JUDUL BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JUDUL BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 JUDUL BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Administrasi Pertanahan (SAP) merupakan suatu proses pencatatan (administrasi) dan diseminasi informasi yang berhubungan dengan: (a) penguasaan Hak Atas Tanah (HAT), (b) nilai tanah, (c) penggunaan tanah, (d) pembangunan tanah (Dale dan McLaughlin, 1988; Enemark, 2001; Enemark, 2004; Williamson dkk., 2010) yang diterapkan untuk mengimplementasikan kebijakan pengelolaan pertanahan (UNECE, 1996). Kebijakan pengelolaan pertanahan di suatu negara pada umumnya mengatur 3 aspek, yaitu: aspek fisik, aspek fiskal dan aspek legal (Jonsson, 2008; Mukupa, 2011; Steudler dkk., 2004; Williamson dkk., 2010). Kebijakan aspek fisik dimaksudkan untuk pengaturan penggunaan tanah (land use) dan pembangunan tanah (land development). Kebijakan aspek legal dimaksudkan untuk pengaturan secara yuridis tentang penguasaan tanah (land tenureship). Kebijakan aspek fiskal dimaksudkan untuk pengaturan nilai ekonomis pemanfaatan suatu bidang tanah (land valuation). Pengelolaan tiga aspek tersebut umumnya dipisahkan pada institusi yang berbeda (Enemark, 2010; Williamson dkk., 2010). Di Indonesia pengelolaan informasi pertanahan dengan menggunakan Data Geospasial (DG) atau Informasi Geospasial (IG) secara terpisah sudah ada sejak jaman Belanda sampai saat ini (Rusmawar dkk., 2012). Pengelolaan aspek fisik yang menyangkut penggunaan tanah dan penatagunaan tanah dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN), sedangkan yang berhubungan dengan teknis perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pertanahan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (PEMDA). Pengelolaan aspek fiskal, yang menyangkut penilaian tanah dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Namun sejak berlakunya Undang-undang (UU) No. 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah pengelolaan PBB dilimpahkan ke pemerintah kabupaten/kota. Pengelolaan aspek legal, antara lain pemberian HAT diselenggarakan oleh BPN. 1

2 Kebijakan pemisahan aspek legal, fiskal dan fisik dalam pengelolaan informasi pertanahan berpengaruh pada pengelolaan dan pemanfaatan IG untuk Sistem Informasi Pertanahan (SIP) dalam SAP. Perbedaan ini membawa konsekuensi bervariasinya proses pengadaan DG/IG pada lingkup tiga aspek SAP tersebut. Akibatnya ditemukan banyak ragam jenis IG yang digunakan dalam membangun SAP. Keberagaman IG tersebut mencakup penggunaan format, skala, sistem referensi koordinat, pendefinisian objek dan struktur dalam membangun IG (Diyono dan Subaryono, 2013; Fichtinger dkk., 2011; Gedrange dkk., 2011). Kondisi ini menjadikan IG di salah satu fungsi SAP tidak dapat secara langsung digunakan pada fungsi SAP yang lain. Selain itu, masih banyak ditemui adanya tumpang tindih pengadaan IG untuk objek yang sama oleh institusi yang berbeda, sehingga menjadikan penggunaan IG tidak optimal (Silalahi dkk., 2002). Perkembangan Teknologi Informasi (TI) dalam penyelenggaraan IG dapat mendorong terwujudnya penggunaan IG yang efisien antar fungsi SAP. Upaya tersebut dapat difasilitasi dengan terbangunnya Infrastruktur Informasi Geospasial (IIG). IIG dibangun dengan tujuan utama memfasilitasi pengguna data melakukan akses dan tukar-guna DG/IG untuk berbagai keperluan perencanaan pembangunan maupun penatakelolaan tema pertanahan, kehutanan, transportasi dan kebencanaan. IIG yang digunakan dalam lingkup penyelenggaraan SAP disebut Infrastruktur Informasi Pertanahan (IIP) (Enemark, 2004; Williamson dkk., 2008a). Adanya IIP diharapkan IG pertanahan yang ada diberbagai SIP pada fungsi SAP yang berbeda dapat diakses dan dibagi-pakai. Dampaknya tercipta efisiensi dalam pengadaan IG, tidak terjadi duplikasi IG dan penggunaan IG menjadi optimal (Enemark, 2005c). Oleh sebab itu IG pertanahan yang dikelola dalam SIP harus memiliki interoperabilitas terhadap penggunaan pada berbagai fungsi SAP yang ada. Berbagai upaya untuk membangun interoperabilitas DG/IG telah dilakukan diantaranya adalah menetapkan standar pada penyelenggaraan data. Tujuannya adalah untuk menjamin konsistensi produk data dan mengoptimalkan fungsi data (Kresse dkk., 2012). Penggunaan standar yang sama pada penyelenggaraan DG/IG dapat meminimalkan kesulitan dalam berbagi-pakai data dan memudahkan 2

