BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa waktu terakhir ini di beberapa media massa seringkali isu

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa waktu terakhir ini di beberapa media massa seringkali isu Malapraktik Medis menjadi salah satu pemberitaan yang santer dan menjadi topik pembicaraan di kalangan masyarakat. Beberapa kasus kemudian semakin menarik perhatian publik karena munculnya paradigma di tengah masyarakat jika kasus Malapraktik Medis merupakan sebuah permasalahan besar dan sewaktu waktu dapat menjadi ancaman bagi setiap anggota masyarakat. Salah satu kasus yang paling santer dan sempat menjadi perhatian di dalam maupun luar negeri adalah terkait kasus dokter Ayu yang merupakan seorang dokter residen penyakit kandungan yang divonis bersalah beserta tiga orang teman sejawatnya atas tindakan medis yang dilakukannya terhadap pasiennya 1. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tersebut pun menjadi krusial dan menyebabkan pro kontra di kalangan masyarakat, apalagi beberapa hari setelah penahanan dokter Ayu, banyak teman sejawatnya yang berada di hampir seluruh wilayah di Indonesia melakukan mogok massal 1 Sindonews.com, diakses pada 05 Februari 2014.

2 2 menentang vonis Mahkamah Agung Republik Indonesia tersebut dan menganggap vonis yang dijatuhkan sebagai kriminalisasi dalam dunia medis 2. Kasus yang kemudian dikenal dengan sebutan Kasus Dokter Ayu tersebut sebetulnya tidak hanya sekali ini saja terjadi. Berbagai tuduhan Malapraktik Medis yang ditujukan terhadap dokter biasanya diikuti dengan gugatan perdata maupun pidana yang dilayangkan pihak pasien dan/atau keluarganya terhadap dokter maupun tenaga kesehatan lainnya serta tidak jarang menyangkut sarana penyedia kesehatannya pula. Banyaknya gugatan perdata maupun tuntutan pidana yang ditujukan kepada dokter menunjukkan telah terjadinya pergesaran hubungan antara dokter dengan pasiennya. Sebagaimana diketahui, pada awalnya hubungan dokter dan pasien merupakan hubungan yang bersifat paternalistik. Hubungan yang bersifat paternalistik tersebut ditandai dengan keyakinan pasien terhadap setiap upaya penyembuhan yang dilakukan oleh dokter. Pasien menyerahkan seluruh upaya yang dilakukan terhadap dirinya kepada dokter yang melakukan upaya penyembuhan tersebut. Hubungan paternalistik tersebut kemudian perlahan lahan bergeser menjadi hubungan yang bersifat kontraktual. Pada perkembangannya, berbagai ilmu pengetahuan yang semakin mudah diakses, termasuk pula di bidang medis mengakibatkan masyarakat merasa bahwa mereka memiliki pengetahuan pula terhadap bidang kesehatan. Berbagai informasi yang didapat dari berbagai sumber membuat masyarakat yang dahulu awam terhadap sektor 2 Metrotvnews.com, Dokter-Dianggap-Wajar-, diakses pada 05 Februari 2014.

3 3 medis namun pada perkembangannya sedikit banyak kemudian memiliki pengetahuan terhadap sektor tersebut. Hubungan kontraktual tersebut dikenal dengan sebutan inspanning verbentenis. Perjanjian yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Perjanjian Terapeutik ini tidaklah menjanjikan hasil, akan tetapi mengupayakan agar pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal 3. Dengan adanya perikatan diantara dokter dengan pasiennya melalui perjanjian terapeutik tersebut tentu saja mengikat bagi kedua belah pihak. Tidak hanya itu, keberadaan perjanjian tersebut tentu saja menimbulkan akibat hukum pula bagi para pihak di dalam perjanjian, yakni baik bagi dokter maupun pasiennya berupa hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing masing pihak. Jika salah satu pihak tidak dapat memenuhi apa yang diperjanjikan, maka pihak yang tidak mampu memenuhi isi perjanjian tersebut biasanya akan menghadapi konsekuensi hukum dari tidak terpenuhinya perjanjian tersebut. Berbagai konsekuensi dalam hukum yang seringkali harus dihadapi oleh pihak yang tidak mampu memenuhi apa yang diperjanjikannya tersebut diantaranya adalah dapat berupa gugatan perdata, administratif dan/atau bahkan sampai pada tuntutan pidana. Sebagaimana diketahui bahwa manusia sebagai salah satu subjek hukum memiliki risiko di dalam kehidupannya. Terdapat berbagai cara bagi 3 Freddy Tengker, 2010, Hukum Kesehatan Kini dan Disini, Mandar Maju, Bandung, hlm. 24.

