BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat CV.CITA NASIONAL. dengan merk dagang Susu Segar Nasional, produk lainnya yaitu yogurt

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat CV.CITA NASIONAL. dengan merk dagang Susu Segar Nasional, produk lainnya yaitu yogurt"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sejarah Singkat CV.CITA NASIONAL Perusahaan CV Cita nasional adalah perusahaan milik perseorangan yang bergerak dalam pengelolaan susu murni menjadi susu segar pasteurisasi dan homogenisasi dalam kemasan cup, minipack dan purepeck dengan merk dagang Susu Segar Nasional, produk lainnya yaitu yogurt dengan merk dagang Yogurt Nasional dalam kemasan cup dan bottle. Didirikan pada tanggal 10 November 2000 dan diresmikan oleh Prof. Dr.Ir Bungaran Saragih Mec, selaku Menteri Pertanian dan Perkebunan Republik Indonesia. Lokasi pabrik terletak di Jalan Raya Salatiga Kopeng Km 5 Desa Sumogawe,Kecamatan Getasan,Kabupaten Semarang. Keadaan wilayah mempunyai topografi yang berbukit dengan ketinggian dpl dan suhu udara rata-rata 25 0 C serta kelembaban 80-90%.Luas areal milik perusahaan sekitar m 2. Dalam rangka ikut meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang sedang tumbuh menyiapkan generasi penerus bangsa dan turut serta menyukseskan progam pemerintah untuk mencerdaskan dan meningkatkan kesehatan masyarakat mengingat hal tersebut sangatlah penting bagi perusahaan maka pemilik perusahaan bertekad mendirikan 30

2 suatu perusahaan. Pemilik bernama Bapak H.Rudi Kurnia Danuwijaya mempunyai cita-cita untuk membuat produk yang berdaya guna. Maka mendirikan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengelolaan susu pasteurisasi dan homogenisasi dengan nama CV Cita Nasional Struktur dan Manajemen Perusahaan Perusahaan ini merupakan badan usaha yang berbentuk CV, dengan nomor ijin usaha perusahaan (SIUP) No.155/KWDPP.11/3.1/IX/2000. Struktur organisasi yang diterapkan yaitu dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang berkedudukan di Jakarta dan dalam pelaksanaan kegiatan di perusahaan dibantu oleh Plan Manager beserta supervisor masing-masing. Personalia perusahaan dijelaskan pada tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Personalia CV. Cita Nasional 2014 No Nama Jabatan 1 Rudi Kurnia Danuwijaya Direktur Utama 2 Ir. Iskandar Muklas Plan Manager 3 Enang Komara Kepala Personalia 4 Moh.Nur Ali Muslim,S.Pt Kepala QC dan R&D 5 Supriyati Kepala Administrasi 6 Ade Herman Kepala Mekanik 7 Anjas Asmara Kepala Mekanik 8 Atang Suparman Kepala Gudang 9 Nur Haryanto Asisten Proses Produksi 10 Santosa Asisten Pengemasan 11 Agung Tri Kuncoro,S.Pt Asisten QC dan R&D 12 Ir.Heri Hidayat Konsultan Industri 13 Arifin Konsultan Industri Sumber: Arsip CV. Cita Nasional,

3 Pelaksanaan kegiatan sehari-hari yang meliputi proses maupun administrasi didukung tenaga kerja sejumlah 101 orang yang terdiri 95 karyawan dan 6 karyawati. Pihak manajemen meliputi pimpinan maupun staf di CV Cita Nasional, sedangkan pekerja adalah orang yang terkait dengan hubungan kerja dengan pihak manajemen dan menerima upah (gaji) dari perusahaan. Selain itu adanya sistem pembagian gaji karyawan dengan standar minimal yang sudah ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja yang ada di wilayah Jawa tengah dan upah lembur diberikan bagi karyawan yang mempunyai waktu lebih. Sistem pembagian kerja yang digunakan adalah sistem 2 shift dengan 2 kelompok kerja dimana masing-masing shift bekerja 15 hari kerja sebulan dengan waktu istirahat kurang lebih 60 menit dari jam WIB sehingga dengan begitu setiap shift sehari kerja sehari tidak. Waktu kerja staf kantor yaitu hari senin sampai hari jumat pukul WIB. Namun untuk kepentingan pengecekan sebelum produksi dimulai, karyawan bagian produksi dan laboratorium yang hari tersebut bertugas, umumnya datang lebih awal yaitu pukul WIB. Karyawan bagian filling mulai bertugas pukul WIB, selain itu untuk memenuhi pemesanan, proses produksi dapat berlangsung hingga pukul WIB. 32

4 4.1.3 Macam Persediaan yang dibutuhkan dan cara memenuhinya. Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku susu murni,cv Cita Nasional bekerja sama dengan beberapa Koperasi Unit Desa (KUD) diantaranya KUD Andini Luhur dengan kapasitas produksi susu murni sekitar liter/hari, KUD Cepogo sekitar liter/hari, KUD Sumber Karya sekitar liter/hari, KUD Boyolali Kota sekitar liter/hari, dan KUD GAPOKTAN Banyu Aji sekitar liter/hari. Oleh sebab itu, kapasitas susu murni tersebut dapat mencukupi kebutuhan untuk produksi. Keperluan susu murni untuk produksi CV Cita Nasional saat ini sekitar liter/hari. Secara tidak langsung keberadaan pabrik memberikan peluang pemasaran susu murni bagi masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai peternak sapi perah. Pengelolaan susu segar menjadi olahan susu dan yogurt nasional diperlukan beberapa bahan tambahan dan bahan penolong. Bahan tambahan tersebut diantaranya : Gula, Flavour, Pewarna, Starter Yogurt, Citrid Acid, Lactid Acid, Sweet Whey, Skim Milk, Coklat Powder dan bahan penolong diantaranya : CMC dan Pekitn. Bahan tambahan dan bahan penolong tersebut yang akan diolah dan di produksi menjadi susu murni kemasan dan yogurt. Pemasok atau supplier yang mengirimkan bahan terkadang tidak sesuai dengan jumlah pemesanan, dikarenakan persediaan yang ada dalam pemasok terbatas. Penumpukan dan kekurangan persediaan juga kadang terjadi 33

