BAB V PENUTUP. a. Forum Informal; b. Studi Banding; c. Focus Group Discussion (FGD); d.

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dalam perencanaan strategis Solo Science Center sebagai pusat peraga iptek Kota Surakarta dilakukan dengan 9 tahapan oleh Bappeda Kota Surakarta, yaitu : a. Forum Informal; b. Studi Banding; c. Focus Group Discussion (FGD); d. Pembentukan Tim Teknis Daerah; e. Workshop; f. Penyusunan Dokumen Solo Science Center; g. Soft Launching Solo Science Center; h. Pendampingan; i. Grand Lanching Solo Science Center. Dari 9 tahapan tersebut, hasil analisis penelitian menjelaskan bahwa tahapan yang dilakukan oleh Bappeda Kota Surakarta dalam perencanaan strategis Solo Science Center sebagai pusat peraga iptek Kota Surakarta terdapat 5 dari 8 tahapan teori Bryson yang dilakukan. 5 tahapan yang dilakukan yaitu : a. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis; b. Mengidentifikasi mandat organisasi; c. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi; d. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu; e. Menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan organisasi. Dari 5 tahapan yang dilakukan oleh Bappeda Kota Surakarta, masih ada yang belum maksimal. Diantaranya belum melibatkan beberapa stakeholder terkait pendirian Solo Science Center, seperti masyarakat, LSM, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta, dan Dinas Pariwisata Kota 169

2 170 Surakarta. Selain itu juga dalam tahapan perencanaan strategisnya masih belum sesuai dengan yang diharapkan, dimana komitmen dari pemerintah Kota Surakarta belum siap untuk melanjutkan tahapan perencanaan strategis Solo Science Center sebagai pusat peraga iptek Kota Surakarta. Selain itu, juga belum ada kejelasan secara rinci kedepannya Solo Science Center apakah bisa menjadi sebuah lembaga yang mandiri sehingga terwujudnya pusat peraga iptek yang dapat berkontribusi positif bagi pemerintah Kota Surakarta dalam rangka pengembangan dan pembudayaan iptek.. Disisi lain, terdapat 3 tahapan yang tidak dilakukan oleh Bappeda Kota Surakarta, yaitu menilai lingkungan eksternal organisasi, menilai lingkungan internal organisasi, dan mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi. Tahapan menilai lingkungan eksternal dan internal organisasi merupakan tahapan yang juga disebut sebagai analisis SWOT dengan menilai kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). Permasalahan yang muncul karena tidak dilakukannya tahapan ini adalah munculnya ancaman dan kelemahan yang tidak diprediksi sebelumnya. Selain itu, organisasi juga tidak dapat memanfaatkan peluang dan kekuatan yang dimilikinya untuk mengembangkan potensi yang ada. Selanjutnya, tahapan yang tidak dilakukan adalah tahapan identifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi. Dengan tidak melalui tahapan identifikasi isu strategis yang dihadapi oleh organisasi, hal ini dapat memberikan pengaruh dan indikasi munculnya permasalahan yang akan terjadi seperti halnya tidak dapat

3 171 berkembangnya Solo Science Center dikarenakan faktor-faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi buruknya pembagian kewenangan pelaksanaan tugas dalam operasional Solo Science Center dan kekurangan dana anggaran operasional Solo Science Center. Faktor eksternal meliputi buruknya kerja sama yang bangun oleh Solo Science Center sehingga tidak adanya hubugan kerja sama yang baik dengan pihak luar. Dengan demikian, Bappeda Kota Surakarta tidak menggunakan keseluruhan dari teori proses perencanaan strategis Bryson. Walaupun perencanaan strategis yang dilakukan oleh Bappeda Kota Surakarta merupakan proses perencanaan jangka panjang yang terorganisasi dan digunakan untuk menentukan serta mencapai tujuan-tujuan organisasi, namun dalam perumusannya masih terdapat tahapan penting yang belum dilakukan. Dalam pencapaian sasaran-sasaran akan berhasil sangat bergantung pada strategi-strategi yang ditetapkan secara sistematis dalam perencanaannya. Dalam perencanaan strategis, jika dilakukan dengan baik tentu akan memberikan manfaat yang besar dan dapat pula memperkecil semua efek samping yang tidak menguntungkan. Dalam suatu perencanan strategis, jika dilakukan dengan baik tentu akan memberikan manfaat yang besar dan dapat pula memperkecil semua efek samping yang tidak menguntungkan.

4 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penulis memberikan saran terkait dengan perencanaan strategis Solo Science Center sebagai pusat peraga iptek Kota Surakarta sebagai berikut : 1. Bappeda Kota Surakarta sebaiknya melakukan sinkronisasi teori perencanaan strategis yang lebih komprehensif seperti halnya teori Bryson dalam penelitian ini, agar diperoleh hasil yang lebih akurat. 2. Perlu mempertimbangkan peran masyarakat dan LSM, karena setidaknya dapat membantu untuk memberikan dukungan kepada pemerintah berupa aksi sosialisasi, pandangan, serta saran dalam pengembangan Solo Science Center menuju kemandirian. 3. Perlu menggandeng kerja sama instansi pemerintah daerah lintas sektoral dalam pengembangan Solo Science Center sebagai pusat peraga iptek Kota Surakarta, seperti Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta dan juga Dinas Pariwisata Kota Surakarta. Dalam hal ini, Bappeda Kota Surakarta harus mampu sebagai koordinator dalam pengembangan Solo Science Center menuju kemandirian. 4. Penggunaan analisis SWOT yang meliputi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat) yang dihadapi organisasi dengan metode yang sistematis dalam menilai lingkungan eksternal dan lingkungan internal organisasi untuk menghindarkan

5 173 munculnya ancaman dan kelemahan, serta dapat memanfaatkan adanya peluang dan kekuatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. 5. Perlu adanya identifikasi isu-isu strategis yang dihadapi organisasi untuk menghindarkan dari permasalahan yang dapat terjadi, seperti halnya tidak dapat berkembangnya Solo Science Center dikarenakan faktor-faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi buruknya pembagian kewenangan pelaksanaan tugas dalam operasional Solo Science Center dan kekurangan dana anggaran operasional Solo Science Center. Faktor Eksternal meliputi buruknya kerja sama yang bangun oleh Solo Science Center sehingga tidak adanya hubugan kerja sama yang baik dengan pihak luar. 6. Perlu adanya dukungan komitmen yang lebih kuat lagi dari Bappeda Kota Surakarta untuk mempersiapkan arah tujuan didirikannya Solo Science Center sebagai lembaga yang mandiri, sehingga muncul kejelasan kedepannya dapat mewujudkan Solo Science Center sebagai lembaga pusat peraga iptek yang dapat berkontribusi positif bagi pemerintah Kota Surakarta dalam rangka pengembangan dan pembudayaan iptek.