3 pengguna data dalam menentukan kecocokan DG/IG pada berbagai pemanfaatan yang berbeda (Budic dan Pinto, 1999). Standar IG yang mendukung interoperabilitas data di Indonesia masih terus dikembangkan dan belum sepenuhnya teraplikasikan. Oleh sebab itu masih ditemui banyak DG/IG yang dibangun dengan standar yang berbeda-beda. Perbedaan penggunaan standar tersebut berakibat pada tidak cocoknya DG/IG jika dipadukan dengan IG yang lain. Dalam lingkup IIP, untuk menentukan bahwa DG/IG yang diakses pengguna cocok dengan kebutuhannya, dapat dilakukan dengan asesmen tingkat kecocokan data tersebut terhadap data lain. Asesmen kecocokan data dapat dilakukan pada DG/IG sebagai objek dan konsep untuk diases interoperabilitasnya (Schwering, 2008). DG/IG sebagai konsep menjelaskan cara mengabstraksikan fenomena dunia nyata ke dalam fitur geografis berupa geometri objek yang memiliki hubungan spasial dengan objek lain dan memiliki koordinat yang didefinisikan oleh sistem referensi koordinat (Henriksson dkk., 2008). DG/IG sebagai objek interoperabilitas merupakan penyajian model dari fenomena dunia nyata. Oleh karena itu pada saat menyajikan kategori informasi dipengaruhi oleh pemilihan model data yang digunakan. Pemilihan model data mencakup penggunaan sintak dalam memilih format penyajian IG dan pemilihan struktur data berdasarkan mental model untuk mengklasifikasikan hierarki objek dunia nyata ke dalam basisdata (Bishr, 1998; Sheth, 1999). Oleh sebab itu objek dari keberagaman penyajian IG dan interoperabilitasnya dipengaruhi oleh cara pemodelan sintak dan struktur IG. Interoperabilitas sintak tergantung pada model logikal saat IG disusun dan dikelola dalam basisdata (misalnya pemilihan format dan pendefinisian fitur). Interoperabilitas struktur tergantung pada model konseptual saat mengklasifikasikan objek dunia nyata ke dalam desain basisdata (misalnya penggunaan data untuk aplikasi tertentu, penggunaan datum, sistem koordinat proyeksi peta) (Bishr, 1998; Brodeur dan Bedard, 2003). Aspek sintak dan struktur tersebut berpengaruh pada interoperabilitas data sehingga untuk menilai kecocokan DG/IG dari sumber yang berbeda dapat diukur dari kesamaan komponen pada aspek sintak dan struktur pembentuk data tersebut. 3

4 Mengingat bahwa sebagian fungsi SAP diotonomikan ke daerah sesuai Keputusan Presiden (Keppres) No. 34 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 tahun 2007, maka penggunaan IG pertanahan sangat dibutuhkan oleh PEMDA. Pentingnya IG pertanahan bagi PEMDA maka penelitian ini difokuskan pada pemanfaatan IG tersebut untuk kegiatan pengelolaan penggunaan tanah dan pembangunan di daerah. Daerah yang dijadikan objek kajian adalah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pentingnya kegiatan penataan dan pengendalian penggunaan tanah di Kabupaten Sleman, maka dibentuklah Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah (DPPD). DPPD berwenang untuk melakukan penatakelolaan kegiatan tersebut. Namun dalam konteks SAP dan pengelolaan pertanahan untuk pembangunan, sudah ada institusi yang menyelenggarakan, yaitu: (1) Kantor Pertanahan sebagai perwakilan pemerintah pusat (BPN RI) yang mengelola aspek legal dan fisik penatagunaan tanah, dan (2) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten yang salah satu tugasnya melakukan penatakelolaan aspek fisik perencanaan dan penataan penggunaan tanah untuk pembangunan. Adanya tiga institusi berbeda dan menggunakan IG yang berbeda dalam mengelola informasi pertanahan berakibat pada bertambahnya kompleksitas pengelolaan IG di daerah tersebut. Sebagai contoh dalam proses pemberian izin perubahan penggunaan tanah diperlukan IG bidang tanah yang dimohonkan izin, IG penggunaan tanah, dan IG rencana tata ruang daerah. Ketiga IG tersebut dikelola oleh institusi yang berbeda dan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan internal, misalnya IG penggunaan tanah digunakan di lingkungan BPN RI berbeda dengan yang digunakan di DPPD. Ketiga IG tersebut juga dibangun dengan menggunakan standar berbeda serta disusun dengan sintak dan struktur yang berbeda. Misalnya skala, format dan sistem koordinat proyeksi peta yang digunakan berbeda-beda (Diyono dan Subaryono, 2013), sehingga tidak selaras jika dipadukan. Ketidakselarasan IG tersebut menjadi kendala jika digunakan untuk proses pengambilan keputusan. Oleh sebab itu perlu diupayakan agar IG yang ada dapat dibuat selaras dan dioptimalkan pemanfaatannya melalui tukar-guna IG antar institusi. Penelitian ini berkontribusi pada upaya penyelesaian masalah tersebut 4

5 dengan cara membangun interoperabilitas sintak dan struktur IG agar dapat selaras jika ditukar-gunakan antar institusi dalam lingkup penyelenggaraan IIP. I.2. Rumusan Masalah Pengelolaan pertanahan memerlukan dukungan SAP yang handal dan mampu untuk memadukan tiga aspek utama, yaitu aspek fisik, fiskal dan legal. Secara teknis, dalam SAP ketiga aspek tersebut direpresentasikan sebagai IG pertanahan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Kondisi di Indonesia menunjukkan bahwa realitas DG/IG yang tersedia dan dikelola oleh berbagai institusi masih belum selaras untuk menyediakan layanan IG yang dapat dipadukan. Ketidakselarasan tersebut disebabkan karena: (1) IG dibangun dengan menggunakan standar yang tidak sama, (2) IG dibangun hanya untuk memenuhi kebutuhan internal institusi, (3) IG dibangun menggunakan sintak dan struktur berbeda. Untuk itu permasalahan yang muncul adalah bagaimana IG yang berbeda tersebut dapat diakses, ditukar-gunakan dan selaras jika dipadukan untuk mendukung proses pengambilan keputusan. I.3. Batasan Masalah Batasan masalah yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Data geospasial yang digunakan berupa: (a) IG tema bidang-bidang tanah dan tema lain yang diperoleh dari Peta Dasar Pendaftaran (PDP), (b) IG tema penggunaan tanah, dan (c) IG tema rencana pola ruang daerah. Setiap tema DG/IG dibangun dalam format vektor dengan cakupan wilayah satu kecamatan. 2. Informasi geospasial yang dikaji dan digunakan untuk perancangan basisdata repository IG dibatasi pada format dan platform untuk pemenuhan kebutuhan pada aplikasi SIP untuk kegiatan perizinan perubahan penggunaan tanah di Kabupaten Sleman. 3. Standar IG yang dikaji adalah standar tentang layanan data yang digunakan dalam penyelenggaraan IIP. 4. Standar yang digunakan dalam penyusunan metadata IG berbasis ISO 19115: 2003 dengan format XML yang dibangun dengan menggunakan perangkat lunak CatMDEdit. 5

