BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres Kerja 1. Pengertian Stres Kerja Stres merupakan kata yang berasal dari Bahasa Latin, yaitu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres Kerja 1. Pengertian Stres Kerja Stres merupakan kata yang berasal dari Bahasa Latin, yaitu"

Transkripsi

1 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Kerja 1. Pengertian Stres Kerja Stres merupakan kata yang berasal dari Bahasa Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight). Definisi ini menjelaskan sebuah kondisi susah atau penderitaan yang menunjukkan paksaan, tekanan, ketegangan atau usaha yang kuat, diutamakan ditunjukkan pada individual, organ individual atau kekuatan mental seseorang (Gibson, dkk, 2003). Stress juga dapat didefinisikan sebagai interaksi antara stimulus dan respon. Stres dikatakan stimulus karena menjadi kekuatan atau dorongan terhadap individu yang menimbulkan reaksi ketegangan atau menimbulkan perubahan-perubahan fisik individu. Luthans (2006) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan. Lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Masalah stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, 17

2 18 peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir dan kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya sttres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur. Stres sebagai respon yaitu respon individu baik respon yang bersifat fisiologik, psikologik terhadap stresor yang berasal dari lingkungan (Gibson, dkk, 2003). Beehr dan Newman (Rice, 1999), stres kerja didefinisikan sebagai tuntutan pekerjaan yang berlebihan melebihi kemampuan pekerja meliputi interaksi antara kondisi pekerjaan dengan sikap individu yang mengubah kondisi normal dan fungsi psikologis pekerja sehingga menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu Spears (2008) mendefinisikan stres kerja sebagai reaksi seseorang terhadap tekanan yang berlebihan atau tuntutan di tempat kerja yang bersifat merugikan. Selye (Riggio, 2003) menambahkan definisi stres kerja sebagai kurangnya kesesuaian antara kemampuan dan keahlian seseorang dengan tuntutan pekerjaan maupun lingkungannya di tempat kerja. Selanjutnya, Brousseau dan Prince (Rahayu, 2000) mengatakan bahwa stres kerja juga dipandang sebagai kondisi psikologik yang tidak menyenangkan yang timbul karena karyawan merasa terancam dalam bekerja. Perasaan terancam ini disebabkan hasil persepsi dan penilaian karyawan yang

3 19 menunjukkan ada ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian antara karakteristik tuntuntan-tuntutan pekerjaan dengan kemampuan dan kepribadian karyawan. Menurut Rice (1999), seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja jika stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja, namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi stres kerja. Rice (1999) mengatakan bahwa stres kerja dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat eksternal, misalnya definisi mengenai stres kerja yang difokuskan oleh Lee dan Ashlorth pada keistimewaan karakteristik pekerjaan yang mengancam pekerja. Robbins (2006) mendefinisikan stres kerja sebagai kondisi yang dinamis dimana seseorang dikonfrontasikan dengan kesempatan, hambatan, atau tuntutan yang berhubungan dengan apa yang diinginkannya dan untuk itu keberhasilannya ternyata tidak pasti. Selanjutnya, penyebab stres (stressor) dibagi ke dalam tiga kategori potensi yaitu lingkungan, organisasi, dan individu. Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi dalam perancangan struktur organisasi. Ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres dikalangan para karyawan dalam suatu organisasi. Lebih lanjut, struktur organisasi menentukan tingkat diferensiasi organisasi, tingkat aturan dan peraturan dan dimana keputuasn diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya

4 20 partisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada karyawan potensi sumber stres. Berdasarkan dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa stres kerja dalam penelitian ini adalah proses yang mengakibatkan seseorang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang yang dikaitkan dengan pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja tertentu serta reaksi seseorang secara fisiologis, psikis, maupun perilaku bila seseorang mengalami keseimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan tersebut dalam jangka waktu tertentu. 2. Gejala-gejala Stres Kerja Stres kerja yang dialami oleh individu memiliki tingkat stres yang berbeda-beda tetapi ditunjukkan oleh gejala-gejala yang sama. Robbins (2002) menyatakan terdapat tiga gejala penyebab stres, antara lain: a. Gejala fisiologis Gejala fisiologis berkaitan dengan aspek fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang berada dalam kondisi stres akan mengalami perubahan metabolisme tubuh, peningkatan tekanan darah, kesulitan pernafasan, sakit kepala, mengalami penyakit jantung, dan mengalami penyakit liver.

5 21 b. Gejala psikis Gejala psikis berkaitan dengan aspek psikologis. Orang yang mengalami stres akan merasakan gejala psikis seperti mengalami ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, suka menunda dan sebagainya. Keadaan stres seperti ini dapat memacu ketidakpuasan kerja, mengalami kejenuhan dalam bekerja dan sikap menunda-nunda pekerjaan. c. Gejala perilaku Stres yang dikaitkan dengan perilaku dapat mencakup dalam perubahan dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluarnya karyawan. Dampak lain yang ditimbulkan adalah perubahan dalam kebiasaan sehari-hari seperti makan, konsumsi alkohol, gangguan tidur, berbicara cepat, bertingkah laku seperti orang gelisah, dan lainnya Looker dan Gregson (2005) menyebutkan bahwa stres dapat terlihat dari gejala fisik dan mental. Adapun tanda-tandanya sebagai berikut : a. Fisik 1) Detak jantung; 2) Sesak nafas, gumpalan lendir di tenggorokan, nafas pendek dan cepat; 3) Mulut kering, gangguan pencernaan, diare, perut kembung, ketegangan otot secara keseluruhan khususnya rahang dan gigi;

6 22 4) Kegelisahan, hiperaktif, menggigit kuku, menginjak-injakkan kaki, meremas-remas tangan; 5) Lelah, lesu, sulit tidur, merasa sedih, sakit kepala, sering sakit seperti flu; 6) Berkeringat khususnya di telapak tangan dan bibir atas, merasa gerah; 7) Tangan dan kaki dingin; 8) Sering ingin buang air kecil; 9) Makan berlebihan, kehilangan nafsu makan, merokok berlebihan; 10) Makin banyak mengkonsumsi minuman beralkohol, serta hilangnya ketertarikan pada seks. b. Mental 1) Cemas, kecewa, menangis, rendah diri, merasa putus asa dan tanpa daya, histeris, menarik diri, merasa tidak mampu mengatasi, gelisah, depresi; 2) Tidak sabar, mudah tersinggung dan berlebihan, marah, melawan, agresif; 3) Frustasi dan bosan, tidak cukup, merasa bersalah, tertolak, terabaikan, tidak aman, rentan; 4) Kehilangan ketertarikan pada penampilan sendiri, kesehatan, makanan, harga diri rendah dan kehilangan ketertarikan pada orang lain;

