VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA PEPAYA CALIFORNIA MITRA ALAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA PEPAYA CALIFORNIA MITRA ALAM"

Transkripsi

1 VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA PEPAYA CALIFORNIA MITRA ALAM 6.1 Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal perusahaan adalah analisis berdasarkan factor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan sendiri dan pada umumnya dapat dikendalikan oleh perusahaan. Analisi lingkungan internal perusahaan digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mencapai kinerja dan mengungguli pesaing. Analisis lingkungan internal perusahaan yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi manajemen, produksi, keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, serta penelitian dan pengembangan Manajemen Dilihat dari struktur organisasinya, perusahaan masih menggunakan sistem manajemen yang sederhana, yang masih terdapat tumpang tindih jabatan. Pada kenyatannya tugas dan fungsi setiap karyawan bersifat fleksibel. Artinya karyawan pada satu divisi/bagian dapat melaksanakan tugas dan fungsi karyawan pada divisi/bagian lain. Analisis mengenai manajemen dilakukan berdasarkan fungsi dasar manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf, dan pengendalian. Saat ini, fungsi perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf/karyawan dan pengendalian perusahaan, masih belum dilaksanakan dengan cukup baik. 1) Perencanaan Perencanaan merupakan aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Perencanaan dilakukan pada tahap perumusan strategi dalam proses manajemen strategis. Kegiatan perencanaan yang dilakukan oleh Mitra Alam belum tersusun dengan baik. Perencanaan Mitra Alam belum dilakukan secara tertulis sehingga menjadikan target yang diharapkan belum terukur. Rentang waktu untuk perencanaan selama ini belum ditentukan. Mitra Alam masih melakukan perencanaan berdasarkan permasalahan yang ada dan bersifat lisan, dimana dalam pelaksanannya tidak terealisasi dengan baik.

2 2) Pengorganisasian Struktur organisasi Mitra Alam sudah ada, dalam bentuk sederhana dan belum jelas serta dibakukan. Namun, berdasarkan informasi yang diperoleh struktur organisasi Mitra Alam seperti yang terlihat pada menunjukkan bahwa posisi manajemen puncak dipegang langsung oleh pemilik dan dibawahnya seorang manajer yang mengelola seluruh kegiatan operasional perusahaan. Manajer bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan strategis yang terkait dengan kelancaran usaha. Pelaksanaan tugas dan wewenang di Mitra Alam telah diatur dalam job description yang pernyataannya belum tertulis dan dibakukan. Job description berisi ringkasan pekerjaan, tanggung jawab dan wewenang yang dimiliki setiap posisi sesuai dengan struktur organisasi. Selama ini job description Mitra Alam hanya pembagian pekerjaan yang dinformasikan secara lisan saja. Sehingga dalam pelaksanaannya pengorganisasiannya masih tumpang tindih tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan sehingga tugas tidak efisien. 3) Pemotivasian Proses pemotivasian merupakan usaha yang diarahkan untuk membentuk tingkah laku manusia. Meskipun pendekatan yang dilakukan oleh pemilik Mitra Alam lebih bersifat top down dalam operasionalisasi perusahaan akan tetapi pemilik dan manajer tidak menganggap karyawan sebagai bawahan melainkan sebagai rekan kerja. Hal ini karena peran serta karyawan juga terlibat dalam keberhasilan suatu usaha. Pemberian motivasi terhadap karyawan penting dilakukan karena terkait dengan loyalitas para karyawan terhadap perusahaan sehingga para karyawan tersebut merasa nyaman selama bekerja. Berdasarkan hasil wawancara, setiap karyawan di Mitra Alam memiliki motivasi tinggi dalam bekerja. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kepatuhan serta kedisiplinan dalam menaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Setiap karyawan selalu datang dan pulang sesuai dengan jam kerja dan menyelesaikan pekerjaan mereka dengan baik. Tingginya motivasi karyawan terutama disebabkan karena kesadaran untuk memajukan perekonomian Desa Curug. Di samping itu, kepemimpinan dari manajer turut mempengaruhi motivasi bekerja karyawan. 65

