BAB I PENDAHULUAN. Tentang isi keadilan sukar untuk memberi batasannya. Aristoteles
|
|
- Iwan Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tentang isi keadilan sukar untuk memberi batasannya. Aristoteles membedakan adanya dua macam keadilan sebagaimana dikutip oleh Sudikno Mertokusumo dalam bukunya, yaitu justitia distributiva (distributive justice, verdelende atau begevende gerechtigheid) dan justitia commutativa (remedial justice, vergeldende atau ruilgerechtigheid) 1. Justitia distributiva menuntut bahwa setiap orang mendapat apa yang menjadi hak atau jatahnya : suum cuique tribuere (to each his own). Jatah ini tidak sama untuk setiap orangnya, tergantung pada kekayaan, kelahiran, pendidikan, kemampuan dan sebagainya; sifatnya adalah proporsional. Hal yang dinilai adil disini adalah apabila setiap orang mendapatkan hak atau jatahnya secara proporsional mengingat akan pendidikan, kedudukan, kemampuan, dan sebagainya. Justitia distributiva merupakan tugas pemerintah terhadap warganya, menentukan apa yang dapat dituntut oleh warga masyarakat. Justitia commutativa memberi kepada setiap orang sama banyaknya. Dalam pergaulan di dalam masyarakat justitia commutativa merupakan kewajiban setiap orang terhadap sesamanya. Di sini yang dituntut adalah kesamaan. Dinamakan adil ialah apabila 1 Sudikno Mertokusumo, 2007, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm. 78
2 2 setiap orang diperlakukan sama tanpa memandang kedudukan dan sebagainya 2. Dapat disederhanakan bahwa justitia distributiva atau keadilan distributif menuntut keadilan yang sesuai dengan keadaan pribadi seseorang, sementara justitia commutativa atau keadilan komutatif tidak membedakan keadilan seseorang berdasarkan pribadinya, namun sama rata. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya 3. Seperti itulah bunyi Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Hal ini menunjukkan bahwa hukum tidak membedakan keadilan bagi setiap orang, atau apabila dihubungkan dengan konsep keadilan oleh Aristoteles, merupakan justitia commutativa atau keadilan komutatif. Merupakan tugas seorang hakim di persidangan untuk tidak membeda-bedakan seseorang yang sedang diadili. Sementara itu hukum pidana, mengenal adanya kualitas pribadi seseorang dalam melakukan tindak pidana. Kualitas pribadi inilah yang membedakan seseorang dengan orang yang lainnya dalam hal pertanggungjawaban pidana. Tidak semua perbuatan pidana dapat dipertanggungjawabkan oleh pelakunya, karena bisa saja di dalam diri si pelaku melekat faktor-faktor atau alasan-alasan penghapus pidana. Sehingga hakim harus memperhatikan keadaan diri dari si pelaku tindak pidana yang berarti dalam hukum pidana mengenal justitia distributiva atau keadilan distributif. 2 Ibid., hlm Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3 3 Kasus malapraktik kembali menjadi topik menarik dalam isu hukum pidana setelah beberapa kasus mencuat ke media yang salah satu kasus paling menarik ialah mengenai kasus dr. Ayu dan kawan-kawan yang sampai pada tingkat Peninjauan Kembali di Mahkamah Agung. Secara sederhana malapraktik dapat diartikan sebagai suatu kesalahan dari sebuah tindakan yang seharusnya dilakukan, namun lebih dikenal sebagai kesalahan di bidang kedokteran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, malapraktik berarti praktik kedokteran yang salah, tidak tepat, menyalahi undang-undang atau kode etik 4. Banyak tindakan medis yang berpotensi menimbulkan adanya malapraktik, seperti contohnya pemberian resep dokter, operasi medis, atau hanya sekedar pemeriksaan dokter untuk diagnosis. Kesalahan-kesalahan seperti ini tentunya sangat membahayakan bagi kesehatan pasien, karena dapat memperburuk kondisi kesehatan pasien, bahkan sampai menyebabkan pasien meninggal dunia. Kesalahan yang paling berisiko adalah kesalahan pada saat tindakan operasi medis, sehingga membutuhkan ketelitian dan kesalahan sedikit saja tidak bisa ditoleransi. Menjadi tenaga medis terutama dokter memanglah bukan sebuah pekerjaan yang ringan, tanggung jawabnya adalah nyawa manusia. Kode etik kedokteran sudah tentu mewajibkan seorang dokter untuk memberikan bantuan kesehatan yang terbaik untuk pasiennya. Dokter sebagai profesi luhur dituntut memiliki etika, moral, dan keahlian dalam melaksanakan praktik kedokteran yang merupakan 4 Definisi Malapraktik, diakses pada tanggal 2 Desember 2014, Pukul 19.00