4 4 manusia dalam menghadapi risiko yang telah atau bakal dihadapinya tersebut. Sebagian ada yang berupaya untuk mencegah atau menghindarkan risiko, namun ada pula yang menerima risiko yang terjadi atau bahkan mengalihkan risiko yang bakal terjadi padanya. Dalam bidang medis, misalnya, profesi dokter sangat rentan dalam menjalankan profesinya tersebut mengingat dokter harus berhadapan dengan nyawa dan raga manusia yang tidak ternilai maknanya tidak hanya bagi si pasien, namun bagi keluarganya pula. Dengan demikian, profesi dokter tersebut pun secara nyata tampak jauh lebih memiliki risiko yang besar dibandingkan dengan profesi lain pada umumnya. Berbagai gugatan perdata maupun tuntutan pidana atas dugaan terjadinya Malapraktik Medis ternyata menimbulkan inisiatif dan peluang baru bagi perusahaan asuransi untuk menawarkan asuransi yang kemudian populer di kalangan medis dengan sebutan Asuransi Malapraktik 4. Asuransi ini memberikan peralihan risiko dan manfaat bagi tenaga medis yang digugat karena diduga telah melakukan tindakan Malapraktik Medis. Menarik kemudian untuk dikaji, apakah risiko profesi dokter sebagaimana dijelaskan pada paragraf sebelumnya tersebut dimungkinkan untuk dialihkan melalui asuransi. Apalagi, risiko yang bakal dihadapi oleh dokter dalam melakukan profesinya tersebut sangat mungkin untuk terjadi dan menimpa dirinya. Namun demikian, di lain sisi banyak pula kekhawatiran akan keberadaan Asuransi Malpraktik yang dinilai akan bertentangan dengan 4 Procare Indonesia, diakses pada 05 Februari 2014.

5 5 prinsip dalam perjanjian maupun prinsip dalam asuransi yang berlaku di dalam hukum nasional. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah faktor faktor yang kemudian mempengaruhi berkembangnya Asuransi Malapraktik Medis di Indonesia. Selain itu, penulis ingin pula mengetahui bagaimana keberadaan Asuransi Malapraktik Medis bila ditinjau dari syarat sah dan asas asas dalam perjanjian serta asas asas dalam usaha perasuransian yang berlaku dalam hukum asuransi di Indonesia. Penelitian ini menarik untuk dikaji mengingat bahwa pada perkembangannya telah terdapat berbagai macam jenis asuransi yang ditawarkan oleh pihak perusahaan asuransi. Salah satu dari jenis asuransi yang masih relatif baru tersebut di antaranya yaitu Asuransi Malapraktik Medis yang masih belum banyak dikaji oleh penelitian di bidang yuridis. Oleh karena itulah, maka penulis kemudian berinisiatif untuk meneliti dari sisi yuridis terkait Asuransi Malapraktik Medis tersebut. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah faktor yang mempengaruhi berkembangnya Asuransi Malapraktik Medis di Indonesia? 2. Bagaimanakah keberadaan Asuransi Malapraktik Medis bila ditinjau dari syarat sahnya dan asas asas dalam perjanjian serta asas asas umum dan

6 6 aturan yang terdapat di dalam usaha perasuransian di Indonesia dan aturan yang terkait lainnya? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui faktor yang mempengaruhi berkembangnya Asuransi Malapraktik Medis di Indonesia. 2. Mengetahui keberadaan Asuransi Malapraktik Medis bila ditinjau dari syarat sahnya perjanjian dan asas asas umum serta aturan yang terdapat di dalam usaha perasuransian di Indonesia dan aturan yang terkait lainnya. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi penulis terutama yang berkaitan dengan Hukum Asuransi yang merupakan salah satu bidang di dalam Hukum Bisnis. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu menambah bahan literatur berkaitan dengan Hukum Asuransi terutama yang berkenaan dengan Asuransi Kesehatan. 2. Bagi pemerintah Penelitian ini diharapkan mampu memberikan evaluasi terhadap keberadaan Asuransi Malapraktik Medis yang mulai berkembang di tengah masyarakat, terutama di tengah para tenaga kesehatan yang ada di Indonesia.

7 7 E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran dibeberapa perpustakaan, penelitian mengenai Asuransi Malapraktik Medis ini bukan yang pertama kali dilakukan. Sejauh pengamatan yang dilakukan oleh penulis, sebelumnya telah ada penelitian mengenai Asuransi Malapraktik Medis atau yang berkaitan dengan Asuransi Malapraktik Medis di antaranya: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Guritno Effendy, 2009, ( ), mahasiswa Program Sarjana (S-1), Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara, Jakarta 5. Guritno Effendy dalam penelitian skripsinya yang berjudul Tinjauan Peranan Asuransi Tanggung Jawab Hukum Profesi Dokter dalam Hal Terjadinya Malpraktek Medis menyimpulkan bahwa dalam menjalankan tugasnya, dokter adakalanya menghadapi dugaan malapraktik medis yang merugikan pasien akibat dari kelalaiannya sehingga mengakibatkan timbulnya suatu tuntutan ganti rugi dari pihak pasien. Melalui Asuransi Tanggung Jawab Hukum Profesi Dokter, dokter dapat mengalihkan segala risiko atas timbulnya gugatan pasien kepada dirinya melalui pihak penanggung dengan membayar sejumlah premi tertentu. Guritno Effendy dalam penelitiannya tersebut kemudian menyimpulkan bahwa berdasarkan Pasal 3 huruf (a) ayat (1) Undang Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, maka salah satu peran usaha perasuransian adalah menerima pengalihan risiko yang 5 Guritno Effendy, 2009, Tinjauan Peranan Asuransi Tanggung Jawab Hukum Profesi Dokter dalam Hal Terjadinya Malpraktek Medis, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara, Jakarta.

