BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Infrastruktur Data Spasial (IDS) memfasilitasi berbagi data spasial (sharing

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Infrastruktur Data Spasial (IDS) memfasilitasi berbagi data spasial (sharing"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infrastruktur Data Spasial (IDS) memfasilitasi berbagi data spasial (sharing spatial data) antar pemangku kepentingan (stakeholder) dalam komunitas data spasial. Negara di seluruh dunia sedang mengembangkan IDS untuk mengelola dan memanfaatkan aset data spasial mereka agar menjadi lebih efisien. Salah satu elemen utama dari IDSN masing-masing negara adalah clearinghouse (Crompvoets dkk., 2002). Sejak tahun 1994 perkembangan dalam pelaksanaan clearinghouse atau geoportal sangat cepat terjadi di seluruh dunia. Global Spatial Data Infrastructure Association (GSDI) merupakan sebuah organisasi, lembaga, perusahaan, dan individu dari seluruh dunia yang mempromosikan kerjasama internasional dan kolaborasi dalam mendukung pembangunan infrastruktur data spasial lokal, nasional dan internasional yang akan memungkinkan negara dan warga negara mereka untuk menangani masalah-masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan. Diharapkan dengan adanya GSDI perkembangan IDS secara global dapat dijalankan dengan baik. Asia merupakan benua terbesar di dunia yang terbagi ke dalam wilayah Asia Timur, Selatan, Tenggara, Tengah, dan Barat. Berkembanganya IDS di dunia secara global juga mempengaruhi perkembangan IDS di Asia dan Pasifik. Permanent Commitee on GIS Infrastructure for Asia and the Pacific (PCGIAP) adalah suatu komite yang dibentuk berdasarkan resolusi PBB Konferensi Kartografi Regional untuk Asia dan Pasifik di Beijing tahun 1994 dan akan bekerja di bawah lingkup Perserikatan Bangsa Konferensi Kartografi Regional PBB untuk Asia dan Pasifik (UNRCC-AP). PCGIAP merupakan komite inisiatif Infrastruktur Data Spasial Nasional kawasan Asia Pasifik. PCGIAP terdiri atas 56 negara yang bergabung, beberapa diantaranya telah baik dalam melaksanakan pembangunan IDSN di negaranya masing-masing, namun beberapa negara lain masih belum bisa membangun IDSN dengan baik. PCGIAP bertujuan untuk memaksimalkan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan dari informasi geografis dengan menyediakan sebuah forum bagi negara-negara dari Asia dan Pasifik. Penyediaan forum ini 1

2 bertujuan untuk bekerja sama dalam pengembangan infrastruktur informasi geografis daerah dan berkontribusi pada pembangunan infrastruktur informasi geografis global. Tujuan lain forum ini adalah berbagi pengalaman dan berkonsultasi mengenai masalah-masalah kepentingan bersama dan berpartisipasi dalam kegiatan lain seperti pendidikan, pelatihan, dan transfer teknologi. Indonesia aktif sebagai anggota dalam PCGIAP dan GSDI. Indonesia merupakan negara yang terletak di Asia dan berada dalam wilayah Asia Tenggara. Saat ini Indonesia berada dalam tahap pengembangan Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN). IDSN yang merupakan misi survei dan pemetaan nasional dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan mendasar yang berkaitan dengan survei dan pemetaan di Indonesia. Pembangunan clearinghouse atau geoportal yang merupakan bagian dari IDSN di Indonesia ditangani oleh pemerintah melalui Badan Informasi Geospasial (BIG). Geoportal di Indonesia diberi nama Ina-Geoportal (Indonesia-Geospatial Portal). Ina-Geoportal adalah Portal Geospasial Indonesia yang dibangun dengan partisipasi berbagai kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah di Indonesia. Ina-Geoportal diluncurkan pada tanggal 17 Oktober 2011 dalam acara Geospasial untuk Negeri oleh BIG di Sasana Budaya Ganesha, Institut Teknologi Bandung. Penggunaan data spasial yang semakin luas tidak saja digunakan di bidang perencanaan, inventarisasi, monitoring, dan pengambil keputusan, tetapi juga sampai ke ranah militer hingga pencarian jalur tercepat atau terpendek untuk beberapa kegiatan. Pengguna akan lebih mudah untuk mengakses data spasial dalam jaringan IDS yang dapat dilihat melalui geoportal. Ina-Geoportal menunjukkan bahwa Indonesia mampu untuk membangun IDSN, hal ini juga diharapkan dengan semakin baiknya impementasi IDSN di Indonesia melalui geoportal. Salah satu implementasi IDSN yang dapat diamati adalah tersedianya data spasial yang semakin lengkap. Geoportal sebagai pintu gerbang IDS diharapkan dapat memberikan dan menyediakan informasi data spasial selengkap mungkin. Maka perlu adanya informasi mengenai kelengkapan data geoportal di Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia. 2