7 23 5) Tergesa-gesa dan mengerjakan pekerjaan sekaligus; 6) Gagal menyelesaikan tugas-tugas sebelum beralih ke tugas berikutnya; 7) Sulit berfikir jernih, berkonsentrasi dan membuat keputusan, pelupa, kurang kreatif, irasional, menunda-nunda pekerjaan, sulit memulai oekerjaan; 8) Rentan untuk membuat kesalahan dan melakukan kecelakaan; 9) Memiliki banyak hal untuk dikerjakan dan tidak tahu bagaimana memulainya sehingga mengakhiri segala sesuatunya tanpa hasil, beralih dari suatu tugas ke tugas lain, dan tidak menyelesaikan apapun; 10) Hiperkritis, tidak fleksibel, tidak beralasan, over-reaktif, tidak produktif, efisiensi buruk. Gejala-gejala stres kerja yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada Robbins (2002), yaitu gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku. 3. Sumber-sumber Stres Kerja Robbins (2006) menyatakan, sumber stres kerja yang dialami oleh seorang karyawan setidaknya ada 3, antara lain : a. Tuntutan tugas. Merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan seseorang. Faktor ini mencakup desain pekerjaan individu itu (otonomi, keragaman tugas,

8 24 tingkat otomatisasi), kondisi kerja, dan tata letak fisik. Makin banyak kesaling-tergantungan antara tugas seseorang dengan tugas orang lain, maka makin potensial untuk terjadi stres. Pekerjaan dimana suhu, kebisingan, atau kondisi kerja yang berbahaya dan sangat tidak diinginkan dapat menimbulkan kecemasan. Demikian juga bekerja dalam suatu kamar yang berjubel atau dalam lokasi yang dimana terjadi gangguan terus 15 menerus. Secara lebih spesifik, tuntutan tugas masih dipengaruhi oleh beberapa variabel. Variabel-variabel tersebut meliputi: 1) Ketersediaan sistem informasi 2) Kelancaran pekerjaan 3) Wewenang untuk melaksanakan pekerjaan 4) Peralatan yang digunakan dalam menunjang pekerjaan 5) Banyaknya pekerjaan yang harus dilaksanakan b. Tuntutan peran. Tuntutan peran yakni stres kerja yang berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi tertentu. Konflik peran menciptakan harapan-harapan yang hampir pasti tidak dapat diwujudkan atau dipuaskan. Jika hal itu sampai terjadi pada karyawan maka dapat dipastikan karyawan akan mengalami ketidakjelasan mengenai apa yang harus dikerjakan. Pengukuran variabel tuntutan peran terdiri dari: 1) Kesiapan karyawan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan 2) Perbedaan antara atasan dengan karyawan berkaitan dengan tugas

9 25 harus dilaksanakan 3) Keterbatasan waktu dalam melaksanakan pekerjaan 4) Beban pekerjaan yang berat c. Tuntutan pribadi. Tuntutan pribadi yaitu stres kerja yang terkait dengan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain. Kurangnya 16 dukungan sosial dari rekan-rekan kerja dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar, terutama diantara karyawan dengan kebutuhan sosial yang tinggi. Pengukuran variabel tuntutan pribadi terdiri dari: 1) Hubungan dengan supervisor 2) Hubungan dengan sesama karyawan 3) Hubungan dengan keluarga 4) Pengawasan yang dilakukan supervisor (atasan) 5) Keahlian pengawas dalam mengawasi pekerjaan Berdasarkan pemaparan di atas, maka sumber stres kerja yang dialami karyawan adalah tuntutan tugas, tuntutan peran dan tuntutan pribadi. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja Terdapat tiga faktor yang dikemukakan oleh Robbins dan Jugde (2008) terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja : a. Faktor Organisasi Faktor organisasi berpengaruh juga terhadap stres kerja karyawan dimana semua aktivitas di dalam perusahaan berhubungan dengan karyawan, seperti tuntutan kerja atau beban kerja yang terlalu berat, kerja yang membutuhkan tanggung jawab tinggi sangat

10 26 cenderung mengakibatkan stres tinggi. Stres kerja yang dipengaruhi oleh faktor organisasi ini dapat diminimalisir, salah satunya dengan pemberian reward kepada karyawan yang beprestasi atau pada karyawan yang mampu menyelesaikan tugasnya sesuai deadline yang ditentukan. Menurut Cummings dan Worley (2005), reward organisasi merupakan insentif yang kuat yang mampu untuk meningkatkan karyawan dan kinerja kelompok. b. Faktor Lingkungan Adanya lingkungan sosial turut berpengaruh terhadap stres kerja pada karyawan. Adanya dukungan sosial berperan dalam mendorong seseorang dalam pekerjaannya, apabila tidak adanya faktor lingkungan sosial yang mendukung maka tingkat stres karyawan akan tinggi. Cummings dan Worley (2005) menyatakan bahwa team building diarahkan untuk meningkatkan efektivitas kelompok dengan cara dimana anggota kelompok bekerja secara bersama-sama. Team building ini juga mampu untuk meningkatkan hubungan interpersonal dan interaksi sosial dalam kelompok. c. Individu Adanya faktor individu berperan juga dalam mempengaruhi stres karyawan. Dalam faktor individu kepribadian seseorang lebih berpengaruh terhadap stres pada karyawan. Kepribadian seseorang akan menentukan seseorang tersebut mudah mengalami stres atau tidak. Permasalahan pada faktor individu dapat dilakukan dengan

11 27 cara Coaching, Mentoring, dan Counseling. Hal ini dapat disesuaikan dengan kesiapan dan kemampuan perusahaan itu sendiri. Selain itu Training dan Development juga dapat dijadikan strategi bagi perubahan organisasi. Dimana perusahaan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan karyawan dalam bekerja melalui training atau pelatihan. Berdasarkan ketiga faktor yang mempengaruhi stres kerja (Robbins dan Jugde, 2008), kebersyukuran dapat digolongkan ke dalam faktor individu. Peterson dan Seligman (2004) memasukkan gratitude (kebersyukuran) merupakan salah satu karakter positif individu. Terdapat beberapa sumber stres yang memicu stres kerja karyawan seperti beban kerja, tekanan kerja, lingkungan kerja, dan sebagainya. Sumber stres yang memicu stres kerja tersebut sangat mempengaruhi kondisi fisik, emosi, serta perilakunya. Pada faktor individu, seseorang yang memiliki kepribadian yang senantiasa bersyukur maka lebih mudah dalam memanajemen stres yang dirasakan dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Emmons dan Stern (2013), yang menyatakan bahwa bersyukur banyak membawa dampak positif seperti memunculkan emosi-emosi positif yang dapat membantu seseorang dalam mengatasi stres sehari-hari dengan cara yang efektif.

12 28 B. Pelatihan Kebersyukuran 1. Pengertian Bersyukur Kebersyukuran dalam bahasa Inggris disebut gratitude, berasal dari bahasa Latin (gratia), yang berarti kelembutan, kebaikan hati, atau berterima kasih. Semua kata yang terbentuk dari akar Latin ini berhubungan dengan kebaikan, kedermawanan, pemberian, keindahan dari memberi dan menerima, atau mendapatkan sesuatu tanpa tujuan apapun (Pruyer, Emmons, & McCullough, 2003). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan kebersyukuran merupakan suatu perasaan bahagia yang muncul ketika seseorang sedang membutuhkan sesuatu atau bahkan sudah dalam keadaan cukup, menerima pemberian atau perolehan dari pihak lain sehingga orang tersebut merasa tercukupi atau menerima kelebihan. Menurut Emmons dan McCullough (2004), kebersyukuran adalah pengalaman seseorang ketika menerima sesuatu yang berharga, dan merupakan ungkapan perasaan seseorang yang menerima perlakukan baik dari orang lain. Bersyukur dapat mengubah seseorang menjadi lebih baik, bijak sana dan menciptakan keharmonisan antara dirinya dengan lingkungan (Emmons, 2007). Kebersyukuran juga dapat dikatakan sebagai perilaku seseorang yang menerima sesuatu dengan suka rela baik secara kognitif maupun afektif serta memberi nilai tentang apa yang dterima tersebut (Peterson dan Seligman, 2004). Ketika seseorang kurang dapat mencapai kepuasan dalam hidupnya, bersyukur merupakan salah satu cara guna.