4 4 rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Bentuk konkret dari tuntutan tersebut dapat terlihat dalam kewajiban dokter yang tercantum dalam Pasal 51 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran yaitu 5 : (1) memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien; (2) merujuk pasien ke dokter dan dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan; (3) merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia; (4) melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; (5) menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi. Meskipun begitu tetap dimungkinkan seorang dokter melakukan kesalahan dalam praktiknya. Sebagai ilustrasi bisa dilihat pada contoh kasus yang terjadi kepada dr. Ayu, dr. Hendry Simanjuntak, dan dr. Hendy Siagian, yang melakukan operasi cesar terhadap seorang ibu bernama Julia Fransiska yang melahirkan, namun karena adanya kesalahan sehingga menyebabkan ibu tersebut meninggal dunia beberapa saat setelah melahirkan anaknya. Pada kasus dr. Ayu ini, Pengadilan Negeri Manado membebaskan ketiga dokter yang dilaporkan melakukan malapraktik tersebut karena tidak terbukti melakukan kesalahan dan melakukan operasi sesuai prosedur yang berlaku. Jaksa yang tidak puas dengan 5 Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
5 5 putusan pada pengadilan tingkat pertama pun mengajukan kasasi yang akhirnya memutus bersalah dr. Ayu dan kawan-kawan selama 10 bulan penjara lantaran dianggap telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana perbuatan yang karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain. Walaupun setelah itu dr. Ayu dan kawan-kawan dinyatakan bebas melalui putusan Peninjauan Kembali yang menyatakan bahwa putusan pada pengadilan tingkat pertama sudah benar, namun yang menjadi menarik ialah mengenai pertanggungjawaban ketiga dokter yang menangani operasi tersebut. Sanksi pidana yang dijatuhkan kepada dr. Ayu, dr. Hendry Simanjuntak, dan dr. Hendry Siagian adalah sama yaitu pidana penjara 10 bulan. Sebuah tindakan medis seperti operasi dapat dipastikan tujuannya ialah untuk menyembuhkan seseorang dari penyakit dan bukan untuk mencelakainya, sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam teori pembantuan dan penyertaan dalam doktrin hukum pidana, karena teori pembantuan dan penyertaan ialah diperuntukkan untuk pelaku yang secara sengaja beritikad untuk melakukan tindak pidana. Meskipun demikian dalam hal terjadinya malapraktik sudah seharusnya dilihat peran masingmasing tenaga medis dalam hal ini dokter yang terlibat dalam melakukan kesalahan. Sangat dimungkinkan dalam sebuah tindakan operasi terjadi malapraktik yang mana tindakan yang merugikan dan membahayakan pasien dilakukan oleh hanya satu orang dokter dalam sebuah tim operasi, bisa saja hanya pelaksana operasinya, atau salah satu asistennya saja. Bila dikaitkan dengan malapraktik medis dalam sebuah operasi bahwa dapat atau tidaknya dokter dalam
6 6 sebuah tim operasi bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan oleh rekannya. Akan menjadi sangat tidak adil bagi seorang dokter yang terlibat dalam sebuah operasi yang berujung malapraktik namun turut dipidana karena operasi tersebut terbukti secara sah dan meyakinkan berujung kepada malapraktik yang dilakukan oleh rekan satu tim operasinya. Masih sangat samar hal yang menjadi pertimbangan seperti pada kasus contoh dr. Ayu yang berujung pada vonis pidana penjara dengan berat yang sama. Tidak ada tolok ukur yang jelas sebab bisa sama vonis yang dijatuhkan kepad dr. Ayu dan rekannya, melihat peranan masingmasing orang berbeda-beda dalam kasus tersebut, sehingga perlu diteliti lebih lanjut bagaimana penerapan asas kesalahan dalam kasus seperti itu. Berangkat dari deskripsi yang telah dijelaskan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Penerapan Asas Culpabilitas terhadap Pelaksana Operasi dan Asisten Operasi dalam tim dokter pada Kasus Malapraktik Tindakan Operasi B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan beberapa masalah, yaitu: 1. Bagaimana penerapan asas culpabilitas terhadap pelaksana operasi dan asisten operasi dalam tim dokter pada kasus malapraktik tindakan operasi? 2. Bagaimana pertanggungjawaban pelaksana operasi dan asisten operasi dalam tim dokter pada kasus malapraktik tindakan operasi?