3 I.2. Identifikasi Masalah Pengguna data spasial yang semakin meningkat berdampak pula pada ketersediaan data spasial. Kesadaran akan mahalnya biaya yang dikeluarkan dan membutuhkan waktu yang lama untuk pengadaan data spasial memunculkan ide konsep IDS. IDS diharapkan dapat berperan sebagai penyedia fasilitas untuk berbagi data spasial (spatial data sharing). Salah satu komponen dari IDS adalah geoportal yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi IDS di sebuah negara. Geoportal menyajikan data spasial yang dimiliki di sebuah negara. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah belum adanya informasi mengenai kelengkapan data yang ada di geoportal Indonesia. Kelengkapan data geoportal di sebuah negara dapat dilihat dengan membandingkan kelengkapan data geoportal di negara lain. Penelitian ini membandingkan kelengkapan data geoportal Indonesia dengan geoportal negara lain di Asia. Hasil perbandingan berupa informasi klasifikasi kelengkapan data di setiap negara. I.3. Pertanyaan Penelitian Tekait dengan masalah tersebut, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Bagaimana kelengkapan data geoportal Indonesia jika dibandingkan dengan kelengkapan data geoportal negara lain di Asia? I.4. Cakupan Penelitian Penelitian memerlukan cakupan masalah untuk mempermudah kegiatan penelitian dan tidak keluar dari tema penelitian. Cakupan penelitian ini meliputi : 1. Studi perbandingan kelengkapan data geoportal dilakukan pada negara yang berada di benua Asia. 2. Situs geoportal yang diteliti adalah situs geoportal resmi pemerintah di masing-masing negara Asia dan geoportal yang menampilkan data yang dimiliki. 3. Penilaian kelengkapan data geoportal dilakukan secara pasif tanpa adanya korespondensi dengan pengelola situs web yang diteliti. 4. Penilaian kelengkapan data geoportal dilakukan menggunakan parameter berupa kategori dan sub kategori data yang ditampilkan pada tabel III

4 5. Cara pencarian data yang sudah ditentukan dengan memanfaatkan aplikasi map viewer dan menu-menu yang ada di geoportal. 6. Metode perhitungan bobot disetiap kriteria menggunakan konsep Analytical Hierarchy Proses (AHP). Perhitungan bobot disetiap kriteria dengan membagi rata besarnya bobot di kriteria dengan banyaknya jenis data di setiap kriteria. 7. Klasifikasi kelengkapan data geoportal berdasarkan hasil perhitungan bobot akhir yang diperoleh dari perkalian bobot kriteria dan sub kriteria. I.5. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kelengkapan data yang disajikan pada situs geoportal Indonesia jika dibandingkan dengan geoportal negara lain di Asia. Hasil perbandingan ini dapat dimanfaatkan untuk bahan evaluasi dalam meningkatkan kualitas geoportal Indonesia di bagian datanya. I.6. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai kelengkapan data yang ada pada geoportal yang tersebar di masing-masing negara Asia. Perbandingan geoportal Indonesia dengan negara lain di Asia dapat dilihat berdasarkan kelengkapan datanya. Dari perbandingan ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi yang terkait di Indonesia untuk meningkatkan perkembangan geoportal Indonesia pada bagian kelengkapan data. I.7. Tinjauan Pustaka Crompvoets dkk., (2002) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu clearinghouse diantaranya adalah harus ada kebutuhan langsung untuk berbagi data dan layanan. Fungsinya adalah memberikan saluran komunikasi yang baik bagi masyarakat untuk berbagi dan menggunakan dataset. Bukan hanya bertujuan ke arah keterkaitan basis data yang tersedia tetapi juga stabilitas dana. Stabilitas dana memiliki dampak positif pada pengelolaan, penggunaan, dan isi data. Stabilitas dana yang dibutuhkan untuk membangun sebuah kerangka kerja yang cocok dalam memfasilitasi pengelolaan aset informasi antara lain kepercayaan dan pentingnya otoritas. Otoritaslah yang akan membuat 4

5 clearinghouse menjadi lebih user-friendly. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengenalan terhadap layanan clearinghouse dan memotivasi penyedia web dan data untuk berpartisipasi dalam clearinghouse tersebut. Semakin banyak data dan penyedia web, semakin banyak pula data dan layanan yang tersedia. Faktor terakhir yang disebutkan adalah memotivasi pengatur clearinghouse untuk selalu memperbarui clearinghouse mereka secara teratur. Penilaian terhadap dampak yang ditimbulkan geoportal dilakukan di beberapa benua yaitu Eropa, Australia, dan USA/Canada (hanya sedikit dari Caribbian, Afrika dan Asia). Crompvoets dkk., (2004) menyimpulkan bahwa dampak yang terjadi dengan adanya geoportal diantaranya adalah dampak ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Dampak ekonomi akan berpengaruh pada meningkatnya konsumsi data spasial dan jasa. Konsumsi data spasial yang menjadi lebih tinggi merupakan konsekuensi dari beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah karena akses data spasial yang lebih efisien dan distribusi yang lebih tinggi oleh pemasok data spasial. Selain itu, geoportal juga mengurangi adanya duplikasi data spasial. Dampak sosial akan berpengaruh pada pentingnya kesadaran terhadap peningkatan data spasial. Pengembangan IDS di taraf daerah memiliki tantangan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengembangan IDSN dalam sebuah negara. Hal ini menurut Rajabifard (2002) terjadi karena dua faktor. Faktor yang pertama adalah karena sifat kerelaan yang masih minim dalam upaya kerjasama di tingkat multi-nasional. Faktor yang kedua adalah kesulitan dalam partisipasi pengembangan inisiatif IDS di taraf daerah. Akibatnya, pengembangan yang efektif dan komprehensif untuk IDS daerah Asia-Pasfik terhambat oleh kurangnya dukungan dari negara-negara anggota. Selanjutnya kembali dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk mempromosikan dukungan IDS suatu daerah. Strategi penelitian yang dilakukan dirancang untuk memenuhi hipotesis dan tujuan penelitian. Terdapat empat rekomendasi yang diusulkan dan disertai dengan kerangka kerja untuk jaringan komunikasi ruang lingkup IDS daerah. Hasil adopsi dan pelaksanaan dari rekomendasi yang diusulkan akan membantu PCGIAP dalam mengatasi masalah rendahnya partisipasi anggota IDS daerah. Selain itu juga dapat 5