5 diakibatkan persediaan yang dipesan tidak tepat waktu. Pengendalian persediaan hanya menggunakan sistem FIFO dan LIFO untuk mengetahui bahan mana yang akan di produksi lebih dahulu Biaya-biaya Persediaan Perusahaan Banyaknya bahan tambahan dan bahan penolong mengakibatkan munculnya persediaan bahan tambahan dan bahan penolong. Persediaanpersediaan tersebut mengakibatkan munculnya biaya-biaya yang akan dikeluarkan dari adanya persediaan di yang disimpan dan yang akan dipesan. Terdapat dua macam biaya persediaan yang ada di perusahaan diantaranya biaya pesanan atau ordering cost dan biaya simpanan atau carryng cost. 1. Biaya Pemesanan atau Ordering Cost Dalam persediaannya mengeluarkan biaya pemesanan, biaya-biaya yang dikeluarkan dalam biaya pemesanan tersebut adalah : a. Biaya angkut Dalam memesan bahan tambahan dan bahan penolong memerlukan biaya angkut. Pemesanan yang dilakukan diperoleh dari pemasok sehingga selama proses penempatan barang ke dalam gudang memerlukan tenaga angkut. b. Biaya Administrasi 34

6 Dalam pemesanan bahan, perusahaan juga mengeluarkan biaya administrasi, dilakukan untuk memesan setiap pesanan dari supplier. c. Biaya telepon Pemesanan bahan kepada supplier perusahaan mengeluarkan biaya telepon. d. Biaya bensin Proses pengiriman bahan juga memerlukan biaya bensin yang digunakan untuk membawa barang sampai di perusahaan yang diangkut oleh beberapa truk. 2. Biaya Penyimpanan atau Carrying Cost Persediaan disimpan di dalam gudang, dalam penyimpanan persediaan CV. Cita Nasional mengeluarkan biaya penyimpanan seperti; biaya keamanan logistik, penyusutan gudang, perawatan gudang dan biaya listrik. 4.2 Temuan Penelitian Dalam penulisan sistem pengendalian persediaan bahan baku di perusahaan penulis menemukan data-data berupa kebutuhan sediaan selama satu tahun, biaya simpanan, biaya persediaan dan lead time sebagai berikut : Kebijakan Kebutuhan Selama Satu Tahun, Biaya Persediaan dan Masa Lead Time Perusahaan 35

7 Penentuan sistem pengendalian persediaan perusahaan sudah ditetapkan oleh manajer produksi. Berapa besar jumlah kebutuhan dalam satu tahun, biaya persediaan yang dikeluarkan dan masa lead time pesanan. Kebijakan tersebut dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2 Kebijakan Kebutuhan Selama Satu Tahun, Biaya Persediaan dan Masa Lead Time CV Cita Nasional (Rp.000,00) No Nama Bahan Kebutuhan (1 th) Biaya Pemesanan Biaya Simpanan Lead time 1 Gula 864 ton Rp Rp hari 2 Flavour kg Rp Rp hari 3 Pewarna kg Rp Rp hati 4 Strarter Yoghurt 20 kg Rp Rp hari 5 Citric Acid kg Rp Rp hari 6 Lactic acid kg Rp Rp hari 7 Sweet Whey 960 kg Rp Rp hari 8 Skim Milk kg Rp.14,520 Rp hari 9 Coklat Powder 48 ton Rp Rp hari 10 CMC 96 ton Rp Rp hari 11 Pekitn kg Rp Rp hari Jumlah Rp Rp Sumber : Arsip CV Cita Nasional Dari tabel tersebut, maka dapat dilihat sistem pengendalian persediaan yang diterapkan oleh perusahaan. Kebutuhan selama satu tahun, biaya persediaan selama satu tahun dengan jumlah biaya pesanan yang terdiri dari biaya angkut, biaya administrasi, biaya telepon dan biaya bensin sebesar Rp ,00 dan biaya simpanan yang terdiri dari biaya keamanan logistik, biaya perawatan gudang, biaya penyusutan gudang dan biaya listrik 36

8 sebesar Rp ,00 yang dikeluarkan oleh perusahaan dan masa lead time tiap pemesanan bahan adalah 3 hari Penerapan Sistem Pengendalian Persediaan dengan menggunakan metode EOQ dan ROP Berdasarkan temuan yang ditemukan dilapangan,maka data tersebut kemudian di olah untuk mengetahui sistem pengendalian persediaan dengan metode EOQ dan ROP. Dengan perhitungan matematis tersebut,maka akan diperoleh keputusan apa yang akan di ambil oleh perusahaan terhadap sistem pengendalian persediaan tersebut. Berikut perhitungan dengan menggunakan sistem pengendalian menggunakan metode EOQ dan ROP : 1. Perhitungan EOQ Dalam menentukan sistem pengendalian persediaan menggunakan teknik EOQ atau Economic Order Quantity akan menentukan seberapa besar pesanan ekonomis yang dilakukan perusahaan guna meminimumkan biaya persediaan, perhitungan dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: 37