7 7 C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai peneliti melalui penelitian ini dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu sebagai berikut: 1. Tujuan Subjektif Untuk memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Hukum guna mencapai kelulusan dan memperoleh gelar sarjana 2. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui distribusi kesalahan antara pelaksana operasi dan asisten operasi dalam tim dokter pada sebuah malapraktik operasi medis b. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pelaksana operasi dan asisten operasi dalam sebuah tim dokter pada sebuah malapraktik operasi medis D. Keaslian Penelitian Berdasarkan pengamatan peneliti, belum ada penelitian-penelitian maupun karya-karya ilmiah sejenis yang membahas dan menganalisis permasalahan yang sama persis dengan penelitian ini. Sepanjang pengamatan peneliti, ada dua penelitian sejenis yang membahas hanya sebagian unsur dari penelitian ini dan memiliki subjek atau objek penelitian yang berbeda, diantaranya: 1. Penelitian untuk penulisan hukum strata 2 (dua) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Magister Litigasi tentang Pertanggungjawaban Dokter dalam
8 8 Kasus Malapraktik Terhadap Pasien yang dilakukan oleh Franky Jaldrin Sahetapy pada tahun 2010 dengan rumusan masalah 6 : a. Bagaimanakah pertanggungjawaban hukum pidana dokter dalam kasus malapraktik di Indonesia? b. Bagaimana bentuk perlindungan hukum pidana terhadap pasien akibat perbuatan malapraktik yang dilakukan oleh dokter? Dalam penelitian tersebut di atas, meskipun terdapat satu rumusan masalah yang hampir sama bila dilihat sekilas yaitu pada rumusan masalah yang pertama, namun terdapat perbedaan yaitu pada penelitian peneliti yang dikaji ialah asas kesalahan atau asas culpabilitas terhadap dokter dalam sebuah tim dokter dalam sebuah operasi baik sebagai operator maupun asisten operasi yang melakukan malapraktik. Pada pembahasannya, peneliti pada penelitian di atas menitikberatkan kepada pertanggungjawaban dokter yang telah melakukan malapraktik, sementara penelitian ini dititikberatkan kepada penerapan asas kesalahan kepada kepala tim operasi yang disebut operator atau pelaksana operasi dan asisten operasi yang membantu jalannya operasi tersebut. Hal ini dikarenakan tindakan yang dilakukan oleh masing-masing dokter dalam sebuah tim operasi saling terkait dan memerlukan izin dari pelaksana operasi. Masalah yang akan dibahas secara lebih dalam adalah mengenai distribusi kesalahan apabila terjadi malapraktik dalam sebuah operasi, meskipun pada akhirnya 6 Franky Jaldrin, 2010, Pertanggungjawaban Dokter dalam Kasus Malapraktik Terhadap Pasien, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Litigasi Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada
9 9 akan sampai kepada masalah pertanggungjawaban dokter dalam hukum pidana, namun ditinjau dari sebuah tim operasi. Kemudian untuk rumusan masalah yang kedua, penelitian di atas menitikberatkan pada perlindungan hukum terhadap pasien korban malapraktik, sementara pada penelitian ini menitikberatkan pada perlindungan dokter yang menjadi bagian dari sebuah tim operasi, yang mana bisa saja ikut mempertanggungjawabkan kesalahan dalam sebuah kasus malapraktik dimana yang melakukan kesalahan ialah rekan satu timnya, namun ikut dipidana karena dianggap terlibat dalam sebuah operasi yang berujung malapraktik. 