikut. 1. Rata-rata kunjungan wisatawan sesudah city branding
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. mengalami degradasi. Bali, sebagai daerah yang dibom dan mengandalakan
BAB V KESIMPULAN Peritiwa Bom Bali I dan II benar-benar mengguncang pariwisata Indonesia. Daerah-daerah yang mengandalkan pariwisata sebagai sumber pendapatan utama mendapatkan imbas secara langsung sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pada era globalisasi ini banyak terjadi perubahan-perubahan yang begitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pada era globalisasi ini banyak terjadi perubahan-perubahan yang begitu cepat di bidang ekonomi, sosial, budaya terutama dalam hal informasi. Sebagai masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang mungkin kiranya kita sebagai warga negara Indonesia patut untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pariwisata dan turisme sangat pesat belakangan ini. Terlepas dari isu-isu keamanan yang terjadi di setiap negara, pariwisata tumbuh sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keputusan pembelian. Sehingga pemberian merek (branding) sebenarnya merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merek (brand) merupakan sebuah nama atau simbol (seperti logo, merek dagang, desain kemasan, dan sebagainya) yang dibuat untuk membedakan satu produk dengan
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2008
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan bahwa strategi city branding Yogyakarta
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan paparan data dan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa strategi city branding Yogyakarta sebagai kota budaya melalui event budaya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pelaksanaan place branding yang dilakukan Pemda Kabupaten Purwakarta,
183 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian teori, hasil pengolahan dan analisa data yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Baker dalam Dinnie (2011: xiii) kota dan kota-kota besar lainnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Baker dalam Dinnie (2011: xiii) kota dan kota-kota besar lainnya saat ini semakin menjadi pelaku utama antara wilayah geografis. Persaingan antara kota untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Strategis ( Renstra ) Dinas Kesehatan 2012 2017 Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, merupakan penjabaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebersamaan dengan seseorang. Yakni berbagi informasi, ide atau sikap.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi berasal dari bahasa latin Common yang berarti umum atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu atau kelompok dalam strata sosial tertentu memiliki gaya hidup yang khas yang dapat menjadi simbol prestise dalam sistem stratifikasi sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah. Namun, hal ini menjadi pekerjaan yang tidak mudah bagi kota yang baru
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata dianggap sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi yang berperan penting dalam pertumbuhan devisa negara dan peningkatan pendapatan daerah.
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian saat ini berkaitan dengan kemajuan teknologi yang memungkinkan segala jenis data mengalir cepat melalui serat kabel optik. Selain itu, jenis data didapatkan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil temuan dan hasil pengamatan yang sudah dilakukan hingga proses pembahasan kasus dan lintas kasus maka dapat dirumuskan kesimpulan dari hasil penelitian. Kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap dampak positif yang muncul dari event harus dapat dikelola dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak perusahaan berlomba lomba menyelenggarakan sebuah event yang baik. Event event yang diselenggarakan tersebut sangat beragam, mulai dari launching
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. Dilihat dari perkembanganya, industri jasa penyelenggara MICE (meeting,
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Dilihat dari perkembanganya, industri jasa penyelenggara MICE (meeting, incentive, conference and exhibition) memberikan kontribusi tinggi secara
Lebih terperinciKONSEP PEMASARAN KAWASAN WISATA TEMATIK
KONSEP PEMASARAN KAWASAN WISATA TEMATIK 1. Latar Belakang Tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap beberapa isu dan kecenderungan global seperti: Pelestarian alam dan lingkungan Perlindungan terhadap hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ini menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas pasar