3 4) Penunjukkan Staf Budaya atau iklim kerja yang terjadi di Mitra Alam cenderung ke arah kekeluargaan. Oleh karena itu, komunikasi yang terjalin antara manajer kepada para bawahannya tidak bersifat kaku sehingga kondisi seperti ini memudahkan manajer dalam memberikan tugas kepada bawahannya atau sebaliknya, jika para karyawan ingin menyampaikan sesuatu kepada manajernya terkait dengan masalah kerja. Komunikasi antara manajer dan bawahan yang terjalin baik ini menjadi kekuatan pada Mitra Alam dalam pengembangan usahanya. Aktivitas penunjukan staf berpusat pada manajemen karena pada Mitra Alam belum dibentuk divisi manajemen personalia atau sumber daya manusia. Perekrutan staf dilakukan berdasarkan referensi dari staf yang sudah ada. Setiap karyawan mendapatkan insentif berupa gaji tetap setiap bulan. Selain itu, karyawan juga mendapat insentif berupa uang makan. 5) Pengendalian Proses pengendalian bertujuan untuk memastikan hasil yang didapat konsisten dengan hasil yang direncanakan. Proses pengendalian yang telah berjalan baik di Mitra Alam adalah pengendalian produksi. Tanggung jawab pengendalian produksi dilakukan oleh bagian produksian dan saprot yang mengawasi jalannya proses produksi mulai sortasi, grading, packing, dan transportasi. Bagian produksi ini bertugas untuk memastikan kualitas produk yang dihasilkan selalu sesuai dengan permintaan konsumen Pemasaran Pemasaran merupakan bidang yang sangat penting dalam sebuah perusahaan, karena bidang pemasaranlah yang bersentuhan langsung dengan konsumen. Aspek pemasaran sebagai parameter berhasil tidaknya tujuan usaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Analisis mengenai bidang pemasaran pada Mitra Alam akan dikaji berdasarkan empat aspek bauran pemasaran. Aspekaspek tersebut adalah aspek produk, harga, promosi, dan distribusi. 66

4 1) Produk Jenis pepaya yang diproduksi oleh Mitra Alam adalah Pepaya California. Mitra Alam selalu mengutamakan kualitas terhadap setiap Pepaya California yang dijualnya. Kualitas Pepaya California ini dapat dilihat dari bentuk buah yang kecil, kulit mulus. Hal inilah yang dilakukan oleh Mitra Alam terhadap produk pepayanya, dimana kualitas Pepaya California menjadi faktor penting yang menjadi perhatian perusahaan sekaligus menjadi kekuatan dalam pengembangan usahanya. Saat ini, konsumen untuk Mitra Alam adalah sebagian besar adalah toko buah atau swalayan. Wilayah cakupan pemasaran Mitra Alam yaitu meliputi wilayah Jakarta Selatan, Depok dan Bogor. Lokasi tersebut dipilih disesuaikan dengan jarak dari perusahaan dan karena perusahaan masih berkonsentrasi pada kontinuitas produksi. Hal lain yang menjadi perhatian Mitra Alam adalah kemasan Pepaya California. Kemasan yang biasa digunakan adalah label merek kemudian dibungkus dengan kertas koran agar tidak rusak selama pengangkutan. Selain sebagai pelindung produk, kemasan juga sebagai identitas produk. 2) Harga Harga merupakan satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan penerimaan bagi perusahaan sedangkan yang lainnya menimbulkan biaya. Harga Pepaya California ditentukan oleh perusahaan melalui negosiasi dengan pihak toko buah atau swalayan. Harga jual Pepaya California Mitra Alam Rp 3.000/kg. Sedangkan harga jual di tingkat konsumen Rp /kg 3) Promosi Promosi yang dilakukan oleh Mitra Alam tergolong pasif. Kegiatan promosi yang pernah dilakukan oleh Mitra Alam adalah mengikuti pameran yang bertujuan untuk memperkenalkan perusahaan dan ragam produk yang dimiliki perusahaan. Pameran tersebut dilaksanakan oleh Hotel Parung, Hotel Bumi Wiyata Depok dan Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Kegiatan tersebut dilakukan jika memang ada acara saja Mitra Alam mengikuti pameran tersebut. Kegiatan promosi yang dilakukan Mitra Alam masih terbatas, terkait dengan sebagai perusahaan baru penghasil Pepaya California di Kabupaten 67