6 5. Perangkat lunak yang digunakan untuk pengolahan IG, perancangan basisdata repository IG, server data dan pemrograman plugin berbasis open source. 6. Model dan purwarupa perangkat asesmen interoperabilitas DG/IG yang dibangun masih terbatas pada aspek sintak dan struktur IG, dengan parameternya berupa: (a) skala peta dasar, (b) sistem koordinat proyeksi peta, datum dan cakupan area, (c) format data, dan (d) fitur data. 7. Proses penyelarasan IG hasil asesmen (seperti: transformasi datum dan sistem koordinat proyeksi peta, penyelarasan format, penambahan atribut, geoprosesing) memanfaatkan fasilitas dari perangkat lunak SIG yang ada. I.4. Keaslian Penelitian Berbagai penelitian yang terkait dengan interoperabilitas DG untuk mendukung aktivitas pengelolaan IG sudah banyak dilakukan di berbagai negara. Namun, penelitian tentang interoperabilitas DG untuk menyediakan IG pertanahan dalam lingkup pengembangan IIP pada tataran lokal di Indonesia belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Khususnya pada kegiatan tukar-guna DG/IG yang mendukung aplikasi SIP untuk kegiatan perizinan dalam pengendalian pertanahan. Hal ini menjadi penting karena kegiatan perizinan dalam pengendalian pertanahan di daerah pada umumnya memanfaatkan DG/IG yang beragam yang dikelola oleh institusi yang berbeda. Pengelolaan DG/IG di institusi daerah meskipun sudah dilakukan secara digital, namun belum selalu dilengkapi informasi metadata dan belum menerapkan standar interoperabilitas DG/IG yang mendukung fungsi layanan data. Penelitian ini menjadi menarik dan merupakan hal baru di Indonesia, karena memanfaatkan informasi elemen metadata untuk digunakan dalam melakukan proses asesmen interoperabilitas DG/IG. Interoperabilitas DG/IG yang dikelola dan disimpan dalam basisdata repository IG diperlukan sebelum IG tersebut diakses, ditukar-gunakan dan dipadukan pada sebuah aplikasi SIP di daerah kajian. Penggunaan standar metadata DG/IG dalam sepuluh tahun terakhir ini sedang menjadi salah satu bahan topik kajian di berbagai negara (Ahonen-Rainio, 2005; Batcheller dkk., 2009; Callejo dkk., 2009; Devillers dkk., 2007; Monica dkk., 2009; Najar dan Giger, 2006; Olfat dkk., 2010; Taussi, 2007), tak terkecuali juga di 6

7 Indonesia (Aditya dkk., 2012) dengan maksud untuk dapat mengoptimalkan penggunaan DG/IG melalui penyelenggaraan IIG. Beberapa penelitian yang terkait dengan interoperabilitas DG, pemanfaatan informasi metadata DG, dan proses layanan tukar-guna DG antar institusi dilakukan oleh beberapa peneliti berikut ini. Penelitian Muhammadi (2008) dan dilanjutkan Muhammadi, dkk. (2010) membuat perangkat pemaduan (integration) data spasial dalam konteks Infrastruktur Data Spasial (IDS). Penelitian tersebut menguji konsep dengan menggunakan DG yang ada di negara bagian New South Wales dan Victoria sebagai respon kebutuhan alat validasi untuk penyelarasan data. Metodologi yang dilakukan adalah mendesain perangkat pemaduan DG yang dapat digunakan untuk membandingkan kriteria teknis dan kriteria non teknis DG institusi berbasis pada informasi metadata. Hasilnya adalah pemenuhan kebutuhan DG dalam proses pemaduan data sesuai acuan dan konteks yang berlaku di lingkup IDS Australia. Wujud hasil penelitian adalah purwarupa perangkat pemaduan DG dengan menggunakan platform open source perangkat lunak udig dan GeoTools. Penelitian dalam rangka membuat perangkat analisis informasi kualitas DG telah dilakukan oleh Devillers, dkk. (2007). Perangkat analisis ini disebut Multidimensional User Manual (MUM) yang didesain untuk tujuan membantu para pakar dalam melakukan asesmen kualitas DG dari informasi yang terkandung dalam metadata. MUM dikembangkan untuk membantu para pakar dalam meningkatkan pengetahuan tentang kualitas DG dan pemahaman dalam melakukan asesmen kecocokan data untuk penggunaan tertentu. Penelitian tentang interoperabilitas DG di Indonesia pernah dilakukan Santoso (2005) untuk membuat purwarupa sinkronisasi basisdata PBB dan basisdata BPN. Basisdata ini berisi IG bidang tanah dan informasi atribut tentang HAT dan wajib pajak yang dihubungkan melalui jaringan internet pada platform perangkat lunak Oracle Spatial. Penelitian eksperimental ini difokuskan pada desain basisdata dan belum menggunakan informasi metadata. Hasilnya adalah mensinkronkan basisdata IG pertanahan di Kantor Pelayanan PBB dan Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman. (Santoso, 2005). 7