6 mempercepat pengembangan inisiatif Asia-Pasific Regional Spatial Data Infrastructure (APSDI). Anonim (2010) menjelaskan mengenai penelitian bagaimana cara memilih seperangkat variabel kunci terukur yang dapat dimanfaatkan untuk menilai Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN) di negara berkembang. Lokasi penelitian dilakukan di enam negara berkembang dari tiga benua. Negara tersebut adalah Kolombia, Kuba, Nepal, Indonesia, Nigeria dan Ethiopia yang terletak di benua yang berbeda yaitu Amerika Latin, Asia dan Afrika. Ada beberapa hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Salah satunya adalah mengenai kesulitan dalam membangun dan menerapkan IDSN di negara berkembang. Kesulitan itu diantaranya kurangnya penghargaan, sumber daya dan personil yang terlatih, proses birokrasi yang tidak efisien, dan kurangnya data. Dalam penelitian tersebut mengacu pada catatan Akinyede dan Boroffice. Catatan ini menyebutkan bahwa kurangnya kemajuan IDS di negara berkembang berakar pada sejumlah faktor. Faktor ini meliputi rendahnya kualitas pengumpulan data, organisasi dan praktek manajemen. Serta kurangnya infrastruktur yang memadai dan kapasitas manusia yang terampil. GSDI (2004) menyatakan bahwa geo-informasi sangat penting untuk membuat keputusan di tingkat lokal, regional, dan global. Banyak contoh informasi geografis yang membantu proses pengambilan keputusan. Dijelaskan juga kombinasi antara asosiasi data spasial infrastruktur yang mendukung penemuan informasi, akses dan penggunaan informasi spasial seperti pemulihan bencana, dan kejahatan manajemen. Anonim (2010) menjelaskan mengenai penelitian yang dilakukan oleh University of Maine (USA). Penelitian ini menilai sifat, luas dan status kegiatan IDS negara di seluruh dunia antara Hasil penelitian menunjukkan bahwa IDSN akan dibangun di sekitar 54 negara. Negara-negara tersebut diantaranya adalah Amerika Selatan atau Tengah ada Argentina, Kolombia, Meksiko dan Uruguay. Di wilayah Asia ada India, Indonesia, Macau, Malaysia, Mongolia dan Korea Selatan. Di wilayah Afrika hanya ditemukan di Afrika Selatan saja. Informasi geografis yang semakin luas mengakibatkan banyak negara dan organisasi membangun IDSN. Pada tahun 2002, 120 negara telah memulai proyek untuk pembangunan IDSN. Data merupakan pendorong utama atau faktor pertama dalam pembangunan dan fokus pengembangan IDSN. Faktor yang kedua adalah penggunaan data, aplikasi 6

7 kebutuhan pengguna yang merupakan kekuatan pendorong untuk pembangunan IDSN. Rajabifard (2002) membandingkan tingkat administrasi wilayah IDS berdasarkan komponen inti yaitu fundamental dataset. Perbandingan tingkat IDS dari segi dataset mendasar mulai dari IDS lokal, IDS negara, IDS nasional, IDS wilayah hingga IDS global. Dataset mendasar yang harus ada pada IDS lokal yaitu unsur topografi, peta kadastral, jaring kontrol lokal, dan informasi yang berkaitan dengan bencana alam. Perbedaan dataset mendasar pada IDS lokal, IDS negara dan IDS nasional hanya pada jaring kontrolnya. Jaring kontrol untuk IDS negara adalah jaring kontrol nasional sedangkan untuk IDS nasional yaitu jaring kontrol nasional geodesi. Komponen dataset mendasar IDS wilayah meliputi batas administrasi, transportasi, unsur hidrografi, elevasi, tempat populasi, nama geografi, penggunaan lahan, jaring kontrol geodesi wilayah dan tutupan lahan. Komponen dataset mendasar IDS wilayah dan IDS global hampir sama, hanya yang membedakan yaitu jaring kontrol geodesi untuk global adalah jaring kontrol geodesi global. Onsrud (2002) melakukan penelitian berupa pemilihan tipe data geografi untuk infrastruktur data geografi nasional di beberapa negara. Ada 21 data dan 23 negara yang diteliti. Indonesia termasuk dalam 23 negara yang akan memilih tipe data yang penting untuk infrastruktur data geografi nasional. 21 data tersebut adalah jaring geodesi, elevasi, citra digital, batas administrasi, kepemilikan tanah, transportasi, hidrografi, garis pantai, batimetri, dan unsur fisik. Data lainnya yaitu nama tempat, penggunaan lahan, geologi, harga real state, alamat pos, lahan basah, tanah, jaring gaya berat dan zonasi serta registrasi. Hasil yang diperoleh adalah 22 negara memilih data elevasi, 21 negara memilih data kepemilikan tanah, 19 negara memilih data jaring geodesi, 16 negara memilih data batas adminitratif, dan 13 negara memilih data hidrografi. Dilanjutkan dengan dan 12 negara memilih data citra digital dan transportasi serta 11 negara memilih data penggunaan lahan. Data yang lain hanya dipilih oleh kurang dari 10 negara. Hal ini memberikan gambaran mengenai data apa saja yang harus ada pada informasi geografis dan dipilh oleh 23 negara. 7