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Implementasi city branding merupakan proses yang membutuhkan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang matang dan melibatkan banyak pihak. City branding merupakan sebuah konsep
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis akan menyimpulkan dari berbagai uraian yang telah
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pada bab ini penulis akan menyimpulkan dari berbagai uraian yang telah dikemukakan. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
Lebih terperinciPANDUAN LOMBA DESAIN LOGO BRANDING BANTUL
PANDUAN LOMBA DESAIN LOGO BRANDING BANTUL Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bantul Jl. RW Monginsidi No 1 Bantul 55711 Daerah Istimewa Yogyakarta LATAR BELAKANG Memasuki era pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Solo sebagai salah satu kota administratif di Jawa Tengah memegang peranan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Solo sebagai salah satu kota administratif di Jawa Tengah memegang peranan penting dalam perkembangan secara regional dan nasional. Solo dikenal sebagai salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman yang terus menerus membuat banyak hal di berbagai aspek untuk melakukan perubahan. Hal tersebut menimbulkan banyaknya persaingan yang mengharuskan adanya
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_
Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Pengembangan kreativitas sebagai usaha yang mendukung peningkatan inovasi baik untuk suatu produk maupun jasa harus senantiasa terus dilakukan. Hal ini salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata sebaiknya tetap menjaga citra tujuan wisata dan lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata telah mengalami perkembangan yang pesat dalam satu dekade belakangan ini. Saat ini, pariwisata merupakan industri jasa terbesar di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era otonomi saat ini, kemampuan setiap daerah dalam memasarkan potensi daerahnya sangatlah penting, karena hal ini akan berpengaruh besar terhadap daya saing suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak di bidang suplai material khususnya di batu kapur,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Reksa Abadi Bersama atau dikenal dengan RAB Group adalah perusahaan yang bergerak di bidang suplai material khususnya di batu kapur, spesialis menangani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan devisa melalui upaya pengembangan dan pengelolaan dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian dan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk mencapai tujuan negara yaitu mewujudkan masyarakat yang
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KAMPUNG WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Ringkasan Temuan Proses Kota Bandung menuju kota kreatif tidak berdasarkan grand design atau tidak direncanakan dari awal oleh Pemerintah, seperti halnya yang terjadi di
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN KUALITAS DAN PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT. BATIK DANAR HADI DI SURAKARTA
STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS DAN PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT. BATIK DANAR HADI DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat membedakan antara kota yang satu dengan kota-kota yang lainnya. Sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merek memberikan identitas yang berbeda pada sebuah kota, sehingga dapat membedakan antara kota yang satu dengan kota-kota yang lainnya. Sebuah merek yang kuat akan
Lebih terperinciABSTRAK DAN RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
ABSTRAK DAN RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI MODEL PENINGKATAN KINERJA USAHA KOPI OLAHAN BERBASIS KELOMPOK DAN KEMITRAAN DI KABUPATEN JEMBER Ketua Peneliti : Prof. Dr.Isti Fadah,Msi
Lebih terperinciBUILDING MATERIAL EXPO
BUILDING MATERIAL EXPO 26 30 APRIL 2017 JEC HALL A ORGANIZED BY. SUPPORTED BY. LOGO EXINDO 26-30 HALL A APRIL 2017 JEC BIMEX 2017 Apa itu BIMEX? Pameran Bahan bangunan 2017 akan digelar kembali di gedung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan pembangunan daerah senantiasa
Lebih terperinciPENGUATAN KELEMBAGAAN DAN BRANDING DESA WISATA SONDAKAN KOTA SURAKARTA.
PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN BRANDING DESA WISATA SONDAKAN KOTA SURAKARTA 1 Andre N. Rahmanto, 2 Susantiningrum, 3 Chairul Huda Atma D 1,2 Prodi PAP FKIP UNS 3 Prodi Magister Pendidikan Ekonomi UNS Email:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagaimana suatu kota mengawasi dan mengenalkan wilayahnya serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Di era globalisasi ini persaingan antar kota menjadi semakin nyata, terlihat dari bagaimana suatu kota mengawasi dan mengenalkan wilayahnya serta memaksimalkan potensi-potensi
Lebih terperinciLAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN TEMU FEDEP SUBOSUKAWONOSRATEN TEMA PENGUATAN KELEMBAGAAN FEDEP UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF SUBOSUKAWONOSRATEN Surakarta, 27 April 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PELAKSANAAN FESTIVAL KEBUDAYAAN JEMBER FASHION CARNAVAL DI KABUPATEN JEMBER
BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PELAKSANAAN FESTIVAL KEBUDAYAAN JEMBER FASHION CARNAVAL DI KABUPATEN JEMBER Hakikat kemaslahatan dalam Islam adalah segala bentuk kebaikan dan manfaat yang
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. yaitu PT. Layindo Swarna Dwipa dan PT. Layindo Surya Gemilang.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Saving Trade International merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang investasi modal. Perusahaan ini beralamat di Sampoerna Strategic Square
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi satu dimensi baru, yaitu Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.2 Latar belakang Pada masa sekarang, seluruh predikat Yogyakarta itu luluh dan berkembang menjadi satu dimensi baru, yaitu Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata. Peranannya sebagai
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciMENINGKATKAN INVESTASI DAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN
MENINGKATKAN INVESTASI DAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Seminar Investasi oleh LEKPIS, Dengan Tema : Peran Pemerintah Meningkatkan Investasi dan Daya Saing Produk Unggulan
Lebih terperinciLAPORAN EXECUTIVE KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN SENI DAN BUDAYA DAERAH KOTA BANDUNG (Kerjasama Kantor Litbang dengan PT. BELAPUTERA INTERPLAN) Tahun 2005
LAPORAN EXECUTIVE KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN SENI DAN BUDAYA DAERAH KOTA BANDUNG (Kerjasama Kantor Litbang dengan PT. BELAPUTERA INTERPLAN) Tahun 2005 1.1 Latar Belakang Seni dan budaya daerah mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik
19 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik adalah dengan sistem pembangunan ekonomi nasional. Sejak era reformasi bergulir, pemerintah
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini industri tumbuh dan berkembang dengan pesat serta ditunjang perkembangan teknologi tiada henti dan sangat dinamis. Salah satu produk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata telah menjadi salah satu sektor perekonomian utama di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata telah menyumbangkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya
Lebih terperinciBAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN RPJMD Kota Mojokerto Tahun 2014 2019 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah selama 5 (lima) tahun mendatang, yang dalam penyusunannya
Lebih terperinciDRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016
DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Implementasi perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) atau biasa disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara umum perjanjian ini bertujuan
Lebih terperinciSTRATEGI SUSTAINABLE MARKETING ENTERPRISE DALAM PENGEMBANGAN WIDYAISWARA MENDUKUNG CITRA LEMBAGA KEDIKLATAN YANG DIPERHITUNGKAN
STRATEGI SUSTAINABLE MARKETING ENTERPRISE DALAM PENGEMBANGAN WIDYAISWARA MENDUKUNG CITRA LEMBAGA KEDIKLATAN YANG DIPERHITUNGKAN ABSTRAK Widyaiswara merupakan salah satu alternatif jabatan dalam pengembangan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lainnya akan berbeda dalam bentuk strukturalisasi manajemen dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap manajemen dan organisasi atau perusahaan yang satu dengan yang lainnya akan berbeda dalam bentuk strukturalisasi manajemen dan operasional usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki daya tarik wisata dan merupakan kota tujuan wisata yang paling diminati oleh wisatawan, dilihat dari
Lebih terperinciBAB VI RINGKASAN TEMUAN, KONTRIBUSI TEORITIK, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN
BAB VI RINGKASAN TEMUAN, KONTRIBUSI TEORITIK, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN Bab ini berisi ringkasan hasil temuan penelitian, kontribusi penelitiam terhadap perkembangan teori, implikasi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, KETERBATASAN & IMPLIKASI
BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN & IMPLIKASI 5.1. Simpulan Dari hasil evaluasi strategi, analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang ada dalam industri BBM Retail Indonesia, maka diperoleh kesimpulan
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN RAPAT KOORDINASI PENINGKATAN PELAKSANAAN PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI JAWA TENGAH TAHUN 2016
KERANGKA ACUAN KEGIATAN RAPAT KOORDINASI PENINGKATAN PELAKSANAAN PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI JAWA TENGAH TAHUN 2016 A. PENDAHULUAN. Perubahan tingkat kesadaran masyarakat memunculkan kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dimana karena adanya tuntutan global bagi kota-kota di dunia untuk berebut investor,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah City brandingdalam kurun waktu satu dasawarsa ini mejaditopik bahasan utama di kalangan ahli tata kota, pemerintah daerah, biro advertising, dan akademisi. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya alam maupun kebudayaan unik dan tidak dimiliki oleh Negara lain. Oleh karena itu, Indonesia menjadi
Lebih terperinciMendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan
Lebih terperinci-i- DAFTAR ISI. Kata Pengantar... BAB I PENDAHULUAN... 1
-i- -i- DAFTAR ISI Kata Pengantar... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud... 1 C. Ruang Lingkup... 1 D. Dasar Hukum... 1 E. Pengertian Umum... 2 BAB II PENYELENGGARAAN KEGIATAN SOSIALISASI...