9 Tabel 3 Sistem Pengendalian Persediaan menggunakan metode EOQ Tahun Kebutuhan Biaya Pesan Biaya Simpan EOQ No Nama Bahan (1 th) (Per Pesan) (Per unit) (per kg/ton) 1 Gula 864 ton Rp ,- Rp ,- 23 ton 2 Flavour kg Rp ,- Rp ,- 331 kg 3 Pewarna kg Rp ,- Rp ,- 43 kg 4 Strarter Yoghurt 20 kg Rp ,- Rp ,- 8 kg 5 Citric Acid kg Rp ,- Rp ,- 43 kg 6 Lactic acid kg Rp ,- Rp ,- 43 kg 7 Sweet Whey 960 kg Rp ,- Rp ,- 89 kg 8 Skim Milk kg Rp ,- Rp ,- 570 kg 9 Coklat Powder kg Rp ,- Rp , kg 10 CMC kg Rp ,- Rp , kg 11 Pekitn kg Rp ,- Rp ,- 510 kg Sumber : data sekunder yang diolah,2014 Perhitungan EOQ dengan memasukkan data-data berupa kebutuhan satu tahun (D), biaya pesan (per pesan)/ordering cost (P) dan biaya simpan/unit /carrying cost (H). Dengan memakai rumus, maka akan diketahui berapa jumlah pesanan yang paling ekonomis atau disebut EOQ. Jika dibandingkan dengan jumlah pesanan yang dilakukan oleh perusahaan, maka metode EOQ menghasilkan jumlah pesanan yang paling ekonomis. Dari perhitungan EOQ maka akan menghasilkan biaya pesanan optimum, biaya simpanan optimum, total persediaan optimum dan frekuensi pesanan optimum. Seperti dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini : 38

10 No Nama Bahan Tabel 4 Biaya pesanan optimum, biaya simpanan optimum, total biaya persediaan optimum dan frekuansi pemesanan optimum dengan metode EOQ Tahun (Rp.000,00) Biaya Pesanan Optimum Biaya Simpan Optimum Total Biaya Persediaan Optimum Frekuensi Pesan 1 Gula Rp Rp Rp kali 2 Flavour Rp Rp Rp kali 3 Pewarna Rp Rp Rp kali 4 Strarter Yoghurt Rp Rp Rp kali 5 Citric Acid Rp Rp Rp kali 6 Lactic acid Rp Rp Rp kali 7 Sweet Whey Rp Rp Rp kali 8 Skim Milk Rp Rp Rp kali 9 Coklat Powder Rp Rp Rp kali 10 CMC Rp Rp Rp kali 11 Pekitn Rp Rp Rp kali Jumlah Rp Rp Rp Sumber : data sekunder diolah, 2014 Dapat dijelaskan pada tabel tersebut, metode EOQ akan mengakibatkan biaya persediaan optimum dengan frekuensi pemesanan yang optimum. Biaya pesan optimum dapat ditentukan dengan rumus, dari rumus tersebut maka akan didapat jumlah biaya pesanan yang optimum dari masing-masing bahan menghasilkan biaya pesan optimum sebesar Rp ,39,00. Biaya simpan optimum dapat di tentukan dengan rumus, biaya simpan optimum sebesar Rp ,06 Total biaya persediaan optimum didapat dari 39

11 penjumlahan biaya pesan optimum dan jumlah biaya simpan optimum, sehingga total biaya persediaan optimum adalah Rp ,45. Frekuensi pesanan optimum dapat ditentukan dengan rumus, dari masing-masing bahan. Perhitungan biaya pesan optimum, biaya simpan optimum dan frekuensi optimum dapat dilihat di lampiran Perhitungan ROP Sistem pengendalian persediaan metode ROP,yaitu perhitungan untuk menentukan kapan akan dilakukan pesanan ulang atau pemesanan kembali yang paling efisien. Dapat dilihat dari tabel 5 berikut ini : Tabel 5 Sistem Pengendalian Persediaan metode ROP Tahun No Nama Bahan (D) D Lead Time ROP 1 Gula 864 ton hari 10 ton 2 Flavour kg hari 115 kg 3 Pewarna kg hari 14 kg 4 Strarter Yoghurt 20 kg hari 1 kg 5 Citric Acid kg hari 29 kg 6 Lactic acid kg hari 29 kg 7 Sweet Whey 960 kg hari 12 kg 8 Skim Milk kg 24 3 hari 72 kg 9 Coklat Powder 48 ton hari 1 ton 10 CMC 96 ton hari 1 ton 11 Pekitn kg 96 3 hari 288 kg Sumber : data sekunder diolah,

12 Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa perhitungan menggunakan metode ROP perusahaan akan mengetahui berapa besar pesanan yang akan dilakukan kembali, dengan rumus dengan d adalah penggunaan bahan selama satu tahun. ROP atau Re Order Point merupakan pemesanan kembali dimana perusahaan dapat mengetahui kapan pemesanan tersebut dapat dilakukan lagi. Dengan mengetahui ROP maka dapat digunakan untuk mengisi bahan persediaan pada masa lead time Perbandingan Kebijakan Perusahaan dengan metode EOQ dan ROP Sistem pengendalian persediaan yang diterapkan perusahaan masih sangat tradisional, perhitungan persediaan sudah ditentukan dari awal oleh perusahaan sehingga belum menggunakan sistem pengendalian persediaan metode EOQ dan ROP. Kebijakan sistem pengendalian persediaan perusahaan dengan sistem pengendalian persediaan metode EOQ dan ROP, untuk dapat mengetahui lebih efisien mana maka dapat dilakukan dengan cara membandingkannya. Perbandingan tersebut diantara lain adalah sebagai berikut : 1. Kebijakan Biaya Simpanan Perusahaan dengan Biaya Simpanan Teknik EOQ Biaya simpan yang digunakan untuk menyimpan persediaan tersebut dikeluarkan sebanyak persediaan yang ada dalam gudang. Kebijakan biaya simpan perusahaan tersebut dapat dibandingkan dengan biaya 41