13 29 Peterson dan Seligman (2004), mendefinisikan gratitude atau syukur sebagai suatu perasaan terima kasih dan menyenangkan atas respon penerimaan hadiah, dimana hadiah itu memberikan manfaat dari seseorang atau suatu kejadian yang memberikan kedamaian. Menurut Wood, dkk (2009), menyatakan kebersyukuran adalah sebagai bentuk ciri pribadi yang berfikir positif, mempresentasikan hidup menjadi lebih positif. Jadi, berdasarkan beberapa pengertian para ahli maka peneliti menyimpulkan syukur dalam konsep barat dapat dijelaskan bahwa gratitude atau kebersyukuran adalah pengakuan seseorang tentang adanya pihak lain atau sumber yang turut andil atas nikmat yang diterima, oleh karena itu kebersyukuran dapat mendorong seseorang untuk memberikan pujian atau memberikan ucapan terima kasih ada pihak yang telah berbuat baik. Bersyukur dalam pandangan Islam memiliki arti mengakui kebajikan sedangkan bersyukur menurut terminologi khusus artinya, memperlihatkan pengaruh nikmat Illahi pada diri seorang hamba pada kalbunya yang beriman, pada lisannya dengan pujian, dan pada anggota tubuhnya dengan mengerjakan amal ibadah dan ketaatan (al-munajjid, 2006). Hal serupa disampaikan Makhdlori (2007) bahwa kata syukur secara lughawi bermakna membuka dan menyatakan. Membuka kenikmatan, menyatakan kenikmatan kepada orang lain, dan menyebut kenikmatan dengan lisan. Hakikat syukur adalah menggunakan nikmat

14 30 Allah SWT untuk taat kepada-nya dan tidak menggunakannya untuk berbuat maksiat. Kebersyukuran menurut al- Jauziyyah (2005) adalah suatu penerimaan atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT dan diwujudkan dalam bentuk perkataan, perbuatan, dan dengan hati, dimana hati berfungsi untuk mengetahui dan mencintai, lisan (perkataan) berfungsi untuk memuji dan memuliakan Allah, serta anggota tubuh berfungsi untuk taat kepada Allah dan tidak mengerjakan maksiat. Kebersyukuran dibedakan jenis-jenisnya, yaitu personal dan transpersonal. Kebersyukuran personal adalah rasa berterima kasih yang ditujukan kepada orang lain khusus yang telah memberikan kebaikan atau sebagai adanya diri mereka. Sementara kebersyukuran transpersonal adalah ungkapan terima kasih terhadap Tuhan kepada kekuatan yang lebih tinggi atau kepada dunianya (Peterson & Seligman, 2004). Syukur menurut al-ghazali (2013) adalah mengetahui bahwa semua nikmat (karunia) berasal dari Allah SWT dengan pemberian nikmat tersebut menjadikan seseorang tahu untuk mensyukuri nikmat. Mengetahui cara dalam mensyukuri nikmat, individu akan memiliki suatu kepuasan dalam batin seseorang berupa suatu perasaan senang atau bahagia atas nikmat yang diberikan berupa perilaku bersyukur atas nikmat yang telah diberikan dengan sikap mematuhi perintah-nya dan menjauhi larangan- Nya. Sehingga bersyukur dapat menjadikan seseorang itu dekat dengan pemberi nikmat, taat dan tawadhu. Ibnu Mas ud (al-jauziyyah, 2010)

15 31 menyebutkan syukur merupakan separuh iman, dan separuhnya lagi bersabar. Iman adalah himpunan dari niat, ucapan, dan amal (perbuatan). Semuanya berporos pada dua sikap; melakukan dan meninggalkan. Melakukan ialah berbuat ketaatan kepada Allah, yaitu sebagai hakikat bersyukur. Sedangkan meninggalkan ialah bersabar dari bermaksiat. Bersyukur merupakan tujuan, sedangkan bersabar adalah sarana untuk meraih tujuan. Berbeda halnya dengan syukur, karena sesungguhnya eksistensi dari sikap bersyukur itu sendiri merupakan tujuan (al-munajjid, 2006;al-Jauziyyah, 2010). Jadi agama secara totalitas berupa melakukan perintah (bersyukur) dan meninggalkan larangan (bersabar). Kata kunci dari syukur adalah berterima kasih, tahu diri, tidak mau sombong, dan tidak boleh lupa Allah SWT. Bagi seorang Muslim, kunci syukur itu adalah ingat Allah. Kita ada karena Allah dan kepada-nya kita akan kembali. Di sinilah, syukur sering kali disamakan dengan ungkapan terima kasih dan segala pujian hanya untuk Allah semata. Semakin sering bersyukur dan berterima kasih, kita akan semakin baik, tentram dan bahagia (Mahfud, 2014). Syukur juga berarti menampakkan sesuatu kepermukaan, dalam hal ini hakikat syukur adalah menampakkan nikmat dan hakikat kekufuran adalah menyembunyikannya. Mengutip pandangan, Shihab (Mahfud, 2014) menjelaskan bahwa kata syukur mengandung arti gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan,. Lebih lanjut, kata ini menurut ulama

16 32 berasal dari ta syakara yang berarti membuka sehingga ia merupakan lawan dari kata kafara (kufur) yang berarti menutup (salah satu artinya adalah) melupakan nikmat dan menutup-nutupinya. Hampir setiap kata syukur di dalam Al-Quran selalu disandingkan dan dilawankan dengan kata kufur. Hal ini menunjukkan bahwa jika seseorang selalu berusaha di dalam segala aktivitasnya untuk bersyukur kepada Allah SWT, maka akan dijauhkan dari kekufuran. Sebaliknya, jika tidak pernah bersyukur, maka sama dengan mendekatkan bahkan menjerumuskan dirinya ke dalam lembah kekufuran tersebut. Allah SWT berfirman : Karena itu ingatlah kamu kepada-ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-ku, dan janganlah kalian kufur kepada-ku (Q.S 2:152)... jika kalian bersyukur kepada-ku, maka pasti Aku akan menambah (nikmat-ku) kepada kamu sekalian. Tetapi jika kalian kufur kepada-ku, maka ingatlah sesungguhnya azabku sangat dahsyat (Q.S. 14:7). Pengertian syukur jika dikaitkan dalam bekerja, maka karyawan yang senantiasa menganggap hal yang negatif menjadi sesuatu yang berbeda dan mampu dipandang secara positif maka hal mengarah kepada syukur nikmat. Sedangkan karyawan yang senantiasa memandang permasalahannya secara negatif tanpa mencari hikmah, hal ini mengarah kepada kufur nikmat, dimana tidak mau mensyukuri apa yang telah ada pada dirinya, baik kemampuan ataupun kelemahannya. Tidak ada usaha untuk menghilangkan atau menepis kelemahan-kelemahannya, karena putus asa untuk mengembangkan apa yang menjadi potensinya, sebab telah tertutup oleh ke-kufurannya, maka dengan mensyukuri nikmat yang