2. Penelitian untuk penulisan hukum strata 1 (satu) Fakultas Hukum Universitas Indonesia tentang Pertanggungjawaban Pidana Dokter Pada Kasus Malpraktek yang dilakukan oleh Kanina Cakreswara pada tahun 2012 dengan rumusan masalah 7 : a. Apakah definisi dan ruang lingkup malpraktek medis? b. Bagaimana pertanggungjawaban pidana dokter pada kasus malpraktek dalam berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia? c. Bagaimana penerapan pertanggungjawaban pidana dokter pada kasus malpraktek dalam kenyataannya? 7 Kanina Cakreswara, 2012, Pertanggungjawaban Pidana Dokter dalam Kasus Malpraktek, Skripsi Program Sarjana Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
10 10 Dalam penelitian tersebut di atas, fokus masalah terdapat pada perbandingan antara pertanggungjawaban malapraktik dalam peraturan perundang-undangan dan penerapannya dalam kenyataan yang berlaku atau perbandingan das sollen dan das sein. Dalam pembahasannya, penelitian tersebut diatas menitikberatkan kepada analisis hukum positif yang berlaku apabila terjadi sebuah kasus malapraktik tidak menganalisis hukum yang seharusnya seperti penelitian peneliti. Setelah menganalisis peraturan perundang-undangan yang berlaku, kemudian peneliti pada penelitian tersebut membandingkannya dengan kenyataan atau das sein penerapan pertanggungjawaban dokter pada kasus malapraktik di kenyataannya. Pada rumusan masalah yang ketiga dari penelitian di atas pun sebenarnya dibahas mengenai pertanggungjawaban dokter pada kasus malapraktik, namun tidak secara spesifik membahas mengenai masalah operasi dengan subjek pelaksana operasi dan asisten operasi dalam sebuah tim dokter apabila terjadi malapraktik, sehingga berbeda dengan penelitian peneliti yang secara khusus membahas pertanggungjawaban dokter dalam sebuah tim dokter yang saling memiliki keterkaitan dalam melaksanakan tanggungjawabnya pada sebuah operasi. Kedua penelitian di atas memiliki perbedaan baik dari segi masalah yang diteliti maupun dari segi subjek atau objek penelitiannya. Oleh karena itu meskipun ada rumusan masalah yang hampir sama dan tema yang sama yaitu mengenai pertanggungjawaban dokter dalam sebuah kasus malapraktik
11 11 operasi, namun penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang sejenis namun tidak sama daripada penelitian tersebut di atas. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini diharapkan dapat berguna bagi: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan (Teori) Peneliti berharap bahwa hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu hukum khususnya dalam hukum pidana. Dewasa ini kerap muncul kasus-kasus malapraktik yang diakibatkan oleh kelalaian tenaga kesehatan seperti dokter maupun perawat terutama dalam sebuah tindakan operasi, yang pertanggungjawabannya masih belum ada tolok ukur yang jelas karena pada sebuah operasi terdapat beberapa tenaga kesehatan dengan peran yang berbeda-beda, sehingga diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat diketahui secara jelas bagaimana asas kesalahan dapat diterapkan pada sebuah tim dokter dalam kasus malapraktik. 2. Bagi Ilmu Praktis (Praktik) Peneliti berharap bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk aparat penegak hukum, terutama hakim, yang menjadi palang pintu terakhir penegakan hukum di Indonesia, serta masyarakat agar tenaga kesehatan agar mengetahui konsekuensi dan batasan-batasan kesalahan yang dapat dibebankan
12 12 tanggung jawab kepada mereka apabila berbuat kesalahan dalam tindakantindakannya yang berujung malapraktik.
BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris sebagai pejabat umum merupakan salah satu organ Negara yang dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum kepada masyarakat, teristimewa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa waktu terakhir ini di beberapa media massa seringkali isu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa waktu terakhir ini di beberapa media massa seringkali isu Malapraktik Medis menjadi salah satu pemberitaan yang santer dan menjadi topik pembicaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa dari para dokter. Dokter merupakan tenaga medis yang menjadi pusat
1" BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yang selanjutnya disebut dengan UUPK merupakan dasar hukum bagi profesi dokter dan penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya kehidupan manusia dalam bermasyarakat, banyak sekali terjadi hubungan hukum. Hubungan hukum tersebut, baik peristiwa hukum maupun perbuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara sebagai pemegang kekuasaan tertinggi memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga negaranya. Di dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan bangsa dan negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
Lebih terperinciBAB III ANALISA HASIL PENELITIAN
BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa Yuridis Malpraktik Profesi Medis Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 merumuskan banyak tindak pidana
Lebih terperinciBAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA
BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA A. Batasan Pengaturan Tindak Pidana Kekekerasan Fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah mengalami beberapa kali revisi sejak pengajuannya pada tahun 2011, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 30
Lebih terperinciPEMBUKTIAN MALPRAKTIK
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 PEMBUKTIAN MALPRAKTIK Syarifah Hidayah
Lebih terperinciInform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L
Inform Consent Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L 1 PENDAHULUAN Malpraktek pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional (profesi) yang bertentangan dengan Standard Operating Procedure
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Justru yang utama dan mendasar ada di dalam Undang Undang Praktek. kelalaian dalam melaksanakan profesi dalam undang-undang praktek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem hukum Indonesia yang salah satu komponennya adalah hukum substantif, diantaranya hukum pidana, hukum perdata dan hukum administrasi. Justru yang utama dan mendasar
Lebih terperinciPEMBATALAN SANKSI DISIPLIN PROFESI KEDOKTERAN OLEH PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
PEMBATALAN SANKSI DISIPLIN PROFESI KEDOKTERAN OLEH PENGADILAN TATA USAHA NEGARA Andryawan 1 1 Fakultas Hukum, Universitas Tarumanagara Jakarta Email: andryawan@fh.untar.ac.id ABSTRAK Dokter merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap manusia yang ada di muka bumi ini. Maka dalam. membicarakan hukum tidak dapat lepas dari membicarakan tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan setiap manusia yang ada di muka bumi ini. Maka dalam membicarakan hukum tidak dapat lepas dari
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mempunyai tiga arti, antara lain : 102. keadilanuntuk melakukan sesuatu. tindakansegera atau di masa depan.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Menurut Black's Law Dictionary, tanggung jawab (liability) mempunyai tiga arti, antara lain : 102 a. Merupakan satu kewajiban terikat dalam hukum atau keadilanuntuk
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN. 1. Peraturan Non Hukum (kumpulan kaidah atau norma non hukum)
BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN Peraturan tertulis maupun tidak tertulis, dilihat dari bidang pengaturannya, dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: 25 1. Peraturan Non Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Globalisasi menyebabkan ilmu pengetahuan kian berkembang pesat termasuk bidang ilmu hukum, khususnya dikalangan hukum pidana. Banyak perbuatan-perbuatan baru yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan perlindungan hukum menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum dan tidak berdasarkan kekuasaan semata, hal ini berdasarkan penjelasan umum tentang sistem pemerintahan negara Indonesia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA
16 BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum. berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Keberadaan
Lebih terperinciMasalah Malpraktek Dan Kelalaian Medik Dalam Pelayanan Kesehatan. Written by Siswoyo Monday, 14 June :21
Di dalam berbagai tulisan bahwa penggunaan istilah malpraktek (malpractice) dan kelalaian medik (medical negligence) di dalam pelayanan kesehatan sering dipakai secara bergantian seolah-olah artinya sama,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus ditunaikannya dimana ia berkewajiban untuk menangani hal-hal yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Profesi dokter dipandang sebagai profesi yang mulia dan terhormat dimata masyarakat. Namun pada pelaksanaannya, seorang dokter memiliki tanggungjawab besar yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 diperbaharui dan dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris yang untuk selanjutnya dalam penulisan
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hukum Terhadap Putusan Pengadilan Negeri No.