13 simpan optimum yang dikeluarkan dengan teknik EOQ, perhitungan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini Tabel 6 Perbandingan kebijakan biaya simpan CV Cita Nasional dengan biaya simpan optimum metode EOQ Tahun (Rp.000,-) No Nama Bahan Kebijakan Biaya Simpan Selisih Perusahaan Optimum 1 Gula Rp Rp Rp. (4.431) 2 Flavour Rp Rp Rp Pewarna Rp Rp Rp Strarter Yoghurt Rp Rp Rp Citric Acid Rp Rp Rp Lactic acid Rp Rp Rp Sweet Whey Rp Rp Rp. (1.254) 8 Skim Milk Rp Rp Rp. (1.561) 9 Coklat Powder Rp Rp Rp. (1.215) 10 CMC Rp Rp Rp. (2.241) 11 Pekitn Rp Rp Rp. (223) Jumlah Rp Rp Rp Sumber : data sekunder diolah,2014 Dapat dijelaskan perbandingan dari tabel 6 tersebut antara kebijakan biaya simpan perusahaan dengan biaya simpan optimum dengan perhitungan teknik EOQ. Biaya simpan optimum untuk gula terdapat penambahan sebesar Rp ,56, Flavour terdapat penghematan sebesar Rp ,50, Pewarna terjadi penghematan sebesar Rp ,00, Starter Yogurt terjadi penghematan sebesar Rp ,0, Citrid Acid terjadi penghematan sebesar Rp ,00, Lactid Acid terjadi penghematan sebesar 42

14 Rp ,00, Sweet Whey terjadi penambahan biaya sebesar Rp ,00, Skim Milk terjadi penambahan biaya simpanan sebesar Rp ,00, Coklat Powder terjadi penambahan sebesar Rp ,00, CMC terjadi penambahan sebesar Rp ,00, Pekitn terjadi penambahan sebesar Rp ,00. Total biaya simpan optimum yang dikeluarkan oleh perusahaan jika menerapkan teknik EOQ akan menghemat biaya sebesar Rp , Kebijakan Biaya Pesanan Perusahaan dengan Biaya Pesanan Teknik EOQ Biaya pesanan perusahaan terdiri dari beberapa biaya diantaranya biaya proses pemesanan bahan, biaya proses pengiriman bahan, biaya proses penerimaan bahan, biaya proses penempatan ke gudang, dan biaya proses pembayaran bahan. Masing-masing biaya tersebut mempunyai jumlah yang berbeda-beda. Perusahaan sudah menetapkan biaya-biaya yang akan dikeluarkan dari tiap-tiap biaya-biaya tersebut. Kebijakan biaya pesanan perusahaan dapat di bandingkan dengan biaya pesanan optimum dengan perhitungan teknik EOQ. Dapat dilihat perbandingan tersebut dalam tabel 7 berikut ini : 43

15 Tabel 7 Perbandingan kebijakan biaya pesanan CV Cita Nasional dengan biaya pesanan optimum metode EOQ Tahun (Rp.000,-) No Nama Bahan Kebijakan Biaya Pesan Selisih Perusahaan Optimum 1 Gula Rp Rp Rp Flavour Rp Rp Rp. (2.720) 3 Pewarna Rp Rp Rp. (2.227) 4 Strarter Yoghurt Rp Rp Rp. (1.680) 5 Citric Acid Rp Rp Rp. (1.055) 6 Lactic acid Rp Rp Rp. (1.055) 7 Sweet Whey Rp Rp Rp Skim Milk Rp.14,520 Rp Rp Coklat Powder Rp Rp Rp CMC Rp Rp Rp Pekitn Rp Rp Rp. 198 Jumlah Rp Rp Rp Sumber : data sekunder diolah,2014 Dari tabel 7 tersebut dapat dijelaskan perbandingan antara kebijakan perusahaan dengan biaya pesan optimum perhitungan metode EOQ. Biaya pesan optimum seperti Gula terjadi penghematan sebesar Rp ,13,Flavour terjadi penambahan sebesar Rp ,38, Pewarna terjadi penambahan sebesar Rp ,74, Starter Yogurt terjadi penambahan sebesar Rp ,00, Citrid Acid dan Lactid Acid terjadi penambahan sebesar Rp ,72 Sweet Whey terjadi penghematan sebesar Rp ,79 Skim Milk terjadi penghematan sebesar Rp ,89., Coklat Powder terjadi penghematan sebesar 44

16 Rp ,58. CMC terjadi penghematan sebesar Rp ,73, Pekitn terjadi penghematan sebesar Rp ,06. Total penghematan biaya pesanan optimum yang dikeluarkan dengan menerapkan teknik EOQ adalah sebesar Rp ,61 3. Kebijakan Total Biaya Persediaan perusahaan dengan Total Persediaan Teknik EOQ Total biaya adalah keseluruhan dari biaya simpanan dan biaya pesanan yang ada di perusahaan. Perbandingan antara kebijakan perusahaandengan total biaya optimum dengan perhitungan teknik EOQ dapat dilihat dari tabel 8 berikut ini: Tabel 8 Perbandingan kebijakan total biaya persediaan CV Cita Nasional dengan biaya total persediaan teknik EOQ Tahun (Rp.000,-) No Nama Bahan Kebijakan Total Biaya Selisih Perusahaan Persediaan Optimum 1 Gula Rp Rp Rp Flavour Rp Rp Rp Pewarna Rp Rp Rp Strarter Yoghurt Rp Rp Rp Citric Acid Rp Rp Rp Lactic acid Rp Rp Rp Sweet Whey Rp Rp Rp Skim Milk Rp Rp Rp Coklat Powder Rp Rp Rp CMC Rp Rp Rp Pekitn Rp Rp Rp. (25) Jumlah Rp ,- Rp Rp Sumber : data sekunder diolah,

17 Dari perbandingan pada tabel tersebut maka dapat diperoleh penghematan dari tiap-tiap bahan dengan menggunakan sistem pengendalian EOQ. Kebijakan perusahaan tentang total biaya persediaan sebesar Rp , sementara perhitungan EOQ menghasilkan total biaya persediaan optimum sebesar Rp ,45 sehingga menghemat biaya sebesar Rp ,00 4. Kebijakan Frekuensi Pemesanan perusahaan dengan Frekuensi Pemesanan Teknik EOQ Frekuensi pesanan yang dilakukan perusahaan tergantung dari berapa banyak persediaan bahan yang akan digunakan sehingga perusahaan sudah memberikan kebijakan melakukan berapa kali frekuensi pemesanan dalam satu tahun. Sistem pengendalian persediaan teknik EOQ juga memperhitungkan berapa frekuensi pesan optimum yang akan dilakukan jika menggunakan perhitungan EOQ. Perbandingan kebijakan perusahaan dengan frekuensi pesan optimum teknik EOQ dapat dilihat dari tabel 9 berikut ini : 46