8 I.8.1. Infrastruktur Data Spasial I.8. Dasar Teori Definisi Infrastruktur Data Spasial. Infrastruktur Data Spasial (IDS) merupakan inisiatif yang dimaksudkan untuk menciptakan suatu lingkungan di mana semua pemangku kepentingan dapat saling bekerja sama dan berinteraksi dengan teknologi. Inisiatif IDS di seluruh dunia telah berevolusi sebagai tanggapan terhadap perlunya kerjasama antara pengguna dan produsen data spasial. Hal ini diperlukan untuk memelihara sarana dan lingkungan dalam berbagi data spasial serta pengembangannya (Rajabifard, 2002). Kemajuan IDS menunjukkan bahwa IDS dipahami secara berbeda oleh para pemangku kepentingan dari berbagai disiplin ilmu atau dari latar belakang multinasional. Diperoleh definisi mengenai IDS dari berbagai konteks instansi pemerintah nasional dalam berbagai konteks. Beberapa definisi IDS disajikan dalam tabel Tabel I Contoh definisi IDS (Sumber: Chan dkk, 2001) Sumber (referensi) Definisi IDS Australia New Zealand Land Information Council ( ANZLIC 1996) Global Spatial Data Infrastructure Conference 1997 ( GSDI 1997) Sebuah infrastruktur data spasial nasional terdiri atas empat komponen inti yaitu kerangka kelembagaan, standar teknis, dataset fundamental, dan jaringan clearinghouse. Global Spatial Data Infrastructure (GSDI) umumnya harus mencakup kebijakan, organisasi, data, standar teknologi, mekanisme pengiriman, keuangan dan sumber daya manusia yang diperlukan untuk memastikan bahwa mereka bekerja pada skala global dan regional serta tidak terhambat dalam mencapai tujuan mereka. Thompson (1995) IDSN adalah salah satu yang membuat penggunaan efektif teknologi komputer dan komunikasi yang efisien untuk akuisisi, manajemen, dan penyebaran data serta informasi spasial secara nasional. Dutch Council for Real state Information (Ravi) (Masser 1998b) Infrastruktur Informasi Geografis Nasional adalah kumpulan kebijakan, dataset, standar, teknologi (perangkat keras, perangkat lunak dan komunikasi elektronik) dan menyediakan informasi geografis yang dibutuhkan pengguna untuk melaksanakan tugas. 8

9 Sumber (referensi) European Commission (European Commission 1995) Executive Order of US President (Executive Order 1994) Federal Geographic Data Committee (FGDC 1997) Definisi IDS The European Geographic Information Infrastructure (EGII) adalah kerangka kebijakan Eropa dalam menciptakan kondisi yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian mencakup semua kebijakan, peraturan, insentif dan struktur yang didirikan oleh Lembaga Uni Eropa dan negara-negara Anggota. Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN) berarti teknologi, kebijakan, standar, dan sumber daya manusia yang diperlukan untuk memperoleh, memproses, menyimpan, mendistribusikan, dan meningkatkan pemanfaatan data geospasial. IDS Nasional merupakan payung kebijakan, standar, dan prosedur di mana organisasi dan teknologi berinteraksi untuk mendorong penggunaan yang lebih efisien, manajemen, dan produksi data geospasial. McLaughlin and Nichols (1992) Komponen infrastruktur data spasial harus mencakup sumber data spasial, database dan metadata, jaringan data, teknologi (berkaitan dengan pengumpulan data, manajemen dan perwakilan), pengaturan kelembagaan, kebijakan, standar dan pengguna akhir. Hoffmann (1999) Queensland Spatial Information Infrastructure Council (Department of Natural Resources 1999) Victoria s Geospatial Information Strategic Plan of the State Government of Victoria, Australia (Land Victoria 1999) Victorian Geospatial Information Stategy of the State Government of Victoria, Australia (Land Victoria 1999) Spatial (data / informasi / pengetahuan / keahlian) infrastructure harus lebih dari infrastruktur informasi geografis. Merupakan komponen integrasi spasial untuk sistem informasi masyarakat, dan elemen penting dari sebuah interoperabilitas masyarakat informasi masa depan. The Queensland Spatial Information Infrastructure terdiri atas dataset, pengaturan kelembagaan, standar teknis, produk dan layanan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, industri dan masyarakat. Konsep infrastruktur data spasial diperluas untuk mencakup lebih dari sekedar data itu sendiri, sekarang mencakup semua organisasi dan pelanggan yang terlibat dalam seluruh proses, dari data capture ke akses data, termasuk kerangka geodetic. Sebuah infrastruktur data spasial dikonsepkan sebagai informasi geospasial yang komprehensif, sumber daya infrastruktur, nilai dan kemampuan yang didorong ke dalam sistem informasi Victoria dan proses-manfaat, melalui elemen tahanan strategis, metadata, infrastruktur akses, harga, akurasi spasial dan kesadaran 9

10 Data dan Layanan Spasial. Akses data spasial atau geografis menjadi hal yang penting untuk kesejahteraan masyarakat. Data dan layanan afiliasi sangat penting dalam membuat keputusan untuk perencanaan jangka panjang oleh pejabat pemerintah tingkat tinggi atau pengambilan keputusan oleh individu sehari-hari serta bisnis lokal. Pengambilan keputusan dari lokal ke global memberi manfaat untuk data dan layanan spasial dalam perencanaan, aktif mengelola, dan menanggapi tantangan di berbagai bidang. Tantangan seperti di bidang kesehatan, energi, transportasi, bencana, kelestarian lingkungan, perumahan, pertanian, dan semua domain utama lainnya (GSDI Association) Komponen Infrastruktur Data Spasial. Kategori yang pertama adalah interaksi terpenting dan mendasar antara orang dan data. Kategori yang kedua yaitu jaringan akses, kebijakan dan standar (merupakan komponen teknologi utama). Sifat kategori yang kedua ini sangat dinamis karena adanya perubahan masyarakat (individu) dan kebutuhan. Perubahan masyarakat dan kebutuhan ini yang kembali membutuhkan dataset yang berbeda. Kecepatan teknologi yang semakin berkembang mengakibatkan kebutuhan untuk mediasi hak, pembatasan dan tanggung jawab antara orang dan data bisa berubah (Rajabifard, 2002). Gambar menunjukkan IDS tidak dapat terintegrasi jika hanya terdiri atas data spasial, nilai tambah layanan dan pengguna akhir saja. Melainkan melibatkan isu-isu penting lainnya mengenai interoperabilitas, kebijakan dan jaringan. Hal ini mencerminkan sifat dinamis dari seluruh konsep IDS. Hal ini menjadi masalah yang juga disorot oleh Groot dan McLaughlin (2000). Menurut Gambar , siapapun (pengguna data melalui produsen) yang ingin mengakses dataset harus memanfaatkan komponen teknologi. 10