8 Kajian teknis proses tukar-guna DG dan pemaduan DG dalam aplikasi perencanaan wilayah perkotaan dilakukan oleh Wang, dkk. (2007a). Penelitian ini diselenggarakan oleh Badan Lingkungan Wilayah England dan Wales di Inggris bekerjasama dengan beberapa universitas di Inggris, Perancis dan Jerman. Desain kerangka kerja tukar-guna DG dan pemaduan DG berbasis pada sistem mediator yang tidak saling memiliki ketergantungan satu dengan yang lain (loosely-coupled) dan belum menggunakan informasi metadata. Arsitektur sistem layanan DG berbasis web dibuat dengan menggunakan standar Open Geospatial Consortium (OGC) menggunakan Web Feature Service (WFS) dan format Geographical Markup Language (GML) serta dilengkapi dengan fitur bangunan Building Feature Service (BFS). Hasil penelitian berupa model dan proof of concept yang diaplikasikan untuk perencanaan kota dan diujicobakan di Rosensteinviertel sebuah kawasan perkotaan di Stuttgart, Jerman. Penelitian untuk membangun contoh baik model pertukaran data menggunakan perangkat lunak ArcGIS, MapInfo dan Oracle pernah dilakukan Zhao, dkk. (2008). Model pertukaran data ini diujicobakan pada jaringan intranet untuk pengguna dalam institusi dan internet untuk pengguna di beberapa institusi dengan cara studi kasus. Penelitian ini berfokus pada interoperabilitas sistem dan belum memanfaatkan informasi metadata. Studi kasus I: menguji model pertukaran data antara ArcGIS dan MapInfo pada institusi Wuhan Urban Planning and Land Administration Information Center, China. Studi kasus II: menguji model pertukaran data antar dua portal Web Map Service pada institusi the Emeregency Response Department of Beijing. Hasil dari model pertukaran data berbasis Oracle spasial dapat mewujudkan interoperabilitas DG untuk memenuhi kebutuhan dalam institusi dan antar institusi lokal. Penelitian yang dilakukan dalam disertasi ini bertujuan untuk membentuk model asesmen interoperabilitas DG/IG dalam pengembangan IIP yang dapat digunakan untuk memfasilitasi kemudahan dalam proses penyelarasan dan pemaduan IG pada aplikasi SIP di Indonesia. Proses asesmen dimaksudkan untuk menilai kecocokan sintak dan struktur IG dengan memanfaatkan informasi elemen metadata yang dibangun berbasis standar ISO 19115:2003. Hal ini berbeda dengan 8

9 penelitian Muhammadi (2010) tentang pengembangan perangkat pemaduan DG yang dirancang untuk asesmen keselarasan DG/IG dengan cara mengkomparasikan datasetnya yang telah diakses terlebih dahulu dan metadatanya jika tersedia hanya digunakan sebagai pelengkap informasi. Standar ISO 19115:2003 tentang metadata IG sudah diadopsi menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) ISO 19115:2012 untuk menggantikan SNI 7335:2008 (BIG, 2013; BSN, 2014). Standar ISO 19115:2003 diadopsi menjadi SNI dalam upaya memenuhi kebutuhan metadata yang standar untuk dapat dibagipakai pada penyelenggaraan IIG. Oleh sebab itu peran dan fungsi metadata ISO 19115:2003 yang secara internasional dan nasional sudah menjadi rujukan perlu dikaji pemanfaatannya lebih lanjut agar dapat digunakan untuk melakukan asesmen interoperabilitas IG. Penelitian yang terkait dengan topik metadata saat ini banyak dilakukan, sebagai contoh: (a) kajian dalam rangka melakukan pendekatan otomasi pembuatan metadata yang terpadu dengan pengelolaan dan dokumentasi data (Batcheller dkk., 2009; Monica dkk., 2009), (b) kajian dalam upaya memadukan metadata ISO dengan proses pengelolaan DG dengan maksud mengefektifkan proses penyediaan metadata (Najar dan Giger, 2006; Olfat dkk., 2012), (c) penggunaan metadata untuk asesmen kualitas DG sebelum digunakan pada proses pengambilan keputusan (Devillers dkk., 2007). Berbagai kajian tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan DG/IG yang efektif dikelola, mudah diakses dan digunakan pada lingkup penyelenggaraan IIG diberbagai tataran lokal, nasional maupun global. Namun penggunaan metadata untuk melakukan asesmen interoperabilitas sintak dan struktur DG/IG sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. I.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah terbentuknya model asesmen interoperabilitas DG/IG dalam lingkup pengembangan IIP yang mendukung proses penyelarasan aspek sintak dan struktur data dengan berbasis informasi metadata. 9

10 Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sehingga diperlukan tujuan penelitian yang lebih spesifik dalam kegiatan penelitian ini, yaitu: 1. Teridentifikasinya hasil analisis kebutuhan standar data yang mendukung terwujudnya interoperabilitas DG/IG dalam lingkup penyelenggaraan IIP di daerah kajian; 2. Terbentuknya desain model asesmen interoperabilitas DG/IG yang dapat dipakai untuk memberikan rekomendasi proses penyelarasan data sebelum digunakan oleh berbagai pengguna institusi di daerah kajian; 3. Diperolehnya hasil analisis implementasi model asesmen interoperabilitas DG/IG dalam pengembangan IIP di Indonesia. I.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pembangunan negara maupun pengembangan IPTEK. 1. Untuk pembangunan negara. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk: a. memberikan masukan kepada pengelola DG/IG di institusi tentang perlunya metadata yang dikelola bersama dengan pengelolaan data dalam mempersiapkan DG/IG yang interoperable; b. menyediakan perangkat asesmen interoperabilitas DG/IG yang dapat membantu pengguna data dalam menaksir kelayakan DG/IG tersebut sebelum diakses untuk diselaraskan dan dipadukan pada sebuah aplikasi untuk mendukung pengambilan keputusan. c. memberikan contoh arti pentingnya penyelenggaraan IIP dalam mengelola IG pertanahan yang dapat dimanfaatkan oleh SIP pada fungsi SAP yang berbeda. 2. Untuk IPTEK. Khususnya di bidang geodesi dan geomatika, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah terkait dengan: a. pentingnya standar data dalam penyelenggaraan IG pertanahan yang ada di berbagai institusi; 10

11 b. pentingnya informasi metadata yang dapat digunakan pada berbagai keperluan dalam penyelenggaraan IG; c. pentingnya keselarasan sintak dan struktur IG untuk penyelenggaraan IIP di Indonesia. 11

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Data dan informasi Geospasial menjadi salah satu kebutuhan yang mutlak untuk mendukung pembangunan di Indonesia, namun pemerintah seringkali mengabaikan peran data geospasial

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Informasi Geospasial Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial

Lebih terperinci

INFORMASI GEOSPASIAL STRATEGIS NASIONAL

INFORMASI GEOSPASIAL STRATEGIS NASIONAL INFORMASI GEOSPASIAL STRATEGIS NASIONAL RANCANGAN PENGELOLAAN IG STRATEGIS NASIONAL DALAM MENDUKUNG PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SISTEMATIKA PEMBAHASAN: 1. DASAR HUKUM 2. MEKANISME BERBAGI PAKAI MELALUI

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL DAN INFORMASI GEOSPASIAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

Lebih terperinci

PETA DASAR DALAM JARINGAN VER

PETA DASAR DALAM JARINGAN VER Petunjuk Teknis Penggunaan PETA DASAR DALAM JARINGAN VER.01.2016 Petunjuk Teknis ini dapat digunakan oleh praktisi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang maupun di lingkungan Kementerian, Lembaga

Lebih terperinci

Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim BADAN INFORMASI GEOSPASIAL www.big.go.id Menjamin Ketersediaan dan Akses IG yang bisa dipertanggung-jawabkan Single Reference demi padunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan potensi sumber daya alam yang melimpah. Pemanfaatan potensi sumber daya alam di Indonesia perlu diarahkan agar memenuhi

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) bidang II Kota Bandung adalah salah satu bagian dari BPPT Kota Bandung yang melayani proses penerbitan perizinan meliputi

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Informasi geografis mempunyai peran yang vital bagi para pengambil keputusan baik pada level lokal, regional maupun global. Pemanfaatannya dapat mendukung

Lebih terperinci

Ina-Geoportal : Satu Peta, Satu Solusi

Ina-Geoportal : Satu Peta, Satu Solusi Ina-Geoportal : Satu Peta, Satu Solusi Dr. Asep Karsidi, M.Sc BADAN INFORMASI GEOSPASIAL 11 Agustus 2012 Workshop Geospasial Bandung, 11 Agustus 2012 KEBIJAKAN NASIONAL TENTANG IG: BIG penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Berdasarkan Instruksi Presiden No. 3 tahun 2003, tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government bahwa agar terlaksannya penerapan e-government secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 Latar Belakang PENDAHULUAN Berdasarkan data historis hampir semua jenis bencana pernah berulangkali terjadi di Indonesia, seperti: gempa bumi, letusan gunung api, tsunami, longsor, banjir, kekeringan,

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Pembangunan Simpul Jaringan

Petunjuk Teknis Pembangunan Simpul Jaringan i BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Petunjuk Teknis Pembangunan Simpul Jaringan [Type the document subtitle] elfrida [Pick the date] BADAN INFORMASI GEOSPASIAL PUSAT STANDARDISASI DAN KELEMBAGAAN INFORMASI GEOSPASIAL

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL (INFRASTRUKTUR INFORMASI GEOSPASIAL)

SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL (INFRASTRUKTUR INFORMASI GEOSPASIAL) SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL (INFRASTRUKTUR INFORMASI GEOSPASIAL) IDENTITAS RESPONDEN Nama Jabatan Nama lembaga Jumlah staf Kabupaten/Kota Provinsi Telepon E-mail Alamat website lembaga

Lebih terperinci

SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL

SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL IDENTITAS RESPONDEN Nama Jabatan Nama lembaga Jumlah staf Kabupaten/Kota Provinsi Telepon E-mail Alamat website lembaga Pusat Pengembangan Infrastruktur

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 23 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DATA INFORMASI GEOSPASIAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KOORDINASI PENGEMBANGAN APLIKASI DI KEMENTERIAN PUPR. Oleh Masagus Z. Rasyidi (Kepala Subbidang Layanan TI PUSDATIN)

KOORDINASI PENGEMBANGAN APLIKASI DI KEMENTERIAN PUPR. Oleh Masagus Z. Rasyidi (Kepala Subbidang Layanan TI PUSDATIN) KOORDINASI PENGEMBANGAN APLIKASI DI KEMENTERIAN PUPR Oleh Masagus Z. Rasyidi (Kepala Subbidang Layanan TI PUSDATIN) Latar Belakang Beberapa waktu yang telah lalu, terdapat satu Unit Kerja (Uker) yang berfungsi

Lebih terperinci

Pengembangan Pengelolaan Katalog Data Spasial Berbasis WebGIS di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum

Pengembangan Pengelolaan Katalog Data Spasial Berbasis WebGIS di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum Pengembangan Pengelolaan Katalog Data Spasial Berbasis WebGIS di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum Oleh : Bramantyo Marjuki, S.Si. ¹ Hadiwibowo, ST. ² Syamsul Hadi, ST., M.Si. ³ Berdasarkan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB 3 IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI UU NOMOR 4 TAHUN 2011 MENGENAI INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK KELAUTAN

BAB 3 IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI UU NOMOR 4 TAHUN 2011 MENGENAI INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK KELAUTAN BAB 3 IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI UU NOMOR 4 TAHUN 2011 MENGENAI INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK KELAUTAN Informasi geospasial tematik (IGT) merupakan informasi geospasial (IG) yang menggambarkan satu

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Basis data memegang peranan yang sangat penting bagi suatu institusi baik institusi pemerintah maupun swasta. Pemrosesan basis data menjadi perangkat andalan yang kehadirannya

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 WALI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DI LINGKUNGAN DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu teknologi informasi berbasis komputer yang digunakan untuk memproses, menyusun, menyimpan, memanipulasi dan menyajikan

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI

Lebih terperinci

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto Pengertian SIG Sistem informasi yang menggunakan komputer untuk mendapatkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data yang mengacu pada lokasi geografis

Lebih terperinci

Edy Irwansyah, Eko Susi Rosdianasari, Bagus Dewantara,

Edy Irwansyah, Eko Susi Rosdianasari, Bagus Dewantara, MANAJEMEN BASISDATA DAN PENYEBARLUASAN INFORMASI SPATIAL PEMERINTAH DAERAH MELALUI PEMBANGUNAN SULAWESI GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS) www.sulawesigis.org Edy Irwansyah, edirwan@clgi.or.id Eko Susi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Adapun tahapan penelitian yang akan dilaksanakan pada penelitian tugas akhir ini dimulai dari perumusan masalah, pengumpulan data, analisa, perancangan,