5 Bogor, seharusnya perusahaan lebih banyak melakukan promosi untuk memperkenalkan produknya kepada masyarakat, apalagi di tengah persaingan dalam industri penghasil pepaya yang semakin ketat. 4) Distribusi Distribusi merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk menyalurkan, mengirimkan serta menyampaikan barang yang dipasarkannya kepada konsumen. Secara umum, Mitra Alam dalam mendistribusikan produknya melalui dua pola saluran. Saluran yang pertama yaitu saluran distribusi langsung dari Mitra Alam ke konsumen, berlaku ketika terjadi pembelian saat Mitra Alam mengikuti pameran ataupun jika berjualan langsung di pasar kaget atau bazar. Saluran yang kedua, dari Mitra Alam ke toko buah kemudian ke konsumen. Distribusi Pepaya California yang dipasok Mitra Alam ke toko buah (All Fresh, Fresh Depok dan toko buah di Daerah Parung) dilakukan dengan diantar ataupun langsung dijemput oleh pihak toko buah sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan. Sistem pembayaran dengan toko buah tersebut adalah barang baru dibayar setelah 14 hari pengiriman barang ke toko buah tersebut Keuangan Untuk mendirikan sebuah perusahaan, diperlukan sejumlah modal. Modal ini tidak hanya dalam bentuk uang tunai, namun juga termasuk lahan, bangunan, dan alat-alat produksi yang dimiliki oleh perusahaan. Modal yang digunakan pun dapat berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman. Pada Mitra Alam, modal awal yang digunakan untuk mendirikan usaha sepenuhnya berasal dari modal pemilik sendiri. Mitra Alam tidak memberlakukan sistem investasi dari pihak luar karena adanya komitmen pemilik perusahaan untuk tetap menggunakan modalnya sendiri. Pencatatan keuangan di Mitra Alam saat ini belum menerapkan sistem akuntansi dan komputerisasi Penelitian dan Pengembangan Biasanya perusahaan harus memiliki anggaran biaya tersendiri untuk menjalankan departemen litbangnya sehingga tidak semua perusahaan memiliki 68

6 bidang ini. Saat ini Mitra Alam termasuk perusahaan agribisnis yang tidak memiliki bidang litbang. Hal ini karena orientasi perusahaan terbatas pada bagaimana modal yang digunakan untuk menjalankan usaha dapat kembali dan memperoleh keuntungan dari penjualan produknya. Selain itu, disebabkan oleh keterbatasan tenaga ahli yang mampu untuk mengelolanya. Ketiadaan bidang penelitian dan pengembangan (litbang) dalam perusahaan merupakan kelemahan bagi Mitra Alam. Tetapi Mitra Alam memiliki akses yang mudah untuk memperoleh dan mengadopsi teknik-teknik budidaya tanaman. Informasi tentang teknik budidaya tanaman pepaya ini diperoleh dari hasil-hasil pelatihan yang diikuti oleh bagian produksi perusahaan. 6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Makro Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan-kecenderungan dan kejadian-kejadian yang berada di luar kendali perusahaan. Analisis lingkungan eksternal berfokus pada penentuan faktor-faktor yang menjadi ancaman dan peluang bagi perusahaan sehingga memudahkan manajemen perusahaan untuk menentukan strategi-strategi untuk meraih kesempatan dan menghindari ancaman. Melalui analisis lingkungan eksternal diperoleh variabel-variabel kunci apa saja yang dapat memberikan respon dan pengaruh terhadap kondisi Mitra Alam, serta mengetahui seberapa besar faktor-faktor tersebut berpengaruh dalam keberhasilan perusahaan, dengan demikian Mitra Alam diharapkan mampu mengidentifikasikan serangkaian faktor strategis yang menjadi penentu dalam penyusunan strategi perusahaan. Faktorfaktor eksternal tersebut meliputi kondisi politik, pemerintahan dan hukum; ekonomi; sosial; teknologi dan lingkungan kompetitif perusahaan Ekonomi Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun mengakibatkan kebutuhan akan pangan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Malthus yaitu pertumbuhan penduduk sesuai dengan deret ukur sedangkan kebutuhan pangan sesuai deret hitung. Sejalan dengan hal itu, perekonomian Indonesia saat ini berangsur-angsur pulih yang ditunjukkan 69