17 33 diberikan oleh Allah swt akan mendorong karyawan selalu berfikir positif sehingga stres kerja yang dipandang negatif dapat diminimalisir. Terdapat perbedaan mendasar terkait dengan konsep kebersyukuran jika dilihat dari sudut pandang Islam dan sudut padang McCullough, dkk (2002). Syukur berdasarkan pandangan McCullough, dkk (2013) dan Watkins,dkk (2003) menekankan kebersyukuran hanya sebagai sebuah apresiasi atau perasaan berterima kasih atas nikmat yang diterima dan hanya mengakui peran manusia atas apa yang sedang disyukurinya. Sedangkan konsep kebersyukuran dalam pandangan Islam menurut al-jauziyyah (2010) dan al-munajjid (2006) adalah menghadirkan Allah sebagai sumber datangnya segala hal yang patut disyukuri. Kebersyukuran ini dapat digambarkan dengan segala kebaikan yang diterima individu merupakan karunia yang diberikan oleh Allah, dan bisa datang secara langsung maupun dalam bentuk perantara manusia (orang lain), alam, dan sebagainya. Dengan demikian segala nikmat yang dirasakan individu harus dikembalikan kepada Allah SWT. Pemaparan yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa kebersyukuran merupakan ucapan terima kasih atas nikmat yang diterima oleh seseorang yang ditujukan kepada Allah dan manusia, dimana hal ini dapat diwujudkan dalam kalbu (hati), ucapan (lisan), dan semua anggota badan (perbuatan).

18 34 2. Aspek-aspek Kebersyukuran al-jauziyyah (2010) dan al-munajjid (2006) menjelaskan bahwa aspek-aspek dari bersyukur dengan kalbu (hati), lisan (ucapan), dan anggota tubuh (perbuatan). Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Syukur dengan hati yaitu pengakuan hati bahwa semua nikmat itu datangnya dari Tuhan, sebagai kebaikan dan karunia dari Sang Pemberi nikmat kepada hamba-nya. Manusia tidak memiliki daya dan upaya untuk mendatangkan nikmat itu, hanya Tuhan yang dapat menganugerahkannya tanpa mengharapkan imbalan sepeserpun dari hamba-nya. b. Syukur dengan lisan yaitu menyanjung dan memuji Tuhan atas nikmat- Nya dengan penuh kecintaan, serta menyebut-nyebut nikmat itu sebagai pengakuan atas karunia-nya dan kebutuhan terhadapnya, bukan karena riya, pamer atau sombong. Lisan seseorang merupakan sarana untuk mengungkapkan apa yang terkandung di dalam kalbunya. Apabila kalbu seseorang penuh dengan rasa syukur kepada Tuhan, maka dengan sendirinya lisannya akan bergumam mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan. c. Syukur dengan anggota tubuh yaitu anggota tubuh digunakan untuk beribadah kepada Tuhan termasuk menggunakan nikmat-nikmat-nya dalam kebaikan dan tidak digunakan untuk berbuat maksiat atau melakukan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan.

19 35 Menurut al-munajjid (2006) terdapat 3 cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk membentuk rasa kebersyukuran dalam dirinya : a. Mengenal nikmat, yaitu menghadirkan dalam hati, mengistimewakan dan meyakininya. Apabila seorang hamba telah mengenal nikmat, maka dari pengenalan ini seseorang akan berusaha untuk mengenal Tuhan yang memberi nikmat, meskipun dalam pengertian yang terperinci. Apabila dia telah mengenal nikmat, maka akhirnya akan mencari Tuhan yang telah memberinya nikma, dan apabila dia telah mengenal Tuhan yang memberi nikmat, tentulah dia akan mencintai-nya. Apabila telah mencintai- Nya, tentulah dia akan bersungguh-sungguh untuk mencari-nya dan bersyukur kepada-nya. Berdasarkan pengertian ini terciptalah ibadah, sebab ibadah merupakan manifestasi bersyukur kepada Tuhan yang memberi nikmat, yaitu Allah SWT. b. Menerima nikmat, yaitu menyambutnya dengan memperlihatkan kefakiran kepada Yang Memberi nikmat dan hajat kita kepada-nya, dan bahwa berlangsungnya semua nikmat yang diterima itu bukan karena keberhakan kita mendapatkannya, melainkan karena sesungguhnya Allah memberi kita banyak nikmat hanya sebagai karunia dan kemurahan dari-nya semata.

20 36 c. Memuji Allah SWT Memuji Allah atas nikmat yang telah diberikan oleh-nya ada dua macam, yaitu : 1) Bersifat umum Memuji Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan oleh-nya dengan memuji-nya dengan bersifat dermawan, pemurah, baik, luas pemberian-nya dan sebagainya. 2) Bersifat khusus Memuji Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan oleh-nya dengan membicarakan nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan oleh-nya dan diungkapkan bahwa semuanya itu telah diterima. Sesuai dengan firman Allah SWT, Q.S Adh-Dhuhaa (93) : 11 Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur) 3. Prinsip-prinsip Pelatihan Metode pelatihan adalah salah satu pendekatan yang sifatnya kelompok dan mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan metode yang lain. Menurut Hamamah (2010) kelebihan pendekatan kelompok adalah : a. Memberikan kepada para anggota untuk saling memberikan dan menerima umpan balik. b. Anggota akan mendapatkan kesempatan untuk belajar dan berlatih pada perilaku yang baru.

21 37 c. Memberi kesempatan pada anggota untuk belajar mengekspresikan perasaan dan menunjukkan perhatian kepada orang lain serta saling berbagi pengetahuan. d. Memberi kesempatan untuk mempelajari keterampilan yang baru Metode pelatihan didasarkan pada prinsip experiental learning, di mana perilaku manusia terbentuk berdasarkan hasil pengalamannya yang dimodifikasi untuk menambah efektivitas dan semakin lama perilaku manusia akan menjadi suatu kebiasaan dan berjalan dengan otomatis serta seseorang akan semakin berusaha memodifikasi perilaku yang sesuai dengan berbagai situasi yang dihadapinya. Tujuan dari experiental learning adalah mempengaruhi peserta melalui tiga cara yaitu mengubah struktur kognitif peserta, memodifikasi sikap peserta dan menambahkan keterampilan berperilaku peserta. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam pelaksanaan experiental learning adalah sebagai berikut (Johnson & Johnson, 2001) : a. Experiental learning yang efektif akan mempengaruhi struktur kognitif individu, sikap dan nilai-nilai yang dianut, persepsi dan pola-pola perilaku. b. Pengetahuan yang bersumber dari pengetahuan pribadi akan lebih mudah diterima jika dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman orang lain. c. Proses belajar akan efektif jika melibatkan proses belajar yang aktif, dibandingkan dengan proses belajar yang pasif.