18 Tabel 9 Perbandingan kebijakan Frekuensi Pesan CV Cita Nasional dengan Frekuensi Pesan teknik EOQ Th Dari perbandingan tabel diatas dapat dibandingkan antara kebijakan CV Cita Nasional dengan frekuensi pesanan yang optimum. Frekuensi pesan optimum untuk Gula dilakukan sebanyak 38 kali, Flavour sebanyak 29 kali, Pewarna sebanyak 28 kali, Starter Yogurt sebanyak 3 kali, Citrid Acid sebanyak 56 kali, Lactid Acid sebanyak 56 kali, Sweet Whey sebanyak 11 kali, Skim Milk sebanyak 11 kali, Coklat Powder sebanyak 43 kali, CMC sebanyak 40 kali, dan Pekitn sebanyak 47 kali. No Nama Bahan Kebijakan Frekuensi Perusahaan Pesan 1 Gula Flavour Pewarna Strarter Yoghurt Citric Acid Lactic acid Sweet Whey Skim Milk Coklat Powder CMC Pekitn Sumber: data sekunder diolah, Kebijakan Perusahaan Terhadap ROP Sistem pengendalian persediaan teknik ROP belum diterapkan di dalam perusahaan. ROP digunakan untuk mengetahui kapan 47

19 perusahaan akan melakukan pemesanan lagi pada saat persediaan tersebut sudah mencapai titik minimum. Dapat dilihat dari tabel 10 berikut ini : Sumber : data sekunder diolah,2014 Dari perbandingan pada tabel diatas maka perusahaan dapat menentukan kapan akan melakukan pemesanan lagi disaat persediaan mencapai batas yang telah ditentukan. Dengan perhitungan ROP maka perusahaan melakukan pemesanan kembali pada saat Gula mencapai 10 ton, Flavour mencapai 115 kg, Pewarna mencapai 14 kg, Starter Yogurt mencapai 1 kg, Citrid Acid mencapai 29 kg, Lactid Acid mencapai 29 kg, Sweet Whey mencapai 12 ton, Skim Milk 72 kg, Coklat Powder mencapai 1 ton, CMC mencapai 1 ton dan Pekitn 288 kg. Tabel 10 Sistem pengendalian Persediaan ROP Th No Nama Bahan Kebijakan ROP perusahaan 1 Gula Tidak ada 10 ton 2 Flavour Tidak ada 115 kg 3 Pewarna Tidak ada 14 kg 4 Strarter Yoghurt Tidak ada 1 kg 5 Citric Acid Tidak ada 29 kg 6 Lactic acid Tidak ada 29 kg 7 Sweet Whey Tidak ada 12 ton 8 Skim Milk Tidak ada 72 kg 9 Coklat Powder Tidak ada 1 ton 10 CMC Tidak ada 1 ton 11 Pekitn Tidak ada 288 kg 48

20 4.4 Pembahasan Sistem Pengendalian Persediaan dengan menggunakan metode EOQ dan ROP Berdasarkan temuan, menunjukkan bahwa kebijakan perusahaan terhadap sistem pengendalian persediaan dikatakan masih belum mencapai jumlah pesanan yang ekonomis. Penerapan sistem pengendalian persediaan metode EOQ akan mengakibatkan jumlah pesanan ekonomis sehingga biaya yang dikeluarkan dapat seminimal mungkin. Perhitungan sistem pengendalian persediaan menggunakan metode EOQ dapat menentukan kebijakan terhadap pengendalian persediaan secara efektif dan efisien. Berdasarkan perhitungan sistem pengendalian persediaan metode EOQ dapat diperoleh yaitu Gula = 23 ton dengan frekuensi optimum 38 kali, Flavour = 331 kg dengan frekuensi pemesanan optimum 29 kali, Pewarna= 43 kg dengan frekuensi pemesanan optimum 28 kali, Starter Yogurt= 8 kg dengan frekuensi optimum 3 kali, Citrid Acid= 43 kg dengan frekuensi optimum 56 kali, Lactid Acid= 43 kg dengan frekuensi optimum 56 kali, Sweet Whey= 89 kg dengan frekuensi optimum 11 kali, Skim Milk= 570 kg dengan frekuensi optimum 11 kali, Coklat Powder= kg dengan frekuensi optimum 43 kali, CMC= kg dengan frekuensi optimum 40 kali dan Pekitn= 510 kg dengan frekuensi optimum 47 kali. Perhitungan metode EOQ juga menghasilkan biaya pemesanan optimum yang dikeluarkan sebesar Rp ,39, biaya simpanan optimum sebesar Rp ,06 dan total persediaan sebesar 49

21 Rp ,45 Hal tersebut mendukung teori yang dikemukakan oleh Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto yang menjelaskan : EOQ adalah jumlah pesanan yang paling ekonomis,makin sering pengisian kembali persediaan itu dilakukan, persediaan rata-rata akan semakin kecil dan mengakibatkan biaya dalam bentuk biaya penyediaan barang akan makin kecil juga 1 Perbandingan kebijakan sistem pengendalian persediaan perusahaan dengan sistem pengendalian persediaan metode EOQ. Adanya penghematan biayabiaya persediaan jika menggunakan teknik EOQ yaitu biaya pemesanan yang dikeluarkan sebesar Rp ,61 atau efisien 3%, biaya simpanan sebesar Rp ,94 atau efisien 8%, dan total persediaan sebesar Rp ,00 atau efisien 6% Perusahaan tidak menetapkan adanya pemesanan kembali dilakukan, saat persediaan dibutuhkan baru perusahaan melakukan pemesanan. Dengan perhitungan ROP dapat diketahui kapan perusahaan akan melakukan pemesanan ulang saat persediaan mencapai tingkat minimum.gula=10 ton, Flavour=115 kg, Pewarna=14 kg, Starter Yogurt= 1 kg, Citrid Acid= 29 kg, Lactid Acid= 29 kg, Sweet Whey= 12 ton, Skim Milk = 72 kg, Coklat Powder= 1 ton, CMC= 1 ton dan Pekitn= 288 kg.hal tersebut mendukung teori yang dikemukakan oleh Arman Hakin Nasution dan Yudha Prasetyawan tentang ROP : 1 Eko,Richardus Indrajit dan Richardus Djokopranoto. op,cit.hal.54 50