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP GUBERNUR JAMBI, H. HASAN BASRI AGUS
BAB VII PENUTUP Penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lingkup Pemerintah Provinsi Jambi Tahun 2010~2015 merupakan pedoman dan arahan bagi masing-masing SKPD dalam pelaksanaan
Lebih terperinciVISI KOTA SURAKARTA. Terwujudnya Kota Solo sebagai Kota budaya yang bertumpu pada potensi perdagangan, jasa, pendidikan, pariwisata dan olah raga.
Oleh : PEMERINTAH KOTA SURAKARTA Sidoarjo, 16 Juni 2015 VISI KOTA SURAKARTA Terwujudnya Kota Solo sebagai Kota budaya yang bertumpu pada potensi perdagangan, jasa, pendidikan, pariwisata dan olah raga.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya melalui penilaian posisi perkembangan dan faktor - faktor yang mempengaruhinya maka dapat disimpulkan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D
ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D 098 448 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berjalannya kegiatan usaha dari perusahaan di suatu negara akan melibatkan pihak-pihak atau lingkungan sekitarnya sebagai penunjang bergeraknya kegiatan bisnis
Lebih terperinciHUMAS & HUBUNGAN PERS (MEDIA RELATIONS)
HUMAS & HUBUNGAN PERS (MEDIA RELATIONS) PERANAN MEDIA RELATIONS DALAM STRATEGI KEHUMASAN Sasaran utama Humas Strategi program kerja humas Corporate PR Stake holder relations Marketing PR In house journal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dunia global yaitu meliputi semua negara-negara yang ada di dunia.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, persaingan di dalam dunia bisnis semakin pesat. Persaingan bisnis tidak hanya terjadi di Indonesia saja, namun juga terjadi di dunia global
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan uraian teori, hasil pengolahan dan analisa data yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja
Lebih terperinciB A P P E D A D A N P E N A N A M A N M O D A L P E M E R I N T A H K A B U P A T E N J E M B R A N A. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang U ntuk menindak lanjuti diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 maka dalam pelaksanaan otonomi daerah yang harus nyata dan bertanggung
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model
Lebih terperinciDAFTAR ISI EVENT TAHUNAN KEGIATAN BIDANG KEGIATAN PELAYANAN KEANGGOTAAN PROGRAM KERJASAMA MITRA 2017
DAFTAR ISI EVENT TAHUNAN Jakarta Design Week --- 1 IAI Jakarta Awards --- 2 KEGIATAN BIDANG Forum Arsitek --- 3 Magazine Book IAI Jakarta --- 5 Architect s Job Book --- 6 KEGIATAN PELAYANAN KEANGGOTAAN
Lebih terperinciBab V PENUTUP A. Kesimpulan
Bab V PENUTUP A. Kesimpulan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta terbentuk atas inisiasi dari Wali Kota Surakarta Joko Widodo pada tahun 2005 untuk memperpendek waktu pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Inggris dan mulai sangat populer hingga dekade ke 20. Definisi Humas menurut Denny Griswold dalam buku Dasar- Dasar Public
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Public Relations Hubungan Masyarakat atau Public Relations saat ini sangat populer di Indonesia, banyaknya jumlah perusahaan swasta maupun instansi pemerintahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri keuangan yang lain, salah satu indikatornya adalah industri asuransi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini industri asuransi tidak kalah jika dibandingkan dengan industri keuangan yang lain, salah satu indikatornya adalah industri asuransi tetap mencatat
Lebih terperinci