11 Gambar I Sifat dan hubungan antar komponen IDS (Sumber: Rajabifard, 2002) Hierarki Infrastruktur Data Spasial. IDS saling terkoneksi di tingkat perusahaan, lokal, negara bagian/provinsi, nasional, regional (multi-nasional) dan global yang menunjukkan model hierarki IDS. Gambar I Hierarki IDS (Sumber: Rajabifard, 2002) Dalam model yang ditunjukkan pada gambar I.8.1.2, tingkat perusahaan dianggap menjadi tingkat paling dasar dalam hierarki IDS. IDS di tingkat lokal atau di atasnya terutama yang dibentuk oleh integrasi data spasial awalnya akan dikembangkan untuk digunakan di perusahaan-perusahaan yang beroperasi di tingkat yang sama dan di bawahnya. I.8.2. Geoportal Geoportal mengatur konten dan layanan seperti direktori, perangkat pencarian, informasi masyarakat, dukungan sumber daya, data dan aplikasi. Geoportal menyediakan kemampuan catatan metadata untuk data dan layanan yang relevan, serta menyediakan link langsung ke konten online layanan itu sendiri. Geoportal juga dapat mengontrol penggunaan layanan 11

12 komersial dengan memfasilitasi penjualan/pembelian data dan layanan. (Maguire dan Longley 2005). Gambar I menunjukkan operasi 1 mengacu pada publikasi metadata pada sumber daya geospasial dalam geoportal oleh penyedia. Operasi 2 menunjukkan pertanyaan yang dikirim oleh pengguna melalui web. Operasi 3 menunjukkan respon yang ditawarkan untuk membantu pengguna dalam menemukan permintaan data. Operasi 4 dilakukan ketika pengguna memanfaatkan sumber daya yang ditawarkan (Maguire dan Longley 2005). Gambar I Peran geoportal di IDS (Sumber: Maguire dan Longley 2005) Clearinghouse. Clearinghouse adalah suatu sistem server yang tersebar yang ditempatkan pada internet yang memuat gambaran nyata tentang data spasial digital yang tersedia. Informasi deskriptif ini, yang dikenal sebagai metadata, dikumpulkan dalam suatu format standar untuk memudahkan query dan menetapkan penyajian melalui beberapa situs yang terkait (Bakosurtanal, 2003). Clearinghouse berfungsi sebagai gateway dalam perolehan data spasial melalui suatu sistem manajemen yang dibangun berdasarkan metadata, sehingga data dan informasi dapat diakses dengan mudah oleh pengguna data. Sistem Clearinghouse merupakan suatu sistem jaringan server basis data data spasial terdistribusi yang dapat diakses melalui jaringan internet. Clearinghouse data spasial adalah suatu gateway informasi dari suatu sistem terdistribusi server data spasial (Bakosurtanal, 2003). 12

13 Tujuan Dasar Clearinghouse. Tujuan dasar Clearinghouse adalah menyediakan akses terhadap data spasial digital melalui metadata. Clearinghouse berfungsi sebagai layanan katalog rinci untuk berhubungan dengan data spasial dan gambar-gambar browse. Situs-situs Clearinghouse didorong untuk menyediakan hubungan-hubungan hypertext dengan masukan-masukan metadata yang memungkinkan para pengguna mengambil (download) rangkaian data digital secara langsung dalam satu format atau lebih. Clearinghouse ini memungkinkan badan-badan, konsorsia atau komunitas geografi tertentu untuk bergabung bersama dan mempromosikan data spasial digital mereka yang tersedia. Server-server boleh diinstall pada kantor-kantor lokal, wilayah atau pusat, tergantung pada efisiensi pengorganisasian dan bahan dari tiap organisasi. Seluruh server Clearinghouse memiliki tingkatan yang sama dalam kegiatan Clearinghouse tidak ada tingkatan di antara server-server yang memungkinkan query langsung oleh beberapa pengguna pada Internet dengan proses transaksi minimum (Bakosurtanal, 2003) I.8.3. Infrastruktur Data Spasial Indonesia Infrastruktur Data Spatial Nasional (IDSN) adalah suatu perangkat sistem manajemen data spasial yang mencakup kelembagaan, kumpulan data dasar spasial berikut standar-standar dan petunjuk teknis, teknologi, peraturan perundang-undangan dan kebijakan-kebijakan, serta sumber daya manusia yang diperlukan untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, mendistribusikan, dan meningkatkan pemanfaatan data spasial (Bakosurtanal, 2003). Arah kebijakan dan rencana strategis pembangunan survei dan pemetaan nasional disusun dengan berlandaskan pada Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), Kebijakan Strategis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Jakstra Iptek) dan Prioritas Utama Nasional Riset dan Teknologi (Punas Ristek). Berdasarkan hal tersebut maka Kebijakan dan Rencana Strategis pembangunan survei dan pemetaan nasional (Jakstra dan Renstra Surtanas) dirumuskan meliputi lima bidang kebijakan, yaitu : Kelembagaan, 13