7 dengan laju pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto). Pada periode tahun 2006 sampai tahun 2010, PDB Indonesia mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2006 perekonomian Indonesia tumbuh 5,50 persen atau dengan nilai PDB sebesar ,70 milyar. Tahun 2007 nilai PDB Indonesia naik menjadi ,30 milyar atau tumbuh sebesar 6, 35 persen. Tahun 2008 nilai PDB Indonesia naik menjadi ,10 milyar atau tumbuh sebesar 6,01 persen. Sedangkan tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 4.58 persen atau dengan nilai PDB sebesar ,70 milyar. Hal ini menjadi peluang besar bagi kegiatan usaha dibidang pertanian yang mengahasilkan produk kebutuhan pangan. Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah adalah laju pertumbuhan ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Saat ini indikator ekonomi makro yang menyajikan perolehan pendapatan wilayah baru terbatas pada PDRB. PDRB adalah indikator yang menunjukkan kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan nilai tambah. Perkembangan dan laju PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku tahun dapat dilihat pada Tabel 16. berikut. Tabel 16. Perkembangan dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku Tahun Tahun PDRB (Jutaan Rupiah) Laju pertumbuhan PDRB (%) ,68 11, ,43 13, ,55 13, ,55 11, * ,37 12,06 Sumber : BPS Kabupaten Bogor (2012) *data sementara Berdasarkan Tabel 16, PDRB per kapita Kabupaten Bogor mengalami peningkatan. Terlihat peningkatan dari Rp 12,48 juta pada tahun 2008 menjadi Rp 13,66 juta pada tahun 2009 dengan jumlah penduduk sebesar jiwa tahun 2008 dan sebesar jiwa pada tahun Laju pertumbuhan PDRB per kapita Kabupaten Bogor rata-rata mengalami peningkatan sebesar 9,43 persen setiap tahunnya. Peningkatan pendapatan 70

8 masyarakat Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa daya beli masyarakat yang semakin meningkat dan akan mendorong pertumbuhan usaha Pepaya California Mitra Alam. Pengeluaran rumah tangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu konsumsi makanan dan konsumsi non makanan (perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, pajak, asuransi, dan lain-lain). Semakin besar alokasi dana yang dianggarkan untuk produk tertentu, maka produk tersebut penting dan memiliki prospek pasar yang baik. Pepaya California merupakan salah satu buah-buahan yang memiliki prospek yang baik apabila alokasi pengeluaran rumah tangga untuk bahan makanan buah-buahan semakin bertambah. Berikut ini data pengeluaran rumah tangga Indonesia tahun pada Tabel 17 berikut ini. Tabel 17. Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang, (Rupiah) Kelompok Barang A. Makanan 174, , , , , Padi-padian 35,874 36,970 38,122 44,004 44, Umbi-Umbian 1,991 2,040 2,180 2,422 3, Ikan 13,822 15,315 18,454 21,467 25, Daging 6,898 7,104 8,114 10,370 10, Telur dan susu 10,497 12,048 14,056 15,834 17, Sayur-sayuran 13,690 15,539 16,813 18,995 25, Kacang-kacangan 5,207 5,978 6,759 7,387 7, Buah-buahan 9,055 8,779 8,821 12,335 12, Minyak dan lemak 5,959 8,336 8,416 9,486 11, Bahan minuman 7,799 8,221 8,691 11,195 10, Bumbu-bumbuan 3,900 4,312 4,643 5,390 6, Konsumsi lainnya 4,736 5,356 5,720 6,368 6, Makanan dan minuman 37,030 44,193 54,326 63,286 81,536 jadi 14. Tembakau dan sirih 17,570 19,636 22,604 25,982 30,647 B. Bukan makanan Non Food 179, , , , ,108 Total 353, , , , ,664 Sumber: Badan Pusat Statistik (2012) 71