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM DALAM PUTUSAN NOMOR 90/PID.B/2011/PN.MDO TENTANG TINDAK PIDANA MALPRAKTIK DOKTER YANG MENYEBABKAN KEMATIAN IBU MELAHIRKAN A. Analisis Pertimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap orang. Dalam
12 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap orang. Dalam kondisi sehat, orang dapat berpikir dan melakukan segala aktifitasnya secara optimal dan menghasilkan
Lebih terperinci2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang
No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER MANDIRI Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari semakin memprihatinkan terlebih di Indonesia. Narkotika seakan sudah menjadi barang yang sangat mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerapannya. Namun demikian, jika ditinjau lebih dalam lagi, maka kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia hukum dan dunia kesehatan merupakan dua disiplin ilmu yang jika dilihat secara sepintas tidak memiliki korelasi secara langsung dalam penerapannya. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kehadiran notaris sebagai pejabat publik adalah jawaban dari kebutuhan masyarakat akan kepastian hukum atas setiap perikatan yang dilakukan, berkaitan
Lebih terperinciPERANAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES PERKARA PIDANA PENGADILAN NEGERI
PERANAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES PERKARA PIDANA PENGADILAN NEGERI Oleh : Ruslan Abdul Gani ABSTRAK Keterangan saksi Ahli dalam proses perkara pidana di pengadilan negeri sangat diperlukan sekali untuk
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum mempunyai berbagai cara dan daya upaya untuk menjaga ketertiban dan keamanan dimasyarakat demi terciptanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Prinsip Negara hukum menjamin kepastian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah memajukan kesejahteraan bangsa. Salah satunya adalah dalam bidang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan nasional yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 adalah memajukan kesejahteraan bangsa. Salah satunya adalah dalam bidang kesehatan (Hanafiah dan Amir,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ini dibutuhkan agar masyarakat memiliki kesadaran agar tertib dalam berlalu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan berlalu lintas Masyarakat Indonesia telah memiliki suatu ketentuan hukum yang mengatur mengenai lalu lintas dan angkutan jalan. Ketentuan hukum ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. continental dan sistem Anglo Saxon. Perkembangan hukum secara. campuran karena adanya kemajemukan masyarakat dalam menganut tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara maju maupun negara berkembang di dunia ini menganut berbagai sistem hukum, apakah sistem hukum kodifikasi maupun sistem hukum-hukum lainnya. Indonesia
Lebih terperinciPENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM
PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM 1 (satu) Hari Kerja ~ waktu paling lama, Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan sebagaimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informed consent merupakan suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam berbagai hubungan bisnis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kebijakan pemerintah terhadap jabatan notaris, bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD Negara R.I. tahun 1945
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hukum Pidana Sebagaimana yang telah diuraikan oleh banyak pakar hukum mengenai hukum pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Lebih terperinciselamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat terhadap penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Undang-undang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan sebuah teori yang disebut dengan Zoon Politicon. Teori
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman Yunani kuno, seorang filsuf bernama Aristoteles mengungkapkan sebuah teori yang disebut dengan Zoon Politicon. Teori tersebut mengatakan bahwa manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris merupakan profesi yang terhormat dan selalu berkaitan dengan moral dan etika ketika menjalankan tugas jabatannya.saat menjalankan tugas jabatannya, Notaris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya
1 BAB I PENDAHULUAN Akhir-akhir ini di beberapa media baik media cetak maupun elektronik nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya akan di sebut RS) yang menyelenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai anggota dari masyarakat merupakan penyandang hak dan kewajiban. Menurut Aristoteles, seorang ahli fikir yunani kuno menyatakan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Advocatus mengandung arti: adalah seorang ahli hukum yang. memberikan bantuan atau pertolongan dalam soal-soal hukum 3.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkataan Advocaat semula berasal dari bahasa Latin yaitu Advocatus mengandung arti: adalah seorang ahli hukum yang memberikan bantuan atau pertolongan dalam soal-soal
Lebih terperinciANALISIS HUKUM PIDANA KASUS DOKTER AYU
ANALISIS HUKUM PIDANA KASUS DOKTER AYU Oleh : Supriyadi Disampaikan pada : Diskusi Lintas Ilmu Kasus Dokter Spesialis Kerjasama MMRK dan PKMK FK UGM Yogyakarta, 17 Desember 2013 PENGANTAR Pasal 1 Ayat
Lebih terperinciCURICULUM VITAE Nama : Sagung Putri M.E.