Lebih terperinci

MEKANISME BERBAGI PAKAI MELALUI JIGN

MEKANISME BERBAGI PAKAI MELALUI JIGN MEKANISME BERBAGI PAKAI MELALUI JIGN Hukum & Kebijakan Pengaturan Kelembagaan SDM Standar Teknologi Infrastruktur IG JIGN Pasal 53 ayat (2) UU IG no.4/2011 Sudah juga disusun NSPK terkait JIGN seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pencatatan dan pelaporan data pelayanan pertanahan, data pemetaan wilayah berdasarkan karakteristik daerah masing-masing, data kependudukan, data akta perubahan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GOOGLEMAPS UNTUK PEMETAAN DAN PENCARIAN DATA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI INDONESIA

PEMANFAATAN GOOGLEMAPS UNTUK PEMETAAN DAN PENCARIAN DATA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI INDONESIA SISFO-Jurnal Sistem Informasi PEMANFAATAN GOOGLEMAPS UNTUK PEMETAAN DAN PENCARIAN DATA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI INDONESIA Umi Laili Yuhana 1, I G.L.A. Oka Cahyadi P. 2, Hadziq Fabroyir 1 1 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA DAN STANDAR PENGUMPULAN DATA GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI

Lebih terperinci

GEOSERVICE PETA TEMATIK PERTANAHAN

GEOSERVICE PETA TEMATIK PERTANAHAN GEOSERVICE PETA TEMATIK PERTANAHAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI KANWIL BPN PROVINSI JAWA TENGAH 2013 LATAR BELAKANG PEMBUATAN GEOSERVICE PETA TEMATIK PERTANAHAN Peta Tematik Pertanahan diperlukan untuk

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Web untuk Mendukung Manajemen Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Karanganyar

Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Web untuk Mendukung Manajemen Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Karanganyar 100/MIPA LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Web untuk Mendukung Manajemen Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Karanganyar Oleh: Drs. Yuli Priyana, M. Si.

Lebih terperinci

MATRIKS SKEMA SERTIFIKASI LSTP MAPIN BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) 2017

MATRIKS SKEMA SERTIFIKASI LSTP MAPIN BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) 2017 BIDANG GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM GEOGRAFIS (SIG) OPERATOR SISTEM GEOGRAFIS / 4 a. Asisten operator SIG dengan pengalaman kerja di bidang Survei Terestris selama 2 tahun, atau b. Lulusan D2 bidang SIG,

Lebih terperinci

STRATEGI INTEGRASI DATA MELALUI KONSEP INTEROPERABILITAS SISTEM ELEKTRONIK

STRATEGI INTEGRASI DATA MELALUI KONSEP INTEROPERABILITAS SISTEM ELEKTRONIK STRATEGI INTEGRASI DATA MELALUI KONSEP INTEROPERABILITAS SISTEM ELEKTRONIK BANDUNG, 15 NOVEMBER 2017 DIREKTORAT E GOVERNMENT DITJEN. APLIKASI INFORMATIKA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PENGARUH

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI WEB INFORMASI SPASIAL SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN

PERANCANGAN APLIKASI WEB INFORMASI SPASIAL SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PERANCANGAN APLIKASI WEB INFORMASI SPASIAL SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN Agus Pribadi Teknik Informatika STMIK Bumigora Mataram Jl Ismail Marzuki, Cakranegara, Mataram, Nusa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting bagi suatu perusahaan. Dengan adanya teknologi informasi, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting bagi suatu perusahaan. Dengan adanya teknologi informasi, maka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi pada masa kini, telah menjadi suatu kebutuhan yang penting bagi suatu perusahaan. Dengan adanya teknologi informasi, maka proses-proses yang ada

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL

PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL Dodi Sukmayadi dan Andi Rinaldi PUSAT PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL TAHUN 2012 Pusat Pengembangan Standarisasi dan Kelembagaan Simpul Jaringan Informasi

Lebih terperinci

Management and Distribution of Geospatial Information in Indonesia

Management and Distribution of Geospatial Information in Indonesia BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Management and Distribution of Geospatial Information in Indonesia Dr. Ir. Yusuf S. Djajadihardja M.Sc. Deputi Kepala Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial BADAN INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana

Lebih terperinci

Standard Operating Procedures

Standard Operating Procedures BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DEPUTI BIDANG INFRASTRUKTUR INFORMASI GEOSPASIAL PUS AT STAND ARISASI DAN KELEMBAGAAN INFORMASI GEOSPASIAL Standard Operating Procedures Pembangunan Sirnpul Jaringan Informasi

Lebih terperinci

ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA

ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA Danang Budi Susetyo, Dini Nuraeni, Aji Putra Perdana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG SATU DATA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PENGELOLAAN REKLAME DI SURABAYA BERBASIS WEB. Nurul Hilmy Rahmawati NRP:

TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PENGELOLAAN REKLAME DI SURABAYA BERBASIS WEB. Nurul Hilmy Rahmawati NRP: TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PENGELOLAAN REKLAME DI SURABAYA BERBASIS WEB Nurul Hilmy Rahmawati NRP: 1210100023 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12)

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA Oleh: Dr.Ir. Yuzirwan Rasyid, MS Beberapa Subsistem dari SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS 1. Subsistem INPUT 2. Subsistem MANIPULASI

Lebih terperinci

Bab III Analisis Basis Data Spasial PBB Eksisting dan Solusi Pemecahan Permasalahan

Bab III Analisis Basis Data Spasial PBB Eksisting dan Solusi Pemecahan Permasalahan Bab III Analisis Basis Data Spasial PBB Eksisting dan Solusi Pemecahan Permasalahan III.1 Analisis Basis Data Spasial PBB Eksisting Basis data spasial PBB menggunakan model data spasial vektor non topologi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pengelolaan pemerintahan daerah yang baik. Sebab hal ini secara tidak langsung