9 Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa pengeluaran rata-rata perkapita rakyat Indonesia untuk kelompok makanan melonjak cukup tinggi dari tahun 2007 hingga Terlihat bahwa pengeluaran rata-rata per kapita sebulan masyarakat Indonesia untuk buah-buahan lebih besar daripada daging. Pepaya California dikelompokkan dalam kategori makanan buah-buahan. Pengeluaran rumah tangga terhadap makanan buah-buahan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan trend yang positif dan menjadi peluang bagi pemasaran Pepaya California di masa yang akan datang Politik, Pemerintah dan Hukum Kondisi politik Indonesia turut mempengaruhi kegiatan produksi pelakupelaku usaha di Indonesia. Dukungan pemerintah terhadap pengembangan sektor pertanian adalah melalui salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah yaitu UU No.13 Tahun 2010 tentang hortikultura serta Peraturan Daerah No. 18 Tahun 2008 terkait dengan perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Bogor tahun Adanya UU No.13 Tahun 2010 menunjukkan dukungan pemerintah terhadap sektor pertanian dan menjadi landasan hukum membangun kawasan dan usaha hortikultura. Selain itu,undang-undang hortikultura menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan hortikultura yang memberikan kontribusi yang bermakna bagi pembangunan sosial, budaya dan ekonomi bangsa. Undangundang ini bertujuan untuk meningkatkan produksi, kualitas dan daya saing produk hortikultura, juga perlindungan terhadap produk lokal dan mendorong pengembangan UKM. Sedangkan Perda No.18 Tahun 2008 memberikan arahan yang jelas terhadap pengembangan kawasan di Kabupaten Bogor. Dengan demikian, penggunaan lahan diharapkan sesuai dengan peruntukannya. Hal ini menjadi peluang bagi pengembangan usaha Pepaya California Sosial Budaya Masyarakat modern saat ini telah mengalami perubahan dalam pola konsumsi serta telah sadar akan kesehatan dan gizi. Masyarakat mulai memahami pentingnya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung nutrisi yang 72

10 penting bagi kesehatan. Salah satunya dengan mengkonsumsi buah-buahan untuk pemenuhan kebutuhan gizi seimbang sehari-harinya. Selain itu, gaya hidup masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal yang praktis dan ringkas serta mindset konsumen mengenai pepaya sudah banyak berubah seiring berjalannya waktu. Beberapa tahun lalu, orang jika ingin membeli pepaya akan selalu memilih pepaya yang berbentuk besar dan berat di timbangan. Hal ini sangat jamak terjadi di masyarakat Indonesia. Pepaya berbentuk besar dan berat dipilih biasanya karena mengandung lebih banyak bagian untuk dimakan, selain karena rasanya manis tentunya. Akan tetapi perilaku pasar dalam mengkonsumsi pepaya saat ini sudah banyak berubah. Orang akan membeli pepaya yang relatif lebih kecil dan ringan, hal yang berkebalikan dengan perilaku pasar pepaya beberapa tahun lalu. Orang lebih suka pepaya berbentuk lebih kecil karena bisa langsung sekali konsumsi dengan membelah pepaya menjadi dua bagian dan langsung dapat dinikmati dengan menggunakan sendok (Sobir, 2009). Perilaku konsumen pepaya tersebut yang akhirnya menjadi referensi dibudidayakannya pepaya solo type (habis sekali makan) seperti pepaya jenis California. Selain rasanya manis dan relatif sesuai lidah orang Indonesia, bentuk Pepaya California juga kecil-kecil, dengan berat antara 0,7 2 kg per butirnya. Hal ini menyebabkan permintaan pasar akan Pepaya California semakin meningkat. Sehingga dengan demikian kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi buah menjadikan peluang untuk mengembangkan usaha Pepaya California. Faktor lain yang dapat menjadi peluang bagi perusahaan ialah peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk dapat meningkatkan permintaan pasar karena tingkat kebutuhan yang bertambah. Berdasarkan hasil olah cepat Sensus Penduduk 2010 yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik pada bulan Mei 2010 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia sebanyak orang. Bila dibandingkan dengan hasil sensus penduduk 2000 yang berjumlah orang, maka selama 10 tahun terakhir penduduk Indonesia bertambah sekitar 32,5 juta orang atau meningkat dengan tingkat (laju) pertumbuhan per tahun sebesar 1,49 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan jumlah penduduk Indonesia mengakibatkan peningkatan permintaan pasar karena kebutuhan akan pangan semakin tinggi termasuk kebutuhan akan 73