CURICULUM VITAE Nama : Sagung Putri M.E. Purwani,SH.,MH TTL : Denpasar, 13 Maret 1971 Pekerjaan : Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana Alamat : Jl. Anyelir No. 22 Denpasar Tlp./Fax : (0361) 233641,
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN SENGKETA MEDIS ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN SENGKETA MEDIS ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN 1. Sengketa Medis Antara Dokter dengan Pasien Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang diberikan kepada
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan
18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Kekuasaan kehakiman merupakan badan yang menentukan dan kekuatan kaidahkaidah hukum positif dalam konkretisasi oleh hakim melalui
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan
Lebih terperinciPerbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
4 Perbedaan dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga? Undang Undang Nomor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum, merupakan salah satu pejabat negara yang dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bentuk klasik perbuatan pidana pencurian biasanya sering dilakukan pada waktu malam hari dan pelaku dari perbuatan pidana tersebut biasanya dilakukan oleh satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepemilikan terhadap harta benda baik bergerak maupun tidak bergerak diatur secara komplek dalam hukum di Indonesia. Di dalam hukum perdata, hukum adat maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana penggelapan di Indonesia saat ini menjadi salah satu penyebab terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai kehidupan dalam
Lebih terperinciContoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI
Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI Halaman Judul Panduan. i Daftar isi. ii Keputusan Karumkital Marinir Cilandak... iii Lampiran
Lebih terperinciBAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang
BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM UNTUK TERSANGKA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DALAM PROSES PENYIDIKAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum 1. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHAULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang
BAB I PENDAHAULUAN A. Latar belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang berlandaskan pada Pancasila, oleh karena itu setiap tindakan yang dilakukan oleh warga negaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menderita sakit, terluka dan untuk yang melahirkan (World Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakpahan (2013) Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Cakupan pembagunan nasional ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
Lebih terperinciApa yang perlu dokter ketahui agar tidak masuk penjara? Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F PIT IDI Tangerang 11 Februari 2018
Apa yang perlu dokter ketahui agar tidak masuk penjara? Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F PIT IDI Tangerang 11 Februari 2018 Pendahuluan Saat ini ada beberapa kasus hukum yang melibatkan dokter maupun tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakim adalah aparat penegak hukum yang paling dominan dalam melaksanakan penegakan hukum. Hakimlah yang pada akhirnya menentukan putusan terhadap suatu perkara disandarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara hukum dimana kekuasaan tunduk pada hukum. Sebagai negara hukum, maka hukum mempunyai kedudukan paling tinggi dalam pemerintahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah merupakan negara hukum, dimana hukum mempunyai kedudukan paling tinggi dalam segala hal. Keberadaan hukum tersebut juga termasuk mengatur hal-hal
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS
BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Sosial 1. Hukum Kesehatan Kesehatan merupakan hak asasi manusia, artinya, setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum. Indonesia memiliki banyak keanekaragaman budaya dan kemajemukan masyarakatnya. Melihat dari keberagaman
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Rahasia medis menjadi salah satu unsur terpenting. dalam hubungannya antara dokter dengan pasien.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rahasia medis menjadi salah satu unsur terpenting dalam hubungannya antara dokter dengan pasien. Hal ini karena hubungan dokter dengan pasien merupakan hubungan berdasar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk mencapai kesehatan secara optimal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lain yang diperlukan. orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)
BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara berdasarkan hukum. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3) yang berbunyi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009.... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak dapat lepas dari etika karena dapat menjaga martabat sebagai makhluk yang sempurna. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan notaris sangat penting ditengah-tengah masyarakat. Notaris memberikan jaminan kepastian hukum pada masyarakat menyangkut pembuatan akta otentik. Akta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka kehidupan masyarakat tidak lepas dari aturan hukum. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia ingin meningkatkan pencapaian di berbagai sektor. Peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana halnya dengan negara-negara lain di dunia, negara Indonesia ingin meningkatkan pencapaian di berbagai sektor. Peningkatan pencapaian tersebut harus
Lebih terperinciPilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban.
Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban. 1. Pernyataan mana tentang Rekam Medik (RM) yang tidak benar: a. Pemaparan isi RM hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat pasien
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan narkotika melingkupi semua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak hanya terjadi
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.3, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA NEGARA. MAHKAMAH AGUNG. Badan Peradilan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4958) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana dan pemidanaan merupakan bagian hukum yang selalu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana dan pemidanaan merupakan bagian hukum yang selalu hangat untuk diperbincangkan dari masa ke masa, hal ini disebabkan karakteristik dan formulasinya terus
Lebih terperinci