22 38 d. Experiental learning akan memberikan informasi yang lebih banyak untuk mampu mengubah sikap dan pola-pola perilaku e. Perubahan persepsi terhadap diri seseorang dan lingkungan sosial diperlukan sebelum muncul perubahan di dalam sikap dan perilaku. f. Semakin lingkungan sosial mendukung, menerima dan memperhatikan, maka seseorang akan bebas memodifikasi perilaku dan sikap. g. Untuk dapat mengubah pola perilaku dan sikap dengan permanen, maka lingkungan sosial maupun diri individu harus ikut berubah. h. Lebih mudah mengubah sikap dan pola perilaku individu dalam suatu kelompok dibandingkan dengan konteks individual. Pemaparan di atas menunjukkan kelebihan-kelebihan yang terdapat dalam pelatihan, sehingga peneliti memilih metode pelatihan sebagai metode untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran karyawan dalam mengatasi stres kerja. C. Pengaruh Pelatihan Kebersyukuran dalam Menurunkan Stres Kerja Masalah stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir dan kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil

23 39 adanya stres kerja sering menimbulkan masalah bagi tenaga kerja, baik pada kelompok eksekutif (white collar workers) maupun kelompok pekerja biasa (blue collar workers) Gaffar (2012). Pada umumnya individu selalu berhadapan dengan berbagai stressor yang berasal dari dalam diri sendiri ataupun dari lingkungan. Apabila individu tidak mampu merespons stres yang dialaminya, maka akan berdampak buruk bagi individu yang bersangkutan dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu setiap individu membutuhkan cara untuk mengatasi stres. Cara-cara yang digunakan individu untuk mengatasi stres tersebut dikenal dengan istilah coping stress. Menurut Barbarin dan Hefti (Amjad dan Bokharey, 2014), agama dan spiritualitas merupakan cara tradisional untuk mengatasi stres karena di dalamnya terdapat internal locus control pada situasi stres yang dialami oleh seseorang. Kegiatan keagamaan dan aktivitas spiritual membantu untuk membingkai ulang peristiwa stres dengan cara memotivasi individu dalam menangani stres yang dihadapi. al-jauziyah (2004), menyatakan bahwa ketika individu mengalami stres, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan yang dianggap negatif. Spiritualitas focused coping juga dapat memotivasi individu dalam penggunaan strategi koping yang efektif. Spiritualitas sangat mempengaruhi strategi koping, seperti yang dikemukakan oleh Barbarin (Amjad dan Bokharey, 2014), menyatakan bahwa dalam situasi stres,

24 40 spiritualitas dapat meningkatkan ketahanan dan optimisme. Demikian pula, Hefti (Amjad dan Bokharey, 2014) yang mengemukakan bahwa spiritualitas meningkatkan pemberdayaan pribadi dalam menghadapi stres dengan keyakinan percaya bahwa Allah selalu ada. Hal ini menjelaskan bahwa spriritual focused coping dapat meningkatkan kemampuan pada strategi pemecahan masalah, menjadi optimis sehingga tidak mudah menyerah ketika dihadapkan pada stressor. Konsep kebersyukuran (gratitude), mampu untuk menyentuh aspek kognisi seseorang (cara berfikir), emosi (berempati) serta spiritual (keyakinan). Emmons (2003) mendefinisikan gratitude sebagai perasaan akan sesuatu yang hebat, rasa terima kasih dan penghargaan atas keuntungan yang diterima secara interpersonal atau transpersonal dari Tuhan. Saat karyawan mengalami stres kerja, karyawan tersebut melihat situasi yang sedang dialaminya dengan sudut pandang pemikiran yang negatif sehingga menyebabkan karyawan tersebut merasa terbebani dengan situasi yang ada dan mengakibatkan kinerjanya menurun. Dengan bersyukur, seseorang mencoba untuk melihat kondisi yang dialaminya dengan sudut pandang yang lebih positif sehingga ia merasa tidak terbebani dengan situasi yang ada bahkan dapat termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya sebagai rasa terima kasih yang diterimanya saat itu. Romdhon (2011) mengungkapkan bahwa kebersyukuran bisa menjadi strategi coping yang dapat membantu individu untuk menghadapi

25 41 atau melepaskan situasi yang menekan (stressful) yang dialami. Selanjutnya, Fredrickson (Kashdan, Uswatte, Julian, 2006) menjelaskan bahwa emosi positif seperti rasa syukur dapat menghilangkan efek fisiologis yang negatif dan dapat meningkatkan kemampuan strategi coping kognitif dan perilaku seseorang.. Kebersyukuran menekankan bahwa segala hal yang diterima individu merupakan karunia yang diberikan oleh Tuhan dan harus dikembalikan kepada Tuhan melalui ekspresi syukur, dalam rangka mendekatkan serta mencari ridha-nya. Bersyukur merupakan perasaan terima kasih yang sangat mendalam atas karunia yang diterima individu yang diwujudkan dalam kalbu (hati), ucapan (lisan), dan semua anggota badan (perbuatan), (al-jauziyyah, 2010); (al-munajjid, 2006). Cahyono (2014) melalui penelitiannya mengungkapkan bahwa tingkat stres kerja karyawan PT X menurun melalui pelatihan gratittude. Bagi individu yang bersyukur, maka ia akan mampu melihat segala pengalaman dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari dengan acara yang positif dan menyenangkan. Melalui bersyukur individu mampu untuk memunculkan emosi secara positif yang terkait dengan keadaan yang dialaminya sehingga menyebabkan seseorang mampu menurunkan stres kerja yang dialaminya. Sejalan dengan penelitian lainnya, Leguminosa (2016) mengungkapkan bahwa kebersyukuran menunjukkan hasil yang signifikan terhadap penurunan tingkat stres guru inklusi di Yogyakarta.

26 42 Penelitian ini menggunakan konsep kebersyukuran berdasarkan kerangka teori al-jauziyah (2010) dan al-munajjid (2006). Peneliti akan memberikan intervensi berupa pelatihan kebersyukuran yang merupakan kegiatan belajar terencana untuk memfasilitasi karyawan mengembangkan pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), dan keterampilan (skill) mereka dalam mengelola stres kerja. Melalui pelatihan ini karyawan akan langsung diarahkan untuk menyadari pentingnya menguasai suatu keterampilan dan menyadari langkah-langkah yang perlu dilakukan agar suatu keterampilan dapat dikuasai dengan baik. Pelatihan kebersyukuran diimplementasikan ke dalam beberapa aspek kebersyukuran menurut al-jauziyyah (2010) dan al- Munajjid (2006) yaitu (1) syukur dengan hati, yaitu pengakuan hati bahwa semua nikmat itu datangnya dari Tuhan, sebagai kebaikan dan karunia dari Sang Pemberi nikmat kepada hamba-nya; (2) Syukur dengan lisan yaitu menyanjung dan memuji Tuhan atas nikmat-nya dengan penuh kecintaan, serta menyebut-nyebut nikmat itu sebagai pengakuan atas karunia-nya; (3) Syukur dengan anggota tubuh yaitu anggota tubuh digunakan untuk beribadah kepada Tuhan termasuk menggunakan nikmat-nikmat-nya dalam kebaikan dan tidak digunakan untuk berbuat maksiat atau melakukan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan. Bersyukur dengan hati akan membuat seseorang meyakini bahwa segala nikmat (senang dan susah) datangnya hanya dari Tuhan. Pada materi ini individu diharapkan mampu untuk menemukan apa saja nikmat