8 8 timbul akibat adanya tuntutan dari pihak ketiga dan dalam Asuransi Tanggung Jawab Hukum Profesi Dokter, perusahaan asuransi juga berperan dalam pendampingan saat dokter menghadapi tuntutan pasien dengan pembentukan tim medikolegal dan pendampingan dalam proses litigasi. Guritno Effendy kemudian menyarankan agar setiap dokter memiliki Asuransi Tanggung Jawab Hukum Profesi Dokter mengingat profesi dokter sangat berisiko. Berdasarkan kesimpulan dan saran di atas, maka Guritno Effendy hanya mendeskripsikan konsep pelaksanaan Asuransi Tanggung Jawab Profesi Dokter yang pada prinsipnya sama dengan Asuransi Malapraktik Medis yang diselenggarakan oleh perusahaan asuransi lainnya dan justru memberikan saran agar setiap dokter turut serta dalam asuransi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti justru ingin mencari makna dari asuransi dan malapraktik medis sehingga peneliti dapat menyimpulkan apakah Asuransi Malapraktik Medis sesuai dengan prinsip perjanjian maupun usaha perasuransiaan di Indonesia atau justru bertentangan dengan kedua prinsip tersebut. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Margaretha Valentina, 2013, ( ), mahasiswa Program Sarjana (S-1), Fakultas Hukum, Universitas Padjajaran, Bandung 6. 6 Margaretha Valentina, 2013, Pengalihan Tanggung Jawab Rumah Sakit Melalui Asuransi Malpraktik Tenaga Kesehatan Dikaitkan Dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit jo. Undang Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Bandung.

9 9 Margaretha Valentina dalam skripisnya yang berjudul Pengalihan Tanggung Jawab Rumah Sakit Melalui Asuransi Malpraktik Tenaga Kesehatan Dikaitkan Dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit jo. Undang Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Margaretha Valentina menyimpulkan bahwa rumah sakit bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di rumah sakitnya sesuai dengan Kode Etik Rumah Sakit Seluruh Indonesia jo. Pasal 46 Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Meskipun perbuatan malpraktik dilakukan oleh tenaga kesehatannya, akan tetapi sesuai dengan Pasal 1367 KUH Perdata, maka rumah sakit juga memiliki tanggung jawab secara penuh atas tindakan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakitnya tersebut. Pengalihan tanggung jawab hukum dapat dilakukan dari pihak rumah sakit kepada pihak perusahaan asuransi sebagai pihak penanggung dengan jenis asuransi yang disebut Asuransi Tanggung Gugat Malpraktek yang menyelesaikan ganti rugi kepada pasien atau keluarganya yang menderita kerugian. Margaretha Valentina kemudian menyarankan agar setiap rumah sakit mengikuti program Asuransi Malapraktik Medis guna menghindari kerugian dalam pembayaran ganti rugi terhadap pasien dan/atau keluarganya. Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Guritno Effendy, hasil penelitian yang dilakukan oleh Margaretha Valentina juga hanya mendeskripsikan bagaimana bentuk pengalihan tanggung gugat keperdataan berupa ganti kerugian yang mana pada penelitiannya

10 10 memfokuskan kepada rumah sakit sebagai sarana penyedia sarana kesehatan dimana para tenaga kesehatan bekerja. Margaretha Valentina juga justru menyarankan agar setiap rumah sakit mengikuti Asuransi Malapraktik Medis guna menghindari kerugian akibat pembayaran gani rugi kepada pasien dan/atau keluarganya. Dari seluruh hasil penelitian di atas, maka tidak ada yang mengkaji lebih dalam makna perjanjian asuransi dan malapraktik medis sehingga dapat mengetahui apakah Asuransi Malapraktik Medis yang sedang marak diselenggarakan oleh perusahaan asuransi sesuai atau justru bertentangan dengan prinsip perjanjian asuransi dalam usaha perasuransian di Indonesia. Dengan demikian, dapat dikatakan penelitian ini memenuhi kaedah keaslian penelitian. Walaupun memiliki perbedaan, namun penelitian penelitian sebelumnya tersebut diharapkan dapat memberikan pengayaan dan atau penguatan atas penelitian ini.