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pengelolaan pemerintahan daerah yang baik. Sebab hal ini secara tidak langsung BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pengelolaan aset dewasa ini telah memainkan peranan strategis dalam pengelolaan pemerintahan daerah yang baik. Sebab hal ini secara tidak langsung berpengaruh pada peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Tinjauan Pustaka. Web SIG Untuk Fasilitas Umum Di Yogyakarta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Tinjauan Pustaka. Web SIG Untuk Fasilitas Umum Di Yogyakarta. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Terdapat perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

Lebih terperinci

Web Services merupakan salah satu bentuk implementasi dari arsitektur model aplikasi N-Tier yang berorientasi layanan. Perbedaan Web Services dengan

Web Services merupakan salah satu bentuk implementasi dari arsitektur model aplikasi N-Tier yang berorientasi layanan. Perbedaan Web Services dengan Overview Web Service (sebagai software) adalah sebuah sistem didesain untuk mendukung mesin interoperabilitas untuk berinteraksi dalam jaringan. Seringnya Web service hanya berupa application programming

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, aplikasi dan platform yang digunakan oleh departemen-departemen dan unit pendukung pada perguruan tinggi menjadi beragam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) diyakini oleh banyak pihak sebagai salah satu hasil karya cipta teknologi penting yang banyak memberikan manfaat

Lebih terperinci

Information System for Sustainable Land Development (INSTANT) M. Thoha Zulkarnain Prepared by: INSTANT team

Information System for Sustainable Land Development (INSTANT) M. Thoha Zulkarnain Prepared by: INSTANT team Information System for Sustainable Land Development (INSTANT) M. Thoha Zulkarnain Prepared by: INSTANT team National Workshop on Translating Transparency Framework under Paris Agreement into National Context

Lebih terperinci

A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa

A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa wilayah dalam bentuk informasi spatial (keruangan). GIS

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)

Lebih terperinci

RANCANGAN FRAMEWORK INTEROPERABILITAS (SUB REPOSITORI DOKUMEN NASIONAL)

RANCANGAN FRAMEWORK INTEROPERABILITAS (SUB REPOSITORI DOKUMEN NASIONAL) RANCANGAN FRAMEWORK INTEROPERABILITAS (SUB REPOSITORI DOKUMEN NASIONAL) Hero Yudo Martono Jurusan Teknik Informatika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111 Telp.

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbatas pada pembelajaran akan ilmu komputer atau paling kompleks adalah

BAB I PENDAHULUAN. terbatas pada pembelajaran akan ilmu komputer atau paling kompleks adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi khususnya di bidang teknologi informasi pada masa ini, merubah cara pandang orang akan berbagai proses bisnis dalam dunia pendidikan. Sejak semula,

Lebih terperinci

Minerba One Map Indonesia

Minerba One Map Indonesia Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Minerba One Map Indonesia DASAR HUKUM PP NO. 22/2010 Pasal 36 Ayat (1), (2), (3) dan (4) (1) Pemerintah, Pemerintah Provinsi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang tugas akhir mahasiswa, permasalahan, serta tujuan pembuatan tugas akhir. Selain itu akan dibahas pula mengenai ruang lingkup tugas akhir, metodologi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL

PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL Soft Launching Atlas One Map Pekanbaru, 27 Februari 2013 Sugeng PRIJADI PUSAT PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL TAHUN 2012 Kelompok Kerja Kesekretariatan

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K No.31, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Geospasial. Informasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5502) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Pengenalan Sistem Informasi Geografis

Pengenalan Sistem Informasi Geografis Pengenalan Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis Pertemuan 1 Rakhmat Arianto, S.ST., M.Kom Tujuan Mengerti Konsep Sistem Informasi Geografis Mengerti model data pada SIG Memahami proses

Lebih terperinci

menggunakan framework Geomondrian dan

menggunakan framework Geomondrian dan tingkat kabupaten. Penelitian ini telah membangun data warehouse dengan satu tabel fakta (hotspot) dan dua tabel dimensi (waktu dan lokasi). Pada penelitian berikutnya, Hasan (2009) menambahkan empat dimensi,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.28, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Satu Peta. Tingkat Ketelitian. Kebijakan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ADempiere merupakan salah satu aplikasi ERP yang bersifat open source.

BAB I PENDAHULUAN. ADempiere merupakan salah satu aplikasi ERP yang bersifat open source. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah sistem yang menggabungkan semua fungsi dalam setiap departemen dalam suatu instansi ke dalam sebuah sistem tunggal.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG

PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG Afif Luthfi Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Email : luthrev@gmail.com ABSTRAK : Tugas Akhir

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PENGEMBANGAN CLEARINGHOUSE Infrastruktutur Data Spasial Nasional (IDSN)

BAB II DASAR-DASAR PENGEMBANGAN CLEARINGHOUSE Infrastruktutur Data Spasial Nasional (IDSN) BAB II DASAR-DASAR PENGEMBANGAN CLEARINGHOUSE 2.1. Infrastruktutur Data Spasial Nasional (IDSN) Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN) adalah suatu perangkat sistem manajemen data spasial yang menyangkut

Lebih terperinci

Tujuan. Pengenalan SIG

Tujuan. Pengenalan SIG Pengenalan SIG Tujuan Mengerti konsep sistem informasi geografis Mengerti model data pada SIG Memahami proses membangun SIG Dapat merancang dan membangun sistem informasi geografis 1 Materi Pengenalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Pencarian lokasi menjadi salah satu kebutuhan masyarakat dewasa ini terbukti dengan banyaknya penyedia layanan pemetaan seperti Google Map, Bing

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA PADA TINGKAT KETELITIAN PETA SKALA 1:50.000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkuliahan pada tingkat akhir, mahasiswa dihadapkan pada tugas akhir yang mungkin menyulitkan bagi sebagian mahasiswa. Berbagai macam kendala yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga pemerintah, secara umum, memiliki beberapa proyek Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuke-government pada masing-masing unit organisasi dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemerintah Indonesia mempunyai kebijakan melakukan penyelenggaraan pemerintah negara dan pembangunan nasional yang adil, makmur, dan merata berdasarkan Pancasila dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN I.. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat cepat telah membawa manusia memasuki kehidupan yang berdampingan dengan informasi dan teknologi itu sendiri. Yang berdampak pada