27 43 yang telah diperoleh baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, selain itu individu mampu untuk meyakini bahwa nikmatnikmat yang diperoleh tersebut bersumber dari Tuhan. Serta materi ini dapat membantu individu menemukan hikmah (hal positif) yang diperoleh dari nikmat-nikmat tersebut serta mengakuinya sebagai bentuk kasih sayang Tuhan kepadanya. Ketika seseorang bersyukur dengan hati, seseorang akan terdorong untuk menerima dengan ikhlas segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya. Bersyukur pada situasi sesulit apapun akan dipersepsikan sebagai karunia Tuhan yang harus diterima dan dijalani dengan rasa nikmat. Fitch-Martin (2015), menyatakan bahwa bersyukur efektif untuk menurunkan stres karena kebersyukuran memainkan peran penting terkait dengan bagaimana seseorang mempersepsikan suatu kejadian. Kebersyukuran akan mendorong seseorang untuk menginterpretasikan kejadian-kejadian secara lebih positif dan hal tersebut meminimalisir munculnya stres. Sarafino dan Folkman (Anastasia, 2012) mengemukakan bahwa Positive reappraisal dapat membantu individu agar tidak mudah menyerah pada stressor yang ada. Sebaliknya, ketika seseorang tidak bersyukur (kufur) akan lebih rentan terhadap stres kerja. Sehingga, penulis mengasumsikan bahwa akibat dari kufur adalah terlalu banyak manusia modern yang hidup di dalam kadar stres yang cukup berat, emosi yang labil, hidup dalam ketakutan, rasa cemas yang berlebihan, mudah marah.

28 44 Bersyukur dengan lisan, merupakan sarana untuk mengungkapkan apa yang terkandung di dalam kalbunya. Materi ini individu dapat mengidentifikasi nikmat-nikmat Tuhan yang telah mereka peroleh, mampu mengidentifikasi kebaikan rekan kerja mereka sebagai wujud nikmat dari Tuhan, serta mampu mengekspresikan syukur dengan lisan. Rasa syukur secara lisan tidak hanya diberikan ketika kita memperoleh nikmat, bahkan ketika kita mendapat musibah kita diminta untuk selalu bersyukur. Rasa syukur secara lisan tidak hanya diberikan ketika kita memperoleh nikmat, bahkan ketika kita mendapat musibah kita diminta untuk selalu bersyukur. Sebagaimana firman Allah : "(Yaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh suatu kesusahan, mereka berkata: Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali." (Al Baqarah, 156). Berterima kasih kepada Allah secara lisan atas segala nikmat yang diperoleh atau pada hal yang dipandang negatif, menjadikan individu lebih bersyukur serta meyakini bahwa nikmat yang telah ada akan ditambah oleh Allah SWT, hal ini dikutip dari Q.S Ibrahim (7) : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Ketika kita berterima kasih kepada orang lain maka akan menciptakan dukungan sosial yang erat antar rekan sekerja, hal ini dapat dijelaskan oleh Robbins dan Judge (2008), bahwa adanya dukungan sosial berperan dalam mendorong seseorang dalam pekerjaan. Apabila tidak ada dukungan sosial yang baik maka stres karyawan akan tinggi.

29 45 Selanjutnya setelah seseorang meyakini dan menyadari banyak nikmat dari Allah SWT, ia akan tergerak untuk menggunakan nikmat tersebut sebagai wujud syukurnya kepada Tuhan (bersyukur dengan perbuatan). Materi yang akan diberikan adalah materi yang terkait syukur dengan anggota tubuh, diharapkan membantu seseorang untuk dapat mengidentifikasi nikmat-nikmat yang diperoleh dari beberapa aspek kehidupan serta mampu menyebutkan contoh cara mensyukurinya dengan perbuatan atau anggota tubuh, mampu mempraktekkan cara mengekspresikan syukur dengan perbuatan, serta mampu mempraktekkan cara-cara mengendalikan diri agar terhindar dari perangai marah. Pengendalian diri sangat penting dimiliki ketika menghadapi stres seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1990) bahwa kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongandorongan dalam dirinya. Sehingga ketika menghadapi stres individu mampu untuk memberikan batasan-batasan dalam mengendalikan tingkah lakunya yang disebabkan oleh stressor. Seseorang yang bersyukur akan melakukan segala sesuatu yang positif atau akan memunculkan berbagai respon positif sebagai usahanya dalam melakukan hal-hal yang disukai oleh pihak pemberi (Allah atau manusia sebagai perantara). Pelatihan kebersyukuran dapat digunakan untuk menurunkan stres kerja pada karyawan lembaga keuangan melalui mengenal nikmat melalui hati, menerima nikmat yang Allah berikan serta memuji Allah atas nikmat yang diberikan oleh-nya.

30 46 D. Kerangka Pemikiran PELATIHAN KEBERSYUKURAN 1. Syukur dengan hati 2. Syukur dengan lisan 3. Syukur dengan perbuatan STRESSOR 1. Mencapai target pemenuhan nasabah dalam deadline tertentu 2. Beban kerja yang tinggi 3. Overtime yang menyebabkan kelelahan fisik 4. Penagihan angsuran nasabah yang sering terlambat 5. Tambahan beban kerja STRES YANG NEGATIF (Distress) 1. Fisiologis Mudah lelah fisik Sulit tidur Detak jantung meningkat Sakit kepala 2. Psikis Cemas, tegang Mudah marah Bosan terhadap pekerjaan Hilang konsentrasi 3. Perilaku Absensi Makan berlebihan Tidak berminat berhubungan dengan orang lain STRES YANG POSITIF (Eustress) 1. Fisiologis Fisik lebih sehat Tidur lebih berkualitas Detak jantung normal Sakit kepala menghilang 2. Psikis - Lebih tenang - Mampu mengendalikan emosi - Senang dengan pekerjaan - Fokus dalam bekerja - Puas dengan pekerjaannya 3. Perilaku Semangat dalam bekerja Hubungan dengan orang lain menjadi lebih baik