11 konsumsi buah. Hal ini merupakan pangsa pasar potensial dan peluang besar bagi pelaku usaha buah Pepaya California untuk memasarkan produknya Ekologi atau Alam Aspek lingkungan yaitu pemanasan global memberikan dampak terhadap usaha buah Pepaya California. Pemanasan global pada dasarnya adalah peningkatan suhu rata-rata udara di atas permukaan bumi. Pemanasan global menyebabkan kondisi alam saat ini mengalami perubahan yang sangat ekstrem sehingga terjadi perubahan iklim. Perubahan iklim ini menyebabkan perubahan musim hujan dan musim kemarau. Biasanya musim hujan dan musim kemarau bisa ditentukan berdasarkan hitungan bulan. Namun, saat ini kondisi musim hujan dan musim kemarau sulit untuk diprediksi. Hal ini menjadi ancaman bagi usaha Pepaya California Teknologi Penerapan teknologi pada usaha yang bergerak dibidang pertanian antara lain yaitu on farm dan off farm. Untuk kegiatan on farm teknologi yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas, pemberantasan hama dan penyakit tanpa bahan kimia, menghasilkan bibit unggul, pemeliharaan dan perlakuan pascapanen. Teknologi yang digunakan pada saat pemeliharaan tanaman Pepaya California yaitu kegiatan pengairan atau irigasi dapat menggunakan sistem irigasi minisprinkles ataupun menggunakan sistem irigasi tetes. Sistem irigasi tetes dapat digunakan di lahan dengan ketersediaan air terbatas atau pada musim kemarau. Irigasi ini efektif untuk memastikan air dapat langsung diterima oleh tanaman dan dapat menghemat penggunaan air. Selain itu, sistem irigasi tetes dapat dimodifikasi dengan penggunaan mulsa. Penggunaan mulsa di lahan penanaman Pepaya Califoria dapat mencegah erosi saat hujan, mencegah pertumbuhan gulma, mengurangi kehilangan air di tanah, dan menjaga kelembaban tanah (Sobir, 2009). Serangan hama dan penyakit juga menjadi masalah yang juga diperhatikan perusahaan saat ini. Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor penentu keberhasilam bertanam pepaya. Kerusakan akibat serangan hama dan penyakit tidak hanya akan mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas buah yang 74

12 dihasilkan, bahkan dapat mematikan tanaman secara keseluruhan. Serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman Pepaya California Mitra Alam yaitu antraknosa dan kutu putih. Antraknosa menyebabkan kerusakan berat di buah muda, daun tua, pelepah daun bahkan batang tanaman. Akibatnya pepaya gagal panen dan mati. Kutu putih menyebabkan buah tidak dapat dipasarkan bahkan kematian pohon pepaya di lapang. Hal ini menjadi ancaman bagi usaha Pepaya California yang perlu mendapatkan perhatian yang lebih. Teknologi yang tepat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Seperti penemuan agen hayati yaitu plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) dan Trichodefrma harzianum yang dapat membantu menekan patogen dan memperkuat daya tahan tanaman terhadap antraknosa. Penemuan agen hayati Anagyrus loecki dan Acerophagus pepayae yang dapat mengendalikan serangan kutu putih. Penemuan fungisida yang dapat diaplikasikan untuk mematikan konidia cendawan. Penemuan insektisida yang dikombinasikan dengan detergen agar dapat mengendalikan serangan kutu putih. Kegiatan off farm, teknologi digunakan dalam distribusi, pemasaran dan pengolahan. Teknologi pengemasan contohnya adalah wraping, sedangkan teknologi pengolahan dapat mengahasilkan beragam olahan produk pepaya yang diminati konsumen. Saat ini teknologi komputasi, informasi dan komunikasi sangat dibutuhkan untuk memudahkan kerja dan mengembangkan usaha. Dengan adanya teknologi berupa komputer, perusahaan dapat menyimpan data-data penting perusahaan. Adapun internet dan e-commerce memungkinkan perusahaan untuk mempromosikan dan memperluas jaringan pemasarannya serta mengakses informasi untuk keperluan usaha. Penggunaan teknologi pada perusahaan saat ini masih tergolong sederhana. Penggunaan teknologi oleh perusahaan berupa penggunaan obatobatan bagi tanaman yang diserang hama dan penyakit. Penggunaan sprayer dan mesin pemotong sangat membantu perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi. Teknologi lain yang sudah mapan bagi perusahaan adalah penggunaan alat transportasi yang mendukung kegiatan pemasaran. Telepon genggam membantu perusahaan berhubungan dengan pelanggan. 75