14 Peraturan perundang-undangan, Pembangunan Data Dasar Utama, Penelitian dan pengembangan IPTEK dan Peningkatan kemampuan SDM. I.8.4. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) AHP (Analytical Hierarchy Process) merupakan metode yang digunakan untuk mengukur prioritas dengan membandingkan elemen satu dengan elemen lainnya (Saaty, 1995). Metode ini memiliki fleksibilitas tinggi dalam pengambilan keputusan dan penyusunan hierarki. Metode ini mampu menangkap banyak tujuan dan kriteria serta mampu memecahkan masalah yang mempunyai tujuan dan kriteria yang saling berlawanan. Peralatan utama AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hierarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hierarki yang ditunjukkan pada gambar I Gambar I Struktur Hierarki AHP (Sumber: Kusrini, 2007) Dasar yang diterapkan dalam metode AHP adalah perbandingan secara berpasangan pada suatu variabel penelitian dengan berbagai tingkatan. Perbandingan pada tingkat bawah dilakukan dengan cara memasukkan nilai-nilai atribut pada setiap kriteria yang telah ditentukan. Kriteria yang telah ditentukan kemudian dibuat suatu pembobotan yang akan dibandingkan terhadap kriteria lain yang telah dibuat, demikian juga untuk tingkatan-tingkatan selanjutnya sesuai dengan tujuan penelitian. 14

15 Setelah semua dibandingkan maka dievaluasi hasil perbandingan tersebut kemudian alternatif yang terbaik akan didapatkan (Saaty, 2005). Konsep dasar AHP adalah penggunaan matriks pairwise comparison (matriks perbandingan berpasangan) untuk menghasilkan bobot relatif antar kriteria maupun sub kriteria. Suatu kriteria akan dibandingkan dengan kriteria lainnya dalam hal seberapa penting terhadap pencapaian tujuan di atasnya (Saaty, 1986). Tabel I memberikan keterangan serta penjelasan dalam memberikan skala dasar perbandingan berpasangan. Intensitas kepentingan 1 Tabel I Tabel Skala Dasar Perbandingan Berpasangan Keterangan Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya ,4,6,8 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya Elemen yang satu jelas lebih mutlak daripada elemen yang lainnya Satu elemen mutlak penting daripada elemen yang lainnya Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Penjelasan Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya. Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara dua pilihan Penilaian dalam membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain adalah bebas satu sama lain, dan hal ini dapat mengarah pada ketidak konsistensian. Saaty (1990) telah membuktikan bahwa indeks konsistensi dari matrik ber-ordo n dapat diperoleh dengan rumus : 15

16 CI = (λmaks-n)/(n-1)... (1) Dengan : CI = Indeks Konsistensi (Consistency Index) λmaks = Nilai eigen terbesar dari matrik berordo n Nilai eigen terbesar didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan eigen vector. Batas ketidak konsistensian di ukur dengan menggunakan Consistency Ratio (CR), yakni perbandingan Consistency Index (CI) dengan nilai Random Index (RI). Nilai ini bergantung pada ordo matrik n dengan n adalah jumlah data yang dibandingkan. Tabel menyajikan daftar RI yang dapat diketahui dari n. Rasio konsistensi dapat dirumuskan : CR = CI/RI... (2) Jika nilai CR lebih kecil dari 10% maka ketidak konsistensian pendapat masih dianggap dapat diterima. Tabel I Daftar Indeks Random Index (RI) n RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59 I.9. Hipotesis Geoportal Indonesia diluncurkan pada tahun 2011, waktu 2 tahun dirasa masih kurang untuk melengkapi data di geoportal Indonesia. Diperoleh hipotesis bahwa kelengkapan data geoportal Indonesia adalah belum lengkap. 16

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Data dan informasi Geospasial menjadi salah satu kebutuhan yang mutlak untuk mendukung pembangunan di Indonesia, namun pemerintah seringkali mengabaikan peran data geospasial

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Informasi geografis mempunyai peran yang vital bagi para pengambil keputusan baik pada level lokal, regional maupun global. Pemanfaatannya dapat mendukung

Lebih terperinci

Reka Geomatika No. 1 Vol ISSN X Maret 2017

Reka Geomatika No. 1 Vol ISSN X Maret 2017 Reka Geomatika No. 1 Vol. 2017 44-51 ISSN 2338-350X Maret 2017 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Geodesi Evaluasi Kesiapan Implementasi Infrastruktur Data Spasial untuk Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP (Analytical Hierarchy Process) AHP (Analytical Hierarchy Process) Pengertian Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

INFORMASI GEOSPASIAL STRATEGIS NASIONAL

INFORMASI GEOSPASIAL STRATEGIS NASIONAL INFORMASI GEOSPASIAL STRATEGIS NASIONAL RANCANGAN PENGELOLAAN IG STRATEGIS NASIONAL DALAM MENDUKUNG PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SISTEMATIKA PEMBAHASAN: 1. DASAR HUKUM 2. MEKANISME BERBAGI PAKAI MELALUI

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

Analytic Hierarchy Process

Analytic Hierarchy Process Analytic Hierarchy Process Entin Martiana INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal METODE AHP INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit. Intro analytical

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA Deni Andrianto 1), Eddie Krishna Putra 2), Fajri Rakhmat

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA Agustian Noor Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Tanah Laut Jl. A Yani Km 6 Pelaihari Tanah Laut Kalimantan

Lebih terperinci

PERAN METADATA DALAM PENCARIAN DATA GEOSPASIAL MELALUI INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL (IDSN) Oleh. I Wayan Krisna Eka Putra

PERAN METADATA DALAM PENCARIAN DATA GEOSPASIAL MELALUI INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL (IDSN) Oleh. I Wayan Krisna Eka Putra ISSN 0216-8138 39 PERAN METADATA DALAM PENCARIAN DATA GEOSPASIAL MELALUI INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL (IDSN) Oleh I Wayan Krisna Eka Putra Jurusan Pendidikan Geografi, FIS, UNDIKSHA E-mail address

Lebih terperinci

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ Mia Rusmiyanti Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Bandung