31 47 Pada konsep pelatihan kebersyukuran ini peserta akan melalui tiga tahapan proses dalam bersyukur (al-jauziyyah, 2010); (al-munajjid, 2006), yaitu : a. Syukur secara hati Segala sesuatu yang diyakini sebagai karunia Tuhan. Hal ini dilakukan dengan cara menanggapi sumber stres dengan pikiran dan perasaan positif. b. Syukur secara lisan Memuji Tuhan dan menceritakan karunia-nya. Hal ini dilakukan dengan cara selalu mengingat karunia yang telah diterimanya. c. Syukur secara perbuatan Melakukan kebaikan dan menghindari hal yang menjadi larangan-nya. Hal ini dilakukan dengan cara menanggapi sumber stres dengan perilaku yang positif. Beberapa stressor yang dihadapi oleh karyawan Lembaga Keuangan X ini akan termanifestasi menjadi stres yang negatif (distress) sehingga diharapkan dengan adanya pelatihan kebersyukuran akan mampu menurunkan stres kerja atau merubah stres kerja yang negatif menjadi positif (eustress). D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat stres kerja pada karyawan lembaga keuangan X di Yogyakarta antara sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kebersyukuran. Stres kerja karyawan akan menurun setelah diberikan pelatihan kebersyukuran.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Stres Kerja 2.1.1. Pengertian Stres Menurut Vaughan dan Hogh (2002) stres adalah suatu kondisi psikologis yang terjadi ketika suatu stimulus diterima sebagai suatu hambatan atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Stres Gibson menyatakan bahwa Stres adalah kata yang berasal dari Bahasa Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight). Definisi ini menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja BAB II LANDASAN TEORI A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) stres merupakan suatu keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK Hariyanti Email: hariyanti.ng@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula merupakan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia pendidikan saat ini semakin kompetitif, tidak terkecuali persaingan dalam peningkatan kualitas di Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI TUJUAN PEMBELAJARAN Mampu membedakan antara frustrasi dan stress Mengerti gejala stress Mampu menjelaskan terjadinya stress Menguraikan cara-cara mengatasi stress

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

MAKNA KEBERSYUKURAN BERDASARKAN KAJIAN PSIKOLOGIS DAN KAJIAN TAFSIR AL MISBAH

MAKNA KEBERSYUKURAN BERDASARKAN KAJIAN PSIKOLOGIS DAN KAJIAN TAFSIR AL MISBAH MAKNA KEBERSYUKURAN BERDASARKAN KAJIAN PSIKOLOGIS DAN KAJIAN TAFSIR AL MISBAH Wanodya Kusumastuti, Nurul Setyorini, Rahmat Aji Laksono Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress PSIKOLOGI UMUM 2 Stress & Coping Stress Pengertian Stress, Stressor & Coping Stress Istilah stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan kedokteran. Ia mendefinisikan stress

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. karyawan memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya,

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. karyawan memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya, 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi merupakan suatu keadaan seorang karyawan memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya, serta berniat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting bagi perusahaan, dimana pada hakekatnya berfungsi sebagai faktor penggerak bagi setiap kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap fase kehidupan manusia pasti mengalami stres pada tiap fase menurut perkembangannya. Stres yang terjadi pada mahasiswa/i masuk dalam kategori stres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORETIS

BAB II URAIAN TEORETIS 33 BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Henny (2007) melakukan penelitian dengan judul " Hubungan Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan Bagian Customer Care Pada PT Telekomunikasi Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

STRESS DALAM PEKERJAAN. Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Kedokteran Komunitas/Keluarga FKIK Unja

STRESS DALAM PEKERJAAN. Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Kedokteran Komunitas/Keluarga FKIK Unja STRESS DALAM PEKERJAAN Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Kedokteran Komunitas/Keluarga FKIK Unja Definisi STRESS?? Tekanan adalah kekuatan atau perangsang yang menekan individu yang menimbulkan tanggapan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. trading diartikan sistem perdagangan secara online yaitu lewat perangkat teknologi

BAB I LATAR BELAKANG. trading diartikan sistem perdagangan secara online yaitu lewat perangkat teknologi ! "! BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Permasalahan Trading dalam sudut pandang bahasa memiliki arti perdagangan, secara khusus trading diartikan sistem perdagangan secara online yaitu lewat perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia merupakan aset yang sangat berharga dalam suatu kemajuan ilmu, pembangunan, dan teknologi. Oleh karena itu dalam era sekarang ini menuntut

Lebih terperinci

Definisi Stres Kerja

Definisi Stres Kerja Definisi Stres Kerja Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Yoder dan Staudohar (1982 : 308) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak 1. Pengertian Coping Stress Coping adalah usaha dari individu untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dari lingkungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain tekanan yang berasal dari lingkungan kerja, lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Selain tekanan yang berasal dari lingkungan kerja, lingkungan keluarga dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dan tuntutan profesionalitas yang semakin tinggi menimbulkan banyaknya tekanan-tekanan yang harus dihadapi individu dalam lingkungan kerja. Selain tekanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan dengan usaha menyeluruh, yaitu usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang tidak dapat digantikan oleh unsur apapun.

BAB I PENDAHULUAN. utama yang tidak dapat digantikan oleh unsur apapun. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan unsur manusia merupakan perangkat yang paling menentukan dalam mencapai tujuan kegiatannya, terutama berkaitan erat dengan kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas-tugas perkembangannya dengan baik agar dapat tumbuh menjadi individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas-tugas perkembangannya dengan baik agar dapat tumbuh menjadi individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia terdapat serangkaian tahapan perkembangan yang harus dihadapi dan dilewati oleh individu guna mencapai tahap perkembangan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang sangat berharga dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia berfungsi sebagai penggerak atau motor dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini banyak sekali ditemui dimasyarakat Indonesia kebiasaan merokok. Rokok bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi masyarakat, karena banyakdari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Stres Kerja Mangkunegara (2005: 28), mengatakan bahwa stres kerja adalah: perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan memiliki pesaing yang banyak di era globalisasi saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan memiliki pesaing yang banyak di era globalisasi saat ini. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan memiliki pesaing yang banyak di era globalisasi saat ini. Persaingan perusahaan yang mempunyai visi dan misi untuk dapat memberikan pelayanan terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi organisasi, dimana pada hakekatnya berfungsi sebagai faktor penggerak bagi setiap kegiatan di dalam

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rangkuti ( 2009 ) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. PLN ( Persero ) wilayah Sumatera cabang Medan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Dalam kehidupan sehari-hari, istilah manajemen merupakan istilah yang tidak asing lagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Jumlah sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting dalam setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting dalam setiap organisasi, dimana pada hakekatnya berfungsi sebagai faktor penggerak bagi setiap kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Kerja Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Stepen P. Robbins (2003 : 793), bahwa stress kerja adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu

Lebih terperinci

NURDIYANTO F

NURDIYANTO F PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI TERHADAP STRES KERJA KARYAWAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : NURDIYANTO F 100 020 079 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia yang menuntut kinerja yang tinggi dan persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Peraturan Republik Indonesia No. 30 tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang kredit serta memberikan suatu kredit.