13 6.1.6 Lingkungan Kompetitif 1. Persaingan dengan perusahaan sejenis Persaingan dalam industri penghasil Pepaya California semakin meningkat. Tingginya tingkat permintaan semakin banyak jumlah perusahaan dan petani penghasil Pepaya California. Faktor pemicu semakin kompetitifnya persaingan. Pesaing yang berada di wilayah Kabupaten Bogor adalah CV. Agro Ketes Mandiri (Jasinga) dan Astra Agro Grup (Rancabungur) perusahaan ini menjual bibit dan buah segar Pepaya California serta promosi yang gencar melalui internet. 2. Masuknya pendatang baru Adanya prospek usaha yang cukup baik di industri penghasil Pepaya California ditandai dengan permintaan terhadap produk pepaya yang terus meningkat. Peluang baik ini menjadi suatu daya tarik bagi para pengusaha agribisnis untuk masuk dalam industri. Pendatang baru dalam industri ini dapat masuk karena ancaman masuk pada industri penghasil Pepaya California ini kecil. Hal ini disebabkan karena tanaman pepaya merupakan tanaman yang cukup mudah untuk dibudidayakan. Namun, butuh modal besar untuk menjalankan usaha budidaya Pepaya California. Pengusaha yang ingin berkecimpung pada usaha Pepaya California harus memiliki lahan yang cukup dan ketersediaan input berupa bibit, dan pupuk yang memadai. Meskipun mudah dalam membudidayakannya, Pepaya California harus memiliki jarak tanam antara 2-2,5 meter sehingga pertumbuhan menjadi optimal. Jarak tanam yang cukup lebar menyebabkan untuk menanam sebanyak pohon membutuhkan lahan seluas satu hektar. Selain karena mudah dalam budidaya, Pepaya California merupakan salah satu jenis pepaya yang memiliki permintaan yang tinggi di pasar dan harganya melebihi pepaya lokal dan Pepaya Bangkok baik di pasar tradisional maupun di pasar swalayan. Hal ini cukup memotivasi pendatang baru untuk masuk dalam industri penghasil Pepaya California dengan kemampuan dan pengalaman yang cukup tentang pengolahan lahan, budidaya, pemasaran, distribusi sehingga pendatang baru dapat bersaing merebut pasar yang ada. Pendatang baru ini bisa berasal dari pengusaha individu ataupun petani di 76

14 tempat lain. Maka dari itu, dengan adanya peluang pasar yang cukup besar menjadikan pendatang baru dalam industri penghasil Pepaya California suatu ancaman yang kecil bagi Mitra Alam. 3. Persaingan dengan produk substitusi Produk pengganti atau produk subsitusi yang dapat mengancam Pepaya California dalam industri adalah pepaya varietas lainnya seperti pepaya lokal dan pepaya Bagkok. Kelebihan dari produk subsitusi tersebut adalah antara lain dari pepaya berukuran besar, kulit buah yang halus, segi harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan Pepaya California, lebih mudah diperoleh (ketersediaan di pasaran banyak dapat ditemui di pasar tradisional maupun pasar swalayan), serta volume produksi yang lebih banyak. Kelebihan yang dimiliki produk subsitusi tersebut dapat mendorong konsumen untuk beralih ke produk subsitusi. Namun, Pepaya California juga memiliki kelebihankelebihan yang tidak dimiliki produk subsitusi, seperti ukuran yang kecil sehingga kontak tangan semakin berkurang,sesuai dengan kapasitas konsumsi segar tanpa harus tersisa (untuk sekali makan) dan cocok dikonsumsi menggunakan sendok. Meskipun demikian, produk subsitusi tetap menjadi ancaman bagi perkembangan industri penghasil Pepaya California. Ancaman lainnya berasal dari jenis buah lain yaitu pisang. Ancaman yang muncul dari produk pengganti ini terjadi apabila salah satu produk tersebut mengalami kenaikan harga dan konsumen dapat beralih pada produk substitusinya. 4. Kekuatan tawar menawar pemasok Pemasok merupakan salah satu komponen penting dalam menjalankan suatu usaha. Bahan input adalah bahan atau komponen yang digunakan sebagai sarana dalam berlangsungnya proses produksi suatu kegiatan. Bagi Mitra Alam keberadaan pemasok bahan baku seperti bibit, pupuk, kotoran sapi, obat-obatan memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberlangsungan kegiatan produksi. Untuk memenuhi kebutuhan proses bahan input yang diperoleh dari pasar lokal seperti benih, pupuk dan obat-obatan. Kotoran sapi diperoleh dari peternakan sekitar. Benih diperoleh dari IPB. Sedangkan pupuk kimia dan obat-obatan didapatkan dari toko. 77