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 75 ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Dyna

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL

PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL Soft Launching Atlas One Map Pekanbaru, 27 Februari 2013 Sugeng PRIJADI PUSAT PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL TAHUN 2012 Kelompok Kerja Kesekretariatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan ( decision support systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis computer termasuk sistem berbasis

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE Galang Bogar Santos 1, Hendra Pradipta 2, Mungki Astiningrum 3 1,2 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP) Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP) Agung Baitul Hikmah 1, Herlan Sutisna 2 1 AMIK BSI Tasikmalaya e-mail: agung.abl@ac.id 2 Universitas

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.Kom.) Pada Progam Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL Asep Nurhidayat Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan memanipulasi data. Sistem ini digunakan

Lebih terperinci

Ina-Geoportal : Satu Peta, Satu Solusi

Ina-Geoportal : Satu Peta, Satu Solusi Ina-Geoportal : Satu Peta, Satu Solusi Dr. Asep Karsidi, M.Sc BADAN INFORMASI GEOSPASIAL 11 Agustus 2012 Workshop Geospasial Bandung, 11 Agustus 2012 KEBIJAKAN NASIONAL TENTANG IG: BIG penyelenggaraan

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Haditsah Annur haditsah@gmail.com Universitas Ichsan Gorontalo Abstrak Penempatan bidan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia Sistem Promosi Jabatan Karyawan dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Multi-Attribute Utility Theory (MAUT) (Studi Kasus pada PT. Ginsa Inti Pratama) 1) Eka Andrita Gusdha M, 2) Asep Wahyudin,

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Informatika Aplikatif Polinema 2015 (SIAP~2015) ISSN:

Prosiding Seminar Informatika Aplikatif Polinema 2015 (SIAP~2015) ISSN: SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN LOKASI LAHAN KOSONG UNTUK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STRATEGIS MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG) Rifa Kusuma

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AN ANALYSIS OF THE TUITION FEE PAYMENT SYSTEM IN UKRIDA USING ANALYTICAL

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL (IDSN) BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL (IDSN) BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL (IDSN) BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL (IDSN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Disisi lain, oleh karena berbagai

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : BAKOSURTANAL 1 PROGRAM SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL Meningkatnya Pemanfaatan Peta Dasar Dalam Mendukung Pembangunan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH 1 1 Program RB Grand Design RB Road Map RB 6 Program Makro 8 Area Perubahan 9 Program Percepatan RB 9 Program Mikro K/L & Pemda 2 Keterkaitan Program Makro Dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Tujuan analisa sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Sleman, yang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERSETUJUAN SKRIPSI... ii. PENGESAHANDEWAN PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv

DAFTAR ISI. PERSETUJUAN SKRIPSI... ii. PENGESAHANDEWAN PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv DAFTAR ISI PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENGESAHANDEWAN PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... v UCAPAN TERIMA KASIH...

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMILIHAN JURUSAN di SMA N 1 JEKULO KUDUS MENGGUNAKAN METODE AHP NASKAH PUBLIKASI. diajukan oleh Wayan Triana

SISTEM INFORMASI PEMILIHAN JURUSAN di SMA N 1 JEKULO KUDUS MENGGUNAKAN METODE AHP NASKAH PUBLIKASI. diajukan oleh Wayan Triana SISTEM INFORMASI PEMILIHAN JURUSAN di SMA N 1 JEKULO KUDUS MENGGUNAKAN METODE AHP NASKAH PUBLIKASI diajukan oleh Wayan Triana 13.11.6962 kepada FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL

SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL IDENTITAS RESPONDEN Nama Jabatan Nama lembaga Jumlah staf Kabupaten/Kota Provinsi Telepon E-mail Alamat website lembaga Pusat Pengembangan Infrastruktur

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sri Subekti 1, Arni Retno Mariana 2, Andri Riswanda 3 1,2 Dosen STMIK Bina Sarana Global,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengintegrasikan bermacam-macam data dengan menyusun, menyimpan, 1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.

BAB II LANDASAN TEORI. mengintegrasikan bermacam-macam data dengan menyusun, menyimpan, 1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mengintegrasikan bermacam-macam data dengan menyusun, menyimpan, memperbaharui atau merubah,

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS LAPTOP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS LAPTOP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS LAPTOP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ari Satria Perdhana (kurawagenk@gmail.com) Wawan Laksito YS, S.Si, M.Kom. (wlaksito@yahoo.com)

Lebih terperinci

SISTEM BANTU PEMILIHAN PAGAR MENGGUNAKAN AHP PADA UD.ADI PUTRA ARTIKEL SKRIPSI

SISTEM BANTU PEMILIHAN PAGAR MENGGUNAKAN AHP PADA UD.ADI PUTRA ARTIKEL SKRIPSI SISTEM BANTU PEMILIHAN PAGAR MENGGUNAKAN AHP PADA UD.ADI PUTRA ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer ( S.Kom ) Pada Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015 PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( AHP ) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK LARAVEL (STUDI KASUS : INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7 BAB 2 2.1. Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Tinjauan pustaka yang dipakai dalam penelitian ini didapat dari penelitian yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Paramuda Tour & Transport mengalami penurunan pelanggan yang

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Paramuda Tour & Transport mengalami penurunan pelanggan yang BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Identifikasi Permasalahan Paramuda Tour & Transport mengalami penurunan pelanggan yang berkelanjutan dan ingin memperluas pangsa pasar yang ada. Paramuda Tour

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berikut adalah metode penelitian yang diusulkan : Pengumpulan Data Peta Curah Hujan tahun Peta Hidrologi Peta Kemiringan Lereng Peta Penggunaan Lahan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA Ian Febianto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonrsia Jl.