22 ROP adalah titik pemesanan harus dilakukan agar barang yang dipesan datang tepat waktu pada saat dibutuhkan (titik pemesanan ulang) 2 perusahaan belum menerapkan teknik ROP sehingga dengan adanya perhitungan teknik ROP maka dapat diketahui kapan perusahaan akan melakukan pemesanan ulang. 2 Hakim,Arman Nasution&Yudha Prasetyawan. op.cit,.hal

Lampiran I Instrumen Penelitian

Lampiran I Instrumen Penelitian LAMPIRANLAMPIRAN Lampiran I Instrumen Penelitian Tabel 1 Instrumen Penelitian Variabel Sub Variabel Instrumen Indikator Sistem pengendalian persediaan EOQ 1. Biaya Pemesanan 1. Biaya administrasi 2. Biaya

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN METODE EOQ DAN ROP DI CV CITA NASIONAL KOPENG DESA SUMOGAWE KEC GETASAN KAB SEMARANG SKRIPSI

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN METODE EOQ DAN ROP DI CV CITA NASIONAL KOPENG DESA SUMOGAWE KEC GETASAN KAB SEMARANG SKRIPSI SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN METODE EOQ DAN ROP DI CV CITA NASIONAL KOPENG DESA SUMOGAWE KEC GETASAN KAB SEMARANG SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Persedian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Persedian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perusahaan. 1.1 Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Persedian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perusahaan. Persediaan merupakan sumber daya yang disimpan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deterministik, dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deterministik, dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deterministik, dengan menggunakan perhitungan angka dalam menentukan keputusan yang akan di ambil oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global sehingga setiap perusahaan berlomba untuk terus mencari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah 32 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Jenis dan metode digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pabrik bihun jagung PT. Subafood Pangan Jaya yang beralamat di Jalan Raya Legok Km. 6 Komplek Doson, Desa Cijantra,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan.

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini bisnis di Indonesia berkembang dengan pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan sebuah solusi yang tepat agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory). Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannya

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Pemesanan barang merupakan kegiatan yang sangat penting pada bagian

BAB 1. PENDAHULUAN. Pemesanan barang merupakan kegiatan yang sangat penting pada bagian BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemesanan barang merupakan kegiatan yang sangat penting pada bagian pengendalian persediaan barang atau inventory control dalam suatu perusahaan atau organisasi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sediaan 1 pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam perusahaan

Lebih terperinci

Syukriah, Putri Narisa Lia. Jurusan Teknik Industri, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Indonesia

Syukriah, Putri Narisa Lia. Jurusan Teknik Industri, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Indonesia PENGENDALIAN PENGOLAHAN BIJI KOPI MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDERQUANTITY(EOQ) PADA PABRIK KOPERASI BAITUL QIRADH (KBQ) BABURRAYYAN TAKENGON ACEH TENGAH Syukriah, Putri Narisa Lia Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau profit, seperti usaha dagang, usaha jasa maupun manufaktur berupaya mencapai tujuan yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Home Industry Fanny Bakery Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Home Industry Fanny Bakery Salatiga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Home Industry Fanny Bakery Salatiga Home Industry Fanny Bakery Salatiga adalah usaha milik pribadi merupakan usaha kecil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini, dunia usaha tumbuh dengan semakin pesat. Sehingga menuntut perusahaan untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, persaingan global yang tajam banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, persaingan global yang tajam banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini, persaingan global yang tajam banyak dihadapi oleh perusahaan-perusahaan. Hal ini merupakan tanda bahwa semakin pesatnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan Permata Hijau Group (PHG) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau Group

Lebih terperinci

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Jessica Juventia, Lusia P.S Hartanti Program Studi Teknik Industri Universitas Pelita Harapan Surabaya, Indonesia Jessicajuventia28@gmail.com,

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ Hanna Lestari, M.Eng 1 Masalah produksi merupakan hal penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan pencapaian laba perusahaan. Jika proses

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan Petunjuk Sitasi: Fatimah, Syukriah, & Nurul, A. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H137-142). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan atau kelebihan persediaan merupakan faktor yang memicu peningkatan biaya. Jumlah persediaan yang terlalu banyak akan berakibat pemborosan dalam biaya simpan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara MANAJEMEN PERSEDIAAN ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetatif

Lebih terperinci

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan 1 B I A YA B A H AN Masalah yang dihadapi manajemen yang berhubungan dengan bahan adalah keterlambatan tersedianya bahan akan mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi, sedangkan persediaan bahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di UD. Pilar Jaya yang berlokasi di Desa Banjarejo, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang memproduksi

Lebih terperinci

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Objektif: 12. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan jenis-jenis persediaan. 13. Mahasiswa dapat menghitung biaya-biaya dalam persediaan. 14.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

PENGOPTIMALAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG KETELA MENGGUNAKAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)

PENGOPTIMALAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG KETELA MENGGUNAKAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) PENGOPTIMALAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEPUNG KETELA MENGGUNAKAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) (Studi Kasus Di Pabrik Kerupuk UD Surya Manalagi Kabupaten Kediri) Bahan baku menjadi hal yang harus dijaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatan perusahaan dan proses pencapaian tujuan perusahaan yakni untuk memperoleh untung (profit) yang besar dengan biaya yang sedikit, perusahaan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran objek penelitian yang berisi profil

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran objek penelitian yang berisi profil BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran objek penelitian yang berisi profil perusahaan, struktur organisasi dan personalia, serta produk jamu perusahaan yang menjadi objek penelitian.

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA

MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA LABORATORIUM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016 Universitas Sriwijaya Fakultas Ilmu Komputer Laboratorium LEMBAR PENGESAHAN MODUL PRAKTIKUM SISTEM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian pada penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sujarweni (2015:74), penelitian komparatif adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalaian persediaan merupakan salah satu aspek penting dari beberapa aspek yang diuraikan diatas. Kebutuhan akan sistem pengendalian persediaan, pada dasarnya

Lebih terperinci

INVENTORY Klasifikasi Bahan Baku :

INVENTORY Klasifikasi Bahan Baku : INVENTORY Model ini digunakan untuk memecahkan kasus yang berhubungan dengan persediaan barang untuk proses produksi dan biaya produksi dalam kaitannya dengan permintaan pelanggan terhadap suatu produk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

MODUL I AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU

MODUL I AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU MODUL I AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU A. TUJUAN Setelah melakukan kegiatan praktikum Akuntansi Biaya Bahan Baku, maka mahasiswa di harapkan dapat mengetahui dan memahami akuntansi kos untuk bahan baku B.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survey Pendahuluan PT. Anugerah Indah Makmur adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi makanan dan minuman ringan. Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan seperti kelebihan atau kekurangan persediaan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan seperti kelebihan atau kekurangan persediaan. Jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masalah persediaan merupakan salah satu masalah penting yang harus diselesaikan oleh perusahaan. Salah satu upaya dalam mengantisipasi masalah persediaan

Lebih terperinci

Wawancara dengan Informan Kunci. 2. Bagaimana sejarah berdirinya perusahaan ini? percontohan pertanian terpadu

Wawancara dengan Informan Kunci. 2. Bagaimana sejarah berdirinya perusahaan ini? percontohan pertanian terpadu Lampiran 1 : Foto Lampiran 2 : hasil Wawancara Wawancara dengan Informan Kunci 1. Sejak kapan perusahaan ini berdiri? Sejak Tahun 2006 2. Bagaimana sejarah berdirinya perusahaan ini? Perusahaan ini

Lebih terperinci

Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Persediaan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan. Pengolahan persediaan dengan teknik ABC dan EOQ Fakultas EKONOMI Program

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan di berbagai bidang. Hal ini mendorong banyak pengusaha untuk lebih

Lebih terperinci

menghitung EOQ Menghitung EOQ

menghitung EOQ Menghitung EOQ menghitung EOQ Menghitung EOQ Menghitung EOQ secara Matematis TAC : Total biaya persediaan tahunan (Total Annual Inventory Cost) TOC : Total biaya pesan (Total ordering cost) TCC : Total biaya simpan (total

Lebih terperinci

HALASAN B SIRAIT, PARAPAT GULTOM, ESTHER S NABABAN

HALASAN B SIRAIT, PARAPAT GULTOM, ESTHER S NABABAN Saintia Matematika Vol. 1, No. 5 (2013), pp. 469 482. PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: PT. XYZ) HALASAN B SIRAIT, PARAPAT GULTOM,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di Jl.wolter monginsidi no.70-72 Jakarta selatan. Penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1 Akuntansi Biaya Modul ke: Materials : Controlling, Costing, and Planning Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen S1 www.mercubuana.ac.id Definisi Bahan Baku adalah Bahan yang secara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Factory : Jalan Raya Serang Km 18.8 Desa Sukanegara Tangerang Banten.

BAB III METODE PENELITIAN. Factory : Jalan Raya Serang Km 18.8 Desa Sukanegara Tangerang Banten. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT Trisinar Indopratama yang beralamat: Office : Wisma Technoplast Jalan Kebon Jeruk Raya No. 1A 1B 1C Jakarta Barat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dalam menentukan jumlah optimasi. Data yang dikumpulkan berupa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran langkah-langkah secara sistematis yang dilakukan peneliti dari awal hingga akhir penelitian, sehingga pelaksanaan penelitian menjadi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang sangat potensial di Indonesia terutama untuk meningkatkan pendapatan negara. Saat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

Manajemen Operasional. Metode EOQ

Manajemen Operasional. Metode EOQ Manajemen Operasional Metode EOQ ECONOMIC ORDER QUANTITY METODE EOQ Pendekatan yang umum digunakan untuk manajemen persediaan dalam menganalisis inventory adalah dengan model EOQ (Economic Order Quantity).

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI MODUL VI INVENTORY THEORY

LAPORAN RESMI MODUL VI INVENTORY THEORY LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR LAPORAN RESMI MODUL VI INVENTORY THEORY I. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki perkembangan dunia ekonomi yang semakin luas saat ini, setiap perusahaan yang tumbuh dan berkembang memerlukan suatu pengendalian intern persediaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

Anri Aruan, Rosman Siregar, Henry Rani Sitepu

Anri Aruan, Rosman Siregar, Henry Rani Sitepu Saintia Matematika Vol. 1, No. 2 (2013), pp. 151 160. ANALISIS PERSEDIAAN DAN OPTIMALISASI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK DI PT. PEMBANGKIT LISTRIK X Anri Aruan, Rosman Siregar, Henry Rani Sitepu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dalam menentukan persediaan perusahan harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dalam menentukan persediaan perusahan harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Persediaan bahan baku suatu perusahaan adalah salah satu syarat penting dalam melakukan suatu proses produksi barang. Menurut Heizer dan Render (2008), apabila

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perusahaan PT.Subur Mitra Grafistama merupakan salah satu perusahaan percetakan yang berada di Jakarta yang telah ada sejak tahun

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 05 Juli s/d 13 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Bahan