BAB I PENDAHULUAN. dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang kredit serta memberikan suatu kredit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk memberikan jasajasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengatasan Masalah Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) pengatasan masalah merupakan suatu proses usaha individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Tiara Noviani F 100 030 135 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang ini peran dan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan sangatlah penting dalam setiap sendi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kehadiran anak memberikan kebahagiaan yang lebih di tengah tengah keluarga dan membawa berbagai perubahan yang berdampak positif pada keluarga. Perubahan yang mendasar

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Mengatasi Stress / Coping Stress Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Coping Stress Coping Proses untuk menata tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung mengalami stres apabila ia kurang mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja mencerminkan kondisi manusia yang sehat lahir dan batin, sedangkan tidak bekerja sama sekali, mengindikasikan kondisi macet atau sakit atau adanya suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi modern. Mengelola sumber daya manusia secara efektif menjadi tanggung jawab setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 2 ayat 1 menetapkan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hal tersebut mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa yang memasuki lingkungan sekolah baru, memiliki harapan dan tuntutan untuk mencapai kesuksesan akademik serta dapat mengatasi hambatan yang ada. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Konflik Pekerjaan Keluarga (Work-Family Conflict) Yang et al (2000) mendefinisikan konflik pekerjaan keluarga (work family

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Konflik Pekerjaan Keluarga (Work-Family Conflict) Yang et al (2000) mendefinisikan konflik pekerjaan keluarga (work family 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konflik Pekerjaan Keluarga (Work-Family Conflict) Perubahan demografi tenaga kerja terhadap peningkatan jumlah wanita bekerja dan pasangan yang keduanya bekerja, telah mendorong

Lebih terperinci

STRES DAN MANAJEMENNYA

STRES DAN MANAJEMENNYA STRES DAN MANAJEMENNYA PENGERTIAN STRESS SELVE Respons non spesifik dari tubuh terhadap setiap tuntutan The G.A.S (general adaptation syndrome), suatu respon otomatik terhadap setiap ancaman fisik/emosional

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. stres, walaupun pada dasarnya antara satu defenisi dengan defenisi lainnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. stres, walaupun pada dasarnya antara satu defenisi dengan defenisi lainnya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Stres Kerja Stres adalah merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks dan unik sehingga banyak pakar berbeda pendapat dalam memberikan defenisi tentang stres, walaupun

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI Pedoman Wawancara 1. Latar belakang berkaitan dengan timbulnya kecemasan - Kapan anda mulai mendaftar skripsi? - Bagaimana perasaan anda ketika pertama kali mendaftar skripsi?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RSUD UNDATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Imatama (2006) yang berjudul Pengaruh Stress Kerja Terhadap kinerja

BAB II URAIAN TEORITIS. Imatama (2006) yang berjudul Pengaruh Stress Kerja Terhadap kinerja BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Imatama (2006) yang berjudul Pengaruh Stress Kerja Terhadap kinerja karyawan Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Kampus Medan menyatakan bahwa variabel Stress

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan otomotif khususnya mobil, akan terus berusaha untuk memproduksi unit-unit mobil dengan

Lebih terperinci

PENGARUH STRESSOR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI JOB STRESS. ( Studi Pada PT. Sindopex Perotama Sidoarjo ) Ari Suharto

PENGARUH STRESSOR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI JOB STRESS. ( Studi Pada PT. Sindopex Perotama Sidoarjo ) Ari Suharto PENGARUH STRESSOR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI JOB STRESS ( Studi Pada PT. Sindopex Perotama Sidoarjo ) Ari Suharto Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Brawijaya Email : asuharto37@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Stres 2.1.1 Pengertian Menurut Hawari (2001), stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pada hakikatnya akan terus mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup. Individu akan terus mengalami perkembangan sampai akhir hayat yang

Lebih terperinci

No : 12 / IV / SEMAKU / 2017 Yogyakarta, 17 April Dengan ini Himpunan Mahasiswa Pendidikan Dokter SEMAKU mengucapkan terima kasih kepada:

No : 12 / IV / SEMAKU / 2017 Yogyakarta, 17 April Dengan ini Himpunan Mahasiswa Pendidikan Dokter SEMAKU mengucapkan terima kasih kepada: No : 12 / IV / SEMAKU / 2017 Yogyakarta, 17 April 2017 Hal : Ucapan Terima Kasih Lamp : - Assalamualaikum wr wb Dengan ini Himpunan Mahasiswa Pendidikan Dokter SEMAKU mengucapkan terima kasih kepada: Nama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Menambah pengetahuan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang manajemen sumber daya manusia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

MASALAH KELUARGA DAN MEKANISME PENANGGULANGANNYA

MASALAH KELUARGA DAN MEKANISME PENANGGULANGANNYA MASALAH KELUARGA DAN MEKANISME PENANGGULANGANNYA Euis Sunarti 1 A. Masalah keluarga. Menurut Burgess dan Locke (1960) kesulitan perkawinan merupakan sumber utama masalah hubungan suami istri. Sumber masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah persepsi kita terhadap situasi atau kondisi di dalam lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah persepsi kita terhadap situasi atau kondisi di dalam lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Stres Kerja 1. Pengertian Stres Kerja Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan pula dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan pula dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, membawa perubahan pula dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan itu membawa akibat yaitu tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu tentunya akan mengalami tekanan-tekanan, tuntutan-tuntutan baik

BAB I PENDAHULUAN. individu tentunya akan mengalami tekanan-tekanan, tuntutan-tuntutan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan yang dijalani oleh setiap individu tidak dapat terlepas dari stres. Hal ini dikarenakan dalam menjalani kehidupannya, setiap individu tentunya akan

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gaya Kepemimpinan 1.1 Definisi Gaya Kepemimpinan Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang pemimpin yang dipersepsikan oleh karyawan dalam memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja merupakan pemenuhan akan tugas atau keterampilan terkait pekerjaan seorang karyawan. Kinerja pekerjaan didefinisikan sebagai tindakan yang berkontribusi

Lebih terperinci

MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI. dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa

MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI. dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa STRESS Segala kejadian (masa lalu/ masa datang) yang menimbulkan perasaan tidak enak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan inti dari pendidikan. Tanpa belajar tidak akan ada pendidikan. Karena belajar adalah proses untuk berubah dan berkembang. Setiap manusia sepanjang

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun di kantor, orang sering kali berbicara satu dengan yang lain tentang tingkat stres yang mereka alami. Gejala stres dimiliki

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 3 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. STRES 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah suatu kondisi yang dialami manusia selama hidupnya, dan dalam setiap kegiatan manusia berupa tekanan mental,yang dapat mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki oleh setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang sehat, maka

Lebih terperinci

KAJIAN TEORI. Kata stres bermula darai kata latin yaitu Stringere yang berarti

KAJIAN TEORI. Kata stres bermula darai kata latin yaitu Stringere yang berarti 7 KAJIAN TEORI Stres Kerja Kata stres bermula darai kata latin yaitu Stringere yang berarti ketegangan dan tekanan, ketat atau sempit, atau mengetatkan. Stres merupakan suatu yang tidak diharapkan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. hidup dengan optimal tanpa memiliki emosi, karena emosi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. hidup dengan optimal tanpa memiliki emosi, karena emosi merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk yang memiliki emosi dan rasa. Hidup manusia diwarnai dengan emosi dan berbagai macam perasaan. Manusia sulit menikmati hidup dengan

Lebih terperinci

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Pengertian Kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial, yang mana saling membutuhkan satu sama lain. Manusia terlahir ke dunia ini dituntut agar dapat hidup berorganisasi. Dalam kehidupannya,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan a. Tujuan Umum b. Tujuan Khusus

PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan a. Tujuan Umum b. Tujuan Khusus PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi serta perubahan sosial dan ekonomi menimbulkan efek positif terhadap perkembangan dunia, tetapi juga membawa dampak negatif bagi individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi yang semakin maju di Indonesia membutuhkan SDM yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas dan pekerjaanya.

Lebih terperinci