15 5. Kekuatan tawar menawar pembeli Pembeli atau konsumen utama Mitra Alam adalah konsumen perantara. Kekuatan tawar menawar pembeli tidak terlalu menjadi ancaman bagi pihak Mitra Alam, meskipun persaingan dalam industri penghasil pepaya semakin meningkat. Hal itu dapat dilihat dari loyalitas konsumen Mitra Alam. Loyalitas konsumen Mitra Alam yang meningkat disebabkan karena kualitas yang dihasilkan merupakan kualitas baik sehingga tetap membeli juga dengan harga yang fleksibel (harga dapat dinegosiasi sesuai kesepakatan). 78

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan yang salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan keanekaragaman biota laut (perikanan dan kelautan). Dengan luas wilayah perairan

Lebih terperinci

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS Faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal yang telah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) dimana sektor pertanian menduduki posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai penyedia dan pemenuh kebutuhan pangan di Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan perekonomian nasional. Sektor pertanian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI

Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI 01-4478-1988 No Jenis Uji Satuan Kelas Mutu AA A B C 1 Panjang tangkai cm minimum Tipe standar 76 70 61 Asalan Tipe spray - Aster 76 70 61 Asalan -

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah dari famili caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Tanaman pepaya banyak ditanam baik di daerah

Lebih terperinci

Banyak kalangan pebisnis yang memprediksi bahwa tren pasar consumer. naiknya permintaan maupun konsumsi produk-produk fast moving consumer

Banyak kalangan pebisnis yang memprediksi bahwa tren pasar consumer. naiknya permintaan maupun konsumsi produk-produk fast moving consumer BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak kalangan pebisnis yang memprediksi bahwa tren pasar consumer goods di Indonesia akan meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

Lebih terperinci

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP.

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. TM2 MATERI PEMBELAJARAN PENDAHULUAN PERAN PERTANIAN SEBAGAI PRODUSEN BAHAN PANGAN DAN SERAT PERAN PERTANIAN SEBAGAI PRODUSEN BAHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah) 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia harus tetap menjadi prioritas utama dari keseluruhan pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah. Hal ini mengingat bahwa sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 BPS mencatat jumlah penduduk Indonesia mencapai 222 juta jiwa dengan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (income multiplier) dan pengganda tenaga kerja (employment multiplier).

I. PENDAHULUAN. (income multiplier) dan pengganda tenaga kerja (employment multiplier). 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teori ekonomi pembangunan modern memuat pandangan bahwa sektor pertanian sangat potensial untuk menjadi basis pembangunan ekonomi sebuah bangsa. Hal ini dengan syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan penting di dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya di negaranegara sedang berkembang yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada di peringkat 55 dari 134 negara, menurun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Dalam hal ini,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN 6.1. Analisis Lingkungan Internal Analisis internal perusahaan adalah proses identifikasi terhadap faktor- faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan usaha. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis, oleh karena itu Indonesia memiliki keanekaragaman buah-buahan tropis. Banyak buah yang dapat tumbuh di Indonesia namun tidak dapat tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature)

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) membawa perubahan pada pola konsumsi obat dari yang berbahan kimiawi, ke obat-obatan yang terbuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang terpenting setelah udara dan air, serta merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus segera terpenuhi untuk mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu mega sektor karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa, keuangan, dan sebagainya), maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat populer di mata dunia karena memiliki bunga yang cantik, indah dan menarik. Selain itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Menurut Trisno (1994), ada dua pertanian yaitu pertanian

Lebih terperinci

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mengetahui tentang komponen agribisnis Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan pembahasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

VI. ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SATE SOP KAMBING

VI. ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SATE SOP KAMBING VI. ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SATE SOP KAMBING 6.1 Analisis Lingkungan Usaha Kecil Menengah Sate Sop Kambing Usaha kecil menengah mempunyai peran yang strategis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi era otonomi daerah menghadapi berbagai tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan isu globalisasi berimplikasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

BAB I. PENDAHULUAN.  [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian di Indonesia. Subsektor peternakan sebagai bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan

Lebih terperinci

PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2)

PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2) PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN (PTE101002) PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2) TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. Dr.Ir. Rini Dwiastuti, MS (Editor) TM 3 MATERI PEMBELAJARAN Sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A14103687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. Rencana

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berkawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil

Lebih terperinci