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh : ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA Oleh : Boys Bidil Noor Fakultas Ekonomi, Univeritas 17 agustus Samarinda Email : boy.aidil@gmail.com ABSTRAKSI Penelitian ini untuk bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan peradaban manusia menimbulkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan peradaban manusia menimbulkan adanya perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia menimbulkan adanya perkembangan teknologi canggih pada akhir-akhir ini, dan adanya peningkatan kebutuhan dan keinginan manusia baik dalam

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Roti Guna Meminimumkan Biaya Persediaan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (Studi Kasus Pada CV. Foker Cake Cimahi)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB V PENGELOLAAN PERSEDIAAN

BAB V PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAB V PENGELOLAAN PERSEDIAAN A. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja, sebab dilihat dari jumlahnya biasanya persediaan inilah unsur modal kerja yang paling besar. Hal

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Rinadya Yoghurt Rinadya Yoghurt merupakan usaha rumahtangga yang bergerak dalam bidang pengolahan susu segar yaitu memproduksi yoghurt. Usaha ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar yang relatif besar di neraca dan sebagian aktivitas utama perusahaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Disain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif. Deskriptif yaitu menganalisa, mengendalikan dan mendiskripsikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL Fahmi Sulaiman 1 * & Nanda 1 1 Program Studi Teknik Industri, Politeknik LP3I Medan Tel: 061-7322634 Fax: 061-7322649

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Bisnis (Aspek Teknis dan Operasi)

Studi Kelayakan Bisnis (Aspek Teknis dan Operasi) Studi Kelayakan Bisnis (Aspek Teknis dan Operasi) Latar Belakang Produksi Penentuan Lokasi Luas produksi Tata letak (layout) Ketepatan Lokasi, SDM, tata letak, luas produksi, Persediaan Tujuan Perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEDIAAN MIE SEDAAP PADA PT. SEGAR HARUM SAMARINDA

ANALISIS PERSEDIAAN MIE SEDAAP PADA PT. SEGAR HARUM SAMARINDA ANALISIS PERSEDIAAN MIE SEDAAP PADA PT. SEGAR HARUM SAMARINDA Zuharia Yahya, Mursidah Nurfadillah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Samarida ABSTRACT This Research aims to know the amount of supply

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi MANAJEMEN PERSEDIAAN a. Pengertian Persediaan Perusahaan yang melakukan usahanya dalam bidang pengolahan, komponen perusahaan merupakan komponen pokok yang harus mendapatkan perhatian secara penuh. Perusahaan

Lebih terperinci

Proudly present. Manajemen Persediaan. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

Proudly present. Manajemen Persediaan. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK. Proudly present Manajemen Persediaan Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK 081-331-529-764 www.bwmahardhika.com INVENTORY MANAGEMENT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA Manajemen Persediaan Terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengendalian Persediaan 2.1.1 Sistem BAB II LANDASAN TEORI Sistem merupakan serangkaian prosedur yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan dalam perusahaan. Pelaksanaan sistem erat hubungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang teknologi informasi mengakibatkan pengolahan data transaksi dapat dilakukan dengan cepat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tauco di Perusahaan Kecap Manalagi Kota Denpasar Provinsi Bali

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tauco di Perusahaan Kecap Manalagi Kota Denpasar Provinsi Bali Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tauco di Perusahaan Kecap Manalagi Kota Denpasar Provinsi Bali IDA BAGUS MANIK BRAHMANDHIKA, RATNA KOMALA DEWI, I KETUT SUAMBA Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK ALE- ALE PADA PT TIRTA ALAM SEGAR DENGAN METODE ABC DAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK ALE- ALE PADA PT TIRTA ALAM SEGAR DENGAN METODE ABC DAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK ALE- ALE PADA PT TIRTA ALAM SEGAR DENGAN METODE ABC DAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) Nama : Snezana Yofanda NPM : 37412094 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana IV.1.1. Evaluasi atas Aktivitas Pembelian Barang Dagang Aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistem Persediaan Yang Digunakan Oleh PT Garuda Makmur Mandiri 4.1.1 Pengadaan Barang Dalam pencapaian tujuan dari suatu perusahaan diperlukan adanya efektifitas

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Teori Inventori Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB 46 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah observasi analitik yaitu untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT.

Lebih terperinci

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory

BAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Pengumpulan Data Untuk EOQ Dalam melakukan penelitian untuk memecahkan permasalahan di PT. Primatama Konstruksi departemen PPIC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan inilah dinamakan proses produksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan inilah dinamakan proses produksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya, kegiatan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke:

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Akuntansi Biaya Modul ke: Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. keluarga dari Bapak Nugroho Arief Harmawan, sehingga manajerial. diserahkan kepada anggota keluarga besar. CV.

BAB III PEMBAHASAN. keluarga dari Bapak Nugroho Arief Harmawan, sehingga manajerial. diserahkan kepada anggota keluarga besar. CV. BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Magang 1. Profil dan Sejarah Perusahaan CV. PUTRA NUGRAHA adalah perusahaan yang bergerak pada bidang penerbitan dan percetakan. Perusahaan ini merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sejak tahun 2011 yang memproduksi pupuk. UMKM Pupuk PAZ s Bio

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sejak tahun 2011 yang memproduksi pupuk. UMKM Pupuk PAZ s Bio BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Objek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum UMKM Pupuk PAZ s Bio Fertilizer merupakan salah satu UMKM yang dikenal di Bondowoso Jawa Timur sebagai salah satu industri yang berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi Sejarah CV. Vannisa Gambar 1.1 Logo CV. Vannisa Sumber : CV.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi Sejarah CV. Vannisa Gambar 1.1 Logo CV. Vannisa Sumber : CV. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi 1.1.1 Sejarah CV. Vannisa CV. Vannisa merupakan salah satu perusahaan industri di bidang makanan yang berada di Kota Bandung. Produksi utamanya adalah

Lebih terperinci