Lebih terperinci

Bab III. Metadata dalam GIS

Bab III. Metadata dalam GIS Bab III. Metadata dalam GIS Pengertian Metadata Metadata didefinisikan sebagai data yang berisikan informasi mengenai satu atau beberapa aspek mengenia data. Secara mudah metadata dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk dan Layanan. Gambar 1.1 Data Produk dan Tabungan Sumber : Dokumentasi Bank Muamalat Indonesia.2011

BAB I PENDAHULUAN. Produk dan Layanan. Gambar 1.1 Data Produk dan Tabungan Sumber : Dokumentasi Bank Muamalat Indonesia.2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Bank Muamalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PAJAK ASLI DAERAH (PAD)

KERANGKA ACUAN KERJA SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PAJAK ASLI DAERAH (PAD) KERANGKA ACUAN KERJA SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PAJAK ASLI DAERAH (PAD) Dinas Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota TAHUN ANGGARAN 2014 1 I. PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Sesuai yang diamanatkan

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Neg

2018, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Neg No.116, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. Satu Data Kelautan dan Perikanan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67/PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN

Lebih terperinci

Reka Geomatika No. 1 Vol ISSN X Maret 2017

Reka Geomatika No. 1 Vol ISSN X Maret 2017 Reka Geomatika No. 1 Vol. 2017 44-51 ISSN 2338-350X Maret 2017 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Geodesi Evaluasi Kesiapan Implementasi Infrastruktur Data Spasial untuk Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewenangannya masing-masing guna terlaksananya pengembangan e-government

BAB I PENDAHULUAN. kewenangannya masing-masing guna terlaksananya pengembangan e-government BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inpres No 3/2003 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan e-government, mengamanatkan setiap Gubernur dan Bupati/Walikota untuk mengambil langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada Ilmu Komputer, Sistem Informasi merupakan hal yang sangat mendasar keterkaitannya dengan sistem secara global. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah salah satu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Pelayanan kesehatan, Georaphical Information System (GIS), Kebumen, Rumah sakit dan puskesmas

ABSTRAK. Kata kunci: Pelayanan kesehatan, Georaphical Information System (GIS), Kebumen, Rumah sakit dan puskesmas Pemodelan Profil Prasarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Kebumen Menggunakan Sistem Informasi Geografis / GIS Mahmud Husein S Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan Teknologi Informasi (TI) saat ini telah menyebar hampir di semua bidang tidak terkecuali di perpustakaan. Perpustakaan sebagai institusi pengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Infrastruktur Data Spasial (IDS) memfasilitasi berbagi data spasial (sharing

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Infrastruktur Data Spasial (IDS) memfasilitasi berbagi data spasial (sharing BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infrastruktur Data Spasial (IDS) memfasilitasi berbagi data spasial (sharing spatial data) antar pemangku kepentingan (stakeholder) dalam komunitas data spasial. Negara

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana

2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PEMERINTAHAN. Wilayah. Nasional. Rencana. Tata Ruang. Peta. Ketelitian. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DAN EVALUASI METODA GRAPHIC INDEX MAPPING DALAM PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PATI

PENGGUNAAN DAN EVALUASI METODA GRAPHIC INDEX MAPPING DALAM PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PATI PENGGUNAAN DAN EVALUASI METODA GRAPHIC INDEX MAPPING DALAM PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PATI Ben Prayogo Hillman 1, Chatarina Nurjati 1, Yuwono 1 Program

Lebih terperinci

-2-3. Prinsip Data dan Informasi yang mencakup pedoman bagaimana mengelola dan menjaga data dan informasi. 4. Prinsip Aplikasi yang mencakup pedoman p

-2-3. Prinsip Data dan Informasi yang mencakup pedoman bagaimana mengelola dan menjaga data dan informasi. 4. Prinsip Aplikasi yang mencakup pedoman p TAMBAHAN BERITA NEGARA R.I BPS. TI. Tata Kelola. Prinsip. (Penjelasan Atas Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1202) PENJELASAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR73TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PETA 2.1.1. Pengertian peta Peta merupakan suatu representasi konvensional (miniatur) dari unsur-unsur (fatures) fisik (alamiah dan buatan manusia) dari sebagian atau keseluruhan

Lebih terperinci

BIG. Peta. Rencana Tata Ruang. Pengelolaan. Tata Cara.

BIG. Peta. Rencana Tata Ruang. Pengelolaan. Tata Cara. No.1517, 2014 BIG. Peta. Rencana Tata Ruang. Pengelolaan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi perangkat bergerak (mobile device) berkembang begitu pesat sehingga jika dilihat dari ukuran fisik perangkat tersebut menjadi semakin mengecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertanian memberikan kontribusi banyak terhadap keberlangsungan hidup masyarakat, terutama kontribusinya sebagai sumber pangan, sumber lapangan pekerjaan bagi sebagian

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN Suzi Oktavia Kunang 1, Ilman Zuhriyadi 2 Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani 3 Palembang, Sumatera Selatan,Indonesia

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 Matakuliah Waktu : Sistem Informasi Geografis / 3 SKS : 100 menit 1. Jelaskan pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG). Jelaskan pula perbedaan antara SIG dan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Informatika 2008 (semnasif 2008) ISSN: UPN Veteran Yogyakarta, 24 Mei 2008

Seminar Nasional Informatika 2008 (semnasif 2008) ISSN: UPN Veteran Yogyakarta, 24 Mei 2008 PEMANFAATAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SEBAGAI SEBUAH SOLUSI PADA PENGATURAN RUTE ANGKUTAN UMUM PADA DINAS LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN (DLLAJ) SURAKARTA Ema Utami 1, Anisa Rahmanti 2 1,2 Jurusan

Lebih terperinci