Lebih terperinci

ANALISA PEMILIHAN APLIKASI BERITA BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISA PEMILIHAN APLIKASI BERITA BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2017, pp. 521~526 521 ANALISA PEMILIHAN APLIKASI BERITA BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Maria Hestiningsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan dan kemajuan yang telah disesuaikan pada

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan dan kemajuan yang telah disesuaikan pada BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi dan Teknologi telah menjadi komponen yang sangat penting bagi keberhasilan bisnis. Teknologi informasi dapat membantu segala jenis bisnis dalam meningkatkan

Lebih terperinci

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alur /Kerangka Desain Penelitian Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat oleh Sugiyono, dikutip bahwa: Metodologi penelitian

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Sistem Sistem adalah kumpulan objek seperti orang, sumber daya, konsep dan prosedur yang dimaksudkan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR TI BAHREN, MUNAR a Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Jln. Almuslim Tlp.

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK Surmayanti, S.Kom, M.Kom Email : surmayanti94@yahoo.co.id Dosen Tetap Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Padang Sumatera

Lebih terperinci

JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA.

JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA. Nama : Sapto N. Setiawan Jurusan : 42SIB JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA. Penerapan electronic commerce (e-commerce) telah menjadikan hubungan bisnis yang sehat antara produsen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan 1. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Menurut Alter (dalam Kusrini, 2007), Sistem pendukung keputusan merupakan sistem informasi interaktif yang

Lebih terperinci

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014 PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PORTAL DAN SITUS WEB BADAN PEMERINTAHAN

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PORTAL DAN SITUS WEB BADAN PEMERINTAHAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PORTAL DAN SITUS WEB BADAN PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI Jakarta Imam Sunoto, Fiqih Ismawan, Ade Lukman Nulhakim,, Dosen Universitas Indraprasta PGRI Email : raidersimam@gmail.com, vq.ismaone@gmail.com,

Lebih terperinci

Rici Efrianda ( )

Rici Efrianda ( ) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN PINJAMAN PADA PUSAT KOPERASI KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Rici Efrianda (14111028) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PENGEMBANGAN CLEARINGHOUSE Infrastruktutur Data Spasial Nasional (IDSN)

BAB II DASAR-DASAR PENGEMBANGAN CLEARINGHOUSE Infrastruktutur Data Spasial Nasional (IDSN) BAB II DASAR-DASAR PENGEMBANGAN CLEARINGHOUSE 2.1. Infrastruktutur Data Spasial Nasional (IDSN) Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN) adalah suatu perangkat sistem manajemen data spasial yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan menjelaskan analisa sistem dan perancangan sebuah aplikasi desktop untuk pendataan bayi dan analisa kesehatan dengan mengimplementasikan algoritma Analitycal

Lebih terperinci

Misi BAKOSURTANAL 6. Kebijakan 7. Program

Misi BAKOSURTANAL 6. Kebijakan 7. Program PROGRAM BAKOSURTANAL TAHUN 2003 DALAM PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA DAN KAWASAN TERTINGGAL LAINNYA A. PENDAHULUAN Badan Koordinasi Survei

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan penentuan kenaikan kelas pada SMA Ar Rahman dengan sistem yang dibangun dapat

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS) PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI PUGUNG, TANGGAMUS) Nungsiati Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Jl. Wismarini

Lebih terperinci

Inisiatif Accountability Framework

Inisiatif Accountability Framework Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang digunakan untuk memilih obat terbaik dalam penelitian ini. Disini juga dijelaskan prosedur

Lebih terperinci

Tujuan. Pengenalan SIG

Tujuan. Pengenalan SIG Pengenalan SIG Tujuan Mengerti konsep sistem informasi geografis Mengerti model data pada SIG Memahami proses membangun SIG Dapat merancang dan membangun sistem informasi geografis 1 Materi Pengenalan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA 22 SEBATIK STMIK WICIDA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA M. Irwan Ukkas 1), Amelia Yusnita 2), Eri Wandana 3) 1,2 Sistem

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Rudiansyah Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi. Sistem

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ambar Widayanti (ambarwidayanti@gmail.com) Muhammad Hasbi (hasbb63@yahoo.com) Teguh Susyanto (teguh@sinus.ac.id)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Informasi alamat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya jasa pengiriman barang, layanan ini mutlak memerlukan informasi alamat untuk mengirimkan barang

Lebih terperinci

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan. Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan. Gambar 4.16 Teras sungai pada daerah penelitian. Foto menghadap timur. 4.2 Tata Guna Lahan Tata guna lahan pada daerah penelitian

Lebih terperinci

Knowledge Management Tools

Knowledge Management Tools Knowledge Management Tools Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi sebuah organisasi untuk membentuk manajemen formal dan pengetahuan sistematis, termasuk keinginan atau kebutuhan untuk : i. mendapatkan

Lebih terperinci

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp. 49 58 ISSN 1829-667X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN Nur Heri Cahyana Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran

Lebih terperinci

E-CRM (1) Pertemuan 6 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

E-CRM (1) Pertemuan 6 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom E-CRM (1) Pertemuan 6 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom E-CRM strategis bisnis yang menggunakan teknologi informasi yang memberikan perusahaan suatu pandangan pelanggannya secara luas, yang dapat diandalkan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICHAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICHAL HIERARCHY PROCESS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICHAL HIERARCHY PROCESS 1 Rikky Wisnu Nugrha, 2 Romi 1 Program Studi Komputerisasi Akuntansi Politeknik LPKIA 2 Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Nurma Agus Sari (nurmaaguss@gmail.com) Bebas Widada (bbswdd@sinus.ac.id)

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS) PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI PUGUNG, TANGGAMUS) LESDIANA Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, ide, berikut saling keterkaitannya (inter-relasi) di dalam (usaha) mencapai suatu tujuan (atau sasaran bersama

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci